Available via license: CC BY 4.0
Content may be subject to copyright.
Jurnal PeternakanVol 16 No 2 September2019 (49-54) ISSN1829–8729
49
TINGKAH LAKU AYAM KUB PADA PERBIBITAN AYAM KUB
DI KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
WARDI1, M. DEWI 1DANA.B.L. ISHAK1
1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah
Jl. Poros Kulawi – Palu Km 23 No 62 Biromaru Sigi, Palu, Sulawesi Tengah
Email : wardiok1@gmail.com
ABSTRACT
Native chicken is one of the livestock commonly breeding by the villagers because the breeding system does not require large
inputs such as broiler chicken and has good environmental adaptability. Even in some places in the countryside, the breeding
system is zero input. The information about the behavior of KUB chickens that are kept intensively in cages and freely is still very
less. So, the study about the behavior of KUB chickens is needed in order to produce optimal. Behavior can represent the
physiological conditions, feelings, and response of chicken towards changes environmental conditions. This study was conducted
in one of the locations for the dissemination of KUB Chicken development in Sigi Regency, Central Sulawesi Province. The study
used the one zero sampling method, observations were carried out in the morning (07.00-08.00 WITA) and afternoon (16.00-
17.00 WITA) for 7 days. The KUB chicken population that used in this study were 5 males and 25 females that were 18 weeks old.
The result showed that the highest activity in the morning is; eating activity (10%), drinking (9.9%), perch (9.2%), grooming
(9.2%) locomotion (7.8%), agonistic (1.7%), mating (1, 4%), elimination (1.1), and rest (1.1%), while the highest activity in the
afternoon is eating (11.8%), drinking (9.9%), grooming (8.6%), locomotion (7.8%), perch (7.0%), agonistic (1 , 3%), elimination
(0.8%), rest (0.8%), and mating (0.6%). It was concluded that KUB chickens aged 18 weeks as a whole described behavioral
behavior in order to fulfill their level of welfare in preparation for maximum production.
Keywords: Behavior, KUB Chicken, one zero sampling
PENDAHULUAN
Ayam kampung adalah salah satu ternak
yang dipelihara oleh masyarakat desa
secara umum karena sistem pemeliharaan
tidak terlalu memerlukan input yang besar
seperti ayam ras. Bahkan di beberapa
tempat di pedesaan sistem
pemeliharaannya zero input. Ayam
kampung memiliki multifungsi yaitu
sebagai hobi karena suaranya yang merdu,
bahan upacara adat, ternak aduan dan
penghasil daging dan telur (Sartika dan
Iskandar, 2007). Menurut Iskandar et al.,
(1989) ayam kampung memiliki
kemampuan adaptasi lingkungan yang baik
di Indonesia, sehingga ayam ini banyak
dipelihara secara semi intensif dan intensif
di masyarakat.
Badan Litbang Pertanian sebagai
penghasil produk unggulan pertanian
(termasuk ternak), melalui Balitnak telah
melakukan penelitian dan menghasilkan
produk-produk ternak unggul, seperti
ayam Kampung Unggul Balitbangtan
(KUB) dengan keunggulan produksi telur
tinggi yaitu produksi telur hen day 45-50%,
puncak produksi telur mencapai 84% pada
umur ayam 31 minggu, bobot telur pertama
bertelur 30 g/butir, dan akan bertambah
terus sampai 36 g/butir pada akhir bulan
kedua berproduksi (Sartika et al., 2013).
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 95 tahun 2012 tentang
Kesejahteraan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan Pasal 1 menyebutkan
bahwa kesejahteraan hewan adalah segala
urusan yang berhubungan dengan keadaan
fisik dan mental hewan menurut ukuran
perilaku alami hewan yang perlu
diterapkan dan ditegakkan untuk
melindungi hewan dari perlakuan setiap
orang yang tidak layak teradap hewan yang
dimanfaatkan manusia.
Kesejahteraan sangat berhubungan
dengan terpenuhinya kebutuhan dasar
mahluk hidup. Kesejahteraan unggas
Vol 16 No 2 TINGKAH LAKU AYAM KUB
50
mencakup kesehatan fisik dan mental,
karena itu memberi kesejahteraan pada
unggas berarti memenuhi kebutuhan fisik
dan mental unggas tersebut. Kesejahteraan
sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya (produktivitas unggas
merupakan manifestasi dari pertumbuhan,
perkembangan, produksi telur dan
reproduksi) (Prayitno dan Sugiharto, 2015).
Ewing et al. (1995) dalam Suryana dan
Yasin (2013), membagi tingkah laku
berdasarkan kebutuhan pokok yang
bersifat naluri yaitu: makan, bereaksi,
bergerak, mencari tempat hidup,
berkelompok,berintorial,mempertahankan
diri, bertelur, tidur dan istirahat.
Perilaku unggas adalah refleksi dari
status kesejahteraan mereka pada saat
tertentu, dan itu terkait dengan faktor
internal (fisiologis) dan eksternal
(lingkungan). Beberapa perilaku alami yang
mendukung kesejahteraan, serta perilaku
yang tidak diinginkan, dapat dirangsang
oleh pengayaan lingkungan. Interpretasi
yang benar dari perilaku yang
diekspresikan oleh unggas, termasuk
frekuensi, durasi, dan urutannya, dapat
digunakan untuk memperkirakan
kesejahteraannya (Costa et al., 2012).
Informasi tentang tingkah laku ayam
KUB di kandang sangat minim sehingga
diperlukan sebuah kajian tentang prilaku
ayam KUB untuk mengetahui prilaku ayam
agar tingkat kesejateraan terpenuhi
sehingga dapat berproduksi maksimal.
METODE PENELITIAN
Kajian tingkah laku ayam KUB
dilaksanakan di salah satu lokasi
diseminasi pengembangan ayam KUB di
wilayah desa Bulubente, kecamatan Dolo
Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah.
Kajian dilaksanakan dengan
mengunakan metode one zero sampling.
Nilai satu diberikan bila ada aktivitas yang
dilakukan dan nol bila tidak ada aktivitas
(Martin dan Batesson, 1988). Data diperoleh
di analisis secara deskriptif. Peubah yang
diamati meliputi aktivitas makan, minim,
eliminasi (membuang kotoran), bertengger,
lokomosi, agonistik, grooming, kawin dan
istirahat pada setiap individu serta dihitung
menggunakan rumus :
Persentase Aktivitas = A/B X 100 %
Ket :
A = Rata-rata nilai perilaku selama
pengamatan
B = Total rata-rata nilai aktivitas perilaku
selama pengamatan.
Pengamatan dilakukan pagi hari (07.00-
08.00 WITA) dan sore hari (16.00-17.00
WITA) selama 7 hari. Populasi ayam KUB
yang digunakan untuk kajian ini sebanyak
5 ekor Jantan dan 25 ekor betina umur
18 minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Kondisi Kadang Ayam KUB di
Desa Bolubete Kec Dolo Selatan Kab. Sigi
Kondisi Kandang Inti Plasma Ayam
KUB Balitbangtang terletak di Desa
Bolubete, Kecamatan Dolo Selatan,
Kabupaten Sigi. Rataan suhu selama kajian
adalah sebesar 29ºC (pagi), 33ºC (siang) dan
29ºC (sore). Terlihat pada Gambar 1 berikut
ini. Rtaan kelembaban udara yang dicacat
setiap pagi dan sore adalah masing-masing
sebesar 82,15% dan 75,6% . Kondisi suhu
dan kelembaban yang tinggi akan
berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas
Ayam KUB.
Perilaku Ayam KUB di Kandang
Pembimbitan di desa Bulubete
Beberapa aktivitas tingkah laku normal
yang biasa dijumpai pada unggas, antara
lain mandi debu (dust bathing), tingkah laku
WARDI, dkk Jurnal Peternakan
51
membuat sarang (nesting), tingkah laku
bertengger (perching) dan berjalan (walking),
tingkah laku mencoker-coker (scratching)
serta tingkah laku agresif atau agonistik.
Tingkah laku ternak merupakan ekspresi
suatu binatang yang disebabkan oleh
semua faktor yang mempengaruhinya
antara lain faktor ekternal dan internal
yang akan mempengaruhi prilaku asli dan
modifikasi. Aktivitas ayam KUB yang
diamati terdiri dari dua macam, yaitu
aktivitas yang berhubungan langsung
dengan aktivitas makan (makan, minum,
BAB, dan bertenger) dan aktivitas yang
memengaruhi aktivitas makan (lokomosi,
grooming, kawin dan istirahat). Pengamatan
dilakukan selama 7 hari di waktu pagi dan
sore hari. Persentase aktivitas Ayam KUB
selama pengamatan pada pagi hari
ditunjukan pada Gambar 1.
Gambar 1. Persentase aktivitas ayam selama pengamatan.
Makan
Tingkah laku makan dipengaruhi oleh
faktor genetik, suhu lingkungan, jenis
makanan yang tersedia dan habitat
(Warsono, 2002). Merujuk pada Gambar 1
memperlihatkan bahwa aktivitas prilaku
ayam KUB terbesar adalah aktivitas makan
sebesar 10%. Berdasarkan laporan Sturkie
(1986) bahwa ayam akan makan pada
keadaan dingin dan tidak makan selama
keadaan panas, karena kebutuhan energi
yang lebih tinggi. Perilaku aktivitas ayam
KUB di pagi hari didominasi oleh aktivitas
yang berpengaruh langsung terhadap
aktivitas makan yang mendukung tingkat
produktivitas Ayam KUB. Persentase
aktivitas Ayam KUB selama pengamatan
pada sore hari sebesar 11,1% ditunjukkan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase aktivitas ayam selama pengamatan
Vol 16 No 2 TINGKAH LAKU AYAM KUB
52
Begitu dengan aktivitas membuang
kotoran jarang sekali ditemukan
dikarenakan sering dilakukan pada
menjelang pagi hari (dini hari). Jika terlihat
pada siang hari itupun dalam keadaan stres
karena ada gangguan dari luar kandang.
Aktivitas yang mempengaruhi aktivitas
makan Ayam KUB
Minum
Perilaku minum pada ayam biasanya
dilakukan sambil menenggelamkan paruh
kedalam tempat minum, kemudian dalam
selang beberapa detik ketika ayam
meminum air biasanya ayam tersebut
mengangkat kepala sambil membuka
paruhnya (Mishra et al., 2005).
Aktivitas minum pada ayam KUB pada
kandang relatif tinggi. Hal ini terlihat
dalam persentase 9,9% dari total aktivitas
pada pagi hari. Menurut Nuriyasa (2003)
fluktuasi penyinaran matahari juga akan
memengaruhi iklim mikro dalam kandang
ternak. Penyinaran matahari selama
pengamatan dipagi hari dapat
meningkatkan tingkat stres pada ayam
KUB karena suhu udara dapat mencapai
29ºC. Pemeliharaan ayam KUB dengan
suhu udara kandang yang lebih tinggi dari
kebutuhan optimal akan menyebabkan
ternak mengalami stres panas atau
hipetermia. Untuk mengatasi kondisi
tersebut ayam melakukan aktivitas minum
untuk mengurangi stres panas.
Ayam KUB melakukan aktivitas
minum, hal ini diduga kebutuhan air belum
tercukupi dari bahan pakan yang diberikan.
Keadaan seperti ini harus disediakan
tempat minum di kandang dalam
manajemen pemeliharaan Ayam KUB.
Lokomosi
Lokomosi adalah aktivitas pergerakan
yang dilakukan dari suatu titik ke titik
tertentu. Persentase akitivitas ini sebesar
7,8%. Aktivitas ini biasanya dilakukan
ketika ayam sedang melakukan aktivitas
makan. Gambaran ini memperlihatkan
bahwa ternak sangat menyukai wilayah
yang luas, sehingga pada budidayaayam
KUB memerlukan kandang yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Aktivitas lokomosi oleh ayam digunakan
untuk mengeksplor lingkungan sekitarnya
sehingga ayam dapat beradaptasi dengan
lingkungan tersebut. Hal ini sejalan
denganTandiabang (2014) menyatakan
bahwa tingkah laku berjalan sering terlihat
ketika ayam merasa terganggu dengan
adanya keberadaan manusia dan ayam
menjadi waspada.
Grooming
Grooming adalah aktivitas membersihkan
diri atau merawat diri, seperti mematuk
badan, mandi pasir litter alas kandang.
Aktivitas grooming mempunyai nilai
persentase yaitu sebesar 9,2%. Aktivitas ini
biasanya dilakukan ketika Ayam KUB
sedang melakukan setelah makan pada
pagi hari. Aktivitas grooming didominasi
dengan mandi pasir dikandang. Sehingga
dalam managemen pemeliharaan Ayam
KUB sebaiknya dalam kandang disediakan
pasir atau litter dalam kandang.
Aktivitas grooming pada pagi hari sangat
tinggi yaitu sebesar 9,27% dari total
keseluruhan aktivitas. Hal ini dikarenakan
pada pagi hari ayam KUB diberi pakan
sehingga setelah makan biasanya satwa
tersebut melakukan grooming. Aktivitas ini
akan turun pada sore hari menjadi 8,6%,
disebabkan sedang istirahat, dimana jarang
melakukan grooming.
Istirahat
Menurut Mishra et al. (2005) tingkah
laku ini biasa dilakukan ayam ketika dalam
situasi yang sepi dan ayam biasanya
WARDI, dkk Jurnal Peternakan
53
istirahat lebih dari 2 menit. Aktivitas
istirahat memperlihat persentase yang
rendah yaitu sebesar 0,8% dari total
aktivitas sore hari. Rendahnya persentase
aktivitas istirahat bisa diakibatkan oleh
suhu udara lingkungan sekitar. Suhu udara
waktu sore hari sudah menurun (30,8ºC)
akan menyebabkan ayam KUB masih aktif
bergerak. Bozakova et al. (2012)
menyatakan bahwa pengaruh suhu
lingkungan yang tinggi dan peningkatan
konsentrasi amonia menunjukkan semakin
sering tindakan agresif dan jumlah makan,
bertelur, membersihkan bulu, mandi debu
yang rendah.
Aktivitas Agonistik pada Ayam KUB
Aktivitas agonistik adalah aktivitas
dimana Ayam waspada dan siap
menyerang sesama ayam. Aktivitas ini
ditandai dengan ayam saling patuk
mematuk dan kanibal terhadap ternak lain.
Ayam KUB akan mengembangkan bulu
sehingga seluruh tubuh terlihatan penuh
dengan mengepak gepakan sayap. Selain
itu ayam juga bertindak agresif dengan
menyerang, selanjutnya siap menyerang
dengan cara berusaha menancapkan taji
kaki tajam ke dalam ayam yang lain.
Aktivitas agonistik mempunyai
persentase sebesar 1,7% dari aktivitas total
pada pagi hari. Hal ini menujukan bahwa
ayam sedangan kompetisi merebutkan
pakan yang diberikan ke kandang. Selain
aktivitas diatas yang dilakukan ayam
dalam tingkah laku hariannya ternyata
masih ada aktivitas lain yaitu berusaha
bertengger dan berusaha mengali alas
kandang dengan cara mengais litter
kandang. Aktivitas ini merupakan sifat
ayam yang ada di alam liar, sehingga
terkadang masih dilakukan didalam
kadang. Sehingga dalam desain kandang
ayam KUB dibuatkan tempat bertengger.
Tingkah laku agonistik adalah tingkah
laku yang ditunjukkan oleh unggas untuk
mempertahankan diri saat terjadi konflik
sosial antar unggas. Secara umum, agonistic
behaviour pada unggas melibatkan
ancaman, agresi, penaklukan, usaha untuk
menghindar dan kepasifan (sifat apatis).
Dibandingkan dengan unggas betina,
unggas jantan cenderung lebih
memperlihatkan tingkah laku agonistik
terutama terkait dengan usaha
memperebutkan unggas betina untuk
dikawini. Meskipun demikian, unggas
betina juga menunjukkan tingkah laku
agonistik pada kondisi tertentu, misalnya
terkait dengan usaha untuk melindungi
anaknya dan usaha memperebutkan pakan.
Pada unggas yang dipelihara secara
intensif, kanibalisme dapat menjadi
masalah yang serius. Tingkah laku
agonistik sering muncul pada kasus
kanibalisme yang dapat diawali saling
bertengkar dan patuk-mematuk untuk
berebut pakan ataupun karena sifat bawaan
(Prayitno dan Sugiharto, 2015).
Bertengger
Aktifitas bertengger termasuk dalam
salah satu tingkah laku berlindung (shelter
behavior). Pada umumnya ayam akan
mencari perlindungan ketika merasa
datangnya gangguan dari luar
(lingkungan), seperti sinar matahari, angin,
hujan, dan predator seperti serangga. Ayam
akan naik ketempat yang lebih tinggi untuk
bertengger. Umumnya ayam menyukai
duduk dan berdiri di dekat tenggerannya.
Hubungan performa dengan tingkah
laku bertengger biasanya tidak saling
mempengaruhi satu sama lain (Mishra
et al., 2005). Penyediaan tempat bertengger
mengarah pada manfaat kesejahteraan
dalam hal berkurangnya rasa takut dan
agresi serta kondisi tubuh yang lebih baik
(Donaldson dan O’Connell, 2012). Aktivitas
bertengger memperlihat prosentase sebesar
7,0% dari total aktivitas sore hari. Dimana
Vol 16 No 2 TINGKAH LAKU AYAM KUB
54
ayam masih melakukan aktivitas kegiataan
menjelang senja hari.
KESIMPULAN
Aktivitas ayam KUB yang dominan
adalah aktivitas makan dan minum baik
pada pagi hari maupun sore hari sebesar
10% dan 11,8%. Hal ini menunjukkan
gambaran bahwa ayam KUB umur 18
minggu muncul perilaku tingkah laku demi
memenuhi tingkat kesejahterannya untuk
persiapan berproduksi secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bozakova, N., S. Popova-Ralcheva, V.
Sredkova, V.Gerzilov, S. Atanasova, A.
Atanasov, Sotirov and N. Georgieva. 2012.
Mathematical welfare assessment model of
chicken breeder flocks. Bulgarian Journal of
Agricultural Science. 18(2).
Costa, L.S., D.F. Pereira, L.G.F. Bueno and H.
Pandorfi. 2012. Some Aspects of Chicken
Behaviour and Welfare. Brazilian Journal of
Poultry Science. 14(3).
Donaldson, C.J. and N.E. O’Connell. 2012. The
influence of access to aerial perches on
fearfulness, social behaviour and production
parameters in free-range laying hens. Animal
Behaviour Science. 142:1-2.
Iskandar S., B. Wibowo, E. Juarini, A.P. Sinurat
danP. Sitorus. 1989. Budidaya Ayam Buras
di Pedesaan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Bogor.
Martin, P. dan P. Beteson. 1988. Measuring
Behaviour, An Introduction Guide. 2nd Ed.
Cambridge University Press. London.
Mishra, A., P. Kaone, W. Schouten, B. Sprujit, P.
Van Beek, dan J.H.M. Metz, 2005. Temporal
and sequential structure of behaviour and
facility usage of laying Hens In An Enriched
Environment. Poult. Sci. 84:979-991.
Nuriyasa, M. 2003. Pengaruh tingkat kepadatan
ternak dan kecepatan angin dalam kandang
terhadap indeks ketidaknyamanan dan
penampilan ayam pedaging.Majalah Ilmiah
Peternakan. 5(3).
Prayitno, D.S. dan Sugiharto. 2015.
Kesejahteraan dan Metode Penelitian
Tingkah Laku Unggas. Universitas
Diponegoro Press. Semarang.
Sartika, T. dan S. Iskandar. 2007. Mengenal
plasma nutfah ayam Indonesia dan
pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
Sartika, T., S. Iskandar dan H. Zainal. 2013.
Seleksi galur betina ayam KUB calon GP
(Grand Parent).Laporan Penelitian Balai
Penelitian Ternak No. Protokol :
1806.010.003/F-02/APBN-2014.
Sturkie, P.D. 1986. Avian Physiology. 5th Ed.
Editted by G.C. Whittow Academic Press.
New York.
Suryana dan M. Yasin. 2013. Studi Tingkah
Laku pada Itik Alabio (Anas platyrhynchos
borneo) di Kalimantan Selatan. Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian.
Tandiabang, B. 2014. Tingkah Laku Ayam Ras
Petelur Fase Layer yang Dipelihara dengan
Sistem Free-Range pada Musim Kemarau.
Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin.
Warsono, I.U. 2002. Pola tingkah laku makan
dan kawin burung kasuari (Casuarrius Sp.)
dalam penangkaran di Taman Burung dan
Taman AnggrekBiak. Makalah Pengantar
Falsafah Sains.Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.