ArticlePDF Available

Efisiensi Usaha Pembibitan Ayam Lokal Unggul Balitbangtan Skala Peternakan Rakyat

Authors:

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Desa Bojonglongok Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi tahun 2018. Peneliian menggunakan model usaha ayam lokal unggul Balitbangtan yang diusahakan inti dan kelompok peternak plasma. Sebelum penelitian dimuali terlebih dahulu dilakukan koordinasi dengan Dinas setempat. Data primer diperoleh dari peternak langsung dan data sekuder diperoleh dari Dinas setempat. Data primer dan data sekunder dianalaisis secara diskriptif, kuantitatf dan analisis ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi usaha pembibitan ayam lokal unggul balitbangtan skala peternakan rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, produksi DOC rata-rata setiap periode penetasan/minggu pada periode awal sebanyak 408 ekor, meningkat menjadi 2 kali lipat, seiring dengan meningkatnya produksi telur. Periode ke-12 produksi DOC mencapai sebanyak 1.212 ekor. Rataan produksi DOC sampai 12/periode penetasan sebanyak 814 ekor/periode.Keuntungan peternak sebesar Rp.4.160.000 atau sebesar Rp.693.333/bulan. Persentasi tingkat keuntungan atas biaya sebesar 6,33%/periode atau sebesar 1,05%/bulan dengan tingkat efisiensi R/C sebesar 1,06. Secara ekonomi usaha pembibitan ayam lokal unggul di inti dan di kelompok peternak plasma dapat di pertahankan usahanya.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
73
Efisiensi Usaha Pembibitan Ayam Lokal Unggul Balitbangtan
Skala Peternakan Rakyat
(Business Efficiency of Local Chicken Breeding Superior of Balitbangtan
On Small scale Farms)
S. Rusdiana dan Soeharsono,
Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor, Po.Box.221, Bogor
s.rusdiana20@.com
Intisari
Penelitian ini dilakukan di Desa Bojonglongok Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi tahun
2018. Peneliian menggunakan model usaha ayam lokal unggul Balitbangtan yang diusahakan inti dan
kelompok peternak plasma. Sebelum penelitian dimuali terlebih dahulu dilakukan koordinasi
dengan Dinas setempat. Data primer diperoleh dari peternak langsung dan data sekuder diperoleh
dari Dinas setempat. Data primer dan data sekunder dianalaisis secara diskriptif, kuantitatf dan
analisis ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi usaha pembibitan ayam
lokal unggul balitbangtan skala peternakan rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, produksi
DOC rata-rata setiap periode penetasan/minggu pada periode awal sebanyak 408 ekor, meningkat
menjadi 2 kali lipat, seiring dengan meningkatnya produksi telur. Periode ke-12 produksi DOC
mencapai sebanyak 1.212 ekor. Rataan produksi DOC sampai 12/periode penetasan sebanyak 814
ekor/periode.Keuntungan peternak sebesar Rp.4.160.000 atau sebesar Rp.693.333/bulan. Persentasi
tingkat keuntungan atas biaya sebesar 6,33%/periode atau sebesar 1,05%/bulan dengan tingkat
efisiensi R/C sebesar 1,06. Secara ekonomi usaha pembibitan ayam lokal unggul di inti dan di
kelompok peternak plasma dapat di pertahankan usahanya.
Kata Kunci : efisiensi, usaha pembibitan ayam lokal unggul, peternakan rakyat
Abstract
The research was carried out in the village of Bojonglongok, Parakansalak Subdistrict, Sukabumi
Regency in 2018. The study used a local chicken business model that was superior to the nucleus and
developed by the nucleus and plasma farmer. Before the research begins, it is first coordinated with
the local office. Primary data is obtained from direct farmers and secession data is obtained from the
local office. Primary and secondary data are analyzed descriptively, quantitatively and economic
analysis. The purpose of this study was to determine the efficiency of superior local chicken breeding
businesses in the scale of people's farming. The results showed that, the average DOC production per
hatching period / week in the initial period was 408 heads, increasing to 2-fold, along with the
increase in egg production. The 12 period of DOC production reached 1,212. The average DOC
production to 12/hatching period is 814 heads/period.he profit of the farmer is IDR.4.160.000 or IDR
693.333/month. Percentage of profit rates at a cost of 6.33%/period or equal to 1.05%/month with an
efficiency level of R/C of 1.06. Economically the local chicken breeding business is superior at the
core and in the plasma farmer group it can be maintained.
Keywords: efficiency, superior local chicken breeding business, people's farms
Pendahuluan
Umumnya usaha ayam
kampung diusahakan oleh peternak
kecil dipedesaan sebagai usaha
sampingan dan dikelola dengan
tradisional. Namun dengan cara
tersebut keuntungan peternak sangat
kecil, karena usahanya belum
mengarah pada usaha komersial.
Usaha ayam lokal unggul dengan cara
manajemen professional yang baik,
dapat meningkatkan nilai ekonomi
peternak lebih optimal. Usaha ayam
kampung dapat terus diusahakan oleh
peternak kecil di pedesaan, walaupun
skala pemeliharananya masih rendah
(Rosganda dan Rusdiana 2012). Usaha
ayam lokal unggul yang didukung
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
74
dengan ketersediaan sumberdaya
alam, pakan dan tenaga kerja peternak
menjadi alternatif yang cukup
menjanjikan untuk di usahakan.
Inovasi teknologi peternakan ayam
lokal unggul sangat menguntungkan
dan dapat diandalkan sebagai sumber
pendapatan peternak. Poduktivitas
pada ayam dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya disebabkan
penyediaan dan penggunaan bibit
ternak unggul yang massal dengan
harga terjangkau oleh peternak, dan
masih sulit diperoleh (Amri et al.,
2017).
Pengembangan yang lebih
massif perlu ditangani lebih fokus
dalam program Pemerintah yang
bersinergi dengan swasta, maupun
masyarakat peternak, sehingga proses
pembibitan ternak dapat diminati oleh
kalangan dunia usaha. Ayam lokal
memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai sumber protein hewani, guna
mendukung kemandirian pangan
nasional (Sudrajat dan Isyanto 2018b).
Sebagai lembaga yang berperan aktif
dalam menumbuh kembangkan ayam
lokal unggul untuk meningkatkan
nilai gzi dan nilai ekonomi peternak
adalah Badan Litbang Pertanian.
Ayam lokal unggul yang telah dirakit
sudah banyak dilepas sebagai varietas
dan galur ternak unggul baru di
masyarakat. Namun yang digunakan
peternak masih terbatas sehingga
perlu upaya intensif untuk
mensosialisasikan varietas dan galur
unggul tersebut. Bibit ternak
mempunyai peranan yang sangat
strategis dalam proses produksi
ternak, sehingga diperlukan
ketersediaan bibit ternak secara
berkelanjutan, baik kuantitas maupun
kualitas.Keberhasilan diseminasi
teknologi dalam memanfaatkan
varietas dan galur unggul baru, antara
lain ditentukan oleh kemampuan
industri bibit ternak untuk memasok
hingga sampai ke tangan peternak.
Keberadaan sistem perbibitan
yang kokoh (produktif, efisien,
berdaya saing dan berkelanjutan)
sangat diperlukan untuk mendukung
upaya peningkatan produksi
dan mutu produk peternakan.
Menggunakan pendekatan ssstem
pembibitan ternak unggul local dapat
dilakukan kolaborasi melalui instansi
pemerintah pusat, Peemerintah
daerah, swasta, kelompok peternak,
dan kelompok masyarakat yang
peduli dengan pengembangan bibit
ternak unggul Badan Litbang
Pertanian. Melalui perbanyakan bibit
ternak unggul dapat dilakukan
dengan pembangunan pusat-pusat
perbibitan (breeding centre) disetiap
daerah, sehingga kebutuhan bibit
ternak unggul Balitbangtan, dapat
terjamin dengan harga yang mampu
dan menghasilkan nilai ekonomis bagi
peternak. Kebutuhan pakan untuk
ayam pada umur 10 minggu berkisar
antara 50-70 g/ekor/hari atau sekitar
350-490 g/ekor/minggu, sehingga
pakan kumulatif yang dikonsumsi
sampai umur 10 minggu berkisar
antara 1960-2695 g/ekor, dengan
bobot hidup mencapai berkisar antara
320 (betina)-1300 (jantan) g/ekor
(Hasnelly et al. 2015). Pakan komersial
dengan komposisi kimia : kadar air
(KA) maks 12%; protein kasar (PK)
15,5-16,5%; lemak kasar (LK) 4-7%;
serat kasar (SK) maks 6%; abu maks
8%; Ca 0,9-1,1%; dan P 0,6-0,8%
(Hasnelly et al. 2015).
Pada pemeliharaan dalam
kandang dengan suhu harian rata-rata
minimum 20,38°C dan maksimum
30,89°C dengan rata-rata kelembapan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
75
udara 78,54% maka estimasi konsumsi
ransum harian dalam setiap minggu
pertambahan umur untuk ayam KUB
dan SenSi Agrinak -1 berkisar dengan
kelipatan antara 5-7 g/ekor per hari
(Iskandar, 2017). Berdasarkan
permasalahan tersebut di atas, maka
ketersediaan bibit/benih ternak
unggul di masyarakat yang
berkualitas sangat terbatas, sedangkan
permintaan terhadap penyediaan bibit
terus meningkat dari waktu ke waktu.
Bibit ternak unggul berkontribusi
meningkatkan produktivitas hasil,
diiringi tersedianya pakan yang
cukup, produk diperlukan masyarakat
dan dukungan jaringan
kelembagaan/pemasaran yang
berkelanjutan. Oleh karena itu peran
bibit ternak sangat strategis dalam
proses produksi, sehingga diperlukan
ketersediaan bibit ternak secara
berkelanjutan, baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu jaringan industri
peternakan. Badan Litbang Pertanian
(cq Balitnak), telah memproduksi dan
melepaskan galur ternak unggul
(ayam KUB dan ayam SenSi). Tujuan
penelitian ini adalah untuk
mengetahui efisiensi usaha pembibitan
ayam lokal unggul Balitbangtan skala
peternakan rakyat.
Materi dan Metoda
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitiana dilakukan di Desa
Bojonglongok Kecamatan Parakan
Salak Kabupaten Sukabumi pada
tahun 2018. Peneliian menggunakan
model usaha ayam lokal unggul
Balitbangtan yang diusahakan inti dan
kelompok peternak atau plasma.
Sebelum penelitian dimuali terlebih
dahulu dilakukan koordinasi dengan
Dinas Peternakan dan Kesehatan
Kabupaten Sukabumi, pengelola usaha
ayam lokal unggul sebagai inti dan
kelompok peternak atau plasma. Inti
sebagai penyedia sarana dan
prasarana, sebagai lokai produksi bibit
ayam lokal unggul. Tentunya bibit
ayam lokal unggul tersebut hasil
rekayasa Balitbangtan Cq Balitnak.
Ayam-ayam tersebut sudah
diintroduksikan sebelumnya dan
sekaligus sudah banyak
dikembangkan di masyarakat
peternak. Untuk berjalannya usaha
ayam lokal unggul Balitbangtan di
dukung dengan kelembagaan
kelompok peternak serta lembaga
Pemerintah Daerah. Inti mampu
menyediakan bibit ayam lokal unggul
untuk fasilitasi kelompok peternak
atau plasma.
Analisis data
Lokasi penelitian didukung
dengan kondisi agroekosistem, dan
wilayah yang hampir penduduknya
usaha dibidang pertanian. Inti sebagai
penyediaan sarana dan prasaran
berupa : DOC ayam KUB dan Sensi
atau Agrinak-1, pakan, vaksin, obat,
bahan habis pakai, perbaikan
kandang. Kemduian inti bekerjasama
dengan kelompok peternak atau
plasma dalam usaha ternak ayam.
Aspek teknis sistem budidaya usaha
ayam lokal unggul dengan cara
pembibitan Balitbangtan melalui
pembesaran bibit ayam. Mulai DOC
sampai induk siap bertelur dengan
umur sekitar 24 minggu. Produksi
telur tetas yang diikuti dengan
penerapan teknologi pakan imbuhan
dan dengan sisstem penetasan telur
untuk menghasilkan DOC komersial.
Jumlah ayam lokal unggul sebanyak
824 ekor pada sistem pembibitan
dengan skala kelompok peternak
ataua plasma. Masing-masing induk
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
76
ayam KUB sebanyak 354 ekor dan
pejantan 86 ekor dan ayam SenSi atau
agrinak -1 dengan induk betina
sebanyak 322 ekor dan pejantan
sebanyak 62 ekor.
Induk dipelihara dalam
kandang postal dengan sistem koloni
setiap koloni sebanyak 48 ekor yang
terdiri dari betina sebanyak 40 ekor
dan jantan sebanyak 8 ekor (rasio
jantan: betina =1:4). Pendampingan
inovasi teknologi dan kelembagaan
dalam melakukan usaha ayam lokal
unggul mulai dari hulu-hilir dan
pasaar. Dibutuhkan kolaborasi
kelompok peternak plasma untuk
melakukan kegiatan pembesaran ayam
lokal unggul. Sarana dan prasarana
utama produksi ternak melalui
penyediaan bibit parent stock,
penyediaan kandang brooder,
kandang perkawinan, kandang
pembesaran beserta peralatan
kandang, instalasi listrik dan intalasi
air bersih dan penyediaan pakan, obat-
obatan serta vaksin. Data yang diukur
meliputi catatan pertumbuhan,
produksi telur, saya tetas telur dan
produksi bibit DOC dan nilai ekonmi.
Menurut Rosganda dan Rusdiana
(2012 ) dan Rusdiana et al., (2015),
untuk menghitung nilai ekonomi
usaha ayam kampung melalui
pendekatan aspek teknis dan aspek
nilai sosial ekonomi. Data primer
diperoleh dari peternak langsung dan
data sekuder diperoleh dari data
dukung Dinas setempat. Kemdudian
data primer dan data sekunder
dianalaisis secara diskriptif, kuantitatf
dan analisis ekonomi.
Hasil dan Pembahasan
Kondisi umum wilayah penelitian
Letak Wilayak Kecamatan
Parakan Salak berada di sebelah utara
Pusat Pemerintahan Kota Kabupaten
Sukabumi, dengan luas wilayah
sebagai sekitar 5.669,68 Ha, luas tanah
sawah sekitar 757,60 Ha luas
seluruhnya sekitar 6.426,68 ha.Secara
umum kondisi tanah yang berada di
wilayah Kecamatan Parakansalak,
keadaannya miring dan berbukit
dengan ketinggian +700 m - 900 m dpl
dan suhu udara antara 180C-280C
dengan curah hujan rata-rata cukup
tinggi (Dinas Peternakan Kabupaten
Sukabumi Propinsi Jawa Barat. 2018).
Lokasi penelitian didukung oleh
lembaga Pemerintah daerah, khusnya
dari Dinas Peternakan Kabupaten
Sukabumi.Usaha ayam lokal unggul di
peternak int dan kelompok peternak
atau plasma pada dasarnya sudah
berjalana sekitar 1-2 tahun. Namun
saat itu usaha ayam tersebut masih
dalam usaha masing-masing. Belum
mempunyai kelompok dan usahanya
juga masih belum mengarah pada
usaha komersial. Saat ini usaha ayam
lokal unggul di peternak inti dan di
kelompok peternak plasma sudah
menerapkan teknologi, cara
pemeberian pakan dan penetasan.
Produksi bibit DOC ayam lokal
unggul
Ayam lokal unggul atau disebut
KUB dan ayam SenSi- agrinak-1,
keduannya mulai bertelur pada umur
sekitar 5 bulan, namun demikian
produksi telur belum bersifat harian.
Pada kedua galur ayam KUB dan
SenSi agrinak-1 produksi telur stabil
pada umur sekitar 6 bulan. Selama 4
bulan produksi telur ayam KUB
menunjukkan lebih banyak
dibandingkan dengan ayam SenSi.
Pencatatan produksi telur pada usaha
pembibitan ditingkat peternak pada
umur 1-28 minggu ayam KUB dengan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
77
rataan sebanyak 39,79±16,95 dan
untuk ayam SenSi sebanyak
28,05±8,86. Penetasan telur ayam KUB
dan SenSi, Menurut Sartika et al.,
(2014) keunggulan ayam SenSi bobot
hidup rata-rata umur 10 minggu
untuk jantan sebesar 1066±62,5 g/ekor
dan untuk betina sebesar 745±114
g/ekor, konsumsi pakan umur 0-10
minggu sebanyak 2,7-3,2 kg/ekor.
Produksi bibit DOC di tingkat
peternak sebagai inti pada periode
penetasan sampai ke 12 terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Produksi bibit DOC ayam lokal unggul pada pembibitan di peternak
Gambar 1 menjukkan prodksi
bibit DOC sampai pada periode
penetasan ke 12, rata-rata untuk ayam
KUB sebanyak 434±2,17 dan ayam
SenSi sebanyak 380±2,34. Jumlah
seluruhnya sebanyak 814±6,54 ada
peningkatan setiap periode produksi
ada peningkatan. Setiap periode
penetasan per minggu pada periode
awaal sebesar 408 ekor, meningkat 2
kali lipat seiring dengan
meningkatnya produksi telur. Untuk
menghasilkan DOC komersial telur
yang tidak terpilih infertil sebagai
telur konsumsi dijual ke peternak,
masyarakat sekitar. Produksi telur
tetas untuk menghasilkan DOC di
peternak terlihat pada Tabel.2
Tabel.2, menunjukan bahwan
telur fertilitas sangat tinggi sebesar
95%. Produksi telur tetas untuk
menghasilkan DOC komersial dengan
indikator produksi dari sebanyak 750
ekor, sebanyak 600 ekor induk dan
sebnayk 150 ekor pejantan selama
periode produksi 12 bulan dengan
rata-rata produksi sebesar 40%.
Dimana peternak menghasilkan telur
hasil pembibitan untuk di tetaskan,
sehingga peternak dapat memutarkan
modal usaha dari hasil penetasan telur
DOC dan telur infertil. Hasil penelitian
Isyanto et al., (2016) bahwa strategi
untuk pengembanganayam ayam
Sentul dengan cara meningkatkan
penawaran day old chick (DOC) dan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
KUB
Jumlah : 5,206
Rata-rata ±Sd 434 ±2,17
SeSi
Jumlah : 4,565
Rata-rata ±Sd :814± 6,54
Galur ayam lokal unggul Balitbangtan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
78
penawaran daging gunannya untuk
memenuhi kebutuhan konsumen
ternak. Telur yang diperoleh setiap
hari dikumpulan dan simimpan
ditempat yang aman, sehingga
memenuhi standar untuk ditetaskan.
Melalui pembibitan dan daya tetas
telur selama 7 kali/ penetasan terlihat
pada Tabel.2.
Tabel.2. Produksi telur tetas menghasilkan DOC komersial sistem pembibitan di
peternak
No
Uraian
Indikator Produksi
Volume
1
Produksi telur (butir)
87,600
2
Telur tetas yang memenuhi standar ditetaskan
(butir)
83,220
3
Telur tidak memenuhi standar telur tetas sebagai
telur konsumsi (butir)
4,380
4
Fertilitas (%); Telur fertil dari telur tetas (butir)
79,059
5
Telur infertil sebagai telur konsumsi (butir)
4,161
6
Daya tetas (%); DOC menetas (ekor)
59,294
7
DOC sehat dan siap jual (ekor)
56,330
8
Produksi DOC (ekor/minggu)
1,043
9
Telur konsumsi (No 3 + No. 5) (butir)
8,541
10
Daya hidup induk dan pejantan sampai diafkir
(ekor)
675
Tabel 3 menujukkan bahwa
dengan cara sistem pembibitan ayam
lokal unggul Balitbangtan melalui unit
penetasan telur pada minggu ke 7 baik
untuk ayam KUB dan ayam SenSi
sebesar 75.02± 3,03. Daya tetas telur
ayam KUB dengan selisih 5,55% lebih
besar mengindikasikan bahwa
peluang menghasilkan bibit ayam
dalam bentuk DOC (day old chiken)
yang lebih besar. Hasil penelitian
Iskandar et al., (2016) dengan merintis
kerjasama dengan mitra perbanyakan
bibit kelompok peternak di Jawa Barat
dan Yogyakarta atau se Idonesia dan
telah terdesiminasi sebanyak >10.000
ekor DOC KUB peternak ayam lokal.
Ayam tersebut untuk dapat
menghasilkan DOC (day old chick) final
stock ayam Kampung pedaging
dengan bobot badan 1 kg pada umur
70 hari (Iskandar 2012).
Analisis ekonomi finansial
Aspek finansial untuk
mengevaluasi tingkat keekonomian
usaha pembibitan ayam lokal unggul
Balitbangan ditinjau dari tahapan
proses produksi sebagai sub unit
usaha. Pada unit usaha secara parsial
dapat ditentukan tingkat efisiensi
finasial terhadap modal yang sudah
diinvestasikan. Secara sub sistem
usaha pembibitan antara lain: unit
usaha pembesaran bibit sumber ayam
untuk menghasilkan calon induk
(pullet). Unit produksi telur tetas
untuk menghasilkan bibit DOC
komersial dan unit usaha jasa
penetasan telur. Pembesaran bibit
sumber ayam untuk menghasilkan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
79
calon induk (pullet) dengan
melakukan investasi modal.
Tujuannya untuk membangun
kandang beserta peralatan sebagai
biaya tetap dan sarana produksi bibit,
pakan beserta vaksin dan obat-obatan,
listrik, dan tenaga kerja sebagai biaya
variabel. Kebutuhan pakan sebagai
konsumsi ransum yang dikonsumsi
setiap hari oleh seekor ayam pada
umur 0-20 minggu, selalu berfluktuasi
dan tergantung dari suhu dan
kelembapan. Menurut Sartika et al.,
(2013) untuk konsumsi pakannya
rendah sekitar 80-85 gram dan
konversi pakan rendah 3.8 kg
pakan/kg.
Tabel 3. Daya tetas telur ayam KUB dan SenSi Balitbangtan pada galur yang
berbeda
Penetasan
ke-
Daya Tetas Telur (%)
KUB (Rataan± Sd)
SenSi (Rataan± Sd)
(Rataan± Sd)
1
78.70± 3,65
71.43± 3,22
75.07± 3,19
2
77.78± 3,74
83.33± 3,86
80.56± 3,73
3
73.96± 3,44
74.07± 3,23
74.02± 3,21
4
74.07± 3,23
76.85± 3,73
75.46± 3,33
5
85.42± 3,82
65.74± 2,87
75.58± 3,38
6
79.63± 3,79
66.67± 2,84
73.15± 3,31
7
75.00± 3,26
67.59± 2,34
71.30± 3,35
Rerata± Sd
77.79± 3,75
72.24± 3,69
75.02± 3,03
Secara analisis ekonomi
pendapatan dan atas investasi, dengan
cara usaha pembesaran bibit sumber
ayam untuk menghasilkan calon
induk (pullet) sudah banyak
dilakukan oleh peternak. Menurut
Sudrajat dan Isyanto (2018a) bahwa,
yang mempengaruhi keberhasilan
usaha ternak ayam adalah ketekunan
peternak, biaya produksi dan nilai jual
serta skala usaha. Menurut
Nataamijaya, (2010), untuk
menciptakan bibit unggul pada ayam
lokal, diperlukan bahan pakan yang
berkualitas baik, penyediaan obat-
obatan secara intensif, dan
perhitungan biaya dapat disesuaikan
dengan skala usaha peternak. Pada
unit produksi telur tetas untuk
menghasilkan DOC komersial dengan
melakukan investasi untuk
membangun kandang beserta
peralatan dan sarana air bersih sebagai
biaya tetap. Untuk sarana produksi
berupa bibit, pakan beserta vaksin dan
obat-obatan, listrik, dan tenaga kerja
sebagai biaya variabel. Pada unit
pembesaran bibit sumber
menghaslkan calon induk (Pulet untuk
investasi sebesar Rp.86.260.000,-
/tahun dan penyusutan dihtung
berdsarkan saha sebesar
Rp.65.760.000,-/tahun. Sistem
pembibitan ayam lokal unggul
Balitbangtan di tingkat peternak
sebagai inti setiap periode 6 bulan
terlihat pada Tabel 4.
Tabel. 4, menunjukkan bahwa,
biaya tetap dilakukan dengan
memperhatikan penyusutan atas umur
bangunan kandang diasumsikan
sekitar 10 tahun dan peralatan
kandang per tahun. Biaya variabel atas
bibit berdasarkan harga tingkat
lapang. Sedangkan pakan, vaksin dan
obat-obatan dengan volume
berdasarkan persyaratan teknis dan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
80
Tabel 4. Analisis pendapatan usaha ayam dengan cara pembesaran bibit di peternak
Uraian
Vol
Harga
Jumlah biaya
Penyusutan
A.Biaya Tetap
4,500,000
Kandang 8x12m2/unir
1
20,000,000
2,000,000
Peralatan kandang (tempat
minum dan pakan)/unit
50
100,000
2,500,000
B.Biaya Variabel
61,260,000
Bibit DOC un sex/ekor
1,000
7,500
7,500,000
Pakan (konsentrat, mineral,
vit) : DOC betina 0-24
minggu/kg
6,600
5,500
36,300,000
Pakan (konsentrat, mineral,
vit) : doc jantan 0-10
minggu/kg
1,120
5,500
6,160,000
Vaksin AI, ND dll/paket
1,000
2,000
2,000,000
Pemanas dan penerangan
listrik/unit
1
300,000
300,000
Tenaga kerja keluarga : 4
jam/hari (UMR = Rp
3.000.000/ bulan, 8 jam/hari)
(OB)
6
1,500,000
9,000,000
C.Pendapatan
69,920,000
Penjualan pullet dan pejantan
siap produksi (ekor)
570
100,000
57,000,000
Penjualan pejantan umur 10
minggu (ekor)
380
34,000
12,920,000
Keuntungan/periode
4,160,000
Keuntungan/bulan
693,333
Keuntungan/periode(%)
6.33
Keuntungan/bulan (%)
1.05
R/C
1.06
harga satuan sesuai tingkat lapang
yang dikeluarkan. Waktu kerja
peternak dilakukan oleh satu orang
dengn waktu sekitar 4 jam/hari,
dengan upah sebesar
Rp.3.000.000/bulan. Diperoleh dari
penjualan pullet sebesar 95% siap
produksi pada umur 24 minggu,
dengan harga sebesar
Rp.100.000/ekor. Hasil penjualan
ayam jantan hasil seleksi negatif dan
tidak digunakan sebagai pejantan
umur sekitar 10 minggu, dan dianggap
sebagai ternak potong dengan harga
sebesar Rp.34.000/kg. Total biaya atas
biaya penyusutan dari biaya tetap dan
biaya variabel sebesar Rp. 65.760.000.
Sedangkan pendapatan hasil usaha
pembesaran bibit sumber menjadi
pullet sebesar Rp.69.920,000,
keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp.4.160.000 atau sebesar
Rp.693.333/bulan.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
81
Persentasi tingkat keuntungan
atas biaya sebesar 6,33%/periode atau
sebesar 1,05%/bulan dengan tingkat
efisiensi R/C sebesar 1.06. Usaha ayam
kampung skala pemeliharaan 434
ekor/periode, keuntungan peternak
sebesar Rp.180.000,-/ekor/periode,
R/C sebesaar 1.45 (Loing dan
Makalew 2016). Hasil penelitian
Wiranata et al., (2017) usaha ayam
kampung super selama 5 periode
keuntungan peternak sebesar
Rp157.102.481,00/tahun atau sebesar
Rp.3.630,-/ekor dengan R/C sebesar
1,18. Hasil penelitan Rasyid dan
Sofyan (2014) usaha ayam buras
dengan skala pemeliharaan antara 100-
300 ekor keuntungan peternak sebesar
Rp.1.077.500 dan Rp.4.047.500 dengan
R/C sebesar 1.51 dan 1.37. Usaha
ayam kampung dengan skala
pemeliharaan 1.369 ekor dengan cara
pembesaran selama 2-3 bulan peternak
keuntungan peternak sebesar
Rp.15.485.617/periode (Istikomah et
al., (2016). Kemitraan usaha ayam lokal
unggul peternak inti sebagai penyedia
bibit DOC final stock 1000 DOC setiap
minggu sebanyak 10 orang anggota
peternak sebagai plasma. Selama
periode 10-12 minggu peternak plasma
ke-1 sudah bisa memulai pembesaran
pada periode ke-2. Kolaborasi antara
inti sebagai pembibitan dengan 10
peternak sebagai plasma pembesaran
dengan kapasitas 1000 ekor. Dalam
satu kawasan peternakan rakyat secara
kecil tersedia 10.0000 ekor populasi
ayam lokal unggul sebagai kolaborasi
usaha.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa, produksi dan
produktivitas ayam lokal unggul
Balitbangtan rata-rata ayam KUB
sebsar 39,79% dan SenSi sebesar
28.05%. Mencapai puncak produksi
pada bulan ke-4 produksi masing-
masing galur ayam KUB sebesar
57,64% dan ayam SenSi 41,01%.
Sistem pembibitan ayam lokal unggul
Balitbangtan melalui unit penetasan
telur pada minggu ke 7 baik untuk
ayam KUB sebesar. 77.79± 3,75 ayam
SenSi sebesar 72.24± 3,69. Keuntungan
peternak sebesar Rp.4.160.000 atau
sebesar Rp.693,333,-/bulan. Persentasi
tingkat keuntungan atas biaya sebesar
6,33%/periode atau sebesar
1,05%/bulan dengan tingkat efisiensi
R/C sebesar 1,06. Peternak sebagai
mitra berpeluang untuk terciptanya
sistem kawasan peternakan ayam lolal
unggul Balitbangtan secara
berkelanjutan
Daftar Pustaka
Amri, K. Saeful, S. Wahyining dan
E.Subekti. 2017. Analisis
kelayakan usaha ayam broiler
pola inti-plasma(Studfi
kasuspeternak plasma PT
Mustika di Kecamatan Boka
kabupaten Kendal) . Mediargo,
Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan
Oktober 2017, 13(2):78-86.
Dinas Peternakan Kabupaten
Sukabumi Propinsi Jawa Barat.
2018, Kawasan agribisnis
berbasis peternakan, Laporan
tahunan, Desember 2018
Hasnelly, Z., T. Sartika. S. Iskandar
2015. Kinerja Ayam Lokal Sentul
Hasil Seleksi Sebagai Calon
Galur Penjantan. Prosiding
Seminar Unggas Lokal. Peran
Unggas Lokal dalam Menunjang
Industri Perunggasan di
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
82
Indonesia. Fakultas Peternakan
dan Pertanian Universitas
Diponegoro. Semarang, 18
November 2015.
Loing, C. Jeane dan A.
Makalew.2016.Analisis finansial
usaha ternak ayam kampung di
kecamatan kawangkoan
kawasan agropolitan Kabupaten
Minahasa Jurnal LPPM Bidang
Sains dan Teknologi, Mei 2016,
3(1): 51-56
Iskandar, S. 2012. Panduan
pelaksanaan pengembangan
ayam KUB, Edisi khusus untuk
pengembangan di 10 propinsi
Balai Penelitian Ternak
Iskandar S., Sartika T., Hasnelly Z.,
Gunawan B. 2016. Naskah ilmiah
pelepasan galur ayam lokal
pedaging SenSi Abu dan SenSi
Putih. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor
Isyanto, A.Y., Sudrajat, S.dan
Iskandar,M. 2016. Strategi
pengembangan ayam Sentul di
Kabupaten Ciamis.Mimbar
Agribisnis, 3(1): 1-12
Istikomah, Imam Suhadi dan Marhani.
2016. Analisis pendapatan dan
elastilitas produksi usaha ternak
ayam kampung pedaging
intensif di Kecamatan Sangata
Utara dan Bengalon, Kabupaten
Kutai Timur. Jurnal Pertanan
Terpadu, Mei 2016 6(1):98-109.
Iskandar, S. 2017. Sentul terseleksi
ayam pedaging unggul. Bahan
Konferensi Pers. Balai Penelitian
Ternak, Badan Litbang
Pertanian.
Nataamijaya, A.Gozali. 2010.
Pengembangan potensi ayam
lokal untuk menunjang
peningkatan kesejahteraan
petani, Jurnal Litbang Pertanian,
29(4):131-138.
Rosganda, E dan S. Rusdiana . 2012.
Peluang usaha ternak ayam
kampung dan manajemen
usaha pada petani di pedesaan.
Pros. Seminar Nasinal Unggal
Lokal, Jakarta 4 Nopember
2012, hal. 104-109
Rasyid,T. Giling dan Sofyan.N.
Kasim.2014. Analisis pendapatan
usaha peternakan ayam buras
pedagingdi Desa Bungungloe
Kecamatan Turatea Kabupaten
Jeneponto, JIIP, Juni 2014,
1(2):58-167
Rusdiana,S., Iskandar.S. Tike. S., dan
Tatan. K. 2015. Profil usahatani
kelompok peternak Ayam
Pelung di Kabupaten Cianjur,
Prosding Seminar Nasioal
Teknologi Peternakan dan
Veteriner, Jakarta 8-9 Oktober
2015, hal: 557-563
Sartika T, Desmayati, S. Iskandar, H.
R. Resnawati, A. R. Setioko,
Sumanto, A. P. Sinurat, Isbandi,
B. Tiesnamurti, dan E. Romjali.
2013. Ayam KUB-1, IAARD Press
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian. Jakarta
Sartika, T., S Iskandar, H. Zaenal. 2014.
Seleksi galur betina ayam KUB
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No 2 Nopember 2019:73-83
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
DOI: https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i2.8349
83
calon GP (Grand Parent).
Laporan Penelitian Balai
Penelitian Ternak No. Protokol :
1806.010.003/F-02/APBN-2014.
Sudrajat, S. dan Agus.Y.Isyanto, 2018a.
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pendapatan usaha
ternak ayam sentul di
Kabupaten Ciamis Mimbar
Agribisnis, Mei 2018, 4(1):70-83.
Sudrajat.S dan Agus.Y.Isyanto. 2018b.
Keragaan peternakan ayam
sentul di kabupaten ciamis,
mimbar agribisnis Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah
Berwawasan Agribisnis. 2018.
4(2): 237-253
Wiranata.M. Ardi., Sanyoto, Joko
Irsan. dan Hariadi Subagja.
2017.Analisis profitabilitas usaha
peternakanayam kampung
super di Kabupaten Jember.
Jurnal Ilmu Peternakan Terapan,
Oktober 2017, 1(1):31
... The investment required for the production of hatching eggs is to build a cage along with equipment and clean water facilities as a fixed cost. The study results [19] showed that the hatchability of SenSi-1 Agrinak eggs was 72.24 ± 3.69%. Unhatched eggs can be caused by the inability of the embryo/chicken inside the egg to break the shell so that the chicken dies inside the egg or if the shell breaks, then its survival is low. ...
... The study results [19] from the sale of pullet as many as 570 SenSi-1 Agrinak chickens ready for production aged 24 weeks and sales of roosters aged 10 weeks, with a price of Rp. 100,000/head and Rp. 34,000/head generates an income of Rp.69,920,000 with a profit of Rp. 4.160.000 ...
Conference Paper
Full-text available
The purpose of this study was to determine the profitability of the superior local chicken business SenSi-1 Agrinak in egg production, DOC production, carrcas production, and pullet production. The research was conducted in August 2021 at a chicken farm owned by Iwan Setiawan, Lau Village, Dawe District, Kudus Regency, Central Java Province. The study uses a quantitative research approach. The research sample was determined by purposive sampling method. The data analysis employed economic analysis by calculating the revenue cost (R/C) ratio and descriptive analysis. The results showed that the profit earned in one period of production business 1) egg production was Rp. 95,794,363.00 with an R/C ratio of 1.27, 2) DOC production of Rp. 3,217,933.00 with an R/C ratio of 1.52, 3) carrcas production of Rp. 5,689,408.00-with an R/C ratio of 1.36 and 4) pullet production of Rp. 18,316,908.00 with an R/C ratio of 1.49. The conclusion is base on the R/C ratio; the pullet production business unit has a higher profit among the egg, DOC, and carrcas production business units.
... Rendahnya daya tetas pada sebagian besar jenis ayam lokal menjadi kendala umum yang sering dihadapi terkait penyediaan bibit ayam sehingga akan menyebabkan rendahnya kontinuitas produksi pada ketersediaan telur (Rusdiana & Soeharsono, 2019;Herijanto et al., 2017). Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengatasi ketidakseragaman pertumbuhan ayam joper. ...
Article
Perbaikan mutu genetik dan peningkatan kualitas DOC dapat dilakukan melalui proses seleksi terhadap bobot telur tetas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juli tahun 2023 di Laboratorium Produksi Unggas Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam. Banda Aceh. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan berdasarkan klasifikasi bobot telur yaitu: P0: Bobot Random, P1: ekstra besar (>60 g), P2: besar (56-60 g), P3: sedang (51-55 g), P4: kecil (46-50 g), P5: ekstra kecil (<46 g). Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan, sehingga diperoleh 20 unit perlakuan dengan variabel yang diamati yaitu Daya Tetas, Berat Tetas dan Susut tetas. Hasil penelitian menunjukkan Persentase daya tetas yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P3 (83.69%) berbeda sangat nyata (P<0,01) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rataan berat tetas P1 (>60 gram) menunjukkan perbedaan yang signifikan sebesar 46.08 gram sedangkan rataan berat tetas terkecil pada perlakuan P5 (33.70 gram). Penyusutan telur tetas berada pada kisaran 10.84 – 15.10%, semakin besar bobot telur maka persentase susut semakin besar. Perlakuan P1 bobot telur mengalami penyusutan selama proses inkubasi berbeda sangat sigifikan (P<0.01) dibandingkan dengan perlakuan lainnya, penyusutan terkecil pada perlakuan P5 sebesar 10.84% tidak berbeda nyata (P>0.01) dengan perlakuan P3 dan P4. ABSTRACT Improving genetic quality and increasing DOC quality can be done through a selection process on hatching egg weight. This research was carried out from April to July 2023 at the Poultry Production Laboratory, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University, Darussalam. Banda Aceh. The design used was a Completely Randomized Design (CRD). Treatments based on egg weight classification are P0: Random Weight, P1: extra large (>60 g), P2: large (56-60 g), P3: medium (51-55 g), P4: small (46-50 g ), P5: extra small (<46 g). Each treatment consisted of 4 replications, so 20 treatment units were obtained with the observed variables: Hatchability, Hatching Weight, and Hatching Loss. The results showed that the highest percentage of hatchability was in the P3 treatment (83.69%), which was very significantly different (P<0.01) when compared to other treatments. The average hatching weight of P1 (>60 grams) showed a significant difference of 46.08 grams, while the average hatching weight was the smallest in the P5 treatment (33.70 grams). The shrinkage of hatching eggs is 10.84 – 15.10%. The more significant the egg weight, the greater the shrinkage percentage. In treatment P1, egg weight decreased during the incubation process, significantly different (P<0.01) compared to other treatments. The minor shrinkage in treatment P5 was 10.84%, not significantly different (P>0.01) from treatments P3 and P4.
... This is because KUB chickens are easy to market, have competitive prices, and increase household income. According to Rusdiana and Soeharsono [24], a superior local chicken business with good professional management can increase the economic value of farmers more optimally. Additionally, small farmers in rural areas can continue to cultivate village chicken business, even though the scale of maintenance is still low. ...
Article
Full-text available
This study aims to determine the effect of five variables characteristic of KUB chicken innovation, including relative advantage, compatibility, complexity, trialability, and observability, on farmers’ perceptions in developing KUB chickens. It consists of four farmer groups in Cereme Taba Village, Lubuk Linggau City. The determination of the study location was taken purposively based on the consideration that Lubuk Linggau City was used for the development of KUB chickens. The study method used descriptive quantitative analysis to obtain 95 members of the farmer groups as respondents. Furthermore, the variables studied were the innovation characteristics and farmers’ perceptions measured by a mathematical model using the score category of each variable and the SIM (Successive Interval Method) program. The results showed that the farmers’ perceptions of the five variables were included in the agree category. It obtains positive support from respondents by looking at the advantages of implementing a technology package on the development of KUB chickens. From an environmental aspect, the development of KUB chickens can reduce household and market waste, especially vegetable waste used as a source of chicken feed. Waste reduction has a positive impact on environmentally friendly pollution.
Article
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian jamu daun ashitaba dilihat dari gambaran histopatologi limpa ayam kampung (Gallus gallus domesticus) yang divaksinasi dengan vaksin avian influenza (AI). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Perlakuan terdiri dari lima kelompok perlakuan yaitu tanpa ashitaba (kontrol), dengan dosis ashitaba 50; 100; 200, dan 400 mg/ekor yang dilarutkan dengan air sampai volumenya 100 ml dan diberikan perlakuan selama 14 hari. Pada hari ke-21, semua kelompok ayam kampung divaksinasi vaksin avian influenza. Hari ke-42, ayam kampung percobaan di euthanasia dengan cara dislokasi os cervicalis, kemudian limpa diambil untuk melihat perubahan struktur histopatologi. Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE) dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Variabel yang diamati dilihat dari adanya proliferasi folikel limfoid pada pulpa putih dengan menggunakan skala skoring perubahan histopatologisnya. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis non parametrik Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan histopatologi limpa yang signifikan antara perlakuan P0 (kontrol) dengan perlakuan yang diberikan jamu daun ashitaba. Pemberian jamu daun ashitaba dengan dosis 400mg/ekor/hari memperbaiki sistem pertahanan tubuh ayam kampung yang divaksinasi avian influenza.
Analisis pendapatan usaha peternakan ayam buras pedagingdi Desa Bungungloe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto
  • T Rasyid
  • . N Giling Dan Sofyan
  • Kasim
Rasyid,T. Giling dan Sofyan.N. Kasim.2014. Analisis pendapatan usaha peternakan ayam buras pedagingdi Desa Bungungloe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto, JIIP, Juni 2014, 1(2):58-167
Profil usahatani kelompok peternak Ayam Pelung di Kabupaten Cianjur, Prosding Seminar Nasioal Teknologi Peternakan dan Veteriner
  • S Rusdiana
  • S Iskandar
  • S Tike
  • K Dan Tatan
Rusdiana,S., Iskandar.S. Tike. S., dan Tatan. K. 2015. Profil usahatani kelompok peternak Ayam Pelung di Kabupaten Cianjur, Prosding Seminar Nasioal Teknologi Peternakan dan Veteriner, Jakarta 8-9 Oktober 2015, hal: 557-563