ArticlePDF Available

PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI DAN PENGETAHUAN PETANI DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DI KELOMPOK TANI SUMBER REZEKI DESA BUALO KABUPATEN BOALEMO

Authors:

Abstract

Peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan melalui kegiatan Inseminasi Buatan (IB) yang diharapkan juga dapat meningkatkan hasil kotoran ternak (feases) sebagai sumber bahan baku pupuk organik. Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan populasi ternak sapi sebagai penghasil bahan baku pupuk organik, dan (2) meningkatkan pengetahuan Kelompok Tani Sumber Rezeki dalam pembuatan pupuk organik. Kegiatan ini dimulai bulan Maret sampai Agustus 2019 di Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Kegiatan ini terdiri dari: (1) Kegiatan IB terhadap sapi induk yang sehat dan siap (masa birahi) oleh inseminator., dan (2) Pembuatan pupuk organik yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan. Sebelum dan sesudah pelatihan, dilakukan tes tingkat pengetahuan tentang pupuk organik kepada 25 orang peserta pelatihan yang dianalisis menggunakan Skala Likert. Bahan pembuatan pupuk organik meliputi: limbah jagung, bungkil kakao, feases, urin, EM4, gula dan air. Semua bahan dicampur merata dalam bak fermentasi, ditutup dengan terpal dan dibiarkan selama 3 minggu. Selama kegiatan berlangsung, antusias peserta dalam mengikuti seluruh kegiatan sangat tinggi dengan capaian 100%. Kegiatan IB telah menghasilkan sebanyak 12 ekor sapi bunting. Kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada petani di Kelompok Tani Sumber Rezeki telah mampu meningkatkan pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik dengan capaian sebesar 88,0% dari total peserta pelatihan.Kata kunci: Populasi, Sapi, Inseminasi Buatan, Pengetahuan, Pupuk Organik. Abstract Increasing cattle population can be done through Artificial Insemination (IB) activities which are also expected to increase livestock manure yields (feases) as a source of raw material for organic fertilizer. This activity aims to: (1) increase the population of cattle as a producer of raw materials for organic fertilizer, and (2) increase the knowledge of Sumber Rezeki Farmer Groups in making organic fertilizer. This activity began in March to August 2019 in Bualo Village, Paguyaman District, Boalemo Regency. This activity consists of: (1) IB activities towards healthy and ready mother cows (incubation period) by inseminators, and (2) Making organic fertilizer carried out through training and mentoring activities. Before and after the training, a knowledge level test about organic fertilizer was conducted on 25 trainees who were analyzed using a Likert Scale. Organic fertilizer manufacturing materials include: corn waste, cocoa meal, feases, urine, EM4, sugar and water. All ingredients are mixed evenly in a fermentation tank, covered with tarpaulin and left for 3 weeks. During the activity, participants' enthusiasm in participating in all activities was very high with 100% achievement. IB activities have produced as many as 12 pregnant cows. Training activities and assistance to farmers in the Sumber Rezeki Farmer Group have been able to increase knowledge about making organic fertilizer with an achievement of 88.0% of the total training participants. Keywords: Population, Cow, Artificial Insemination, Knowledge, Organic Fertilizer.
Volume 25 No. 2, April - Juni 2019
p-ISSN: 0852-2715 | e-ISSN: 2502-7220
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpkm/article/view/14403
Diterima pada: 25 Agustus 2019; Di-review pada: 23 September 2019; Disetujui pada: 7 Oktober 2019
103
PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI DAN PENGETAHUAN
PETANI DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DI KELOMPOK TANI
SUMBER REZEKI DESA BUALO KABUPATEN BOALEMO
Nurdin1*, Fitriah S. Jamin1, Siswatiana R. Taha2, Amelia Murtisai3,
1Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, Indonesia
2Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, Indonesia
3Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, Indonesia
*Penulis Korespodensi: nurdin@ung.ac.id
Abstrak
Peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan melalui kegiatan Inseminasi Buatan (IB) yang
diharapkan juga dapat meningkatkan hasil kotoran ternak (feases) sebagai sumber bahan baku pupuk
organik. Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan populasi ternak sapi sebagai penghasil bahan
baku pupuk organik, dan (2) meningkatkan pengetahuan Kelompok Tani Sumber Rezeki dalam
pembuatan pupuk organik. Kegiatan ini dimulai bulan Maret sampai Agustus 2019 di Desa Bualo
Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Kegiatan ini terdiri dari: (1) Kegiatan IB terhadap sapi
induk yang sehat dan siap (masa birahi) oleh inseminator., dan (2) Pembuatan pupuk organik yang
dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan. Sebelum dan sesudah pelatihan, dilakukan tes
tingkat pengetahuan tentang pupuk organik kepada 25 orang peserta pelatihan yang dianalisis
menggunakan Skala Likert. Bahan pembuatan pupuk organik meliputi: limbah jagung, bungkil kakao,
feases, urin, EM4, gula dan air. Semua bahan dicampur merata dalam bak fermentasi, ditutup dengan
terpal dan dibiarkan selama 3 minggu. Selama kegiatan berlangsung, antusias peserta dalam mengikuti
seluruh kegiatan sangat tinggi dengan capaian 100%. Kegiatan IB telah menghasilkan sebanyak 12 ekor
sapi bunting. Kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada petani di Kelompok Tani Sumber Rezeki
telah mampu meningkatkan pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik dengan capaian sebesar
88,0% dari total peserta pelatihan.
Kata kunci: Populasi, Sapi, Inseminasi Buatan, Pengetahuan, Pupuk Organik.
Abstract
Increasing cattle population can be done through Artificial Insemination (IB) activities which are also
expected to increase livestock manure yields (feases) as a source of raw material for organic fertilizer.
This activity aims to: (1) increase the population of cattle as a producer of raw materials for organic
fertilizer, and (2) increase the knowledge of Sumber Rezeki Farmer Groups in making organic fertilizer.
This activity began in March to August 2019 in Bualo Village, Paguyaman District, Boalemo Regency.
This activity consists of: (1) IB activities towards healthy and ready mother cows (incubation period)
by inseminators, and (2) Making organic fertilizer carried out through training and mentoring
activities. Before and after the training, a knowledge level test about organic fertilizer was conducted
on 25 trainees who were analyzed using a Likert Scale. Organic fertilizer manufacturing materials
include: corn waste, cocoa meal, feases, urine, EM4, sugar and water. All ingredients are mixed evenly
in a fermentation tank, covered with tarpaulin and left for 3 weeks. During the activity, participants'
enthusiasm in participating in all activities was very high with 100% achievement. IB activities have
produced as many as 12 pregnant cows. Training activities and assistance to farmers in the Sumber
Rezeki Farmer Group have been able to increase knowledge about making organic fertilizer with an
achievement of 88.0% of the total training participants.
Keywords: Population, Cow, Artificial Insemination, Knowledge, Organic Fertilizer.
1. PENDAHULUAN
Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten
Boalemo Provinsi Gorontalo menjadi salah satu dari 40
desa pilot dan kawasan Desa Prioritas Nasional/KPPN
di Indonesia yang telah ditetapkan oleh Bappenas dan
Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan RI. Hal ini cukup beralasan karena
berdasar data dalam RPJM Desa Bualo 2017-2022,
masih terdapat kepala keluarga (KK) miskin sebesar
43,30% dan KK pra sejahtera sebesar 42,88% dari total
KK Desa Bualo (Pemerintah Desa Bualo, 2018).
Padahal, potensi sumberdaya alam yang dimiliki desa
ini sangat besar, terutama di sektor pertanian.
104
Potensi sektor pertanian Desa Bualo sangat besar yang
terdiri dari: sub sektor tanaman pangan berupa jagung
dan padi, sub sektor perkebunan berupa kakao, kelapa
dan kelapa sawit, serta sub sektor peternakan berupa
sapi (Pemerintah Desa Bualo, 2018) dengan luas potensi
lahan sebesar 2.560 Ha (100% dari total wilayah). Hal
ini sejalan dengan laporan Nurdin et al. (2009) bahwa
potensi lahan di wilayah Desa Bualo adalah sangat
sesuai (S1) sampai sesuai marginal (S3) untuk tanaman
jagung, kakao, kelapa dan hijauan makanan ternak
dengan faktor pembatas kemiringan lereng,
ketersediaan hara dan bahaya erosi. Seluruh lahan
pertanian di desa ini sudah dimanfaatkan untuk
pertanian tetapi produktifitas hasil pertanian masih
rendah. Laporan BPS Kabupaten Boalemo (2018)
menunjukkan bahwa produktifitas jagung baru
sebanyak 5,2 ton/ha; padi sebanyak 4,5 ton/ha; kakao
sebanyak 0,75 ton/ha dan kelapa baru sebanyak 0,82
ton/ha. Belum ada laporan resmi terkait jumlah ternak,
terutama sapi potong di Desa Bualo walaupun faktanya
di lapangan sudah dijumpai ternak sapi. Namun,
menurut Kepala Desa Bualo bahwa jumlah populasi
ternak sapi di desa ini diperkirakan sebanyak 50 ekor.
Salah satu permasalahan dalam peningkatan produksi
dan produktifitas pertanian adalah minimnya
ketersediaan pupuk anorganik (Urea dan Phonska).
Selama ini petani mendapatkan pupuk berdasarkan
kuota dan alokasi pupuk bersubsidi. Namun, kelangkaan
pupuk tersebut masih terus terjadi dan menjadi faktor
penghambat utama yang belum mendapatkan
penanganan yang memadai, sehingga berkonsekuensi
pada dalam peningkatan produksi dan produktifitas
pertanian. Selain itu, penggunaan pupuk anorganik yang
intensif telah menyebabkan penurunan kualitas tanah
dan degradasi tanah. Hal ini sejalan dengan laporan
Nuro et al. (2016) bahwa penurunan kesuburan tanah
adalah akibat dari penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus yang terjadi karena penurunan sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Hal penting lainnya
menunjukkan bahwa daya beli pupuk oleh petani
setempat juga rendah yang dibuktikan dengan adanya
keluhan dari kios pengecer pupuk tentang lambatnya
pengambilan pupuk oleh petani karena minimnya dana
yang dimiliki petani tersebut.
Potensi produksi pupuk organik sebagai alternatif
subtitusi pupuk anorganik sangat besar berdasarkan
kelimpahan bahan baku pupuk organik di Desa Bualo.
Limbah pertanian sangat banyak dan umumnya
dibiarkan begitu saja atau bahkan hanya dibakar di areal
pertanaman, terutama limbah jagung. Limbah jagung
selain daunnya kurang disukai ternak sapi karena jagung
yang ditanam petani paling adalah varitas hibrida yang
batang dan tongkolnya besar, sehingga sukar dicerna
oleh ternak dan potensial menjadi sumber bahan baku
pupuk organik. Namun demikian, jumlah populasi
ternak penghasil feases dan urin masih sedikit di desa
ini. Oleh karena itu, salah satu solusi untuk
meningkatkan produksi feases dan urin adalah
perbanyakan ternak sapi dan yang paling memungkin
berdasarkan kondisi dan kemampuan masyarakat
setempat melalui kegiatan Inseminasi Buatan (IB).
Inseminasi buatan (IB) adalah penempatan semen pada
saluran reproduksi secara buatan (Inounu, 2014).
Sementara Sabran (2015) menyatakan bahwa
inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik adalah upaya
memasukkan semen/mani ke dalam saluran reproduksi
hewan betina yang sedang birahi dengan bantuan
inseminator agar hewan bunting.
Kelompok Tani Sumber Rezeki merupakan salah satu
kelompok tani di Desa Bualo yang mengembangkan
komoditas jagung, kakao dan ternak sapi. Kelompok
tani ini masih berstatus pemula dengan komoditi jagung
yang mengelola lahan seluas 21,50 ha dan
beranggotakan 14 orang yang diketuai oleh Bapak Edi
Iskandar. Kelompok tani ini tergabung dalam Gapoktan
Dwikarya dengan kode: 75.01.050.033.0022 dengan
tanggal pembentukan: 02/03/2012 (Badan Koordinasi
Penyuluhan Provinsi Gorontalo, 2019). Kelompok tani
ini telah memiliki satu unit pengolahan pupuk organik
(UPPO) bantuan dari Direktorat Pupuk dan Pestisida
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanain Kementrian
Pertanian RI pada tahun 2015.
Sampai tahun 2018, jumlah sapi yang dimiliki
kelompok tani ini baru sebanyak 15 ekor saja. Padahal,
bantuan ternak sapi melalui UPPO pada tahun 2015
tersebut sebanyak 10 ekor yang terdiri dari 9 ekor betina
dan 1 ekor jantan, sehingga penambahan populasi ternak
hanya sebesar 50% saja selama kurang lebih 4 tahun
terakhir. Kondisi ini yang menjadi salah satu penyebab
masih sangat rendahnya produksi pupuk organik.
Padahal, potensi bahan baku untuk pembuatan pupuk
organik sangat melimpah di Desa Bualo. Guna
mengatasi masalah permasalahan tersebut, maka salah
satu solusinya adalah pendampingan dan pemberdayaan
petani melalui kelompok tani melalui peningkatan
populasi ternak sapi melalui Inseminasi Buatan (IB) dan
Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik melalui Program
Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Unit Pengolahan
Pupuk Organik (UPPO) Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupate Boalemo. Tujuan kegiatan ini
adalah (1) meningkatkan populasi ternak sapi sebagai
penghasil bahan baku pupuk organik, dan (2)
meningkatkan pengetahuan Kelompok Tani Sumber
Rezeki dalam pembuatan pupuk organik.
2. BAHAN DAN METODE
Upaya peningkatan populasi ternak sapi dan
pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk organik
dilakukan melalui kegiatan IB dan pelatihan pembuatan
pupuk organik dalam Program Pengembangan Desa
Mitra (PPDM) tahun 2019 (tahun pertama). Kegiatan ini
dilaksanakan di Desa Bualo Kecamatan Paguyaman
Kabupaten Boalemo mulai bulan April sampai Agustus
2019. Peserta atau sasaran kegiatan ini adalah anggota
Kelompok Tani Sumber Rezeki di Desa Bualo
Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari:
a. Inseminasi Buatan (IB)
Kegiatan IB diawali dengan observasi melalui
pengumpulan ternak sapi betina untuk dilakukan
105
pemeriksaan kesehatan reproduksi oleh petugas
inseminator yang dikoordinasikan oleh seorang dokter
hewan setempat (kabupaten). Selanjutnya, hasil
pemeriksaan kesehatan reproduksi tersebut terhadap
induk betina sapi yang sudah siap bunting dan sehat
langsung dilakukan proses IB, sementara terhadap
induk betina sapi yang belum siap tapi sehat maka
dilakukan sinkronisasi birahi sampai waktunya siap
proses IB. Sapi induk yang sudah bunting selanjutnya
diberi vitamin dan vaksinasi untuk menjamin kesehatan
ternak tersebut selama proses kebuntingannya. Semua
sapi induk yang melalui proses pemeriksaan kesehatan
reproduksi dicatat dan direkam (recording) dalam kartu
ternak sapi IB. Kegiatan IB dilakukan oleh seorang
Inseminator setempat, Bapak I Made Aryana, SPt yang
sudah bersertifikasi sebagai petugas Inseminator dan
dibantu 5 orang mahasiswa bersama Tim PPDM.
Selama proses tersebut ternak dan pemilik ternak
mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari tim
PPDM.
b. Pembuatan Pupuk Organik
Pembuatan pupuk organik dilakukan melalui kegiatan
pelatihan dan pemberdayaan anggota kelompok yang
didahului dengan pemberian materi pelatihan kepada
peserta yang menjadi sasaran dan dilanjutkan dengan
praktek pembuatan pupuk organik. Sebelum dimulai
pelatihan, terlebih dahulu dilakukan tes awal tingkat
pengetahuan peserta tentang pupuk organik dengan
metode survei menggunakan instrumen kuisioner
kepada peserta pelatihan. Penilaian pengetahuan petani
didasarkan pada lima item pertanyaan yang pernah
dilakukan oleh Hadipurwanta dan Kuswanto (2017)
dimodifikasi, yaitu: 1). Pengetahuan tentang pupuk
organik; 2). Penggunaan pupuk organik; 3). Sumber
bahan pupuk organik; 4). Kandungan hara dalam pupuk
organik; dan 5). Jenis-jenis pupuk organik. Petani
responden diminta memilih satu jawaban dengan cara
mencentang atau melingkari pilihan jawaban huruf a, b,
c, dan d pada instrumen. Pilihan jawaban peserta
menunjukkan skor terendah sampai tertinggi. Jumlah
peserta pelatihan adalah 25 orang (populasi), maka
semua populasi karena <100 diambil sebagai sampel
atau sampel jenuh (teknik non probability). Menurut
Sugiyono (2013) sampel jenuh yaitu teknik penentuan
sampel dengan cara mengambil seluruh anggota
populasi sebagai responden atau sampel. Setelah itu
pemberian materi dengan metode ceramah dan tanya
jawab.
Praktek pembuatan pupuk organik dilakukan dengan
pendekatan belajar sambil melakukan (learning by
doing). Sebelum praktek dilakukan, terlebih dahulu
dikumpulkan bahan-bahan dan peralatan yang akan
digunakn dalam pembuatan pupuk organik. Bahan-
bahan yang digunakan meliputi: limbah pertanian
(limbah jagung, bungkil kakao, feases, urin, EM4, gula
(molase) dan air. Sementara itu, peralatan yang
digunakan terdiri dari: mensin pencacah (copper), bak
fermentasi, ember, terpal, dan sekop. Limbah pertanian
terlebih dahulu dicacah dan dihaluskan dalam mesin
pencacah dan dituangkan dalam bak fermentasi.
Selanjutnya dicampur EM4 dengan gula dalam ember,
kemudian semua bahan baku dicampur dan diaduk
dalam bak fermentasi sampai merata dan percikkan
dengan air sampai lembab merata. Setelah dipadatkan,
tumpukan bahan pupuk organik ini ditutup dengan
terpal dan dibiarkan selama 3 minggu untuk proses
fermentasi dan pengomposan.
Setelah pelatihan dan praktek pembuatan pupuk organik
dilaksanakan, maka dilakukan tes akhir tingkat
pengetahuan peserta tentang pupuk organik. Metode
yang digunakan sama seperti tes awal, yaitu metode
survei dengan menggunakan instrumen kuisioner
kepada peserta pelatihan. Sampai akhir sesi praktek
pembuatan pupuk organik, jumlah peserta masih sama
sebanyak 25 orang (populasi), maka semua populasi
diambil sebagai responden (sampel jenuh). Analisis data
meliputi: (1) Analisis validitas dengan mengkorelasikan
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir., (2) Analisis reliabilitas secara internal
consistency dengan menganalisis konsistensi butir-butir
pertanyaan yang ada., (3) Analisis tabel untuk
mengetahui hubungan antar beberapa variabel. Data
yang dikumpulkan disusun dalam bentuk tabel
kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
persentase responden terhadap pengetahuan tentang
pupuk organik. Analisis dilakukan menggunakan
bantuan software SPSS 23.
Tingkat pengetahuan petani tentang pupuk organik
dilakukan dengan analisis skor terhadap jawaban
pertanyaan menggunakan alat ukur Skala Likert dan
digambarkan dalam garis continuum. Jawaban petani
responden pada kuesioner diberi skor seperti berikut:
jawaban a (sangat tahu) nilai 4, jawaban b (tahu) nilai 3,
jawaban c (tidak tahu) nilai 2, dan jawaban d (sangat
tidak tahu) nilai 1. Interpretasi nilai skor dilakukan
dengan menggunakan formulasi sebagai:
a) Nilai maksimal = jumlah responden x jumlah
pertanyaan x skor tertinggi.
b) Nilai minimal = jumlah responden x jumlah
pertanyaan x skor terendah.
c) Tingkat pengetahuan dan sikap adalah:
Total Nilai = (Jumlah skor yang diperoleh/Skor
tertinggi) x 100%.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN:
a. Peningkatan Populasi Ternak Sapi sebagai
Penghasil Bahan Baku Pupuk Organik
Peningkatan populasi ternak sapi dilakukan dengan cara
melaksanakan IB pada induk sapi yang sehat dan siap
(masa birahi). Kegiatan IB tersebut diawali dengan
sosialisasi bersama dengan kegiatan lainnya dalam
PPDM Pengelola Unit Pengolahan Pupuk Organik
(UPPO) Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten
Boalemo. Kegiatan IB secara spesifik dimulai pada
bulan Maret 2019 dan sebanyak 41 ekor sapi induk telah
diperiksa kesehatan reproduksinya oleh Petugas
Inseminator setempat (Tabel 1).
106
Selama kegiatan IB berlangsung, animo dan respon
pemilik ternak sapi sangat tinggi yang ditunjukkan oleh
banyaknya ternak sapi yang dibawa ke tempat
pelaksanaan IB (Gambar 1 dan 2). Bahkan, pemilik
ternak lain meminta kepada Tim PPDM dan petugas
Inseminator agar kegiatan IB ini juga dilaksanakan di
wilayahnya (dusun lain), mengingat jauhnya jarak dari
tempat kegiatan IB dengan lokasi ternak sapi mereka
berada. Berdasarkan alasan tersebut, maka tim PPDM
dan Petugas Inseminator bersama Pemerintah Desa
Bualo menyepakati untuk melaksanakan kegiatan IB
dalam 3 (tiga) tahap, yaitu: tahap ke-1 pada tanggal 30
Maret 2019 berlokasi di Dusun Musayawarah, tahap ke-
2 pada tanggal 6 April 2019 berlokasi di Dusun
Ilomonu, dan tahap ke-3 pada tanggal 13 April 2019
berlokasi di Dusun Beringin Jaya.
Hasil pemeriksaan terhadap sapi induk yang di IB pada
bulan Mei 2019 sudah menunjukkan tanda-tanda positif
bunting dan sampai bulan Juli 2019, sudah positif
bunting (hamil) sebanyak 12 ekor sapi induk. Berapa
keragaan (performance) sapi induk yang telah bunting
disajikan pada Gambar 3. Hasil IB yang berhasil bunting
sebanyak 12 ekor sapi induk atau baru sebesar 29,26%
dari total sapi induk (41 ekor) yang dilakukan
pemeriksaan kesehatan reproduksi dan diinseminasi.
Gambar 1. Animo Pemilik Ternak Sapi Induk dalam
Mengikuti Kegiatan IB Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Gambar 2. Kegiatan IB oleh Petugas Inseminator
bersama Tim PPDM dan Pemerintah Desa Bualo
Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Gambar 3. Beberapa Hasil Kegiatan IB Sapi Induk
yang Telah Bunting di Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi, Kebuntingan dan Hasil Inseminasi Buatan Ternak Sapi dalam PPDM
di Desa Bualo, Tahun 2019.
N
o
Nama
Pemilik
Ternak
Pemeriksaan Kesehatan
Reproduksi
Inseminasi Buatan
(IB)
Pemeriksaan Kebuntingan
Prediksi
Waktu
Kelahiran
Tanggal
Diagnosa
Tanggal
Petugas
Tanggal
Diagnosa
Vaksinasi
Status*
Sinkron
1
Iriyanto
Podu
30-3-019
SBSB
01-04-019
I Made
Aryana
01-05-019
+
01-12-019
2
Yusuf
Dede
30-3-019
SBSB
01-04-019
I Made
Aryana
01-05-019
+
01-12-019
3
Edi
Iskandar
30-3-019
SBSB
01-04-019
I Made
Aryana
01-05-019
+
01-12-019
4
Karim
Rajak
30-3-019
SB
-
-
I Made
Aryana
30-03-019
+
30-10-019
5
Yusuf
Dede
30-3-019
SB
-
-
I Made
Aryana
30-03-019
+
30-10-019
6
Wani
Jalise
30-3-019
SBSB
04-04-019
I Made
Aryana
04-05-019
+
04-12-019
7
Rustam
Hasan
30-3-019
SBSB
04-04-019
I Made
Aryana
04-05-019
+
04-12-019
8
Ramin K.
Musa
30-3-019
SBSB
04-04-019
I Made
Aryana
04-05-019
+
04-12-019
9
Wardi
06-04-
019
SBSB
09-04-019
I Made
Aryana
09-05-019
+
09-12-019
10
Adam
Tahir
06-04-
019
SBSB
09-04-019
I Made
Aryana
09-05-019
+
09-12-019
11
Mas Didi
13-04-
019
SBSB
16-04-019
I Made
Aryana
16-05-019
+
16-12-019
12
Osmar
Rasyid
13-04-
019
SBSB
16-04-019
I Made
Aryana
16-05-019
+
16-12-019
*SB = sudah bunting, SSB = Sehat Siap IB, SBSB = Sehat Belum Siap IB, TS = Tidak Sehat/Mandul/Pulia; + = Positif Bunting, - = Negatif Bunting
107
Banyak hambatan dan kendala yang ditemui di lapangan
terkait pelaksanaan IB terhadap sapi induk yang akan
diinseminasi antara lain: (1) Ketidak tahuan pemilik
sapi bahwa setelah proses sinkronisasi sapi induk dan
ditentukan waktu untuk proses IB, (2) Berhubung saat
ini musim kemarau, maka banyak sapi yang tidak
dikandangkan dan dicarikan tempat makan di lahan
terbuka yang jaraknya cukup jauh dari tempat
pelaksanaan IB., (3) Sulitnya proses komunikasi antara
pemilik ternak dan Tim PPDM karena wilayah Desa
Bualo belum terlayani jaringan telekomunikasi dan
internet., dan (4) Banyak peternak yang bukan pemilik
sapi dan hanya sebagai pemelihara dengan sistem bagi
hasil anak ternak, sehingga harus mendapat persetujuan
dari pemilik yang banyak tidak bermukim di desa ini.
Namun demikian, dari semua hambatan dan kendala
yang paling meninjol adalah ketidak tahuan pemilik sapi
bahwa setelah proses sinkronisasi sapi induk dan
ditentukan waktu untuk proses IB, tetapi pemilik tidak
segera menghubungi petugas inseminator atau Tim
PPDM, sehingga beberapa sapi induk sudah memasuki
masa birahi justru kawin alami atau bahkan terlewatkan
dan berakibat pada pengulangan kembali proses
sinkronisasi. Menurut Hastuti (2008), tingkat
keberhasilan IB salah satunya sangat dipengaruhi faktor
akurasi deteksi birahi oleh para peternak dan
ketrampilan inseminator. Sementara itu, Baba et al.
(2015) melaporkan bahwa hambatan pelaksanaan IB
menurut peternak terdiri dari sulitnya menghubungi
insemantor, anak hasil IB sulit dibedakan dengan hasil
kawin alam, belum diketahuinya waktu IB yang tepat
serta trauma akibat kegagalan IB, sedangkan dari
perspektif inseminator, faktor penghambat pelaksanaan
IB adalah lokasi peternak yang jauh dan terpencar,
rendahnya biaya operasional, sistem pemeliharaan semi
intensif dan tidak ada kandang jepit.
b. Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Pupuk
Organik
Peningkatan pengetahuan petani tentang pupuk organik
dilakukan dengan cara memberikan pelatihan dan
pendampingan (praktek) pembuatan pupuk organik.
Pelatihan tentang pupuk organik dan cara
pembuatannya dilakukan dengan ceramah dan tanya
jawab (Gambar 4). Kegiatan ini dilaksanakan di Aula
Kantor Desa Bualo dengan peserta utama adalah
anggota kelompok tani yang menjadi mitra PPDM, dan
peserta tambahan dari warga Desa Bualo lainnya,
terutama perangkat desa yang juga berprofesi sebagai
petani setempat.
Sebelum dilakukan pemberian materi, maka
dilaksanakan test awal pengetahuan peserta tentang
pupuk organik dan hasilnya disajikan pada Tabel 2, 3
dan Tabel 4. Hasil pengujian validitas instrumen
pengetahuan awal peserta terhadap pupuk organik
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan awal peserta tentang
pupuk organik di Desa Bualo Valid. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai korelasi mendekati 1 pada semua item yang
diuji, yaitu antara 0,820 0,962 dengan probabilitas
korelasi rata-rata 0,000 (signifikan).
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Instrumen Tingkat
Pengetahuan Awal Peserta Sebelum
Pelatihan.
N
o
Korela
si
Antara
Nilai
Korelasi
(Pearsons
Correlatio
ns)
Probabilit
as
Korelasi
[sig.(2-
tailed)]
Kesimpul
an
1
Item
No. 1
dengan
Total
0,820
0,000
Valid
2
Item
No. 2
dengan
Total
0,876
0,000
Valid
3
Item
No. 3
dengan
Total
0,882
0,000
Valid
4
Item
No. 4
dengan
Total
0,882
0,000
Valid
5
Item
No. 5
dengan
Total
0,962
0,000
Valid
Hasil pengujian reliabilitas instrumen pengetahuan awal
peserta tentang pupuk organik menunjukkan bahwa
nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,823. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan untuk
mengetahui pengetahuan awal peserta tentang pupuk
organik di Desa Bualo Reliabel (Tabel 3).
Tabel 3. Nilai Cronbach's Alpha Instrumen Tingkat
Pengetahuan Awal Peserta Sebelum
Pelatihan.
Tingkat Pengetahuan Awal Peserta
Cronbach's Alpha
N of Items
.823
6
Berdasarkan Tabel 4, rata-rata mayoritas peserta
pelatihan tidak tahu terkait pengetahuannya tentang
pupuk organik. Pesentase peserta yang tidak tahu dan
bahkan sangat tidak tahu terkait pupuk organik sebesar
74.4%. Sementara itu, peserta yang sudah tahu dan
sangat tahu persentasenya hanya sebesar 25,6% saja.
Tabel 4. Persentase Jawaban Peserta tentang Pupuk
Organik Sebelum Pelatihan.
N
o
Item
Pertanyaan
Persentase jawaban
pengetahuan peserta
Jumla
h
STT
TH
T
ST
1
Pengertian
pupuk
organik
20
52
24
4
100
2
Penggunaan
pupuk
organik
12
60
24
4
100
3
Sumber
bahan
16
60
20
4
100
108
pupuk dari
limbah
4
Kandungan
hara pupuk
organik
12
60
20
8
100
5
Jenis-jenis
pupuk
organik
12
68
16
4
100
Rata-rata
14,4
60,0
20,8
4,8
100
Keterangan: STT = sangat tidak tahu; TH = tidak tahu; T =
tahu; ST = sangat tahu.
Hasil evaluasi awal tingkat pengetahuan terhadap 25
peserta pelatihan tentang pupuk organik diperoleh skor
pengetahuan awal peserta (Gambar 5), seperti berikut:
Skor total = 270
Skor tertinggi = 500
Skor terendah = 125
Dengan demikian, maka rata-rata tingkat pengetahuan
awal peserta tentang pupuk organik di Desa Bualo
Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo adalah:
270 / 500 x 100% = 54,0%. Berdasarkan Garis
Continuum (Gambar 5) dapat diketahui bahwa
pengetahuan awal peserta pelatihan termasuk dalam
kategori tahu tentang pupuk organik. Secara ilmiah dan
fakta tersebut, maka Tim PPDM dan pemateri pelatihan
pembuatan pupuk organik melakukan penajaman dan
fokus terhadap peningkatan pengetahuan dan secara
bertahap diikuti dengan peningkatan ketrampilan
pembuatan pupuk organik.
Gambar 5. Garis Continuum Pengetahuan Awal
Peserta tentang Pupuk Organik.
Selama kegiatan pelatihan, animo dan respon peserta
pelatihan cukup tinggi yang ditunjukkan oleh
banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta
kepada pemateri. Pertanyaan yang paling menonjol
adalah terkait tata cara pembuatan pupuk organik dan
kesetaraan pupuk organik dengan pupuk anorganik
(Urea dan Phonska) jika nanti diterapkan di lahan
pertanian. Setelah mendapat jawaban dari pemateri,
maka optimisme peserta terhadap keberlanjutan
kegiatan ini semakin nampak karena selain mudah
membuatnya juga ketersediaan bahan baku pupuk
organik yang melimpah di Desa Bualo saat ini.
Gambar 6. Kegiatan Pelatihan Pembuatan Pupuk
Organik di Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Kegiatan pendampingan pembuatan pupuk organik dan
penggunaan sarana dan prasarana pembuatan pupuk
organik telah dilakukan (Gambar 6) di Rumah Kompos
UPPO Milik Kelompok Tani Sumber Rezeki dengan
peserta utama adalah anggota kelompok tani yang
menjadi mitra PPDM, dan peserta tambahan dari warga
Desa Bualo lainnya, terutama perangkat desa yang juga
berprofesi sebagai petani setempat. Pembuatan pupuk
organik dengan memanfaatkan bahan baku lokal
setempat yaitu: limbah jagung, kotoran ternak (feases),
urin, bungkil kakao, EM4, starter gula dan air.
Pembuatan pupuk organik dengan melakukan proses
fermentasi dan pengomposan yang diikuti oleh peserta
dipandu oleh Tim PPDM dan Penyuluh Pertanian
Setempat. Hasil yang diperoleh cukup memuaskan
dengan proses pengomposan yang berjalan dengan baik
(Gambar 7). Selama proses fermentasi dan
pengomposan, dilakukan monitoring secara berkala
untuk memperoleh hasil pupuk organik yang ditetapkan.
Gambar 6. Kegiatan Pendampingan Pembuatan Pupuk
Organik di Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo.
109
Gambar 7. Kegiatan Fermentasi dan Pengomposan
Pupuk Organik di Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Setelah dilakukan pemberian materi dan pendampingan
pembuatan pupuk organik, maka dilaksanakan test akhir
tingkat pengetahuan peserta tentang pupuk organik dan
hasilnya disajikan pada Tabel 5, 6, 7 dan Tabel 8. Hasil
pengujian validitas instrumen pengetahuan awal peserta
terhadap pupuk organik menunjukkan bahwa instrumen
yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
awal peserta tentang pupuk organik di Desa Bualo
Valid. Hal ini ditunjukkan oleh nilai korelasi mendekati
1 pada semua item yang diuji, yaitu antara 0,760 0,924
dengan probabilitas korelasi rata-rata 0,000 (signifikan).
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Tingkat
Pengetahuan Akhir Peserta Setelah
Pelatihan.
N
o
Korela
si
Antara
Nilai
Korelasi
(Pearsons
Correlation
s)
Probabilit
as
Korelasi
[sig.(2-
tailed)]
Kesimpula
n
1
Item
No. 1
dengan
Total
0,760
0,000
Valid
2
Item
No. 2
dengan
Total
0,796
0,000
Valid
3
Item
No. 3
dengan
Total
0,918
0,000
Valid
4
Item
No. 4
dengan
Total
0,909
0,000
Valid
5
Item
No. 5
dengan
Total
0,924
0,000
Valid
Hasil pengujian reliabilitas instrumen pengetahuan
akhir peserta tentang pupuk organik menunjukkan
bahwa nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,819. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan untuk
mengetahui pengetahuan awal peserta tentang pupuk
organik di Desa Bualo Reliabel (Tabel 6).
Tabel 6. Nilai Cronbach's Alpha Instrumen Tingkat
Pengetahuan Awal Peserta Sebelum
Pelatihan.
Tingkat Pengetahuan Awal Peserta
Cronbach's Alpha
N of Items
.819
6
Berdasarkan Tabel 7, rata-rata mayoritas peserta
pelatihan sudah tahu terkait pengetahuannya tentang
pupuk organik. Pesentase peserta yang tahu dan bahkan
sangat tahu terkait pupuk organik sebesar 88.0%.
Sementara itu, peserta yang tidak tahu persentasenya
tinggal sebesar 12,0% saja.
Tabel 7. Persentase Jawaban Peserta tentang Pupuk
Organik Setelah Pelatihan.
N
o
Item
Pertanyaan
Persentase jawaban
pengetahuan peserta
Jumlah
STT
TH
T
ST
1
Pengertian
pupuk
organik
-
8
88
4
100
2
Penggunaan
pupuk
organik
-
12
80
8
100
3
Sumber
bahan pupuk
dari limbah
-
16
72
12
100
4
Kandungan
hara pupuk
organik
-
12
64
24
100
5
Jenis-jenis
pupuk
organik
-
12
68
20
100
Rata-rata
-
12,0
74,4
13,6
100
Keterangan: STT = sangat tidak tahu; TH = tidak tahu; T =
tahu; ST = sangat tahu.
Apabila dibandingkan dengan sebelum pelatihan (Tabel
8), maka jumlah peserta yang mengetahui tentang pupuk
organik sebelum pelatihan berlangsung hanya sebesar
25,6% dan setelah selesai mengikuti pelatihan dan
pendampingan pembuatan pupuk organik, maka jumlah
peserta yang tahu tentang pupuk organik tersebut
mengalami peningkatan dari hanya sebesar 25,6%
menjadi 88.0%.
Tabel 8. Persentase Tingkat Pengetahuan Peserta
tentang Pupuk Organik Sebelum dan
Setelah Pelatihan.
N
o
Item Pertanyaan
Sebelum
Materi
Setelah Materi
Tahu dan
sangat
tahu (%)
Tahu dan
sangat tahu
(%)
1
Pengertian pupuk
organik
28
92
2
Penggunaan
pupuk organik
28
88
3
Sumber bahan
pupuk dari limbah
24
84
4
Kandungan hara
pupuk organik
28
88
110
5
Jenis-jenis pupuk
organik
20
88
Rata-tata
25,6
88,0
Hasil evaluasi akhir tingkat pengetahuan peserta
pelatihan tentang pupuk organik diperoleh skor
pengetahuan akhir (Gambar 8), seperti berikut:
Skor total = 377
Skor tertinggi = 500
Skor terendah = 125
Dengan demikian, maka rata-rata tingkat pengetahuan
awal peserta tentang pupuk organik di Desa Bualo
Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo adalah:
377 / 500 x 100% = 75,4%. Berdasarkan Garis
Continuum (Gambar 8) dapat diketahui bahwa
pengetahuan awal peserta pelatihan termasuk dalam
kategori sangat tahu tentang pupuk organik.
Gambar 8. Garis Continuum Pengetahuan Awal
Peserta tentang Pupuk Organik.
4. KESIMPULAN
Kegiatan IB terhadap sapi induk dapat menjadi salah
satu solusi untuk meningkatkan populasi sapi di Desa
Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Jumlah sapi induk yang berhasil bunting sudah
sebanyak 12 ekor dan kegiatan IB sangat potensial
dilanjutkan ke depan guna peningkatan populasi ternak
sapi berdasarkan animo petani/peternak, ketersediaan
pakan dan luas lahan pertanian sebagai sumber pakan
yang memadai. Kegiatan pelatihan dan pendampingan
kepada petani di Kelompok Tani Sumber Rezeki telah
mampu meningkatkan tingkat pengetahuan tentang
pupuk organik. Pada awalnya, masih sebanyak 74,4%
peserta pelatihan tidak tahu tentang pupuk organik
sementara setelah meningkuti pelatihan dan
pendampingan menjadi sebesar 88,0% peserta pelatihan
yang sudah tahu tentang pupuk organik, sisanya hanya
tinggal sebesar 12,0% saja yang belum tahu tentang
pupuk organik. Guna menjamin keberlanjutan
pengolahan pupuk organik ke depan, maka perlu
diintensifkan pendampingan kepada petani, baik oleh
penyuluh pertanian setempat maupun dari perguruan
tinggi, terutama Fakultas Pertanian. Harapan ke depan,
Desa Bualo bisa menjadi desa mandiri berbasis
pertanian organik dan setra peternakan sapi potong,
sehingga dapat keluar dari 40 desa prioritas nasional dan
status desa tertinggal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Kementrian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai
kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui
Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) tahun
anggaran 2019 yang salah satu luarannya adalah artikel
jurnal ini. Kepada Bapak Agustinus Mointi, SE, MM
terima kasih atas asistensi analisis data dalam software
SPSS.
DAFTAR PUSTAKA
Baba, H., Hastang., & M. Risal. (2015). Hambatan
Pelaksanaan Teknologi Ib Sapi Bali di
Kabupaten Barru. Dalam Seminar Nasional
Agribisnis III “Inovasi Agribisnis untuk
Peningkatan Pertanian Berkerlanjutan (160-
164), Semarang, Indonesia: Program Studi
Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro dan Perhimpunan
Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi).
BPS Kabupaten Boalemo. (2018). Kabupaten Boalemo
dalam Angka Tahun 2018. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Boalemo, Tilamuta.
Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian. (2019).
Gabungan Kelompok Tani Dwikarya.
https://bakorluh.gorontaloprov.go.id/simbanglu
h/gapoktandetail/542/?gapoktan=DwiKarya
Hastuti, D. (2008). Tingkat Keberhasilan Inseminasi
Buatan Sapi Potong di Tinjau dari Angka
Konsepsi dan Service Per Conception.
Mediagro, 4(1), 12- 20.
Hadipurwanta & Kuswanto. (2017). Kajian
Pengetahuan dan Sikap Petani terhadap
Penggunaan Bahan Organik Pada Usahatani Padi
Sawah di Desa Negararatu, Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan. Prosiding Seminar
Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk
Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
http://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/
images/stories/publikasi/prosiding_1_2017/67.k
ajianpengetahuantrikusnanto.pdf
Inounu, I. (2014). Upaya Meningkatkan Keberhasilan
Inseminasi Buatan pada Ternak Ruminansia
Kecil. Wartazoa, 24(4), 201-209.
Nurdin, M. Baruwadi, F. Zakaria, R. Yusuf, D. A
Rachim, Suwarno dan Darmawan. (2009).
Penelitian dan Pengembangan Komoditas
Unggulan Berdasarkan Potensi Sumberdaya
Lahan melalui Analisis Kesesuaian Lahan dan
Pewilayahan Komoditas Unggulan di Kabupaten
Boalemo. Laporan Penelitian. Kerjasama
Bappeda Kabupaten Boalemo dengan Pusat
Kajian Pertanian Tropis (PKPT) Universitas
Negeri Gorontalo, Tilamuta.
Nuro F, D. Priadi, dan E. S. Mulyaningsih. (2016). Efek
Pupuk Organik terhadap Sifat Kimia Tanah dan
Produksi Kangkung Darat (Ipomoea reptans
Poir.). Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil
PPM IPB 2016. Hal: 29-39.
Pemerintah Desa Bualo. (2018). Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Desa Bualo Tahun
2017-2022. Pemerintah Desa Bualo Kecamatan
Paguyaman Kabupaten Boalemo, Bualo.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif & R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sabran. (2015). Pengaruh Tingkat Keberhasilan
Inseminasi Buatan (IB) terhadap Peningkatan
Populasi Sapi Potong di Kabupaten Bantaeng
(Studi Kasus di Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng). Skripsi Jurusan Ilmu
111
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.
... Pupuk merupakan suatu bahan, baik organik maupun anorganik yang mengandung hara penting bagi tanaman. Intensitas pengelolaan tanah untuk budidaya tanaman yang tinggi telah mengakibatkan penurunan kadar hara dan status kesuburan tanah pada areal pertanaman (Nuro et al., 2016;Nurdin et al., 2019), sehingga pemupukan menjadi salah satu cara mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah setempat. Namun demikian, penggunaan lahan seca' ra inten' sif den' gan inpu' t agrok' imia ting' gi tel' ah men' yebabkan gej' ala ta' nah sa' kit at' au "soil sickness" (Pramono, 2004). ...
... Namun demikian, penggunaan lahan seca' ra inten' sif den' gan inpu' t agrok' imia ting' gi tel' ah men' yebabkan gej' ala ta' nah sa' kit at' au "soil sickness" (Pramono, 2004). Selain itu, ketersediaan pupuk terutama pupuk anorganik (Urea, Phonska dan lainnya) di tingkat petani sering tidak mengikuti waktu dan jumlah yang dibutuhkan petani karena sering langka di pasaran atau tingkat kios pengecer (Nurdin et al., 2019). Akibatnya, tindakan pemupukan sering terlambat dan mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman. ...
... Melalui progr' am pengemba' ngan de' sa mit' ra (PP' DM) d' ari Kem' entrian R' iset, Tekno' logi d' an Pendid' ikan Ting' gi bersa' ma den' gan Le' mbaga Pene' litian da' n Pen' gabdian Ma' syarakat Univ' ersitas Ne' geri Goront' alo pa' da tahu' n 201' 9, telah melaksanakan pelat' ihan pembuatan pupuk organik kepa' da kelompok ini. Nurdin et al. (2019) melaporkan bahwa pelat' ihan d' an pendampi' ngan kep' ada petani di kelompok tani ini tel' ah 'meningkatk 'an penget' ahuan ten' tang pembu' atan pup' uk org' anik de' ngan cap' aian seb' esar 8' 8,6% da' ri tot' al peser' ta. Namun, pada tahun 2019 tersebut belum sampai pada pengujian kandungan hara pupuk organik karena proses pematangan pupuk organik belum sempurna. ...
Article
Full-text available
Abtract: Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
... Pada saat kegiatan pengabdian, masyarakat kelompok tani memiliki antusias yang tinggi karena materi dan pelatihan mengenai pembuatan pupuk organik dan sekam padi merupakan hal baru bagi kelompok tani. Hal tersebut sesuai dengan laporan (Nurdin et al., 2019) menyatakan kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk organik meningkatkan pengetahuan sebesar 88% dari keseluruhan peserta pelatihan yang dilaksanakan pada petani di Kelompok Tani Sumber Rezeki di Desa Bualo Kabupaten Boalemo. Proses penerapan pupuk organik padat memiliki kelebihan dan kekurangan. ...
Article
Full-text available
Saat ini masyarakat sudah banyak mengetahui bahwa menggunakan bahan anorganik dalam budidaya tanaman dapat memberikan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Sehingga sangat diperlukan peningkatan produktivitas tanaman dengan melakukan teknologi budidaya tanaman secara organik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Desa Bongohulawa Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango merupakan desa yang sebagian penduduknya bertani dan beternak tetapi masyarakat kelompok tani tidak memanfaatkan limbah-limbah kotoran ternak dan limbah serasah tanaman yang dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk organik padat. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat adalah untuk memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik padat dari kotoran ternak sapi dan serasah jerami padi di desa bongohulawa kecamatan Bone Bolango. Metode yang digunakan pada kegiatan ini yaitu tahap pemberian materi dan tahap pelatihan. Tahap pelatihan dengan melakukan demontrasi dalam membuat pupuk organik padat pada kelompok tani dengan bahan dasar kotoran ternak sapi, serasah jerami padi, bioaktivator EM4. Pada saat kegiatan pengabdian, sebagian besar kelompok tani memiliki permasalahan dengan kurangnya pengetahuan tentang pupuk organik dengan berbahan dasar limbah kotoran sapi dan limbah jerami padi yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga masyarakat kelompok tani memiliki antusias yang tinggi karena materi dan pelatihan mengenai pembuatan pupuk organik dan jerami padi merupakan hal baru bagi kelompok tani. Diharapkan teknologi yang diberikan kepada kelompok tani dapat diimplementasikan pada saat melakukan budidaya tanaman, agar menghasilkan pangan dan lingkungan yang sehat serta berkelanjutan. Kesimpulan kegiatan ini pupuk organic padat dapat diaplikasikan untuk memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan produksi serta dapat membuka peluang usaha pupuk organic dalam kemasan yang menarik dengan nilai jual yang tinggi.
... Hasil pupuk cair dapat dimanfaatkan untuk untuk penyubur tanaman serta menurunkan limbah rumah tangga. Pembuatan pupuk organik menggunakan limbah jagung, bungkil kakao, feases, urin, EM4, gula dan air di kelompok tani Sumber Rezeki untuk meningkatkan pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik (Nurdin et al., 2019). Pembuatan dan pengaplikasian pestisida nabati atau pestisida alami untuk mengendalikan hama dan patogen pada tanaman yang dibudidayakan menggunakan bahan-bahan daun pepaya, bawang putih, cabai, deterjen bubuk, kulit bawang merah, kunyit, dan serai (Tuhuteru et al., 2019). ...
Article
Full-text available
Educating the community by conducting counselling, training and mentoring to farmer groups, as a form of supporting the food security programme in Kebumen district. Together with the Margo Raharjo farmer group in Jatiluhur village, Karanganyar sub-district, making organic boosters for rice plants. Participants involved in the service were members of the Margo Raharjo farmer group, and KKN students from Ma'arif Nahdlatul Ulama University Kebumen. Training and counselling activities are carried out so that farmers are not dependent on inorganic fertilisers while providing education on the importance of using organic materials in agriculture. This activity seeks to help overcome the problems that exist in the community, especially in the knowledge of organic fertiliser for rice plants. The use of organic boosters is not only environmentally friendly but also reduces the cost of purchasing booster products on the market which cost up to 230 thousand rupiah. Inorganic booster products are certainly very expensive and less environmentally friendly. Booster is a liquid organic fertiliser whose nutrients play a role in stimulating the generative growth of flowers and fruits. Increasing farmers' awareness of the dangers of continuous use of inorganic fertilisers encourages farmers to switch to the use of environmentally friendly organic fertilisers. Organic booster made from fermented pineapple is one of the liquid organic fertilisers applied in the generative phase of plants, namely at the beginning of flowering and fruiting. After the practice of making organic booster, participants are expected to be able to independently or together with the group to follow up and apply the fertiliser to rice plants according to instructions and recommendations. Further testing and research is needed on organic boosters and making organic boosters from different materials and easily obtained in the surrounding environment. From the results of this activity, the following conclusions were obtained: This activity can improve skills and increase knowledge or insight into the community about organic fertiliser to support increased agricultural productivity, The use of organic booster as one of the solutions to reduce the use of inorganic fertilisers to increase the productivity and quality of products from rice cultivation. Keywords: Organic Fertiliser, Liquid Organic Fertiliser, Vegetable Fungicide, Organic Rice
Conference Paper
Soil fertility degradation caused by the continuous application of chemical fertllizer due to the degradation of the soil chemistry, physical and biological properties. The application of organic fertilizer can improve soil properties by the addition of macro and micronutrients to the soil. The improved soil chemical properties were expected to increase the yield of Kangkong as a popular leafy vegetable in Indonesia. The research was aimed to know the organic ferttlizer effect on soil chemical properties and the yield of Kangkong. The research was conducted in the screen house of the Germplasm Garden (KPN) of Research Center for Biotechnology LIPI from March-ApriI 2016. This research was arranged in a randomized block design in triplicates and 7 treatments i.e. control (no fertilizer (C), Kl and B 1 (5 t/ha), K2 and B2 (10 t/ha), Pl (10 I/ha), andP2 (15 L/ha). The best improvement of the soil chemical properties was obtained by using germplasm compost (KPN) atK2 made from leaf litter and livestock mamre. Yield's increasing were 4.27%, it was better control. The result of the study indicated that the organic ferttlizer application resulted in an improvement of soil chemical properties. Therefore, it can be an alternative for chemical ferlllizer towards organic agriculture. Keywords: Ipomoea reptans Poir., macro-micro nutrients, organic farming, organic fertilizer. 29
Kabupaten Boalemo dalam Angka Tahun
BPS Kabupaten Boalemo. (2018). Kabupaten Boalemo dalam Angka Tahun 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Boalemo, Tilamuta.
Gabungan Kelompok Tani Dwikarya
  • Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian
Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian. (2019). Gabungan Kelompok Tani Dwikarya.
Upaya Meningkatkan Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Ternak Ruminansia Kecil
  • I Inounu
Inounu, I. (2014). Upaya Meningkatkan Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Ternak Ruminansia Kecil. Wartazoa, 24(4), 201-209.
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
  • Sugiyono
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung: Alfabeta.