ArticlePDF Available

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN SUKU CADANG PADA PERUSAHAAN PENYEWAAN KENDARAAN

Authors:

Abstract

Persediaan suku cadang tepat waktu merupakan aset yang cukup penting pada perusahaan penyewaan kendaraan khususnya dalam penyelesaian program perawatan dan perbaikan tepat waktu sehingga kendaraan yang siap pakai tersedia pada saat dibutuhkan. Kenyataannya di perusahaan, pada bulan Februari, ada 104 jam waktu menganggur karena menunggu suku cadang tiba di lokasi perbaikan. Pada bulan Maret, ada 169 jam waktu menganggur akibat suku cadang terlambat tiba. Dan pada bulan April, ada 161 jam waktu menganggur untuk menunggu suku cadang tiba. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi keterlambatan dalam pengadaan suku cadang sehubungan dengan ketidakjelasan sistem informasi dalam pengelolaan suku cadang. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka dilakukan perancangan data base dan perancangan sistem informasi. Perancangan data base dengan melakukan pengkodean grup suku cadang, pengkodean suku cadang, pengklasifikasian suku cadang dan penentuan elemen-elemen persediaan. Perancangan sistem informasi yang dilakukan dengan metode unified modelling language. Hasil yang diperoleh dengan menerapkan sistem ini adalah pengematan Rp. 9,090,432.56 untuk suku cadang jenis ban, penghematan Rp. 947,025.47 untuk suku cadang jenis ban dalam, penghematan Rp. 1,298,446.09 untuk suku cadang jenis oli, penghematan Rp. 1,198,187.93 untuk suku cadang jenis oli hidrolik, penghematan Rp. 1,559,882.97 untuk suku cadang jenis minyak pelumas, penghematan Rp. 1,285,816.22 untuk suku cadang jenis ban vulkanisir dan penghematan Rp. 5,843,724.47 untuk suku cadang jenis selendang ban.
Jurnal Sistem Teknik Industri, Vol 18. No. 2, Juli 2016
ISSN 1411 5247 ISSN Online 2527-9408
84
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN SUKU CADANG PADA
PERUSAHAAN PENYEWAAN KENDARAAN
Yuana Delvika
Dosen Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area
Jl. Kolam No. 1 Medan
yuana_delvika@yahoo.com
Abstrak. Persediaan suku cadang tepat waktu merupakan aset yang cukup penting pada perusahaan penyewaan
kendaraan khususnya dalam penyelesaian program perawatan dan perbaikan tepat waktu sehingga kendaraan
yang siap pakai tersedia pada saat dibutuhkan. Kenyataannya di perusahaan, pada bulan Februari, ada 104 jam
waktu menganggur karena menunggu suku cadang tiba di lokasi perbaikan. Pada bulan Maret, ada 169 jam
waktu menganggur akibat suku cadang terlambat tiba. Dan pada bulan April, ada 161 jam waktu menganggur
untuk menunggu suku cadang tiba. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi keterlambatan dalam pengadaan suku
cadang sehubungan dengan ketidakjelasan sistem informasi dalam pengelolaan suku cadang. Untuk mengatasi
permasalahan di atas, maka dilakukan perancangan data base dan perancangan sistem informasi. Perancangan
data base dengan melakukan pengkodean grup suku cadang, pengkodean suku cadang, pengklasifikasian suku
cadang dan penentuan elemen-elemen persediaan. Perancangan sistem informasi yang dilakukan dengan metode
unified modelling language. Hasil yang diperoleh dengan menerapkan sistem ini adalah pengematan Rp.
9,090,432.56 untuk suku cadang jenis ban, penghematan Rp. 947,025.47 untuk suku cadang jenis ban dalam,
penghematan Rp. 1,298,446.09 untuk suku cadang jenis oli, penghematan Rp. 1,198,187.93 untuk suku cadang
jenis oli hidrolik, penghematan Rp. 1,559,882.97 untuk suku cadang jenis minyak pelumas, penghematan Rp.
1,285,816.22 untuk suku cadang jenis ban vulkanisir dan penghematan Rp. 5,843,724.47 untuk suku cadang
jenis selendang ban.
Kata Kunci. persediaan, pengendalian suku cadang, sistem informasi
Abstract. The availability of spare parts in time is an important asset in a heavy equipment retailing company
especially in the completion of maintaining and repairing program as per the schedule. So that the heavy
equipment will be available when needed. In fact, there were 107 idle hours in february, 169 idle hours in March
and 161 idle hours on April caused by the absence of various spare parts needed in restoration site. All these
factors caused the referdation of spare parts supply in accordance to imprecision of information system in spare
parts handling and procurement. Designing of database and information system is made, in order to over come
the above matters. Database designing by spare part clasifications, clarifications and stipulations of stock
elements. And the design of informations system by ”unified modeling language” method. The result of
implementing this system is obstemiousness of Rp. 9,090,432.56 for Tire, Rp. 947,025.47 for Tube, Rp.
1,298,446.09 for Engine oil, Rp. 1,198,187.93 for Hydraulic oil, Rp. 1,559,882.97 for Bearing, Rp. 1,285,816.22
for Tire vulcanizer and Rp. 5,843,724.47 for Rim.
Keywords. Inventory, Spare Parts Controlling, Information System
Jurnal Sistem Teknik Industri, Vol 18. No. 2, Juli 2016
ISSN 1411 5247 ISSN Online 2527-9408
85
1. Pendahuluan
Persediaan suku cadang merupakan aset yang
cukup penting pada perusahaan penyewaan alat berat.
Menurut Assauri (1998) persediaan terhadap suku
cadang sangat perlu karena jika jumlah persediaan
lebih kecil dari jumlah suku cadang yang rusak, maka
akan menyebabkan alat berat tidak dapat beroperasi.
Hal ini akan menimbulkan kerugian yang sangat
besar. Demikian pula sebaliknya, jika jumlah
persediaan suku cadang di gudang terlalu besar maka
akan menimbulkan kerugian seperti tertanamnya
modal perusahaan.
Suku cadang dari masing-masing alat berat
mempunyai waktu kerusakan yang berbeda-beda.
Untuk mengurangi kerusakan alat berat sangat
diperlukan perencanaan perawatan yang baik. Untuk
mendukung rencana perawatan dan perbaikan
terhadap alat berat maka dibutuhkan suku cadang.
Suku cadang yang tidak tersedia pada saat yang
dibutuhkan akan menghambat rencana perawatan dan
perbaikan tersebut. Untuk itu pengendalian persediaan
suku cadang dalam perusahaan penyewaan alat berat
sangat diperlukan untuk menjaga keandalan alat berat
dan ketepatan pelaksanaan program perawatan dan
perbaikan.
Kenyataan bahwa perusahaan saat ini sudah
memiliki sistem informasi pengendalian persediaan
suku cadang. Menurut Kenneth C Laudon (2005)
sistem informasi tidak bisa sukses tanpa memahami
organisasi. Salah satu bentuk pemahaman terhadap
organisasi adalah dengan memetakan bisnis proses
dan diagram jaringan informasi perusahaan yang
digambarkan pada Gambar 1.1 (a) dan Gambar 1.1
(b). Menurut Kenneth C Laudon (2005) Bisnis proses
merupakan suatu cara unik dalam mengorganisasikan
aktivitas kerja, informasi dan pengetahuan untuk
menghasilkan suatu produk atau jasa.
Menurut Henmaidi dalam Jurnal Ilmiah
Teknik Industri, Perusahaan melakukan pembagian
suku cadang dalam 3 kategori yaitu kategori fast
moving, kategori middle moving dan kategori slow
moving. Menurut Richardus Eko Indrajit dalam buku
Manajemen Persediaan (2003), barang suku cadang
dibagi berdasarkan penggunaannya. Pembagian ini
sangat berguna untuk membagi kebijakan
penyimpanan dan pengisian kembali. Menurutnya
juga sebaiknya pembagian dikaitkan dengan tingkat
kerusakan alat yang digunakan. Perusahaan juga
sudah memiliki sistem pemesanan berdasarkan stok
minimum-maksimum. Perusahaan memiliki beberapa
prosedur yang mengatur pengendalian persediaan
suku cadang.
Menurut Kenneth C Laudon (2005) Prosedur
merupakan aturan-aturan formal untuk menyelesaikan
tugas yang dikembangkan dengan tujuan mengatasi
situasi yang telah diantisipasi sebelumnya.
Kelemahan dari sistem ini adalah suku
cadang sering terlambat tiba diperusahaan sehingga
program perawatan dan perbaikan sering terlambat.
Sebagai contoh pada bulan Februari, ada
104 jam waktu menganggur karena menunggu spart
part tiba di lokasi perbaikan. Pada bulan Maret, ada
169 jam waktu menganggur akibat suku cadang
terlambat tiba. Pada bulan April, ada 161 jam waktu
menganggur untuk menunggu suku cadang tiba.
Kumulatif waktu menunggu ini cukup besar yang
mengakibatkan alat berat tidak tersedia pada saat
yang dibutuhkan.
Menurut Hermawan, Arya Tandy dalam
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SNATI 2009) Masalah lain yang sering juga terjadi
adalah kesalahan pemesanan suku cadang antara
pihak pemesan dan suplier. Selama ini, masalah di
atas ada beberapa kali terjadi. Akibatnya alat berat
yang siap pakai tidak bisa dikirim sesuai permintaan
pengguna di lapangan. Pengguna di lapangan merasa
tidak puat yang ditunjukkan melalui complain/klaim
yang sering mereka sampaikan.
Kenyataan lain di dalam perusahaan adalah
karakteristik suku cadang yang berjumlah amat
banyak yaitu kurang lebih 1100 jenis, jika tidak
diklasifikasikan dalam bank data secara sistematis
sesuai dengan sifat item baik tingkat penyerapan,
tingkat kepentingan dan lain sebagainya akan menjadi
kendala tersendiri dalam sistem persediaan maupun
penyajian informasi. Penyajian informasi yang
dimaksud adalah informasi mengenai suku cadang
apa yang sudah mencapai batas stok minimum dan
harus dipesan kembali sampai dengan informasi
suplier suku cadang yang akan dipesan.
Kemudahan memperoleh informasi amat
penting dalam mempersiapkan kegiatan operasional
maupun kegiatan rutin bagi pihak manajemen.
Kemudahan memperoleh informasi menurut
pengamatan yang ada saat ini khususnya dalam
sistem pengendalian persediaan perlu ditingkatkan
agar dapat menunjang penyajian informasi dalam
waktu yang cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan
pengambil keputusan. Penyajian informasi dalam
waktu yang cepat dan tepat tersebut dapat
menghilangkan waktu untuk kegiatan yang tidak
efektif. Sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan
produktivitas kerja karyawan pada bagian terkait.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan di
atas, permasalahan yang akan dicari pemecahannya
melalui penelitian ini adalah seringnya terjadi
keterlambatan dalam pengadaan suku cadang
sehubungan dengan ketidakjelasan sistem informasi
daam pengelolaan suku cadang.
2.1. Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan rancangan sistem informasi persediaan
suku cadang yang efektif dan efisien sehingga
rencana pengadaan dan pengendalian suku cadang
dapat akurat dalam menunjang program perawatan
dan perbaikan.
Sasaran penelitian ini adalah untuk
mengembangkan data base, mendata dan menetapkan
informasi antar unit terkait dalam sistem informasi,
86
merancang formulir yang akan diimplementasikan
pada sistem informasi dan mengembangkan sistem
pengkodean.
2.2. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa
manfaat yang bisa diperoleh, antara lain:
1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan serta
sebagai bahan informasi dan rekomendasi untuk
selanjutnya menjadi referensi bagi perusahaan
dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan informasi pengendalian persediaan
2. Sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya dan
memberikan sumbangan pemikiran khususnya
masalah sistem informasi pengendalian persediaan
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan pendekatan action research, yaitu suatu
metode yang menyelesaikan suatu indikasi keadaan,
gejala pada kondisi yang sudah ada dan sedang
berjalan, yang dilakukan dengan pengumpulan data,
mentabulasi dan mengklarifikasi serta
menginterpretasikan sehingga diperoleh gambaran
yang jelas mengenai masalah yang dihadapi dan pada
akhirnya usulan pengembangan yang dilakukan.
3.1. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan berbagai cara, sebagai berikut:
1. Melakukan observasi langsung, yaitu mencatat
sendiri data yang diperlukan yang diperoleh
terhadap pengamatan di lapangan.
2. Melakukan Tanya jawab secara langsung dengan
pihak yang terkait dalam pengendalian persediaan
suku cadang yaitu Divisi Business Support.
3. Melakukan penelusuran berbagai dokumen yang
terkait seperti data masa lalu, kebijakan dan
berbagai dokumen yang terkait dengan
pengendalian persediaan suku cadang.
3.2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
secara garis besar terdiri dari dua jenis data, yaitu:
1. Data Primer
Data Primer meliputi Alur informasi
pengendalian persediaan yang ada sekarang dan
lain-lain.
2. Data Sekunder
Jumlah dan jenis suku cadang, harga beli masing-
masing suku cadang, waktu pemesanan untuk
masing-masing suku cadang, jumlah permintaan
masing-masing suku cadang, jenis kerusakan,
ketepatan rencana jadwal dan realisasi program
perawatan, kegagalan perbaikan, bisnis proses,
kelengkapan sarana dan prasarana yang meliputi
material, mekanik, mesin, sistem dan prosedur
perbaikan dan lain-lain.
Metodologi ini merupakan sesuatu yang
sangat penting karena berhasil tidaknya, demikian
juga tinggi rendahnya kualitas hasil penelitiannya
sangat ditentukan oleh ketetapan penulis dalam
memilih metodologi penelitiannya.
Diagram alir atau tahapan-tahapan dalam
melakukan dapat ditunjukkan pada Gambar 1 di
bawah ini :
Mulai
Mengevaluasi kondisi sekarang
Pengumpulan data
Kesimpulan dan saran
Selesai
Menganalisis kelemahan kondisi sekarang
Tinjauan teori
Alur informasi
pengendalian persediaan
yang ada sekarang
Data Primer Data Sekunder
1. Jenis dan jumlah spare part
2. Harga belI
3. Waktu pemesanan
4. Jumlah permintaan
5. Jenis kerusakan
Metode Unified Modeling Language
-. Evaluasi bisnis proses
-. Use case diagram
-. Entity relationship diagram
-. Perancanngan menu-menu
-. Perancangan interface
Pengolahan Data
-. Pengujian pola pemakaian
-. Pengkodean grup spare part
-. Pengkodean jenis spare part
-. Metode dinamis dengan ketidakpastian
Gambar 1 : Diagram Alir Penelitian
4. Hasil Penelitian
Ada 2 (dua) hal yang akan dilakukan dalam
perancangan sistem informasi pengendalian
persediaan suku cadang yaitu:
1. Perancangan Data Base
Data base yang dimaksud adalah data yang akan
menjadi input pada sistem yang akan dibangun. Input
adalah kode suku cadang, jumlah pemesanan
minimum suku cadang, waktu pemesanan / lead time,
jumlah pemesanan minimum masingmasing suku
cadang dan total biaya yang dikeluarkan untuk
masingmasing suku cadang. Dalam penelitian ini,
perancangan data base yang dibuat hanya untuk suku
cadang golongan kritis (A).
2. Perancangan sistem informasi
Setelah perancangan data base selesai dilakukan,
maka selanjutnya dilakukan perancangan sistem
informasi. Sistem informasi yang dirancang melalui
proses disain, analisis dan perancangan.
Dalam perancangan sistem informasi ini,
semua data yang terkumpul telah dianalisa hubungan
antara masing-masing pernyataan dan data yang
terkait. Untuk merancang sistem informasi
pengendalian persediaan dilakukan pendekatan
Unified Modeling Language (UML). Tahapan dalam
87
merancang sistem informasi dengan pendekatan UML
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
2. Analisis (Analysis)
3. Perancangan (Design)
1) Tahap Perencanaan (Planning)
Dalam tahapan perencanaan ini ada beberapa
kegiatan yang dilakukan yaitu perumusan tujuan
pengembangan sistem informasi, survei awal terhadap
permasalahan sistem informasi yang ada, analisis
sistem dan prosedur yang ada saat ini dan membuat
keputusan akhir tentang kelayakan sistem baru.
TOP MANAGEMENT MANAGEMENT
REPRESENTATIVE
OUTSOURCHING
OPERATIONAL
WAREHOUSE
PROCUREMENT
RENTAL & SALES EQUIPMENT
MAINTENANCE & SERVICE
SUPPLIER
INFRASTRUCTURE
CORPORATE
AFFAIR
ACCOUNTING & FINANCE
MARKETING &
SALES
CUSTOMER
Penyediaan
Alat Berat
Tambahan
(jika dibutuhkan)
Info Permintaan Spare Part
Info Pembelian Spare Part
Informasi
Laporan
Keuangan
Informasi
Permintaan
Penyewaan
Alat Berat
Informasi
Permintaan
Alat Berat
Siap Pakai
Info Pembelian Spart Part
Info Pembelian Spart Part
Spare Part Masuk
Spart Part Masuk
Pembayaran
Informasi
Nilai
Tagihan
Pembayaran
Pengiriman Alat Berat
Informasi
Nilai
Penyewaan
Alat Berat
dengan
Customer
Info Pembelian Spart Part
Alat Berat Siap Diperbaiki
GOOD RECEIVED IN
Info
Spare Part
yg dibeli
telah diterima
Spare Part Masuk
Info Pembelian Spart Part
Info
Permintaan
Alat Berat
Tambahan
(jika dibutuhkan)
Info Kerusakan Alat Berat
Gambar 2 : Proses Bisnis Usulan
2) Tahap Analisis (Analysis)
Dalam tahapan analisis ini ada beberapa kegiatan
yang akan dilakukan yaitu Mendefinisikan struktur
keputusan pada organisasi pengguna, Definisikan
pemasalahan dan kebutuhan pada pengguna,
Menentukan ruang lingkup sistem yang akan didisain,
Mengumpulkan fakta-fakta yang dibutuhkan untuk
disain, Mengumpulkan data yang akan dihandel
sistem informasi dan Analisis fakta.
Entry
Kerusakan
Entry Jenis,
lokasi dan tipe
kerusakan
Entry Part,
prosedur, tools dan
waktu standar
pengerjaan
Permintaan
Mekanik
Permintaan
Part
Div Operasional Staf Radio
Mekanik Head
Mekanik
Kasir
Staf Gudang Staf
Pembelian
Pembelian
Part
Part Masuk
Suplier
Pembayaran
Info
Pembelian
Part
Pengerjaan
Check
Permintaan
Part
Gambar 3 : Diagram Use Case
3) Tahap Perancangan (Design)
Dalam tahapan analisis ini ada beberapa kegiatan
yang akan dilakukan yaitu menentukan tujuan umum
dan tujuan spesifik sistem informasi, membuat model
konseptual, menentukan batasan-batasan sistem,
merumuskan operasi dasar pemrosesan data dan
pengembangan alternatif disain. Tahapan analisis
dapat diinterpretasikan dengan Perancangan Entity
Relationship Diagram (ERD), Perancangan Menu dan
Perancangan Antar Muka (Interface).
a) Perancangan Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan
suatu model untuk menjelaskan hubungan antar data
dalam basis data berdasarkan objek-objek dasar data
yang mempunyai hubungan antar relasi. Entity
Relationship Diagram (ERD) untuk memodelkan
struktur data dan hubungan antar data, untuk
menggambarkannya digunakan beberapa notasi dan
simbol. Entity Relationship Diagram pengendalian
persediaan suku cadang dapat dilihat pada Gambar 4.
Material
requisition
- ID Kode Unit
- ID Tanggal
- ID No MR
- ID Tipe orderan
- ID HM/KM
- ID Nama part
- ID Jumlah
- ID Satuan
ID Kode part
Job order
- ID Kode Unit
- ID Tanggal
- ID No. SPK
- ID Pekerjaan
- ID Target jam
ID Job Order
Purchase order
- ID Tanggal
- ID Kode part
- ID Jumlah
- ID Satuan
ID Purchase
Kuitansi
- ID Tanggal
- ID Jns pembyaran
- ID Purchase
- ID Transaksi
ID No. Voucher
Radio report
- ID Operator
- ID Lokasi
- ID Status
ID Kode unit
PK
FK
PK
FK
PK
FK
PK
FK
PK
Gambar 4 : Entity Relation Diagram
b) Perancangan Menu
Perancangan menu dilakukan untuk
merancang menu-menu apa yang dibutuhkan dalam
kegiatan pengendalian persediaan ini. Menu-menu
akan dirancang detail dan akurat agar sistem yang
dibangun dapat dijalankan. Adapun rancangan menu
pada pengendalian persediaan suku cadang di PT.
XYZ dapat ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5 : Perancangan Menu
c) Perancangan Antar Muka (Interface)
Setelah mendapatkan field-field maupun
informasi apa saja yang mau ditampilkan maka
dibuatlah rancangan antarmuka dan untuk
memudahkan penjelasan disain antar muka sistem ini.
Untuk rancangan antarmuka dapat kita lihat beberapa
menu. Rancangan antarmuka yang dibuat interface
adalah menu login, menu radio report, menu material
requisition, menu job order, menu purchase order
dan menu kuitansi seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6.
Radio
Mekanik
Gudang
Pembelian
Kasir
Administrator
User
Login
88
Enter Text
Sistem Pengendalian Persediaan Spare Part
Sistem Pengendalian Persediaan Spare Part
Radio ReportMenu Material Requisition Job Order Purchase Order Kuitansi
Sistem Pengendalian Persediaan Spare Part
By Yuana Delvika
PT. Sarana Baja Perkasa
Gambar 6 : Interface
Enter Text
Menu Utama
Menu Utama
ID
Password
Tambah ID
Status
Lokasi
Edit
Simpan
Batal
Hapus
Keluar
Data ID Tombol Proses
ID Nama Status
1 MR Lugito Administrator
2 GDG1 Yansen Entri MR
3 GDG2 Yanni Lia Entri MR
4 CON Siu Tin Administrator
5 PUR Denni Wijaya Entri PO
6 ACC William Entri Voucher
No
Gambar 7 : Form Login
Enter Text
Sistem Pengendalian Persediaan Spare Part
Sistem Pengendalian Persediaan Spare Part
Radio ReportMenu Material Requisition Job Order Purchase Order Kuitansi
Entri
Edit
Periksa
ID : RAD
Tanggal : 01-06-2010
Gambar 8 : Form Radio Report
Gambar 9 : Form Entri Radio Report
Enter Text
Radio Report :: Edit
Radio Report :: Edit
Kode Unit
Operator
Lokasi
Simpan Riwayat Cetak
Status
ID : RAD
Tanggal : 01-06-2010
Batal Ke Menu Utama
Data Kerusakan
Edit
Gambar 10 : Form Edit Radio Report
Enter Text
Radio Report :: Periksa
Radio Report :: Periksa
Kode Unit Lokasi
1 FGD106 Perawang Ban bocor
2 DT312 Riau Rem tidak bisa dipakai
3 TL005 Martubung As ban patah 11-06-2010 Proses
4 FGD505 Martubung Bak pecah 11-06-2010 Proses
5 DT102 Belawan Tangki bocor 11-06-2010 Batal
6 DT125 Martubung Kain rem aus 10-06-2010 Proses
Tgl Lapor
ID : RAD
Tanggal : 12-06-2010
Status Tgl Periksa
Simpan Riwayat Cetak Batal Ke Menu Utama
Keterangan
Form 11: Form Periksa Radio Report
4. Kesimpulan
1. Berdasarkan klasifikasi suku cadang yang
dilakukan maka ada 7 jenis suku cadang kategori
kritis (Fast Moving), 26 jenis suku cadang
kategori sedang (Middle Moving) dan 833 jenis
suku cadang kategori tidak kritis (Slow Moving).
2. Dengan menggunakan klasifikasi ABC maka
yang termasuk suku cadang kategori kritis (Fast
Moving) adalah jenis ban, ban dalam, oli mesin,
oli hidrolik, bearing, ban vulkanisir, dan
selendang ban
3. Model persediaan untuk seluruh suku cadang
kategori kritis adalah model dinamis dengan
ketidakpastian.
4. Persediaan keamanan untuk jenis ban adalah
7.052 unit, waktu pemesanan 12.692 hari,
pemesanan optimal 6.346 unit, pemesanan
kembali 13.398 unit dan total biaya persediaan
adalah Rp. 246,696,441.10.
5. Persediaan keamanan untuk jenis ban dalam
adalah 16.693 unit, waktu pemesanan 22.839
hari, pemesanan optimal 44.251 unit, pemesanan
kembali 60.944 unit dan total biaya persediaan
adalah Rp. 25,389,392.53.
6. Persediaan keamanan untuk oli mesin adalah
40.767 unit, waktu pemesanan 103.398 hari,
pemesanan optimal 1,208.468 unit, pemesanan
kembali 1,249.235 unit dan total biaya persediaan
adalah Rp. 7,457,652.36.
7. Persediaan keamanan untuk oli hidrolik adalah
247.340 unit, waktu pemesanan 12.311 hari,
pemesanan optimal 677.847 unit, pemesanan
kembali 925.187 unit dan total biaya persediaan
adalah Rp. 6,927,910.17.
8. Persediaan keamanan untuk bearing adalah 0.240
unit, waktu pemesanan 9.903 hari, pemesanan
optimal 0.619 unit, pemesanan kembali 0.859
unit dan total biaya persediaan adalah Rp.
13,316,890.93.
9. Persediaan keamanan untuk ban vulkanisir adalah
9.899 unit, waktu pemesanan 17.317 hari,
pemesanan optimal 19.482 unit, pemesanan
kembali 29.381 unit dan total biaya persediaan
adalah Rp. 9,473,148.12.
10. Persediaan keamanan untuk selendang ban adalah
25.479 unit, waktu pemesanan 4.393 hari,
pemesanan optimal 4.668 unit, pemesanan
kembali 30.146 unit dan total biaya persediaan
adalah Rp. 18,141,369.30.
11. Langkah langkah perancangan sistem informasi
menggunakan bahasa UML (unified modelling
89
language) adalah tahap perencanaan (planning)
dengan proses bisnis, tahap analisis (analysis)
dengan diagram use case, tahap perancangan
(design) dengan perancangan entity relationship
diagram (ERD), perancangan menu dan
perancangan antarmuka (interface).
DAFTAR PUSTAKA
Albin, S. T. (2003). The art of software architecture :
Design, Methods & Techniques. John Wiley &
Sons.
Anshori Tavip, Aplikasi Sistem Pakar dalam
mendukung sistem manajemen informasi,
Proceedings, Komputer dan Sistem Inteligen
(KOMMIT, 2002), 21-22 Agustus 2002.
Anwaruddin Tanwari, A. Q. (2000). ABC Analysis as
a inventory control technique. QUAID E
AWAM University Research Journal of
Engineering, Science and Technology .
Ballou, R. H. (1999). Business Logistics
Management. Prentice Hall International Inc.
Henmaidi, Analisis Kinerja Manajemen Persediaan
pada PT.XYZ, Jurnal Ilmiah Teknik Industri
Hermawan, Arya Tandi, Decision Support System
Tool untuk penyelesaian masalah, Jurnal
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SNATI 2009), ISSN : 1907-5022
Hidayati, H. d. (2006). Analisis Kinerja Manajemen
Persediaan pada PT.United Tractors Tbk
Cabag Padang. Universitas Andalas .
Jauhari, W. A. (2007). Penetapan Tingkat Persediaan
Spare Part Forklift Merek Komatsu dengan
pendekatan model persediaan single item
(studi kasus di PT.United Tractors Tbk).
Universitas Sebelas Maret .
Laudon, K. C. (2005). Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta: Penerbit Andi.
Stallings, W. (2003). Computer Organization &
Architecture. Prentice Hall.
Ultsch, A. (2001). Proof of pareto's 80/20 law and
precise limit for ABC analysis. University of
marburg Germany .
Widia, D. (2011). Analisis dan Perancangan Sistem
Informasi Manajemen Persediaan untuk
Meningkatkan Pengendalian Persediaan Suku
Cadang Pesawat pada Divisi Logistik
Perusahaan Penerbangan Studi Kasus PT.
PAS. Universitas Bina Nusantara .
... It should be noted that the spare parts provided by this company must be guaranteed in order to maintain the stability of logistics activities in Indonesia. The activity of obtaining information from various business actors is very important in running company operations (Delvika, 2016). Therefore, PT Persada Utama Diesel must have access to this information as well as possible. ...
Article
Full-text available
This study aims to develop a spare parts marketing strategy using SWOT and Business Model Canvas (BMC) approaches at PT Persada Utama Diesel. Globalization has encouraged economic growth in various sectors, including exports and imports. However, international business activities also have risks that must be managed properly. Effective risk management can increase investor confidence, maintain company reputation, and ensure long-term business sustainability. This research uses a qualitative approach with a case study on PT Persada Utama Diesel. Data were collected through interviews, observations, and documentation studies. SWOT analysis and Business Model Canvas (BMC) were used to develop a spare parts marketing strategy. The results of the SWOT analysis identify the strengths, weaknesses, opportunities, and threats facing the company. Based on the BMC analysis, the company's current business model was also evaluated and developed. The recommended spare parts marketing strategy includes improving operational efficiency, developing a global distribution network, and strengthening strategic partnerships. The application of SWOT and BMC approaches is effective in developing a spare parts marketing strategy that can help PT Persada Utama Diesel in facing challenges and capitalizing on opportunities in an increasingly competitive international market.
Article
Full-text available
The control and maintenance of inventories is a problem common to all enterprises in any sector of a given economy. Two fundamental question that must be answered in controlling the inventory are when to replenish the inventory and how much to order for replenishment. The (Q,r) inventory models attempt to answer the two question under a variety of circumstances. Studies have shown, (1) that a company that ignores lead-time demand variability may suffer great financial damage, (2) that the gamma distribution provides the most common best fit to lead-time demand for variety of inventories items, (3) that a fixed lead-time demand assumption or a normal approximation to it will often yield significant errors (Namit and Chen, 1998).This research performed an efficient and accurate algorithm for solving (Q,r) inventory model with gamma lead-time demand.
Article
Full-text available
In many projects 20% of the total effort yields 80% of the total outcome. This phenomenon is usually termed Pareto's 80/20 law. In this paper we propose a theory to explain this empirical observation. The yield gained by the subdivision of a project into several tasks is measured. The requirements for such a yield lead to the axioms of Shannon Information. With the right adjustment of units for cost and yield this gives the definition of Entropic Yield. Pareto's 80/20 law thus results from an economic optimization of Entropic Yield in the form of minimizing unrealized potential. As an application of the theory we have derived precise limits for ABC-analysis. The outlined theory adds to Information Theory the consideration of production costs for information. Furthermore it sheds some light on the connection between the physical term Entropy and Shannon Information. The theory can be applied in statistical data analysis, e.g. cluster-and/or factor analysis, as well as in marketing, logistics or other business applications.
Analisis Kinerja Manajemen Persediaan pada PT.United Tractors Tbk Cabag Padang
  • H D Hidayati
Hidayati, H. d. (2006). Analisis Kinerja Manajemen Persediaan pada PT.United Tractors Tbk Cabag Padang. Universitas Andalas.
Sistem Informasi Manajemen
  • K C Laudon
Laudon, K. C. (2005). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Penerbit Andi.
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Persediaan untuk Meningkatkan Pengendalian Persediaan Suku Cadang Pesawat pada Divisi Logistik Perusahaan Penerbangan Studi Kasus PT
  • D Widia
Widia, D. (2011). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Persediaan untuk Meningkatkan Pengendalian Persediaan Suku Cadang Pesawat pada Divisi Logistik Perusahaan Penerbangan Studi Kasus PT. PAS. Universitas Bina Nusantara.