Available via license: CC BY-NC 4.0
Content may be subject to copyright.
316
KAJIAN TERJEMAHAN ARTIKEL FLEEING TERROR, FINDING
REFUGE DAN TERJEMAHANNYA MENCARI TEMPAT BERLINDUNG
DALAM HAL STRUKTUR DAN POLA PENGEMBANGAN TEMA
(PENDEKATAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL)
Satriya Bayu Aji1; M. R. Nababan2; Tri Wiratno2
1Magister Linguistik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
2Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
1 reorio_47@yahoo.com
ABSTRACT
This research aims to describe: (1) the March 2015 National Geographic article
Fleeing Terror, Finding Refuge and its March 2015 National Geographic
Indonesia Indonesian translation Mencari Tempat Berlindung‘s Thematic structure
and progression, (2) the translation techniques employed and its effect on the
translation‘s Thematic structure and progression, and (3) its effect on the
translation quality. This study belongs to the qualitative research at the descriptive
level, employs embedded case study approach, and focuses on the translation
product. The data consist of the Themes of the National Geographic Maret 2015
article Fleeing Terror, Finding Refuge and its National Geographic Indonesia
Maret 2015 Indonesian translation Mencari Tempat Berlindung collected through
content analysis and the result of the informant‘s translation quality assessment
collected through questionnaire and focus group discussion. This study revealed
that the translation employs more marked Topical Theme than the source text and
the percentage of the translation‘s Rheme-based progressions (the simple linear
and split Rheme progression) is higher than the source text‘s. The Thematic
structure shifts—mostly a shift from the unmarked to the marked Topical Theme
and vice-versa or a change in the Topical Theme constituent—can be caused by the
use of these six translation techniques: transposition, modulation, reduction,
amplification, established equivalent, and particularization. Of these six,
particularization does not cause any Thematic progression shift. These six
techniques that can cause a shift in the Thematic structure can also decrease the
translation‘s quality.
Keywords: Thematic structure, Thematic progression, translation techniques,
translation quality assessment
PENDAHULUAN
Tiap penulis akan berfokus pada suatu topik tertentu sesuai sudut pandangnya,
sehingga suatu teks hanya terdiri dari satu atau beberapa topik. Hal ini berpengaruh,
salah satunya, pada struktur dan pola pengembangan Tema yang digunakan dalam teks.
Teks yang koheren dibangun berdasarkan sejumlah topik tertentu dalam klausa dan
paragraf yang saling berkaitan. Di sinilah pola pengembangan Tema berperan: topik
akan diletakkan pada posisi Tema sebagai titik tolak pesan, yang kemudian dielaborasi
317
dalam Rema. Dalam ragam tulis, Tema Topikal Takbermarkah berperan
menghubungkan topik dalam klausa dengan klausa sebelumnya, sedangkan Tema
Topikal Bermarkah berfungsi menyajikan topik baru atau memberikan penegasan.
Namun, penggunaan Tema Topikal Bermarkah menimbulkan jeda. Jumlah jeda
mempengaruhi koherensi teks.
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerjemahan struktur dan pola
pengembangan Tema dalam berbagai konteks dan bahasa. Beberapa hasil penelitian
berkesimpulan bahwa struktur dan pola pengembangan Tema harus dipertahankan
(Alekseyenko, 2013; Intanniza, 2013). Beberapa penelitian lain berpendapat bahwa
struktur dan pola pengembangan Tema bisa disesuaikan dengan bahasa sasaran (Dejica-
Cartis dan Cozma, 2013; Rahim dan Askari, 2014).
Hasil penelitian kualitas terjemahan artikel terjemahan National Geographic
Denmark edisi April 2011 (―Lofty ambitions of the Inca‖ / ―Inkaernes drøm om
storhed‖) dengan menggunakan model penilaian kualitas terjemahan House dan
Linguistik Sistemik Fungsional Budtz-Jørgensen (2015) mengidentifikasi tiga masalah
yang dialami penerjemah: terlalu bergantung pada intuisi, kurang memaksimalkan
analisis kebahasaan pada tataran di atas kalimat (hanya pada tataran klausa), dan
kesulitan menentukan pilihan padanan yang tepat pada konteks tertentu. Penggunaan
model penilaian House tidak benar-benar menilai kualitas suatu terjemahan karena tidak
memberi bobot terhadap perbedaan (mismatch) yang terjadi dan hanya
mendeskripsikannya. Penelitian ini tidak berusaha menutup kekurangan tersebut.
Berdasarkan penjabaran di atas, pengaruh pergeseran struktur dan pola
pengembangan Tema terhadap kualitas terjemahan secara kuantitatif serta teknik
penerjemahan yang digunakan belum dibahas dalam penelitian sebelumnya. Pada
penelitian ini pertama-tama penelitian akan berfokus pada realisasi struktur dan pola
pengembangan Tema teks sumber dan terjemahan. Lebih lanjut, dilakukan pula
identifikasi peran Tema Topikal dan Interpersonal dalam merealisasikan metafungsi
Tekstual, yang kemudian merealisasikan Wahana, pada teks sumber dan terjemahannya.
Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi teknik penerjemahan yang digunakan
dalam penerjemahan struktur dan pola pengembangan Tema. Lalu melalui data hasil
kuesioner akan dilakukan identifikasi terkait hubungan antara struktur dan pola
318
pengembangan Tema, teknik penerjemahan yang digunakan, serta kualitas terjemahan
yang dihasilkan.
TEORI DAN METODOLOGI
Struktur dan Pola Pengembangan Tema
Terdapat tiga macam Tema: Topikal, Tekstual dan Interpersonal. Konstituen Tema
hanya terdiri dari satu Tema Topikal (Halliday & Matthiessen, 2014: 91). Unsur lain
yang berada di depan Tema Topikal merupakan Tema Tekstual atau Interpersonal.
Tema Topikal terdiri dari Tema Topikal Takbermarkah dan Bermarkah. Tema Topikal
Takbermarkah merupakan Tema Topikal yang mempunyai konstituen yang sama
dengan konstituen yang biasa muncul di awal kalimat pada suatu sistem MOOD
(Martin, Matthiessen, & Painter, 2010: 54). Pada MOOD deklaratif, Tema Topikal
Takbermarkah berupa subjek, pada MOOD interogatif tipe wh- berupa kata tanya wh-
(what, who, why, dan lain-lain), pada MOOD interogatif tipe polar berupa finite beserta
subjek, pada MOOD imperatif berupa predikator. Klausa minor dan klausa non-finite
tidak memiliki struktur Tematik maupun Tema. Pada klausa dengan tipe Proses
Eksistensial, there berfungsi sebagai Tema. Pada klausa kompleks, identifikasi Tema
disarankan dilakukan per T-unit, yang terdiri dari klausa utama beserta klausa-klausa
bawahannya (Thompson, 2004: 156).
Terdapat empat jenis pola pengembangan Tema (Thematic progression): konstan
(Constant Theme), Tema terbelah (Split Theme), linier (Simple Linear), dan Rema
terbelah (Split Rheme) (McCabe, 1999: 176). Pola pengembangan Tema bisa dibentuk
oleh dua klausa yang bersebelahan maupun yang dipisahkan klausa lain (gap).
Meskipun tidak mempunyai struktur Tema, klausa minor dan non-finite tetap bisa diacu.
Pada pola konstan, Tema dalam suatu klausa menjadi Tema klausa berikutnya. Pada
pola linier, Rema dalam suatu klausa menjadi Tema klausa berikutnya. Pada pola Tema
terbelah, Tema dalam suatu klausa terdiri dari beberapa ide, yang kemudian menjadi
Tema dalam beberapa klausa yang berbeda berikutnya. Pada pola Rema terbelah, Rema
dalam suatu klausa terdiri dari beberapa ide, yang kemudian menjadi Tema dalam
beberapa klausa yang berbeda berikutnya. Pola pengembangan Tema konstan banyak
dijumpai dalam eksposisi, sedangkan linier dalam argumentasi (Hatim dan Mason,
1990: 218 et seq.; Alekseyenko, 2013: 160). Pola pengembangan Tema konstan
319
mensyaratkan penulis dan pembaca memiliki latar belakang pengetahuan yang sama
(shared knowledge), sedangkan pola linier sebaliknya (Nwogu dalam McCabe, 1999:
190 et seq.). Tidak semua klausa mempunyai Tema yang berhubungan dengan klausa
lainnya. Tema seperti ini disebut Tema periferal (McCabe, 1999: 180). Hawes (2015:
11) mengidentifikasi Tema periferal ini sebagai jeda (break).
Tipe Teks
Hatim dan Mason (1990), berdasarkan klasifikasi teks Reiss (Reiss, 2014),
membagi teks menjadi tiga tipe: eksposisi, argumentasi, dan instruksi. Masing-masing
tipe mempunyai struktur yang berbeda. Eksposisi terdiri Latar kemudian diikuti Aspek
I, Aspek II, dan seterusnya (Hatim dan Mason, 1990: 183). Eksposisi digunakan bila
komunikasi bertujuan memonitor sedangkan argumentasi bila bertujuan mengarahkan.
Eksposisi dan Argumentasi juga bisa dibedakan berdasarkan derajat evaluasi teks.
Semakin sedikit derajat evaluasinya, semakin sedikit perubahan yang diperlukan dalam
penerjemahan, sehingga eksposisi cenderung lebih sedikit memerlukan perubahan
dibanding argumentasi. Meskipun tiap tipe memiliki perbedaan, terdapat dua hal yang
dianggap sebagai kesalahan fatal: padanan dengan makna denotatif berbeda dan
padanan yang tidak mematuhi sistem tata bahasa sasaran.
Teknik Penerjemahan
Teknik berbeda dengan metode dan strategi penerjemahan. Metode berada pada
tataran makro, sedangkan strategi dan teknik pada tataran mikro. Metode penerjemahan
mempengaruhi teknik yang digunakan. Meskipun sama-sama berada pada tataran
mikro, teknik merupakan hasil perwujudan strategi. Selain itu, metode dan strategi
penerjemahan merupakan bagian dari proses, sedangkan teknik penerjemahan bagian
dari produk. Terdapat lima karakteristik teknik penerjemahan: mempengaruhi hasil
terjemahan, diklasifikasikan melalui perbandingan antara bahasa sumber dengan
sasaran, mempengaruhi unit mikro teks, bersifat diskursif dan kontekstual, serta bersifat
fungsional. Salah satu kritik terhadap klasifikasi teknik penerjemahan adalah bahwa
konsep ini tidak bersifat prediktif; bahwa konsep ini tidak mampu menjelaskan kapan
dan di mana suatu teknik harus diterapkan (Fawcett, 1997: 51). Namun, hal ini bukan
merupakan suatu masalah karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
320
Terdapat delapan belas teknik penerjemahan berdasarkan klasifikasi Molina dan Albir
(2002: 509-511).
Kualitas Terjemahan
Secara garis besar model penilaian kualitas terjemahan dibagi menjadi kuantitatif
dan kualitatif. Salah satu model penilaian kualitas terjemahan yang banyak digunakan
dalam penerjemahan Inggris-Indonesia yaitu model yang dikemukakan Nababan dkk.
(2012). Model ini menggabungkan model kuantitatif dengan kualitatif. Pada model ini,
terjemahan dinilai dari tiga aspek: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Tiap
aspek mempunyai bobot yang berbeda. Masing-masing aspek dinilai secara terpisah
terlebih dahulu dalam skala 1-3 per kalimat untuk kemudian ditentukan nilai rata-
ratanya guna menetukan kualitas keseluruhan (juga dengan rata-rata dan setelah
pembobotan). Kemudian rater diminta memberi komentar terkait penilaian yang
diberikannya (aspek kualitatif). Aspek keakuratan mengukur kesepadanan teks sumber
dengan terjemahan, aspek keberterimaan mengukur kesesuaian terjemahan dengan
kaidah, norma dan budaya bahasa sasaran, dan aspek keterbacaan mengukur kemudahan
suatu teks terjemahan untuk dipahami. Ketiganya mempunyai bobot berbeda (3 untuk
keakuratan, 2 untuk keberterimaan, dan 1 untuk keterbacaan). Dalam penilaian aspek
keberterimaan dan keterbacaan hanya digunakan teks bahasa sasaran (Nababan, 2010:
34).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kualitatif dengan desain studi
kasus terpancang dan berorientasi pada produk. Sumber data terdiri dari dokumen
berupa artikel Fleeing Terror, Finding Refuge National Geographic Maret 2015 beserta
terjemahannya dalam National Geographic Indonesia Maret 2015, Mencari Tempat
Berlindung, dan informan yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu (criterion-based
sampling) yang menilai kualitas terjemahan. Data berupa konstituen Tema dalam artikel
Fleeing Terror, Finding Refuge National Geographic Maret 2015 beserta
terjemahannya dalam National Geographic Indonesia Maret 2015, Mencari Tempat
Berlindung, dan hasil penilaian kualitas terjemahan dari informan. Data yang bersumber
dari dokumen diperoleh melalui analisis isi, sedangkan yang bersumber dari informan
321
melalui kuesioner dan focus group discussion. Data dianalisis dengan metode analisis
interaktif Miles, Huberman, dan Saldaña (2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat lebih banyak Tema Topikal Bermarkah dalam teks terjemahan dibanding
dalam teks sumber. Secara keseluruhan, Tema Tekstual dalam teks sumber lebih banyak
secara jumlah. Namun, secara persentase, Tema Tekstual dalam teks sumber lebih
sedikit daripada yang terdapat dalam teks terjemahan. Jumlah Tema Interpersonal dalam
teks terjemahan lebih sedikit dibanding yang terdapat dalam teks sumber. Secara
ringkas distribusi frekuensi Tema dalam teks sumber dan terjemahan terangkum dalam
tabel 1.
Tabel 1 Distribusi frekuensi Tema
Tema
Teks sumber
Terjemahan
Topikal
Takbermarkah
148
92
Bermarkah
33
44
Tekstual
13
11
Interpersonal
10
4
Terdapat 124 pengembangan dan 57 jeda dalam teks sunber, yang terdiri dari 5
jenis pengembangan dan 9 bentuk jeda, sedangkan dalam teks terjemahan 88
pengembangan dan 50 jeda, yang terdiri dari 4 jenis pengembangan dan 8 bentuk jeda.
Tidak ada paragraf dalam teks sumber maupun terjemahan yang hanya terdiri dari satu
jenis pola pengembangan atau jeda kecuali yang hanya terdiri dari satu T-unit dan yang
hanya terdiri dari klausa minor. Hal ini terangkum dalam tabel 2.
Tabel 2 Distribusi frekuensi pola pengembangan Tema
Pengembangan
Teks sumber
Terjemahan
Pola
Konstan
67 (37,02 %)
39 (28,26 %)
Tema terbelah
7 (3,87 %)
6 (4,35 %)
Linier
38 (20,99 %)
33 (23,91 %)
Rema terbelah
10 (5,52 %)
10 (7,25 %)
Mengacu minor
2 (1,1 %)
0
J
e
d
a
Ekstralinguistik
15 (8,29 %)
9 (6,52 %)
322
Fronted
14 (7,73 %)
23 (16,67 %)
Metatekstual
9 (4,97 %)
4 (2,9 %)
Proses Eksistensial
5 (2,76 %)
6 (4,35 %)
Klausa interogatif
3 (1,66 %)
2 (1,45 %)
Klausa imperatif
3 (1,66 %)
0
Predicated theme
2 (1,1 %)
0
Klausa hipotaktik
2 (1,1 %)
3 (2,17 %)
Aside
4 (2,21 %)
1 (0,72 %)
Klausa minor
0
2 (1,45 %)
Teridentifikasi 12 teknik penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan
konstituen Tema, yang seluruhnya berjumlah 271. Kesepadanan lazim memiliki
frekuensi penggunaan tertinggi, sedangkan kompresi linguistik dan adaptasi
teridentifikasi digunakan masing-masing sekali. Penghilangan, yang melibatkan
hilangnya seluruh klausa dan mempunyai frekuensi terbesar kedua setelah kesepadanan
lazim, diklasifikasikan terpisah dari reduksi. Hal ini terangkum dalam tabel 3.
Tabel 3 Distribusi frekuensi teknik penerjemahan
No
Teknik penerjemahan
Frekuensi
1.
Kesepadanan lazim
98 (36,16 %)
2.
Transposisi
43 (15,87 %)
Prg. struktur
25 (9,23 %)
Prg. unit
15 (5,54 %)
Prg. kelas
3 (1,11 %)
3.
Amplifikasi
18 (6,64 %)
4.
Peminjaman
16 (5,9 %)
Murni
8 (2,95 %)
Naturalisasi
8 (2,95 %)
5.
Variasi
16 (5,9 %)
6.
Modulasi
14 (5,17 %)
7.
Reduksi
10 (3,69 %)
8.
Amp. linguistik
7 (2,58 %)
9.
Partikularisasi
4 (1,48 %)
10.
Generalisasi
3 (1,11 %)
11.
Kmp. linguistik
1 (0,37 %)
12.
Adaptasi
1 (0,37 %)
(Hilang)
40 (14,76 %)
Σ
271 (100 %)
Karena hanya aspek keakuratan yang menyertakan teks sumber dalam penilaian,
terdapat perbedaan sejumlah 43 data antara keakuratan dengan keberterimaan dan
323
keterbacaan: 40 akibat penghilangan T-unit dan 3 akibat perubahan klausa konstituen T-
unit. Frekuensi keberterimaan dan keterbacaan yang digunakan dalam penghitungan
rerata akhir, keberterimaan, dan keterbacaan merupakan frekuensi setelah dikurangi
klausa yang mengalami penghilangan dan perubahan klausa konstituen T-unit (138),
sedangkan pada keakuratan tetap 181. Distribusi frekuensi skor tiap aspek terangkum
dalam tabel 4.
Tabel 4 Skor kualitas terjemahan
Aspek
Skor
3
2
1
μ
Keakuratan
104 (57,46 %)
29 (16,02 %)
48 (26,52 %)
2,31
Keberterimaan
130 (94,2 %)
6 (4,35 %)
2 (1,45 %)
2,93
Keterbacaan
137 (99,28 %)
0
1 (0,72 %)
2,99
μ akhir
2,63
Baik Tema Topikal Takbermarkah maupun Bermarkah dapat membentuk
pengembangan maupun jeda. Tema Topikal Bermarkah dapat memberi penekanan
(Eggins, 2004: 320) atau mengubah sudut pandang tafsiran, sedangkan Tema Topikal
Takbermarkah mempertahankan perkembangan topik (Thompson, 2004: 165). Namun,
terdapat beberapa pola tertentu dalam jeda yang teridentifikasi dalam teks: seluruh jeda
berupa klausa hipotaktik, fronted, dan predicated theme (tidak terdapat dalam teks
terjemahan) merupakan Tema Topikal Bermarkah, seluruh jeda berupa klausa
interogatif dan imperatif (tidak terdapat dalam teks terjemahan) merupakan Tema
Topikal Takbermarkah, serta jeda berupa there/ada pada Proses Eksistensial merupakan
Tema Topikal Takbermarkah dalam teks sumber, namun merupakan Tema Topikal
Bermarkah dalam teks terjemahan (berupa predikator). Jeda berperan menandai awal
atau akhir suatu pengembangan, meskipun penggunaannya dapat mempersulit
pemahaman teks.
Pergeseran, baik struktur maupun pola pengembangan Tema, terjadi di seluruh tahap
struktur teks dan bergantung pada teknik penerjenahan yang digunakan. Terdapat 4
teknik yang digunakan dalam penerjemahan Tema Tekstual: 7 kesepadanan lazim, 2
amplifikasi, 1 reduksi, dan 1 transposisi pergeseran unit, serta 2 teknik yang digunakan
dalam penerjemahan Tema Interpersonal: 3 kesepadanan lazim dan 2 amplifikasi.
Penggunaan 6 teknik berikut dapat menyebabkan pergeseran jenis Tema Topikal:
reduksi (1 data) amplifikasi (1 data), kesepadanan lazim (2 data), partikularisasi (4
324
data), modulasi (9 data), dan transposisi (16 data pergeseran struktur dan 2 data
pergeseran unit), sedangkan 5 teknik berikut dapat menyebabkan pergeseran jenis pola
pengembangan Tema atau jeda: reduksi (1 data), amplifikasi (1 data), kesepadanan
lazim (2 data), modulasi (8 data), dan transposisi (14 data pergeseran struktur dan 4 data
pergeseran unit). Transposisi pergeseran struktur, amplifikasi, dan reduksi
teridentifikasi dapat menyebabkan pergeseran Tema Topikal Bermarkah. Seluruh
penggunaan partikularisasi (4 data) menyebabkan pergeseran konstituen Tema Topikal
Takbermarkah, namun tidak menyebabkan pergeseran pola pengembangan Tema. Dari
13 Tema Tekstual dalam teks sumber, 2 mengalami penghilangan. Dari 10 Tema
Interpersonal dalam teks sumber, 7 mengalami penghilangan. Hubungan penggunaan
teknik penerjemahan dengan pergeseran Tema terangkum dalam tabel 5.
Seluruh penggunaan transposisi yang menyebabkan pergeseran menjadi jeda
(fronted, klausa hipotaktik, atau ada Proses Eksistensial) menyebabkan pergeseran jenis
Tema Topikal menjadi Bermarkah. Dari seluruh penggunaan transposisi pergeseran
struktur, 1 mengubah Tema Topikal Bermarkah menjadi Takbermarkah, 5 mengubah
konstituen Tema (3 konstituen Tema Topikal Takbermarkah dan 2 konstituen Tema
Topikal Bermarkah) tanpa mengubah jenisnya, dan 10 mengubah Tema Topikal
Takbermarkah menjadi Bermarkah. Selain pergeseran jenis Tema Topikal, transposisi
pergeseran struktur juga dapat menyebabkan pergeseran pola pengembangan Tema: 2
Tabel 5 Hubungan teknik penerjemahan dengan pergeseran Tema
Teknik penerjemahan
Tetap
Bergeser
t>t
b>b
t>t
t>b
t>-
b>t
b>b
b>-
Σ
Ksp. lazim
52
35
1 (0)
2 (0)
2
1 (0)
5 (0)
98
Transposisi
7
16
3
11
1
2
3 (2)
43
P. struktur
2
6
3
10
2
2
25
P. unit
5
8
1
1
15
P. kelas
2
1 (0)
3
Amplifikasi
10
3
2 (0)
1 (0)
2 (1)
18
Peminjaman
10
2
4 (0)
16
Murni
7
1 (0)
8
Naturalisasi
3
2
3 (0)
8
Variasi
16
16
Modulasi
2
2
1
8
1 (0)
14
Reduksi
2
4
2
2 (1)
10
Amp. linguistik
6
1
7
Partikularisasi
4
4
325
Generalisasi
3
3
Kmp. linguistik
1
1
Adaptasi
1 (0)
1
(Hilang)
37
3
40
Σ
108
64
11
22
42
5
16
3
271
Keterangan:
t: Tema Topikal Takbermarkah
b: Tema Topikal Bermarkah
pergeseran jeda menjadi pengembangan, 3 pergeseran pengembangan menjadi jeda,
dan 8 pergeseran jenis jeda. Penggunaan transposisi pergeseran struktur pada pola
pengembangan Tema konstan atau Tema terbelah menyebabkan pergeseran pola
pengembangan Tema menjadi pola pengembangan Tema linier, karena hanya satu
konstituen yang bisa menjadi Tema Topikal, sedangkan pada pola pengembangan
Tema linier, penggunaanya dapat menyebabkan pergeseran menjadi pola
pengembangan Tema konstan jika konstituen Rema yang kini menempati posisi
Tema mengacu pada konstituen Tema lain atau konstituen Rema yang menjadi
acuan Tema lain kini menempati posisi Tema (sehingga berpengaruh terhadap
datum lain). Dari 8 transposisi pergeseran struktur yang menyebabkan pergeseran
jenis jeda, terdapat 4 yang menjadi ada pada Proses Eksistensial, 3 yang menjadi
fronted, dan 1 yang menjadi klausa hipotaktik. Seluruh transposisi pergeseran
struktur yang menyebabkan pergeseran jeda menjadi pengembangan (2 data)
menyebabkan pula perubahan konstituen Tema Topikal Takbermarkah. Dari 3
transposisi pergeseran struktur yang menyebabkan pergeseran pengembangan
menjadi jeda, 1 menyebabkan pergeseran menjadi jeda fronted dan 2 menyebabkan
pergeseran menjadi jeda ada Proses Eksistensial. Seluruh jeda berupa there pada
Proses Eksistensial mengalami pergeseran akibat penggunaan transposisi
pergeseran struktur dan seluruh pergeseran menjadi jeda ada pada Proses
Eksistensial disebabkan pula oleh penggunaan transposisi pergeseran struktur,
seperti Teks Sumber
||| There are few dramatic explosions. ||| </br : tr>
Teks Terjemahan
contoh berikut:
||| Tidak banyak ledakan bom [[yang dramatis]]. ||| </br : fr>
326
Selain transposisi pergeseran struktur, transposisi pergeseran unit dapat pula
menyebabkan pergeseran Tema Topikal atau pola pengembangan Tema. Transposisi
pergeseran unit merupakan satu-satunya teknik yang digunakan dalam penerjemahan
jeda berupa konstruksi predicated theme dan mengakibatkan pergeseran menjadi
pengembangan, namun tidak mengakibatkan pergeseran Tema Topikal.
Dari 14 penggunaan modulasi, terdapat 8 penggunaan modulasi yang menyebabkan
pergeseran Tema Topikal Takbermarkah menjadi Bermarkah. dan 7 yang menyebabkan
pergeseran pola pengembangan Tema atau jeda menjadi jeda fronted. Modulasi berupa
pergeseran menjadi bentuk pasif teridentifikasi dalam seluruh (5 data) klausa parataktik
yang memproyeksikan dan terletak di belakang klausa yang diproyeksikan. Berntuk
pasif yang digunakan merupakan bentuk pasif tipe pertama menurut Sneddon (1996:
247), namun menggunakan verba bentuk dasar. Dua data melibatkan pergeseran pola
pengembangan Tema konstan, 1 linier, 1 Rema terbelah, dan 1 pengembangan yang
mengacu pada klausa minor. Akibat pergeseran menjadi bentuk pasif ini, seluruh klausa
tersebut mengalami pergeseran Tema Topikal Takbermarkah (berupa subjek) menjadi
Bermarkah (berupa predikator) dan pengembangan menjadi jeda (kecuali pada
penerjemahan pronomina he menjadi klitik -nya), seperti contoh berikut:
Teks Sumber
||| JASON UR, AN ARCHAEOLOGIST [at Harvard], studies the changing settlement
patterns [in ancient Assyria]. |||
||| ―Population displacements have a long and sad history in the region,‖ ║
Ur says. |||
Teks Terjemahan
||| JASON UR, SEORANG ARKEOLOG [di Harvard], mempelajari pola permukiman
[[yang berubah-ubah [di Asyur purba] ]]. |||
||| "Di wilayah ini, perpindahan penduduk memiliki sejarah panjang [[yang
menyedihkan]], " ║
327
kata Ur. ||| </br : fr>
Dari semua jenis jeda dalam teks sumber, modulasi hanya ditemukan pada
penerjemahan jeda ekstralinguistik (3 data). Modulasi dapat menyebabkan pergeseran
pola pengembangan Tema datum lain. Seluruh modulasi yang berpengaruh terhadap
datum lain menyebabkan pergeseran acuan Tema datum yang dipengaruhi ke Rema
(menjadi pola pengembangan Tema linier atau Rema terbelah).
Sebagian besar data tidak mengalami pergeseran struktur maupun pola
pengembangan Tema. Eksposisi cenderung lebih sedikit memerlukan perubahan
dibanding argumentasi (Hatim dan Mason, 1990: 187). Meskipun terdapat
kecenderungan bahwa sebagian besar data yang tidak bergeser akurat, berterima, dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, terdapat data yang tidak melibatkan
pergeseran, namun kurang/tidak akurat, kurang/tidak berterima, atau memiliki tingkat
keterbacaan yang sedang/rendah. Di sisi lain, meskipun sebagian besar data yang
bergeser kurang/tidak akurat, kurang/tidak berterima, atau memiliki tingkat keterbacaan
yang sedang/rendah, namun terdapat pula data yang melibatkan pergeseran tetapi
akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.
Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan pada tataran mikro (Molina
dan Albir, 2002: 509). Penggunaan 6 teknik penerjemahan berikut dapat menyebabkan
terjemahan kurang/tidak akurat, kurang/tidak berterima, atau memiliki tingkat
keterbacaan yang sedang/rendah: partikularisasi (2 data), reduksi (6 data), kesepadanan
lazim (5 data), amplifikasi (7 data), modulasi (9 data), dan transposisi (17 data
pergeseran struktur dan 1 data pergeseran unit). Hubungan antara teknik penerjemahan
dengan kualitas terjemahan terangkum dalam tabel 6.
Tabel 6 Hubungan teknik penerjemahan dengan kualitas terjemahan
Teknik Penerjemahan
Skor Kualitas
333
323
233
133
113
111
Σ
Ksp. lazim
73
7 (3)
18 (2)
98
Transposisi
17
1
18 (4)
5
1
42
Prg. struktur
5
1
13 (11)
5
1
25
Prg. unit
10
4 (1)
14
328
Prg. kelas
2
1 (0)
3
Amplifikasi
10
2
3 (2)
2 (0)
1
18
Peminjaman
11
1 (0)
4 (0)
16
Murni
6
1 (0)
1 (0)
8
Naturalisasi
5
3 (0)
8
Variasi
15
1 (0)
16
Modulasi
4
10 (9)
14
Reduksi
3
4
1
8
Amp. linguistik
6
1 (0)
7
Partikularisasi
2
1
1
4
Generalisasi
3
3
Kmp. linguistik
1
1
Adaptasi
1 (0)
1
Σ
145
12
60
8
2
1
228
Dari 25 penggunaan transposisi pergeseran struktur, 5 akurat, berterima, dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, 13 kurang akurat, namun berterima dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, 1 kurang berterima, namun akurat dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, 5 tidak akurat, namun berterima dan memiliki
tingkat keterbacaan yang tinggi, serta 1 tidak akurat, tidak berterima, namun memiliki
tingkat keterbacaan yang tinggi. Dari 6 penggunaan transposisi pergeseran struktur yang
mengakibatkan pergeseran menjadi jeda ada pada Proses Eksistensial, 4 tidak akurat,
namun berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Pergeseran Tema
Topikal Takbermarkah menjadi Tema Topikal Bermarkah dan jeda ekstralinguistik
menjadi jeda ada pada Proses Eksistensial pada klausa yang mendeskripsikan keadaan
atau kejadian menghasilkan terjemahan kurang akurat (meskipun berterima dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi) karena klausa tersebut dalam bahasa
Indonesia tidak memerlukan subjek (Sneddon, 1996: 238). Penggunaan transposisi
pergeseran struktur sisanya (6 data) menghasilkan terjemahan kurang akurat, namun
berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, yang terdiri dari 1 pergeseran
Tema Topikal Takbermarkah menjadi Tema Topikal Bermarkah dan pola
329
pengembangan linier menjadi jeda fronted, 1 perubahan konstituen Tema Topikal
Takbermarkah dan pergeseran jeda MOOD imperatif menjadi pola pengembangan
Tema linier (akibat pergeseran menjadi MOOD deklaratif), 1 pergeseran Tema Topikal
Takbermarkah menjadi Tema Topikal Bermarkah dan jeda ekstralinguistik menjadi
klausa hipotaktik, dan 3 yang hanya mengalami pergeseran Tema Topikal tanpa
pergeseran pola pengembangan Tema atau jenis jeda.
Hanya terdapat 1 penggunaan transposisi pergeseran unit yang menyebabkan
terjemahan kurang akurat, namun berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi. Pergeseran Tema Topikal Takbermarkah menjadi Tema Topikal Bermarkah dan
pola pengembangan Tema Tema terbelah menjadi jeda klausa hipotaktik akibat
penggunaan transposisi pergeseran unit menghasilkan terjemahan kurang akurat, namun
berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Kedua penggunaan transposisi
pergeseran unit pada konstruksi predicated theme menghasilkan terjemahan akurat,
berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi karena it dalam teks sumber
hanya berfungsi sebagai dummy subject (Sneddon, 1996: 238).
Dari 14 penggunaan modulasi, 9 menyebabkan terjemahan kurang akurat, namun
berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi: 7 di antaranya merupakan data
yang mengalami pergeseran menjadi jeda fronted, sedangkan 2 sisanya yang tidak
mengalami perubahan posisi konstituen Tema dan yang mengalami pergeseran Tema
Topikal Takbermarkah menjadi Bermarkah, namun tidak mengalami pergeseran pola
pengembangan Tema. Dari 8 penggunaan reduksi, 1 di antaranya tidak akurat, tidak
berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang rendah, 3 akurat, serta 4 kurang
akurat, namun berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi (yang tidak
mengakibatkan pergeseran Tema Topikal atau pola pengembangan Tema). Kedua
reduksi Tema Topikal Takbermarkah yang menyebabkan perubahan klausa menjadi
hipotaktik dan menjadi bagian T-unit klausa sebelumnya menghasilkan terjemahan yang
akurat. Dari 18 penggunaan amplifikasi, 2 di antaranya kurang berterima, namun akurat
dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, 2 kurang akurat, namun berterima dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, dan 1 tidak akurat dan tidak berterima, namun
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Penggunan kesepadanan lazim menghasilkan
3 terjemahan kurang berterima, namun akurat dan memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi (yang tidak menyebabkan pergeseran Tema Topikal maupun pola pengembangan
330
Tema) dan 2 terjemahan kurang akurat (yang menyebabkan pergeseran menjadi klausa
minor, sehingga tidak memiliki struktur dan pola pengembangan Tema). Seluruh
penggunaan partikularisasi (4 data) menghasilkan terjemahan yang berterima dan
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi (2 akurat, 1 kurang akurat, dan 1 tidak akurat).
SIMPULAN
Terdapat lebih banyak Tema Topikal Bermarkah dalam teks terjemahan dibanding
dalam teks sumber. Hal ini dapat menyebabkan proses pemahaman teks terjemahan
menjadi lebih sulit akibat lebih banyak perubahan sudut pandang serta penekanan. Pola
pengembangan Tema yang mengacu pada klausa minor serta jeda klausa imperatif dan
predicated theme tidak terdapat dalam teks terjemahan akibat pergeseran yang terjadi.
Jeda berupa there/ada pada proses eksistensial merupakan Tema Topikal Takbermarkah
dalam teks sumber namun merupakan Tema Topikal Bermarkah dalam teks terjemahan.
Secara persentase, pola pengembangan yang mengacu pada konstituen Rema (linier dan
Rema terbelah) dalam teks terjemahan lebih banyak dibanding dalam teks sumber baik
pada sebagian besar tahap struktur maupun keseluruhan. Pengembangan yang mengacu
pada konstituen Rema dapat mengakomodasi pembaca dengan latar belakang
pengetahuan yang berbeda namun lebih umum dijumpai dalam teks argumentasi,
sehingga dapat menimbulkan kesulitan pemahaman. Sebagian besar data tidak
mengalami pergeseran struktur maupun pola pengembangan Tema, yang merupakan
salah satu karakteristik penerjemahan tipe teks eksposisi.
Penggunaan 6 teknik berikut dapat menyebabkan pergeseran jenis Tema Topikal
atau perubahan konstituen Tema Topikal: transposisi, modulasi, reduksi, amplifikasi,
kesepadanan lazim, dan partikularisasi. Seluruh penggunaan partikularisasi
menyebabkan perubahan konstituen Tema Topikal. Kecuali partikularisasi, teknik-
teknik yang dapat menyebabkan pergeseran jenis Tema Topikal atau perubahan
konstituen Tema Topikal tersebut juga dapat menyebabkan pergeseran pola
pengembangan Tema atau jeda. Penggunaan keenam teknik yang dapat menyebabkan
pergeseran jenis Tema Topikal atau perubahan konstituen Tema Topikal tersebut juga
dapat mengurangi kualitas terjemahan.
331
DAFTAR PUSTAKA
Alekseyenko, N.V. (2013). A corpus-based study of theme and thematic progression in
English and Russian non-translated texts and in Russian translated texts.
Disertasi yang tidak dipublikasikan. Kent: Kent State University.
Budtz-Jørgensen, P. (2015). Translating with systemic functional linguistics. Tesis yang
tidak dipublikasikan. Roskilde: Roskilde University.
Dejica-Cartis, D., & Cozma, M. (2013). ―Using Theme-Rheme Analysis for Improving
Coherence and Cohesion in Target-texts: A Methodological Approach‖.
Procedia – Social and Behavioral Sciences, LXXXIV, 890-894.
Fawcett, P. (1997). Translation and language: linguistics theories explained.
Manchester: St. Jerome Publishing.
Halliday, M.A.K., & Matthiessen, C.M.I.M. (2014). Halliday‘s introduction to
functional grammar (fourth edition). London dan New York: Routledge.
Hatim, B., & Mason, I. (1990). Discourse and the Translator. London dan New York:
Longman.
Hawes, T. (2015). ―Thematic Progression In the Writing of Students and Professionals‖.
Ampersand, DOI: 10.1016/j.amper.2015.06.002, 1-26.
Intanniza, F.R. (2013). Pergeseran Struktur Tematik dan Dampaknya pada Kualitas
Terjemahan dalam Buku Bergenre Rekon Penaklukan Pulau Jawa. Tesis yang
tidak dipublikasikan. Surakarta: Universita Sebelas Maret.
Martin, J.R., Matthiessen, C.M.I.M., & Painter, C. (2010). Deploying functional
grammar. Beijing: The Commercial Press.
McCabe, A.M. (1999). Theme and thematic patterns in Spanish and English history
texts Vol. I. Penelitian Aston University yang tidak dipublikasikan. Birmingham:
Aston University.
Merriam, S.B. (2009). Qualitative research: a guide to design and implementation. San
Francisco: Jossey-Bass.
Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldaña, J. (2014). Qualitative data analysis: a
methods sourcebook (third edition). California: SAGE Publications, Inc.
Molina, L., & Albir, A.H. (2002). ―Translation Techniques Revisited: A Dynamic and
Functionalist Approach‖. Meta: Journal des Traducteurs / Meta: Translators'
Journal, XLVII(4), 498-512.
332
Nababan, M.R. (2010). Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan, Laporan
Akhir Penelitian Hibah Kompetensi Batch III Tahun II (2010). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Nababan, M.R., Nuraeni, A., & Sumardiono. (2012). ―Pengembangan Model Penilaian
Kualitas Terjemahan‖. Kajian Linguistik dan Sastra, XXIV(1), 39-57.
Rahim, M.S., & Askari, M. (2014). ―Thematic Organization in English Popular
Psychology Texts and Their Corresponding Persian Translations‖. Journal of
Academic and Applied Studies (Special Issue on Applied Linguistics), IV(4), 25-
37.
Reiss, K. 2014. Translation Criticism–the Potentials and Limitations: Categories and
Criteria for Translation Quality Assessment (Edisi Terjemahan oleh Rhodes,
E.F.). London dan New York: Routledge.
Salopek, P. (2015), Maret. Fleeing Terror, Finding Refuge. National Geographic,
227(3), 48-91.
Salopek, P. (2015), Maret. Mencari Tempat Berlindung (Edisi Terjemahan). National
Geographic Indonesia, 11(3), 76-99.
Sneddon, J.N. (1996). Indonesian: A Comprehensive Grammar. London dan New York:
Routledge.
Thompson, G. (2004). Introducing Functional Grammar (Second Edition). London:
Arnold.