ArticlePDF Available

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU WIRAUSAHA MOMPRENEUR

Authors:

Abstract

Rapid development of mompreneur in Indonesia become economic potential. Join the community to become one of the characteristics that can strengthen the mompreneur in running the business Komunitas Bunda Online (KBO) is one of the active community of mompreneurs who provide support to their members. The purpose of this study to determine what factors affect the entrepreneurial behavior of mompreneurs, especially those who join the community The sample in this study were 41 respondents, selected using judgment sampling technique that is based on the criteria of owning a business and having at least one child. This study analyzes the influence of individual factors and external factors on entrepreneurial behavior with the approach of Partial Least Square (PLS). The result shows that the individual factor that has the most positive effect on the behavior is the achievement desire. External factors proved to positively affect the behavior in which the growth of e-commerce in Indonesia gives a strong influence. Keywords: Factor’s affecting entrepreneurial behaviour, Mompreneur, PLS
DAFTAR ISI
Forum Agribisnis
Volume 8, No. 1 Maret 2018
Business Model Canvas Perusahaan Pengolah Rumput Laut
Ammar Fathin Mahdi, dan Lukman Mohammad Baga
1 – 16
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha
Mompreneur (Studi Kasus : Komunitas Bunda Online)
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah,
dan Burhanuddin
1734
Analisis Risiko Harga Komoditas Sayuran Unggulan
di Indonesia
Astuti Rahmawati, dan Anna Fariyanti
3560
Permintaan dan Penawaran Minyak Goreng Sawit
Indonesia
Khoiru Rizqy Rambe, dan Nunung Kusnadi
6180
Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Restoran Waroeng
Hotplate Odon Cibanteng, Bogor, Jawa Barat
Tasya Amanda, dan Rita Nurmalina
8196
Analisis Pemasaran Ikan Koi (Kasus di Desa Babakan,
Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor)
Wahyu Budi Priatna, dan Elvin
97116
17
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
WIRAUSAHA MOMPRENEUR
(STUDI KASUS : KOMUNITAS BUNDA ONLINE)
Arifah Qurrotu Aina1, Heny Kuswanti Suwarsinah2, dan Burhanuddin2
1Mahasiswa Program Studi Magister Sains Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor 16680, Indonesia
2Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor 16680, Indonesia
E-mail: 1arifahqa@gmail.com
ABSTRACT
Rapid development of mompreneur in Indonesia become economic potential. Join the
community to become one of the characteristics that can strengthen the mompreneur in
running the business Komunitas Bunda Online (KBO) is one of the active community of
mompreneurs who provide support to their members. The purpose of this study to determine
what factors affect the entrepreneurial behavior of mompreneurs, especially those who join the
community The sample in this study were 41 respondents, selected using judgment sampling
technique that is based on the criteria of owning a business and having at least one child. This
study analyzes the influence of individual factors and external factors on entrepreneurial
behavior with the approach of Partial Least Square (PLS). The result shows that the individual
factor that has the most positive effect on the behavior is the achievement desire. External
factors proved to positively affect the behavior in which the growth of e-commerce in
Indonesia gives a strong influence.
Keywords: Factor’s affecting entrepreneurial behaviour, Mompreneur, PLS
Pesatnya perkembangan mompreneur di Indonesia menjadi potensi penggerak
perekonomian yang diperhitungkan. Bergabungnya dalam komunitas menjadi salah satu ciri
khas yang dapat memperkuat mompreneur dalam menjalalankan usaha. Komunitas bunda
online (KBO) merupakan salah satu komunitas mompreneur yang aktif memberikan dukungan
kepada anggotanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi perilaku wirausaha mompreneur khususnya yang bergabung dalam komunitas
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 responden, dipilih menggunakan teknik judgement
sampling yaitu berdasarkan kriteria memiliki usaha dan memiliki anak minimal satu orang.
Penelitian ini menganalisis hubungan pengaruh faktor individu dan faktor eksternal terhadap
perilaku wirausaha dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). Hasil menunjukkan faktor
individu yang paling berpengaruh positif terhadap perilaku adalah keinginan berprestasi.
Faktor eksternal terbukti berpengaruh positif terhadap perilaku dimana tumbuhnya e-
commerce di Indonesia memberikan pengaruh yang kuat.
Keywords:Faktor yang mempengaruhi perilaku wirausaha, Ibu rumahtangga wirausaha, PLS
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
18
PENDAHULUAN
Kemampuan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) di Indonesia
untuk bertahan dari serangan krisis
ekonomi lebih baik dari pada usaha
dengan skala yang lebih besar. UMKM
cenderung lebih stabil ketika negara
mengalami krisis ekonomi karena
tidak langsung terkena dampak
perubahan kurs dolar maupun inflasi.
Di sisi lain, sumbangan UMKM
terhadap PDB meningkat dari 57,84
persen menjadi 60,34 persen dalam
lima tahun terakhir (Bank Indonesia
2016). Kontribusi sektor UMKM
dalam meningkatkan PDB Indonesia
tidak luput dari peran wanita baik
sebagai pelaku usaha maupun sebagai
pekerja.
Menurut Tambun (2012)
sebagian besar pelaku usaha wanita
Indonesia bergerak di tingkatan
UMKM, hanya sedikit yang bergerak
di level menengah ke atas. Sumber
modal sebagian besar masih bersumber
dari dana pribadi. Selain itu, motivasi
berwirausaha wirausaha wanita
Indonesia sebagai besar untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Data jumlah wirausaha wanita di
Indonesia sampai saat ini belum
lengkap, namun Kementrian
Masih terbatasnya jumlah
wirausaha wanita di Indonesia
menunjukkan potensi yang cukup
besar. Peran potensial wanita sebagi
penggerak perekonomian melalui
dunia wirausaha pun terlihat dari data
Badan pusat statistik dimana populasi
penduduk Indonesia tahun 2016 lebih
didominasi oleh kelompok umur
produktif yakni antara 15-34 tahun.
Usia produktif jika dimanfaatkan
untuk berwirausaha akan besar
dampaknya untuk perekonomian. Ibu
rumah tangga merupakan kelompok
wanita di usia produktif dan berpotensi
menjadi wirausaha. Perkembangan
teknologi dan informasi menurut
Costin (2012) diyakini menjadi
memicu tumbuhnya ibu rumah tangga
yang berwirausaha atau dikenal
dengan sebutan mompreneur.
Rumusan Masalah
Mompreneur umumnya memulai
usaha dari kecil dengan bermodalkan
keterampilan dan modal yang terbatas.
Mompreneur diyakini akan terus
berkembang dari tingkat usaha kecil
hingga menjadi usaha besar bahkan
mampu bersaing ditingkat
internasional (Koorsgaard 2007). Di
beberapa negara maju para
mompreneur berkumpul dan
membentuk komunitas untuk
mengumpulkan kekuatan dan saling
memberikan dorongan (Duberley dan
Carrigan 2015). Komunitas
mompreneur ini memiliki arti penting
terhadap para mompreneur, khususnya
pertukaran informasi dan teknologi.
Adanya komunitas membuat para
mompreneur mampu memperluas
wilayah pemasaran dan jaringan.
Komunitas Bunda Online (KBO)
merupakan salah satu wadah
mompreneur khususnya di daerah
Jabodetabek yang mencoba
memberdayakan wanita sebagai
sumber ekonomi baru tanpa
meninggalkan kewajibannya sebagai
seorang istri dan ibu.
Salah satu kunci kesuksesan
usaha bergantung pada perilaku
wirausaha. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku wirausaha
seseorang khususnya mompreneur.
Menurut Delmar (1996) faktor
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
19
individu dan lingkungan punya
pengaruh terhadap perilaku wirausaha.
Faktor individu berkaitan dengan
kemampuan dan motivasi. Lingkungan
sebagai faktor luar juga mempengaruhi
faktor individu. Nurhayati (2011) dan
Sumantri (2015) telah melakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh
karakteristik (faktor individu) dan
faktor lingkungan terhadap perilaku
wanita yang berwirausaha.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
1. Mengidentifikasi faktor individu
dan faktor eksternal dari anggota
Komunitas Bunda Online
2. Menganalisis pengaruh faktor
individu dan faktor eksternal
terhadap perilaku kewirausahaan
anggota Komunitas Bunda Online
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan pada bulan
Januari 2017 sampai Mei 2017.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan
dasar pertimbangan sebagian besar
anggota KBO berdomisili di kota
Bogor.
Metode Penarikan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling.
Jumlah sampel yang diambil salam
penelitian ini sebesar 41 responden
yang ditentukan dengan teknik
judgement sampling yaitu dipilih
berdasarkan kriteria merupakan
anggota KBO yang sedang
menjalankan usaha dan memiliki anak
minimal satu orang pada saat
menjalankan usahanya.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif dan metode analisis
Structural Equation Modelling Partial
Least Square (SEM-PLS) dengan
menggunakan software Smart PLS
3.2.4. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari variabel laten
dan variabel manifest sebagai indikator
dari variabel laten. Variabel manifes
diindikasikan oleh pernyataan dan
diberi skala 1-5 pada skala likert.
Berikut identifikasi dan rujukan dalam
penggunaan variabel laten serta
variabel manifesnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Variabel laten dan variabel
manifest dalam penelitian
Variabel
Laten
Variabel Manifes
Faktor
Individu
Pendidikan (PDKN)
Pengalaman (PGLM)
Pelatihan (PLTH)
Dukungan (DSK) suami/anggota
keluarga
Keinginan Berprestasi (KBPRS)
Motivasi Berwirausaha
(MOTWIR)
Perilaku
Wirausaha
Mandiri(MDRI)
Fleksibel (FLEKS)
Risk Taker (RISK)
Inovatif (INVTF)
Percaya Diri (PD)
Faktor
Eksternal
Peran Komunitas (KOMUN)
Dukungan Pemerintah terhadap
UMKM E-Commerce
(DUKPEM)
Tumbuhnya Usaha Pendukung
(USHPEN)
Tumbuhnya E-Commerce
(TUMECOM)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran karakteristik usaha
Komunitas bunda online berdiri
sejak januari 2016 dimana sebagain
besar anggotanya berdomisili di Kota
Bogor. Responden yang merupakan
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
20
anggota KBO mendapatkan informasi
tentang komunitas berasal dari
keluarga/kerabat dengan lama
bergabung lebih dari 10 bulan.
Manfaat bergabung dengan komunitas
yang paling dirasakan adalah
terbukanya akses terhadap ilmu baru.
Usia responden 36,6% berusia 31-35
tahun dan berada pada usia produktif.
Tingkat pendidikan rata-rata
responden adalah sarjana dan
mayoritas mendapatkan dukungan dari
keluarga untuk mengelola usaha.
Mayoritas responden memiliki anak 2
orang dengan pekerjaan suami
sebagian besar adalah pegawai swasta.
Mayoritas responden pernah
mengikuti pelatihan usaha dengan
jenis pelatihan yang palig sering
diikuti adalah pelatihan marketing.
Bidang usaha yang paling banyak di
bidang fashion dan kuliner. Lama
menjalankan usaha sebagian besar 1-
2tahun dengan motivasi menjalankan
usaha untuk mendapatkan tambahan
pendapatan. Sumber modal 75,6%
berasal dari dana pribadi dengan
pendapatan Rp 1.000.000- Rp
3.000.000 perbulan serta waktu kerja
harian 2-5 jam perhari.
Kontribusi Indikator terhadap
Perilaku Wirausaha
Berdasarkan Tabel 2, ada lima
variabel yang dianggap secara
signifikan dapat menggambarkan
perilaku wirausaha, dengan nilai
loading factor yatiu fleksibel dan
terkecil dimiliki oleh risk taker. Jean
dan Forbers (2011) juga melihat
perilaku fleksibel yang dimiliki ibu
rumah tangga yang membuat usahanya
dapat berjalan. Kemampuan mengelola
waktu, urusan rumah tangga dan bisnis
didasarkan kemandirian dan
kepandaiannya mengerjakan banyak
hal dalam waktu bersamaan. Ibu
rumah tangga wirausaha juga dicirikan
sebagai wirausaha yang inovatif oleh
Duberley dan Carrigan (2012) karena
berusaha menghasilkan produk unik
dalam memenuhi kebutuhan
konsumen. Meskipun usaha yang
dijalankan masih banyak yang masih
berskala mikro namun inovasi terus
dilakukan agar dapat bersaing.
Kecilnya skala usaha ini dikaitkan
dengan keberanian mengambil risiko.
Sebagian besar anggota KBO
mengaku memahami adanya risiko
namun tidak berani mengambil risiko
yang terlalu besar, pendapatan yang
kecil namun terus menerus dianggap
lebih baik. Percaya diri juga menjadi
salah satu indikator yang
menggambarkan perilaku wirausaha
hal ini digambarkan dengan nilai
loading factor yang cukup besar 0,874.
Anggota KBO terlihat sangat percaya
diri dengan kemampuan dirinya dalam
mengelola usaha. Optimisme yang
tinggi juga terlihat dari anggota KBO
salah satunya setelah mengikuti
pelatihan. Pelatihan yang dilakukan
minimal dua kali dalam sebulan ini
memberikan semangat dan
kepercayaan diri bagi anggota KBO.
Karakteristik Individu
Karakteristik individu (variabel
laten) merupakan gambaran mengenai
indikator (vaiabel manifest) yang
terdiri dari pendidikan, dukungan
keluarga, pelatihan, pengalaman,
motivasi.
Pendidikan
Presepsi responden terhadap
pendidikan sebagai karakteristik
individu yang berpengaruh cenderung
netral. Penyataan bahwa pendidikan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
21
meraih keberhasilan usaha didominasi
jawaban nertal (43,9%), diikuti setuju
(21,9%) dan skor terkecil untuk
jawaban sangat tidak setuju (7%).
Untuk menegaskan penyataan
pernyataan pertama maka penyataan
kedua dimunculkan yaitu kesuksesaan
tidak bergantung lamanya pendidikan.
Jawaban responden 41,4%
menyatakan setuju diikuti 24,3%
menyatakan netral dan sangat setuju
(17,1%). Gambaran kuat akan
pandangan responden terhadap
pendidikan dimana adanya persetujuan
terhadap pentingnya pendidikan
(formal) namun tidak menjadikan
pendidikan tersebut syarat untuk
meraih kesuskesan dalam menjalankan
usaha khususnya pendidikan formal.
Tabel 2. Kontribusi indikator terhadap
perilaku wirausaha
Indikator
Loading
factor
T-Value
Mandiri(MDRI)
0,710
7,06
Fleksibel
(FLEKS)
0,899
28,46
Risk Taker
(RISK)
0,594
4,65
Inovatif
(INVTF)
0,728
6,96
Percaya Diri
(PD)
0,874
22,48
(Sumber : diolah)
Adanya faktor lain seperti
pelatihan yang merupakan bagian dari
pendidikan namun bersifat non formal
akan tetapi pengaruhnya dianggap
besar terhadap keberhasilan usaha.
Pernyatan ketiga yaitu adakah
keinginan untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi direspon
netral (29,2%), setuju (29,2%) dan
sangat setuju (24,3%). Meskipun tidak
terlalu dianggap penting responden
mengakui pendidikan lanjutan akan
mempengaruhi cara berpikir dan
mengambil keputusan sehingga
mayoritas setuju untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi jika memiliki kesempatan.
Pelatihan
Presepsi responden terhadap
pendidikan sebagai karakteristik
individu yang berpengaruh cenderung
setuju. Pelatihan dalam presepsi
responden berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan usaha
dibuktikan dengan jawaban responden
46,3% sangat setuju, 41,4% setuju dan
hanya 9,7% yang tidak setuju.
Jawaban cenderung konsisten ketika
munculkan pernyataan kedua bersisat
negatif yaitu menjalankan bisnis tidak
membutuhkan pelatihan khusus.
Pernyataan kedua mendapatkan respon
39% netral, 29,2% tidak setuju, 17,1 %
sangat tidak setuju. Pelatihan juga
dinggap penting dibuktikan dengan
jawaban mayoritas setuju (41,4%) dan
sangat setuju(36,5%) dalam
pernyataan bahwa kesibukan rumah
tangga tidak berpengaruh terhadap
keikutsertaan dalam pelatihan.
Responden menganggap pelatihan
sangat esensial dan tidak boleh
dilewatkan meskipun ada banyak
pekerjaan rumah tangga yang harus
diselesaikan.
Pengalaman
Presepsi responden terhadap
pengalaman sebagai karakteristik
individu yang berpengaruh cenderung
netral dan tidak konsisten. Pernyataan
bahwa wirausaha yang sukses adalah
yang lebih lama menjalankan usaha
daripada pesaing direspon tidak setuju
(31,7%), netral (24,3%) dan setuju
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
22
(19.5%) serta (17,1%) sangat tidak
setuju. Menurut responden sukses
tidak selalu diartikan dengan
menjalankan usaha lebih lama.
Namun, di sisi lain responden
bersikap setuju dengan pernyataan
bahwa semakin lama menjalankan
suatu usaha semakin mudah meraih
kesuksesan.
Responden menjawab setuju
(36,5%) dan netral (34.1%) serta tidak
setuju(21.9%) untuk pernyataan
tersebut. Ketidakonsistenan dalam
memberikan jawaban terlihat pada
pernyataan ketiga dimana 24,3%
memilih netral, 24,3% memilih tidak
setuju dan mayoritas memilih setuju
31,7% dalam pernyataan ibu rumah
tangga tanpa pengalaman dapat
menjalankan usaha. Responden
menganggap pengalaman tidak
bergantung dari lamanya usaha
berjalan sehingga menyetujui bahwa
tanpa pengalaman pun ibu rumah
tangga bisa menjalankan usaha dengan
syarat pelu ketekunan dan semangat
untuk belajar untuk lebih baik.
Dukungan keluarga
Presepsi responden terhadap
dukungan keluarga sebagai
karakteristik individu yang
berpengaruh cenderung setuju.
Perlunya suami atau keluarga
memberikan dukungan terhadap usaha
yang dikelola direspon setuju(43,9%)
dan sangat setuju(46,3%). Mayoritas
responden setuju bahwa pencapaian
usaha saat ini berkat dukungan
keluarga(39%) dan sangar setuju
(48,7%) serta hanya 4,8% yang tidak
setuju dengan pernyataan tersebut.
Salah satu bentuk dukungan yang
diberikan suami atau keluarga yaitu
memberikan waktu khusus agar
responden fokus menjalankan usaha.
Responden menyetujui pernyataan
ketiga dengan resepon setuju (48,7%)
dan sangat setuju (36,5%) dan hanya
2,4% yang tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Ketiga pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa
dukungan keluarga menjadi faktor dari
karakteristik individu yang dianggap
punya penting terhadap individu ketika
menjalankan usaha.
Kebutuhan berprestasi
Presepsi responden terhadap
kebutuhan berprestasi sebagai
karakteristik individu yang
berpengaruh cenderung setuju.
Kebutuhan berprestasi dapat dilihat
dari sikap selalu berusaha memberikan
yang tebaik,memiliki target
pencapaian usaha dan meyakini
adanya persaingan yang memacu
kreativitas dan inovasi. Kebutuhan
berprestasi dapat dilihat dengan sikap
selalu berusaha memberikan yang
terbaik. Responden mayoritas memilih
48,7% sangat setuju dan 46,3% setuju
dengan pernyataan tersebut.
Responden setuju bahwa ketika ingin
sukses perlu usaha yang lebih atau
terus memberikan yang terbaik namun
tidak berhenti di situ karena perlu
adanya target pencapaian usaha yang
jelas. Pencapaian usaha ini ditanggapi
responden dengan baik, dimana 53,6%
setuju dan 21,9% sangat setuju.
Pernyataan adanya persaingan usaha
memacu kreativitas dan inovasi pun
mendapatkan respon yang konsisten
dimana 48,7% sangat setuju sementara
46,3% menjawab setuju. Responden
melihat kebutuhan berprestasi sebagai
sesuatu yang penting dan
mempengaruhi responden dalam
menjalankan usaha.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
23
Motivasi Berwirausaha
Motivasi berwirausaha dapat
diukur dengan melihat sejauh mana
motivasi dipresepsikan penting oleh
responden. Adanya dorongan untuk
memenuhi kebutuhan sebagian besar
memilih setuju (34,1%) , tidak setuju
(29,2%), sangat setuju (19,5%).
Mayoritas responden menjadikan
pemenuhan kebutuhan sebagai salah
satu motivasi dalam berwirausaha.
Motivasi ini berasal dalam diri
responden. Berbeda dengan pernyataan
kedua bahwa motivasi berwirausaha
berasal dari luar dituangkan secara
tidak langsung dalam pernyataan
kedua. Tidak ada pilihan lain selain
menjadi wirausaha menggambarkan
dorongan dari luar yang mengahruskan
responden untuk menjadi wirausaha
karena tidak ada pilihan lain. Kondisi
seperti ini terjadi ketika ibu rumah
tangga tidak diizinkan bekerja di luar
rumah atau tidak memiliki skill /tidak
terdidik/terlatih sehingga tidak ada
pilihan lain selain mengelola usaha
sendiri. Responden menanggapi
pernyataan dengan memilih tidak
setuju (39%), netral (31,7%) dan
sangat tidak setuju (17%). Responden
memilih berwirausaha karena
keinginan sendiri bukan karena
keterpaksaan maupun dorongan dari
luar. Motivasi dari dalam diri
cenderung bertahan lebih lama dan
tidak mudah putus asa ketika menemui
hambatan.
Pernyataan ketiga menjelaskan
meskipun dari dalam diri ada motivasi
yang kuat, responden 48,7% (setuju)
dan 43,9% (sangat setuju) bahwa
motivasi pendorong dari luar tidak
kalah penting salah satunya adanya
perkembangan teknologi, informasi
dan komunikasi mendukung
berjalannya usaha dari rumah.
Mayoritas setuju dukungan TIK
terhadap jalannya usaha dari rumah
menjadi salah satu motivasi ibu rumah
tangga khususnya responden ketika
memutuskan menjalankan usaha dari
rumah.
Skor Indikator Faktor Eksternal
Faktor ekstenal (variabel laten)
merupakan gambaran mengenai
indikator (vaiabel manifest) yang
terdiri dari peran komunitas, dukungan
pemerintah terhadap UMKM e-
commerce, tumbuhnya usaha
pendukung dan tumbuhnya e-
commerce.
Peran Komunitas
Peran komunitas menjadi salah
satu faktor eksternal yang turut
memengaruhi perilaku kewirausahaan
seseorang. Komunitas sebagai wadah
untuk berkumpul dan bertukar
informasi maupun barang dan jasa
menjadi salah satu pendorong
berkembangnya wirausaha di
masyarakat. Perkembangan informasi
dan teknologi saat ini menjadi faktor
pendukung berkembangnya komunitas
yang anggotanya tersebar merata. Ada
begitu banyak komunitas yang hadir
untuk memberdayakan anggotanya
salah satunya KBO yang
diperuntukkan para ibu rumah tangga
yang ingin memulai usaha ataupun
sudah memiliki usaha dan ingin
berkembang bersama. Mayoritas
responden (43,9%) menjawab setuju
dan sisanya 29,2 % menyatakan sangat
setuju bahwa komunitas memiliki
manfaat langsung terhadap
anggotanya. Komunitas dianggap
berhasil memberikan pengaruh positif
terhadap usaha yang dikelola.
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
24
Diantaranya meluasnya wilayah
pemasaran sebagaimana diakui oleh
responden bahwa sebelumnya hanya
berani di pasar dalam negeri sekarang
mulai memasuki pasar luar negeri.
Responden yang sebelumnya berjualan
offline dari toko yang ada di rumah
sekarang sudah mulai mengirimkan
barang ke wilayah pelosok. Jawaban
responden terhadap pernyataan ketiga
yaitu komunitas wilayah pemasaran di
respon positif dimana 46,3%
menjawab setuju sementara 29,2%
memilih sangat setuju. Manfaat yang
dirasakan oleh anggota salah satunya
karena terdistribusi dengan baiknya
informasi dan inovasi yang dilakukan
oleh anggota komunitas. Responden
menyetujui pernyataan tersebut dengan
merespon sebesar 41,4% (setuju), 39%
(sangat setuju), dan 21,9% (netral).
Dukungan Pemerintah terhadap
UMKM E-Commerce,
Dukungan pemerintah
terhadap UMKM e-commerce menjadi
salah satu faktor lingkungan yang
diduga berpengaruh penting terhadap
wirausaha khususnya ibu rumah
tangga yang menjalankan usahanya
dari rumah. Deregulasi terhadap
wirausaha di bidang e-commerce serta
perbaikan infrastruktur komunikasi
merupakan sebagian bentuk dukungan
pemerintah yang sudah berjalan.
Deregulasi yang dilakukan salah
satunya yang beruhubungan dengan
pajak meskipun belum menemukan
kesepatakan besaran yang harus
dibayarkan konsumen1. Manfaat dari
kebijakan pemerintah saat ini masih
belum jelas. Bisnis e-commerce
1
http://www.indotelko.com/kanal?c=ecm&i
t=pemerintah-deregulasi-ecommerce.
melibatkan banyak pihak sejak barang
ada di tangan penjual hingga sampai
ke tangan pembeli. Pihak-pihak yang
terkait masih berjalan sendiri dan
kebijakan pemerintah khususnya
deregulasi yang dilakukan belum dapat
menyatukan dan mengintegrasikan.
Responden pun cenderung netral
(48,7%) terhadap manfaat kebijakan
pemerintah terkait UMKM e-
commerce namun 34,1% responden
memilih setuju dan sangat setuju
(12,1%).
Fasilitas yang disiapkan
pemerintah khususnya Kementrian
Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah dianggap belum memadai
dimana (46,3%) netral, (26,8%) setuju
dan (14,6%) sangat setuju. Saat ini
pemerintah masihfokus tehadap
deregulasi dan perningkatan
infrastruktur sehingga fasilitas yang
diperlukan UMKM yang bergerak di
bidang e-commerce dianggap belum
memadai oleh responden. Mayoritas
responden cenderung netral (53,6%)
terhadap dukungan pemerintah saat ini
bagi usaha yang mereka jalankan
namun (29,2%) setuju meskipun
(9,7%) memilih tidak setuju namun
jumlahnya lebih sedikit dari responden
yang memilih setuju.
Tumbuhnya Usaha jasa pengiriman
(lembaga pendukung)
Salah satu lembaga terkait
yang mempengaruhi usaha ibu rumah
tangga yang dijalankan dari rumah
adalah usaha jasa pengiriman barang
atau ekspedisi. Mengingat e-commerce
melibatkan banyak pihak untuk
memindahkan barang dari penjual ke
pembeli, tumbuhnya usaha jasa
pengiriman untuk skala lokal, nasional
dan internasional menjadi salah satu
faktor yang penting pendukung usaha
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
25
berbasis e-commerce. Usaha jasa
pengiriman ini pun bekerja sama
dengan penyedia gudang/logistic untuk
menyimpan barang sebelum
dikirimkan kurir ke tempat tujuan.
Industri jasa pengiriman barang terus
tumbuh dan berkembang mengikuti
permintaan konsumen yang semakin
meningkat. Semakin banyak
perusahaan yang memasuki pasar jasa
ini menimbulkan persaingan sehat
antar perusahaa, dimana masing-
masing mencoba memberikan
pelayanan terbaik dan beragam
pilihan.
Persaingan ini mendapatkan
respon positif oleh responden
khususnya yang sering menggunakan
jasa pengiriman barang. Responden
mayoritas setuju (43,9%) dan sangat
setuju (36,5%) bahwa adanya
pertumbuhan usaha jasa pengiriman
barang mengefisenkan usaha. Adanya
penghematan biaya kirim dan waktu
pengiriman yang lebih singkat
membuat responden setuju (36,5%)
dan sangat setuju (26,8%) bahwa
usahayang mereka jalankan cukup
bergantung pada usaha jasa
pengiriman barang. Meluasnya
wilayah pemasaran dengan hadirnya
usaha jasa pengiriman direspon positif
yaitu (43,9%) sangat setuju, (34,1)
setuju sisanya memilih netral
(19,5%).Sikap netral ini ditunjukkan
oleh responden yang masih
mendapatkan keuntungan lebih besar
dari penjualan offline dibandingkan
penjualan online.
Tumbuhnya E-Commerce
(permintaan pasar)
Pernyataan Menteri perdagangan
bahwa Indonesia akan menjadi
kekuatan penting dalamdunia ekonomi
digital dibuktikan dengan data dari
Moody & Visa, nilai transaksi e-
commerce di Indonesia di tahun 2015
mencapai Rp 150 Triliun dan untuk
tahun 2016 diperkirakan mencapai
angka Rp 250 Triliun. Pesatnya
pertumbuhan ini didukung
pemanfaatan teknologi digital di sektor
perdagangan sehingga produk mampu
menjangkau konsumen di seluruh
wilayah Indonesia tidak dipungkiri
pasar global juga menjadi target
selanjutnya. Pertumbuhan e-commerce
ini memberikan keuntungan bagi
wirausaha khususnya ibu rumah
tangga yang membuka usaha dari
rumah dan ingin menasionalkan
produknya dengan bantuan internet
marketing. Responden setuju (39%)
dan sangat setuju (31,7%) dengan
pernyataan tersebut, hanya 2,4%
responden tidak setuju dan sisanya
26,8% memilih netral.
Menguntungkan tidak menjadikan
responden memutuskan untuk
langsung menargetkan pasar e-
commerce. Responden setuju (43,9%)
dan sangat setuju (36,5%) akan
sulitnya bersaing di pasar e-commerce.
Kesulitan ini ditemukan ketika
menargetkan konsumen yang tepat
untuk produk. Responden mengakusi
keberadaannya dalam KBO sedikit
mengubah cara pandang terhadap e-
commerce. Namun dalam perjalannya
usaha yang saat ini dijalankan
sebagain besar responden masih
menargetkan konsumen offline dengan
respon (39%) sangat setuju (36,5%)
setuju dan sisanya memilih netral
(19,5%). Kekhawatiran kerugian yang
tidak menentu dan belum pahamnya
pola menaergetkan konsumen yang
tepat, membuat responden masih terus
mencoba-coba mempraktekkan.
Perilaku Kewirausahaan
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
26
Perilaku kewirausahaan (variabel
laten) merupakan gambaran mengenai
indikator (vaiabel manifest) yang
terdiri dari mandiri, fleksibel, risk
taker, inovatif dan percaya diri.
Mandiri
Mandiri merupakan sikap yang
dapat ditunjukkan delam pengambilan
keputusan. Sikap mandiri salah
satunya mengambil keputusan atas
dasar pemikiran sendiri dengan segala
risiko. Keputusan yang dimaksud
adalah keputusan yang besar berkaitan
dengan usaha. Responden (39%)
setuju dan sangat setuju (26,8%) akan
definisi mandiri tersebut. Responden
lain memilih merespon netral (24,3%)
dan tidak setuju (9,7%) karena
menganggap mandiri tidak hanya
dibuktikan dengan mengambil
keputusan sendiri. Responden
cenderung setuju (31,7%) dan sangat
setuju (24,3%) dengan pernyataan
mandiri adalah sikap memutuskan
keputusan besar. Reseponden memilih
netral (29,2%) menganggap keputusan
besar butuh banyak pertimbangan dan
sikap mandiri tidak bisa diukur dengan
mengambil keputusan besar.
Menurut responden mandiri
dikaitkan dengan menjalankan usaha
tanpa bantuan orang lain, dimana
responden merespon dengan pilihan
sangat setuju (31,7%) dan setuju
(26,8%). Memulai usaha tanpa bantuan
orang lain termasuk menggunakan
dana pribadi sebagai modal awal (tidak
meminjam ke saudara atau lembaga
keuangan) dianggap sebagai bagian
dari perilaku mandiri.Perilaku mandiri
menurut para pakar tidak diartikan
dengan melakukan segala sesuatunya
sendiri. Mandiri lebih dikaitkan
ketegasan dalam mengambil
keputusan, terutama keputusan yang
berkaitan dengan kepentingan banyak
orang dan yang mempertaruhkan masa
depan usaha. Keputusan ini jika
diputuskan tanpa ada pengaruh orang
lain (tanpa adanya ketergantungan
yang besar) maka bisa disimpukan
wirausaha memiliki sikap mandiri.
Fleksibel
Fleksibel, salah sikap mampu
mengelola usaha dalam kondisi
apapun. Usaha yang dijalankan tidak
selalu mendapatkan keuntungan,
seringkali kerugian dan ketidakpastian
pasar membuat wirausaha diharapkan
memiliki perilaku fleksibel. Fleksibel
ditunjukkan dengan sikap selalu
mencari solusi setiap menemui
masalah, mampu mengelola banyak
hal dalam waktu berdekatan dan sikap
memberikan usaha terbaik. Responden
setuju (43,9%), sangat setuju (34,1)
dan netral (14,6%) dengan pernyataan
bahwa fleksibel ditunjukkan dengan
selalu mencari cara untuk menutupi
kerugian. Tidak berdiam diri
menunggu kondisi baik kembali
seperti semula menunjukkan sikap
fleksibel dimana selalu bersiap dengan
perubahan yang ada. Ketika
mengalami kerugian responden setuju
perlu ada solusi dan perubahan sesuai
hasil evaluasi. Responden mayoritas
sangat setuju (43,9%) dan setuju
(43,9%) bahwa dalam kondisi buruk
sekalipun, sebagai wirausaha harus
terus berusaha memberikan yang
terbaik. Kondisi terburuk dari usaha
harus menjadi pemacu ke arah yang
lebih baik.
Iklim usaha yang tidak menentu
disertai pekerjaan rumah tangga yang
tidak sedikit akan membuat seorang
ibu rumah tangga bisa saja stress
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
27
karena mendapatkan tekanan. Sikap
fleksibel perlu dimiliki ibu rumah
tangga yang juga seorang wirausaha.
Responden menanggapi pernyataan
tersebut mayoritas setuju (43,9%) dan
sangat setuju (31,7%). Kemampuan
mengerjakan banyak hal dalam waktu
bersamaan umumnya dapat dilakukan
wanita, sehingga fleksibel menjadi
salah satu perilaku wirausah yang
dianggap dapat mempengaruhi kinerja
dari seorang ibu rumah tangga
wirausaha.
Risk taker
Responden sekaligus ibu rumah
tangga, diketahui mengelola usaha
dengan skala mikro dan kecil.
Sedikitnya responden mengelola usaha
dengan skala menengah ke atas salah
satunya karena kekhawatiran untuk
menanggung risiko. Menurut
responden keuntungan sedikit namun
terus menerus diperoleh lebih baik.
Pernyataan ini disetujui (48,7%)
dengan jawaban sangat setuju dan
(26,8%) setuju. Jawaban tidak hanya
diberikan sebagian kecil responden
(2,4%) dan sisanya memilih netral
(19,5%). Pernyataan ini dapat
menyimpulkan sebagai besar
responden belum memiliki keberanian
mengambil risiko. Pendapatan yang
besar tentunya berbanding lurus
dengan riskonya. Keinginan untuk
mendapatkan pendapatan lebih belum
diikuti dengan keberanian mengambil
risiko.
Pernyataan usaha kecil lebih
sesuai untuk IRT karena risiko lebih
kecil direspon berbeda oleh responden.
Sebagian besar memilih untuk netarl
(31,7%), tidak setuju (19,5%), sangat
tidak setuju (19,5%) dan setuju
(19,5%). Terlihat responden cenderung
tidak setuju dengan pernyataan
tersebut meskipun. Responden
memiliki keinginan untuk
memperbesar usahanya, namun tidak
siap menanggung risiko operasiona
khususnya. Responden sadar akan
adanya risiko dalam keputusan yang di
ambil terkait dengan respon (48,7%)
setuju dan (41,4%) sangat setuju.
Responden sebagain besar tidak
menyukai risiko tetapi paham akan
setiap risiko/keuntungan dalam
usahanya sehingga tergolong dalam
kelompok risk neutral.
Inovatif
Inovatif merupakan ciri khas
seorang wirausaha menurut
Schumpeter yang dapat dikaitkan
dengan penciptaan hal baru atau hal
yang lebih solutif dalam memenuhi
kebutuhan konsumen. Inovasi menjadi
solusi untuk permasahan salah satunya
ketika penjualan stagnan. Responden
(41,4%) setuju, (39%) sangat setuju
dengan pernyataan tersebut. Sikap
wirausaha inovatif bisa digambarkan
dengan suka mencobal hal baru.
Mencoba hal baru diharapkan
menciptakan sesuatu yang bisa
memberikan manfaat lebih baik untuk
penjual (keuntungan) maupun pembeli
(produk berkualitas). Responden
(41,4%) setuju dan (31,7%) sangat
setuju dengan pernyataan tersebut.
Responden berbeda pendapat dalam
pernyataan ketiga dimana mencoba hal
baru masih dianggap merepotkan dan
membutuhkan biaya. Responden
memilih netral (46,3%), tidak setuju
(21,9%), setuju (14,6% ), (9,7% )
sangat tidak setuju dan (7,3%) sangat
setuju. Responden setuju bahwa
inovasi perilaku yang perlu dimiliki
namun sebagian responden ragu untuk
melakukan inovasi karena terkait
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
28
dengan biaya tambahan dan
kesulitan/kerepotan yang ditimbulkan.
Percaya diri
Percaya diri merupakan perilaku
yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha. Percaya diri erat kaitannya
dengan mengelola sesuatu atas
keinginan sendiri, percaya pada
kemampuan dan besarnya rasa optimis
terhadap usaha yang dijalankan.
Responden sangat setuju (43,9%) dan
setuju (41,4%) salah satu indikator
percaya diri yaitu berani mengelola
sendiri usaha yang dijalankan.
Pernyataan kedua yaitu percaya diri
dibuktikan dengan percaya
kemampuan diri dalam mengelola
usaha mayoritas responden menjawab
setuju (41,4%) dan sangat setuju
(36,5%). Kedua pernyataan tersebut
dikuatkan dengan jawaban dari
pernyataan ketiga yaitu (51,2%) sangat
setuju dan (34,1%) setuju terhadap
pernyataan optimis akan usaha yang
dihalankan akan berkembang. Jawaban
responden mayoritas ini
menggambarkan sikap optimis dan
percaya diri yang dimiliki respon
cukup tinggi. Sikap ini menjadi slaah
satu modal bagi wirausaha untuk terus
maju mengembangkan usahanya.
Evaluasi model pengukuran (outer
model)
Evaluasi model pengukuran
dilakukan dengan mengevaluasi
reabilitas dan validitas. Evaluasi ini
dilakukan agar model yang dibangun
memiliki indikator yang dapat
menjelaskan konstruk dan semua
indikator secara individu konsisten
dengan pengukurannya. Evaluasi
reabilitas dilakukan melalui parameter
Composite Reability (CR). Data yang
memiliki Composite Reability(CR)
>0,7 berarti memiliki nilai reabilitas
yang tinggi (kemampuan alat ukur
dapat diandalkan).
Validitas konvergen dapat
diartikan seperangkat indikator yang
mewakili dan mendasari satu variabel
laten karakteristik wirausaha (Sarwono
& Narimawati 2014). Validitas
konvergen diukur menggunakan
parameter Loading Factor (LF) dan
Average Variance Extracted (AVE).
Nilai AVE setidaknya sebesar 0,5
Nilai ini nantinya menggambarkan
bahwa satu variabel laten mampu
menjelaskan lebih dari setengah varian
dari indikator-indikatornya (dalam
rata-rata). Gambar 1 menunjukkan
nilai loading factor dari masing-
masing variabel manifest. Evaluasi
awal terhadap model dilakukan dan
diperoleh beberapa variabel indikator
yang dianggap tidak dapat
merefleksikan konstruknya dimana
nilai loading factor yang dimiliki (λ)
kurang dari 0,5. Respesifikasi atau
perbaikan model dapat dilakukan
dengan mengeluarkan variabel
indikator yang tidak sesuai seperti
variabel pendidikan, pengalaman dan
dukungan pemerintah terhadap
UMKM e-commerce harus
dikeluarkan karena tidak memenuhi
kriteria. Berikut model hasil PLS
setelah melalui proses respesifikasi
yang dapat dilihat pada gambar 2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
29
Gambar 1. Tampilan Hasil PLS model awal
(Sumber : diolah)
Pada Tabel 3 hasil setelah
respesifikasi menunjukkan Nilai
loading factor,average variance dan
composite reliability seluruh indikator
memiliki nilai LF>0,5, nilai AVE>0,5
dan CR>0,7.
Gambar 2. Tampilan Hasil PLS Setelah
Respesifikasi (sumber :diolah)
Tabel 3. Loading factor,average variance dan
composite reliability model setelah
respesifikasi
Variabel Manifest
LF
AVE
CR
Pelatihan (PLTH)
0,781
0.612
0.860
Dukungan Keluarga
(DSK)
0,783
Kebutuhan
Berprestasi
0,939
(KBPRS)
Motivasi
Berwirausaha
(MOTWIR)
0,586
Peran Komunitas
(KOMUN)
0,747
0.602
0.818
Tumbuhnya Usaha
Pendukung
(USHPEN)
0,699
Tumbuhnya E-
Commerce
(TUMECOM)
0,871
Mandiri(MDRI)
0,710
0.592
0.877
Fleksibel (FLEKS)
0,899
Risk Taker (RISK)
0,594
Inovatif (INVTF)
0,728
Percaya Diri (PD)
0,874
(Sumber : diolah)
Evaluasi model sktruktural (inner
model) Model struktural adalah model
yang menghubungkan antar variabel
laten sesuai dengan hipotesis atau
dalam rumusan masalah. Beberapa
parameter untuk mengevaluasi yaitu
R-square dan Goodness of Fit
(Sarwono dan Narimawati 2014.
Setlah dilakukan uji, nilai R-Square
untuk perilaku wirausaha sebesar
0,654 dapat diartikan variabel-variabel
manifest yang digunakan untuk
mengukur perilaku wirausaha mampu
menjelaskan perilaku wirausaha
sebesar 65,4%, sisanya 34,6%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam penelitian. Untuk
Goodness of Fit setelah dihitung
menggunakan rumus GoF diperoleh
nilai 0,62. Menurut Latan dan Gozali
(2015) nilai GoF > 0,26 menunjukkan
kesesuaian model yang tinggi sehingga
dapat disimpulkan model penelitian
memiliki kesesuai yang tinggi dengan
nilai Gof sebesar 0,62.
Setelah dilakukan evaluasi
terhadap model pengukuran dan model
struktural, maka tahap selanjutnya
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
30
adalah pengujian hipotesis. Uji
hipotesis adalah uji signifikansi
hubungan antar variabel yang
digunakan sebagai dasar dalam
melakukan uji hipotesis. Uji ini dapat
dilakukan dengan membandingkan
nilai T hitung dengan T-tabel
>0,005;T-tabel=1,96). Tabel 3 akan
menunjukkan hasil uji signifikansi
model. Berdasarkan Tabel 4, terlihat
faktor individu signifikan berpengaruh
positis terhadap perilaku, hal yang
sama juga berlaku pada faktor
eksternal yang berpengaruh positif
signifikan terhadap perilaku. Hal ini
menjelaskan bahwa jika salah satu
variabel dari faktor individu maupun
faktor eskternal ditingkatkan maka
akan meningkatkan perilaku
wirausaha.
Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi model
Hipotesis
(H1)
Origina
l
Sampel
T
Statisti
c
Ket
FIPW
0,354
2,479
Signifika
n
FE PW
0,530
3,856
Signifika
n
(Sumber: diolah)
Kontribusi Indikator terhadap
Faktor Individu
Faktor individu punya pengaruh
signifikan terhadap perilaku wirausaha
berdasarkan hasil uji signifikansi.
Model awal penelitian ini
memasukkan pendidikan dan
pengalaman sebagai indikator yang
dinilai memiliki pengaruh dalam
menjelaskan faktor individu. Karena
nilai dari loading factor kurang dari
0,5 dan dinyatakan tidak cukup valid
maka kedua variabel tersebut tidak lagi
disertakan. Hal ini berbeda dengan
penelitian Nurhayati (2011), Nurpeni
(2010) dan Nursiah (2015) yang
membuktikan bahwa pendidikan dan
pengalaman mempu menggambarkan
karakteristik wirausaha (faktor
individu). Setelah melalui tahap
respesifikasi maka ada empat indikator
yang dianggap mampu menjelaskan
variabel laten faktor individu yaitu
indikator pelatihan (PLTH), dukungan
keluarga (DSK), kebutuhan berprestasi
(KBPRS) dan motivasi berwirausaha
(MOTWIR).
Tabel 5. Kontribusi indikator
terhadap faktor individu
Indikator
Loading
factor
T-Value
Pelatihan
(PLTH)
0,781
7,55
Dukungan
(DSK)
suami/anggota
keluarga
0,783
9,98
Keinginan
Berprestasi
(KBPRS)
0,939
48,19
Motivasi
Berwirausaha
(MOTWIR)
0,586
3,47
(Sumber : diolah)
Tabel 5 menjelaskan kontribusi
indikator terhadap faktor individu
dimana indikator kebutuhan
berprestasi memiliki kontribusi yang
besar dengan nilai loading factor
0,939. Kebutuhan berprestasi
menunjukkan keinginan yang besar
dari anggota KBO untuk memberikan
yang terbaik untuk usaha yang sedang
dijalankan. Keinginan ini terwujud
dengan target-target yang dibuat
anggota KBO agar usahanya dapat
bersaing dengan usaha sejenis. Selain
memiliki nilai loading factor yang
cukup besar indikator kebutuhan
berprestasi terbukti signifikan dalam
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
31
menjelaskan variabel laten faktor
individu dimana nilai T-value lebih
besar dari nilai T-tabel.
Tabel 5 juga menunjukkan
indikator motivasi berwirausaha
memiliki nilai loading factor terkecil
yaitu 0,586 akan tetapi menurut
Sarwono dan Narimawati (2014) nilai
loading factor selama masih lebih
besar dari 0,5 masih dianggap besar
pengaruhnya karena dapat
menjelaskan variabel latennya lebih
dari 50%. Selain itu menurut Hughes
(2016) motivasi punya andil besar
untuk menggambarkan faktor individu.
Rendahnya motivasi berwirausaha
berdasarkan jawaban responden
menunjukkan rendahnya motivasi
berwirausaha dari dalam diri anggota
KBO dibandingkan motivasi dari luar.
Mayoritas responden lebih termotivasi
berwirausaha karena faktor dari luar
(pull factor) seperti perkembangan
teknologi dan informasi yang
membantu anggota KBO menjalankan
usahanya. Namun motivasi yang
berasal dari luar cenderung bersifat
sementara (Fauziyah 2015) berbeda
dengan motivasi dari dalam (push
factor) yang cenderung lebih lama dan
ada banyak cara untuk meningkatkan
motivasi yang berasal dari dalam.
Salah
Dukungan keluarga sebagai salah
satu indikator yang mampu
menjelaskan variabel faktor individu
juga menjadi perhatian. Alma (2010)
menyebutkan lingkungan keluarga
sebagai salah satu dari lima unsur
karakteristik individu. Dukungan
anggota keluarga khususnya kepada
ibu yang tengah menjalankan usaha
punya peran penting dan berpengaruh
signifikan terhadap perilaku.
Dukungan ini dapat berupa dukungan
izin maupun dukungan nyata dimana
terlibat dalam mengelola usaha.
Anggota KBO saat ini menjalankan
usaha sebagian besar mendapatkan
dukungan berupa waktu khusus yang
diberikan oleh keluarga agar mereka
mampu mengelola usaha secara
profesional tanpa harus memikirkan
tugas rumah tangga.
Kontribusi Indikator terhadap
Faktor Eksternal
Variabel faktor eskternal secara
signifikan terlihat pengaruhnya
terhadap perilaku wirausaha. Hal ini
dibuktikan dengan nilai uji signifikansi
dimana T-statistic pengaruh faktor
eskternal terhadap perilaku lebih besar
daripada nilai T-Tabel (1,96).
Indikator yang secara nyata dapat
menggambarkan faktor eksternal pada
Tabel 6 yaitu peran komunitas
(KOMUN), tumbuhnya usaha
pendukung (USHPEN) dan tumbuhnya
e-commerce (TUMECOM). Dukungan
pemerintah terhadap umkm e-
commerce dianggap sebagai variabel
yang kurang menggambarkan faktor
eksternal. Kebijakan pemerintah
masih dirasa kurang manfaatnya
terutama deregulasi. Fasilitas maupun
dukungan dianggap masih belum
menggambarkan lingkungan eksternal
dari anggota komunitas bunda online.
Berbeda dengan penelitian Martauli
(2016) dimana faktor kebijakan
pemerintah justru memiliki loading
factor paling besar karena dianggap
paling berpengaruh terhadap wanita
wirausaha di Provinsi Jambi.
Tumbuhnya e-commerce di
Indonesia merupakan indikator dengan
nilai loading factor terbesar yaitu
0,874. Tumbuhnya e-commerce di
Indonesia dibuktikan dengan nilai total
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
32
transaksi e-commerce tahun 2015
mencapai Rp 150T dan di tahun 2016
meningkat menjadi Rp 250 T menurut
menteri perdagangan. Hal ini
menunjukkan kepercayaan masyarakat
untuk berbelanja online semakin besar
dan secara tidak langsung memberikan
keuntungan bagi ibu rumah tangga
yang memasarkan produknya lewat
media internet.
Tabel 6. Kontribusi indikator
terhadap faktor eksternal
Indikator
Loading
factor
T-Value
Peran Komunitas
(KOMUN)
0,746
8,37
Tumbuhnya
Usaha Pendukung
(USHPEN)
0,697
5,03
Tumbuhnya E-
Commerce
(TUMECOM)
0,874
14,95
(Sumber : diolah)
Tumbuhnya usaha jasa pendukung
ini direspon positif oleh anggota KBO.
Sebagian besar responden memasarkan
produknya lewat media berbasis
internet sehingga melibatkan banyak
pihak untuk sampai ke tangan pembeli.
Usaha jasa pengiriman memudahkan
anggota KBO melebarkan wilayah
pemasaran sekaligus memangkas biaya
pengiriman karena ketatnya persaingan
di industri jasa pengiriman barang.
Semakin ketatnya persaingan
menunjukkan akan semakin banyak
pilihan jasa yang ditawarkan.
Tumbuhnya usaha jasa pengiriman
sebagai usaha pendukung juga
memiliki loading factor yang cukup
besar yaitu 0.697 dimana berdasarkan
uji T-value pengaruhnya terhadap
faktor eksternal terbukti memiliki
pengaruh siginfikan.
Peran komunitas (KOMUN)
meskipun tidak memiliki nilai loading
factor terbesar namun mampu
memberikan gambaran pengaruh yang
cukup besar terhadap faktor eksternal.
Komunitas salah satunya KBO
menjadi sumber inovasi dan informasi
sekaligus memberikan dukungan yang
cukup besar bagi ibu rumah tangga
yang sedang belajar memulai usaha
maupun yang sedang mengembangkan
usahanya ke skala yang lebih besar.
Kebermanfaatan dari komunitas ini
diakui oleh 43,9% yang memilih setuju
dan 29,2% memilih sangat setuju.
Responden merasakan distribusi
informasi dan inovasi dari anggota
komunitas salah satunya dapat dilihat
dari wilayah pemasaran yang semakin
luas.
SIMPULAN dan SARAN
Simpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan
dari penelitian ini meliputi;
1. Faktor individu direfleksikan oleh
pelatihan, dukungan suami dan
keluarga, kebutuhan berprestasi
dan motivasi berwirausaha.
Pendidikan dan pengalaman tidak
dapat merefleksikan faktor
individu dari mompreneur. Faktor
eksternal direfleksikan oleh peran
komunitas,tumbuhnya usaha
pendukungdan tumbuhya e-
commerce. Dukungan pemerintah
terhadap UMKM e-commerce
tidak dapat merefleksikan faktor
eksternal dari mompreneur
Perilaku wirausaha mompreneur
direfleksikan dalam sikap
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha Mompreneur
33
mandiri,fleksibel,risk
taker,inovatif dan percaya diri.
2. Faktor individu berpengaruh
positif terhadap perilaku
wirausaha. Kebutuhan berprestasi
merupakan faktor individu dari
anggota KBO yang memiliki
pengaruh paling besar (LF=0,939).
Semakin tinggi kebutuhan dalam
berprestasi (memiliki target
pencapaian usaha dan memberikan
pelayanan terbaik), maka akan
berpengaruh positif terhadap
perilaku wirausaha dari anggota
KBO. Faktor eksternal
berpengaruh positif terhadap
perilaku wirausaha. Tumbuhnya e-
commerce menjadi variabel yang
paling menggambarkan faktor
eksternal dari anggota KBO
(LF=0,874). Semakin tumbuh
pangsa pasar e-commerce akan
meningkatkan perilaku wirausaha
dari anggota KBO
Saran
1. Anggota KBO perlu meningkatkan
kebutuhan berprestasi (khususnya
dalam mengelola usaha),
diantaranya dengan menetapkan
target usaha yang lebih tinggi dan
meningkatkan kreativitas dan
inovasi untuk meningkatkan
persaingan.
2. Dukungan pemerintah perlu
diberikan dalam rangka
menunbuhkan E-commerce karena
berdasarkan penelitian
pertumbuhan e-commerce akan
berdampak langsung terhadap
perilaku wirausaha khususnya
anggota KBO. Salah satu
dukungan yang dapat diberikan
adalah perbaikan infrastuktur
seperti jalan dan infrastruktur yang
terkait teknologi dan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alma B. 2010. Kewirausahaan Edisi
Revisi. Bandung: Alfabeta
Costin Y. 2012. ICT as an Enabler for
Small Firm Growth ; The Case of
the Momprenuer. Regional
Development ; Concepts,
Methodologies,Tools and
Apliacations University of
Limerick. Ireland. http://www.igi-
global.com/book/regional-
development-concepts-
methodologies-tools/60787
Delmar F. 1996. Entrepreneurial
Behaviour and Business
Performance. [Dissertation].
Stockholm : Ekonomiska
Forknings Institute.
Duberly J.& Carrigan M. 2012. The
Career Identities of Mumpreneurs;
Womens’s experience of
combining entreprise and
motherhood. International Small
Business Journal 31(6); 629-651
Fauziyah D. 2015. Pengaruh
karakteristik peternak melalui
kompetensi peternak terhadap
kinerja usaha ternak sapi potong di
Kabupaten Bandung. [Tesis].
Bogor: Institut Pertanian Bogor
Hughes K.D .2006. Exploratory
Motivation And Success Among
Canadian Womenentrepreneurship
Jean, M. and Forbes, C.S. (2011)
‘Mompreneurs: an exploration of
their entrepreneurial reality’,
paper presented at the 39th
Administrative Sciences
Association of Canada (ASAC),
2-5 July, Montreal,
Arifah Qurrotu Aina, Heny Kuswanti Suwarsinah, dan Burhanuddin
34
CanadaKorsgaard, S. 2007
‘Mompreneurship as a challenge
to the growth ideology of
entrepreneurship’, Kontur, Vol.
16, No.1, pp.42-45
Latan H, Ghozali I. 2015.Partial Least
Square Konsep,Tehnik, dan
Aplikasi Menggunakan Program
Smart PLS 3.0. Semarang (ID):
Penerbit Universitas Diponegoro.
Martauli, ED. 2016. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja
Usaha Wanita Wirausaha Kerupuk
Udang di Provinsi Jambi[Tesis].
Bogor : Institut Pertanian Bogor
Nursiah T. 2015. Perilaku
Kewirausahaan pada usaha mikro
kecil (UMK) tempe di Bogor Jawa
Barat [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Sarwono J, Narimawati U.
2014.Membuat Skripsi, Tesis Dan
Disertasi Dengan Partial Least
Square SEM (PLS-SEM).
Yogyakarta(ID): Penerbit Andi
Sumantri B. 2013. Pengaruh jiwa
kewirausahaan terhadap kinerja
usaha wirausaha wanita pada
industri pangan rumahan Di Bogor
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor
Tambun T .2012. Wanita pengusaha di
UMKM di Indonesia :motivasi dan
kendala. Jakarta(ID): LPFE
Universitas Trisakti.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
  • H Latan
  • I Ghozali
Latan H, Ghozali I. 2015.Partial Least Square Konsep,Tehnik, dan
Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap kinerja usaha wirausaha wanita pada industri pangan rumahan Di Bogor
  • Yogyakarta
Yogyakarta(ID): Penerbit Andi Sumantri B. 2013. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap kinerja usaha wirausaha wanita pada industri pangan rumahan Di Bogor [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor Tambun T.2012. Wanita pengusaha di UMKM di Indonesia :motivasi dan kendala. Jakarta(ID): LPFE Universitas Trisakti.