Content uploaded by Bambang Arianto
Author content
All content in this area was uploaded by Bambang Arianto on Dec 22, 2019
Content may be subject to copyright.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
27
Buzzer Media Sosial dan Branding Produk UMKM Daerah Istimewa
Yogyakarta
BAMBANG ARIANTO
Prodi Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta
Email : ariantobambang@unu-jogja.ac.id
Intisari
Artikel ini menjelaskan peran buzzer media sosial dalam upaya membangun branding bagi
produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian
ini bertujuan menganalisis peran para buzzer media sosial dalam memperkuat branding
berbagai produk UMKM yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam membangun
branding produk, para buzzer media sosial mengedepankan semangat gotong royong digital
dalam mempromosikan produk-produk UMKM yang memiliki ciri khas Yogyakarta. Dengan
bersinergi antar pelaku usaha UMKM, Dinas Koperasi dan UMKM serta para buzzer media
sosial bisa menjadi salah satu alternatif branding produk UMKM yang membawa nilai-nilai
Keistimewaan Yogyakarta. Artikel ini berpendapat bahwa para buzzer media sosial turut
berkontribusi dan berperan positif membangun branding produk UMKM dalam konteks bisnis
digital di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kata Kunci: Buzzer, Media Sosial, Branding, Produk UMKM
Abstract
This article explains the role of social media buzzers in efforts to build branding for the
products of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in the Special Region of
Yogyakarta. This study aims to analyze the role of social media buzzers in strengthening the
branding of various MSME products in the Yogyakarta Special Region. In building product
branding, social media buzzers put forward the spirit of digital mutual cooperation in
promoting MSME products that have the distinctive characteristics of Yogyakarta. By
synergizing among MSME business actors, the Cooperative and MSME Service Offices and
social media buzzers, it can become one of the alternative branding products for MSMEs that
carries the values of Yogyakarta Specialties. This article argues that social media buzzers
contribute and contribute positively to the branding of MSME products in the context of digital
business in the Yogyakarta Special Region.
Keywords: Buzzer, Social Media, Branding, SME
PENDAHULUAN
Dalam pembukaan gelaran Grebeg Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Daerah
Istimewa Yogyakarta 2019, Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X mengatakan bahwa selama
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
28
10 tahun terakhir, mesin penggerak ekonomi daerah adalah UMKM, dengan jenis usaha hingga
sebesar 92% dari total jenis usaha yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan kata lain,
UMKM memegang kunci dinamisasi laju perekonomian daerah yang pergerakannya sudah
terbukti cenderung stabil dan tahan banting (Krjogja.com, 2019).
Dalam konteks Yogyakarta, UMKM merupakan salah satu mesin kekuatan
perekonomian daerah. Bahkan karakter perekonomian DI Yogyakarta memang didominasi oleh
industri mikro dan kecil sebesar 98,4 persen, yang sulit diikuti daerah lain dalam hal
penyerapan tenaga kerja yang mencapai 79 persen. Dikarenakan pendidikan vokasi, budaya dan
kreativitas yang tinggi menjadi keunggulan UMKM Yogyakarta. Di wilayah Yogyakarta, tidak
hanya faktor sumber daya manusia, infrastruktur yang didukung ketersediaan bahan baku
dengan harga relatif terjangkau telah membuat Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang
memiliki kreativitas UMKM (Hanoto, 2017)
Dalam sejarah perekonomian Indonesia, peran UMKM juga terbukti dapat
mempertahankan daya beli masyarakat sehingga berangsur-angsur dapat lepas dari krisis
ekonomi pada tahun 1998. Hal ini tentu berbeda dengan Amerika Serikat, pasca mengalami
krisis pasar keuangan global, seringkali berdampak pada meluasnya angka pengangguran.
Dikarenakan perekonomian Amerika Serikat tidak didukung oleh sektor informal dan
UMKM sekuat Indonesia. Tetapi, ironisnya dalam konteks Indonesia, sektor UMKM hingga
saat ini masih belum mendapat perlindungan dan perhatian yang serius dari pemerintah.
Dampaknya disaat terjadi gejolak pelambatan ekonomi yang seringkali menyebabkan
ketergantungan terhadap bahan baku impor, menyebabkan sektor UMKM sedikit terganggu.
Oleh sebab itu untuk bisa bersaing dan naik kelas, UMKM perlu terus diberdayakan dan
dibangun dengan melibatkan semua stakeholder terutama pemerintah daerah. Apalagi, hingga
saat ini telah banyak pihak swasta yang juga turut membimbing dan mendorong UMKM agar
naik kelas. Salah satunya adalah program pemberdayaan UMKM dari Gapura Digital. Program
yang diinisiasi oleh Goggle ini telah banyak berkontribusi bagi upaya membangun UMKM
naik kelas. Selain itu ada pula program dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah yang telah mengulirkan berbagai program sertifikasi agar UMKM di Indonesia bisa
bersaing dalam kancah internasional.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
29
Salah satu faktor yang harus terus diperbaiki untuk bisa mendorong UMKM di level
daerah bersaing di kancah internasional adalah memperbaiki branding melalui media sosial.
Meski, selama ini dinas terkait, perguruan tinggi dan dibantu oleh pihak swasta telah membantu
upaya branding produk UMKM melalui berbagai pelatihan, tetapi tidak semua daerah bisa
merasakan pelatihan ini. Bahkan untuk konteks Yogyakarta masih banyak UMKM yang belum
merata mendapatkan program pelatihan dalam mengemas produk hingga pemasaran digital
dengan baik. Padahal dengan hadirnya media sosial dapat semakin membuat peluang bagi
pelaku UMKM untuk bisa semakin membangun branding produknya.
Branding merupakan upaya memperkuat merek produk ataupun jasa. Sebab fungsi
dasar dari sebuah merek adalah sebagai pembeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada
beberapa unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan sebuah merek, dari apa yang terlihat
(tangible) dan dari apa yang terdengar dan apa yang dirasakan (intangible). Unsur-unsur
tersebut merupakan prasyarat utama dalam membangun kekuatan sebuah merek didalam
konteks kompetisi pasar. Kedua unsur tersebut yakni; Pertama, tangible seperti produk,
packaging atau kemasan, identitas visual. Kedua, intangible seperti kualitas produk dan jasa.
Sedangkan dalam konteks bisnis digital, media sosial telah menjadi salah satu kunci
sukses dalam upaya meningkatkan branding sebuah produk. Dalam konteks ini branding
merupakan upaya memperkuat merek produk dan jasa baik dalam skala besar maupun kecil.
Jadi tidak heran, baik buruknya upaya kita untuk memperkuat merek produk sangat tergantung
dari cara mengelola media sosial. Hal ini disebabkan semakin hari peran media sosial semakin
menjadi rujukan utama dalam membangun branding produk serta menentukan keberhasilan
kita dalam membangun branding.
Beberapa penelitian terdahulu yang mengulas branding dalam media sosial di utarakan
oleh Tanuatmadja & Raditya (2018) yang mengulas perancangan Branding” Marilyn’s Cake”
Surabaya. Penelitian ini juga mengunakan media sosial Facebook, Instagram dan Twitter
dalam membangun branding Marilyn’s Cake. Selanjutnya kajian Spry A (2011) yang mengulas
upaya sebuah merek kecantikan menggunakan media sosial Facebook, untuk meningkatkan
kesadaran merek dan memperkuat loyalitas merek dihadapan konsumen. Tidak diragukan lagi
bahwa perubahan dalam pola konsumtif media telah membuat perusahaan mengalihkan fokus
mereka dari produk ke orang, dan dari pengiriman informasi ke pertukaran informasi.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
30
Eksesnya, konsumen seringkali mengunakan merek sebagai sumber informasi saat berbelanja
di internet. Dengan begitu, branding telah dapat memfasilitasi penerimaan konsumen terhadap
penjualan secara online (Ward, et al, 2000)
Dalam konteks bisnis digital, ada beberapa media sosial yang biasa digunakan untuk
mempromosikan dan membangun branding produk, seperti; Facebook, Instagram, Twitter dan
Youtube. Bila kita hanya mengunakan satu media sosial tentu saja tidak akan efektif. Sebab dari
keempat media sosial tersebut memiliki segmentasi tersendiri. Facebook memiliki jumlah
penguna dikalangan generasi X atau kelahiran 1960-1980. Sedangkan Instagram digemari
generasi milenial yang lebih suka menampilkan visual dan video. Berbeda lagi dengan Twitter
yang digemari generasi milenial perkotaan dengan memfokuskan pada teks. Sedangkan
Youtube lebih menekankan pada tampilan video dokumenter atau aktualisasi diri. Akan tetapi,
dalam penelitian ini, media sosial yang akan dikaji yakni hanya Instagram dan Twitter. Sebab,
baik Instagram dan Twitter merupakan media sosial yang paling diminati oleh generasi
milenial.
Dalam bisnis digital, pemilihan konten merupakan salah satu hal terpenting dalam
membangun branding di media sosial. Tanpa adanya konten tentu media sosial yang kita miliki
tidak berguna sama sekali. Selain itu melalui konten kreatif akan dapat membuat produk dan
jasa yang kita tawarkan bisa menarik simpati oleh publik hingga laris dipasaran. Saat ini konten
gambar dan video merupakan salah satu konten yang paling digemari oleh konsumen.
Sedangkan konten jenis teks masih sangat mempengaruhi proses branding. Dikarenakan teks
akan mengiring mesin pencarian dan kata kunci (keyword) yang bisa semakin mendongkrak
penjualan produk termasuk menganalisa para kompetitor. Biasanya konten teks lebih didorong
pemanfaatan para blogger untuk menuliskan pengalamannya agar produk kita mendapatkan
citra positif.
Selain itu, guna membangun branding produk, penentuan copywriting (penulisan teks)
juga menjadi hal utama. Copywriting harus bisa menarik, informatif dan kreatif akan sangat
menentukan warganet untuk membacanya. Sebab rendahnya brand awareness dapat
disebabkan oleh beberapa faktor utama yang salah satunya adalah karena kurang tepatnya
pengunaan identitas brand termasuk konten yang belum bisa menarik perhatian konsumen
(Kotler & Waldemar, 2010).
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
31
Setelah konten, hal yang sangat mempengaruhi dalam branding yakni peran buzzer
media sosial. Dalam konteks ini buzzer merupakan sosok akun media sosial baik anonim atau
nyata yang setiap saat mendengungkan, mengemakan, mempromosikan, memperkuat dan
mengkampanyekan informasi, produk dan jasa kepada warganet. Selain buzzer media sosial
ada pula influencer sebagai aktor pemasaran digital. Kedua aktor warganet ini memiliki peran
yang bisa memperkuat merek dan mendongkrak sebuah produk tersebut menjadi viral. Apabila
produk tersebut viral hingga memuncaki trending topik Twitter, maka secara otomotis akan
dapat mendongkrak produk UMKM. Jadi tidak heran dalam bisnis digital, banyak perusahaan
besar menyewa tim buzzer media sosial untuk menaikan tagar produknya hingga mencapai
trending topik. Lain halnya dengan influencer yang merupakan sosok berpengaruh karena
memiliki banyak pengikut (follower), biasanya di sewa untuk memberikan testimoni terbaik
agar publik paham bahwa produk yang ditawarkan merupakan produk yang terbaik.
Dalam proses branding di media sosial yang perlu diperhatikan adalah konsistensi
dalam memposting konten. Sebab publik terutama warganet akan sangat menyukai informasi
terbaru dan bermanfaat. Padahal, tentu pelaku UMKM tidak memiliki banyak waktu untuk bisa
konsisten dalam memposting konten produknya di media sosial. Oleh sebab itu, perlu
kerjasama para pelaku UMKM dengan para buzzer media sosial. Para pelaku UMKM bisa
menjadikan para buzzer media sosial ini menjadi mitra promosi. Dengan begitu, akan terbangun
semangat gotong royong untuk bersama-sama membantu mempromosikan produk UMKM
Yogyakarta di media sosial. Semangat sukarelawan (voluntarisme) yang menjadi ciri khas
Keistimewaan Yogyakarta harus terus dibangun antara para buzzer media sosial dan para
pelaku UMKM dalam proses branding produk.
KAJIAN LITERATUR
Branding Produk
Brand merupakan sebuah elemen penting dari sebuah usaha atau perusahaan, untuk
dapat membangun brand yang baik maka diperlukan strategi branding yang tepat dan efektif.
Proses branding wajib dilakukan oleh perusahaan jika ingin usahanya bertahan dan dapat
bersaing di pasaran. Proses branding ini mencakup perancangan identitas perusahaan yang jelas
dan sesuai dengan image dan visi misi perusahaan hingga media dan strategi promosi yang
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
32
tepat untuk dapat menjangkau dan menarik perhatian khalayak target sasaran serta dapat
menimbulkan brand awareness di benak masyarakat (Tanuatmadja, & Raditya, A, 2018).
Sedangkan menurut studi Randall seperti yang dikutip dari bukunya “The Art of Marketing,
Branding” (2001) brand adalah sebagai:
a. Identitas; sebuah brand berfungsi untuk mengidentifikasikan dirinya dengan jelas
dan tidak ambigu, maka dari itu nama, perlindungan hukum, dan elemen-elemen
desain merupakan hal yang penting.
b. Shorthand summary (ringkasan singkat); sebuah identitas harus bertindak sebagai
ringkasan dari segala informasi yang dimiliki oleh konsumen mengenai brand.
c. Keamanan; ketika membeli sebuah brand, maka brand tersebut haruslah
menimbulkan perasaan aman bagi konsumen yang membeli. Brand harus menjamin
untuk menyediakan manfaat seperti yang diharapkan.
d. Diferensiasi; brand harus dengan sangat jelas membedakan dirinya dengan
kompetitor-kompetitornya dan menunjukkan kepada konsumen keunikan yang
dimilikinya.
e. Menambah nilai; sebuah brand berfungsi untuk menawarkan suatu keunggulan yang
lebih daripada produk-produk generik.
Brand menurut Kotler (2000:443) adalah sebuah nama, kata, tanda, simbol, atau
desain, atau kombinasinya yang mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual maupun
kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing. Branding merupakan aspek
yang paling penting dalam sebuah bisnis karena kekuatan brand-lah yang nantinya akan
menentukan sebuah usaha akan sukses atau gagal. Kesuksesan brand juga berarti kesuksesan
usaha. Hal utama dalam sebuah branding adalah membuat sebuah produk atau bisnis terlihat
berbeda dengan kompetitor-kompetitornya (Haig, 2004). Dengan demikian, branding adalah
sebuah proses membangun kesadaran brand dan mengembangkan loyalitas pelanggan.
Membangun brand produk dicirikan oleh nilai tambah pada manfaat fungsional inti dari
produk tersebut untuk membentuk keunikan dari pesaing, termasuk citra brand, posisi brand
dan identitas brand (Ahonen, 2008).
Dalam konteks bisnis digital ada beberapa fungsi dari branding yakni; Pertama, sebagai
pembeda, produk yang sudah memiliki brand kuat akan mudah dibedakan dengan brand merk
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
33
lain. Kedua, sebagai media promosi dan daya Tarik. Produk yang memiliki brand kuat akan
memiliki daya tarik yang tinggi bagi konsumen dan akan lebih mudah dipromosikan. Ketiga,
sebagai upaya membangun citra, keyakinan, jaminan kualitas, dan prestise. Dengan kata lain,
fungsi branding adalah membentuk citra sehingga membuat sebuah produk mudah diingat oleh
orang lain. Keempat, sebagai sarana pengendali pasar, brand yang kuat akan lebih mudah
mengendalikan pasar karena masyarakat telah mengenal, percaya dan mengingat brand
tersebut. Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa tujuan utama branding adalah untuk
membentuk persepsi masyarakat, membangun rasa percaya serta membangun rasa cinta
masyarakat terhadap brand.
Media Sosial
Media sosial saat ini telah menjadi salah satu saluran yang sangat mempengaruhi semua
sektor kehidupan publik. Dalam konteks ini, pengertian media sosial merupakan sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0
dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content. Dengan demikian,
media sosial merupakan sebuah media berbasis kecanggihan teknologi yang diklasifikasikan
dari berbagai bentuk seperti majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki,
foto atau gambar, video peringkat dan bookmark sosial (Kaplan & Haenlein, 2010).
Dalam perkembanganyan media sosial yang dikenal dengan masyarakat jejaring
memiliki empat bentuk kekuatan diantaranya; Pertama, kekuatan jaringan merupakan kekuatan
aktor dan organisasi yang termasuk inti dari masyarakat jaringan global. Kedua, kekuatan
jaringan yang dihasilkan dapat mengoordinasikan interaksi sosial dalam jaringan. Dalam hal
ini, kekuasaan dilakukan bukan dengan pengecualian dari jaringan tetapi dengan penerapan
aturan inklusi. Ketiga, kekuatan aktor sosial atas aktor lainnya dalam sebuah jaringan.
Keempat, kekuatan untuk memprogram jaringan spesifik sesuai dengan minat dan nilai-nilai
yang berbeda termasuk mengikuti aliansi strategis antara aktor dominan dari berbagai jaringan
(Castells, 2007). Dengan kata lain, kekuatan yang terdapat dalam masyarakat jaringan di media
sosial ini seringkali bisa melahirkan partisipasi publik.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
34
Buzzer Media Sosial
Dalam langgam bisnis digital di Indonesia istilah buzzer media sosial sudah dikenal
semenjak kehadiran media sosial Twitter tahun 2006. Keberhasilan buzzer dalam memperkuat
proses promosi sebuah brand produk, menyebabkan teknik buzzer mulai banyak digunakan.
Meski demikian pengunaan Twitter dalam dunia bisnis sedikit menurun semenjak kehadiran
platform Instagram yang kemudian juga telah mengambil alih Facebook. Akan tetapi dalam
upaya membangun citra positif produk dan jasa platform Twitter masih tetap memegang
kendali. Dikarenakan Twitter memiliki fasilitas trending topik yang tidak dimiliki media sosial
lainnya.
Menurut Arianto (2019) definisi Buzzer merupakan sosok akun media sosial baik
anonim atau nyata yang setiap saat mendengungkan, mengemakan, mempromosikan,
mengkampanyekan informasi, produk dan jasa kepada warganet. Dalam konteks bisnis digital,
sistem kerja buzzer bisnis dalam mendengungkan, mengemakan, mempromosikan,
mengkampanyekan memiliki tiga kategori yakni, (1) membangun dan memperkuat citra positif
(supporting), (2) mengklarifikasi citra (defensif) (3) menyerang dan merusak citra pesaing
(offensive). Dalam konteks pemasaran digital buzzer bisnis lebih banyak bergerak di ranah
supporting dan defensif. Sedangkan dalam konteks politik, buzzer lebih banyak bergerak dalam
kategori offensive dengan memanfaatkan informasi baik itu fakta maupun hoaks.
Dengan begitu buzzer dikenal memiliki kemampuan amplifikasi yang dengan cepat bisa
membangun percakapan dan bergerak dengan motif tertentu. Dikarenakan karakteristik kerja
buzzer media sosial menyerupai “lonceng” atau “bel” yang seringkali membuat suara bising.
Dengan begitu, inilah yang membuat pesan yang disampaikan bisa cepat viral atau tersebar luas
kepada warganet. Adapun untuk mengenal defisini buzzer media sosial, akan dijelaskan dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 1. Tipologi Buzzer Media Sosial
Buzzer Bisnis
Buzzer Politik
Definisi
Sosok akun media sosial baik anonim
atau nyata (real) yang setiap saat
mendengungkan, mengemakan,
mempromosikan, mengkampanyekan
informasi, produk dan jasa kepada
warganet
Sosok akun media sosial baik anonim
atau nyata (real) yang setiap saat
mendengungkan, mengemakan,
mempromosikan, mengkampanyekan
informasi, produk dan jasa kepada
warganet
Follower
>2000 Follower
> 10 – 1000 Follower
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
35
> 10.000 Follower (Influencer)
> 10.000 Follower (Influencer)
Sistem Kerja
Membangun dan memperkuat citra
positif (supporting)
Mengklarifikasi citra (defensif)
Membangun dan memperkuat citra
positif (supporting),
Mengklarifikasi citra (defensif)
Menyerang dan merusak citra pesaing
(offensive).
Konten
Meme, Video, Teks
Meme, Video, Teks
Media Sosial
Twitter, Facebook, Instagram dan
Whatsapp, Youtube
Twitter, Facebook, Instagram dan
Whatsapp
Karakter
Independen
Memiliki karakter yang bebas dan
tidak terikat oleh brand apapun.
Artinya, bisa digunakan untuk
kepentingan semua promosi bisnis
sesuai pesanan dari agensi atau
perusahaan dan tidak terbatas pada
produk tertentu. Dengan sifat yang
netral membuat sifat buzzer bisnis
bersifat professional. Artinya, para
buzzer bergerak sesuai dengan
tuntutan para pembayar dan
penyewa. Para buzzer ini seringkali
mematok tarif sesuai dengan
banyaknya follower yang dimiliki
dan tingkat kesulitan yang dihadapi.
Independen
Memiliki karakter yang bebas dan
tidak terikat oleh brand apapun. Bisa
digunakan untuk kepentingan
branding atau promosi yang
berkaitan dengan politik sesuai
pesanan dari agensi, politisi, partai
politik ataupun stakeholder yang
mengunakan jasanya. Dengan sifat
yang netral dan bebas kepentingan
membuat buzzer jenis ini bersifat
profesional. Dengan kata lain para
buzzer ini bergerak sesuai dengan
tuntutan para pembayar dan
penyewa. Para buzzer ini seringkali
mematok tarif sesuai dengan
banyaknya follower yang dimiliki
dan tingkat kesulitan yang dihadapi.
Relawan
Bersifat partisipan dan memiliki
keterkaitan dengan figur politik,
partai politik atau persamaan
gagasan sosial politik lainnya.
Buzzer sejenis ini banyak berasal
dari warganet yang selama ini sangat
aktif di mesia sosial Dikarenakan
lebih mengedepankan sukarelawan
maka seringkali buzzer ini disebut
sebagai relawan politik digital. Para
buzzer ini tidak menerima bayaran
karena melakukan aktivitas buzzer
(memperkuat) pesan berdasarkan
dukungan secara sukarela atau
gotong royong.
Indikator
Keberhasilan
Memuncaki trending topik Twitter dan
viral di di Facebook, Instagram dan Whatsapp
Diolah oleh penulis dari data Drone Emprit Academic 2019
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
36
METODE PENELITIAN
Dalama penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif eksplanatoris dengna didukung
oleh berbagai data pendukung. Penggunaan metode ini dikarenakan dapat menjawab
pertanyaan mendalam yang hendak diketahui tentang bagaimana peran buzzer media sosial
dalam membangun branding produk UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebab penelitian
ingin lebih mengedepankan penjelasan daripada sekedar konfirmasi terhadap suatu
permasalahan. Sedangkan penggunaan pendekatan kualitatif sangat cocok untuk menganalisis
dan memahami fenomena buzzer media sosial yang bisa digunakan untuk membranding produk
UMKM.
Dalam konteks ini dokumen menjadi sumber utama untuk memperoleh informasi terkait
bahasan suatu penelitian. Menurut Kirby & McKenna (1989), dokumen merupakan hal penting
dalam proses pengumpulan data. Dokumen dapat berupa, audio, video, media kaset. Selain itu
ada buku, jurnal, percakapan media sosial dan dokumen penunjang lainnya yang dapat
digunakan untuk pencarian data. Data penelitian kualitatif ini akan meliputi data primer dan
data sekunder. Sebagian besar data primer dikumpulkan melalui wawancara dari beberapa akun
media sosial yang bisa dikategorikan sebagai buzzer media sosial.
Beberapa buzzer media sosial yang menjadi akun publik yakni; @YogyakartaCity,
@BalkonJogja, @KulinerYogya @Sani_maya @NaradhiptaJogja. Pemilihan akun publik
dikarenakan lebih netral dan independen dalam memposting konten produk UMKM
Yogyakarta. Dalam hal pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode kombinasi yang
bersandar pada dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam (in-depth interview). Teknik
pengumpulan data melalui wawancara melalui media sosial Whatsapp yang ditujukan agar
jawaban dari para responden akan lebih mendalam. Waktu pelaksanaan pengumpulan data
selama satu bulan mulai dari 20 Oktober hingga 17 November 2019.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gotong Royong Digital
Data dari Drone Emprit Academic (2019) menunjukan penguna media sosial di
Indonesia ada sekitar 150 juta penguna media sosial dengan penetrasi 49 persen pada januari
2019. Sedangkan platform media sosial publik yang paling diminati di Indonesia per Januari
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
37
2019, yaitu Youtube (88 persen), Facebook (81%), Instagram (80%) dan Twitter (52%). Untuk
generasi yang paling banyak mengunakan media sosial berasal dari generasi Z dan milenial.
Generasi Z dalam konteks ini berumur sekitar 18 – 24 tahun dan generasi milenial berkisar 25-
34 persen (Fahmi, 2019). Dalam penelitian ini bisa digambarkan perihal kontur masyarakat
digital sesuai dengan beberapa klasifikasi sebagai berikut;
Tabel 2. Tipologi Warganet
Follower
Buzzer
Influencer
Definisi
Akun media sosial
yang mengikuti
akun yang kita
miliki.
Akun media sosial yang setiap
saat mendengungkan,
mengemakan, mempromosikan,
mengkampanyekan informasi,
produk dan jasa kepada warganet.
Akun media sosial yang
memiliki banyak follower dan
sangat memiliki
mempengaruhi yang kuat
kepada para followernya untuk
berbuat seperti kehendaknya.
Sifat
Akun
Anomin dan nyata
Mayoritas akun anonim
Mayoritas akun nyata (real)
Jumlah
follower
1-500
1-2000
>10.000
Peran
dan
fungsi
Sebagai penerima
akhir pesan dari
buzzer dan
influencer.
Berperan
menyebarluaskan
pesan dari buzzer
dan influencer.
Membentuk opini publik
dalam ranah media sosial
yakni dengan menempati
trending topik Twitter.
Buzzer bisnis fokus pada (1)
membangun citra positif
(supporting), (2)
mengklarifikasi citra (defensif).
Buzzer politik focus pada (1)
membangun citra positif
(supporting), (2)
mengklarifikasi citra (defensif)
(3) menyerang dan merusak
citra pesaing (offensive).
Ikut membangun isu publik
yang berasal dari investigasi
individual ataupun berasal dari
influencer yang se ide dengan
isu tersebut.
Membangun ide awal bagi
pembentukan opini public
yang kemudian diteruskan
oleh buzzer dan follower
dengan
Membangun isu melalui
proses investigasi
jurnalisme warga.
Tujuannya untuk membantu
para follower memahami
isu yang lagi trend.
Menciptakan berbagai tagar
yang biasaya trending topik
di Twitter.
Bergerak secara individual
dan lebih berpegang teguh
pada prinsip atau pendapat
pribadi sesuai isu yang lagi
trending.
Sumber : Diolah oleh peneliti dari data Drone Emprit Academic 2019
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
38
Bila ditelisik generasi milenial memiliki watak kritis, partisipatif, egaliter, komunikatif
dan berjejaring sesuai hobi dan komunitas. Dengan kata lain, generasi milenial akan menyukai
model hal-hal yang kreatif dan tentunya inovatif. Sikap partisipatif dan egaliter yang dimiliki
oleh generasi milenial seringkali tumbuh menjadi semangat sukarelawan (voluntarisme). Hal
itu bisa dilacak dari motivasi para warganet yang akan terdorong dengan cepat untuk
memviralkan konten-konten ketidakadilan ataupun yang patut menjadi perhatian bersama.
Dalam konteks warganet Twitter, konten-konten yang ditambahi oleh kata kunci Twitter Your
Magic biasanya memiliki retweet atau repost yang lebih besar dan cepat.
Dengan demikian, sifat sukarelawan (voluntarisme) yang dimiliki oleh warganet
khususnya para milenial tentu juga dimiliki para buzzer media sosial. Inilah yang dalam
konteks Yogyakarta, para buzzer ini sering membantu memviralkan konten dari produk
UMKM Yogyakarta baik di Twitter dan Instagram, seperti yang diutarakan oleh beberapa akun
buzzer;
“Ketika saya memposting produk makanan maupun produk UMKM lainnya,
tidak pernah saya menyodorkan biaya untuk posting. Terkecuali kalau dari
pelaku usaha UMKM yang memberikan kesepakatan sejak awal akan
memberikan biaya posting”
(@NaradhiptaJogja)
“Biasanya saya mengutamakan produk UMKM yang saya tahu bila UMKM
tersebut tidak memiliki biaya prmosi, akan tetapi memang produkunya sesuai
dengan standar saya. Sedangkan bila saya mengetahui pemilik UMKM tersebut
memiliki ada biaya promosi ya tentu tidak saya kasih gratis dalam
memprosting.”
(@KulinerYogya)
Meski demikian, ada pula para pelaku UMKM yang menyewa para buzzer untuk
membantu mempromosikan dengan tujuan mem-branding produknya di media sosial. Seperti
yang diutarakan oleh pemilik akun buzzer berikut;
“Biasaya kalo posting ada kesepakatan dalam pembayaran, atau dikenal “Pay
per post kalau dimedia sosia. Sedangkan pay per article kalua untuk posting di
website. Artinya ada biaya posting dengan kesepakatan diawal.
(@YogyakartaCity)
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
39
“Saya suka sekali memposting makanan dari Jogja, karena ketika makan
siang atau sarapan saya menemui manakana yang unik dari Jogja, tentu akan
selalu saya share secara sukarela baik di Twitter dan Instagram. Tujuannya
agar makanan Jogja tersebut semakin dikenal sebagai bagian dari produk
asli Jogja.”
(@BalkonJogja)
“Tujuan utama share foto makanan buat mengurangi kejenuhan dari timeline
media sosial yang saya miliki, sehingga dengan begitu, para follower merasa
refresh dan saya tidak terlalu jenuh dengan konten yang sama”
(@Sany_maya)
Media sosial menjadi salah satu media yang memiliki fasilitas trending topik. Bila
sebuah tagar memuncaki trending topik, maka secara tidak langsung tagar tersebut akan dilihat
warganet seluruh dunia. Akan tetapi ironsinya, banyak pelaku UMKM yang tidak
memanfaatkan fasilitas trending topik ini untuk mempromosikan produknya. Hal itu dijelaskan
oleh pemilik akun @BalkonJogja yang menyatakan banyak UMKM, dan akun media sosial
dari instansi pemerintah daerah yang tidak memamfaatkan hadirnya tagar Jogja yang sedang
trending topik.
“Dengan hadirnya tagar dengan kata kunci Jogja hingga trending topik, para
pelaku usaha UMKM bisa bergotong royong secara digital untuk ikut
mempromosikan produk dan jasanya. Caranya dengan ikut tweet serentak
dengan menyertakan foto produk dan jasanya masing-masing. Ironisnya banyak
pelaku usaha UMKM yang tidak mengunakan fasilitas trending topik Twitter
sebagai salah satu media promosi”
(@BalkonJogja)
Dengan begitu, bisa disimpulkan banyak warganet, maupun akun-akun publik
tidak bisa memanfaatkan momentum gotong royong digital yang menjadi ciri khas
Twitter untuk bersama-sama mempromosikan produk UMKM terutama pada tagar yang
mengunakan kata kunci Yogyakarta dan Jogjakarta. Hal itu dikarenakan banyak pelaku
usaha yang tidak banyak mengunakan media sosial Twitter dalam mempromosikan
produknya. Padahal, twitter memiliki banyak kelebihan, di banding media sosial
lainnnya. Selain hemat data dan praktis, media sosial twitter lebih cepat dalam
menerima informasi melalui trending topik.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
40
Oleh sebab itu, dalam upaya membangun kesadaran akan fenomena gotong
royong digital ini diperlukan pemahaman dari semua pihak terutama instansi terkait dan
pemerintah daerah agar bisa menjadi mediator. Selain menjadi mediator, pemerintah
daerah juga bisa melakukan pelatihan pengunaan media sosial Twitter bagi pelaku
UMKM terutama dalam penggunaan fasilitas trending topik twitter. Bila kemudian
terbangun kerjasama yang antara buzzer media sosia, pelaku UMKM dan pemerintah
daerah, tentu fenomena gotong royong digital ini akan terus memperkuat identitas
Jogjakarta sebagai daerah istimewa.
Buzzer dan Pelaku Usaha UMKM
Penelitian ini melibatkan beberapa para warganet yang kemudian bisa dikategorikan
sebagai buzzer media sosial. Hal itu disebabkan tingginya intensitasnya terhadap postingan di
media sosial, baik Twitter maupun Instagram. Dari beberapa repsonden ini ada yang aktif di
Twitter saja dan tidak aktif di Instagram. Hal itu membuktikan bahwa tidak semua warganet
akan mengunakan Instagram menjadi akun utama media sosialnya, meskipun jumlah
pengunaan Instagram melebihi dari Twitter.
Berikut, tabel 3 yang akan menjelaskan profil para responden yang dipilih dari latar
belakang follower dan keaktifan.
Tabel 3. Profil Responden Akun Buzzer Jogja
No
Nama Akun
Follower Twitter
Follower Instagram
01
@BalkonJogja
165
141
02
@YogyakartaCity
364.000
172.000
03
@NaradhiptaJogja
3.041
---
04
@sany_maya
1.708
---
05
@KulinerYogya
364.000
2.617
Sumber : Diolah oleh peneliti
Para buzzer media sosial ini menjelaskan bahwa aktivitas memposting konten produk
UMKM Yogyakarta di Twitter dan Instagram didasari banyak pertimbangan. Salah satunya
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
41
karena beberapa responden menyatakan bila menemukan konten yang unik dan kreatif, maka
secara otomatis akan mempostingnya di akun media sosialnya masing-masing. Berikut
pendapat dari akun @BalkonJogja yang menyatakan bahwa :
“Bila ada konten produk UMKM di Jogja yang unik, pasti akan saya posting, karena
dengan begitu akan bisa membantu buat mendongrak dan membesarkan nama produk
UMKM di Jogja. Bila ada foto produk UMKM seperti kerajinan yang menarik, pasti
saya saya posting di akun Twitter dan Instagram” (@BalkonJogja)
Dalam memposting konten produk UMKM tentu memiliki unsur bisnis. Sebab ketika
warganet memposting suatu prosuk bisnis, tentu yang terbersit adalah promosi dan iklan gratis.
Jadi tidak heran bila banyak pula warganet yang enggan memposting konten produk UMKM
secara cuma-cuma karena akan dinilai sebagai promosi gratis. Hal ini biasanya ditemui oleh
banyak generasi milenial ketika menemukan konten bisnis baik di Twitter maupun
Instagramnya masing-masing. Akan tetapi dalam konteks Yogyakarta, tentu tidak semua
warganet berlandaskan motif ekonomi dalam memposting konten yang berasal dari produk
UMKM Yogyakarta. Bahkan, banyak buzzer media sosial yang memposting dengan semangat
saling membantu baik itu di Twitter dan Instagram. Hal itu dikarenakan para buzzer media
sosial ini ingin bersama-sama membantu produk UMKM Yogyakarta dikenal luas oleh publik.
Tentu motif ini tidak semua ditemukan dalam nalar warganet di seluruh Indonesia. Berikut
pernyataan dari beberapa pemilik :
“Kalo saya menemukan produk UMKM tentu akan saya posting. Ada konten
produk yang saya posting merupakan bagian dari endorse. Tapi ada pula
konten yang saya posting itu bagian dari sukarela untuk bersama-sama
membantu promosi produk UMKM di Jogja”
(@NaradhiptaJogja)
“Bila menemukan produk yang menurutku menarik, unik, dan layak utk
diangkat. Contoh dulu pernah angkat Soto Bathok waktu masih berupa warung
kecil dengan 4 bangku. Dulu waktu masih suka jajan ambil sendiri, sekarang
lebih sering repost. Ya utamanya membantu produk UMKM Jogja”
(@YogyakartaCity)
Dalam membangun branding UMKM, peran media sosial Twitter sangat penting untuk
bisa memviralkan dan mengenalkan produk tersebut. Jadi tidak salah bila, bagi generasi
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
42
milenial memiliki akun Twitter dan Instagram mutlak adanya. Sebab Twitter memiliki fasilitas
trending topik yang bisa selalu mendapatkan informasi setiap saat. Biasanya melalui trending
topik akan banyak ditemui informasi yang menjelaskan mengapa trending topik tersebut
muncul. Hal itu juga dijumpai ketika menemui trending topik Twitter yang mengangkat kata
kunci Yogyakarta atau Jogja, biasanya para buzzer media sosial akan mempergunakan
momentum tersebut untuk mempromosikan konten produk yang memiliki ciri khas
Keistimewaan Yogyakarta.
Dengan demikian, bila trending topik Twitter yang sedang mengangkat kata kunci
Jogja, maka sejatinya para warganet baik follower, influencer dan buzzer di Yogyakarta harus
bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan ikut memposting berbagai konten produk
UMKM Yogyakarta. Tentu dalam konteks ini peran serta instansi terkait seperti Dinas
Koperasi dan UMKM harus bisa menyediakan stok konten untuk bisa diposting bersama-sama.
Momentum trending topik seperti inilah yang harus dimanfaatkan oleh semua stakeholder
untuk mengangkat berbagai produk UMKM Yogyakarat terutama yang memiliki ciri khas
Keistimewaan Yogyakarta. Berikut pemaparan dari beberapa akun buzzer media sosial :
“Setiap ada trending topik di Twitter dengan kata kunci Jogja, saya selalu
memposting konten seputar Jogja termasuk produk UMKM dan makanan yang
memiliki ciri Keistimewaan Yogyakarta. Biasanya saya ikut memposting saat ada
tagar bersama seperti momentum Selasa Wagen Malioboro. Tujuannya agar
produk-produk UMKM di Jogja bisa semakin dikenal luas oleh warganet
diseluruh dunia” (@BalkonJogja)
Sedangkan untuk membangun kerjasama yang baik dalam upaya branding produk
UMKM Yogyaakrta, harus dibangun jejaring kerjasama yang sistematis antar semua
stakeholder. Proses kerjasama ini yang harus dibangun antara komunitas UMKM Yogyakarta
dengan para buzzer media sosial untuk bisa saling membantu dan memperkuat promosi produk
UMKM yang mengedepankan nilai-nilai Keistimewaan Yogyakarta. Meski selama ini telah
terbangun kerjasama, akan tetapi sifatnya masih insidental dan belum sistematis. Berikut
pemaparan dari para buzzer media sosial :
“Selama ini saya belum pernah tahu ada kerjasama antara para warganet yang aktif di
media sosial dengan para pelaku usaha UMKM di Jogja. Tapi masalahnya sangat
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
43
jarang saya menemukan para pelaku usaha UMKM yang meminta tolong untuk
dipromosikan, mungkin karena enggan atau takut merepotkan.”
(@NaradhiptaJogja)
“Biasanya kalau acaranya menarik diundang ya datang. Tapi selama ini belum pernah
menawarkan diri untuk ikut mempromosikan”
(@YogyakartaCity)
Belum terbangunnya kerjasama yang baik antar stakeholder dalam mempromosikan
branding produk UMKM Yogyakarta tentu disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya
para pelaku usaha UMKM enggan untuk meminta bantuan para buzzer untuk mempromosikan
produknya. Selain itu para pelaku usaha UMKM telah memiliki akun-akun resmi dari usahanya
masing-masing, sehingga selalu berupaya mempromosikan produknya sendiri. Padahal, bila
saja ada saling kerjasama antar stakeholder dalam konteks branding, tentu bisa dipastikan
berbagai produk UMKM Yogyakarta akan cepat dikenal luas oleh publik. Akan tetapi karena
para pemasar digital tersebut memiliki puluhan ribu pengikut yang fanatik, sehingga tidak salah
bila para buzzer ini berharap Dinas Koperasi dan UMKM untuk bisa menganggarkan biaya
promosi bagi para buzzer media sosial.
Terakhir dalam penelitian ini juga dijelaskan harapan dari upaya membangun branding
dari para buzzer media sosial khususnya di Yogyakarta. Para buzzer media sosial ingin agar
terbangun kerjasama yang baik dari para pelaku UMKM maupun Dinas Koperasi dan UMKM
untuk bisa memfasilitasi kerjasama dengan baik dan sistematis.
“Harapan saya, harusnya bukan bukan cuma grup Whatsapp saja, tapi ada pula
website & grup media sosial dengan skala nasional yang bisa diakses oleh para
pelaku usaha UMKM di Jogja secara gratis, seperti, semacam Tokopedia. Selain
itu kerjasama perlu dengan para buzzer media sosial untuk bisa membantu
memviralkan konten”
(@YogyakartaCity)
“Harapan saya, Dinas Koperasi dan UMKM bisa menganggarkan dana promosi
di APBD/APBN untuk teman-teman buzzer media sosia. Selain itu pemilik produk
UMKM juga harusnya memiliki kesadaran bahwa promosi juga butuh budget.
Akan tetapi, pemilik akun buzzer juga selain juga cari uang untuk penghidupan,
sesekali juga akan membantu mempromosikan produk-produk UMKM yang
memang bagus secara gratis”
(@KulinerYogya)
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
44
Dengan terbangun kerjasama yang sistematis dari para pelaku usaha UMKM,
pemerintah daerah dan para buzzer media sosial, tentu akan lebih cepat membangun branding
produk UMKM Yogyakarta agar dapat lebih dikenal luas oleh publik. Sebab, semakin sering
warganet melihat produk tersebut, maka “merek” sebuah produk tersebut akan semakin dikenal
luas dan berdampak pada meningkatnya kepercayaan konsumen. Apalagi, saat ini konsumen
akan sangat tergantung kepada “merek” ketika akan melakukan pencarian informasi produk
secara online (Ward, et al, 2000)
PENUTUP
Kesimpulan
Peran buzzer media sosial telah berkontribusi positif memperkuat proses dalam
membangun branding produk UMKM Yogyakarta. Apalagi dalam konteks Yogyakarta,
terdapat banyak buzzer media sosial yang mengunakan semangat sukarelawan untuk bisa
bersama-sama membangun branding terhadap produk UMKM. Bahkan strategi sukarelawan ini
juga mulai banyak diikuti oleh banyak akun publik milik pemerintah daerah untuk ikut
mempromosikan produk UMKM. Beberapa bentuk langkah tersebut seperti memposting
konten makanan atau kerajinan yang berasal dari Yogyakarta atau yang mengedepankan nilai-
nilai Keistimewaan Yogyakarta. Dengan semangat gotong royong digital akan mendorong
berbagai bentuk produk UMKM Yogyakarta semakin positif di hadapan konsumen. Dengan
begitu gotong royong digital akan menjadi salah satu alternatif branding produk UMKM yang
efisien karena berbasis sukarelawan. Dengan kata lain, peran buzzer media sosial sangat
berkontribusi dan berperan positif dalam proses membangun branding produk UMKM yang
membawa nilai-nilai Keistimewaan Yogyakarta. Sedangkan, keterbatasan dalam penelitian ini
hanya melingkupi wilayah Yogyakarta. Penelitian kedepan bisa mengunakan pendekatan
kuantitatif dengan ruang lingkup wilayah yang lebih luas dengan responden yang berasal dari
seluruh Indonesia.
Saran
Melihat peran para akun buzzer media sosial dalam mempromosikan produk UMKM di
Yogyakarta, penulis berharap banyak kepada akun-akun publik baik milik pemerintah dan
perguruan tinggi di Yogyakarta untuk bisa ikut bersama-sama membantu mempromosikan
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
45
produk-produk UMKM meski tidak secara langsung sebagai bentuk advertorial. Sebab, peran
akun publik pemerintah, perguruan tinggi, akun buzzer milik perseorangan hingga komunitas
akan sangat menentukan proses memperkuat branding berbagai produk UMKM yang berasal
dari Yogyakarta. Terakhir, peran serta Dinas Koperasi dan UMKM Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk bisa menjadi mediator dalam membangun sinergi dan kerjasama mutlak
diperlukan. Kerjasama antara buzzer media sosial dan pelaku usaha UMKM ini ditujukan untuk
membangun konsep gotong royong digital dalam mempromosikan bersama-sama produk
UMKM dengan ciri khas Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ahonen, M., 2008. Branding-does it even exist among SMEs. In Proceedings of the 16th
Nordic Conference on Small Business Research (Vol. 202).
Arianto, B. (2015). Kampanye Kreatif Dalam Kontestasi Presidensial 2014. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UGM. No 1, Volume 19: 16–39.
HarianJogja.com. (2019). Grebeg UMKM DIY 2019 Berlangsung Meriah. Diakses 30 Oktober
2019.https://ekbis.harianjogja.com/read/2019/11/17/502/1024977/grebeg-umkm-diy-
2019-berlangsung-meriah-
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p – ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
46
Keller, K. L., & Lehmann, D. R. (2006). Brands and branding: Research findings and future
priorities. Marketing science, 25(6), 740-759.
Kotler, P. (2000). Marketing management, 10th ed., Prentice-Hall, Sydney.
Krjogja.com. (2019). Mengisitimewakan UMKM di DIY. Diakses 20 Okober 2019,
https://krjogja.com/web/news/read/53076/Mengistimewakan_UMKM_di_DIY
Spry, A., Pappu, R., & Bettina Cornwell, T. (2011). Celebrity endorsement, brand credibility
and brand equity. European journal of marketing, 45(6), 882-909.
Tanuatmadja, Y., & Raditya, A. (2014). Perancangan Branding” Marilyn’s Cake”
Surabaya. Jurnal DKV Adiwarna, 1(4), 12
Ward, M. R., & Lee, M. J. (2000). Internet shopping, consumer search and product
branding. Journal of product & brand management, 9(1), 6-20.
Wawancara
Pemilik akun @BalkonJogja tanggal 17 November 2019
Pemilik akun @NaradhiptaJogja tanggal 17 November 2019
Pemilik akun @YogyakartaCity tanggal 18 November 2019
Pemilik akun @Sany_maya tanggal 18 November 2019
Pemilik akun @KulinerYogya tanggal 18 November 2019