Conference PaperPDF Available

Analisis Kualitas Keterbacaan Pada Qur`an Surat Al-Kahfi Ayat 1-10 Dari Dua Versi Terjemahan (DEPAG RI dan MMI). Artikel Prosiding oleh Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Vol.2 No.1. Th.2020. ISSN: 2654-8607

Authors:

Abstract

Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan mengambil objek kajian berupa terjemahan Qs. Al-Kahfi ayat 1-10 dari dua versi yang berbeda, yaitu dari Departemen Agama RI dan Majelis Mujahidin Indonesia. Teknik pengumpulan data berupa simak dan catak, kuesioner, FGD, dan wawancara mendalam. Hasil penilaian responden menunjukkan bahwa rerata hasil keterbacaan masing-masing terjemahan memiliki kategori keterbacaan sedang dengan nilai 2,61 untuk DEPAG RI dan 2,95 untuk MMI. Keunggulan hasil terjemahan MMI dapat dilihat dari 2 ayat yang mendapat kategori tinggi dan jenis tarjamah tafsiriyah yang dianutnya. Sedangkan dalam terjemahan DEPAG RI, terdapat 1 ayat berkategori tinggi, tarjamah harfiyah, dan seringnya penggunaan kalimat panjang yang kurang efektif. Alasan responden yang dapat disimpulkan dari pemberian nilai kategori 2/sedang dan 1/rendah adalah (1) penggunaan tanda baca yang kurang tepat dan kadang berlebihan, (2) penggunaan kata ganti orang yang terlalu sering tapi tidak dijelaskan merujuk pada siapa atau apa, (3) penggunaan “in note” atau keterangan tambahan dalam bentuk tanda kurung yang terlalu sering terutama pada terjemahan DEPAG RI, dan (4) informasi yang diberikan pada terjemahan masih belum dapat memuaskan rasa ingin tahu pembaca Bahasa Sasaran. Kata kunci: Keterbacaan , Penerjemahan, Qs. Al-Kahfi, DEPAG RI, MMI Abstract This research is a descriptive qualitative research by taking the object of study of Qs. Al-Kahfi verses 1-10 translation from two different versions, namely from the Indonesian Ministry of Religion (DEPAG RI) and the Indonesian Mujahidin Council (MMI). Data collection techniques in the form of listening and recording, questionnaire, FGD, and in-depth interviews. The results of the respondents' assessment showed that the average readability of each translation had a medium readability category with a value of 2,61 for the DEPAG RI and 2,95 for the MMI. The superiority of the results of MMI translation can be seen from the 2 verses that get a high category and type of tarjamah tafsiriyah (explanatory translation style) that they profess. Whereas in the translation of DEPAG RI, there are 1 high-ranking verses with tarjamah harfiyah (word for word translation style), and often the use of long sentences that are less effective. Respondents' reasons that can be deduced from the grading of category 2 / medium and 1 / low are (1) the use of punctuation that is inappropriate and sometimes excessive, (2) the use of pronouns that are too frequent but not explained referring to who or what, ( 3) the use of "in note" or additional information in the form of brackets that are too often, especially in the translation of the Indonesian Ministry of Religion, and (4) the information provided in the translation still cannot satisfy the curiosity of the Target Language readers. Keyword: Readability, Translation, Qs. Al-Kahfi, DEPAG RI, MMI
Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter pada Era Revolusi Industri 4.0 ISSN: 2654-8607
131
ANALISIS KUALITAS KETERBACAAN PADA QUR`AN SURAT
AL-KAHFI AYAT 1-10 DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN
(DEPAG RI DAN MMI)
Istiqomah Annisaa1, M. R. Nababan2 , Djatmika3
1,2,3 Universitas Sebelas Maret
istiqomahannisaa21@student.uns.ac.id1, Amantaradja@yahoo.com2, djatmika@staff.uns.ac.id3
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan mengambil objek kajian
berupa terjemahan Qs. Al-Kahfi ayat 1-10 dari dua versi yang berbeda, yaitu dari Departemen
Agama RI dan Majelis Mujahidin Indonesia. Teknik pengumpulan data berupa simak dan catak,
kuesioner, FGD, dan wawancara mendalam. Hasil penilaian responden menunjukkan bahwa rerata
hasil keterbacaan masing-masing terjemahan memiliki kategori keterbacaan sedang dengan nilai
2,61 untuk DEPAG RI dan 2,95 untuk MMI. Keunggulan hasil terjemahan MMI dapat dilihat dari
2 ayat yang mendapat kategori tinggi dan jenis tarjamah tafsiriyah yang dianutnya. Sedangkan
dalam terjemahan DEPAG RI, terdapat 1 ayat berkategori tinggi, tarjamah harfiyah, dan seringnya
penggunaan kalimat panjang yang kurang efektif. Alasan responden yang dapat disimpulkan dari
pemberian nilai kategori 2/sedang dan 1/rendah adalah (1) penggunaan tanda baca yang kurang
tepat dan kadang berlebihan, (2) penggunaan kata ganti orang yang terlalu sering tapi tidak
dijelaskan merujuk pada siapa atau apa, (3) penggunaan “in note” atau keterangan tambahan dalam
bentuk tanda kurung yang terlalu sering terutama pada terjemahan DEPAG RI, dan (4) informasi
yang diberikan pada terjemahan masih belum dapat memuaskan rasa ingin tahu pembaca Bahasa
Sasaran.
Kata Kunci: Keterbacaan, Penerjemahan, Qs. Al-Kahfi, DEPAG RI, MMI
PENDAHULUAN
Mempelajari isi kandungan Al-Qur`an adalah sebuah keharusan bagi seorang muslim.
Sebagaimana Mursyid (2006: 5) Al-Qur`an adalah pemikiran, pelajaran, peringatan yang semua itu
membutuhkan kesungguhan dalam mempelajari dan meneliti. Adapun keterbataasan umat muslim
di Indonesia dalam memahami Al-Qur`an dengan bahasa Arab, maka tidak sedikit diantara mereka
yang hanya mengandalkan terjemahan Al-Qur`an sebagai dasar memahaminya. Hal ini senada
dengan perkataan Hermawan (2016: 1) bahwa persoalan memahami bahasa Al-Qur`an bukan
hanya terletak pada indah dan tidaknya, tetapi juga pengamalan pesan yang terdapat di dalamnya.
Dalam arti, tidak mungkin umat Islam mampu mengamalkan pesan-pesan Al-Qur`an manakala
mereka tidak memahami pesan itu dengan baik dan benar. Meskipun Al-Qur`an telah
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, terjemahan-terjemahan itu tidak pernah benar-benar
dapat menggantikan bahasa aslinya, terutama sebagai bahasa peribadahan. Dalam konteks ini,
bahasa Arab tetap menjadi bahasa ritual Islam, terlepas apakah seorang Muslim itu penutur asli
bahasa Arab atau bukan (Hermawan, 2016: 14).
Cara mengevaluasi hasil terjemahan Al-Qur`an adalah dengan meneliti tingkat komprehensif
atau kemampuan pembaca dalam memahami terjemahan tersebut. Terjemahan Qs. Al-Kahfi yang
berjumlah 110 ayat, dibagi berdasarkan kisahnya menjadi dua bagian besar. Bagian pertama adalah
mengenai kisah Ashabul Kahfi dan dua pemuda yang diberikan kenikmatan oleh Allah Swt berupa
nikmat perkebunan yang makmur dan keturunan. Bagian kedua adalah tentang kisah mengenai
Nabi Musa as yang belajar ilmu pengetahuan kepada seorang shalih dan kisah mengenai Nabi
Zakariya yang diberikan kemampuan untuk memimpin dan membangun benteng yang tinggi untuk
membedakan lahan pemukiman Yakjud dan Makjud dengan para penduduk desa yang ia temui.
Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter pada Era Revolusi Industri 4.0 ISSN: 2654-8607
132
Dari setiap kisah yang disajikan, terdapat pertanyaan untuk mengukur tingkat pemahaman
responden terhadap teks terjemahan yang dibaca.
Qs. Al-Kahfi sendiri merupakan salah surat yang disunnahkan/dianjurkan untuk dibaca pada
hari Jumat bagi umat Muslim. Dalam penelitian ini, terjemahan Qs. Al-Kahfi yang diambil
bersumber dari DEPAG RI (2002) dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) sebagai tandingan dari
hasil terjemahan yang DEPAG RI. Pembagian data pada penelitian disandarkan pada kalimat utuh
yang ditandai dengan tanda titik (.). Pada terjemahan DEPAG RI, data berjumlah 153 kalimat.
Sedangkan pada terjemahan MMI, data berjumlah 249 kalimat. Namun dalam penelitian ini hanya
akan diambil 10 ayat dari Qs. Al-Kahfi.
Nababan (2003: 40) menjelaskan bahwa para pakar teori penerjemahan sependapat bahwa
suatu teks terjemahan dapat dikatakan berkualitas baik jika: (1) teks terjemahan tersebut akurat dari
segi isinya dengan kata lain, pesan yang terkandung dalam teks terjemahan harus sama dengan
pesan yang terkandung dalam teks asli atau Teks Sumber, (2) teks terjemahan diungkapkan dengan
kaidah-kaidah yang berlaku dan tidak bertentangan dengan norma dan budaya yang berlaku dalam
BSa, dan (3) teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca sasaran.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori penilaian kualitas terjemahan menurut
Nababan et.al (2012). Sistem penilaian skoring (1/rendah atau 2/sedang atau 3/tinggi) dalam
mengklasifikasi kualitas terjemahan berdasarkan standar parameter kualitatifnya. Parameter
kualitatif yang diberikan dapat mempermudah responden untuk memberikan penilaian. Adapun
alasan lainnya, adalah karena pengklasifikasian ini dibuat oleh orang Indonesia. Hal tersebut dapat
mempermudah peneliti dalam menyajikan data karena teks BSa berupa bahasa Indonesia.
Nababan (2003: 45) menjelaskan pada mulanya istilah keterbacaan hanya dikaitkan dengan
kegiatan membaca. Kemudian istilah keterbacaan itu dikaitkan pula dalam bidang penerjemahan
karena konteks penerjemahan yang tak lepas dari sifat membaca. Istilah keterbacaan itu pada
dasarnya tidak hanya menyangkut keterbacaan pesan teks BSu, tetapi juga keterbacaan pesan teks
BSa. Berikut tabel penilaian untuk responden/penilai aspek keterbacaan.
Tabel 1. Instrumen Penilai Keterbacaan
Kategori Terjemahan
Skor
Parameter Kualitatif
Keterbacaan Tinggi
3
Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan
dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Keterbacaan Sedang
2
Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh pembaca;
namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu
kali untuk memahami terjemahan.
Keterbacaan Rendah
1
Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca.
Responden yang dipilih untuk menilai hasil terjemahan Qs. Al-Kahfi 1-10 berdasarkan
kriteria berikut (1) seorang Muslim yang masih awam tentang agama Islam, dapat dibuktikan
dengan riwayat pendidikan formal dan non-formal, (2) diutamakan pembaca yang tidak bisa
berbahasa Arab, (3) bukan lulusan pondok dan tidak sedang mengikuti pendidikan
pondok/Mahasantri, (4) tidak mengikuti kegiatan organisasi keislaman di kampus maupun di luar
kampus, (5) sejumlah 5 Mahasiswa yang berada pada satu level yang sama, yaitu masih dalam satu
organisasi/program studi yang sama.
Penelitian terdahulu yang membahas hal serupa berupa Al Qur`an dan terjemahannya seperti
Syahrullah (2013) dengan jurnal yang berjudul “Tarjamah Tafsiriyah Terhadap Al-Qur`an: Antara
Kontekstualisasi dan Distorsi” yang membahas tentang tarjamah tafsiriyah yang dihasilkan oleh
Muhammad Thalib dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan pendapat mereka bahwa
terjemahan Al-Qur`an Kemenag RI merupakan salah satu faktor penyebab munculnya radikalisme.
Ahmadi (2015) dalam jurnal yang berjudul “Model Terjemahan Al-Qur`an Tafsiriyyah Ustad
Muhammad Thalib” yang membahas tentang macam-macam kajian yang dibahas mengenail hasil
terjemahan tafsiriyyah Al Qur`an oleh Ustad Muhammad Thalib. Nurdin (2016) dengan tesis yang
berjudul “Terorisme dan Teks Keagamaan: Studi Komparatif Atas Terjemahan Al-Qur`an
KEMENAG RI dan Terjemah Tafsiriyah MMI” yang membahas mengenai hubungan dua variabel
mengenai terorisme dan terjemah Al-Qur`an Kemenag RI dan MMI 2012. Chirzin (2016) dengan
Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter pada Era Revolusi Industri 4.0 ISSN: 2654-8607
133
jurnal yang berjudul “Dinamika Terjemah Al-Qur`an: Studi Perbandingan Terjemah Al-Qur`an
Kementerian Agama RI dan Muhammad Thalib” yang membahas ayat-ayat aqidah, syari‟ah dan
muamalah yang dianggap salah oleh Muhammad Thalib. Baihaki (2017) dalam jurnal yang
membahas tentang “Penerjemahan Al-Qur`an: Proses Penerjemahan Al-Qur`an di Indonesia”.
PEMBAHASAN
Di dalam dunia penerjemahan, pemakaian bahasa yang baik dan benar dimunculkan pada
struktur gramatikal Bahasa Sasaran (BSa) yang serasi dan mengikuti kaidah bahasa BSa. Hal itu
sesuai dengan pendapat Alwi dkk (1988: 21) yang berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang baik
dan benar dapat diartikan dengan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar.
Pada terjemahan Qs. Al-Kahfi ayat 1-10 dalam dua versi DEPAG RI dan MMI, hasil
penilaian responden beragam mulai dari kategori 1/rendah, 2/sedang, dan 3/tinggi. Pada terjemahan
DEPAG RI, penerjemah cenderung memakai tanda baca dan tetap menjadikan satu ayat dalam satu
kalimat utuh. Sehingga dari 10 ayat Qs. Al-Kahfi, kalimatnya berjumlah 11 ayat dengan adanya
dua kalimat pada ayat ke-5 dan ke-10. Sedangkan dalam terjemahan MMI, penerjemah cenderung
menerjemahkan satu ayat ke dalam beberapa kalimat. Hal ini karena MMI berpedoman pada satu
metode terjemah Arab yaitu tarjamah tafsiriyyah (Thalib, 2012: 11). Berikut tabel data hasil
penilaian keduanya.
Tabel 2. Hasil Penilaian Responden Terhadap Terjemahan DEPAG RI (Qs. Al-Kahfi: 1-10)
DEPAG RI
Ayat Ke-
Data Ke-
P1
P3
P4
P5
Total
1
001
2
2
3
3
2,40
2
002
3
3
3
3
2,80
3
002
3
3
3
3
2,80
4
003
2
3
1
3
2,40
5
004
3
3
1
3
2,60
005
3
3
2
3
6
006
3
3
3
3
3,00
7
007
3
3
1
3
2,60
8
008
3
2
3
3
2,60
9
009
2
3
1
2
2,00
10
010
3
3
3
2
2,90
011
3
3
3
3
Total Nilai Keseluruhan Ayat
2,61
Dari tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa dari 10 ayat yang dinilai oleh 5 responden, hanya
satu ayat yang memiliki rerata nilai sempurna yaitu ayat ke-6. Pada ayat ke-5 dan ke-10,
penerjemah menjadikan hasil terjemahan dalam dua kalimat. Adapun pada data ke-2 tercakup ayat
ke-2 dan ke-3 karena pada ayat ke-2, penerjemah mengakhirinya dengan tanda baca koma (,).
Adapun penilaian hasil terjemahan Qs. Al-Kahfi ayat 1-10 versi MMI dapat dilihat pada tabel 3
berikut.
Tabel 3. Hasil Penilaian Responden Terhadap Terjemahan MMI (Qs. Al-Kahfi: 1-10)
MMI
Ayat Ke-
Data Ke-
P1
P2
P3
P4
P5
Total
1
001
3
3
3
3
3
3,00
002
3
3
3
3
3
2
003
2
2
3
3
2
2,70
004
3
3
3
3
3
3
004
3
3
3
3
3
3,00
4
005
1
2
3
2
1
2,80
Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter pada Era Revolusi Industri 4.0 ISSN: 2654-8607
134
5
006
3
3
1
3
1
2,55
007
3
3
3
2
1
008
3
3
3
3
3
009
3
3
2
2
3
6
010
2
2
3
3
3
2,60
7
011
2
3
2
1
3
2,60
012
3
3
3
3
3
8
013
3
3
3
3
2
2,80
9
014
3
2
3
2
3
2,60
10
015
3
2
3
3
3
2,80
Total Nilai Keseluruhan Ayat
2,95
Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa terjemahan MMI memiliki total nilai responden
yang hampir sempurna, yaitu 2,95. Terdapat dua ayat dengan kategori keterbacaan tinggi, yaitu
ayat ke-1 dan ke-3. sedangkan 8 ayat lainnya termasuk dalam kategori keterbacaan sedang, yaitu
ayat ke-2,-4,-5,-6,-7,-8,-9, dan ke-10. Dalam memberikan penilaian, responden memiliki penilaian
yang berbeda. Terdapat 4 responden yang memberikan penilaian 1/rendah pada data. Pada ayat ke-
4 dan ke-5 data ke-6, ada dua penilaian skoring responden yang berkategori keterbacaan rendah.
A. Keterbacaan Tinggi
Dari 10 ayat yang diberikan kepada responden baik berupa versi terjemahan DEPAG RI
maupun MMI, terdapat 3 ayat yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi atau bernilai 1. Dalam
terjemahan DEPAG RI, hanya pada ayat ke-6 sajalah yang termasuk kategori ini. Berikut datanya.
Tabel 4. Keterbacaan Tinggi Terjemahan Versi DEPAG RI
Versi
No. Data
Terjemahan Ayat ke-6
DEPAG RI
006
Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu
karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak
beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).
MMI
010
Wahai Muhammad, boleh jadi kamu merasa sangat sedih dengan adanya
penolakan mereka atas dakwahmu, karena mereka tidak beriman kepada
Al-Qur`an ini.
Dari tabel 4 di atas, terjemahan ayat ke-6 versi DEPAG RI memiliki kategori 1/tinggi dengan
terjemahan yang mudah untuk dibaca. Namun pada terjemahan MMI, terdapat dua komentar
pembaca, yaitu pada penggunaan kata ganti orang “mereka” yang tidak dijelaskan kembali kepada
siapa dan kata tunjuk “ini” yang kurang efektif karena sudah dapat terbaca baik tanpa
menggunakan kata tunjuk tersebut.
Adapun pada terjemahan MMI, terdapat 2 ayat yang termasuk dalam kategori 1/tinggi, yaitu
pada ayat ke-1 dan ke-3. Berikut salah satu ayat yang dengan kategori keterbacaan tinggi.
Tabel 5. Keterbacaan Tinggi Terjemahan Versi MMI
Versi
No. Data
Terjemahan Ayat ke-1
DEPAG RI
001
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok*;
(*) Tidak ada dalam Al-Qur`an makna berlawanan dan tidak ada
penyimpangan dari kebenaran.
MMI
001
Segala ungkapan puji dan syukur hanyalah berhak ditujukan kepada
Allah, Tuhan yang telah menurunkan Al-Qur`an kepada Muhammad,
hamba-Nya.
002
Dalam Al-Qur`an tidak ada satu ayat pun yang salah.
Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter pada Era Revolusi Industri 4.0 ISSN: 2654-8607
135
Dari tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa pada terjemahan ayat ke-1 versi MMI memiliki
hasil terjemahan yang termasuk dalam kategori 3/tinggi, yaitu kata, istilah teknis, frasa, klausa,
kalimat atau teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Namun berbeda dengan
hasil penilaian responden terhadap hasil terjemahan DEPAG RI pada ayat yang sama. Terdapat tiga
komentar responden terkait ayat ini dan semuanya mengomentari penggunaan kata “bengkok”.
Kata tersebut dianggap sulit untuk dapat dipahami karena dalam terjemahannya disandingkan
dengan “Kitab (Al-Qur`an)”. Adapun sebagai pembaca, diharuskan untuk membaca footnote yang
ditambahkan untuk ayat ini. Sehingga terjemahan kurang praktis dan agak sulit terbaca langsung.
B. Keterbacaan Sedang
Dari hasil penilaian responden terhadap hasil terjemahan versi DEPAG RI terdapat 9 ayat
dan untuk terjemahan hasil MMI terdapat 8 ayat yang termasuk dalam kategori keterbacaan sedang.
Berikut contoh data DEPAG RI dan MMI yang sama-sama memiliki nilai 2,60.
Tabel 6. Keterbacaan Sedang Dengan Nilai yang Sama
Versi
No. Data
Terjemahan Ayat ke-7
DEPAG RI
007
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya
yang terbaik perbuatannya.
MMI
011
Sungguh segala yang ada di muka bumi ini Kami jadikan hiasan bagi
bumi.
012
Dengan kesenangan dunia ini Kami menguji manusia, siapa di antara
mereka yang paling taat kepada Allah.
Dari tabel 6 di atas, hasil penilaian responden menunjukkan bahwa ayat ke-7 dari kedua versi
terjemahan bernilai 2,60 atau termasuk dalam kriteria keterbacaan sedang. Pada umumnya
terjemahan dapat dipahami oleh pembaca namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari
satu kali untuk memahami terjemahan. Seperti komentar salah satu responden untuk terjemahan
DEPAG RI, yaitu pada bagian “bumi sebagai perhiasan baginya” yang masih harus dibaca
beberapa kali untuk dapat memahaminya karena terdapat kata “perhiasan” yang mengganggu
terbaca langsung. Adapun dalam terjemahan MMI, 3 responden memberikan komentar pada bagian
yang hampir sama dengan DEPAG RI namun dengan hasil terjemahan berbeda, yaitu “hiasan bagi
bumi”. Dalam kalimat terjemahannya pada data 011, kata “bumi” berulang dua kali yang
menyebabkan kalimat kurang efektif dan agak sulit terbaca langsung.
C. Keterbacaan Rendah
Dalam rerata hasil keterbacaan pada Qs. Al-Kahfi ayat 1-10, tidak ditemukan data yang
tergolong pada kategori 1/rendah. Artinya, semua ayat yang diterjemahkan baik oleh DEPAG RI
maupun MMI adalah masuk pada kategori 2/sedang dengan nilai rata-rata 2,61 untuk DEPAG RI
dan 2,95 untuk MMI. Namun beberapa responden dalam menilai hasil terjemahan ini juga
memberikan nilai 1/rendah. Beberapa alasan yang dapat disimpulkan dari pemberian nilai kategori
2/sedang dan 1/rendah, (1) penggunaan tanda baca yang kurang tepat dan kadang berlebihan, (2)
penggunaan kata ganti orang yang terlalu sering tapi tidak dijelaskan merujuk pada siapa atau apa,
(3) penggunaan “in note” atau keterangan tambahan dalam bentuk tanda kurung yang terlalu sering
terutama pada terjemahan DEPAG RI, dan (4) informasi yang diberikan pada terjemahan masih
belum dapat memuaskan rasa ingin tahu pembaca BSa.
SIMPULAN
Penelitian ini mengambil objek kajian berupa Qs. Al-Kahfi ayat 1-10 yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam dua versi terjemahan, versi DEPAG RI dengan
tarjamah harfiyah dan MMI dengan tarjamah tafsiriyah. Dari hasil penilaian responden
menunjukkan bahwa kedua terjemahan memiliki kategori keterbacaan sedang dengan rerata nilai
masing-masing 2,61 untuk DEPAG RI dan 2,95 untuk MMI. Pada keterbacaan tinggi, terdapat 2
Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter pada Era Revolusi Industri 4.0 ISSN: 2654-8607
136
ayat MMI dan 1 ayat DEPAG RI yang memiliki rerata 3/tinggi. Pada keterbacaan sedang, 8 ayat
MMI dan 9 ayat DEPAG RI dan tidak terdapat ayat yang memiliki rerata skor 1/rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rizqa. 2015. Model Terjemahan Al-Qur`an Tafsiriyyah Ustad Muhammad Thalib. Jurnal
CMES Sastra Arab UNS, Vol. VIII (1), Januari-Juni 2015, Hlm. 57-69.
Al-Qur`anul Karim dan Terjemahan dari DEPAG RI tahun 2002. 2014. Bandung: Sygma Creative
Media Corp.
Alwi, Hasan dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Baihaki, Egi Sukma. 2017. Penerjemahan Al-Qur`an: Proses Penerjemahan Al-Qur`an di
Indonesia. Jurnal Ushuluddin Vol. 25 (1), Januari-Juni 2017. Hlm. 44-55.
Chirzin, Muhammad. 2016. Dinamika Terjemah Al-Qur`an: Studi Perbandingan Terjemah Al-
Qur`an Kementerian Agama RI dan Muhammad Thalib. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an
dan Hadits. Vol. 17 (1), Januari 2016, Hlm. 1-24.
Hermawan, Acep. 2016. „Ulumul Qur`an: Untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Nababan, M. Rudolf. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Ajar.
_________________, Ardiana Nuraeni dan Sumardiono. 2012. Pengembangan Model Peniliaian
Kualitas Terjemahan. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Vol. 24 (1),. 39-57.
Mursyid, Minardi. 2006. Al-Qur`an Sebagai Rahmatan Lil-„Aalamiin. Surakarta: Yayasan Tauhid
Indonesia.
Nurdin, Nasrullah. 2016. Terorisme dan Teks Keagamaan: Studi Komparatif Atas Terjemah Al-
Qur`an KEMENAG RI dan Terjemah Tafsiriyah MMI. Tesis. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Santosa, Riyadi. 2017. Metode Penelitian Kualitatif Kebahasaan. Surakarta: UNS Press Publishing
dan Printing.
Syahrullah. 2013. Tarjamah Tafsiriyyah Terhadap Al-Qur`an: Antara Kontekstualisasi dan Distorsi.
Journal of Qur`an and Hadits Studies, Vol. 2 (1), Hlm. 43-62.
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret.
Thalib, Al Ustadz Muhammad. 2012. Al-Qur`an Terjemahan Majelis Mujahidin Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Ma‟had An Nabawy Markaz Pusat Majelis Mujahidin.
_____, Al Ustadz Muhammad. 2012. Koreksi Tarjamah Harfiyah Al-Qur`an Kemenag RI.
Yogyakarta: Penerbit Ma‟had An Nabawy Markaz Pusat Majelis Mujahidin.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
This paper compares two translations of the Qur’an: Al-Quran dan Terjemahnya by the team of the Ministry of Religious Affairs/MORA and Al-Quran Tarjamah Tafsiriyah by Muhammad Thalib. Scholars argue differently as to whether the Qur’an is translatable or not. Several classical and contemporary scholars argue that translating the Qur’an is forbidden (haram), while others allow it. Muhammad Thalib claims that Al-Quran dan Terjemahnya includes literal (harfiyah) translation, which is forbidden by scholars, and contains 3400 errors. On that basis, he composed Al-Quran Tarjamah Tafsiriyah as a correction of the former translation. I compare Al-Quran dan Terjemahnya’s translations of several verses on theological doctrine, syari’ah and mu’amalah, of which Thalib considers as containing errors, and those of Thalib’s translation himself to look for similarities and differences. The research shows that there is no significant difference between the two translations. The difference was limited to their respective method and purpose. MORA’s translation was oriented to translate the Qur’an faithfully, while Muhammad Thalib’s translation was oriented to provide an interpretive translation. For some verses, Thalib’s translation provides clearer meaning than that MORA’s. I argue that while translation errors are found in Thalib’s translation, none is found in MORA’s translation.Key words: Al-Quran Terjemahnya, Tarjamah Tafsiriyah, comparison, strength, weakness.
Article
Full-text available
Penerjemahan al-Qur’an dalam sejarahnya mengalami proses yang cukup panjang, misalnya dari persoalan kewenangan atau legitimasi penerjemah, hukum menerjemahkan, ditambah lagi dengan kehadiran terjemahan yang dibuat oleh para Orientalis membuat banyak perbedaan di antara para ulama dalam menyikapi penerjemahan al-Qur’an di berbagai wilayah. Penolakan terhadap penerjemahan al-Qur’an juga sempat ada di Indonesia. Tapi, meskipun sempat ditolak, pada akhirnya penerjemahan al-Qur’an di Indonesia tetap berlangsung hingga sekarang. Proses penerjemahan itu sendiri memiliki berbagai dimensi mulai dari keterlibatan sastra dan penggunaan bahasa daerah dalam menerjemahkan al-Qur’an
Model Terjemahan Al-Qur`an Tafsiriyyah Ustad Muhammad Thalib
  • Rizqa Ahmadi
Ahmadi, Rizqa. 2015. Model Terjemahan Al-Qur`an Tafsiriyyah Ustad Muhammad Thalib. Jurnal CMES Sastra Arab UNS, Vol. VIII (1), Januari-Juni 2015, Hlm. 57-69.
Ulumul Qur`an: Untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
  • Acep Hermawan
Hermawan, Acep. 2016. "Ulumul Qur`an: Untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Teori Menerjemah Bahasa Inggris
  • M Nababan
  • Rudolf
Nababan, M. Rudolf. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Ajar.
Pengembangan Model Peniliaian Kualitas Terjemahan
  • Ardiana Nuraeni Dan
  • Sumardiono
_________________, Ardiana Nuraeni dan Sumardiono. 2012. Pengembangan Model Peniliaian Kualitas Terjemahan. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Vol. 24 (1),. 39-57.
Metode Penelitian Kualitatif Kebahasaan
  • Riyadi Santosa
Santosa, Riyadi. 2017. Metode Penelitian Kualitatif Kebahasaan. Surakarta: UNS Press Publishing dan Printing.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret
  • H B Sutopo
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret.
Al-Qur`an Terjemahan Majelis Mujahidin Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ma"had An Nabawy Markaz Pusat Majelis Mujahidin
  • Al Ustadz Thalib
  • Muhammad
Thalib, Al Ustadz Muhammad. 2012. Al-Qur`an Terjemahan Majelis Mujahidin Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ma"had An Nabawy Markaz Pusat Majelis Mujahidin.
Koreksi Tarjamah Harfiyah AlQuràn Kemenag RI. Yogyakarta: Penerbit Ma"had An Nabawy Markaz Pusat Majelis Mujahidin
  • Al Ustadz Muhammad
_____, Al Ustadz Muhammad. 2012. Koreksi Tarjamah Harfiyah AlQuràn Kemenag RI. Yogyakarta: Penerbit Ma"had An Nabawy Markaz Pusat Majelis Mujahidin.