Available via license: CC BY-NC-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
87
Penerapan Re Order Point (Rop) Dan Safety Stock Pada Pengadaan
Chemical Demulsifier dan Chemical Reverse Demulsifier
Muhammad Ihsan Hamdy1, Ahmad Masari2, Muhammad Fajri Ardi3
1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Subrantas No. 155 Simpang Baru, Pekanbaru, 28293
Email: m.ihsanhamdy@uin-suska.ac.id, ahmad.mas’ari@uin-suska.ac.id
ABSTRAK
Pengadaan material chemical belum menggunakan metode yang baku, pengadaan masih
dilakukan menggunakan perhitungan berdasarkan perkiraan dan kurangnya pengontrolan terhadap
persediaan material chemical didalam gudang. Sebuah perusahaan juga memerlukan pengendalian
persediaan material. Masalah pemesanan material merupakan hal yang penting dalam suatu
perusahaan, sehingga malasah ini terus dipelajari dan dikembangkan. Metode yang digunakan
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Re Order Point (ROP) dan Safety Stock. Metode ini
digunakan untuk menentukan titik pesan kembali untuk material demi kelancaran proses produksi
perusahaan. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui titik ROP dan Safety Stock material
chemical. Hasil Penelitian ini yaitu ROP chemical demulsifier 460 liter dan ROP chemical revers
demulsifier 920 liter. Safety Stock cehmical demulsifier 161 liter dan chemical revers demulsifier
437 liter.
Kata Kunci: Re order Point, Safety Stock, chemical Demulsifier, chemical Reverse Demulsifier, dan
Penyimpanan
Pendahuluan
Pada sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang eksplorasi minyak bumi terdapat
proses yang menggunakan cairan kimia. Salah
satu cairan kimia yang digunakan adalah
demulsifier dan reverse demulsifier. Cairan kimia
ini berfungsi sebagai reaksi pemisah antara
minyak bumi dengan unsur pengotor.
Pemesanan cairan kimia ini dilakukan
secara berkala kemudian disimpan didalam
gudang sebelum digunakan. Seharusnya, jumlah
pesanan sudah disesuaikan dengan kebutuhan
untuk beberapa waktu kedepan. Adakalanya
terjadi kondisi dimana cairan kimia yang dipesan
sebelumnya masih bersisa namun datang lagi
pesanan yang baru. Hal ini menyebabkan terjadi
penumpukan cairan kimia di gudang
penyimpanan.
Cairan kimia demulsifier dan reverse
demulsifier dikemas didalam sebuah drum dan
disimpan di dalam gudang. Saat terjadi stok
berlebih sebagian cairan kimia diletakkan diluar
gudang pada kondisi ruang terbuka. Pada kondisi
tersebut cairan kimia akan terpapar hujan dan
panas yang dapat menyebabkan penurunan
kualitas. Jika demikian maka cairan kimia
tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Melihat dampak yang ditimbulkan maka
kelebihan stok cairan kimia ini perlu dihindari.
Cara menghindarinya adalah dengan melakukan
pemesanan ulang untuk stok berikutnya pada
waktu yang tepat. Melalui cara seperti ini maka
stok yang baru akan datang setelah stok yang
sebelumnya akan habis.
Tinjauan Pustaka
Re Order Point
Re order Point adalah tingkat persediaan
dimana pemesanan kembali harus dilakukan.
Model persediaan mengasumsikan bahwa suatu
perusahaan akan menunggu sampai tingkat
persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan
memesan kembali dan dengan seketika kiriman
yang dipesan akan diterima.
Waktu antara dilakukannya pemesanan
atau waktu pengiriman biasa cepat atau lambat,
sehingga perlu ditetapkan metode pemesanan
kembali. Apabila ROP terlambat maka berakibat
munculnya biaya kekurangan bahan (stock out
cost) dan bila ROP terlalu cepat makan akan
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
88
berakibat timbulnya biaya tambahan (extra
carrying cost) (Lukmana dan Trivena, 2015).
Perusahaan – perusahaan menetapkan
kebijakan dalam menentukan titik pemesanan
ulang, sebagai berikut: ((Lukmana dan Trivena,
2015).
a. Menetapkan jumlah pengggunaan
selama lead time, yaitu waktu mulai
barang dipesan sampai barang datang
ditambah persentase tertentu sebagai
persediaan pengaman.
b. Menetapkan jumlah penggunaan selama
lead time ditambah penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock.
c. Penetapan lead time dengan biaya yang
ekonomis atau minimum.
Safety Stock
Stock pengaman merupakan persediaan
tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
bahan atau stock out (Ikhwanina, 2017). Saat ini,
pengendalian persediaan didasarkan pada
pengalaman periode sebelumnya. Untuk
mengantisipasi tingginya fluktuasi permintaan
produk, perusahan menyediakan persediaan
pengaman (safety stock) untuk tiap produk
sebanyak 30% dari selisih antara nilai rata-rata
barang masuk (pembelian) dan barang keluar
(penjualan) pada periode tertentu. Perhitungan
persediaan cadangan didasarkan data permintaan
tahun sebelumnya dan metode pengendalian ini
berlaku untuk seluruh jenis produk.
Hal lain yang belum diperhatikan
perusahaan adalah penentuan waktu pemesanan
kembali. Penentuan titik pemesanan kembali,
dilakukan dengan memperkirakan waktu pesan
dengan waktu kedatangan barang (lead time).
Perbedaan waktu antara saat memesan sampai
saat barang datang dikenal dengan istilah lead
time (Kushartini dan Almahdy, 2015). Namun,
belum mempertimbangkan potensi kenaikan
permintaan yang memungkinkan terjadinya
kehabisan barang (stock out) yang harus dihindari
(Pulungan dan Fatma, 2018).
Metode Penelitian
Pengolahan data pada penelitian ini
adalah menghitung re order point dan safety
stock. Re order point dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
ROP = (LDxAU) + S
LD = lead time (waktu tunggu pesanan)
AU = kebutuhan rata rata
SS = safety stock
Sedangkan safety stock dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
SS = (pemakaian maks-pemakaian rata rata) x
lead time
Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah data-data yang digunakan
dalam penelitian ini:
Tabel 1. Penggunaan chemical demulsifier
Bulan
Jumlah
Liter
Drum
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
400
600
800
1000
400
600
800
800
400
600
1000
400
7800
2
3
4
5
2
3
4
4
2
3
5
2
39
Tabel 2. Penggunaan chemical reverse
demulsifier
Bulan
Jumlah
Liter
Drum
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
800
400
600
2000
600
1200
1600
1400
800
1000
1400
800
12600
4
3
2
10
3
6
8
7
4
5
7
4
63
Tabel 3. Pengadaan chemical demulsifier
Bulan
Jumlah
Liter
Drum
Januari
Februari
Maret
2200
2000
11
10
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
89
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
2000
4000
10.200
10
20
51
Tabel 4. Pengadaan chemical reverse demulsifier
Bulan
Jumlah
Liter
Drum
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
2000
2000
4000
6000
6000
20.000
10
10
20
30
30
100
1. ROP chemical demulsifier
a. lead time: yaitu pemesanan yang dilakukan
selama 14 hari
LD = 14/30 = 0,46 bulan
b. Pemakaian rata-rata
AU = 7800/12 bulan = 650 liter/bulan
c. Safety stock
SS = (100 L – 650 L/bulan) x 0,46 bulan = 161 L
d. ROP
ROP = 0,46 bulan x 650 L/bulan + 161 L = 460 L
Jika pengadaan chemical demulsifier
dilakukan setiap 3 bulan maka cara
menghitungnya yaitu: pemakaian rata-rata
sebulan x 3 bulan 650 liter x 3 bulan = 1950 liter.
2. ROP chemical reverse demulsifier
a. lead time: yaitu pemesanan yang dilakukan
selama 14 hari
LD = 14/30 = 0,46 bulan
b. Pemakaian rata-rata
AU = 12600/12 bulan = 1050 liter/bulan
c. Safety stock
SS = (2000 L-1050 L/bulan) x 0,46 bulan = 437 L
d. ROP
ROP = 0,46 bulan x 1050 L/bulan + 437 L = 460
L
Jika pengadaan chemical demulsifier
dilakukan setiap 3 bulan maka cara
menghitungnya yaitu : pemakaian rata-rata
sebulan x 3 bulan 1050 liter x 3 bulan = 3150
liter.
Re Order Point
Dalam metode re order point hasilnya
akhirnya adalah menentukan titik dimana akan
kembali melakukan pemesanan material chemical
yang dibutuhkan. Metode ini sangat cocok
diaplikasikan karena salah satu alasannya adalah,
perusahaan tidak memiliki pergudangan yang
cukup luas untuk menyimpan stock yang banyak.
Pergudangan yang dimiliki sekarang ini masih
tergolong kecil jika dibandingkan dengan
banyaknya material-material yang dimiliki.
Data yang digunakan sebagai tolak ukur
adalah data penggunaan material chemical di
2018. Hasil perhitungannya digunakan untuk
pengadaan 2019. Metode re order point juga kita
dapat mengetahui stock yang masih ada karena
Sistem monitoring data penggunaan kita selalu
tercatat setiap hari sampai mencapai re order
point nya.
Dari hasil pengolahan data pada bab 4
diperoleh hasil re order point untuk chemcial
demulsifier sebesar 460 liter dan untuk chemical
revers demulsifier sebesar 920 liter, dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
pemakaian rata-rata perbulan maka semakin
tinggi pula titik ROP nya. Hal tersebut diperoleh
dari jumlah pemakaian rata-rata perbulan untuk
chemical demulsifier 650 liter/bulan dan titik
ROP nya 460 liter, sedangkan untuk chemical
revers demulsifier pemakaian rata-rata
perbulannya 1050 liter/bulan dan titik ROP nya
920 liter. Apabila perusahaan memesan chemical
kurang dari 460 liter dan 920 liter maka akan
berdampak pada terjadinya kekurangan chemical
saat produksi berlangsung. Jika perusahaan
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
90
memesan chemical pada titik lebih dari 460 liter
dan 920 liter maka akan berdampak pada
menumpuknya stock yang ada dan
mengakibatkan tidak muatnya gudang
peyimpanan.
Jika persediaan chemical demulsifier
tersisa pada angka tersebut, maka perusahaan
harus melakukan order kembali untuk
menggantikan persediaan yang telah digunakan.
Jika titik pemesanannya ditetapkan terlalu rendah
maka persediaan akan habis sebelum persediaan
pengganti diterima sehingga operasi dapat
terganggu. Namun, jika titik pemesanan yang
ditetapkan terlalu tinggi maka persediaan baru
sudah datang, sedangkan persediaan digudang
masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan
pemborosan biaya dan kelebihan muatan di
gudang. Sehingga, untuk menentukan titik
pemesanan yang baik mesti digunakan rumus re
order point. Selama ini pengadaan dilakukan
dengan perkiraan saja sehingga berdampak pada
kelebihan stock yang berada digudang.
Safety Stock
Safety stock yaitu material yang harus
selalu tersedia dalam gudang yang berfungsi
sebagai pengaman untuk mengantisipasi keadaan
dimana terjadi kehabisan stok selama lead time.
Dari hasil pengolahan data pada bab 4 diperoleh
safety stok untuk chemical demulsifier sebesar
161 liter dan chemical revers demulsifier sebesar
437 liter. Angka tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi pemakaian maksimum pada
periode tertentu dan pemakaian rata-rata perbulan
maka akan semakin tinggi angka safety stock nya.
Hal tersebut diperoleh dari data pemakaian
maksimum 1000 liter dan pemakain rata-rata
sebulan 650 liter untuk chemical demulsifier
maka safety stock nya diperoleh 161 liter.
Sedangkan pemakaian maksimum dan pemakain
rata-rata perbulan chemical demulsifier diperoleh
2000 liter dan 1050 liter maka safety stock nya
sebesar 437 liter.
Peran safety stok yaitu sebagai stok
pengaman jika stok chemical habis selama waktu
tunggu kedatangan pemesaan kembali, sehingga
bisa digunakan stok pada safety stock agar tidak
terganggunya proses operasi perusahaan. Safety
stock juga berperan jika stock yang normal pada
perusahaan tidak cukup untuk memenuhi proses
operasi dikarenakan cehmical yang
terkontaminasi dengan air dan terjadinya
kebocoran pada penggunanan maka Safety stock
bisa berperan penting pada kendala tersebut.
Apabila tidak ada safety stock maka akan
berdampak terganggunya proses operasi
perusahaan jika terjadinya kendala diatas.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
ROP pada chemical di PT. SPR Langgak
untuk jenis demulsifier adalah 460 liter,
sedangkan untuk jenis revers demulsifier adalah
920 liter.
Safety stock pada chemical di PT. SPR
Langgak untuk jenis demulsifier adalah 161 liter,
sedangkan untuk jenis revers demulsifier adalah
437 liter.
Daftar Pustaka
[1] Amin, Mustaghfirin. 2014. Proses
Produksi Migas 2. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
[2] Fatma, Erika & Pulungan Dian Serena.
2018. Analisis Pengendalian Persediaan
Menggunakan Metode Probabilistik
dengan Kebijakan Backhorder dan Lost
Sales. Jurnal Teknik Industri Vol 19 (1).
Jakarta: Manajemen Logistik Industri
Elektonika Politeknik APP Jakarta.
[3] Ikhwanina, Qoni’ah. 2017. Analisis
Penentu Re Order Point (ROP) Kedelai
untuk kelancaran Proses Produksi Tempe
Pada Raja Tempe di Nganjuk Tahun 2015.
Jurnal Simki-Ekonomic Vol 1 (04). Kediri
: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara
PGRI Kediri.
[4] Irwadi, Maulan. 2015. Penerapan Re
Order Point Untuk Persediaan Bahan
Baku Produksi Alat Pabrik Kelapa Sawit
Pada PT. Swakarya Adhi Usaha
Kabupaten Banyuasin. Jurnal Akuntasnsi
Politeknik Sekayu Volume II (1).
Banyuasin: Program Studi Akuntansi
Politeknik Anika.
[5] Jacobus, Steyssi I.W., Sumarauw, Jacky
S.B. 2018. Analisi Sistem Manajemen
Pergudangan Pada CV. Pasific Indah
Manado. Manado: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Manajemen Universitas
Sam Ratulangi Manado.
[6] Kushartini, Dinni & Almahdy, Indra.
2015. Sistem Persediaan Bahan Baku
Produk Dispersant Di Industri Kimia.
Jurnal Pasti Volume X (2). Jakarta :
Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu
Buana.
[7] Muhsin, Ahmad & Apriyani Noor. 2017.
Analisis Pengendalian Bahan Baku
Dengan Metode Ekonomic Order Quantity
dan Kanban Pada PT Adywinsa Stamping
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
91
Industries. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Industri Universitas Pembanguna Veteran
Yogyakarta.
[8] Trivana, Diana Y, & Lukmana, Tomi.
2015. Penerapan Metode EOQ dan ROP.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem
Informasi Volume 1 (3). Bandung: Teknik
Informatika Universitas Kristen
Maranatha.
[9] Putra, Muhammad Rizki Agung, dkk.
2015. Analisis Sistem Pengadaan
Barang/Jasa Dalam Meningkatkan
Pengendalian Intern. Jurnal Administrasi
Bisnis Vol 2 (2). Malang: Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
[10] Yani, Ari Soeti. 2016. Analisis Persediaan
Bahan Baku Kalep dengan Metode
Economis Order Quantity Dalam
Mendukung Kelancaran Usaha Pada
Industri Kecil Sepatu Diwilayah
Kemayoran. Jakarta: Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta.