Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
Vol. 7, No. 2; 2019
P-ISSN 2338-5006
E-ISSN 2654-4571
177
PENGARUH METODE EKSTRAKSI KENCUR (Kaempferia galanga L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
Sri Nopita Primawati1, Husnul Jannah2
1&2Program Studi Pendidikan Biologi, FSTT, Universitas Pendidikan Mandalika,
Indonesia
E-mail : srinovitaprimawati@ikipmataram.ac.id
ABSTRAK: Kaempferia galanga L. atau yang dikenal dengan Kencur merupakan tanaman herbal
yang banyak digunakan masyarakat dengan berbagai khasiat seperti influenza pada bayi, sakit
kepala, keseleo, menghilangkan lelah, radang lambung, batuk, memperlancar haid, radang telinga
anak, darah kotor, mata pegal, diare, dan masuk angin. Namun, penelitian yang menggunakan
Kencur sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus belum pernah dilakukan. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan penelitian ilmiah untuk mengetahui kemampuan ekstrak Kencur sebagai
antibakteri yang menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Digunakan 3 metode
ekstraksi, dengan tujuan menentukan metode yang tepat untuk mendapatkan senyawa bioaktif
Kencur sebagai antibakteri. Adapun tiga metode ekstraksi yang digunakan adalah metode perasan,
metode infusa, dan metode maserasi menggunakan pelarut methanol. Setiap ekstrak yang
diperoleh dari berbagai metode ekstraksi tersebut akan diuji antibakteri dengan melihat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Diperoleh bahwa dengan metode perasan tidak
terdapat zona bening maupun zona hambat pertumbuhan dari Staphylococcus aureus.
Menggunakan ekstrak dari metode infusa diperoleh hal yang sama yaitu tidak terdapat zona bening
maupun zona hambat pertumbuhan dari Staphylococcus aureus. Namun berbeda ketika diberikan
ekstrak dari metode maserasi menggunakan pelarut methanol, terbentuk zona bening 17 mm tapi
tidak terdapat zona hambat. Hal ini dapat menunjukkan bahwa, ekstrak methanol dari Kencur
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (17 mm).
Kata Kunci: Kaempferia galanga L., Metode Perasan, Metode Infusa, Metode Maserasi,
Pertumbuhan, Staphylococcus aureus.
ABSTRACT: Kaempferia galanga L. or known as Kencur is an herbal plant that is widely used by
people with various benefits such as influenza in infants, headaches, sprains, relieving fatigue,
inflammation of the stomach, coughing, improving menstruation, inflammation of children's ears,
dirty blood, eyes aches, diarrhea, and colds. However, studies that have used Kencur as an
antibacterial against Staphylococcus aureus have never been done. Therefore, scientific research
is needed to determine the ability of Kencur extract as an antibacterial that inhibits the growth of
Staphylococcus aureus. 3 extraction methods were used, with the aim of determining the right
method for obtaining Kencur bioactive compounds as antibacterial. The three extraction methods
used were the press method, the infusion method, and the maceration method using methanol as a
solvent. Each extract obtained from various extraction methods will be tested for antibacterial by
observing the growth of Staphylococcus aureus. It was found that with the press method there
were no clear zones or growth inhibition zones of Staphylococcus aureus. Using the extract from
the infusion method, the same thing is obtained, namely there is no clear zone or growth inhibition
zone of Staphylococcus aureus. However, it is different when given an extract from the maceration
method using methanol solvent, a 17 mm clear zone is formed but there is no inhibition zone. This
can indicate that, methanol extract from Kencur can inhibit the growth of Staphylococcus aureus
(17 mm).
Keywords: Kaempferia galanga L., Squeeze Method, Infusion Method, Maceration Method,
Growth, Staphylococcus aureus.
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
Vol. 7, No. 2; 2019
P-ISSN 2338-5006
E-ISSN 2654-4571
178
PENDAHULUAN
Kencur merupakan tanaman herbal yang umum digunakan sebagai ramuan
obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga banyak petani yang
membudidayakan tanaman Kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan
dalam jumlah besar, salah satunya adalah rimpang Kencur atau rizoma. Rimpang
Kencur terdapat di dalam tanah bergerombol dan bercabang-cabang dengan induk
rimpang di tengah. Kulit ari berwarna cokelat dan bagian dalam berwarna putih,
putih kekuningan berair dengan aroma yang tajam (Haerazi et al., 2014).
Telah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak Kencur
(Kaempferia galanga L.) dapat menghambat pertumbuhan dengan membentuk
zona hambat pada berbagai bakteri, seperti Staphylococcus aureus,Streptococcus
pyogenes dan Klebsiella pneumonia. Selain itu, Kencur juga banyak digunakan
sebagai influenza pada bayi, sakit kepala, keseleo, menghilangkan lelah, radang
lambung, batuk, memperlancar haid, radang telinga anak, darah kotor, mata pegal,
diare, dan masuk angin.
Kandungan kimia dari rimpang Kencur adalah pati, mineral, flavonoid,
alkaloid, dan minyak atsiri. Minyak atsiri di dalam rimpang Kencur banyak
digunakan dalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai anti jamur ataupun
anti bakteri (Siburian, 2018). Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa, rimpang Kencur mengandung 1,0-2,50% minyak atsiri yang terdiri dari
sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol,
kamphene, paraeumarin, asam anisat dan alkaloid. Selain itu juga terdapat
sinnamal, aldehide, asam motil p-kumarik, asam annamat, etil asetat dan
pentadekan (Anonim, 2019).
Kandungan kimia rimpang Kencur yaitu: (1) etil sinamat; (2) etil p-
metoksisinamat; (3) p-metoksistiren; (4) karen; (5) borneol; dan (6) paraffin.
Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama
dari Kencur. Tanaman Kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak
atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%). Kamfer, borneol,
sineol, penta dekaan. Adanya kandungan etil para metoksi sinamat dalam Kencur
yang merupakan senyawa turunan sinamat (Sari, 2009).
Produksi, mutu, dan kandungan bahan aktif di dalam rimpang Kencur
ditentukan oleh varietas, cara budidaya, dan lingkungan tempat tumbuhnya
(Muhlisah dalam Pratama, 2012). Jadi dapat dikatakan bahwa, kandungan Kencur
di daerah yang berbeda memilki kemungkinan kandungan senyawa kimia yang
berbeda.
METODE
Metode Ekstraksi dengan Perasan
Rimpang segar tanaman Kencur dibersihkan dan dipisahkan dari kulitnya.
Kemudian diblender dengan tujuan menjadi potongan-potongan kecil tanpa
menambahkan pelarut apapun. Potongan Kencur kemudian diperas dengan kasa
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
Vol. 7, No. 2; 2019
P-ISSN 2338-5006
E-ISSN 2654-4571
179
steril untuk memperoleh perasan Kencur yang digunakan untuk uji antibakteri
(Irmawati et al., 2010).
Metode Ekstraksi dengan Infusa
Rimpang segar tanaman Kencur dibersihkan dan dipisahkan dari kulitnya.
Kemudian potong kecil-kecil dan ditambahkan aquades. Bahan-bahan tersebut
kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 900C sambil sesekali diaduk. Infuse diserkai selagi panas melalui kain
flannel, dan ditambahkan air secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh
volume infuse 100 ml (Jannah et al., 2013).
Metode Ekstraksi dengan Maserasi Menggunakan Pelarut Methanol
Adapun proses maserasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 1) menimbang 500 gram sampel kering dan memasukkannya ke dalam
bejana 7 liter, kemudian menambahkan pelarut Methanol sebanyak 3000 ml; 2)
menutup bejana dengan baik (rapat dan kuat) dan dibiarkan selama 1 x 24 jam
dengan sekali-kali pengocokan; 3) memisahkan maserat (maserat 1) dari ampas
setelah 72 jam maserasi dan menampungnya dalam bejana lain; 4) melakukan
remaserasi dengan memasukkan pelarut sebanyak 2000 cc ke dalam bejana yang
berisi residu (ampas), dan dikocok, lalu dibiarkan 72 jam; dan 5) memisahkan
maserat (maserat B) setelah 72 jam, kemudian mencampur maserat A dan B.
Melakukan remaserasi selama 1 x 24 jam hingga diperoleh maserat C dan maserat
D dengan pelarut masing-masing 1500 mL. Mencampur maserat A, B, C, dan D
dan melakukan evaporasi dengan menggunakan alat rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak Methanol pekat, kemudian menyimpan ekstrak tersebut pada
suhu 40C sampai saat digunakan (Primawati, 2016).
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pada pengujian aktivitas antibakteri digunakan metode difusi agar dengan
sumur. Sebanyak 200 liter masing-masing
179
orthogon bakteri ditambahkan ke
dalam 20 ml media Nutrien Agar (NA) untuk bakteri. Campuran diputar sampai
179
orthogon, didinginkan dan menjadi padat dalam cawan petri steril. Setelah itu,
dibuat sumur yang berdiameter ± 6 mm dengan menggunakan prevorator.
Selanjutnya dimasukkan 75 µl masing-masing ekstrak uji ke dalam sumur.
Sebelumnya dilakukan pra inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Inkubasi
dilakukan pada suhu 370C selama 48 jam untuk bakteri. Diameter hambat diamati
setelah periode inkubasi (Tirta, 2010; Hudaya, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan uji antibakteri dari ekstrak Methanol Kencur, kontrol +
(cipro) dan kontrol –(aquades) sebagai pembanding. Penelitian ini menggunakan
ekstrak kasar dari Methanol Kencur. Hal ini disebabkan jenis dan konsentrasi
pelarut belum ditemukan untuk membawa senyawa flavonoid yang terdapat dalam
Kencur (Pratama, 2012). Hasil senyawa ekstraksi dari ketiga metode kemudian
diujikan pada bakteri Staphylococcus aureus (gram +). Ketiga metode meliputi
maserasi menggunakan Methanol, infusa dengan aquadest dan perasan tanpa
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
Vol. 7, No. 2; 2019
P-ISSN 2338-5006
E-ISSN 2654-4571
180
pelarut. Tujuannya untuk dapat menentukan metode yang tepat untuk dapat
mengisolasi senyawa yang bersifat antibakteri pada Kencur. Hal ini juga
mempermudah dalam menentukan pelarut yang tepat untuk mengisolasi senyawa
antibakteri.
Gambar 1. Pengaruh Metode Ektraksi Kencur (Kaempferia galanga L.)
terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa, menggunakan metode perasan
tanpa pelarut tidak terlihat adanya pengaruh pemberian perasan Kencur. Demikian
halnya dengan ekstrak yang diperoleh dengan metode infusa (pelarut aquades),
bakteri Staphylococcus aureus tidak menunjukkan adanya zona hambat maupun
zona bening yang berarti tidak ada efektivitas antibakteri dari Kencur. Namun
berbeda dengan ekstrak dari metode maserasi dengan pelarut methanol, ditemukan
aktivitas antibakteri lemah (11-15) Staphylococcus aureus. Dari data yang
diperoleh diduga bahwa, minyak atsiri yang terisolasi dari ekstrak Methanol
Kencur memberikan efek antibakteri. Meskipun bersifat lemah namun dari
metode lain yang menggunakan infusa dan perasan tidak terlihat efektivitasnya.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa, dengan metode
perasan tidak terdapat zona bening maupun zona hambat pertumbuhan dari
Staphylococcus aureus. Menggunakan ekstrak dari metode infusa diperoleh hal
yang sama yaitu tidak terdapat zona bening maupun zona hambat pertumbuhan
dari Staphylococcus aureus. Namun berbeda ketika diberikan ekstrak dari metode
maserasi menggunakan pelarut methanol, terbentuk zona bening 17 mm tapi tidak
terdapat zona hambat. Hal ini menunjukkan bahwa, ekstrak methanol dari Kencur
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (17 mm).
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengidentifikasi senyawa
antibakteri apa yang terdapat dalam ekstrak methanol Kencur. Penelitian ini juga
-10
-5
0
5
10
15
20
perasan (tanpa
pelarut)
infusa (pelarut
aquades)
maserasi
(pelarut
metanol)
Zona bening (mm)
Zona hambat (mm)
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
Vol. 7, No. 2; 2019
P-ISSN 2338-5006
E-ISSN 2654-4571
181
harus dilakukan secara in vivo menggunakan hewan uji agar dapat diaplikasikan
sebagai obat terstandar dan aman untuk dikonsumsi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim peneliti mengucapkan terima kasih atas didanainya penelitian oleh
Kemenristek Dikti. Tim peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada LPPM
Universitas Pendidikan Mandalika atas bantuan baik secara administratif maupun
waktu luang untuk berdiskusi selama hibah Dikti ini berlangsung.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. (2019). Retrieved March 11, 2019, from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kencur.
Haerazi, A., Jekti, D. S. D., & Andayani, Y. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans. Bioscientist : Jurnal
Ilmiah Biologi, 2(1), 1-11.
Hudaya, A. (2011). Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Bunga Kecombrang
(Edigera elatior) sebagai Pangan Fungsional terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli. SSi Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Irmawati, I., Tjahjono, & Dharmana, E. (2010). Pengaruh Jus Aloe Vera terhadap
Proliferasi Limfosit, Produksi Reactive Oxygen Intermediate dan Koloni
Kuman Organ Hepar Mencit Balb/c yang Diinfeksi S. typhimurium. MSi
Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Jannah, H., Sudarma, I. M., & Andayani, Y. (2013). Analisis Senyawa Fitosterol
dalam Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.). Journal Chem. Prog.,
6(2), 70-75.
Pratama, I. B. (2012). Metode Pengambilan Minyak Atsiri dalam Rimpang
Kencur (Kaempferia galanga L.)Menggunakan Ekstraksi Gelombang
Mikro. AMdT Tugas Akhir. Universitas Diponerogo Semarang.
Primawati, S. N. (2016). Efektivitas Senyawa Bioaktif Ekstrak Kencur
(Kaempferia galanga Linn) Menggunakan Berbagai Metode Ekstraksi.
Jurnal Kependidikan, 1(2), 198-201.
Sari, V. W. (2009). Daya Antibakteri Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia
galanga L.)terhadap Pertumbuhan Streptococcus Β Hemolyticus dari
Penderita Tonsilo-Faringitis Akut. dr Skripsi. Universitas Sebelas Maret
Solo.
Siburian, F. L. Y. (2018). Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.)terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus.Apt Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Tirta, A. S. M. (2010). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Kelopak
Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)terhadap Propionibacterium acne,
Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli serta Uji Bioautografi.
SFarm Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.