ArticlePDF Available

PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF (CREATIVE THINKING) SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Authors:
1
PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF
(CREATIVE THINKING) SISWA DALAM MENYELESAIKAN
MASALAH MATEMATIKA
Elisabeth Theresia Tambunan, Edy Surya
elisabet.t@mhs.unimed.ac.id , edysurya@unimed.ac.id
Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA
Universitas Negeri Medan
Jalan Willem Iskandar, Pasar V Medan Estate, Percut Sei Tuan, Deli Serdang
ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengertian dan penjelasan mengenai
kemampuan berfikir kreatif siswa, terutama dalam menyelesaikan masalah matematika. Penelitian ini
adalah literatur kepustakaan sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi,
yaitu melacak sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas. Jenis penelitian ini
berupa data kualitatif. Dalam artikel ini disajikan mengenai pengertian kemampuan berfikir kreatif
siswa, pengertian masalah matematika, faktor yang mempengaruhi kreativitas, teori kreativitas, dan
tahapan proses berpikir kreatif, kutipan dan sitasi dari jurnal-jurnal nasional dan internasional yang
bisa digunakan sebagai referensi dalam memahami kemampuan berfikir kreatif (creative thinking)
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa, Masalah Matematika.
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) saat ini sangat pesat
sehingga informasi darimanapun dapat
diketahui segera dan waktu serta batas negara
sudah tidak ada perbedaan lagi, akibatnya
lahirlah suatu masa atau era yang dikenal
dengan globalisasi (Lubis, Surya, Minarni,
2015; 99). Matematika merupakan salah satu
ilmu dasar yang memegang peranan penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) (Nasution, Surya,
Syahputra, 2015; 2). Pendidikan matematika
sebagai bagian dari pendidikan memiliki
peranan dalam kehidupan masyarakat karena
merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Matematika
merupakan mata pelajaran yang penting untuk
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan
karena memberikan banyak manfaat antara lain
dapat membantu mempersiapkan karir dimasa
depan, membangun kemampuan memecahkan
masalah, membentuk karakter, membantu
untuk mempelajari pengetahuan lainnya,
membentuk pola pikir yang logis, memajukan
daya pikir dan lain-lain ( Novrini, Siagian,
Surya, 2015; 84). Berkaitan dengan bagaimana
cara mengenalkan matematika kepada anak,
hendaknya perlu diperhatikan teori tahap
perkembangan berpikir dari Piaget (Hasibuan,
Surya, 2016; 175).
Kreativitas pada intinya merupakan
kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata (Suriyani, Hasratuddin,
Asmin, 2015; 226). Matematika diharapkan
dapat melatih cara berfikir siswa bagaimana
menganalisis persoalan matematika
(pemecahan masalah), membuat koneksi atau
2
mengaitkan konsep matematika dan bernalar
kenapa konsep tersebut digunakan, menarik
kesimpulan, kemudian mengkomunikasikan
ide secara benar (Astuti, Hartono, Bunayati,
Indriyati, 2017; 62,). Berpikir merupakan
proses mental seseorang yang lebih dari
sekedar mengingat dan memahami. Berpikir
kreatif dalam matematika merupakan proses
berpikir seseorang dengan kefasihan,
fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan
masalah serta mengajukan masalah ( Perbaikan
pengembangan tingkat berpikir kreatif dalam
matematika berikutnya didasarkan pada produk
berpikir kreatif yang terdiri dari kefasihan,
fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan
masalah dan mengajukan masalah(Harahap
dan Surya, 2017)
Dengan berkembangnya kemampuan
berfikir kreatif pada siswa diharapkan siswa
dapat memecahkan masalah matematika
dengan mandiri. Hal ini disebabkan dengan
adanya berfikir kreatif siswa dapat
menggunakan informasi terdahulu dengan
informasi yang diperoleh dari guru kemudian
informasi-informasi tersebut digabungkan
sehingga siswa memperoleh informasi terbaru
dan dapat memecahkan masalah matematika
yang dihadapinya (Hanum dan Surya. 2016).
Hal ini lah yang diharapkan agar siswa dapat
menanggapi situasi matematika dengan
kelancaran, kelenturan, keaslian, dan mandiri.
PENGERTIAN KEMAMPUAN BERFIKIR
KREATIF
Salah satu tujuan pendidikan adalah
membuat anak berpikir kreatif baik untuk
memecahkan masalah maupun untuk bisa
berkomunikasi atau menyampaikan pemikiran
mereka. Padahal, penerapan pembelajaran
tidak mendorong siswa untuk berpikir kreatif.
Dua faktor yang menyebabkan pemikiran
kreatif tidak berkembang selama pendidikan
adalah kurikulum yang pada umumnya
dirancang dengan target material yang luas,
sehingga pendidik lebih fokus menyelesaikan
materi daripada pada metode pengajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif (Hasanah dan Surya, 2017).
Dalam kemampuan berpikir kreatif,
kreativitas adalah jalan menuju kemampuan
itu. Jika seseorang memiliki kreativitas tinggi
maka itu membuktikan bahwa ia memiliki
kemampuan untuk berpikir kreatif (Montalvo
dan Torres, 2004). Seperti yang dinyatakan
oleh Mardianto, kreativitas adalah produk dari
cara berpikir yang baik dan benar.Sedangkan
Munandar (1999) menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan umum untuk
menciptakan sesuatu yang baru, karena
kemampuan untuk memberikan ide baru yang
bisa diterapkan pada pemecahan masalah, atau
sebagai kemampuan untuk mengetahui
hubungan antara unsur yang sudah ada.
Menurut Dahlan (dalam Nasution,
2015) kemampuan berpikir tingkat tinggi
matematika atau Mathematical Thinking terdiri
dari kemampuan berpikir logis, kritis,
sistematis, analitis, kreatif, produktif,
penalaran, koneksi, komunikasi, dan
pemecahan masalah matematis. Salah satu
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang perlu
untuk diberdayakan adalah kemampuan
berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan
berpikir kreatif merupakan salah satu fokus
dalam pembelajaran matematika. Kemampuan
berpikir kreatif dibutuhkan dalam
menyelesaikan masalah matematika
3
diantaranya pada langkah perumusan,
penafsiran, dan penyelsaian model atau
perencanaan penyelesaian masalah (Surya,
2013)
Menurut La Moma (2015) Berpikir
kreatif dalam matematika dapat dipandang
sebagai orientasi atau disposisi tentang
instruksi matematis, termasuk tugas penemuan
dan pemecahan masalah. Aktivitas tersebut
dapat membawa siswa mengembangkan
pendekatan yang lebih kreatif dalam
matematika. Tugas aktivitas tersebut dapat
digunakan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan
dengan dimensi kreativitas. Krutetskii
mengatakan bahwa kreativitas identik dengan
keberbakatan matematika. Lebih lanjut,
Krutetskii mengatakan kreativitas dalam
pemecahan masalah matematis merupakan
kemampuan dalam merumuskan masalah
matematika secara bebas, bersifat penemuan,
dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ideide
seperti fleksibilitas dan kelancaran dalam
membuat asosiasi baru dan menghasilkan
jawaban divergen yang berkaitan dengan
kreativitas secara umum (Vieira, Tenreiro &
Martins,2011)
Menurut Nurmasari dkk (2014)
Berpikir kreatif dalam matematika dan dalam
bidang lainnya merupakan bagian keterampilan
hidup yang perlu dikembangkan terutama
dalam menghadapi era informasi dan suasana
bersaing semakin ketat. Individu yang diberi
kesempatan berpikir kreatif akan tumbuh sehat
dan mampu menghadapi tantangan.
Sebaliknya, individu yang tidak diperkenankan
berpikir kreatif akan menjadi frustrasi dan
tidak puas. Pengembangan aktivitas kreatif
tersebut adalah dengan melibatkan imajinasi,
intuisi dan penemuandengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-
coba (Rohaeti, E. E. 2010)
Menurut James R. Evans: Kreativitas adalah
keterampilan untuk menentukan pertalian baru,
melihat subjek perspektif baru, dan
membentuk kombinasi-kombinasi baru dari
dua atau lebih konsep yang telah tercetak
dalam pikiran.
Daniel Fasko (dalam Nehe dan dkk,
2017) menyatakan bahwa kemampuan berpikir
kreatif matematis adalah kemampuan berpikir
tingkat matematis itu termasuk dengan
keaslian, elaborasi, kelenturan dan kefasihan.
Karakteristik pemikiran kreatif yaitu
orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan
kelenturan. Agar kreativitas anak bisa terwujud
dibutuhkan mendorong individu (motivasi
intrinsik) dan dorongan lingkungan (motivasi
ekstrinsik). Dari beberapa pernyataan di atas
menyimpulkan bahwa untuk memahami
matematika membutuhkan kemampuan
berpikir kreatif dan hasil pemikiran kreatif
mendorong siswa untuk secara aktif terlibat
dalam pembelajaran matematika sekolah.
Semiawan (2002) menjelaskan bahwa
Kreativitas adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude
seperti kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), dan keaslian (originality) dalam
pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude,
seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan
pertanyaan dan selalu ingin mencari
pengalaman-pengalaman baru
4
Menurut Munandar (2009)Kreativitas adalah
kemampuan untuk mengkombinasikan,
memecahkan atau menjawab masalah, dan
cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
Menurut Lindren (dalam Yamin, 2013)
Berpikir kreatif yaitu memberikan macam-
macam kemungkinan jawaban atau pemecahan
masalah berdasarkan informasi yang diberikan
dan mencetuskan banyak gagasan terhadap
suatu persoalan.
Menurut Hamruni (2012), salah satu
alternatif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir siswa adalah dengan menggalakkan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memacu
proses berpikir. Dalam pengertian ini konsep
masalah atau pertanyaan-pertanyaan digunakan
untuk memunculkan “budaya berpikir“ pada
diri siswa.
Evans (dalam Rohaeti, 2010)
menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah
suatu aktivitas mental untuk membuat
hubungan-hubungan yang terus menerus,
sehingga ditemukan kondisi yang “benar” atau
sampai seseorang itu menyerah.
Menurut Siswono (2008) berpikir kreatif
merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran
yang tajam dengan intuisi, menggerakkan
imajinasi, mengungkapkan (to reveal)
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka
selubung (unveil) ide-ide yang menakjubkan
dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan.
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan
sebagai kemampuan untuk mencipta atau
proses timbulnya ide baru. Pada intinya
pengertian berpikir kreatif adalah kemampuan
seseorang untuk menciptakan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun
non aptitude, dalam karya baru maupun
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan
semuanya relatif berbeda dengan yang sudah
ada sebelumnya. Sebenarnya, ada banyak
pengertian kreativitas, misalnya ada yang
mengartikan kreativitas sebagai upaya
melakukan aktivitas baru dan mengagumkan.
Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif
menurut Azhari (2013) antara lain meliputi:
1. Keterampilan berpikir lancar
a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban
yang relevan
b. Menghasilkan motivasi belajar
c. Arus pemikiran lancar
2. Keterampilan berpikir lentur (fleksibel)
a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang
seragam
b. Mampu mengubah cara atau pendekatan
c. Arah pemikiran yang berbeda
3. Keterampilan berpikir orisinil
a. Meberikan jawaban yang tidak lazim
b. Memberkan jawaban yang lain daripada
yang lain
c. Memberikan jawaban yang jarang
diberikan kebanyakan orang
4. Keterampilan berpikir terperinci (elaborasi)
a. Mengembangkan,
menambah,memperkaya suatu gagasan
b. Memperinci detail-detail
c. Memperluas suatu gagasan Berdasarkan
penjelasan di atas, maka ciri-ciri
kemampuan berpikir kreatif dapat dijadikan
indikator dalam menilai kemampuan
berpikir kreatif seseorang.
MASALAH DAN PENYELESAIAN
MASALAH DALAM MATEMATIKA
Terdapat dua jenis pendefinisian
masalah matematika dalam kamus Webster’s
5
(dalam Baroody, 1993), yaitu (1) masalah
dalam matematika adalah sesuatu yang
memerlukan penyelesaian, (2) suatu masalah
adalah suatu pernyataan yang membingungkan
atau sulit. Dalam mempelajari matematika,
pertanyaan akan merupakan suatu masalah jika
seseorang tidak mempunyai aturan tertentu
yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Suatu masalah biasanya memuat
sesuatu yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannnya, akan tetapi tidak tahu
secara langsung apa yang harus dikerjakan
untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah
diberikan kepada seorang anak dan anak
tersebut langsung mengetahui cara
penyelesaiannya dengan benar, maka soal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah
(Romli, 2016).
Cooney (1975 : 32) mengemukakan
bahwa pemecahan masalah adalah proses
menerima masalah dan berusaha
menyelesaikannya. Sedangkan Polya (1973)
mendefiniskan pemecahan masalah sebagai
usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan.
Menurut Polya (1973) penyelesaian
masalah dalam matematika terdiri atas empat
langkah pokok, yaitu 1) memahami masalah
(understand the problem); 2)
menyusun/memikirkan rencana (devise a plan),
3) melaksanakan rencana (carry out a plan) dan
4) memeriksa kembali (look back). Senada
dengan Polya, Posamentier, Jaye dan Krulik
(2007) menggunakan empat langkah dalam
penyelesaian masalah, yaitu 1) membaca
masalah (read the problem), 2) memilih
startegi (select a strategy), 3) menyelesaikan
masalah (solve the problem), dan 4)
memeriksa kembali (look back).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan. Penelitian ini adalah jenis
penelitian yang mencoba mengumpulkan data
dari literatur. Dan model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model penelitian
sinkronis. Penelitian dilakukan dengan melihat
dan menghubungkan indikator kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa dengan
menyelesaikan masalah matematika. Penelitian
ini adalah literatur perpustakaan sehingga
metode pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumentasi, yaitu melacak sumber
tertulis yang berisi berbagai tema dan topik
yang dibahas. Data yang telah dikumpulkan
dan dianalisis dengan metode deskriptif
menggambarkan apa yang sedang diselidiki.
Langkah awal penelitian ini adalah
mengumpulkan dan mempelajari data hasil
penelitian yang sama oleh peneliti sebelumnya.
Selanjutnya menambahkan data untuk
mendukung penelitian ini melalui jurnal, buku
dan internet . Setelah data dikumpulkan dan di
pelajari, dilanjutkan dengan pengolahan
pengolahan data. Kemudian melakukan
analisis data dengan analisis deskriptif.
HASIL PENELITIAN
Pada hasil penelitian ini dapat
dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
me rupakan suatu kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan
persoalan matematika yang mungkin memiliki
beberapa penyelesaian. Ini artinya tanpa
kemampuan berpikir kreatif yang memadai
yang dimiliki siswa, maka kemungkinan besar,
6
siswa tidak mampu memecahkan soal
matematika secara cepat, tepat, dan benar.
Namun pada kenyataannya
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kreatif siswa belum optimal, rendahnya
kemampuan siswa berpikir kreatif diduga
karena selama ini guru tidak berusaha
menggali pengetahuan dan pemahaman siswa
tentang berpikir kreatif. Selama ini guru hanya
melaksanakan pembelajaran secara prosedural,
hanya memberikan rumusrumus kemudian
mengerjakan soal-soal latihan, tanpa memberi
kesempatan siswa untuk berpikir kreatif
akibatnya siswa tidak menemukan makna dari
apa yang dipelajari tersebut. Guru jarang
menciptakan suasana yang kondusif dalam
proses pembelajaran bahkan belum
menerapkan langkah-langkah pembelajaran
untuk siswa berpikir kreatif, sehingga anak
tidak termotivasi untuk belajar mandiri. Model
pembelajaran yang dilakukan belum mampu
meningkatkan kemampuan siswa untuk
berpikir kreatif. Cara mengajar yang baik
merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa
untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu
tolak ukur bahwa siswa itu dapat mempelajari
apa yang seharusnya dipelajari adalah
indikator hasil belajar yang dinginkan diicapai
oleh siswa. Maka dari itu guru harus mengubah
sistem pengajarannya dan menerapkan
langkah-langkah pembelajaran yang
memotivasi peserta didik untuk berpikir
kreatif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat pengaruh kemampuan berfikir kreatif
siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti Puji, dkk. 2017. Pengembangan LKS
Berbasis Pendekatan Pemodelan
Matematika Untukk Melatih
Kemampuan Koneksi Matematika
Siswa SMP Kelas IX, Jurnal
Pendidikan Matematika, Vol 11, No.
2, Juli 2017, halaman 62
Azhari. 2013. Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematik Siswa
Melalui Pendekatan Konstruktivisme
Di Kelas VII Sekolag Menengah
Pertama (SMP) Negeri 2 Banyuasin
III. Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol. 7, No.2
Baroody, Arthur.1993. Problem Solving,
Reasoning and Communication , K-8
(Helping Children to
Mathematically). Boston : Mc Millan
Publising Commpany
Cooney, T.J, Davis. 1975. Dynamics of
Teaching Secondary Schoool
Mathematics. Boston: Houghton
Miflin Company
Harahap, E. dan Surya, E. 2017. Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas VII dalam
Menyelesaikan Persamaan Linier
Satu Variabel. Medan: Journal
Edumatica. Volume 07 Nomor 01.
ISSN: 2088-2157
Hamruni. 2012. Strategi pembelajaran.
Yogyakarta: Insan Madani.
Hanum Syarifah dan Edy Surya. 2016.
ANALISIS KEMAMPUAN
7
BERFIKIR KRITIS SISWA KELAS
X SMK NEGERI BINAAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2015/2016.
Jurnal Sounng Guru. Vol.VIII No.2
Hasanah, M., dan Surya, E. 2017. Differences
in the Abilities of Creative Thinking
and Problem Solving of Students in
Mathematics by Using Cooperative
Learning and Learning of Problem
Solving. International Journal of
Sciences: Basic and Applied
Research (IJSBAR) Volume 34, No 1
Hasibuan Syarifah Hanum, Edy Surya. 2016.
Analysis of Critical Thinking Skill
Class X SMK Patronage State North
Sumatera Province Academic Year
2015/2016. Jurnal Saung Guru. Vol.
8 No. 1, halaman 175
La Moma. 2015. Pengembangan Instrumen
Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Untuk Siswa SMP. Jurnal
Matematika Dan Pendidikan
Matematika. Vol. 4, No. 1.
Lubis Sri Delina, Edy Surya dan Ani Minarni.
2015. Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika dan
Kemandirian Siswa SMP Melalui
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah, Jurnal Paradikma. Vol.
8,No. 3. halaman 99
Montalvo, F.T. dan Torres, M.C.G. 2004.
“Self-Regulated Learning: Current
and Future Directions”. Electronic
Journal of Research Psychology. 2,
(1), 1-34. ISSN: 1696-2095
Munandar, U. 2009. Perkembangan
Kreativitas anak berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta
Nasution, R, P., Surya, E., Syahputra, E. 2015.
Perbedaan Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Kemandirian
Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Pembelajaran
Konvensional di SMPN 4
Padangsidimpuan. Jurnal
Paradikma. Vol. 8, No. 3
Nehe, M., Surya, E., Syahputra, E. 2017.
Creative Thinking Ability to Solving
Equation and Nonequation of Linear
Single Variable in VII Grade Junior
High School. IJARIIE: Vol-3 Issue-2
2017
Novrini, Pargaulan Siagian dan Edy Surya.
2015. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berorientasi Problem
Based Learning untuk meningkatkan
kemampuan Visual Thinking dalam
pemecahan masalah matematis siswa
kelas VII SMP, Jurnal Paradikm.
Volume 08, No 03. halaman 84-97.
Nurmasari, N., Kusmayadi, A, T., Riyadi.
2014. Analisis Berpikir Kreatif Siswa
Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika Pada Materi Peluang
Ditinjau Dari Gender Siswa Kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Kota BanjarBaru.
Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika. Vol. 2, No. 4, pp 351-
358. ISSN: 2339-1685.
Polya, G. 1973. How to Solve It. 2nded
.Princeton University Press. ISBN 0-
691-08097-6.
8
Rohaeti, E. E. 2010, Critical and Creative
Mathematical Thinking of Junir High
School Student. Educationist
Journal, Vol. 4, No. 2, halaman 99-
106
Romli, M. 2016. Profil Koneksi Matematis
Siswa Perempuan SMA dengan
Kemampuan Matematika Tinggi
dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika. Volume 1
Nomor 2. Hal. 145 157
Semiawan, R. C. 2002. Belajar dan
pembelajaran dalam taraf usia dini.
Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.
Surya, E. 2013. Peningkatan Kemampuan
Representasi Visual Thinking pada
Pemecahan Masalah Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa SMP
melalui Pembelajaran Kontekstual.
Jurnal dalam Artikel Scholar
Suriyani, Hasratuddin, Asmin. 2015.
Peningkatan Kemampuan Berfikir
Kreatif dan Kemandirian Belajar
Siswa MTs N 2 Medan Melalui
Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Open-ended, Jurnal
Tabularasa PPs Unimed, Vol 12 No
3, halaman 224-234
Syarifah dan Edy Surya. 2016. ANALISIS
KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
SISWA KELAS X SMK NEGERI
BINAAN PROVINSI SUMATERA
UTARA TAHUN AJARAN
2015/2016. Jurnal Sounng Guru.
Vol.VIII No.2
Vieira, R. M., Tenreiro-Vieira, C. & Martins, I.
P. (2011). Critical Thinking:
Conceptual Clarificat-ion and Its
Importance in Science Education.
Science Education International. 22,
(1), 43-54
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan metode
dalam model pembelajaran. Jakarta:
GP Press Group
Article
Full-text available
Creative thinking skill is an ability to provide possible ideas and logical answers based on the information provided. The research aimed to identify and describe the creative thinking skills of mathematics. The type of this research was a qualitative descriptive research. The sampling technique used purposive sampling. The results showed that of the 5 subjects, 20% of the subjects were unable to show the three indicators of creative thinking abilities in mathematics (not creative), 40% were able to show indicators of fluency (less creative), 20% were able to show Originality (creative enough), and 20 % were able to show indicators of fluency and flexibility (creative).
Article
Full-text available
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif dalam hal matematika untuk memecahkan masalah. Artikel ini adalah literatur kepustakaan sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah diambil dari jurnal penelitian lain, yaitu melacak sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas. Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan menghubungkan cara seorang siswa menganalisis dan berpikir kreatif untuk memecahkan permasalahan dengan menggunakan matematika. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat penerapan pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
Article
Full-text available
When confronted with a mathematical problem, many students have mathematical anxiety that affects the way they think creatively in solving these mathematical problems. This journal aims to find out how to reduce the influence of mathematics anxiety on students' ability to think creatively in solving mathematical problems through the Problem Based Learning model or problem based learning. This research is a library research where the data used comes from literature research. This journal research method uses descriptive analysis method. The data that has been collected is then analyzed describing what is being investigated. This research is based on literature literature so that the data collection method used is documentation that is looking for written sources about the influence of research results in the form of the influence of mathematical anxiety on the ability of students to think creatively in solving mathematical problems through problem based learning learning models. The Problem Based Learning (PBL) learning approach is a real world learning strategy as a context for students to learn creatively and problem solving skills. This problem based learning model can reduce students 'mathematical anxiety that affects the students' ability to think creatively in solving mathematical problems. Keywords: kecemasan matematika, kemampuan berfikir kreatif, problem solving ability, problem based learning PENDAHULUAN Matematika yang selalu berkaitan dengan angka-angka kerapkali di takuti oleh para siswa. Padahal matematika memiliki peran penting dan mendasar untuk siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang lainnya seperti komputer, fisika, kimia, dan bahkan biologi. Meskipun matematika memiliki peran sentral dalam penguasaan sains dan teknologi, matematika belum menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa siswa pada umumnya. Belajar Matematika memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika termasuk universal dan mendasari perkembangan teknologi modern dimana membutuhkan kemampuan untuk berpikir secara logis, sistematis, siswa yang kritis, kreatif, dan inovatif (Simbolon M. dkk, 2017). Coockroft (dalam Eviyanti dkk, 2017) mengemukakan beberapa alasan mengapa matematika harus diajarkan kepada siswa, seperti: 1. Selalu digunakan dalam semua aspek kehidupan; 2. Semua bidang studi membutuhkan keterampilan matematika yang sesuai; 3. Adalah sarana komunikasi yang kuat, jelas dan ringkas; 4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, akurasi dan kesadaran spasial; 6. Memberi kepuasan pada upaya memecahkan tantangan masalah.
Article
Full-text available
The context of Educational Psychology has seen profound changes over the last 30 years; due to these, self-regulated learning has become a current focus for research, and one of the essential axes of educational practice. Since Zimmerman and Schunk's (1989) publica-tion, Self-Regulated Learning and Academic Achievement: Theory, Research, and Practice, a great deal of research on self-regulated learning has been undertaken. Taking these and other current publications as our reference, this paper's objective is to gather the main concerns be-ing addressed in studies on self-regulated learning. In addition, we highlight a series of direc-tions that may guide future research in this field.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil koneksi matematis siswa perempuan SMA dalam menyelesaian masalah matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif yang mengungkap makna dibalik gejala-gejala yang terjadi pada subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa perempuan SMA kelas XI berkemampuan tinggi. Metode pengumpulan data penelitian adalah wawancara mendalam dan analisis tugas yang didasarkan pada tugas penyelesaian masalah matematika. Semua data direkam dengan menggunakan video recorder. Untuk memperoleh data yang kredibel melalui pengamatan terus menerus/konsisten dan pantang menyerah (meningkatkan ketekunan), triangulasi waktu dan member check. Data dianalisis menggunakan model alir meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil koneksi matematis siswa ditinjau berdasarkan langkah penyelesaian masalah Polya yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali jawaban. Pertama, profil koneksi matematis siswa dalam memahami masalah adalah pemahaman masalah dengan menyajikan informasi (fakta) pada masalah dalam bentuk diagram matematika dengan benar. Mengidentifikasi bagian-bagian (fakta) pada sketsa gambar yang dibuat secara aljabar dengan mengaitkan prinsip dan fakta matematika pada masalah. Mengidentifikasi konsep dan prinsip matematika pada masalah yang akan diselesaikan dari apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah nyata yang akan diselesaikan. Menuliskan sebagian apa yang diketahui pada masalah dalam bentuk simbol matematika, tidak menuliskan kembali apa yang ditanyakan pada masalah. Kedua, profil koneksi matematis siswa dalam membuat rencana penyelesaian masalah adalah mengemukakan langkah-langkah penyelesaian berdasarkan pertanyaan pada masalah menggunakan prosedur penyelesaian masalah yang telah dipahami, menemukan keterkaitan hal yang ditanyakan pada masalah dengan prinsip dan prosedur matematika yang telah dipahami. Ketiga, profil koneksi matematis siswa dalam melaksanakan rencana penyelesaian adalah menggunakan hubungan beberapa fakta, konsep, prinsip matematika yang sudah dipelajari sebelumnya dengan prinsip matematika yang ada pada masalah, menggunakan beberapa prinsip matematika untuk memperoleh prinsip matematika yang lain, menggunakan konsep dan prosedur matematika untuk memperoleh penyelesaian dari permasalahan. Keempat, profil koneksi matematis siswa dalam memeriksa kembali jawabannya dengan memeriksa kembali rumus-rumus yang digunakan, langkah-langkah yang sudah dikerjakan, hasil operasi hitung aljabar yang diperoleh serta jawaban akhir yang diperoleh, meyakini jawaban akhir sudah benar dengan alasan semua rumus yang digunakan sudah benar, langkah yang digunakan sudah benar, hasil akhir cocok dengan hasil pengerjaan ulang yang dilakukan
Article
Full-text available
ABSTRAK This study was conducted to determine the level of creative thinking ability of students in learning mathematics.The method used in this study is qualitative methods.The experiment was conducted in class VII-1 junior high school 9 Pematangsiantar in academic year 2015/2016. With the number of students 27 people.There are 50% who reaching the first indicator, there are 45.77% reaching the second indicators, there are 35.18% were reaching thethird indicators and 15.74% reaching the fourth indicators 4. The tests uses are essay test to determine the initial ability of students creative thinking abilities. Preliminary Looking for the future, our students have to learning mathematics because the important usefulness in life of the Indonesian Nation. Creativity is something that is overlooked in the study of mathematics. During this time the teacher just put logic and computational ability (calculating) that creativity is considered to be unnecessary in the process of teaching and learning in the classroom.In fact, on the background of 2006 Curriculum stated that creative thinking abilities required to master and create the technology in the future. One of the benefits of mathematics to meet the practical needs and solve daily life problems.Students had to think creatively so that students can solve problems in a variety of different ways Guilford (Park, 2004) Creative thinking is a mental activity that is associated with sensitivity to the problem, consider the new information and ideas that are not usually with an open mind and can create relationships in solving problems. Daniel Fasko, Jr. (2001) that the mathematical creative thinking ability is the mathematics level thinking ability that include by originality, elaboration, flexibility and fluency components. Characteristics of creative thinking that is originality, elaboration, fluency and flexibility.In order for children's creativity can be realized needed a push in the individual (intrinsic motivation) and the encouragement of environmental (extrinsic motivation).From some of the above statement concluded that in order to understand the math requires the ability to think creatively and the results of creative thinking encourages students to be actively involved in the learning of mathematics school. Hwang, W.-Y, et.al (2007) Creativity means the cognitive skills to propose a solution to the
Article
Full-text available
In different countries efforts have been made to integrate critical thinking into science curricula, recognizing that it is necessary to live in a plural society with citizenship competence. However, this objective has not been appropriately implemented in classrooms. One of the obstacles is the fact that teachers do not have a clear idea about critical thinking because the meaning ascribed to critical thinking in different contexts is rarely explicit. This paper attempts to clarify this concept, evincing its relationship with other concepts such as scientific literacy and to present and discuss a framework for promoting students’ critical thinking in science classrooms.
Sumatera Province Academic Year
Sumatera Province Academic Year 2015/2016. Jurnal Saung Guru. Vol.
Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Untuk Siswa SMP
  • La Moma
La Moma. 2015. Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Untuk Siswa SMP. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika. Vol. 4, No. 1.
Perkembangan Kreativitas anak berbakat
  • U Munandar
Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan Visual Thinking dalam pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP
  • Pargaulan Novrini
  • Edy Siagian Dan
  • Surya
Novrini, Pargaulan Siagian dan Edy Surya. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan Visual Thinking dalam pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP, Jurnal Paradikm. Volume 08, No 03. halaman 84-97.