Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
20
MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN BERKUALITAS
Punaji Setyosari
Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Jl.Semarang No.5 Malang Jawa Timur 65145
E-mail: punaji-um@tep.ac.id
ABSTRAK
Pembelajaran yang efektif dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan belajar peserta didik
sebagaimana yang diharapkan oleh guru . Model pembelajaran efektif, mencakup empat hal pokok, yaitu: 1) kualitas
pembelajaran, 2) tingkat pembelajaran yang memadai, 3) ganjaran dan 4) waktu. Sedangkan, kualitas pembelajaran
merujuk pada aktivitas-aktivitas yang dirancang dan tindakan-tindakan yang dilakukan pembelajar dan peserta didik,
termasuk di dalamnya bahan-bahan atau pengalaman belajar (kurikulum) serta media yang kita gunakan.
Kata kunci: Pembelajaran efektif,pembelajaran berkualitas dan tindak mengajar
CREATING THE EFFECTIVE AND THE QUALITY OF THE LEARNING
ABSTRACT
Effective instruction can be defined as a successful instruction of achieving learner’s learning objective as desired by
teacher. The effective instructional model includes four elements, such as 1) instructional quality, 2) appropriate
instructional level, 3) rewards atau incentive and 4)time. Whereas, instructional quality refers to designed activities and
actions conducted by teacher and learner, including content and learning experiences (curriculum) as well as media we
use.
Key words: effective instruction, instructional quality and teaching act
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
21
PENDAHULUAN
Pembelajaran yang efektif biasanya ditandai
dan diukur oleh tingkat ketercapaian tujuan oleh
sebagian besar siswa. Tingkat ketercapain itu berarti
pula menunjukkan bahwa sejumlah pengalaman
belajar secara internal dapat diterima oleh para
siswa. Pembelajaran yang efektif itu menurut
Kyriacou (2009) mencakup dua hal pokok, yaitu
waktu belajar aktif ‘active learning time’dan
kualitas pembelajaran ‘quality of instruction’. Hal
yang pertama berkenaan dengan jumlah waktu yang
dicurahkan oleh siswa selama dalam pelajaran
berlangsung. Bagaimana para siswa terlibat, engage,
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Hal yang kedua berkaitan dengan
kualitas aktual belajar itu sendiri. Artinya,
bagaimana proses atau interaksi pembelajaran dapat
berlangsung antara guru-siswa, siswa-siswa dan
siswa-sumber belajar. Dengan demikian,
pembelajaran yang efektif itu tidak bisa dilepaskan
dari pembelajaran yang berkualitas karena kualitas
hasil belajar itu tergantung pada efektivitas
pembelajaran yang terjadi atau diterjadikan di dalam
proses pembelajaan itu sendiri. Lebih dari empat
puluh tahun data penelitian yang telah dikumpulkan
juga memperlihatkan bahwa para peserta didik yang
menerima pembelajaran berkualitas tinggi
menunjukkan belajar lebih sukses daripada peserta
didik yang tidakmemperoleh pembelajaran yang
berkualitas (Joyce, Weil, & Calhoun, 2003).
Persoalan pendidikan, khususnya yang
berkenaan dengan mutu atau kualitas pendidikan ini
menyangkut terselenggaranya mutu proses dan hasil
pendidikan. Mutu proses pendidikan dan
pembelajaran ini perlu diselaraskan dengan standar
proses yang ada. Standar proses, sebagaimana yang
dinyatakan dalam pasal (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan salah satu standar yang harus
dikembangkan adalah standar proses. Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan.Standar proses berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
menengah di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini
berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket
maupun pada sistem kredit semester. Standar proses
meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien (Permendiknas, nomor 41 tahun
2007).
PEMBAHASAN
Tugas Guru: Menumbuhkan dan Memfasilitasi
Proses Pembelajaran
Pembelajaran sebagai upaya memfasilitasi
atau mempermudah peserta didik dalam belajar.
Smith & Ragan (2003) menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan penyampaian informasi
dan aktivitas-aktivitas yang memudahkan atau
memfasilitasi peserta didik untuk pencapaian tujuan
khusus belajar yang diharapkan. Dan, dalam proses
pembelajaran tersebut, belajar merupakan pusat
atau sentralnya pengalaman dalam kelas bagi
peserta didik dan guru baik di jenjang pendidikan
dasar maupun menengah (Hewitt, 2008). Agar
terjadi proses pembelajaran yang efektif, kita perlu
memusatkan perhatian padapeserta didik.
Pandangan ini sejalan dengan Hiltz (dalam
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
22
Setyosari, 2009) yang mengungkapkan bahwa
pembelajaran berpusat pada peserta didik (learner-
centered) bukan berpusat pada guru (teacher-
centered) dan pengetahuan dipandang sebagai suatu
konstruk sosial (a social construct), yang dapat
dilakukan melalui interaksi sebaya (peer
interaction), menilai kegiatan belajar dan kerja
sama.
Kita, para guru (pembelajar) mengemban
tugas utama yaitu mendidik dan mengajar. Tugas
utama atau tugas pokok ini menurut Gagne (1985)
mencakup merancang (design), melaksanakan
(execute) dan menilai (evaluate). Tugas merancang
dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan di dalam
kelas, yaitu merencanakan seluruh aktivitas yang
dilakukan agar terjadinya proses belajar bagi peserta
didik. Setelah merancang kegiatan, selanjutnya guru
melaksanakan seluruh aktivitas-aktivitas sesuai
dengan rancangan mulai dari kegiatan awal
(pendahuluan), kegiatan inti atau pokok atau disebut
juga kegiatan pengembangan, dan diakhiri dengan
kegiatan menutup pelajaran. Dan, sebagai akhir
tugas guru adalah menilai kegiatan pembelajaran
tersebut baik proses maupun hasilnya. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh guru inilah
diidentifikasi sebagai kegiatan yang sesuai dengan
standar proses.
Pembelajaran hendaknya memfokuskan pada
proses mendidik, yang menjadi tugas utama
pembelajar (Setyosari, 2009). Ketiga tugas utama
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas,
sejalan dengan salah satu tugas guru dalam upaya
mengembangkan standar nasional pendidikan, yaitu
standar proses. Merancang proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan di kelas perlu dilakukan
secara cermat. Merancang pembelajaran merujuk
pada suatu proses secara sistematis untuk
menjabarkan prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran ke dalam suatu perencanaan untuk
menyajikan materi pembeajaran dan aktivitas-
aktivitas pembelajaran (Smith & Ragan, 1993).
Tugas kedua adalah melaksanakan
pendidikan dan pembelajaran. Tugas mendidik ini
sangat berkaitan dengan mengembangtumbuhkan
peserta didik menjadi manusia dewasa. Manusia
dewasa itu ditandai oleh adanya kedewasaan
berpikir (intelektual), mengelola perasaan diri
(emosi), berkembangnya kemampuan membedakan
tindakan baik dan jelek/buruk (moral/etika), menilai
hal-hal yang indah dan tidak (estetika), bekerja
sama dengan orang lain (sosial) dan aspek-aspek
lain. Tugas mengajar sangat berkaitan dengan tugas-
tugas mengembangkan tiga aspek utama, yang oleh
Bloom dkk.diidentifikasi sebagai aspek atau matra
kognitif, psikomotorik dan afektif. Ketiga aspek ini
merupakan dimensi olah pikir, dimensi olah raga
dan dimensi olah rasa (Setyosari, 2009). Secara
terintegrasi ketiga aspek ini perlu dibelajarkan untuk
dimiliki oleh peserta didik. Tugas kedua ini
terwujud dalam bentuk, yang oleh Gagne (1985)
disebut sebagai peristiwa pembelajaran, “the events
of instructions.” Peristiwa pembelajaran ini
mencakup: 1) menarik perhatian (gaining attention),
2) menyampaikan tujuan khusus pembelajaran
(informaing instructional objectives), 3)
membangkitkan hal-hal yang telah dimiliki oleh
peserta didik/pebelajar atau pemelajar (stimulating
recall of prerequisite learning), 4) menyajikan
bahan atau materi pembelajaran (presenting stimulus
materials), 5) memberikan latihan terbimbing
(providing learning guidance), 6) menampilkan
unjuk kerja (eliciting performance), 7) memberikan
balikan (providing feedback), 8) menilai unjuk kerja
(assessing performance), dan 9) meningkatkan
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
23
Tabel 1: Tahap-tahap Proses Pembelajaran
Peristiwa Pembelajaran
(Gagne, et.al., 1992)
Kegiatan Pembelajaran
(Permendiknas 2007)
Peristiwa Pembelajaran
(Smith & Ragan, 1993)
1) menarik perhatian
2) menyampaikan tujuan
khusus pembelajaran
3) membangkitkan hal-hal
yang telah dimiliki oleh
peserta didik
4) menyajikan bahan atau
materi pembelajaran
5) memberikan latihan
terbimbing
6) menampilkan unjuk kerja
7) memberikan balikan
8) menilai unjuk kerja
9) meningkatkan retensi
dan transfer
1) kegiatan pendahuluan;
2) kegiatan inti, yang mencakup
a) eksplorasi,
b) elaborasi dan
c) konfimasi; dan
3) kegiatan penutup.
1) pendahuluan (introduction),
2) pokok (body),
3) kesimpulan (conclusion)
4) penilaian (assessment).
retensi dan transfer (enhancing retention and
transfer). Berkaitan dengan tugas kedua ini, ada
tiga kegiatan yang perlu dilakukan (menurut
Permendiknas, 2007) yaitu: 1) kegiatan
pendahuluan; 2) kegiatan inti, yang mencakup (a)
eksplorasi, (b) elaborasi dan (c) konfimasi; dan 3)
kegiatan penutup. Kegiatan pembelajaran ini
menurut Smith & Ragan (1993) mencakup empat
peristiwa, yang disebut, “ expanded instructional
events.” Peristiwa pembelajaan tersebut meliputi: 1)
pendahuluan (introduction), 2) pokok (body), 3)
kesimpulan (conclusion) dan 4) penilaian
(assessment). Ketiga langkah proses pembelajaran
tersebut dapat diperiksa pada Table 1.
Dalam kaitan dengan tugas ketiga, yaitu
menilai keseluruhan aktivitas yang telah dirancang
dan dilakukan yang dalam hal ini berupa program
pembelajaran. Penilaian ini mencakup penilaian
proses dan hasil, yaitu mulai dari kegiatan
perencanaan, proses kegiatan pembelajaran hingga
hasil yang ditentukan.
Pembelajaran Efektif dan Berkualitas
Sebelum berbicara mengenai kualitas
pembelajaran lebih jauh, ada dua pertanyaan yang
muncul, yaitu: Apakah yang dimaksud
pembelajaran berkualitas itu? dan Apakah yang
dimaksud pembelajaran efektif? Permasalahan yang
pertama telah lama menjadi pusat perhatian banyak
pihak, bahkan sejak awal kemerdekaan hingga
sekarang. Masalah kualitas ini justru seperti bola
salju, yang semakin lama semakin menjadi besar,
dan apabila tidak kita cari solusinya masalah
kualitas itu akan menjadi seperti benang kusut, yang
sulit dicari mana ujung dan pangkalnya. Masalah
kedua, terkait dengan seberapa jauh capaian atau
hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran yang
kita lakukan di kelas.
Karakteristik Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran yang efektif, sesungguhnya
bukan sesuatu yang mudah dan sederhana.
Pembelajaran yang efektif, bukan hanya masalah
tercapainya seluruh tujuan khusus pembelajaran.
Banyak aspek yang terlibat di dalamnya. Kita
nampaknya sepaham bahwa sebagian besar kajian
atau literature menyatakan pembelajaran yang
efektif itu merupakan suatu proses yang benar-benar
kompleks (MacGregor, 2007).Pembelajaran efektif
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
24
sesungguhnya terkait dengan aspek-aspek
pembelajaran dan seberapa kemampuan guru
menentukan suatu pengalaman belajar yang
mengarah pada pencapaian hasil (belajar) yang
diharapkan. Agar supaya hal ini bisa terwujud,
maka setiap peserta didik harus dilibatkan dalam
aktivitas pembelajaran. Kyriacou (2009)
menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif dapat
didefinisikan sebagai pembelajaran yang berhasil
mencapai tujuan belajar peserta didik sebagaimana
yang diharapkan oleh guru. Sedikitnya ada dua
unsur pokok dalam pembelajaran yang efektif, yaitu
1) guru harus memiliki suatu gagasan jelas tentang
tujuan belajar yang diharapkan dan 2) pengalaman
belajar yang direncanakan dan disampaikan dapat
tercapai.
Pembelajaran yang efektif ini juga
sangatterkait dengan guru yang efektif. Good and
Brophy (dalam MacGregor, 2007) menjelaskan
bahwa guru yang efektif ini adalah guru yang: 1)
guru yang menggunaian waktu pembelajaran secara
maksimal, 2) menyajikan bahan atau materi
pembelajaran dengan cara tertentu sehingga
memenuhi kebutuhan peserta didik, 3) memantau
program dan kemajuan, 4) merancang kesempatan
belajar bagi peserta didik untuk menerapkan
pengalaman belajarnya, 5) bersedia mengulang
kembali jika diperlukan dan 6) mematok harapan
tinggi, tetapi tujuan tersebut realistik.
Slavin (1994) menyusun suatu model
pembelajaran efektif, didasarkan atas hasil kerja
Carroll, dan mengidentifikasi unsur-unsur atau
elemen-elemen pembelajaran sebagai berikut.
Unsur-unsur model mencakup empat hal pokok,
yaitu: 1) kualitas pembelajaran, 2) tingkat
pembelajaran yang memadai, 3) ganjaran dan 4)
waktu. Kualitas pembelajaran berkenaan dengan
seberapa tinggi tingkat informasi atau keterampilan
yang disajikan kepada para peserta didik itu mudah
dipelajari mereka. Kualitas pembelajaran itu pada
umumnya berupa hasil yang berkualitas berkenaan
dengan pengalaman belajar atau kurikulum dan
pelajaran itu. Tingkat pembelajaran yang memadai
merujuk pada seberapa jauh guru yakin bahwa para
peserta didik siap belajar sesuatu hal yang baru.
Artinya, mereka memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari hal
baru tersebut, yang sebelumnya belum pernah
dipelajarinya. Dengan ungkapan lain, tingkat
pembelajaran itu memadai jikalau suatu pelajaran
tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah bagi
peserta didik. Ganjaran menyangkut hal yang
berkenaan bahwa guru yakin para peserta didik
termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran dan ingin belajar tentang hal yang
telah disampaikan, tentu saja setelah mendapatkan
penguatan atau ganjaran yang diberikan oleh guru.
Terakhir, berkaitan dengan waktu yang dalam hal
ini seberapa cukup waktu yang digunakan untuk
belajar peserta didik untuk mempelajari hal-hal yang
telah disampaikan oleh guru.
Keempat unsur model di atas, yaitu:kualitas
(quality), kesesuaian (appropriate), insentif atau
ganjaran (incentive) dan waktu yang digunakan
(time). Empat unsur itu KKIW atau yang oleh
Slavin disebut dengan model QAIT (Quality,
Appropriateness, Incentive, Time) ., yang
kesemuanya harus selaras bagi terjadinya
pembelajaran yang efektif. Kita menyadari ,
pembelajaran yang efektif bukan hanya
pembelajaran yang berlangsung baik , tetapi
pembelajaran yang efektif itu melibatkan banyak
unsur yang saling berkaitan . Betapa pun tingginya
kualitas pembelajaran, peserta didik tidak akan
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
25
belajar jika mereka tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan sebelumnya yang diperlukan, jika
meereka tidak termotivasi, jika mereka memiliki
waktu kurang yang diperlukan untuk belajar.
Sebaliknya, jika kualitas pembelajaran rendah maka
hal tersebut akan memberikan dampak kecil bagi
belajarnya peserta didik, walaupun mereka para
peserta didik memiliki motivasi dan waktu yang
cukup untuk belajar. Perlu kita ketahui bahwa
setiap elemen atau unsur dalam model tersebut
saling terkait seperti jalinan yang membentuk suatu
rantai sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.
Variabel konteks
Variabel konteks merujuk pada karakterikstik
atau ciri-ciri konteks kegiatan belajar, yang biasanya
berdasarkan kelas, yang mungkin memiliki dampak
keberhasilan kegiatan belajar. Variabel ini berkaitan
dengan latar belakang guru, peserta didik atau siswa,
kelas yang ada, bidang studi atau mata pelajaran,
sekolah, latar atau lingkungan dan situasi
masyarakat dimana pembelajaran terjadi dan
diterjadikan serta ketersediaan waktu yang dapat
dimanfaatkan secara efektif. Faktor-faktor yang ada
dalam lingkungan belajar memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik.
Variable proses
Variabel proses merujuk pada apa ya ng
sesungguhnya terjadi atau berlangsung dalam kelas,
berkenaan dengan persepsi, strategi dan tindakan
guru dan peserta didik, dan karakateristik tugas-
tugas dan aktivitas-aktivitas belajar tersebut dan
bagaimana hubungannya satu d engan yang lain.
Faktor-faktor tersebut meliputi antusiasme guru,
Gambar 1 : Model QAIT
(Sumber: Slavin (1994). A Model of Effective Instruction. The Office of Educational Research and
Improvement, U.S. Department of Education)
BAKAT SISWA
MOTIVASI SISWA
KUALITAS
PEMBELAJARAN
TINGKAT
PEMBELAJARAN
YANG SESUAI
INSENTIF
ALOKASI WAKTU
KETERLIBATAN SISWA
EFISIENSI
PEMBELAJARAN
(PRESTASI CAPAIAN
PER UNIT WAKTU)
PRESTASI BELAJAR
SISWA
MASUKAN SISWA
VARIABEL YANG DAPAT
BERUBAH
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
26
kejelasan uraian guru, penggunaan pertanyaan,
penggunaan penghargaan dan kritik, strategi
pengelolaan, teknik pendisiplinan, iklim kelas atau
pembelajaran, organisasi pelajaran, kesesuaian
tugas-tugas belajar, jenis balikan yang diterima
peserta didik, keterlibatan peserta didik dalam
belajar, interaksi peserta didik dan guru dan strategi
belajar yang digunakan oleh peserta
didik.Berkenaan dengan pembelajaran yang efektif
tersebut ada tiga faktor atau variabel yang terkait.
Ketiga faktor tersebut menurut Kyriacou (2009)
diperlihatkan pada Gambar 2.
Variabel Hasil
Variabel hasil berkenaan dengan capaian
akhir setelah melalui proses pembelajaran dalam
kurun waktu tertentu. Hasil belajar ditandai dengan
tingkat ketercapaian siswa atau peserta didik terkait
dengan hal yang dipelajarinya. Capaian atau hasil
belajar ini mencakup domain kognitif (kemampuan
untuk mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, dan menciptakan), afektif atau sikap
(kesadaran untuk menerima, menghargai, bertindak
sesuai kaidah atau aturan dan sebagainya) dan
psikomotorik (bertindak sesuai dengan atau
melakukan aktivitas atau gerakan otot yang didasari
intelektual dan perasaan atau emosi).
Variabel Ekstra
Faktor lain yang bersifat kontigensi; misalnya
peristiwa yang terjadi pada saat pelajaran
berlangsung. Hal-hal yang berada di luar atau di
sekitar siswa (peserta didik) pada saat siswa belajar
dapat mempengaruhi proses belajar, yang pada
gilirannya juga berpengaruh pada tercapainya tujuan
belajar. Faktor-faktor yang bersifat incidental atau
Gambar 2: Kerangka Dasar Berpikir tentang Pengajaran yang Efektif
Variabel system pendukung
Sinergi diantara komponen
pembelajaran untuk mencapai
tujuan khusus (standar/tujuan,
isi, strategi, media dan sumber
belajar serta evaluasi)
Variabel Konteks
Karakteristik Guru
Misal, jenis kelamin, usia,
pengalaman, kelas sosial
pelatihan, kepribadian.
Karakteristik Peserta didik
Misal
usia.kemampuan,nilai,
kepribadian, kelas sosial
Karakteristik Kelas
Misal, mata pelajaran,
tingkat kesulitan, minat
umum
Karakteristik BidangStudi
Misal, mata pelajaran,
tingkatkesulitan, minat
umum
Karakteristik Sekolah
Misal, luas, bangunan,
fasilitas, semangat kerja
kebijakan. proporsi
masukan
Karakteristik Masyarakat
Misal, kekayaan, kepadat-
an populasi dan lokasi
geografis
Karakteristik Waktu
misal, aslokasi waktu,
pelajaran sebelumnya,
cuaca, periodetahun
ajaran
Variabel Proses
Guru Peserta didik
percepsi, persepsi,
strategi dan strategi dan
perilaku perilaku
Karacteristik
Tugas dan aktivitas
belajar
Variabel Hasil
Hasil pendidikan
kognitif, afektif jangka
panjang/pendek.
Misal, perubahan sikap
peserta didik terhadap
sekolah dan mata
pelajaran; hasil
didasarkan pada
capaian standar,
meningkatnya tingkat
konsep diri,
keberhasilan ujian
nasional dan
kemandirian peserat
didik semakin besar.
Variabel Ekstra
Faktor lain yang bersifat
kontigensi; misalnya peristiwa
yang terjadi pada saat
pelajaran berlangsung
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
27
sementara ini menjadi faktor intervensi bagi
keberlangsungan dan kelancaran belajar siswa.
Variabel sistem pendukung
Sinergi diantara komponen pembelajaran
untuk mencapai tujuan khusus (standar/tujuan, isi,
strategi, media dan sumber belajar serta evaluasi)
sangat diperlukan. Ketersediaan media, teknologi,
sumber belajar dan lingkungan atau latar belajar
yang memadai sangat membantu siswa dalam
belajar. Lingkungan belajar menurut pandangan atau
teori kognitif dan konstruktivistik yang telah
menempatkan siswa sebagai “a constructor,” bukan
sebagai “a receiver atau recipient,” pengetahuan.
Penyediaan lingkungan belajar yang lebih imersif
dan teknologi pembelajaran sebagai sarana kognitif
membantu guru dalam merancang dan menciptakan
yang selanjutnya dapat digunakan untuk
membimbing siswa, yang oleh Molenda dan
Januszewski (2008) ditegaskan untuk, “to make
learning opportunities, and to assist learners in
finding answers to their questions.”
Pembelajaran Berkualitas
Berbicara masalah kualitas tentu sangat
terkait dengan seberapa besar layanan yang kita
berikan kepada peserta didik. Kita tidak bisa
menuntut banyak kepada peserta didik, jika layanan
yang kita berikan sangat terbatas. Artinya, layanan
belajar yang kita berikan seharusnya memberikan
peluang besar bagi perkembangan keseluruhan
aspek peserta didik. Kualitas pembelajaran merujuk
pada aktivitas-aktivitas yang kita rancang dan
tindakan-tindakan yang kita lakukan dan dilakukan
oleh peserta didik, termasuk di dalamnya bahan-
bahan atau pengalaman belajar (kurikulum) serta
media yang kita gunakan. Jika pembelajaran yang
kita lakukan berkualitas, maka bahan atau informasi
yang disajikan kepada peserta didik mudah
dipahami, mudah diingat dan diaplikasikan oleh
peserta didik. Hal yang terpenting tentang kualitas
pembelajaran adalahseberapa tinggi tingkat atau
derajad dimana pelajaran mudah bagi peserta didik
(Slavin, 1994).
Kita tahu dan sadar bahwa peserta didik
sesungguhnya telah memiliki potensi dan
kapabilitas yang dibawa (internal capabilities).
Sehubungan dengan hal tersebut Hewitt (2008)
menyatakan, “Pupils have their own views on how
they learn. In many classes group work is seen as a
very effective classroom arrangement for promoting
dialogue and learning.” Artinya, peserta didik telah
memiliki pandangan sendiri terkait dengan
belajarnya. Dalam berbagai pembelajaran di kelas
kerja kelompok dipandang sebagai penataan kelas
yang paling efektif untuk meningkatkan dialog dan
belajar. Kita, sebagai guru (pembelajar) perlu
memfasilitasi dan mempermudah bagi terjadinya
belajar peserta didik, sehingga mereka (para peserta
didik) mampu berkembang lebih jauh. Dary, et.al.
(2010) menyatakan, “ High quality service-learning
practice does not happen by accidentor in isolation.
It requires a systems approach to the process,
grounding implementation solidly in the k-12
service-learning standards for quality practice.
High quality service-learning engages students who
use the concepts and skills they learn inschool.”
Layanan belajar yang berkualitas itu tidak terjadi
begitu saja. Layanan belajar yang berkualitas ini
menuntut suatu pendekatan sistem terhadap proses,
yang mendasarkan pada penerapan secara solid
sesuai dengan standar layanan belajar mulai dari
pendidikan anak usia dini hingga di sekolah
menengah (yang di USA di sebut K-12,
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
28
kindergarten hingga kelas 12). Layanan belajar yang
berkualitas tersebut melibatkan peserta didik mulai
dari belajar menggunaan konsep-konsep dan
keterampilan-keterampilan yang mereka pelajari di
sekolah.
Layanan belajar sangat terkait dengan
tindak mengajar guru. Tindakan guru menyangkut
apa yang dikatakan, apa yang dilakukan,
menyiapkan materi pelajaran, menyampaikan materi
kepada peserta didik, berinteraksi dengan peserta
didik dan menilai hasil kerja peserta didik. Tentu
saja, hal tersebut belumlah cukup karena guru juga
perlu melihat proses pembelajaran yang terjadi
sebagai wujud layanan belajar bagi peserta didik.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru selalu
didasarkan pada tindakan-tindakannya di dalam
kelas terutama berkenaan dengan apa yang dicapai
oleh peserta didiknya. Dalam membuat keputusan
tentang kualitas pembelajaran sangat penting
mempertimbangkan tindak mengajar tersebut di atas
( Lawson, Askell-Williams, H., & Murray-Harvey,
dalam Saha &Dworkin, 2009).Kerr (dalam Saha
&Dworkin, 2009) menyatakan bahwa suatu tindak
mengajar guru itu mencakup tiga tindakan secara
berurutan, yaitu: 1) membuat suatu pilihan tentang
suatu belajar yang dapat mendorong peserta didik,
2) merancang suatu perencanaan untuk mendorong
belajar tersebut, dan 3) melaksanakan berdasarkan
perencanaan tersebut.
Berkenaan dengan kualitas pembelajaran,
ada 6 hal esensial praktik yang menandai kualitas
pembelajaran dan belajar. Keenam hal esensial
dalam praktik pembelajaran sebagai berikut, yaitu:
1) guru merancang secara efektif pembelajaran yang
berpusat pada standar, 2) guru menyampaikan
pembelajaran berkualitas tinggi, berpusat pada
peserta didik, 3) guru meningkatkan keterlibatan
peserta didik , 4) guru menggunakan penilaian untuk
belajar peserta didik, 5) guru menggunakan strategi
pengelolaan perilaku secara positif dan 6) adanya
kejelasan belajar peserta didik (MacGregor, 2007).
Apa ciri-ciri pendidikan yang berkualitas
itu? Ada beberapa dimensi yang menandai
pendidikan berkualitas. Dimensi-dimensi tersebut
(Unicef, 2000) meliputi sebagai berikut.
1) Para peserta didik dalam keadaan sehat,
terpenuhi gisi dan siap untuk terlibat dalam
proses belajar, ada dukungan keluarga dan
masyarakat dalam belajar;
2) Lingkungan yang sehat, aman, nyaman,
terlidungi dan memperhatikan gender serta
menyediakan sumber-sumber dan fasilitas
yang memadai;
3) Isi atau bahan yang termuat dalam
kurikulum relevan untuk mendukung
pemerolehan keterampilan dasar,
khususnya terkait bidang
kemahirwacanaan, berhitung dan
kecakapan hidup serta pengetahuan yang
terkait misalnya masalah gender, kesehatan,
nutrisi, pencegahan HIV/AIDS dan
perdamaian;
4) Proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru yang terlatih dengan menggunakan
pendekatan yang berpusat pada anak (
child-centred teaching approaches) dalam
kelas dan sekolah yang dikelola dengan
baik serta asesmen tepat untuk
memfasilitasi belajar dan mengurangi
disparitas;
5) Hasil belajar yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berkaitan
dengan tujuan (standar ) pendidikan
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
29
nasional sehingga mereka mampu
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan paparan di atas, secara singkat
dapat kita ungkapkan bahwa pembelajaran yang
efektif dan berkualitas itu, yaitu pembelajaran yang
dilaksanakan dengan memperhatikan seluruh
masukan (input) mulai dari perencanaan sesuai
dengan variabel konteks, variabel proses (termasuk
faktor-faktor yang berubah) dan hasilnya yang
ditandai pula oleh eserta didik yang sehat,
lingkungan sehat, isi atau kurikulum sesuai, proses
pembelajaran berfokus pada peserta didik sehingga
tercapai hasil pengetahuan, keterampilan dan sikap
sesuai standar yang ditetapkan.
KESIMPULAN
Ada tiga tugas utama atau tugas pokok guru,
yaitu mencakup merancang (design),
melaksanakan (execute) dan menilai (evaluate), dan
menurut Permendiknas 41/2007 ditambah lagi
dengan tugas pengawasan. Tugas utama tersebut
terarah untuk mendukung pencapaian kualitas
pendidikan, atau pembelajaran secara khusus. Untuk
mewujudkan standar proses, ditentukan adanya tiga
tahap pokok kegiatan, yang mencakup kegiatan
pendahuluan, pokok dan penutup.
Parameter keberhasilan guru dalam
memenuhi standar proses sangat tergantung pada
tingkat keterlaksanaan seluruh proses kegiatan atau
aktivitas yang dirancang oleh guru di dalam kelas.
Indikator keberhasilan dan keefektifan pembelajaran
juga ditentukan dan bahkan dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain, konteks, proses, ekstra dan
system pendukung yang ada.
Kualitas hasil pembelajaran atau pendidikan
ditandai oleh adanya siswa yang sehat, lingkungan
sehat, nyaman dan aman, isi atau kurikulum yang
relevan, pembelajaran berpusat pada peserta didik
dan hasil belajar secara terintegrasi mecakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
DAFTAR PUSTAKA
Dary, T., Prueter, B., Grinde, J., Grobschmidt, R.,
Evers, T. (2010). High Quality Instruction That
Transforms: A Guide to Implementing Quality
Academic Service-Learning. Wisconsin:
Department of Public Instruction.
Gagne, R.M. (1985).The Condition of Learning.
New York: Holt, Rinehart And Winstone
Hewitt, D. (2008). Undertanding Effective
Learning. Strategies for The Classroom. NY:
McGraw-Hill Education, Open University Press.
Huitt, W., Monetti, D., & Hummel, J. (2009).
Designing Direct Instruction. Pre-publication
version of chapter published in C. Reigeluth and
A. Carr-Chellman, Instructional-Design
Theories dnd Models: Volume III, Building A
Common Knowledgebase[73-97]. Mahwah, NJ:
Lawrence Erlbaum Associates.
Joyce, B., & Weil, M., & Calhoun, E. (2003).
Models of Teaching (7th ed.). Boston: Allyn &
Bacon.
Kyriacou, C. (2009) Effective Teaching in Schools:
Theory and Practice.Third Edition. Delta Place,
Cheltenham, UK: Nelson Thornes Ltd
Molenda, M., & Januszewski, A. (2008).
Educational Technology. A Dfinition with
Commentary. NY: Lawrence Erlbaum
Associates.
Michael J. Lawson, M.J., Helen Askell-Williams,
H., & Murray-Harvey, R. (2009). Dimensions of
Quality in Teacher Knowledge. In Lawrence J.
Saha & A. Gary
Dworkin (Eds). International Handbook of
Research on Teachers and Teaching. NY:
Springer Science+Business Media, LLC, p. 243-
257.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Kemendikbud.
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2014
30
PeraturanMenteri Pendidikan NasionalRepublik
IndonesiaNomor 41 Tahun 2007.
Standar Prosesuntuk Satuan Pendidikan Dasardan
Menengah. Jakarta:Kemendikbud
Setyosari, P. (2009). Pembelajaran Kolaborasi:
Mengembangkan Keterampilan Sosial,Rasa
Saling Menghargai dan Tanggung Jawab.
Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang
Ilmu Teknologi Pembelajaran pada Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat
Universitas Negeri Malang.
Slavin, R. (1994). A Model of Effective Instruction.
The Office of Educational
Research and Improvement, U.S. Department of
Education. No. OERI-R-117-R-90002
Smith, P.L., & Ragan, T.J. (1993).Instructional
Design. NY: Macmillan Publishing Company.
UNICEF. (2000).Defining Quality in Education. A
paper presented by UNICEF at the meeting of
The International Working Group on Education
Florence, Italy. June 2000