ArticlePDF Available

Buzzer Media Sosial dan Branding Produk UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta

Authors:
  • Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta and Institute for Digital Democracy

Abstract

Intisari Artikel ini menjelaskan peran buzzer media sosial dalam upaya membangun branding bagi produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran para buzzer media sosial dalam memperkuat branding berbagai produk UMKM yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam membangun branding produk, para buzzer media sosial mengedepankan semangat gotong royong digital dalam mempromosikan produk-produk UMKM yang memiliki ciri khas Yogyakarta. Dengan bersinergi antar pelaku usaha UMKM, Dinas Koperasi dan UMKM serta para buzzer media sosial bisa menjadi salah satu alternatif branding produk UMKM yang membawa nilai-nilai Keistimewaan Yogyakarta. Artikel ini berpendapat bahwa para buzzer media sosial turut berkontribusi dan berperan positif membangun branding produk UMKM dalam konteks bisnis digital di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Abstract This article explains the role of social media buzzers in efforts to build branding for the products of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in the Special Region of Yogyakarta. This study aims to analyze the role of social media buzzers in strengthening the branding of various MSME products in the Yogyakarta Special Region. In building product branding, social media buzzers put forward the spirit of digital mutual cooperation in promoting MSME products that have the distinctive characteristics of Yogyakarta. By synergizing among MSME business actors, the Cooperative and MSME Service Offices and social media buzzers, it can become one of the alternative branding products for MSMEs that carries the values of Yogyakarta Specialties. This article argues that social media buzzers contribute and contribute positively to the branding of MSME products in the context of digital business in the Yogyakarta Special Region.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
27
Buzzer Media Sosial dan Branding Produk UMKM Daerah Istimewa
Yogyakarta
BAMBANG ARIANTO
Prodi Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta
Email : ariantobambang@unu-jogja.ac.id
Intisari
Artikel ini menjelaskan peran buzzer media sosial dalam upaya membangun branding bagi
produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian
ini bertujuan menganalisis peran para buzzer media sosial dalam memperkuat branding
berbagai produk UMKM yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam membangun
branding produk, para buzzer media sosial mengedepankan semangat gotong royong digital
dalam mempromosikan produk-produk UMKM yang memiliki ciri khas Yogyakarta. Dengan
bersinergi antar pelaku usaha UMKM, Dinas Koperasi dan UMKM serta para buzzer media
sosial bisa menjadi salah satu alternatif branding produk UMKM yang membawa nilai-nilai
Keistimewaan Yogyakarta. Artikel ini berpendapat bahwa para buzzer media sosial turut
berkontribusi dan berperan positif membangun branding produk UMKM dalam konteks bisnis
digital di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kata Kunci: Buzzer, Media Sosial, Branding, Produk UMKM
Abstract
This article explains the role of social media buzzers in efforts to build branding for the
products of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in the Special Region of
Yogyakarta. This study aims to analyze the role of social media buzzers in strengthening the
branding of various MSME products in the Yogyakarta Special Region. In building product
branding, social media buzzers put forward the spirit of digital mutual cooperation in
promoting MSME products that have the distinctive characteristics of Yogyakarta. By
synergizing among MSME business actors, the Cooperative and MSME Service Offices and
social media buzzers, it can become one of the alternative branding products for MSMEs that
carries the values of Yogyakarta Specialties. This article argues that social media buzzers
contribute and contribute positively to the branding of MSME products in the context of digital
business in the Yogyakarta Special Region.
Keywords: Buzzer, Social Media, Branding, SME
PENDAHULUAN
Dalam pembukaan gelaran Grebeg Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Daerah
Istimewa Yogyakarta 2019, Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X mengatakan bahwa selama
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
28
10 tahun terakhir, mesin penggerak ekonomi daerah adalah UMKM, dengan jenis usaha hingga
sebesar 92% dari total jenis usaha yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan kata lain,
UMKM memegang kunci dinamisasi laju perekonomian daerah yang pergerakannya sudah
terbukti cenderung stabil dan tahan banting (Krjogja.com, 2019).
Dalam konteks Yogyakarta, UMKM merupakan salah satu mesin kekuatan
perekonomian daerah. Bahkan karakter perekonomian DI Yogyakarta memang didominasi oleh
industri mikro dan kecil sebesar 98,4 persen, yang sulit diikuti daerah lain dalam hal
penyerapan tenaga kerja yang mencapai 79 persen. Dikarenakan pendidikan vokasi, budaya dan
kreativitas yang tinggi menjadi keunggulan UMKM Yogyakarta. Di wilayah Yogyakarta, tidak
hanya faktor sumber daya manusia, infrastruktur yang didukung ketersediaan bahan baku
dengan harga relatif terjangkau telah membuat Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang
memiliki kreativitas UMKM (Hanoto, 2017)
Dalam sejarah perekonomian Indonesia, peran UMKM juga terbukti dapat
mempertahankan daya beli masyarakat sehingga berangsur-angsur dapat lepas dari krisis
ekonomi pada tahun 1998. Hal ini tentu berbeda dengan Amerika Serikat, pasca mengalami
krisis pasar keuangan global, seringkali berdampak pada meluasnya angka pengangguran.
Dikarenakan perekonomian Amerika Serikat tidak didukung oleh sektor informal dan
UMKM sekuat Indonesia. Tetapi, ironisnya dalam konteks Indonesia, sektor UMKM hingga
saat ini masih belum mendapat perlindungan dan perhatian yang serius dari pemerintah.
Dampaknya disaat terjadi gejolak pelambatan ekonomi yang seringkali menyebabkan
ketergantungan terhadap bahan baku impor, menyebabkan sektor UMKM sedikit terganggu.
Oleh sebab itu untuk bisa bersaing dan naik kelas, UMKM perlu terus diberdayakan dan
dibangun dengan melibatkan semua stakeholder terutama pemerintah daerah. Apalagi, hingga
saat ini telah banyak pihak swasta yang juga turut membimbing dan mendorong UMKM agar
naik kelas. Salah satunya adalah program pemberdayaan UMKM dari Gapura Digital. Program
yang diinisiasi oleh Goggle ini telah banyak berkontribusi bagi upaya membangun UMKM
naik kelas. Selain itu ada pula program dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah yang telah mengulirkan berbagai program sertifikasi agar UMKM di Indonesia bisa
bersaing dalam kancah internasional.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
29
Salah satu faktor yang harus terus diperbaiki untuk bisa mendorong UMKM di level
daerah bersaing di kancah internasional adalah memperbaiki branding melalui media sosial.
Meski, selama ini dinas terkait, perguruan tinggi dan dibantu oleh pihak swasta telah membantu
upaya branding produk UMKM melalui berbagai pelatihan, tetapi tidak semua daerah bisa
merasakan pelatihan ini. Bahkan untuk konteks Yogyakarta masih banyak UMKM yang belum
merata mendapatkan program pelatihan dalam mengemas produk hingga pemasaran digital
dengan baik. Padahal dengan hadirnya media sosial dapat semakin membuat peluang bagi
pelaku UMKM untuk bisa semakin membangun branding produknya.
Branding merupakan upaya memperkuat merek produk ataupun jasa. Sebab fungsi
dasar dari sebuah merek adalah sebagai pembeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada
beberapa unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan sebuah merek, dari apa yang terlihat
(tangible) dan dari apa yang terdengar dan apa yang dirasakan (intangible). Unsur-unsur
tersebut merupakan prasyarat utama dalam membangun kekuatan sebuah merek didalam
konteks kompetisi pasar. Kedua unsur tersebut yakni; Pertama, tangible seperti produk,
packaging atau kemasan, identitas visual. Kedua, intangible seperti kualitas produk dan jasa.
Sedangkan dalam konteks bisnis digital, media sosial telah menjadi salah satu kunci
sukses dalam upaya meningkatkan branding sebuah produk. Dalam konteks ini branding
merupakan upaya memperkuat merek produk dan jasa baik dalam skala besar maupun kecil.
Jadi tidak heran, baik buruknya upaya kita untuk memperkuat merek produk sangat tergantung
dari cara mengelola media sosial. Hal ini disebabkan semakin hari peran media sosial semakin
menjadi rujukan utama dalam membangun branding produk serta menentukan keberhasilan
kita dalam membangun branding.
Beberapa penelitian terdahulu yang mengulas branding dalam media sosial di utarakan
oleh Tanuatmadja & Raditya (2018) yang mengulas perancangan Branding” Marilyn’s Cake”
Surabaya. Penelitian ini juga mengunakan media sosial Facebook, Instagram dan Twitter
dalam membangun branding Marilyn’s Cake. Selanjutnya kajian Spry A (2011) yang mengulas
upaya sebuah merek kecantikan menggunakan media sosial Facebook, untuk meningkatkan
kesadaran merek dan memperkuat loyalitas merek dihadapan konsumen. Tidak diragukan lagi
bahwa perubahan dalam pola konsumtif media telah membuat perusahaan mengalihkan fokus
mereka dari produk ke orang, dan dari pengiriman informasi ke pertukaran informasi.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
30
Eksesnya, konsumen seringkali mengunakan merek sebagai sumber informasi saat berbelanja
di internet. Dengan begitu, branding telah dapat memfasilitasi penerimaan konsumen terhadap
penjualan secara online (Ward, et al, 2000)
Dalam konteks bisnis digital, ada beberapa media sosial yang biasa digunakan untuk
mempromosikan dan membangun branding produk, seperti; Facebook, Instagram, Twitter dan
Youtube. Bila kita hanya mengunakan satu media sosial tentu saja tidak akan efektif. Sebab dari
keempat media sosial tersebut memiliki segmentasi tersendiri. Facebook memiliki jumlah
penguna dikalangan generasi X atau kelahiran 1960-1980. Sedangkan Instagram digemari
generasi milenial yang lebih suka menampilkan visual dan video. Berbeda lagi dengan Twitter
yang digemari generasi milenial perkotaan dengan memfokuskan pada teks. Sedangkan
Youtube lebih menekankan pada tampilan video dokumenter atau aktualisasi diri. Akan tetapi,
dalam penelitian ini, media sosial yang akan dikaji yakni hanya Instagram dan Twitter. Sebab,
baik Instagram dan Twitter merupakan media sosial yang paling diminati oleh generasi
milenial.
Dalam bisnis digital, pemilihan konten merupakan salah satu hal terpenting dalam
membangun branding di media sosial. Tanpa adanya konten tentu media sosial yang kita miliki
tidak berguna sama sekali. Selain itu melalui konten kreatif akan dapat membuat produk dan
jasa yang kita tawarkan bisa menarik simpati oleh publik hingga laris dipasaran. Saat ini konten
gambar dan video merupakan salah satu konten yang paling digemari oleh konsumen.
Sedangkan konten jenis teks masih sangat mempengaruhi proses branding. Dikarenakan teks
akan mengiring mesin pencarian dan kata kunci (keyword) yang bisa semakin mendongkrak
penjualan produk termasuk menganalisa para kompetitor. Biasanya konten teks lebih didorong
pemanfaatan para blogger untuk menuliskan pengalamannya agar produk kita mendapatkan
citra positif.
Selain itu, guna membangun branding produk, penentuan copywriting (penulisan teks)
juga menjadi hal utama. Copywriting harus bisa menarik, informatif dan kreatif akan sangat
menentukan warganet untuk membacanya. Sebab rendahnya brand awareness dapat
disebabkan oleh beberapa faktor utama yang salah satunya adalah karena kurang tepatnya
pengunaan identitas brand termasuk konten yang belum bisa menarik perhatian konsumen
(Kotler & Waldemar, 2010).
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
31
Setelah konten, hal yang sangat mempengaruhi dalam branding yakni peran buzzer
media sosial. Dalam konteks ini buzzer merupakan sosok akun media sosial baik anonim atau
nyata yang setiap saat mendengungkan, mengemakan, mempromosikan, memperkuat dan
mengkampanyekan informasi, produk dan jasa kepada warganet. Selain buzzer media sosial
ada pula influencer sebagai aktor pemasaran digital. Kedua aktor warganet ini memiliki peran
yang bisa memperkuat merek dan mendongkrak sebuah produk tersebut menjadi viral. Apabila
produk tersebut viral hingga memuncaki trending topik Twitter, maka secara otomotis akan
dapat mendongkrak produk UMKM. Jadi tidak heran dalam bisnis digital, banyak perusahaan
besar menyewa tim buzzer media sosial untuk menaikan tagar produknya hingga mencapai
trending topik. Lain halnya dengan influencer yang merupakan sosok berpengaruh karena
memiliki banyak pengikut (follower), biasanya di sewa untuk memberikan testimoni terbaik
agar publik paham bahwa produk yang ditawarkan merupakan produk yang terbaik.
Dalam proses branding di media sosial yang perlu diperhatikan adalah konsistensi
dalam memposting konten. Sebab publik terutama warganet akan sangat menyukai informasi
terbaru dan bermanfaat. Padahal, tentu pelaku UMKM tidak memiliki banyak waktu untuk bisa
konsisten dalam memposting konten produknya di media sosial. Oleh sebab itu, perlu
kerjasama para pelaku UMKM dengan para buzzer media sosial. Para pelaku UMKM bisa
menjadikan para buzzer media sosial ini menjadi mitra promosi. Dengan begitu, akan terbangun
semangat gotong royong untuk bersama-sama membantu mempromosikan produk UMKM
Yogyakarta di media sosial. Semangat sukarelawan (voluntarisme) yang menjadi ciri khas
Keistimewaan Yogyakarta harus terus dibangun antara para buzzer media sosial dan para
pelaku UMKM dalam proses branding produk.
KAJIAN LITERATUR
Branding Produk
Brand merupakan sebuah elemen penting dari sebuah usaha atau perusahaan, untuk
dapat membangun brand yang baik maka diperlukan strategi branding yang tepat dan efektif.
Proses branding wajib dilakukan oleh perusahaan jika ingin usahanya bertahan dan dapat
bersaing di pasaran. Proses branding ini mencakup perancangan identitas perusahaan yang jelas
dan sesuai dengan image dan visi misi perusahaan hingga media dan strategi promosi yang
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
32
tepat untuk dapat menjangkau dan menarik perhatian khalayak target sasaran serta dapat
menimbulkan brand awareness di benak masyarakat (Tanuatmadja, & Raditya, A, 2018).
Sedangkan menurut studi Randall seperti yang dikutip dari bukunya “The Art of Marketing,
Branding” (2001) brand adalah sebagai:
a. Identitas; sebuah brand berfungsi untuk mengidentifikasikan dirinya dengan jelas
dan tidak ambigu, maka dari itu nama, perlindungan hukum, dan elemen-elemen
desain merupakan hal yang penting.
b. Shorthand summary (ringkasan singkat); sebuah identitas harus bertindak sebagai
ringkasan dari segala informasi yang dimiliki oleh konsumen mengenai brand.
c. Keamanan; ketika membeli sebuah brand, maka brand tersebut haruslah
menimbulkan perasaan aman bagi konsumen yang membeli. Brand harus menjamin
untuk menyediakan manfaat seperti yang diharapkan.
d. Diferensiasi; brand harus dengan sangat jelas membedakan dirinya dengan
kompetitor-kompetitornya dan menunjukkan kepada konsumen keunikan yang
dimilikinya.
e. Menambah nilai; sebuah brand berfungsi untuk menawarkan suatu keunggulan yang
lebih daripada produk-produk generik.
Brand menurut Kotler (2000:443) adalah sebuah nama, kata, tanda, simbol, atau
desain, atau kombinasinya yang mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual maupun
kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing. Branding merupakan aspek
yang paling penting dalam sebuah bisnis karena kekuatan brand-lah yang nantinya akan
menentukan sebuah usaha akan sukses atau gagal. Kesuksesan brand juga berarti kesuksesan
usaha. Hal utama dalam sebuah branding adalah membuat sebuah produk atau bisnis terlihat
berbeda dengan kompetitor-kompetitornya (Haig, 2004). Dengan demikian, branding adalah
sebuah proses membangun kesadaran brand dan mengembangkan loyalitas pelanggan.
Membangun brand produk dicirikan oleh nilai tambah pada manfaat fungsional inti dari
produk tersebut untuk membentuk keunikan dari pesaing, termasuk citra brand, posisi brand
dan identitas brand (Ahonen, 2008).
Dalam konteks bisnis digital ada beberapa fungsi dari branding yakni; Pertama, sebagai
pembeda, produk yang sudah memiliki brand kuat akan mudah dibedakan dengan brand merk
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
33
lain. Kedua, sebagai media promosi dan daya Tarik. Produk yang memiliki brand kuat akan
memiliki daya tarik yang tinggi bagi konsumen dan akan lebih mudah dipromosikan. Ketiga,
sebagai upaya membangun citra, keyakinan, jaminan kualitas, dan prestise. Dengan kata lain,
fungsi branding adalah membentuk citra sehingga membuat sebuah produk mudah diingat oleh
orang lain. Keempat, sebagai sarana pengendali pasar, brand yang kuat akan lebih mudah
mengendalikan pasar karena masyarakat telah mengenal, percaya dan mengingat brand
tersebut. Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa tujuan utama branding adalah untuk
membentuk persepsi masyarakat, membangun rasa percaya serta membangun rasa cinta
masyarakat terhadap brand.
Media Sosial
Media sosial saat ini telah menjadi salah satu saluran yang sangat mempengaruhi semua
sektor kehidupan publik. Dalam konteks ini, pengertian media sosial merupakan sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0
dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content. Dengan demikian,
media sosial merupakan sebuah media berbasis kecanggihan teknologi yang diklasifikasikan
dari berbagai bentuk seperti majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki,
foto atau gambar, video peringkat dan bookmark sosial (Kaplan & Haenlein, 2010).
Dalam perkembanganyan media sosial yang dikenal dengan masyarakat jejaring
memiliki empat bentuk kekuatan diantaranya; Pertama, kekuatan jaringan merupakan kekuatan
aktor dan organisasi yang termasuk inti dari masyarakat jaringan global. Kedua, kekuatan
jaringan yang dihasilkan dapat mengoordinasikan interaksi sosial dalam jaringan. Dalam hal
ini, kekuasaan dilakukan bukan dengan pengecualian dari jaringan tetapi dengan penerapan
aturan inklusi. Ketiga, kekuatan aktor sosial atas aktor lainnya dalam sebuah jaringan.
Keempat, kekuatan untuk memprogram jaringan spesifik sesuai dengan minat dan nilai-nilai
yang berbeda termasuk mengikuti aliansi strategis antara aktor dominan dari berbagai jaringan
(Castells, 2007). Dengan kata lain, kekuatan yang terdapat dalam masyarakat jaringan di media
sosial ini seringkali bisa melahirkan partisipasi publik.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
34
Buzzer Media Sosial
Dalam langgam bisnis digital di Indonesia istilah buzzer media sosial sudah dikenal
semenjak kehadiran media sosial Twitter tahun 2006. Keberhasilan buzzer dalam memperkuat
proses promosi sebuah brand produk, menyebabkan teknik buzzer mulai banyak digunakan.
Meski demikian pengunaan Twitter dalam dunia bisnis sedikit menurun semenjak kehadiran
platform Instagram yang kemudian juga telah mengambil alih Facebook. Akan tetapi dalam
upaya membangun citra positif produk dan jasa platform Twitter masih tetap memegang
kendali. Dikarenakan Twitter memiliki fasilitas trending topik yang tidak dimiliki media sosial
lainnya.
Menurut Arianto (2019) definisi Buzzer merupakan sosok akun media sosial baik
anonim atau nyata yang setiap saat mendengungkan, mengemakan, mempromosikan,
mengkampanyekan informasi, produk dan jasa kepada warganet. Dalam konteks bisnis digital,
sistem kerja buzzer bisnis dalam mendengungkan, mengemakan, mempromosikan,
mengkampanyekan memiliki tiga kategori yakni, (1) membangun dan memperkuat citra positif
(supporting), (2) mengklarifikasi citra (defensif) (3) menyerang dan merusak citra pesaing
(offensive). Dalam konteks pemasaran digital buzzer bisnis lebih banyak bergerak di ranah
supporting dan defensif. Sedangkan dalam konteks politik, buzzer lebih banyak bergerak dalam
kategori offensive dengan memanfaatkan informasi baik itu fakta maupun hoaks.
Dengan begitu buzzer dikenal memiliki kemampuan amplifikasi yang dengan cepat bisa
membangun percakapan dan bergerak dengan motif tertentu. Dikarenakan karakteristik kerja
buzzer media sosial menyerupai lonceng atau bel yang seringkali membuat suara bising.
Dengan begitu, inilah yang membuat pesan yang disampaikan bisa cepat viral atau tersebar luas
kepada warganet. Adapun untuk mengenal defisini buzzer media sosial, akan dijelaskan dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 1. Tipologi Buzzer Media Sosial
Buzzer Bisnis
Buzzer Politik
Definisi
Sosok akun media sosial baik anonim
atau nyata (real) yang setiap saat
mendengungkan, mengemakan,
mempromosikan, mengkampanyekan
informasi, produk dan jasa kepada
warganet
Sosok akun media sosial baik anonim
atau nyata (real) yang setiap saat
mendengungkan, mengemakan,
mempromosikan, mengkampanyekan
informasi, produk dan jasa kepada
warganet
Follower
>2000 Follower
> 10 1000 Follower
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
35
> 10.000 Follower (Influencer)
> 10.000 Follower (Influencer)
Sistem Kerja
Membangun dan memperkuat citra
positif (supporting)
Mengklarifikasi citra (defensif)
Membangun dan memperkuat citra
positif (supporting),
Mengklarifikasi citra (defensif)
Menyerang dan merusak citra pesaing
(offensive).
Konten
Meme, Video, Teks
Meme, Video, Teks
Media Sosial
Twitter, Facebook, Instagram dan
Whatsapp, Youtube
Twitter, Facebook, Instagram dan
Whatsapp
Karakter
Independen
Memiliki karakter yang bebas dan
tidak terikat oleh brand apapun.
Artinya, bisa digunakan untuk
kepentingan semua promosi bisnis
sesuai pesanan dari agensi atau
perusahaan dan tidak terbatas pada
produk tertentu. Dengan sifat yang
netral membuat sifat buzzer bisnis
bersifat professional. Artinya, para
buzzer bergerak sesuai dengan
tuntutan para pembayar dan
penyewa. Para buzzer ini seringkali
mematok tarif sesuai dengan
banyaknya follower yang dimiliki
dan tingkat kesulitan yang dihadapi.
Independen
Memiliki karakter yang bebas dan
tidak terikat oleh brand apapun. Bisa
digunakan untuk kepentingan
branding atau promosi yang
berkaitan dengan politik sesuai
pesanan dari agensi, politisi, partai
politik ataupun stakeholder yang
mengunakan jasanya. Dengan sifat
yang netral dan bebas kepentingan
membuat buzzer jenis ini bersifat
profesional. Dengan kata lain para
buzzer ini bergerak sesuai dengan
tuntutan para pembayar dan
penyewa. Para buzzer ini seringkali
mematok tarif sesuai dengan
banyaknya follower yang dimiliki
dan tingkat kesulitan yang dihadapi.
Relawan
Bersifat partisipan dan memiliki
keterkaitan dengan figur politik,
partai politik atau persamaan
gagasan sosial politik lainnya.
Buzzer sejenis ini banyak berasal
dari warganet yang selama ini sangat
aktif di mesia sosial Dikarenakan
lebih mengedepankan sukarelawan
maka seringkali buzzer ini disebut
sebagai relawan politik digital. Para
buzzer ini tidak menerima bayaran
karena melakukan aktivitas buzzer
(memperkuat) pesan berdasarkan
dukungan secara sukarela atau
gotong royong.
Indikator
Keberhasilan
Memuncaki trending topik Twitter dan
viral di di Facebook, Instagram dan Whatsapp
Diolah oleh penulis dari data Drone Emprit Academic 2019
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
36
METODE PENELITIAN
Dalama penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif eksplanatoris dengna didukung
oleh berbagai data pendukung. Penggunaan metode ini dikarenakan dapat menjawab
pertanyaan mendalam yang hendak diketahui tentang bagaimana peran buzzer media sosial
dalam membangun branding produk UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebab penelitian
ingin lebih mengedepankan penjelasan daripada sekedar konfirmasi terhadap suatu
permasalahan. Sedangkan penggunaan pendekatan kualitatif sangat cocok untuk menganalisis
dan memahami fenomena buzzer media sosial yang bisa digunakan untuk membranding produk
UMKM.
Dalam konteks ini dokumen menjadi sumber utama untuk memperoleh informasi terkait
bahasan suatu penelitian. Menurut Kirby & McKenna (1989), dokumen merupakan hal penting
dalam proses pengumpulan data. Dokumen dapat berupa, audio, video, media kaset. Selain itu
ada buku, jurnal, percakapan media sosial dan dokumen penunjang lainnya yang dapat
digunakan untuk pencarian data. Data penelitian kualitatif ini akan meliputi data primer dan
data sekunder. Sebagian besar data primer dikumpulkan melalui wawancara dari beberapa akun
media sosial yang bisa dikategorikan sebagai buzzer media sosial.
Beberapa buzzer media sosial yang menjadi akun publik yakni; @YogyakartaCity,
@BalkonJogja, @KulinerYogya @Sani_maya @NaradhiptaJogja. Pemilihan akun publik
dikarenakan lebih netral dan independen dalam memposting konten produk UMKM
Yogyakarta. Dalam hal pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode kombinasi yang
bersandar pada dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam (in-depth interview). Teknik
pengumpulan data melalui wawancara melalui media sosial Whatsapp yang ditujukan agar
jawaban dari para responden akan lebih mendalam. Waktu pelaksanaan pengumpulan data
selama satu bulan mulai dari 20 Oktober hingga 17 November 2019.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gotong Royong Digital
Data dari Drone Emprit Academic (2019) menunjukan penguna media sosial di
Indonesia ada sekitar 150 juta penguna media sosial dengan penetrasi 49 persen pada januari
2019. Sedangkan platform media sosial publik yang paling diminati di Indonesia per Januari
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
37
2019, yaitu Youtube (88 persen), Facebook (81%), Instagram (80%) dan Twitter (52%). Untuk
generasi yang paling banyak mengunakan media sosial berasal dari generasi Z dan milenial.
Generasi Z dalam konteks ini berumur sekitar 18 24 tahun dan generasi milenial berkisar 25-
34 persen (Fahmi, 2019). Dalam penelitian ini bisa digambarkan perihal kontur masyarakat
digital sesuai dengan beberapa klasifikasi sebagai berikut;
Tabel 2. Tipologi Warganet
Follower
Buzzer
Influencer
Definisi
Akun media sosial
yang mengikuti
akun yang kita
miliki.
Akun media sosial yang setiap
saat mendengungkan,
mengemakan, mempromosikan,
mengkampanyekan informasi,
produk dan jasa kepada warganet.
Akun media sosial yang
memiliki banyak follower dan
sangat memiliki
mempengaruhi yang kuat
kepada para followernya untuk
berbuat seperti kehendaknya.
Anomin dan nyata
Mayoritas akun anonim
Mayoritas akun nyata (real)
1-500
1-2000
>10.000
Sebagai penerima
akhir pesan dari
buzzer dan
influencer.
Berperan
menyebarluaskan
pesan dari buzzer
dan influencer.
Membentuk opini publik
dalam ranah media sosial
yakni dengan menempati
trending topik Twitter.
Buzzer bisnis fokus pada (1)
membangun citra positif
(supporting), (2)
mengklarifikasi citra (defensif).
Buzzer politik focus pada (1)
membangun citra positif
(supporting), (2)
mengklarifikasi citra (defensif)
(3) menyerang dan merusak
citra pesaing (offensive).
Ikut membangun isu publik
yang berasal dari investigasi
individual ataupun berasal dari
influencer yang se ide dengan
isu tersebut.
Membangun ide awal bagi
pembentukan opini public
yang kemudian diteruskan
oleh buzzer dan follower
dengan
Membangun isu melalui
proses investigasi
jurnalisme warga.
Tujuannya untuk membantu
para follower memahami
isu yang lagi trend.
Menciptakan berbagai tagar
yang biasaya trending topik
di Twitter.
Bergerak secara individual
dan lebih berpegang teguh
pada prinsip atau pendapat
pribadi sesuai isu yang lagi
trending.
Sumber : Diolah oleh peneliti dari data Drone Emprit Academic 2019
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
38
Bila ditelisik generasi milenial memiliki watak kritis, partisipatif, egaliter, komunikatif
dan berjejaring sesuai hobi dan komunitas. Dengan kata lain, generasi milenial akan menyukai
model hal-hal yang kreatif dan tentunya inovatif. Sikap partisipatif dan egaliter yang dimiliki
oleh generasi milenial seringkali tumbuh menjadi semangat sukarelawan (voluntarisme). Hal
itu bisa dilacak dari motivasi para warganet yang akan terdorong dengan cepat untuk
memviralkan konten-konten ketidakadilan ataupun yang patut menjadi perhatian bersama.
Dalam konteks warganet Twitter, konten-konten yang ditambahi oleh kata kunci Twitter Your
Magic biasanya memiliki retweet atau repost yang lebih besar dan cepat.
Dengan demikian, sifat sukarelawan (voluntarisme) yang dimiliki oleh warganet
khususnya para milenial tentu juga dimiliki para buzzer media sosial. Inilah yang dalam
konteks Yogyakarta, para buzzer ini sering membantu memviralkan konten dari produk
UMKM Yogyakarta baik di Twitter dan Instagram, seperti yang diutarakan oleh beberapa akun
buzzer;
Ketika saya memposting produk makanan maupun produk UMKM lainnya,
tidak pernah saya menyodorkan biaya untuk posting. Terkecuali kalau dari
pelaku usaha UMKM yang memberikan kesepakatan sejak awal akan
memberikan biaya posting”
(@NaradhiptaJogja)
“Biasanya saya mengutamakan produk UMKM yang saya tahu bila UMKM
tersebut tidak memiliki biaya prmosi, akan tetapi memang produkunya sesuai
dengan standar saya. Sedangkan bila saya mengetahui pemilik UMKM tersebut
memiliki ada biaya promosi ya tentu tidak saya kasih gratis dalam
memprosting.”
(@KulinerYogya)
Meski demikian, ada pula para pelaku UMKM yang menyewa para buzzer untuk
membantu mempromosikan dengan tujuan mem-branding produknya di media sosial. Seperti
yang diutarakan oleh pemilik akun buzzer berikut;
Biasaya kalo posting ada kesepakatan dalam pembayaran, atau dikenal “Pay
per post kalau dimedia sosia. Sedangkan pay per article kalua untuk posting di
website. Artinya ada biaya posting dengan kesepakatan diawal.
(@YogyakartaCity)
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
39
“Saya suka sekali memposting makanan dari Jogja, karena ketika makan
siang atau sarapan saya menemui manakana yang unik dari Jogja, tentu akan
selalu saya share secara sukarela baik di Twitter dan Instagram. Tujuannya
agar makanan Jogja tersebut semakin dikenal sebagai bagian dari produk
asli Jogja.”
(@BalkonJogja)
“Tujuan utama share foto makanan buat mengurangi kejenuhan dari timeline
media sosial yang saya miliki, sehingga dengan begitu, para follower merasa
refresh dan saya tidak terlalu jenuh dengan konten yang sama”
(@Sany_maya)
Media sosial menjadi salah satu media yang memiliki fasilitas trending topik. Bila
sebuah tagar memuncaki trending topik, maka secara tidak langsung tagar tersebut akan dilihat
warganet seluruh dunia. Akan tetapi ironsinya, banyak pelaku UMKM yang tidak
memanfaatkan fasilitas trending topik ini untuk mempromosikan produknya. Hal itu dijelaskan
oleh pemilik akun @BalkonJogja yang menyatakan banyak UMKM, dan akun media sosial
dari instansi pemerintah daerah yang tidak memamfaatkan hadirnya tagar Jogja yang sedang
trending topik.
Dengan hadirnya tagar dengan kata kunci Jogja hingga trending topik, para
pelaku usaha UMKM bisa bergotong royong secara digital untuk ikut
mempromosikan produk dan jasanya. Caranya dengan ikut tweet serentak
dengan menyertakan foto produk dan jasanya masing-masing. Ironisnya banyak
pelaku usaha UMKM yang tidak mengunakan fasilitas trending topik Twitter
sebagai salah satu media promosi
(@BalkonJogja)
Dengan begitu, bisa disimpulkan banyak warganet, maupun akun-akun publik
tidak bisa memanfaatkan momentum gotong royong digital yang menjadi ciri khas
Twitter untuk bersama-sama mempromosikan produk UMKM terutama pada tagar yang
mengunakan kata kunci Yogyakarta dan Jogjakarta. Hal itu dikarenakan banyak pelaku
usaha yang tidak banyak mengunakan media sosial Twitter dalam mempromosikan
produknya. Padahal, twitter memiliki banyak kelebihan, di banding media sosial
lainnnya. Selain hemat data dan praktis, media sosial twitter lebih cepat dalam
menerima informasi melalui trending topik.
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
40
Oleh sebab itu, dalam upaya membangun kesadaran akan fenomena gotong
royong digital ini diperlukan pemahaman dari semua pihak terutama instansi terkait dan
pemerintah daerah agar bisa menjadi mediator. Selain menjadi mediator, pemerintah
daerah juga bisa melakukan pelatihan pengunaan media sosial Twitter bagi pelaku
UMKM terutama dalam penggunaan fasilitas trending topik twitter. Bila kemudian
terbangun kerjasama yang antara buzzer media sosia, pelaku UMKM dan pemerintah
daerah, tentu fenomena gotong royong digital ini akan terus memperkuat identitas
Jogjakarta sebagai daerah istimewa.
Buzzer dan Pelaku Usaha UMKM
Penelitian ini melibatkan beberapa para warganet yang kemudian bisa dikategorikan
sebagai buzzer media sosial. Hal itu disebabkan tingginya intensitasnya terhadap postingan di
media sosial, baik Twitter maupun Instagram. Dari beberapa repsonden ini ada yang aktif di
Twitter saja dan tidak aktif di Instagram. Hal itu membuktikan bahwa tidak semua warganet
akan mengunakan Instagram menjadi akun utama media sosialnya, meskipun jumlah
pengunaan Instagram melebihi dari Twitter.
Berikut, tabel 3 yang akan menjelaskan profil para responden yang dipilih dari latar
belakang follower dan keaktifan.
Tabel 3. Profil Responden Akun Buzzer Jogja
No
Nama Akun
Follower Twitter
Follower Instagram
01
@BalkonJogja
165
141
02
@YogyakartaCity
364.000
172.000
03
@NaradhiptaJogja
3.041
---
04
@sany_maya
1.708
---
05
@KulinerYogya
364.000
2.617
Sumber : Diolah oleh peneliti
Para buzzer media sosial ini menjelaskan bahwa aktivitas memposting konten produk
UMKM Yogyakarta di Twitter dan Instagram didasari banyak pertimbangan. Salah satunya
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
41
karena beberapa responden menyatakan bila menemukan konten yang unik dan kreatif, maka
secara otomatis akan mempostingnya di akun media sosialnya masing-masing. Berikut
pendapat dari akun @BalkonJogja yang menyatakan bahwa :
“Bila ada konten produk UMKM di Jogja yang unik, pasti akan saya posting, karena
dengan begitu akan bisa membantu buat mendongrak dan membesarkan nama produk
UMKM di Jogja. Bila ada foto produk UMKM seperti kerajinan yang menarik, pasti
saya saya posting di akun Twitter dan Instagram” (@BalkonJogja)
Dalam memposting konten produk UMKM tentu memiliki unsur bisnis. Sebab ketika
warganet memposting suatu prosuk bisnis, tentu yang terbersit adalah promosi dan iklan gratis.
Jadi tidak heran bila banyak pula warganet yang enggan memposting konten produk UMKM
secara cuma-cuma karena akan dinilai sebagai promosi gratis. Hal ini biasanya ditemui oleh
banyak generasi milenial ketika menemukan konten bisnis baik di Twitter maupun
Instagramnya masing-masing. Akan tetapi dalam konteks Yogyakarta, tentu tidak semua
warganet berlandaskan motif ekonomi dalam memposting konten yang berasal dari produk
UMKM Yogyakarta. Bahkan, banyak buzzer media sosial yang memposting dengan semangat
saling membantu baik itu di Twitter dan Instagram. Hal itu dikarenakan para buzzer media
sosial ini ingin bersama-sama membantu produk UMKM Yogyakarta dikenal luas oleh publik.
Tentu motif ini tidak semua ditemukan dalam nalar warganet di seluruh Indonesia. Berikut
pernyataan dari beberapa pemilik :
“Kalo saya menemukan produk UMKM tentu akan saya posting. Ada konten
produk yang saya posting merupakan bagian dari endorse. Tapi ada pula
konten yang saya posting itu bagian dari sukarela untuk bersama-sama
membantu promosi produk UMKM di Jogja”
(@NaradhiptaJogja)
Bila menemukan produk yang menurutku menarik, unik, dan layak utk
diangkat. Contoh dulu pernah angkat Soto Bathok waktu masih berupa warung
kecil dengan 4 bangku. Dulu waktu masih suka jajan ambil sendiri, sekarang
lebih sering repost. Ya utamanya membantu produk UMKM Jogja”
(@YogyakartaCity)
Dalam membangun branding UMKM, peran media sosial Twitter sangat penting untuk
bisa memviralkan dan mengenalkan produk tersebut. Jadi tidak salah bila, bagi generasi
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
42
milenial memiliki akun Twitter dan Instagram mutlak adanya. Sebab Twitter memiliki fasilitas
trending topik yang bisa selalu mendapatkan informasi setiap saat. Biasanya melalui trending
topik akan banyak ditemui informasi yang menjelaskan mengapa trending topik tersebut
muncul. Hal itu juga dijumpai ketika menemui trending topik Twitter yang mengangkat kata
kunci Yogyakarta atau Jogja, biasanya para buzzer media sosial akan mempergunakan
momentum tersebut untuk mempromosikan konten produk yang memiliki ciri khas
Keistimewaan Yogyakarta.
Dengan demikian, bila trending topik Twitter yang sedang mengangkat kata kunci
Jogja, maka sejatinya para warganet baik follower, influencer dan buzzer di Yogyakarta harus
bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan ikut memposting berbagai konten produk
UMKM Yogyakarta. Tentu dalam konteks ini peran serta instansi terkait seperti Dinas
Koperasi dan UMKM harus bisa menyediakan stok konten untuk bisa diposting bersama-sama.
Momentum trending topik seperti inilah yang harus dimanfaatkan oleh semua stakeholder
untuk mengangkat berbagai produk UMKM Yogyakarat terutama yang memiliki ciri khas
Keistimewaan Yogyakarta. Berikut pemaparan dari beberapa akun buzzer media sosial :
“Setiap ada trending topik di Twitter dengan kata kunci Jogja, saya selalu
memposting konten seputar Jogja termasuk produk UMKM dan makanan yang
memiliki ciri Keistimewaan Yogyakarta. Biasanya saya ikut memposting saat ada
tagar bersama seperti momentum Selasa Wagen Malioboro. Tujuannya agar
produk-produk UMKM di Jogja bisa semakin dikenal luas oleh warganet
diseluruh dunia” (@BalkonJogja)
Sedangkan untuk membangun kerjasama yang baik dalam upaya branding produk
UMKM Yogyaakrta, harus dibangun jejaring kerjasama yang sistematis antar semua
stakeholder. Proses kerjasama ini yang harus dibangun antara komunitas UMKM Yogyakarta
dengan para buzzer media sosial untuk bisa saling membantu dan memperkuat promosi produk
UMKM yang mengedepankan nilai-nilai Keistimewaan Yogyakarta. Meski selama ini telah
terbangun kerjasama, akan tetapi sifatnya masih insidental dan belum sistematis. Berikut
pemaparan dari para buzzer media sosial :
Selama ini saya belum pernah tahu ada kerjasama antara para warganet yang aktif di
media sosial dengan para pelaku usaha UMKM di Jogja. Tapi masalahnya sangat
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
43
jarang saya menemukan para pelaku usaha UMKM yang meminta tolong untuk
dipromosikan, mungkin karena enggan atau takut merepotkan.”
(@NaradhiptaJogja)
“Biasanya kalau acaranya menarik diundang ya datang. Tapi selama ini belum pernah
menawarkan diri untuk ikut mempromosikan”
(@YogyakartaCity)
Belum terbangunnya kerjasama yang baik antar stakeholder dalam mempromosikan
branding produk UMKM Yogyakarta tentu disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya
para pelaku usaha UMKM enggan untuk meminta bantuan para buzzer untuk mempromosikan
produknya. Selain itu para pelaku usaha UMKM telah memiliki akun-akun resmi dari usahanya
masing-masing, sehingga selalu berupaya mempromosikan produknya sendiri. Padahal, bila
saja ada saling kerjasama antar stakeholder dalam konteks branding, tentu bisa dipastikan
berbagai produk UMKM Yogyakarta akan cepat dikenal luas oleh publik. Akan tetapi karena
para pemasar digital tersebut memiliki puluhan ribu pengikut yang fanatik, sehingga tidak salah
bila para buzzer ini berharap Dinas Koperasi dan UMKM untuk bisa menganggarkan biaya
promosi bagi para buzzer media sosial.
Terakhir dalam penelitian ini juga dijelaskan harapan dari upaya membangun branding
dari para buzzer media sosial khususnya di Yogyakarta. Para buzzer media sosial ingin agar
terbangun kerjasama yang baik dari para pelaku UMKM maupun Dinas Koperasi dan UMKM
untuk bisa memfasilitasi kerjasama dengan baik dan sistematis.
“Harapan saya, harusnya bukan bukan cuma grup Whatsapp saja, tapi ada pula
website & grup media sosial dengan skala nasional yang bisa diakses oleh para
pelaku usaha UMKM di Jogja secara gratis, seperti, semacam Tokopedia. Selain
itu kerjasama perlu dengan para buzzer media sosial untuk bisa membantu
memviralkan konten”
(@YogyakartaCity)
“Harapan saya, Dinas Koperasi dan UMKM bisa menganggarkan dana promosi
di APBD/APBN untuk teman-teman buzzer media sosia. Selain itu pemilik produk
UMKM juga harusnya memiliki kesadaran bahwa promosi juga butuh budget.
Akan tetapi, pemilik akun buzzer juga selain juga cari uang untuk penghidupan,
sesekali juga akan membantu mempromosikan produk-produk UMKM yang
memang bagus secara gratis
(@KulinerYogya)
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
44
Dengan terbangun kerjasama yang sistematis dari para pelaku usaha UMKM,
pemerintah daerah dan para buzzer media sosial, tentu akan lebih cepat membangun branding
produk UMKM Yogyakarta agar dapat lebih dikenal luas oleh publik. Sebab, semakin sering
warganet melihat produk tersebut, maka mereksebuah produk tersebut akan semakin dikenal
luas dan berdampak pada meningkatnya kepercayaan konsumen. Apalagi, saat ini konsumen
akan sangat tergantung kepada merek ketika akan melakukan pencarian informasi produk
secara online (Ward, et al, 2000)
PENUTUP
Kesimpulan
Peran buzzer media sosial telah berkontribusi positif memperkuat proses dalam
membangun branding produk UMKM Yogyakarta. Apalagi dalam konteks Yogyakarta,
terdapat banyak buzzer media sosial yang mengunakan semangat sukarelawan untuk bisa
bersama-sama membangun branding terhadap produk UMKM. Bahkan strategi sukarelawan ini
juga mulai banyak diikuti oleh banyak akun publik milik pemerintah daerah untuk ikut
mempromosikan produk UMKM. Beberapa bentuk langkah tersebut seperti memposting
konten makanan atau kerajinan yang berasal dari Yogyakarta atau yang mengedepankan nilai-
nilai Keistimewaan Yogyakarta. Dengan semangat gotong royong digital akan mendorong
berbagai bentuk produk UMKM Yogyakarta semakin positif di hadapan konsumen. Dengan
begitu gotong royong digital akan menjadi salah satu alternatif branding produk UMKM yang
efisien karena berbasis sukarelawan. Dengan kata lain, peran buzzer media sosial sangat
berkontribusi dan berperan positif dalam proses membangun branding produk UMKM yang
membawa nilai-nilai Keistimewaan Yogyakarta. Sedangkan, keterbatasan dalam penelitian ini
hanya melingkupi wilayah Yogyakarta. Penelitian kedepan bisa mengunakan pendekatan
kuantitatif dengan ruang lingkup wilayah yang lebih luas dengan responden yang berasal dari
seluruh Indonesia.
Saran
Melihat peran para akun buzzer media sosial dalam mempromosikan produk UMKM di
Yogyakarta, penulis berharap banyak kepada akun-akun publik baik milik pemerintah dan
perguruan tinggi di Yogyakarta untuk bisa ikut bersama-sama membantu mempromosikan
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
45
produk-produk UMKM meski tidak secara langsung sebagai bentuk advertorial. Sebab, peran
akun publik pemerintah, perguruan tinggi, akun buzzer milik perseorangan hingga komunitas
akan sangat menentukan proses memperkuat branding berbagai produk UMKM yang berasal
dari Yogyakarta. Terakhir, peran serta Dinas Koperasi dan UMKM Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk bisa menjadi mediator dalam membangun sinergi dan kerjasama mutlak
diperlukan. Kerjasama antara buzzer media sosial dan pelaku usaha UMKM ini ditujukan untuk
membangun konsep gotong royong digital dalam mempromosikan bersama-sama produk
UMKM dengan ciri khas Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ahonen, M., 2008. Branding-does it even exist among SMEs. In Proceedings of the 16th
Nordic Conference on Small Business Research (Vol. 202).
Arianto, B. (2015). Kampanye Kreatif Dalam Kontestasi Presidensial 2014. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UGM. No 1, Volume 19: 1639.
HarianJogja.com. (2019). Grebeg UMKM DIY 2019 Berlangsung Meriah. Diakses 30 Oktober
2019.https://ekbis.harianjogja.com/read/2019/11/17/502/1024977/grebeg-umkm-diy-
2019-berlangsung-meriah-
Jurnal UMKM Dewantara Vol. 2 No. 1 Juli 2019 | p ISSN 2657-1994 e- ISSN 2657-1994
46
Keller, K. L., & Lehmann, D. R. (2006). Brands and branding: Research findings and future
priorities. Marketing science, 25(6), 740-759.
Kotler, P. (2000). Marketing management, 10th ed., Prentice-Hall, Sydney.
Krjogja.com. (2019). Mengisitimewakan UMKM di DIY. Diakses 20 Okober 2019,
https://krjogja.com/web/news/read/53076/Mengistimewakan_UMKM_di_DIY
Spry, A., Pappu, R., & Bettina Cornwell, T. (2011). Celebrity endorsement, brand credibility
and brand equity. European journal of marketing, 45(6), 882-909.
Tanuatmadja, Y., & Raditya, A. (2014). Perancangan Branding” Marilyn’s Cake”
Surabaya. Jurnal DKV Adiwarna, 1(4), 12
Ward, M. R., & Lee, M. J. (2000). Internet shopping, consumer search and product
branding. Journal of product & brand management, 9(1), 6-20.
Wawancara
Pemilik akun @BalkonJogja tanggal 17 November 2019
Pemilik akun @NaradhiptaJogja tanggal 17 November 2019
Pemilik akun @YogyakartaCity tanggal 18 November 2019
Pemilik akun @Sany_maya tanggal 18 November 2019
Pemilik akun @KulinerYogya tanggal 18 November 2019
... Konten kreatif bisa membuat para pengguna media sosial (warganet) tertarik untuk selalu mengikuti informasi produk yang ditampilkan. Artinya konten kreatif merupakan bagian dari kampanye kreatif yang bisa membangun budaya partisipatif dalam masyarakat digital (Arianto, 2015). ...
... Dengan begitu akun buzzer menjadi aktor penting dalam menyebarluaskan kebencian untuk kepentingan politik. Golongan buzzer politik ini secara sempit membela habis-habisan kepentingan politiknya, dan mencerca sepuas-puasnya yang menjadi lawan politik mereka (Syahputra, 2017) Dalam leksikon politik digital istilah buzzer politik merupakan sebuah aktivitas pemasaran politik yang berisi informasi pada saluran komunikasi digital untuk menciptakan efek mempengaruhi dan menjadi perbincangan luas (viral) hingga kemudian menjadi opini publik (Arianto, 2017) tetapi kedua studi tersebut lebih mengulas buzzer politik dan belum membahas dalam konteks buzzer bisnis yang bergerak dalam bisnis digital. Jika ditelisik buzzer media sosial merupakan sosok akun media sosial baik anonim maupun nyata (real) yang menyebarluaskan, mengkampanyekan, mendengungkan suatu pesan atau konten dengan tujuan memperkuat suatu pesan dan konten tersebut. ...
... Jika ditelisik buzzer media sosial merupakan sosok akun media sosial baik anonim maupun nyata (real) yang menyebarluaskan, mengkampanyekan, mendengungkan suatu pesan atau konten dengan tujuan memperkuat suatu pesan dan konten tersebut. Dalam konteks ini pesan bisa merupakan berbagai produk dan jasa yang dikemas menjadi konten kreatif seperti video, gambar (image) atau teks (Arianto, 2019). ...
Article
Full-text available
This article explains the role of social media buzzers that discuss the Pasar Kakilangit Mangunan Bantul to residents through hashtags which have become trending on Twitter topics. With creative content such as; videos, memes and texts, social media buzzers receive unique approval from Kakilangit Market to citizens. Through the hashtag #PasarKakilangit which can be included in the Twitter Indonesia trending topic, the buzzers together support the promotion of Pasar Kakilangit products to viral and widely known by citizens. The presence of social media buzzers has built a new culture and new knowledge of the importance of trending Twitter topics in increasing the promotion of digital products and services. This article proves that media buzzer has supported positively in strengthening the digital marketing ecosystem.
... Cara lain dalam menggiring opini publik yang digunakan buzzer adalah dengan cara menggunakan narasi-narasi yang diciptakan selaras dengan penelitian yang peneliti paparkan di tabel nomor dua untuk menyampaikan narasi agar menggiring opini publik. Narasi atau pesan bahkan konten yang diciptakan oleh buzzer akan menjadi informasi kepada warga net yang berguna untuk memperkuat suatu pesan yang disampaikan (Arianto, 2019). Narasi -narasi yang dibangun oleh buzzer ini tidak hanya pada narasi positif melainkan juga narasi negatif. ...
Article
Full-text available
Perkembangan teknologi di Indonesia yang begitu pesat dengan hadirnya media sosial telah menimbulkan fenomena hadirnya Buzzer di Indonesia. Buzzer yang hadir pada sistem politik Indonesia telah memberikan banyak pengaruh, salah satunya sebagai penggiring opini di media sosial untuk tujuan tertentu. Beranjak dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor bagaimana peran buzzer dalam proses pengembangan opini di media sosial. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kajian pustaka melalui pendekatan studi kasus. Dari penelitian hasil tinjauan pustaka ini mengungkap peran buzzer dalam interaksi dan penyebaran informasi terkait opini tertentu menggunakan media sosial lebih sering menggunakan Twitter sebagai wadah untuk menggiring opini publik dengan cara penggunaan hastag-hastag dengan tujuan trending topic. Dalam pengembangan opini buzzer menggunakan narasi-narasi, konten, meme berupa foto dan video yang dijadikan sebagai materi penggiringan opini. Bahkan, ditemukan bahwa narasi teks lebih dapat mempermudah dalam menggiring opini publik. Selain itu, penelitian ini berhasil mengetahui dan mengidentifikasi jenis dan sumber opini media sosial yang diteliti.
... Tujuan utama dari kegiatan branding ini adalah untuk memberikan identitas yang jelas pada produk sehingga dapat membedakannya dari kompetitor (Arianto, 2019). ...
Article
Full-text available
Program Pengabdian Masyarakat adalah inisiatif yang melibatkan mahasiswa Universitas Riau untuk menerapkan pengetahuan mereka dan mendapatkan pengalaman berharga dalam membangun komunitas. Program ini bertujuan untuk mendukung pengembangan UMKM di Desa Sungai Majo Pusako, Kabupaten Rokan Hilir, yang saat ini memiliki jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah yang terbatas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah branding logo untuk UMKM Dapur Bu Iddar, seorang pengusaha lokal yang memproduksi kue kareh. Proses branding dimulai dengan survei dan wawancara untuk memahami kebutuhan Bu Iddar, diikuti dengan pembuatan logo menggunakan Canva. Logo ini dirancang untuk memberikan identitas visual yang jelas dan memperluas upaya pemasaran, dengan tujuan meningkatkan daya tarik produk dan jangkauan pasar. Hasil menunjukkan bahwa logo tersebut memiliki dampak positif, membantu dalam pemasaran dan meningkatkan kualitas bisnis. Dengan diperkenalkannya logo ini, diharapkan Dapur Bu Iddar akan berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas.
... Hal ini menyebabkan kekuatan merek suatu produk juga tergantung pada bagaimana para pelaku bisnis mengelola media sosialnya. Hal ini dikarenakan peran media sosial yang menjadi acuan utama dalam membangun branding produk dan menentukan keberhasilan dalam membangun branding (Arianto, 2019). ...
Article
Full-text available
From the results of observations and interviews conducted by the service team, it shows that there are still a lot of MSME actors who do not understand and the importance of Branding. The neglected branding certainly has a negative impact on MSME products in Serang Regency. The purpose of implementing this training and mentoring is to provide socialization and assist MSME actors in building Nation Branding in the 4.0 era. Optimizing the use of brands must be carried out by MSME actors in the hope that it will increase consumer buying interest and competitive selling prices. In addition, a well-built brand is an investment and is expected to provide benefits for MSMEs in the future. The stages of implementing this community service activity are identifying the problems that occur in partners, namely by using an observation approach by interviewing, providing training and finally providing assistance to MSME actors. The results of this activity show that MSME actors have an understanding and awareness of the importance of building nation branding in the 4.0 era so that they can compete nationally with products produced by other MSME actors.
... Meski demikian, penelitian terdahulu menyatakan bahwa buzzer media sosial memiliki kontribusi positif. Dalam konteks bisnis digital, buzzer berperan memperkuat proses branding produk UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta (Arianto, 2019a). Sedangkan dalam konteks politik, buzzer politik berkontribusi mengawal penyusunan APBD DKI Jakarta (Arianto, 2019b). ...
Article
Full-text available
Pendahuluan ra revolusi industri 4.0 telah membuat semua simpul kehidupan masyarakat berhubungan dengan teknologi informasi. Termasuk gaya hidup yang banyak dipengarui oleh digitalisasi. Mulai dari kegiatan sehari-hari hingga dalam pengambilan keputusan, telah berbasis digital. Dampaknya fenomena digitalisasi telah merambah dalam semua kehidupan terutama bisnis. Sehingga saat ini telah hadir fenomena bisnis digital yang semakin hari berperan penting memberikan kontribusi nyata dalam ekonomi Indonesia. Besarnya penggunaan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari juga disebabkan oleh semakin membesarnya populasi generasi Z yang merupakan kelanjutan dari generasi milenial. Bila ditelisik generasi Z merupakan generasi yang lahir di era internet dan telah menjadikan internet sebagai kebutuhan E Intisari Artikel ini bertujuan mengelaborasi istilah buzzer yang sering digunakan para warganet di Twitter dan Instagram kepada akun media sosial bayaran yang berperan sebagai penyebar hoaks dan disinformasi. Hal itu dikarenakan pada awalnya istilah buzzer hanya dikenal dalam dunia bisnis digital sebagai tim yang disewa untuk pemasaran suatu produk dan jasa. Seiring perkembangan istilah buzzer bisnis juga digunakan dalam ranah politik yang kemudian dikenal dengan "BuzzeRp" politik. Padahal faktanya buzzer media sosial memang digunakan untuk memperkuat suatu pesan dan konten agar dapat membentuk opini publik dalam konteks masyarakat digital. Sebab definisi buzzer media sosial adalah upaya memperkuat suatu pesan dengan berbagai kreativitas masing-masing baik dalam konteks bisnis dan politik. Penelitian ini menggunakan data percakapan media sosial dari Drone Emprit Academic Universitas Islam Indonesia dengan kata kunci (keyword) BuzzeRp. Artikel ini berpendapat bahwa terdapat salah kaprah mengenai definisi buzzer media sosial yang berkembang di Indonesia, sehingga menyebabkan profesi buzzer media sosial di Indonesia menjadi negatif.
... Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran dalam mempertahankan roda perekonomian nasional. Pemerintah saat ini sedang gencar untuk membuat UMKM naik kelas dengan berbagai program yang diberikan kepada pelaku UMKM, baik modal usaha, pelatihan, serta pendampingan usaha dengan stakeholder (Arianto, 2019). Di era digital saat ini, para pelaku UMKM harus memikirkan cara untuk membangun merek yang kuat, agar produk yang dipasarkan secara daring dapat menarik minat dan merebut hati konsumen. ...
Article
Full-text available
Design and branding play a crucial role in attracting potential consumers for micro, small, and medium enterprises (MSMEs) and influencing their purchasing decisions. However, many MSME entrepreneurs still lack a clear understanding of how design and branding function, particularly as tools for product uniqueness and global market competitiveness. This program partners with Griya UKM Cinere, involving 20 MSMEs specializing in handmade crafts and fashion. The primary goal of this community service is to educate the partners about the significance of design, branding, and financial statements in boosting sales and serving as effective digital marketing tools. The program includes interactive discussions and training sessions, resulting in increased awareness among partners regarding the vital aspects of branding, design, and financial statements. Evaluation outcomes indicate that 75% of the participants have gained a solid grasp of the materials presented.
... Fotografi produk yang baik akan menunjang perkembangan pesat usaha UMKM [9]. Hal ini selaras dengan tujuan dari branding, yaitu membuat produk atau jasa lebih dikenal [10]. ...
Article
Many MSMEs do not understand the importance of branding, especially those involving social media. MSME actors should start taking advantage of ongoing technological developments for product branding. Lack of understanding about the importance of digital branding is also compounded by the lack of ability to produce quality, eye-catching product photos for digital branding purposes. In digital branding, product photos are very important to show brand identification and be able to attract consumers. Therefore, this community service activity was carried out with the intention of helping Medokan Semampir UMKM actors carry out digital branding activities through product photography. Community service is carried out through counseling, training, and assistance in making product photos. The results of the product photos are used for digital branding on social media. It seems that product photography is still not easily accepted because there are several MSME actors who are not familiar with the technology of the world of photography. In terms of taking product photos, MSME actors still need the help of the millennial generation to determine the proportionality of a photo. However, each MSME itself has been able to assess the use of the background and properties that are suitable for their products.
... Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran dalam mempertahankan roda perekonomian nasional. Pemerintah saat ini sedang gencar untuk membuat UMKM naik kelas dengan berbagai program yang diberikan kepada pelaku UMKM, baik modal usaha, pelatihan serta pendampingan usaha dengan stakeholder (Arianto, 2019). ...
Article
Branding packaging merupakan salah satu cara untuk memikat calon konsumen UMKM dalam menentukan keputusan untuk membeli produk UMKM. Masih banyak pelaku UMKM yang tidak faham mengenai fungsi branding dan menciptakan branding produk mereka. Dari hasil survey angket yang kami berikan kepada pelaku UMKM di Binjai yang tergabung dalam organisasi IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) 79% belum memahami peran branding produk khususnya sebagai cirikhas produk UMKM, untuk dapat bersaing dipasar global maka UMKM harus terus berinovasi dan mengembangkan produk mereka. Melalui kegiatan pengabdian Masyarakat ini memberi motivasi dan pengetahuan kepada pelaku UMKM khususnya di Binjai. Tujuan dari pengabdian ini selain memotivasi dan memberi sosialisasi kepada pelaku UMKM mengenai peran branding packaging dalam meningkatkan penjualan juga sebagai media promosi digital kepada konsumen, serta sinergi kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh akademisi. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini bersifat diskusi, ceramah dan praktik branding digital secara visual.
Article
Full-text available
Pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah menjadi fokus utama bagi berbagai kebijakan pemerintah di berbagai wilayah. Di Yogyakarta, Program Sibakul Jogja menjadi inisiatif yang bertujuan untuk memperkuat kesejahteraan UMKM melalui digitalisasi pembinaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transformasi kesejahteraan pelaku UMKM yang terjadi akibat adopsi teknologi dalam Program Sibakul Jogja. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan pihak Dinas Koperasi dan UKM DIY serta pelaku UMKM yang terlibat dalam Program Sibakul Jogja, Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara tematik untuk memahami persepsi dan pengalaman pelaku UMKM terkait dengan program ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa digitalisasi pembinaan “Sibakul Jogja" telah memberikan transformasi signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan UMKM di Yogyakarta. Program ini memberikan akses lebih luas, pelatihan keterampilan, dan modal usaha. Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan kemandirian ekonomi pelaku UMKM. Namun, penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh pelaku UMKM, seperti jaringan kerja dan distribusi produk mereka masih terbatas, pilihan akses modal belum banyak, serta platform Sibakul Jogja yang masih sering mengalami error.
Article
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh tim pengabdi, menunjukkan bahwa masih banyak sekali dari para pelaku UMKM yang belum memahami dan mengabaikan pentingnya Branding. Branding yang diabaikan tersebut tentunya berdampak negatif bagi produk-produk UMKM di Kabupaten Serang. Tujuan dilaksanakannya pelatihan dan pendampingan ini adalah untuk memberikan sosialisasi dan membantu pelaku UMKM dalam membangun Nation Branding di era 4.0. Optimalisasi penggunaan merek seharusnya dilakukan oleh para pelaku UMKM dengan harapan akan meningkatkan minat beli konsumen dan harga jual yang kompetitif. Selain itu, merek yang dibangun dengan baik merupakan sebuah investasi dan diharapkan akan memberikan keuntungan bagi UMKM di masa yang akan datang. Tahapan pelaksanaan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah mengindentifikasikan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada mitra yaitu dengan pendekatan observasi cara wawancara, memberikan pelatihan serta pada akhirnya memberikan pendampingan kepada para pelaku UMKM. Hasil kegiatan ini menunjukan bahwa para pelaku UMKM memiliki pemahaman dan kesadaran akan pentingnya membangun nation branding di era 4.0 agar dapat bersaing secara nasional dengan produk-produk yang dihasilkan dari para pelaku UMKM yang lainnya. Kata kunci : nation branding, 4.0, UMKM, Kabupaten Serang ABSTRACT From the results of observations and interviews conducted by the service team, it shows that there are still a lot of MSME actors who do not understand and the importance of Branding. The neglected branding certainly has a negative impact on MSME products in Serang Regency. The purpose of implementing this training and mentoring is to provide socialization and assist MSME actors in building Nation Branding in the 4.0 era. Optimizing the use of brands must be carried out by MSME actors in the hope that it will increase consumer buying interest and competitive selling prices. In addition, a well-built brand is an investment and is expected to provide benefits for MSMEs in the future. The stages of implementing this community service activity are identifying the problems that occur in partners, namely by using an observation approach by interviewing, providing training and finally providing assistance to MSME actors. The results of this activity show that MSME actors have an understanding and awareness of the importance of building nation branding in the 4.0 era so that they can compete nationally with products produced by other MSME actors. Keywords: Nation Branding 4.0, UMKM, Serang district
Article
Full-text available
Artikel ini menjelaskan tentang kemunculan model kampanye kreatif dalam kontestasi presidensial 2014, yang lebih mengedepankan unsur kreativitas dan seni. Adapun bentuk-bentuk kampanye kreatif seperti video, musik, aplikasi game dan desain visual yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi, telah mampu melakukan transformasi dari model kampanye konvensional menuju kampanye modern. Kemunculan kampanye kreatif dapat menjadi saluran komunikasi politik yang efektif guna membangun budaya partisipatoris. Selain itu, kampanye kreatif sangat positif dalam mendorong perubahan perilaku politik kewargaan yang kemudian melahirkan politik kegembiraan.
Conference Paper
Full-text available
This paper clarifies the role of branding among academic SME 1 studies. It shortly introduces different streams of branding, especially product branding and corporate branding. The empirical part consists of an extensive search for and analysing of academic articles that consider branding in SMEs. According to the results, branding in SMEs is a rarely studied phenomenon among academics and when studied, the theoretical background often consists of product branding even if it is a corporation that is studied. In addition, most of the studies are published in marketing journals rather than in entrepreneurship journals. On the basis of the results it is suggested that corporate branding issues could be more often utilised and researched among SMEs.
Article
Full-text available
: Recent interest in the Internet as a medium for commerce has raised questions about the usefulness of branding on the World Wide Web. In this paper we examine whether consumers use brands as sources of information when shopping on the Internet. Applying theory from the economics of information, we predict that recent adopters of the Internet will be less proficient at searching for product information and will rely more on brands. As they gather more experience on the Internet, their search proficiency should rise and their brand reliance should fall. These hypotheses are tested and confirmed using usage and opinion survey data from the Internet community. These results suggest that branding can facilitate consumers' acceptance of electronic commerce. KEYWORDS: electronic commerce, advertising, consumer search 1 INTRODUCTION Commerce on the Internet, or e-commerce, has experienced rapid growth during its infant years. The pace is not expected to slacken. Forrester Research estima...
Article
Branding has emerged as a top management priority in the last decade due to the growing realization that brands are one of the most valuable intangible assets that firms have. Driven in part by this intense industry interest, academic researchers have explored a number of different brand-related topics in recent years, generating scores of papers, articles, research reports, and books. This paper identifies some of the influential work in the branding area, highlighting what has been learned from an academic perspective on important topics such as brand positioning, brand integration, brand-equity measurement, brand growth, and brand management. The paper also outlines some gaps that exist in the research of branding and brand equity and formulates a series of related research questions. Choice modeling implications of the branding concept and the challenges of incorporating main and interaction effects of branding as well as the impact of competition are discussed.
Perancangan Branding" Marilyn's Cake" Surabaya
  • Y Tanuatmadja
  • A Raditya
Tanuatmadja, Y., & Raditya, A. (2014). Perancangan Branding" Marilyn's Cake" Surabaya. Jurnal DKV Adiwarna, 1(4), 12
Grebeg UMKM DIY 2019 Berlangsung Meriah. Diakses 30 Oktober
  • Com Harianjogja
HarianJogja.com. (2019). Grebeg UMKM DIY 2019 Berlangsung Meriah. Diakses 30 Oktober 2019.https://ekbis.harianjogja.com/read/2019/11/17/502/1024977/grebeg-umkm-diy-2019-berlangsung-meriah-