ArticlePDF Available

Penerapan Re Order Point (Rop) Dan Safety Stock Pada Pengadaan Chemical Demulsifier dan Chemical Reverse Demulsifier

Authors:

Abstract

Pengadaan material chemical belum menggunakan metode yang baku, pengadaan masih dilakukan menggunakan perhitungan berdasarkan perkiraan dan kurangnya pengontrolan terhadap persediaan material chemical didalam gudang. Sebuah perusahaan juga memerlukan pengendalian persediaan material. Masalah pemesanan material merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan, sehingga malasah ini terus dipelajari dan dikembangkan. Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Re Order Point (ROP) dan Safety Stock. Metode ini digunakan untuk menentukan titik pesan kembali untuk material demi kelancaran proses produksi perusahaan. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui titik ROP dan Safety Stock material chemical. Hasil Penelitian ini yaitu ROP chemical demulsifier 460 liter dan ROP chemical revers demulsifier 920 liter. Safety Stock cehmical demulsifier 161 liter dan chemical revers demulsifier 437 liter.
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
87
Penerapan Re Order Point (Rop) Dan Safety Stock Pada Pengadaan
Chemical Demulsifier dan Chemical Reverse Demulsifier
Muhammad Ihsan Hamdy1, Ahmad Masari2, Muhammad Fajri Ardi3
1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Subrantas No. 155 Simpang Baru, Pekanbaru, 28293
Email: m.ihsanhamdy@uin-suska.ac.id, ahmad.mas’ari@uin-suska.ac.id
ABSTRAK
Pengadaan material chemical belum menggunakan metode yang baku, pengadaan masih
dilakukan menggunakan perhitungan berdasarkan perkiraan dan kurangnya pengontrolan terhadap
persediaan material chemical didalam gudang. Sebuah perusahaan juga memerlukan pengendalian
persediaan material. Masalah pemesanan material merupakan hal yang penting dalam suatu
perusahaan, sehingga malasah ini terus dipelajari dan dikembangkan. Metode yang digunakan
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Re Order Point (ROP) dan Safety Stock. Metode ini
digunakan untuk menentukan titik pesan kembali untuk material demi kelancaran proses produksi
perusahaan. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui titik ROP dan Safety Stock material
chemical. Hasil Penelitian ini yaitu ROP chemical demulsifier 460 liter dan ROP chemical revers
demulsifier 920 liter. Safety Stock cehmical demulsifier 161 liter dan chemical revers demulsifier
437 liter.
Kata Kunci: Re order Point, Safety Stock, chemical Demulsifier, chemical Reverse Demulsifier, dan
Penyimpanan
Pendahuluan
Pada sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang eksplorasi minyak bumi terdapat
proses yang menggunakan cairan kimia. Salah
satu cairan kimia yang digunakan adalah
demulsifier dan reverse demulsifier. Cairan kimia
ini berfungsi sebagai reaksi pemisah antara
minyak bumi dengan unsur pengotor.
Pemesanan cairan kimia ini dilakukan
secara berkala kemudian disimpan didalam
gudang sebelum digunakan. Seharusnya, jumlah
pesanan sudah disesuaikan dengan kebutuhan
untuk beberapa waktu kedepan. Adakalanya
terjadi kondisi dimana cairan kimia yang dipesan
sebelumnya masih bersisa namun datang lagi
pesanan yang baru. Hal ini menyebabkan terjadi
penumpukan cairan kimia di gudang
penyimpanan.
Cairan kimia demulsifier dan reverse
demulsifier dikemas didalam sebuah drum dan
disimpan di dalam gudang. Saat terjadi stok
berlebih sebagian cairan kimia diletakkan diluar
gudang pada kondisi ruang terbuka. Pada kondisi
tersebut cairan kimia akan terpapar hujan dan
panas yang dapat menyebabkan penurunan
kualitas. Jika demikian maka cairan kimia
tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Melihat dampak yang ditimbulkan maka
kelebihan stok cairan kimia ini perlu dihindari.
Cara menghindarinya adalah dengan melakukan
pemesanan ulang untuk stok berikutnya pada
waktu yang tepat. Melalui cara seperti ini maka
stok yang baru akan datang setelah stok yang
sebelumnya akan habis.
Tinjauan Pustaka
Re Order Point
Re order Point adalah tingkat persediaan
dimana pemesanan kembali harus dilakukan.
Model persediaan mengasumsikan bahwa suatu
perusahaan akan menunggu sampai tingkat
persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan
memesan kembali dan dengan seketika kiriman
yang dipesan akan diterima.
Waktu antara dilakukannya pemesanan
atau waktu pengiriman biasa cepat atau lambat,
sehingga perlu ditetapkan metode pemesanan
kembali. Apabila ROP terlambat maka berakibat
munculnya biaya kekurangan bahan (stock out
cost) dan bila ROP terlalu cepat makan akan
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
88
berakibat timbulnya biaya tambahan (extra
carrying cost) (Lukmana dan Trivena, 2015).
Perusahaan perusahaan menetapkan
kebijakan dalam menentukan titik pemesanan
ulang, sebagai berikut: ((Lukmana dan Trivena,
2015).
a. Menetapkan jumlah pengggunaan
selama lead time, yaitu waktu mulai
barang dipesan sampai barang datang
ditambah persentase tertentu sebagai
persediaan pengaman.
b. Menetapkan jumlah penggunaan selama
lead time ditambah penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock.
c. Penetapan lead time dengan biaya yang
ekonomis atau minimum.
Safety Stock
Stock pengaman merupakan persediaan
tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
bahan atau stock out (Ikhwanina, 2017). Saat ini,
pengendalian persediaan didasarkan pada
pengalaman periode sebelumnya. Untuk
mengantisipasi tingginya fluktuasi permintaan
produk, perusahan menyediakan persediaan
pengaman (safety stock) untuk tiap produk
sebanyak 30% dari selisih antara nilai rata-rata
barang masuk (pembelian) dan barang keluar
(penjualan) pada periode tertentu. Perhitungan
persediaan cadangan didasarkan data permintaan
tahun sebelumnya dan metode pengendalian ini
berlaku untuk seluruh jenis produk.
Hal lain yang belum diperhatikan
perusahaan adalah penentuan waktu pemesanan
kembali. Penentuan titik pemesanan kembali,
dilakukan dengan memperkirakan waktu pesan
dengan waktu kedatangan barang (lead time).
Perbedaan waktu antara saat memesan sampai
saat barang datang dikenal dengan istilah lead
time (Kushartini dan Almahdy, 2015). Namun,
belum mempertimbangkan potensi kenaikan
permintaan yang memungkinkan terjadinya
kehabisan barang (stock out) yang harus dihindari
(Pulungan dan Fatma, 2018).
Metode Penelitian
Pengolahan data pada penelitian ini
adalah menghitung re order point dan safety
stock. Re order point dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
ROP = (LDxAU) + S
LD = lead time (waktu tunggu pesanan)
AU = kebutuhan rata rata
SS = safety stock
Sedangkan safety stock dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
SS = (pemakaian maks-pemakaian rata rata) x
lead time
Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah data-data yang digunakan
dalam penelitian ini:
Tabel 1. Penggunaan chemical demulsifier
Bulan
Jumlah
Liter
Drum
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
400
600
800
1000
400
600
800
800
400
600
1000
400
7800
2
3
4
5
2
3
4
4
2
3
5
2
39
Tabel 2. Penggunaan chemical reverse
demulsifier
Bulan
Jumlah
Liter
Drum
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
800
400
600
2000
600
1200
1600
1400
800
1000
1400
800
12600
4
3
2
10
3
6
8
7
4
5
7
4
63
Tabel 3. Pengadaan chemical demulsifier
Bulan
Jumlah
Liter
Drum
Januari
Februari
Maret
2200
2000
11
10
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
89
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
10
20
51
Tabel 4. Pengadaan chemical reverse demulsifier
Bulan
Jumlah
Drum
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
10
10
20
30
30
100
1. ROP chemical demulsifier
a. lead time: yaitu pemesanan yang dilakukan
selama 14 hari
LD = 14/30 = 0,46 bulan
b. Pemakaian rata-rata
AU = 7800/12 bulan = 650 liter/bulan
c. Safety stock
SS = (100 L 650 L/bulan) x 0,46 bulan = 161 L
d. ROP
ROP = 0,46 bulan x 650 L/bulan + 161 L = 460 L
Jika pengadaan chemical demulsifier
dilakukan setiap 3 bulan maka cara
menghitungnya yaitu: pemakaian rata-rata
sebulan x 3 bulan 650 liter x 3 bulan = 1950 liter.
2. ROP chemical reverse demulsifier
a. lead time: yaitu pemesanan yang dilakukan
selama 14 hari
LD = 14/30 = 0,46 bulan
b. Pemakaian rata-rata
AU = 12600/12 bulan = 1050 liter/bulan
c. Safety stock
SS = (2000 L-1050 L/bulan) x 0,46 bulan = 437 L
d. ROP
ROP = 0,46 bulan x 1050 L/bulan + 437 L = 460
L
Jika pengadaan chemical demulsifier
dilakukan setiap 3 bulan maka cara
menghitungnya yaitu : pemakaian rata-rata
sebulan x 3 bulan 1050 liter x 3 bulan = 3150
liter.
Re Order Point
Dalam metode re order point hasilnya
akhirnya adalah menentukan titik dimana akan
kembali melakukan pemesanan material chemical
yang dibutuhkan. Metode ini sangat cocok
diaplikasikan karena salah satu alasannya adalah,
perusahaan tidak memiliki pergudangan yang
cukup luas untuk menyimpan stock yang banyak.
Pergudangan yang dimiliki sekarang ini masih
tergolong kecil jika dibandingkan dengan
banyaknya material-material yang dimiliki.
Data yang digunakan sebagai tolak ukur
adalah data penggunaan material chemical di
2018. Hasil perhitungannya digunakan untuk
pengadaan 2019. Metode re order point juga kita
dapat mengetahui stock yang masih ada karena
Sistem monitoring data penggunaan kita selalu
tercatat setiap hari sampai mencapai re order
point nya.
Dari hasil pengolahan data pada bab 4
diperoleh hasil re order point untuk chemcial
demulsifier sebesar 460 liter dan untuk chemical
revers demulsifier sebesar 920 liter, dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
pemakaian rata-rata perbulan maka semakin
tinggi pula titik ROP nya. Hal tersebut diperoleh
dari jumlah pemakaian rata-rata perbulan untuk
chemical demulsifier 650 liter/bulan dan titik
ROP nya 460 liter, sedangkan untuk chemical
revers demulsifier pemakaian rata-rata
perbulannya 1050 liter/bulan dan titik ROP nya
920 liter. Apabila perusahaan memesan chemical
kurang dari 460 liter dan 920 liter maka akan
berdampak pada terjadinya kekurangan chemical
saat produksi berlangsung. Jika perusahaan
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
90
memesan chemical pada titik lebih dari 460 liter
dan 920 liter maka akan berdampak pada
menumpuknya stock yang ada dan
mengakibatkan tidak muatnya gudang
peyimpanan.
Jika persediaan chemical demulsifier
tersisa pada angka tersebut, maka perusahaan
harus melakukan order kembali untuk
menggantikan persediaan yang telah digunakan.
Jika titik pemesanannya ditetapkan terlalu rendah
maka persediaan akan habis sebelum persediaan
pengganti diterima sehingga operasi dapat
terganggu. Namun, jika titik pemesanan yang
ditetapkan terlalu tinggi maka persediaan baru
sudah datang, sedangkan persediaan digudang
masih banyak. Keadaan ini mengakibatkan
pemborosan biaya dan kelebihan muatan di
gudang. Sehingga, untuk menentukan titik
pemesanan yang baik mesti digunakan rumus re
order point. Selama ini pengadaan dilakukan
dengan perkiraan saja sehingga berdampak pada
kelebihan stock yang berada digudang.
Safety Stock
Safety stock yaitu material yang harus
selalu tersedia dalam gudang yang berfungsi
sebagai pengaman untuk mengantisipasi keadaan
dimana terjadi kehabisan stok selama lead time.
Dari hasil pengolahan data pada bab 4 diperoleh
safety stok untuk chemical demulsifier sebesar
161 liter dan chemical revers demulsifier sebesar
437 liter. Angka tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi pemakaian maksimum pada
periode tertentu dan pemakaian rata-rata perbulan
maka akan semakin tinggi angka safety stock nya.
Hal tersebut diperoleh dari data pemakaian
maksimum 1000 liter dan pemakain rata-rata
sebulan 650 liter untuk chemical demulsifier
maka safety stock nya diperoleh 161 liter.
Sedangkan pemakaian maksimum dan pemakain
rata-rata perbulan chemical demulsifier diperoleh
2000 liter dan 1050 liter maka safety stock nya
sebesar 437 liter.
Peran safety stok yaitu sebagai stok
pengaman jika stok chemical habis selama waktu
tunggu kedatangan pemesaan kembali, sehingga
bisa digunakan stok pada safety stock agar tidak
terganggunya proses operasi perusahaan. Safety
stock juga berperan jika stock yang normal pada
perusahaan tidak cukup untuk memenuhi proses
operasi dikarenakan cehmical yang
terkontaminasi dengan air dan terjadinya
kebocoran pada penggunanan maka Safety stock
bisa berperan penting pada kendala tersebut.
Apabila tidak ada safety stock maka akan
berdampak terganggunya proses operasi
perusahaan jika terjadinya kendala diatas.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
ROP pada chemical di PT. SPR Langgak
untuk jenis demulsifier adalah 460 liter,
sedangkan untuk jenis revers demulsifier adalah
920 liter.
Safety stock pada chemical di PT. SPR
Langgak untuk jenis demulsifier adalah 161 liter,
sedangkan untuk jenis revers demulsifier adalah
437 liter.
Daftar Pustaka
[1] Amin, Mustaghfirin. 2014. Proses
Produksi Migas 2. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
[2] Fatma, Erika & Pulungan Dian Serena.
2018. Analisis Pengendalian Persediaan
Menggunakan Metode Probabilistik
dengan Kebijakan Backhorder dan Lost
Sales. Jurnal Teknik Industri Vol 19 (1).
Jakarta: Manajemen Logistik Industri
Elektonika Politeknik APP Jakarta.
[3] Ikhwanina, Qoni’ah. 2017. Analisis
Penentu Re Order Point (ROP) Kedelai
untuk kelancaran Proses Produksi Tempe
Pada Raja Tempe di Nganjuk Tahun 2015.
Jurnal Simki-Ekonomic Vol 1 (04). Kediri
: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara
PGRI Kediri.
[4] Irwadi, Maulan. 2015. Penerapan Re
Order Point Untuk Persediaan Bahan
Baku Produksi Alat Pabrik Kelapa Sawit
Pada PT. Swakarya Adhi Usaha
Kabupaten Banyuasin. Jurnal Akuntasnsi
Politeknik Sekayu Volume II (1).
Banyuasin: Program Studi Akuntansi
Politeknik Anika.
[5] Jacobus, Steyssi I.W., Sumarauw, Jacky
S.B. 2018. Analisi Sistem Manajemen
Pergudangan Pada CV. Pasific Indah
Manado. Manado: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Manajemen Universitas
Sam Ratulangi Manado.
[6] Kushartini, Dinni & Almahdy, Indra.
2015. Sistem Persediaan Bahan Baku
Produk Dispersant Di Industri Kimia.
Jurnal Pasti Volume X (2). Jakarta :
Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu
Buana.
[7] Muhsin, Ahmad & Apriyani Noor. 2017.
Analisis Pengendalian Bahan Baku
Dengan Metode Ekonomic Order Quantity
dan Kanban Pada PT Adywinsa Stamping
Jurnal Teknik Industri Vol. 5, No. 2, 2019
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
91
Industries. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Industri Universitas Pembanguna Veteran
Yogyakarta.
[8] Trivana, Diana Y, & Lukmana, Tomi.
2015. Penerapan Metode EOQ dan ROP.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem
Informasi Volume 1 (3). Bandung: Teknik
Informatika Universitas Kristen
Maranatha.
[9] Putra, Muhammad Rizki Agung, dkk.
2015. Analisis Sistem Pengadaan
Barang/Jasa Dalam Meningkatkan
Pengendalian Intern. Jurnal Administrasi
Bisnis Vol 2 (2). Malang: Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
[10] Yani, Ari Soeti. 2016. Analisis Persediaan
Bahan Baku Kalep dengan Metode
Economis Order Quantity Dalam
Mendukung Kelancaran Usaha Pada
Industri Kecil Sepatu Diwilayah
Kemayoran. Jakarta: Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta.
... Proses pengadaan masih menggunakan perhitungan berbasis estimasi dan kurangnya kontrol terhadap pasokan bahan kimia di gudang. Pengendalian persediaan material juga diperlukan dalam suatu bisnis [19]. Permasalahan pemesanan material merupakan suatu hal yang penting bagi suatu korporasi, oleh karena itu masih terus diteliti dan dikembangkan. ...
... Biaya yang terkait dengan kekurangan material (kehabisan stok) akan timbul dari ROP yang terlambat, dan biaya penyimpanan tambahan akan timbul dari ROP yang lebih awal. [19] Rumus ...
Article
Full-text available
Salah satu organisasi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat adalah Puskesmas. Data persediaan obat di Puskesmas Maga Pasar belum terotomatisasi sehingga tidak memungkinkan untuk menghitung persediaan obat dan memperoleh data obat. Inilah salah satu tantangan dengan fasilitas ini. Narkoba masuk dan keluar. Persediaan obat, pemesanan obat, permintaan obat, dan pendataan obat semuanya masuk dalam sistem informasi yang akan dikembangkan. Diagram usecase digunakan dalam perancangan sistem untuk membuat sistem informasi persediaan obat yang menggunakan teknik Reorder Point. Tingkat persediaan dimana pemesanan ulang perlu dilakukan dikenal sebagai titik pemesanan kembali. Efisiensi dan efektivitas pendataan ketersediaan obat telah ditunjukkan oleh sistem ini, yang mengarah pada peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat.
... Re -Order Point adalah suatu titik yang mana suatu barang di dalam gudang harus ditambah lagi persediaannya sebelum mengalami kehabisan persediaan. Re -Order Point sebagai titik yang mana suatu barang di dalam gudang harus ditambah persediaannya sebelum mengalami kehabisan persediaan (Hamdy & Masari, 2020). ...
... Pemesanan kembali menggunakan metode analisis Re-Order Point dengan rumus sebagai berikut (Hamdy & Masari, 2020): ...
Article
Konsep manajemen persediaan akan dipuncakkan untuk mencapai green logistic. Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan perusahaan manufaktur harus menerapkan efisiensi yang ramah lingkungan. Efisiensi ramah lingkungan tidak hanya fokus pada lingkungan sekitar perusahaan. Efisiensi ramah lingkungan menggunakan pendekatan Green Logistic demi mencapai kinerja optimal. Green logistic sebagai puncak akhir pencapaian dalam konsep manajemen persediaan. Tujuan penelitian 1) untuk membandingkan nilai pemesanan kembali secara eksisting dengan metode Re-Order Point pada Preform Clear 600 ml, 2) untuk meningkatkan peran Green Logistic pada Preform Clear 600 ml. Metode analisis data diawali dengan mengitung nilai Re – Order Point dibandingkan dengan kondisi pemesanan secara eksisting. Tahap kedua menggunakan metode FMEA untuk mengetahui indikator dengan nilai RPN tertinggi ranking 1, 2 dan 3. Tahap ketiga membuat diagram fishbone dengan melakukan brainstroming untuk mengetahui usulan yang tepat dalam mencapai green logistic. Penelitian ini menghasilkan bahwa Perbandingan nilai pemesanan kembali secara eksisting sebesar 2.000.000 buah preform 600ml sedangkan metode Re-Order Point sebesar 2.284.174 pada Preform Clear 600 ml, sehingga efektifitas laba dengan acuan Re-Order Point lebih menguntungkan, 2) Peran Green Logistic pada Preform Clear 600 ml dengan usulan pengembangan Monitoring dan pelatihan pekerja di bidang logistik perlu di tingkatkan 1 bulan, evaluasi persediaan lebih baik menerapkan metode analisis Re – Order Point dan meningkatkan jadwal kedatangan preform 600 ml dengan langkah meeting pra- kedatangan preform 600 ml
... Berikut merupakan tabel dari tingkat service level dan faktor pengalinya yang dapat dilihat pada Tabel 1. 1,28 Sumber: [13] Reorder point dapat didefinisikan sebagai titik, posisi, tingkat, atau suatu nilai tertentu dari jumlah persediaan yang perusahaan miliki, yang dimana di titik tertentu departemen warehouse perusahaan diharuskan segera melakukan pembelian barang kembali ke departemen purchasing [13]. Titik pemesanan kembali atau reorder point adalah kegiatan pemesanan kembali dimana batas jumlah dari persediaan yang tersedia pada suatu saat pemesanan diharuskan diadakan kembali [14]. Jumlah reorder point dapat ditentukan dengan menggunakan rumus perhitungan berikut. ...
Article
Full-text available
Persediaan merupakan bahan yang ditempatkan pada suatu tempat penyimpanan yang ditujuan untuk beberapa kepentingan. PT XYZ adalah perusahaan yang bergerak di bidang packaging. Dalam penentuan stok persediaan, perusahaan masih memakai dugaan yang terkadang tidak tepat sehingga menyebabkan kurang atau lebihnya bahan untuk produksi. Terdapat 3 metode dalam inventory control yang biasa digunakan yaitu metode safety stock, reorder point, dan analisis ABC. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat prioritas barang, lebih tepatnya bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi PT XYZ berdasarkan analisis ABC, serta membuat saran dan usulan nilai safety stock dan reorder point yang efisien dan optimal pada inventory dalam pengadaan bahan penunjang. Hasil yang didapatkan setelah melakukan pengolahan data adalah dengan analisis ABC dapat mengkategorikan material bahan penunjang terdapat total 12 jenis insert terbagi ke dalam 3 kelas klasifikasi. Pada kelas A terdapat 4 insert, pada kelas B terdapat 4 insert, pada kelas C terdapat 4 insert. Hasil perhitungan safety stock yang telah dilakukan, Label KPL Yupo 70/80 memerlukan persediaan pengaman paling banyak yaitu sebesar 6.869 pcs. Reorder point terbesar pada material Bahan Penunjang yaitu insert jenis Label KPL Yupo 70/80 yaitu sebesar 12.161 pcs.
... Usaha penyelesaian permasalahan diatas maka dibuatlah sebuah aplikasi yaitu "sistem monitoring persediaan Stok berbasis web dengan menggunakan metode reorder point". Reorder point (ROP) merupakan tingkat persediaan dimana pemesanan kembali harus dilakukan [1]. Metode ROP digunakan untuk menghitung kapan perusahaan melakukan pemesanan barang kembali, apabila perhitungan ROP tidak cermat maka akan terjadi kemungkinan kekurangan stok dan dapat menambah biaya penyimpanan tambahan (Exstra Carrying Cost) [2]. ...
Article
Full-text available
PLN merupakan perusahaan negara yang bergerak di bidang pembangkitan dan penyaluran energi. Salah satu bagian dari PLN adalah PLTU Kaltim Teluk sebagai pembangkit energi listrik di Kalimantan Timur yang tentu melakukan proses pemeliharaan dan perbaikan mesin. Periode Juni-Juli 2023 terjadi penundaan pemeliharaan dan operasional karena keterlambatan pengadaan material dengan status belum selesai hanya 68%. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan keterlambatan proses pengadaan barang dengan memperhatikan utilitas dan waktu tunggu. Pemodelan simulasi digunakan sebagai metode penyelesaian karena memiliki efisiensi waktu dan mengurangi biaya besar dalam melakukan skenario perbaikan. Hasil simulasi aktual didapatkan total waktu tunggu sebesar 18,34 jam dengan tahap approving dan pembuatan dokumen TOR, FPB, dan RAB sebagai tahap waktu tunggu terbesar. Utilitas pada staff pembuatan FPB, TOR, RAB sebesar 13-62%, staff RO 6-55%, staff RKS 10-52%, staff PDP 0-45%, staff HPS 0-45%, staff PPP 0-44%, staff eval 4-41%, staff BA 0-56%, dan staff PO 8-52%.. Kemudian dikembangkan tiga skenario perbaikan, dengan skenario terbaik yaitu skenario pengurangan resource dan skenario peningkatan jumlah material pemesanan.
Article
Full-text available
Abstrak:Perumda Air Minum Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo merupakan alih status dari BPAM yang bergerak dibidang pelayanan air pipa dan air minum kemasan bagi masyarakat. Pada tanggal 15 Oktober 2013 Gubernur DIY meresmikan merk AirKU yaitu produk AMDK. Penelitian yang dilakukan adalah menghitung efisiensi biaya pemesanan bahan baku pendukung yaitu kardus 240 ml dengan metode Silver Meal dan untuk mengetahui dua tingkatan maksimum dan tingkatan minimum stok pemesanan kembali yang harus dilakukan dengan menggunakan metode Min Max. Masalah yang pernah dihadapi pada pabrik AirKU adalah bagaimana cara pengendalian stok agar tidak habis atau menumpuk dan meminimalkan biaya pemesanan kembali (reorder stock) agar proses produksi dapat berjalan dengan lancer dan maksimal supaya dapat mengefisiensikan total biaya pemesanan kembali (reorder stock). Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian efisiensi biaya reorder bahan baku kardus 240 ml dengan harapan pabrik AMDK AirKU dapat melakukan pengoptimalan reorder guna mngefisiensikan biayanya. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Silver Meal adalah Rp 287.544.000 dan sedangkan tingkat pemesanan kembali dengan metode Min Max 9.373 pcs degan harga Rp 31.868.200 dan frekuensi reorder 1 bulan sekali, kemudian didapat efisiensinya adalah sebesar 0,258%.Kata Kunci: Silver Meal, Min Max, Persediaan bahan baku, Biaya Pemesanan, Biaya Penyimpanan.Abstract:Perumda Air Minum Tirta Binangun Kulon Progo Regency is a status transfer from BPAM which is engaged in piped water and bottled drinking water services for the community. On October 15, 2013 the Governor of DIY inaugurated the AirKU brand, namely the product AMDK PDAM Kulon Progo. The research conducted is to calculate the cost efficiency of ordering supporting raw materials, namely 240 ml cardboard with the Silver Meal method and to find out the two maximum levels and the minimum level of reordering stock that must be done using the Min Max method. The problem that has been faced at the AirKU factory is how to control stock so that it does not run out or accumulate and minimize reorder costs (reorder stock) so that the production process can run smoothly and maximally in order to streamline the total cost of reordering (reorder stock). With this problem, a research on the cost efficiency of reordering 240 ml cardboard raw materials was carried out in the hope that the AirKU AMDK factory could optimize reorders in order to streamline costs. The results of the study using the Silver Meal method were Rp. 287,544,000 and while the rate of reordering with the Min Max method was 9,373 pcs at a price of Rp. 31,868,200 and the frequency of reordering was once a month, then the efficiency was 0.258%.Keywords: Silver Meal, Min Max, Raw material inventory, Ordering cost, Storage cost
Article
Full-text available
PT Adyawinsa Stamping Industries merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam Adyawinsa Dinamika Group dimana perusahaan ini bergerak dalam bidang otomotif di Indonesia. PT Adyawinsa Stamping Industries melakukan pencetakan, sub-assembly suku cadang untuk kendaraan roda empat yang telah berdiri sejak 2005. Dalam menjalankan produksinya, PT Adyawinsa Stamping Industries sering terjadi kondisi jumlah persediaan bahan baku mendekati stockout terutama pada material bagian mobil dengan nomor seri AA-437 (58371-BZ130). Hal ini dikarenakan adanya ketidakpastian dalam menentukan jumlah pembelian bahan baku yang optimal dan keterlambatan pemesanan bahan baku. Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu teknik untuk melakukan pengadaan persediaan bahan baku pada suatu perusahaan yang menentukan berapa jumlah pesanan yang ekonomis untuk setiap kali pemesanan dengan frekuensi yang telah ditentukan serta kapan dilakukan pemesanan kembali. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan Total Inventory Cost. Penggunaan metode ini juga dapat menekan biaya-biaya persediaan sehingga efesiensi persediaan berjalan dengan baik dan dapat tercapai jumlah unit pemesanan yang optimal dengan menekan biaya seminimal mungkin. Metode EOQ memberikan kuantitas pemesanan yang paling optimal dengan mengeluarkan biaya per periode pada bahan baku produk AA-437 sebesar Rp 1.377.668.782,00 sedangkan untuk metode Kanban sebesar Rp 1.396.108.693,00. Persediaan pengaman apabila menggunakan metode EOQ sebesar 1582 unit sedangkan menggunakan metode Kanban sebesar 110 unit.
Article
Full-text available
High fluctuating demand at companies encourages to perform inventory control. This study aims to determine the exact inventory control method for the company, which minimizes the inventory cost and inventory amount provided by the company. This research analyzes various aspects related to the system and inventory cost used by the company. This research uses probabilistic inventory methods, which are probabilistic controls, P models, and Q models. Based on data processing, P model provides an optimal solution. P system provides cost and amount of optimal safety stock compared to other inventory models.
Analisis Penentu Re Order Point (ROP) Kedelai untuk kelancaran Proses Produksi Tempe Pada Raja Tempe di Nganjuk Tahun
  • Qoni Ikhwanina
Ikhwanina, Qoni'ah. 2017. Analisis Penentu Re Order Point (ROP) Kedelai untuk kelancaran Proses Produksi Tempe Pada Raja Tempe di Nganjuk Tahun 2015. Jurnal Simki-Ekonomic Vol 1 (04). Kediri : Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Penerapan Re Order Point Untuk Persediaan Bahan Baku Produksi Alat Pabrik Kelapa Sawit Pada PT. Swakarya Adhi Usaha Kabupaten Banyuasin
  • Maulan Irwadi
Irwadi, Maulan. 2015. Penerapan Re Order Point Untuk Persediaan Bahan Baku Produksi Alat Pabrik Kelapa Sawit Pada PT. Swakarya Adhi Usaha Kabupaten Banyuasin. Jurnal Akuntasnsi Politeknik Sekayu Volume II (1). Banyuasin: Program Studi Akuntansi Politeknik Anika.
Analisi Sistem Manajemen Pergudangan Pada CV. Pasific Indah Manado
  • Steyssi I W Jacobus
  • Jacky S Sumarauw
Jacobus, Steyssi I.W., Sumarauw, Jacky S.B. 2018. Analisi Sistem Manajemen Pergudangan Pada CV. Pasific Indah Manado. Manado: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado.
Sistem Persediaan Bahan Baku Produk Dispersant Di Industri Kimia
  • Kushartini
  • Indra Almahdy
Kushartini, Dinni & Almahdy, Indra. 2015. Sistem Persediaan Bahan Baku Produk Dispersant Di Industri Kimia. Jurnal Pasti Volume X (2). Jakarta : Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana.