ArticlePDF Available

PENGGUNAAN MEDIA BOOKLET BERBASIS HOTS (HIGHER ORDER TINKING SKILL) GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN CERITA FABEL DI KELAS VII MTs NEGERI 2 BULELENG

Authors:

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan (1) penggunaan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam pembelajaran cerita fabel di kelas VII dan (2) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru saat menggunakan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam pembelajaran cerita fabel di kelas VII MTs Negeri 2 Buleleng. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa. Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dan kendalakendala yang dihadapi oleh guru saat menggunakan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini ialah (1) penggunaan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam pembelajaran cerita fabel telah memenuhi prosedur, yaitu pada awal pembelajaran, guru mampu menggiring siswa; pada inti pembelajaran, siswa mampu mengikuti pembelajaran cerita fabel dengan menggunakan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dengan maksimal, dan pada akhir pembelajaran siswa mampu menjawab pelatihan HOTS dengan baik. (2) Kendala guru adalah dari segi siswa. Simpulan penelitian ini adalah (1) penggunaan booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) telah efektif dan sesuai prosedur. (2) Kendala yang ditemukan oleh guru adalah dari segi siswa. Saran penelitian ini ialah, guru bahasa Indonesia agar mempertahankan keefektifan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dan lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan pembelajaran.
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
198
PENGGUNAAN MEDIA BOOKLET BERBASIS HOTS
(HIGHER ORDER TINKING SKILL)
GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN
CERITA FABEL DI KELAS VII MTs NEGERI 2 BULELENG
Riska Arisma 1, Ida Ayu Md. Darmayanti 2, Ida Bagus, Sutresna 3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {arismariska20@yahoo.co.id, dayudarmayanti1984@yahoo.com,
sutresna1956@gmail.com}@undiksha.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan (1) penggunaan media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill) dalam pembelajaran cerita fabel di kelas VII dan (2)
kendala-kendala yang dihadapi oleh guru saat menggunakan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam pembelajaran cerita fabel di kelas VII MTs
Negeri 2 Buleleng. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa. Objek dalam penelitian ini adalah
penggunaan media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dan kendala-
kendala yang dihadapi oleh guru saat menggunakan media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data dalam penelitian ini dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini ialah (1) penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam pembelajaran cerita fabel telah memenuhi
prosedur, yaitu pada awal pembelajaran, guru mampu menggiring siswa; pada inti
pembelajaran, siswa mampu mengikuti pembelajaran cerita fabel dengan menggunakan
media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) dengan maksimal, dan pada
akhir pembelajaran siswa mampu menjawab pelatihan HOTS dengan baik. (2) Kendala
guru adalah dari segi siswa. Simpulan penelitian ini adalah (1) penggunaan booklet
berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) telah efektif dan sesuai prosedur. (2)
Kendala yang ditemukan oleh guru adalah dari segi siswa. Saran penelitian ini ialah, guru
bahasa Indonesia agar mempertahankan keefektifan media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill) dan lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan
pembelajaran.
Kata Kunci: media booklet berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill),
pembelajaran, cerita fabel
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
199
ABSTRACT
This study aimed to describe (1) the use of HOTS-based booklet book (Higher Order
Thinking Skill) in learning fable story for seventh grade students and(2) constraints faced
by teachers when using HOTS-based booklet (Higher Order Thinking Skill) in learning
fable story at seveth grade students in MTs Negeri 2 Buleleng. This study used
descriptive qualitative research design. The subjects of this study were teachers and
students. The object of this study was the use of HOTS-based booklet book (Higher
Order Thinking Skill) and constraints faced by teachers when using HOTS-based booklet
(Higher Order Thinking Skill). The data were collected through observation,
documentation, and interview. The data in this study were analyzed descriptive
qualitatively. The results of this study were (1) the use of HOTS-based booklet book
(Higher Order Thinking Skill) in learning fable story has followed the procedure, that is at
the beginning the teacher's learning, can lead the students; at the core of learning the
students were able to follow the learning of fable story by using HOTS-based booklet
(Higher Order Thinking Skill) maximally, and at the end of the learning students were able
to answer HOTS training well. (2) the teacher’s constraints was in terms of the students.
The conclusions of this study were (1) the use of HOTS-based booklets (Higher Order
Thinking Skill) has been effective and based on the procedures. (2) the obstacles found
by teachers was in terms of the students. The suggestion of this research is, Indonesian
teacher should maintain the effectiveness of HOTS-based booklet media (Higher Order
Thinking Skill) and motivate the students more to increase their learning.
Keywords: HOTS-based booklet medium (Higher Order Thinking Skill), learning,
fable story
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah
satu hak bagi seluruh lapisan
masyarakat. Dalam hal ini, hak-hak
yang perlu diberikan kepada siswa,
baik dari segi kelengkapan diri
sendiri, pelayanan, maupun adanya
fasilitas yang memadai dari segi
sarana dan prasarana dalam
melaakukan kegiatan pembelajaran.
menurut Gagne dan Brigs (dalam
Arsyad 2011: 4), menyatakan bahwa
media pembelajaran meliputi alat
yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri atas
berbagai media, yakni buku, tape
recorder, kaset, video camera, video
recorder, film, slide (gambar
bingkai), foto, gambar, grafik,
televise, dan komputer. Penggunaan
media tentunya tidak sembarang
bisa digunakan, bergantung pada
materi yang diajarkan, seperti
pembelajaran sastra. Sastra, pada
hakikatnya, sebuah karya yang
terlahir dari sebuah ide, gagasan,
atau imajinasi pengarang. Sutresna
(2006: 6) menyatakan bahwa
pengarang memiliki daya sorot dan
presiasi yang tajam terhadap
problema-problema yang ada di
masyarakat untuk dijadikan sumber
ilham atau ide, yang pada gilirannya
dituangkan dalam ungkapan sastra.
Penelitian tentang
penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
pernah dilakukan oleh peneliti lain
yang bernama Sinta Ayu Ambarwati
pada tahun 2015, ia melakukan
penelitian berjudul “Keefektifan
Pendekatan Saintifik Berbantuan
Booklet Higher Order Thinking Skill
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
200
X”. Hasil penelitian dan
pembahasannya adalah
meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pengunaan pendekatan
saintifik berbantuan booklet higher
Order thinking skill. Penelitian
tersebut hanya melihat aspek
efektifitas pendekatan saintifik
berbantuan booklet higher order
thinking skill dalam pembelajaran
Biologi. Semestinya penelitian
tersebut tidak hanya meneliti aspek
keefektifan, tetapi juga melihat
penggunaan, respons, dan kendala
yang dialami oleh guru dalam
penggunaan media booklet higher
Order thinking skill.
Pisau bedah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori
cerita fabel yang disampaikan oleh
Nurgiyantoro (2005: 190), tokoh
binatang tersebut dapat berpikir dan
berinteraksi lengkap dengan
permasalahan hidup layaknya
manusia. Teori lain yang digunakan,
yaitu tentang media pembelajaran
yang disampaikan oleh Hamalik
(dalam Arsyad, 2011: 15),
pemakaian media pembelajaran
dalam proses pembelajaran
mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa.
Selain itu teori HOTS (Higher Order
Thinking Skill) yang disampaikan
oleh Wardana (dalam Rofiah, 2013:
17), menyatakan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi
atau HOTS adalah proses berpikir
yang melibatkan aktivitas mental
dalam usaha mengeksplorasi
pengalaman yang kompleks,
reflektif, dan kreatif yang dilakukan
secarasadar untuk mencapai tujuan,
yaitu memperoleh pengetahuan,
yang meliputi tingkat brpikir
anaalisis, sintesis, dan evaluasi.
Selanjutnya teori tentang kendala
pembelajaran yang disampaikan
oleh Hadisoeparto (2003: 117)
bahwa kendala yang disebabkan
oleh siswa bisa terjadi apabila dalam
proses belajar mengajar siswa tidak
berantusias dan merasa kurang
termotivasi mengikuti pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru.
Metode pembelajaran yang
digunakan dalam cerita fabel
dibedah menggunakan teori-teori
yang relevan dengan data yang
diperoleh peneliti. Metode
pembelajaran merupakan aspek
yang penting dalam kegiatan belajar,
karena media pembelajaran dapat
melatih keterampilan serta
kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa dan akan berpengaruh
terhadap motivasi dan hasil belajar
siswa. Salah satu media
pembelajaran yang dapat melatih
kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa adalah media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill) telah
digunakan guru dalam pembelajaran
cerita fabel oleh guru Bahasa
Indonesia kelas VII MTs Negeri 2
Buleleng yang bernama Indriana
Safitri, S.Pd. bagi guru media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) tidak sekadar
media pembelajaran tetapi juga
merupakan media untuk mengasah
kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Dengan menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill), siswa tidak
hanya termotivasi untuk belajar,
namun siswa juga mampu
mengasah kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Dengan demikian,
tidak proses pembelajaran akan
berjalan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. dengan demikian,
penelitian ini bertujuan
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
201
mendeskripsikan dua hal, yaitu (1)
penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
guru bahasa Indonesia dalam
pembelajaran cerita fabel di kelas VII
MTs Negeri 2 Buleleng. (2) kendala-
kendala yang di hadapi oleh guru
dalam menggunakan media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill) dalam pembelajaran
cerita fabel di kelas VII MTs Negeri 2
Buleleng. Penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang bersifat
teoretis, hasil penelitian ini
diharapkan mampu memberikan
sumbangan konseptual yang
edukatif pada pendidikan bahasa
dan sastra Indonesia, khususnya
dalam penggunaan media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill) guru bahasa
Indonesia dalam pembelajaran cerita
fabel. Selain itu, peneliti juga dapat
memeperkaya khasanah keilmuan,
khususnya pengggunaan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) guru bahasa
Indonesia dalam pembelajaran cerita
fabel. Secara praktis, penelitian ini
bermanfaat bagi guru atau pengajar
Bahasa dan Sastra Indonesia,
termasuk bagi peneliti sendiri
sebagai calon guru Bahasa dan
Sastra Indonesia hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya
bahan ajar ataupun memperkaya
wawasan pengajar dalam
pembelajaran cerita fabel. Bagi
siswa, penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu acuan dalam
pembelajaran cerita fabel. Bagi
peneliti lain, pedoman, serta bahan
perbandingan atau referensi dalam
melakukan penelitian sejenis untuk
menambah wawasan peneliti yang
dilakukan.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan deskriptif
kualitatif. Penelitian ini diharapkan
mampu mendeskripsikan
penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
guru bahasa Indonesia dalam
pembelajaran cerita fabel di kelas VII
MTs Negeri 2 Buleleng.
Subjek penelitian ini adalah
guru bahasa Indonesia kelas VII,
yaitu Indriana Safitri, S.Pd. dan
siswa kelas VII. Sedangkan objek
penelitian ini ada dua, yaitu
penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
dalam pembelajaran cerita fabel dan
kendala-kendala yang dialami oleh
guru dalam menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dalam
pembelajaran cerita fabel.
Tujuan utama penelitian ini
adalah mendapatkan data sesuai
dengan masalah penelitian. Metode
pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data yang memiliki
kridibelitas tinggi Suryana (2010: 16)
menyatakan bahwa metode
penelitian adalah prosedur atau
langkah-langkah yang ditempuh
dalam penelitian untuk mendapatkan
pengetahuan atau ilmu. Oleh karena
itu, tahap pengumpulan data tidak
boleh salah dan harus dilakukan
dengan cermat sesuai prosedur
serta ciri-ciri penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan
metode observasi tanpa partisipasi,
instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi dan alat perekam.
Peneliti juga menggunakan metode
dokumentasi, instrumen yang
digunakan adalah dokumen berupa
media media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill). Dan
peneliti juga menggunakan metode
wawancara, instrumen yang
digunakan adalah pedoman
wawancara terstruktur
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
202
Selanjutnya, data dalam
penelitian ini dianalisis secara
deskriptif kualitatif dengan
menggunakan prosedur model
analisis Miles dan Faisal (dalam
Sujarweni, 2014: 34), terdiri atas
reduksi data, penyajian data, serta
penyimpulan dan verifikasi. Hasil
akhir nanti diperoleh informasi
mengenai penggunaan media media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dalam
pembelajaran cerita fabel guru
bahasa Indonesia di kelas VII MTs
Negeri 2 Buleleng.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini meliputi
(1) penggunaan media media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dalam
pembelajaran cerita fabel dan (2)
kendala-kendal yang dihadapi oleh
guru dalam menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dalam
pembelajaran cerita fabel. Pertama,
data menegenai penggunaan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) guru bahasa
Indonesia dalam pembelajaran cerita
fabel di kelas VII MTs Negeri 2
Buleleng diperoleh menggunakan
metode observasi. Kedua, data
mengenai kendala-kendala yang
yang dihadapi oleh guru dalam
menggunakan media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill) guru bahasa
Indonesia dalam pembelajaran cerita
fabel di kelas VII MTs Negeri 2
Buleleng diperoleh menggunakan
metode wawancara.
Hasil penelitian yang
diperoleh akan dibahas satu persatu
sebagai berikut. Berbicara tentang
cerita fabel tentu tidak asing lagi
ditelinga masyarakat, terutama
dikalangan pelajar. Cerita fabel
sangat berkaitan erat dengan
karakter yang bernilai positif bagi
pembacanya, melalui pesan-pesan
moral yang terungkap dalam cerita,
sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh
itulah,pembaca diharapkan
dapatmengambil hikmah untuk
diterapkan (Nurgiyantoro, 1995:
321). Berdasarkan pendapat
tersebut, cerita fabel merupakan
bagian dari menanmkan pendidikan
moral yang dekat dengan kehidupan
manusia, terutama di lingkungan
pendidikan, seperti halnya di kelas
VII MTs Negeri 2 Buleleng.
Penggunaan media media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill) guru bahasa
Indonesia dalam pembelajaran cerita
di kelas tersebut telah berlangsung
efektif dan kondusif, serta memenuhi
prosedur. Pada awal pembelajaran
guru telah mampu menggiring siswa
mengikuti pembelajaran cerita fabel
dengan baik. Sebelum memasuki
kegiatan inti pembelajaran, guru
terlebih dahulu menggali
pemahaman siswa tentang materi
yang telah dibahas. Hal tersebut
terbukti ketika guru bertanya
“Sebelumnya, apa yang kalian
ketahui tentang fabel?” kepada
seluruh siswa. Mendengar
pertanyaan tersebut seluruh siswa
menjawab dengan serentak
mengetahui cerita fabel.
Selanjutnya, guru bertanya lagi
“Apakah yang dimaksud dengan
fabel?” jawaban yang diungkapkan
oleh siswa sangatlah beragam, yakni
cerita tentang hewan, cerita fiksi,
dan cerita hewan yang menyerupai
manusia. Setelah guru melakukan
apersepsi, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran secara tertulis.
Berdasarkan kegiatan awal tersebut,
guru telah mampu menggiring siswa
agar mengikuti pembelajaran cerita
fabel dengan baik.
Pada kegiatan inti
pembelajaran, siswa telah mampu
mengiikuti pembelajaran cerita fabel
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
203
dengan menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) maksimal,
berdiskusi dengan baik dan saling
tanya jawab. Dalam kegiatan inti,
pertama diawali dengan mengamati
materi yang telah dipaparkan melalui
media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill) yang
telah diberikan oleh guru, kemudian
kegiatan kedua, yakni menanya
berlangsung terjadilah interaksi
antara siswa dan guru salah satu
siswa dari kelas VII C bernama
Andina Aprilia bertanya “Bu
bagaimana cara membedakan cerita
fabel adaptasi dan alami?”. Guru
sangat mengapresiasi pertanyaan
tersebut kemudian menjalaskan
bahwa pada cerita fabel adaptasi
dan alami terletak pada sifat asli
tokoh dalam novel dan latar tempat
kejadian. Kemudian, kegiatan
menanya di kelas VII D bernama
Maulidya Sari bertanya terkait
komplikasi dalam cerita fabel “Bu,
apa yang dimaksud dengan
komplikasi atau klimaks dalam cerita
fabel?”. Guru pun sangat
mengapresiasi pertanyaan siswa
tersebut dan menjelaskan bahwa
komplikasi/klimaks dalam cerita
fabel, yakni sama saja dalam karya
sastra yang lainnya,
klimaks/komplikasi dalam cerita
fabel, yakni puncak permasalahan
yang ada dalam cerita fabel itu
sendiri. Setelah kegiatan menanya
ada kegiatan ketiga, yaitu
mengeksplorasi (menalar). Pada
kegiatan ini guru menugasi siswa
untuk mencermati dua buah cerita
fabel yang tersedia di dalam media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) yag berjudul Iri
Hati Sang Merpati dan Si Cantik dan
Si Buruk Rupa. Guru meminta siswa
untuk mencermati bacaannya
kembali agar siswa mampu
memahami cerita fabel tersebut.
Kegiatan keempat, yaitu
mengasosiasikan, yakni guru
menugasi siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah
disediakan oleh guru terkait cerita
fabel dengan kualitas pertanyaan
HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Pertanyaan ini terdiri atas unsur-
unsur instrinsik, struktur,dan
perbedaan fabel adaptasi dan alami
dari kedua cerita fabel di atas. Dari
kedua cerita fabel yang telah dibaca
siswa juga diminta untuk
menganalisis struktur dalam cerita
fabel. Kegiatan kelima,yaitu
mengomunikasikan. Pada kegiatan
ini,guru menunjuk siswa untuk
membacakan jawaban yang sudah
dikerjakannya. Siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada pada media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill). Hal tersebut di
lakukan agar siswa lain dapat
membandingkan hasil kerjanya
dengan hasi yang dibicarakan.salah
satu siswa bernama Tri Yulie Lestari
dari kelas VII B mencoba menjawab
pelatihan soal mengenai menentuan
fabel alami dan adaptasi pada cerita
fabel yang berjudul Iri Hati Sang
Merpati dan Si Cantik dan Si Buruk
Rupa yang ada dalam kedua cerita
fabel tersebut, yakni dengan
menjawab berdasarkan tabel yang
tertera. Berikut jawaban yang
dibacakan di depan kelas, pada
cerita fabel Iri Hati Sang Merpati,
adapun pertanyaan yang diajukan
terkait perbedaan fabel alami dan
adaptasi dengan menentukan tokoh-
tokoh, perwatakan, dan latar yang
ada di dalam cerita fabeltersebit
yakni: pada fabel adaptasi terdapat
tokoh yang memiliki perwatakan
tidak sesuai dengan kehidupan
aslinya, yakni 1) merpati memiliki
watak iri hati dan keras kepala,2)
latar berada di dalam sangkar, dan
kancil memiliki sifat yang bijaksana
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
204
serta bisa berbicara, 3) tekukur baik
hati, namun tekukur bisa bertukar
sangkar dengan merpati. Sementara
itu, di dalam fabel alami, merpati
tidak bisa berbicara dengan kancil
dan bertukar sangkar dengan
tekukur. Setelah siswa selesai
membacakan jawabannya, guru
memberikan kesempatan bagi siswa
lain untuk mengomentari atau
menyanggah jawaban temannya.hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui
ketepatan jawaban pekerjaan
temannya. Selain itu, kegiatan
mengomentari hasil kerja teman juga
dapat melatih kemampuan
berkomunikasi antarsiswa. Setelah
beberapa siswa memberikan
komentar maka guru memberikan
penjelasan, yakni dalam
membedakan antara fabel alami dan
adaptasi diperlukan untuk melihat
tiga aspek, yakni perwatakan,latar,
dan tokoh.
Pada kegiatan penutup, guru
menanyakan kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dalam
memamahami materi yang telah
dipelajari. Pertanyaan yang
digunakan oleh guru untuk
menanyakan kesuliutan siswa dalam
memahami materi yang telah di
pelajari adalah “Bagaimana anak-
anak, apakah dalam mempelajari
cerita fabel dan menjawab pelatihan
kalian mengalami kesulitan?”.
Setelah guru menanyakan kesulitan
siswa, guru mengajak siswa untuk
menyimpulkan materi pelajaran yang
sudah dipelajari. Selanjutnya, guru
mengumpulkan lembar kerja siswa
untukndinilai dan menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam.
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti mengenai
penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
guru bahasa Indonesia dalam
pembelajaran cerita fabel di kelas VII
MTs Negeri 2 Buleleng, penggunaan
media telah efektif untuk
meningkatkan minat belajar siswa
khususnya dalam materi
pembelajaran cerita fabel, selain itu,
dalam penggunaan media
pembelajaran hal pertama yang
harus diketahui oleh guru adalah
permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran. untuk mengatasi
permasalahan peserta didik, guru
juga harus mampu memilih media
yang cocok digunakan untuk
memecahkan permasalahan peserta
didik. Maka dari itu guru
menggunakan media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill) tersebut. sesuai
dengan hasil penelitian media
tersebut siswa lebih tertarik
mengikuti pembelajaran. hal tersebut
dapa dilihat dari hasil observasi yang
menunjukan siswa sangat antusias
dalam mengikuti pelajaran dan
perhatian siswa memang tertuju
pada pembelajaran. hal tersebut
sejalan dengan hal itu, Sudjana, dkk.
(2002: 2),menyatakan bahwa tujuan
penggunaan media adalah untuk
menarik perhatian siswa sehingga
dapat menimbulkan motivasi, untuk
memperjelas bahan pelajaran agar
siswa lebih mudah memahami,
metode mengajar akan lebih
bervariasi, dan siswa akan lebih
banyak melakukan kegiatan belajar
Yang terakhir adalah tentang
kendala guru dalam menggunakan
media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill) dalam
pembelajaran cerita fabel ada satu,
yaitu dari segi siswa berdasarkan
hasil wawancara peneliti dengan
guru Bahasa Indonesia kelas VII
yang bernama Indriana Safitri, S.Pd,
guru menyampaikan bahwa dari segi
siswa, beberapa siswa mengalami
kesulitan dalam memahami
penggunaan bahasa yang ada pada
media booklet berbasis HOTS
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
205
(Higher Order Thinking Skill)
dikarenakan kurangnya kosakata
baku yang dimiliki oleh siswa.
Berikut kutipan jawaban guru.
Ibu Indriana: Ada.
Salah satunya yang paling
menonjol adalah siswa kesulitan
memahami dari segi
penggunaan bahasa
dikarenakan kurangnya
memahami kosakata baku yang
dimiliki oleh siswa, tapi hanya
beberapa siswa saja yang
masih kesulitan memahami
kebahasaan dan penyajian
pellatihan cerita fabel itu
sendiri”.
Berdasarkan jawaban yang
diberikan oleh guru, sebagaian
besar siswa telah mampu mengikuti
penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
dalam pembelajaran cerita fabel
dengan baik. Hal tersebut terbukti
berdasarkan hasil pembelajaran
cerita fabel sebagian besar siswa
sudah mampu menjawab pelatihan-
pelatihan, bahkan, berani maju
kedepan di hadapan teman-
temannya untuk menyampaikan
jawabannya dan sudah mencapai
nilai di atas KKM. Namun, sebagian
kecil siswa kurang mampu mengikuti
pembelajaran cerita fabel dengan
baik. Pada intinya, kendala yang
bersumber dari siswa karena
kurangnya antusias siswa ketika
mengikuti pembelajaran dan
keterbatasan kemampuan siswa. Hal
itu senada dengan pandangan
Hadiesoeparto (2003: 117) bahwa
kendala yang disebabkan oleh siswa
bisa terjadi apabila dalam proses
belajar mengajar siswa tidak
bersntusisas dan merasa kurang
termoivasi mengikuti pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru. Siswa
yang kurang mampu mengikuti
kegiatan belajar dengan maksimal,
akan menghambat tujuan
pembelajaran. dengan demikian,
pada pembelajaran cerita fabel, guru
harus lebih intens membimbing
siswa memiliki motivasi belajar yang
tinggi.
IMPLIKASI PENELITIAN
Penelitian ini berimplikasi
membuka peluang dalam penelitian
penggunaan media, khususnya
penelitian penggunaan media dalam
pembelajaran karya sastra
khususnya pembelajaran cerita
fabel, yakni berupa media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill). Selain itu, melalui
penelitian ini akan terbuka jalan bagi
upaya-upaya menciptakan media
yang kreatif serta inovatif guna
menarik minat serta antusias siswa
dalam mengikuti proses
pembelajaran dan mampu
mengasah kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa dengan baik.
Oleh karena itu, penelitian ini
menghubungkan penggunaan media
dan proses pembelajaran, maka ini
dapat berimplikasi pula dalam
membuka wawasan guru untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam
menggunakan/memilih media atau
bahan ajar khususnya dalam
pembelajaran cerita fabel. Penelitian
ini juga memberikan lebih banyak
ruang bagi siswa dalam
mengapresiasi sebuah karya sastra
khususnya dalam pembelajaran
cerita fabel.
SIMPULAN DAN SARAN
Ada bebrapa simpulan yang
dapat diambil berdasarkan hasil dan
pembahasan penelitian yaitu, (1)
penggunaan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
telah berlangsung efektif dan
kondusif, serta memenuhi prosedur.
Pada awal pembelajaran guru telah
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
206
mampu menggiring siswa mengikuti
pembelajaran cerita fabel dengan
baik. Siswa mengikuti pembelajaran
debat dengan antusias dan suasana
kelas menjadi kondisif. Pada inti
pembelajaran siswa telah mampu
mengikuti pembelajaran cerita fabel
dengan menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dengan
maksimal. Guru menerapkan pola 5
M (mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan) karena
dalamproses pembelajaran di MTs
Negeri 2 Buleleng menggunakan
kurikulum 2013. Pada kegiatan ini
guru mengajak siswa untuk
memahami materi mengenai cerita
fabel, kemudian melakukan sesi
tanya jawab mengenai materi yang
dijelaskan, kemudian guru
membagikan media booklet berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
tersebut. Guru menugasi siswa
untuk mengerjakan latihan-latihan
yang ada dalam media. Siswa
diminta membacakan jawaban
dihadapan kelas dan siswa yang lain
memberikan komentar atau
argumentasi. Pada akhir
pembelajaran guru menanyakan
kesulitan yang dihadapi oleh siswa
dalam memahami materi yang telah
dipelajari, guru juga mengajak siswa
untuk menyimpulkan materi
pembelajaran yang sudah dipelajari,
dan yang terakhir guru
mengumpulkan hasil kerja siswa.
Kendala-kandala yang dihadapi oleh
guru dalam menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) pada
pembelajaran cerita fabel, yaitu dari
segi siswa. Sebagian kecil siswa
kurang memahami penggunaan
bahasa yang tertera pada media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) disebabkan
oleh kurangnya kosakata baku yang
dimiliki oleh siswa. Penelitian ini
berimplikasi membuaka peluang
dalam penelitian penggunaan media,
khususnya penelitian penggunaan
media dalam pembelajaran karya
satra khususnya dalam
pembelajaran cerita fabel yakni
berupa media booklet berbasis
HOTS (Higher Orde Thinking Skill).
Selain itu, melalui penelitian ini akan
terbuka jalan bagi upaya-upaya
menciptakan media yang kreatif
serta inovatif guna menarik siswa
dalam mengikuti proses
pembelajaran dan mampu
mengasah kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa dengan baik.
Oleh karena itu, penelitian ini
menghubungkan penggunaan media
dan proses pembelajaran, maka ini
dapat berimplikasi pula dalam
membuka wawasan guru untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam
menggunakan/memilih media atau
bahan ajar khususnya dalam
pembelajaran cerita fabel. Penelitian
ini, juga memberikan lebih banyak
ruang bagi siswa dalam
mengapresiasi sebuah karya sastra
khususnya dalam pembelajaran
cerita fabel.
Berdasarkan pemaparan
mengenai hasil penelitian dan
simpulan, ada dua saran yang dapat
disampaikan dalam penelitian ini.
Pertama,disarankan kepada
guru Bahasa Indonesia tersebut
agar mempertahankan keefektifan
pembelajaran cerita fabel bahkan
harus berupaya meningkatkan
keefektifan penggunaan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dalam
pemebeljaran cerita fabel.
Disarankan juga kepada guru
Bahasa Indonesia yang lain agar
mencoba menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dalam kegiatan
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
207
mengajar di kelas, karena media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) bermanfaat
untuk melatih keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa. Kedua, Kendala
guru dalam menggunakan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dala
pembelajaran cerita fabel di kelas VII
MTs Negeri 2 Buleleng, yaitu dari
segi siswa. Oleh karena itu,
disarankan kepada siswa agar lebih
giat belajar dan berlatih di sekolah
maupun di luar sekolah. Ketiga,
penelitian ini masih terbatas karena
hanya meneliti penggunaan media
booklet berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) dalam
pembelajaran cerita fabel dan
kendala-kendala yang dihadapi oleh
guru dari penggunaan media booklet
berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skill) dalam pembelajaran
cerita fabel saja. Untuk menambah
khasanah keilmuan, khususnya di
bidang bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, disankan kepada peneliti
lain untuk meneliti penggunaan
media booklet berbasis HOTS
(Higher Order Thinking Skill) dalam
materi lainnya, seperti dalam
pembelajaran cerita rakyat, cerita
fantasi,dan lain-lain.
DAFTAR RUJUKAN
Ambarwati, Sinta Ayu. 2015.
Keefektifan Pendekatan
Saintifik Berbantuan Booklet
Higher Order Thiking Skill
terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas X. Skripsi (tidak
diterbitkan). Universitas
Negeri Semarang.
Arsyad, Azhar. 2011. Media
Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hadisoeparto, A. 2003. Kesulitan
Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998.
Penilaian Pembelajaran
Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta:
BPE-YOGYAKARTA.
Nurgiyanto, Burhan. 1995. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra
Anak. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Rofiah, Emi, dkk. 2013.
“Penyusunan Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika pada
Siswa SMP”. Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol.1,
No. 2, ISSN: 2238-0691.
Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad.
2002. Media Pembelajaran.
Bandung: Sinar Baru.
Sujarweni, Wiratna. 2014.
Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.
Suryana. 2010. Metodologi
Penelitian Model Praktis
Kuantitatif dan Kualitatif.
Buku Ajar Perkuliahan
(belum diterbitkan).
Bandung, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sutresna, Ida Bagus. 2006. Modul
Prosa Fiksi. Singaraja:
Universitas Pendidikan
Ganesha.
Syafudin, Anwar Rizky. 2016.
Pengembangan Media
Adobe Flash CS5 untuk
Pembelajaran Menulis
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
208
Teks Fabel bagi Siswa
Kelas VIII SMP/MTs.
Skripsi (tidak diterbitkan).
Universitas Negeri
Yogyakarta.
Volume 8 Nomor 2, Agustus 2018
P-ISSN : 2614-4743 (cetak) dan e-ISSN : 2614-2007 (online)
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNDIKSHA
209
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru. Sujarweni, Wiratna
  • Nana Sudjana
  • Dan Rivai
  • Ahmad
Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 2002. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru. Sujarweni, Wiratna. 2014.
Metodologi Penelitian Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif
  • Suryana
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif. Buku Ajar Perkuliahan (belum diterbitkan).
Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
  • Azhar Arsyad
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
  • A Hadisoeparto
Hadisoeparto, A. 2003. Kesulitan Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi
  • Burhan Nurgiyantoro
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPE-YOGYAKARTA.
Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP
  • Emi Rofiah
Rofiah, Emi, dkk. 2013. "Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP". Jurnal Pendidikan Fisika, Vol.1, No. 2, ISSN: 2238-0691.
Pengembangan Media Adobe Flash CS5 untuk
  • Anwar Syafudin
  • Rizky
Syafudin, Anwar Rizky. 2016. Pengembangan Media Adobe Flash CS5 untuk