Conference PaperPDF Available

Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional Metodologi Penelitian Pendidikan

Authors:

Abstract

ABSTRAK Gerakan literasi dasar meliputi baca dan tulis. Kegiatan membaca sebagai keterampilan reseptif bisa diukur melalui keterampilan produktif, yaitu berbicara dan menulis. Fokus tulisan ini adalah membaca dan menulis. Literasi membaca dan menulis bukan hanya untuk siswa, melainkan untuk guru. Guru harus membaca dan menulis. Melalui tulisan guru, siswa bisa belajar nyata dan meneladani literasi pada guru. Tulisan guru bisa beraneka ragam, ilmiah dan nonilmiah. Tulisan-tulisan tersebut bisa menjadi bukti konkret bahwa guru juga melakukan kegiatan literasi. Guru tidak hanya menjalankan kewajiban berliterasi, melainkan memiliki kesadaran akan pentingnya literasi. Guru sebagai fasilitator dan atau motivator dalam kegiatan literasi memiliki keunggulan untuk menjadi peneliti. Guru bisa menjadi peneliti yang memiliki kelebihan dibandingkan peneliti lain. Atas dasar keunggulan itu, hasil tulisan guru sebagai peneliti dapat dijadikan dasar dalam pengembangan literasi sekolah. Guru sebagai penulis dan atau peneliti akan menjadi teladan dalam kegiatan literasi. Keteladanan akan mampu menjadi pijakan siswa dalam menyadari pentingnya literasi. Kesadaran literasi dalam diri siswa akan menjadi dasar penguatan kompetensi literasi di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, guru memiliki potensi yang luar biasa dalam pengembangan literasi sekolah, ia adalah tokoh sentral dalam kegiatan literasi, ia adalah peneliti ideal dalam literasi sekolah, dan ia adalah teladan bagi siswa dalam berliterasi.
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 15
CV. Mitra Mandiri Persada
PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SEKOLAH
Fitri Amilia
Universitas Muhammadiyah Jember
fitriamilia@unmuhjember.ac.id
ABSTRAK
Gerakan literasi dasar meliputi baca dan tulis. Kegiatan membaca sebagai keterampilan
reseptif bisa diukur melalui keterampilan produktif, yaitu berbicara dan menulis. Fokus
tulisan ini adalah membaca dan menulis. Literasi membaca dan menulis bukan hanya
untuk siswa, melainkan untuk guru. Guru harus membaca dan menulis. Melalui tulisan
guru, siswa bisa belajar nyata dan meneladani literasi pada guru. Tulisan guru bisa
beraneka ragam, ilmiah dan nonilmiah. Tulisan-tulisan tersebut bisa menjadi bukti
konkret bahwa guru juga melakukan kegiatan literasi. Guru tidak hanya menjalankan
kewajiban berliterasi, melainkan memiliki kesadaran akan pentingnya literasi. Guru
sebagai fasilitator dan atau motivator dalam kegiatan literasi memiliki keunggulan
untuk menjadi peneliti. Guru bisa menjadi peneliti yang memiliki kelebihan
dibandingkan peneliti lain. Atas dasar keunggulan itu, hasil tulisan guru sebagai peneliti
dapat dijadikan dasar dalam pengembangan literasi sekolah. Guru sebagai penulis dan
atau peneliti akan menjadi teladan dalam kegiatan literasi. Keteladanan akan mampu
menjadi pijakan siswa dalam menyadari pentingnya literasi. Kesadaran literasi dalam
diri siswa akan menjadi dasar penguatan kompetensi literasi di Indonesia. Berdasarkan
uraian tersebut, guru memiliki potensi yang luar biasa dalam pengembangan literasi
sekolah, ia adalah tokoh sentral dalam kegiatan literasi, ia adalah peneliti ideal dalam
literasi sekolah, dan ia adalah teladan bagi siswa dalam berliterasi.
KATA KUNCI: baca tulis, literasi sekolah, peneliti, teladan.
PENDAHULUAN
Berita tentang rendahnya budaya
literasi di Indonesia membuat miris.
Ketua Forum Pengembangan Budaya
Literasi Indonesia menyatakan
keprihatinannya atas ketidakpahaman
konsep literasi pada guru dan biroktrat
pendidikan (Republika, 2014).
Disampaikan pula bahwa kondisi
literasi di Indonesia berada di urutan ke-
64 dari 65 negara. Itu artinya Indonesia
berada di urutan terakhir dalam hal
literasi. Atas dasar kondisi tersebut,
banyak pihak yang telah ikut serta
dalam kegiatan literasi baik di sekolah
atau pun di masyarakat.
Dilaporkan sampai tahun 2017,
kemampuan literasi juga masih belum
menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Disebutkan rendahnya
kemampuan literasi berdampak pada
kemiskinan, pengangguran, dan
kesenjangan (Abdini, 2017). Disebutkan
pula tidak tercukupinya infrastruktur
pendidikan ikut menyumbang
rendahnya literasi di Indonesia.
Misalnya, belum ada akses internet di
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 16
CV. Mitra Mandiri Persada
sekolah dan minim bahan bacaan di
sekolah.
Di sisi lain, guru dan pustakawan
memiliki peran penting dalam
meningkatkan literasi siswa di sekolah.
Hidayah (2016) menegaskan bahwa
guru dan pustakawan berperan menjadi
fasilitator dalam mengenali kebutuhan
informasi, mengakses informasi, dan
mengevaluasi informasi. Untuk
memaksimalkan kegiatan literasi di
sekolah, Hidayah menyarankan ada
kolaborasi antara guru dan pustakwan,
guru dan siswa, siswa dan pustakan.
Dengan demikian, semua elemen
bekerja sama untuk mencapai target
meningkatkan kemampuan literasi.
Saran ini juga pernah disampaikan
Fauziah (2015) bahwa kolaborasi guru,
siswa, dan pihak lain harus ditingkatkan
untuk mencapai kompetensi melek
informasi di era digital ini.
Dua hasil penelitian tersebut
merupakan contoh kepedulian peneliti
terhadap kondisi literasi di sekolah.
Banyak penelitian yang juga dilakukan
oleh mahasiswa baik di tingkat strata
satu, strata dua, dan strata tiga.
Mahasiswa di setiap tingkat pendidikan
memang memiliki kewajiban untuk
meneliti dan memublikasikan hasil
penelitiannya. Namun, kewajiban
meneliti ini belum maksimal dilakukan
oleh para guru.
Guru sebagai motivator dan
fasilitator akan menjadi cermin dan
tauladan oleh siswa-siswannya. Guru
yang suka membaca (sangat mungkin)
dapat melahirkan generasi yang suka
membaca. Guru yang suka menulis pun
demikian. Nuraeni (2013) menyatakan
bahwa siswa akan meniru sikap dan
perilaku guru. Guru yang jujur akan
menjadi contoh bagi siswa untuk jujur.
Guru yang suka membaca akan ditiru.
Guru yang suka menulis juga akan
ditiru oleh siswanya, sekarang dan atau
seterusnya. Hasil penelitian
Rahmayandi (2013) menyebutkan
bahwa guru sebagai teladan dapat
membentuk kepribadian dalam
menginternalisasi nilai-nilai moral,
nilai-nilai keagamaan, dan nilai
keimanan. Untuk itu, melalui makalah
ini disajikan pentingnya peran guru
sebagai peneliti dalam pengembangan
literasi di sekolah.
Melalui kegiatan menulis
(meneliti) yang dilakukan guru,
setidaknya guru pasti melakukan
kegiatan membaca sebelumnya. Selain
itu, guru juga melakukan observasi
dalam jangka waktu yang relatif
panjang. Guru bisa memahami kondisi,
situasi, dan kebutuhan siswanya.
Tulisan yang disusun guru memiliki
kelebihan dibandingkan peneliti yang
hanya melakukan observasi dengan
rentang waktu tertentu. Guru yang
mengenal lingkungan sekolah,
memahami kebutuhan dan dekat dengan
siswa akan menjadi dasar dalam
menulis. Dasar sebagai data dan dasar
sebagai fakta.
Tarigan (2008) mendefinisikan
membaca sebagai proses untuk
memperoleh pesan yang hendak
disampaikan kepada orang lain memalui
kegiatan berbicara atau menulis.
Tarigan (2008) juga mendefinisikan
menulis sebagai merupakan proses
menyampaikan informasi kepada orang
lain dengan memanfaatkan grafolegi,
struktur bahasa, dan kosa kata.
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 17
CV. Mitra Mandiri Persada
berdasarkan definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan
membaca dan menulis merupakan
kemampuan yang saling berhubungan.
Kemampuan membaca disebut
kemampuan reseptif (menerima
informasi), sedangkan kemampuan
menulis merupakan kemampuan
produktif (memberi informasi).
Kegiatan menulis informasi dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif
metode dalam menilai kemampuan
reseptifnya.
Berdasarkan uraian di atas, guru
dapat berperan sebagai peneliti untuk
sebagai dasar dalam pengembangan
kegiatan literasi sekolah. Guru bisa
menuliskan hasil pengamatan dan
analisisnya. Melalui tulisan guru
tersebut, pengembangan kegiatan
literasi bisa dilakukan di sekolah
dengan maksimal.
Makalah ini ditulis berdasarkan
kajian teoretis serta observasi atas
kebutuhan pengembangan literasi
sekolah. Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah menuliskan buku
pedoman dalam melakukan gerakan
literasi sekolah. Dengan adanya
kesadaran guru yang mau menjadi
meneliti diharapkan kegiatan literasi
sekolah bisa berkembang. Hal itu bisa
terjadi karena data dan fakta yang
disajikan, analisis kebutuhan siswa,
analisis keadaan sekolah yang unik, dan
lain sebagainya. Guru sebagai tauladan
untuk bisa menulis, guru sebagai
evaluator untuk kegiatan literasi di
sekolah.
PEMBAHASAN
Makalah ini ditulis didasarkan
pada upaya kuat pemerintah untuk
meningkatkan kemampuan literasi di
semua lini, baik pendidikan atau pun
masyarakat. Untuk meningkatkan
kemampuan itu, dibutuhkan informasi
dari pelaku dan pengembang literasi di
sekolah. Dalam konteks ini adalah guru.
Melalui gerakan guru menulis (meneliti)
akan dipahami kebutuhan
pengembangan literasi di sekolah baik
model, strategi, dan bahan ajar dalam
yang digunakan. Selain itu, gerakan
guru menulis juga bisa dijadikan teladan
dalam kegiatan literasi di sekolah.
Berikut penjelasan masing-masing.
1. Guru Sebagai Peneliti Ideal
Literasi
Peneliti yang berhasil
memuplikasikan artikel tentang literasi
banyak yang berasal dari kalangan
mahasiswa, pengaji atau pengamat,
pemangku kebijakan literasi, dan dosen.
Dari kalangan mahasiswa ditulis
sebagai tugas akhir untuk mendapat
gelar di bidangnya. Pengaji atau
pengamat merupakan sekolompok
orang yang memiliki kepedulian
terhadap literasi di Indonesia.
Pemangku kebijakan adalah orang-
orang di kementerian terkait literasi
untuk menentukan model, bahan ajar
literasi baik di sekolah atau pun
masyarakat. Dosen memuplikasi artikel
literasi sebagai hasil penelitian dan
tinjauan kritis terhadap fenomena
literasi.
Berdasarkan hasil penelusuran
terhadap artikel literasi, peneliti literasi
yang berasal dari kalangan guru
berjumlah sedikit. Dalam sebuah tulisan
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 18
CV. Mitra Mandiri Persada
di blog disebutkan bahwa guru sudah
banyak menulis karya ilmiah tetapi
tidak pernah memublikasikan (Pabitte,
2009). Hal ini terjadi karena belum
adanya pemahaman yang benar tentang
pentingnya publikasi karya ilmiah dan
nilai angka kredit tulisan tersebut.
Kenyataan itu tidak berbanding
positif dengan peran guru dalam
kegiatan dan pengembangan literasi di
sekolah. Guru sebagai pelaku aktif
dalam gerakan literasi sekolah memiliki
informasi valid tentang pelaksanaan
literasi di sekolah. Informasi tersebut
meliputi kendala, sarana, peran semua
guru, peran kepala sekolah, dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu, guru
memiliki informasi terbaru terkait
literasi sekolah yang bisa dilaporkan
secara ilmiah.
Peran guru dalam berbagai
kegiatan literasi sekolah sangat luar
biasa. Dalam tinjauan ciri penelitian
kualitatif, guru dalam konteks literasi
sekolah merupakan tokoh sentral yang
memiliki sejumlah kelebihan. Kelebihan
tersebut salah satunya bisa menjadi
peneliti kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif
disebutkan nilai spesial dari sebuah
objek penelitian. Santana (2007)
menjelaskan istilah spesific situation.
Istilah tersebut bercirikan peneliti
mengamati secara langsung fenomena,
terlibat secara partisipatif, peneliti
berada dan selalu hadir dalam semua
kegiatan. Ciri-ciri tersebut melekat pada
guru sebagai pelaku literasi di sekolah.
Guru pasti mengamati secara langsung
dan berulang-ulang, guru merupakan
parsipator aktif dalam kegiatan literasi
bersama murid-murid, dan guru selalu
hadir dalam rangkaian interaksi literasi
di sekolah. Atas dasar inilah, guru bisa
disebut sebagai peneliti ideal perjalanan
literasi di sekolah.
Ulasan guru tentang kegiatan
literasi sekolah merupakan data dan
fakta yang harus diyakini kebenarannya.
Tentu saja dalam hal ini, guru harus
memiliki komitmen kuat dan etika
ilmiah yang kuat, sehingga tidak
disalahgunakan. Creswell (2015)
menjelaskan dalam penelitian kualitatif
setidaknya ada beberapa syarat yang
bisa dijadikan sebagai teknik menguji
kesahihan data, misalnya
memperpanjang waktu penelitian,
pemeriksaan sejawat, dan triangulasi.
Teknik memperpanjang waktu
penelitian sudah pasti dilakukan guru. Ia
bisa mengamati dalam waktu yang
relatif panjang, hingga benar-benar
menunjukkan data yang jenuh. Ia bisa
melaporkan hasil pengamatannya di
akhir tahun pelajaran dari satu tahun
pengamatan atau lebih panjang dari
waktu itu. Perpanjang waktu penelitian
oleh guru dapat dilakukan mudah,
karena ia adalah partisipator aktif dalam
gerakan literasi sekolah. Hal ini
mungkin saja sulit dilakukan oleh
mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dan
dosen dalam melakukan penelitian
sering bermasalah dengan waktu
penelitian. Mahasiswa dan dosen
terkadang memiliki target lulus
sehingga waktu penelitian relatif
pendek. Ia menggunakan teknik
sampling untuk mendapatkan data
dalam waktu yang relatif cepat. Berbeda
dengan guru, ia bisa menjadi peneliti
grounded yang terus menerus mengikuti
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 19
CV. Mitra Mandiri Persada
subjek penelitian yang sama dalam
waktu yang relatif panjang.
Teknik pemeriksaan sejawat juga
sangat mungkin dilakukan guru. Sesama
guru sebagai partisipator aktif dalam
gerakan literasi di sekolah sangat
memahami kondisi dan juga mengamati
secara langsung. Untuk itu, pengecekan
sejawat bisa sangat bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam teknik triangulasi sumber data
dan data, guru juga bisa melakukannya.
Melalui wadah organisasi guru litas
sekolah, ia bisa mengecek data lain.
Dari ciri yang dikemukan Santana
(2007) dan Creswell (2015), guru bisa
disebut sebagai peneliti ideal dalam
mengamati kegiatan literasi di sekolah.
Ia bisa mendapatkan data valid,
melaporkannya secara valid, tentunya
menjadi informasi valid pula. Oleh
sebab itu, guru bisa disebut sebagai
peneliti ideal dalam kegiatan literasi di
sekolah.
Namun, karena kurangnya
kesadaran atas kondisi tersebut, banyak
guru yang sibuk menjadi partisipator
dan atau motivator dalam gerakan
lietrasi sekolah. Ia lupa untuk menjadi
peneliti yang bisa memuplikasikan hasil
pengamatannya dalam kegiatan literasi
di sekolah. Berdasarkan uraian tersebut,
kondisi kesadaran literasi yang sangat
rendah itu bukan hanya di tingkat siswa,
tetapi juga guru. Salah satu hambatan
literasi disebutkan bahwa kebiasaan
literasi belum menjadi prioritas (Akbar,
2017). Kebiasaan yang belum menjadi
prioritas tersebut bisa mengacu pada
siswa dan juga guru. Bisa saja kegiatan
membaca hanya menjadi kegiatan
penyelesaian akademik dan tugas
semata. Membaca masih didasari sikap
paksaan pemenuhan kewajiban. Ada
banyak harapan agar guru bisa menjadi
peneliti, khususnya dalam penelitian
literasi di sekolah. Guru memenuhi
syarat untuk menjadi peneliti yang
ideal, yang sahih, dan valid.
2. Guru Sebagai Teladan dalam
Kegiatan Literasi
Berdasarlah penelitian Akbar
(2017), strategi yang bisa dipakai dalam
peningkatan lietrasi sekolaha dalah 6M:
mengamati (observe), mencipta
(create), mengkomunikasikan
(communicate), mengapresiasikan
(appreciate), membukukan (post),
memamerkan (demonstrate). Keenam
program 6M tersebut bisa digunakan
oleh dan untuk siswa dan juga guru.
Guru sebagai peneliti sudah terbiasa dan
pasti melakukan kegiatan mengamati.
Hasil pengamatan tersebut kemudian
dijadikan dasar dalam kegiatan
mencipta artikel ilmiah. Draf artikel
ilmiah kemudian dikomunikasikan dan
diapresiasikan dalam rangkain kegiatan
teknik penulisan penelitian. Draf yang
sudah sahih diapresiasi dengan
mengirim ke jurnal ilmiah. Draf artikel
yang diterima akan dipublikasi. Draf
yang dipubkasi merupakan bentuk dari
kegiatan membukukan. Selanjutnya
artikel yang sudah dipublikasikan bisa
dipamerkan kepada siswa sebagai
ransangan untuk bisa menulis.
Guru tidak hanya menulis artikel
ilmiah sebagai contoh dan teladan
menulis. Guru bisa menulis berbagai
jenis, seperti cerita pendek, puisi, opini,
dan lain sebagainya. Guru bisa menulis
di majalah dinding sekolah, majalah
sekolah, koran lokal, ajang perlombaan,
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 20
CV. Mitra Mandiri Persada
dan lain sebagainya. Tulisan guru yang
telah dipublikasi akan menjadi magnet
untuk menarik siswa membaca dan
menulis. Selama ini, banyak kegiatan
literasi di sekolah yang hanya ditujukan
untuk siswa. Siswa harus membaca di
kelas selama 15 menit, siswa harus ke
perpustakaan untuk membaca, dan lain
sebagainya. Di sisi lain, guru belum
diwajibkan menbaca 15 menit di kelas,
belum diwajibkan mengunjungi
perpustakaan, dan lain sebagainya.
Akibatnya, siswa hanya memenuhi
kewajiban akademik tanpa adanya
kesadaran akan pentingnya literasi.
Kebiasaan guru dalam membaca
dan menulis akan menjadi contoh untuk
murid-muridnya. Keteladanan ini akan
menjadi dasar, pondaki, dan bekal
dalam pendidikan karakter. Disebutkan
oleh Sauri (2010) bahwa karakter
manusia sebagai individu dan sebagai
masyarakat dapat dibentuk dan
diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal
bagi proses pembangunan. Karakter
manusia secara individu ini akan
memberikan sumbangan besar terhadap
pembentukan karakter bangsa yang
bermartabat dan menjadi faktor
pendukung bagi proses percepatan
pembangunan suatu bangsa. Pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan
guru dalam membaca dan menulis akan
menjadi dasar dalam pembiasaan
membaca dan menulis pada siswa.
Selain itu, Undang-Undang Dasar
No. 14 tahun 2005 bisa menjadi dasar
bahwa guru merupakan cermin untuk
siswa-siswanya. Pada pasal 10 ayat 1
dijelaskan bahwa guru harus memiliki
empat kompetensi dalam mengajar
untuk menunjang pribadi guru agar
menjadi guru yang profesional.
Kompetensi yang berhubungan dengan
keteladanan adalah kompetensi
kepribadian. Dalam kompetensi tersebut
dinyatakan bahwa guru adalah pendidik
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia
(2005).
Menjadi teladan bagi peserta didik
bukan berarti menyuruh peserta didik
untuk bebruat kebaikan, melainkan guru
menjadi contoh dalam melakukan
kebaikan, termasuk kegiatan membaca
menulis. Siswa boleh saja mendapat
perintah membaca menulis, namun,
pada hakikatnya contoh dan teladan
akan menjadi rujukan dalam kegiatan
belajar.
Akan dijelaskan beberapa
pengalaman dalam memamerkan tulisan
dalam kegiatan pembelajaran yang
terintegrasi dengan kegiatan literasi.
Ditugaskan menulis berita kepada
siswa. Guru meminta siswa membaca
beberapa contoh berita. Guru
memfasilitasi siswa untuk memahami
informasi dalam berita. Guru juga
memfasilitasi siswa dalam memahami
wujud dan susunan berita yang baik dari
contoh-contoh yang disajikan. Siswa
bisa menulis berita dengan baik. di
akhir pembelajaran, guru menunjukkan
hasil tulisannya (berita) yang dimuat di
koran lokal. Siswa memberikan
apresiasi atas prestasi guru. Guru
menceritakan pengalaman belajarnya
dalam menulis berita. Siswa
menunjukkan rasa penasaran dan juga
semangat untuk bisa menulis dan
dipublikasi seperti tulisan guru.
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 21
CV. Mitra Mandiri Persada
Akan berbeda bila siswa
dibimbing oleh guru yang memang
dikenal sebagai penulis. Misalnya,
penulis cerpen yang sudah diterbitkan,
penulis berita di koran, dan lain
sebagainya. Siswa akan antusias
mengikuti penjelasan dan pengalaman
hidup guru. Guru dalam konteks ini
menjadi teladan dalam kegiatan
berliterasi.
Dari ilustasi tersebut, tulisan guru
dan perilaku guru dalam berliterasi
menunjukkan bahwa kekuatan
keteladanan mampu menghipnotis siswa
dalam menumbuhkan kesadaran
berliterasi. Untuk itu, guru sebagai
tokoh sentral harus bisa menjadi penulis
dan atau peneliti untuk menyukseskan
kegiatan literasi sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN
Guru merupakan tokoh sentral
dalam gerakan literasi sekolah. Oleh
sebab itu, peran guru sebagai peneliti
dan penulis dapat bermanfaat untuk
pengembangan literasi di sekolah. Perlu
apresiasi dari semua elemen atas
partisipasi guru dalam kegiatan tulis-
menulis. Bukan hanya angka kredit,
tetapi apresiasi lebih dari pemerintah
untuk meningkatkan peran serta guru
sebagai penulis yang bisa menjadi
teladan bagi siswa di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Abdini, C. (2017, September 22).
http://theconversation.com/.
Dipetik September 5, 2018, dari
http://theconversation.com/yang
-harus-dilakukan-untuk-
meningkatkan-tingkat-literasi-
indonesia-83781
Akbar, A. (2017). Membudayakan
literasi dengan program 6M di
sekolah dasar. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar , 3
(1), 42-52.
Creswell, J. W. (2015). Penelitian
kualitatif dan desain riset
memilih di antara lima
pendekatan. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Fauziah, N. (2015). Upaya guru dalam
pengembangan literasi
informasi siswa pada pelajaran
PAI. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Hidayah, F. N. (2016). Peran guru dan
pustakawan dalam penerapan
literasi informasi di SD
Muhammadiyah Congdongcatur
Yogyakarta. Yogyakarta: UIN
Sunan Klaijaga.
Nuraeni, L. (2013). Guru sebagai
teladan bagi siswa. Malang:
Universitas Islam Malang.
Pabitte, B. (2009, Mei 21). Karya Tulis
Ilmiah Untuk Pengembangan
Profesi Guru. Dipetik
September 2018, 8, dari
http://metrosis.blogspot.com/:
http://metrosis.blogspot.com/200
9/05/karya-tulis-ilmiah-untuk-
pengembangan.html
Rahmayandi, H. (2013). Peran guru
akidah sebagai model dan
teladan dalam pembentukan
kepribadian siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga.
Republika. (2014, Desember 15).
https://www.republika.co.id/beri
ta/koran. Dipetik Agustus 5,
2018, dari
https://www.republika.co.id/beri
ta/koran/didaktika/14/12/15/ngm
3g840-literasi-indonesia-sangat-
rendah
Prosiding Seminar Dan Workshop Nasional
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
KAPITA SELEKTA METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
ISBN: 978-602-52672-0-8 22
CV. Mitra Mandiri Persada
Santana, S. K. (2007). Menulis ilmiah:
Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Yyaasan Obor
Indonesia.
Sauri, S. (2010). Membangun karakter
bangsa melalui pembinaan
profesionalisme guru berbasis
pendidikan nilai. Jurnal
PendidikanKarakter , 1 -16.
Tarigan, H. G. (2008). Membaca
sebagai suatu keterampilan
berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H. G. (2008). Menulis sebagai
keterampilan berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Undang-Undang Dasar 1945. (2005).
Nomor 14, Pasal 10, Ayat 1.
Indonesia .
... Guru dan sekolah sebagai garda terdepan penumbuhan kemampuan literasi, harus secara terus-menerus mendapat kesempatan untuk mengembangkan kapasitas. Guru memiliki potensi yang luar biasa dalam pengembangan literasi sekolah, ia adalah tokoh sentral dalam kegiatan literasi, ia adalah peneliti ideal dalam literasi sekolah, dan ia adalah teladan bagi siswa dalam berliterasi (Amilia 2018). ...
Article
Full-text available
This activity aims to manifest Bengkulu University's participation in accelerating the increase in community literacy, especially in the District Bengkulu Utara, Bengkulu Province. Bearing in mind that the results of various surveys and evaluations of the GLN program in North Bengkulu show that the implementation of movement and literacy skills could have been better. This community service is conducted through counseling and focus group discussions to equalize perceptions and form a District Regional Literacy Assistance Team—North Bengkulu to share their role in making GLN a success. The activity was held on August 30, 2022, inviting the Regional Government/Regional Government, District Education Office, Regional Library and Archives Service, Regional Planning and Development Agency (Bappeda), Professional Organizations (MGMP), Academics, and Regional Policy Stakeholders. However, the only participants present were academics, teachers from MGMP elements, and the sub-district head. The analysis results show that strengthening literacy has not become a shared responsibility. Policymakers and stakeholders still think that strengthening literacy skills is the responsibility of schools (teachers) alone. TPLD has not been successfully formed for this activity because parties in the field of literacy have not fully attended it.
... Berdasarkan aspek permasalahan mitra PkM, guru memiliki kewajiban tak hanya sebagai pengajar, namun juga sebagai motivator dan fasilitator bagi para peserta didik dalam mendukung program literasi, penciptaan program, dan kegiatan literasi di masyarakat dan di sekolah pada khususnya. Sudah selayaknya guru memiliki keunggulan dalam bidang penelitian yang hasilnya dipublikasikan sebagai dasar pengembangan literasi sekolah (Amilia, 2019). Namun permasalahan yang terjadi, menurut Siti Fatimah, M.Pd Kepala Sekolah TK Islam Mangunsejati Desa Bugel Kabupaten Jepara yang sekaligus asesor Guru Penggerak, masih ditemukannya plagiasi dalam tulisan guru di Kabupaten Jepara. ...
Article
Full-text available
Abstrak Menulis kreatif merupakan upaya pengungkapan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam mendukung dan meningkatkan program literasi di dunia pendidikan niscaya harus menghasilkan karya tulis kreatif. Namun, kendala yang dihadapi di lapangan adalah masih banyak plagiarisme dalam tulisan guru-guru di Jepara. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas menulis bagi para guru di Kabupaten Jepara melalui Gerakan Literasi Guru Menulis (GLGM) yang terintegrasi dengan kemampuan membaca dan menyimak sehingga menghasilkan karya tulis kreatif serta orisinil. Metode kegiatan ini yaitu pelatihan dan pendampingan mitra dengan tahapan sosialisasi, pelatihan menulis, dan klinik review hasil penulisan. Melalui metode kerja sama kemitraan bersama Forum Literasi Jepara, solusi dan target kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis kreatif bagi para guru di Kabupaten Jepara dalam buku bunga rampai berISBN. Hasil kegiatan pengabdian ini diperoleh bahwa para guru dilibatkan untuk berkontribusi dalam penulisan kreatif yang akan dikompilasi dalam buku bunga rampai; hasil tulisan kompilasi para guru telah dicek plagiasi turnitin dengan persentase keunikan 74% sehingga layak untuk dipublikasikan; dan setelah diberikan tes evaluasi diperoleh kemampuan menulis guru meningkat dari hasil awal 64.75% menjadi 79% setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan. Kata Kunci: menulis kreatif, Gerakan Literasi Guru Menulis (GLGM), Forum Literasi Jepara. Abstract Creative writing is an effort to express ideas in written form. Teachers as facilitators and motivators in supporting and improving literacy programs in the world of education must necessarily produce creative writings. However, the obstacle faced in the field is that there is still a lot of plagiarism in the writings of teachers in Jepara. This study aims to improve writing creativity for teachers in Jepara Regency through the Writing Teacher Literacy Movement (WTLM) which is integrated with reading and listening skills so as to produce creative and original writings. The method of this activity is training and mentoring partners with the stages of socialization, writing training, and clinical review of writing results. Through the collaborative method of partnership with the Jepara Literacy Forum, the solution and target of this activity is to improve creative writing skills for teachers in Jepara Regency in an ISBN anthology book. The results of this service activity show that teachers are involved in contributing to creative writing which will be compiled in an anthology book; the results of the compilation of teachers' writings have been checked for turnitin plagiarism with a uniqueness percentage of 74% so that they are worthy of publication; and after being given an evaluation test, the teacher's writing ability increased from the initial result of 64.75% to 79% after training and mentoring.
... Beberapa kegiatan yang telah dilakukan forum literasi Jepara hanya sebatas penyuluhan belum sampai pada pelatihan secara intensif dan menyeluruh (Priyanto, 2021;Rosdiana, 2022;RS, 2021 Peran guru selain pengajar juga berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam mendukung dan meningkatkan budaya literasi, penciptaan program dan kegiatan literasi di khususnya di sekolah dalam bidang pendidikan. Maka sudah selayaknya memiliki keunggulan menjadi peneliti melalui hasil tulisan yang dipublikasi sebagai dasar dan pengembangan literasi sekolah (Amilia, 2018). Prestasi inilah yang akan menjadikan guru memiliki keunggulan. ...
Article
Full-text available
Gerakan literasi menulis membutuhkan seorang guru sebagai fasilitator dan motivator dalam meningkatkan program literasi di dunia pendidikan. Terdapat berbagai permasalahan plagiarisme dalam sebuah tulisan pada guru-guru di Jepara. Selain itu, minat guru masih belum optimal dalam menulis dan kurangnya akses media sehingga keterampilan menulis rendah. Tujuan PkM adalah meningkatkan keterampilan berpikir, membaca, dan menulis sehingga menghasilkan karya yang orisinil. Metode Pengabdian ini yaitu kerja sama kemitraan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan dengan tahapan sosialisasi, pelatihan menulis, dan klinik review hasil penulisan. Solusinya dan target pengabdian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis guru-guru se Kabupaten Jepara dan megkompilasinya menjadi buku ber-ISBN dan berbasis digital (QRCode). Hasil pengabdian ini diperoleh bahwa, 1) guru yang terlibat pelatihan telah memberikan kontribusi dalam mengirimkan hasil opini dan cerita inspiratif yang akan dijadikan sebuah buku rampai; 2) Hasil cek plagiasi turnitin buku rampai sejumlah 26%, sehingga sudah layak untuk diterbitkan; 3) Kemampuan menulis guru bertambah dari hasil tes awal rata-rata 64,75% menjadi 79% pada rata-rata tes akhir sesudah pelatihan. Dengan hasil tersebut, disimpulkan bahwa kegiatan PkM GLGM berjalan dengan efektif dan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Kata Kunci: gerakan literasi menulis, pelatihan menulis, buku berbasis digital (QR Code), forum literasi
Article
The purpose of this research is to find out the teacher's perspective on digital literacy in the rural areas of Timor Island. The research approach is qualitative with descriptive method. Research informants are school principals, teachers and students. Data collection techniques using observation, interviews, document studies, questionnaires. Data Analysis Techniques consist of 3 streams of activities that are carried out simultaneously, namely data reduction, data presentation and conclusion/verification. The results of the study are that the diverse perspectives of teachers regarding digital literacy in schools have a low impact on the implementation of digital literacy at SDN Balfai, Kupang Regency. Out of a total of 29 teachers, there were 23 (79%) teachers who had not participated in digital literacy training activities, 6 teachers who had participated in digital literacy training activities (21%) The difference in perspective was the result of various problems in implementing digital literacy in schools, namely: First, the low level of teacher understanding of digital literacy is influenced by the lack of digital literacy training for teachers. Second, apart from that, the weak managerial role of school principals in formulating work programs to implement digital literacy in schools results in the absence of digital literacy programs. Third, the low role of the teacher in implementing school digital literacy. Fourth, online learning activities carried out during the Covid -19 pandemic have not had an impact on digital literacy habits for teachers and students.
Penelitian kualitatif dan desain riset memilih di antara lima pendekatan
  • J W Creswell
Creswell, J. W. (2015). Penelitian kualitatif dan desain riset memilih di antara lima pendekatan. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Upaya guru dalam pengembangan literasi informasi siswa pada pelajaran PAI
  • N Fauziah
Fauziah, N. (2015). Upaya guru dalam pengembangan literasi informasi siswa pada pelajaran PAI. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Peran guru dan pustakawan dalam penerapan literasi informasi di SD Muhammadiyah Congdongcatur Yogyakarta
  • F N Hidayah
Hidayah, F. N. (2016). Peran guru dan pustakawan dalam penerapan literasi informasi di SD Muhammadiyah Congdongcatur Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Klaijaga.
Guru sebagai teladan bagi siswa
  • L Nuraeni
Nuraeni, L. (2013). Guru sebagai teladan bagi siswa. Malang: Universitas Islam Malang.
Karya Tulis Ilmiah Untuk Pengembangan Profesi Guru
  • B Pabitte
Pabitte, B. (2009, Mei 21). Karya Tulis Ilmiah Untuk Pengembangan Profesi Guru. Dipetik September 2018, 8, dari http://metrosis.blogspot.com/: http://metrosis.blogspot.com/200 9/05/karya-tulis-ilmiah-untukpengembangan.html
Peran guru akidah sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa kelas VIII
  • H Rahmayandi
Rahmayandi, H. (2013). Peran guru akidah sebagai model dan teladan dalam pembentukan kepribadian siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3
Menulis ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif
  • S K Santana
Santana, S. K. (2007). Menulis ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yyaasan Obor Indonesia.
Membangun karakter bangsa melalui pembinaan profesionalisme guru berbasis pendidikan nilai
  • S Sauri
Sauri, S. (2010). Membangun karakter bangsa melalui pembinaan profesionalisme guru berbasis pendidikan nilai. Jurnal PendidikanKarakter, 1 -16.
Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa
  • H G Tarigan
Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.