Content uploaded by Budi Sunaryo
Author content
All content in this area was uploaded by Budi Sunaryo on Aug 29, 2019
Content may be subject to copyright.
Diterima Redaksi : 01-07-2019 | Selesai Revisi : 04-08-2019 | Diterbitkan Online : 08-08-2019
271
Terbit online pada laman web jurnal: http://jurnal.iaii.or.id
JURNAL RESTI
(Rekayasa Sistem d a n Teknologi Inform a s i )
Vol. 3 No. 2 (2019) 271 - 281
ISSN Media Elektronik: 2580-0760
Sistem Pelacakan Lokasi Pelaporan Petugas Lapangan Irigasi Provinsi
Sumatera Barat Berbasis GPS Smartphone dan WebGIS
Budi Sunaryo1, Muhammad Ilhamdi Rusydi2, Jack Febrian Rusdi3, Rifda Suriani4, Syafril Daus5
1,2Teknik Elektro, Teknik, Universitas Andalas
3Teknik Informatika, Teknik, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
4,5Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat
1budi1520952006@student.unand.ac.id, 2rusydi@eng.unand.ac.id, 3jack@sttbandung.ac.id, 4rifda.suriani@sumbarprov.go.id,
5syafril.daus@sumbarprov.go.id
Abstract
Tracking the location from the side of the report and the position of the reporter in real-time is very much needed in
validating the performance of irrigation field officers. The location tracking system represented in smartphone applications,
and digital maps are a practical solution for supervisors in monitoring the performance of field officers. The Global
Positioning System (GPS) module on Android smartphones and the Web Geographic Information System (WebGIS) are
supporting technologies for the system. Each location coordinate on the report will be sent automatically to the MySQL
database server, then each coordinate location of the field officer will be sent to the Firebase Realtime Database, coupled
with a database synchronization system to handle reports offline when officers are in areas that do not have internet access.
Database synchronization plays a role in handling report data stored in the SQLite database on an Android smartphone with
a MySQL database server. This system is useful for supervisors in controlling and monitoring the performance of irrigation
field officers and can be used as material for decision making. After being implemented in several Irrigation Areas in West
Sumatra Province by 113 users consisting of 13 supervisors and 100 field officers, the supervisors can track the location of
the report, follow the position of field officers in real-time and send reports offline.
Keywords: Tracking System, Database Synchronization, GPS, WebGIS, Irrigation
Abstrak
Pelacakan lokasi dari sisi laporan dan posisi pelapor secara real-time sangat dibutuhkan dalam memvalidasi kinerja petugas
lapangan irigasi. Sistem pelacakan lokasi yang direpresentasikan dalam aplikasi smartphone dan peta digital merupakan
solusi praktis bagi pengawas dalam memonitoring kinerja petugas lapangan. Modul Global Positioning System (GPS) pada
smartphone Android dan Web Geographic Information System (WebGIS) adalah teknologi penunjang pada sistem tersebut.
Setiap koordinat lokasi pada laporan akan dikirim secara otomatis ke database server MySQL, kemudian setiap koordinat
lokasi pergerakan petugas lapangan akan dikirim ke Firebase Realtime Database. Ditambah dengan sistem sinkronisasi
database untuk menangani laporan offline ketika petugas berada di lokasi yang tidak memiliki akses internet. Sinkronisasi
database berperan dalam menangani data laporan yang tersimpan dalam database SQLite pada smartphone Android dengan
database server MySQL. Sistem ini bermanfaat bagi pengawas dalam mengontrol dan memonitoring kinerja petugas
lapangan irigasi, serta dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan. Setelah diterapkan di beberapa Daerah Irigasi
yang ada di Provinsi Sumatera Barat oleh 113 user yang terdiri dari 13 pengawas dan 100 petugas lapangan, maka pengawas
dapat melacak lokasi laporan, melacak posisi petugas lapangan secara real-time dan mengirimkan laporan offline.
Kata kunci: Sistem Pelacakan, Sinkronisasi Database, GPS, WebGIS, Irigasi
© 2019 Jurnal RESTI
1. Pendahuluan
Irigasi adalah tulang punggung bagi lahan pertanian
karena sumber daya air yang dikelola oleh irigasi
diperlukan untuk menyediakan pasokan air di sawah [1]
memastikan ketersediaan air selama musim kemarau
[2], mempercepat aliran air ke sawah [3], dan untuk
membasahi tanah [4]. Semua proses kehidupan dan
kejadian di tanah sebagai tempat media pertumbuhan
hanya dapat terjadi ketika ada air, apakah bertindak
sebagai subjek atau sebagai media objek. Proses utama
yang menciptakan kesuburan tanah atau yang
mendorong degradasi tanah hanya dapat terjadi ketika
ada air. Maka mengikuti tujuannya, irigasi dapat
mengatur pola pasokan dan pengaturan distribusi aliran
air secara teknis dan sistematis sesuai dengan
kebutuhan tanaman, sehingga produksi hampir semua
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . x No. 1 (20xx) xx – xx
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . x No. 1 (20xx) xx – xx
272
jenis tanaman akan meningkat dengan pemberian
jumlah yang tepat waktu dan tepat air.
Dalam operasi dan pemeliharaan irigasi, sumber daya
manusia masih sangat dibutuhkan [5]. Setelah kondisi
ini, pemerintah membuat beberapa peraturan terkait
dengan sistem operasi dan pemeliharaan [6]. Kegiatan
operasional meliputi upaya untuk mengatur air irigasi
dan pembuangannya, termasuk kegiatan untuk menutup
pintu bangunan irigasi, mengembangkan rencana
sistem penanaman, mengembangkan sistem kelompok,
mengembangkan rencana distribusi air, mengkalibrasi
alat dan mengumpulkan data, memantau dan
mengevaluasi mereka dalam bentuk laporan [7].
Sementara kegiatan pemeliharaan adalah upaya untuk
memelihara dan mengamankan jaringan irigasi
sehingga mereka dapat selalu berfungsi dengan baik
untuk memfasilitasi operasi jaringan irigasi dan
mempertahankan keberlanjutannya [8]. Kegiatan ini
dilakukan oleh petugas lapangan irigasi setiap hari,
kemudian dilaporkan secara berkala ke pengawas yaitu
Bidang Irigasi dan Rawa pada Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sumatera Barat.
Permasalahan timbul ketika pengawas membutuhkan
validitas lokasi pelaporan baik dari sisi laporan dan
posisi pelapor secara real-time. Mereka membutuhkan
sistem pelacakan lokasi pelaporan yang terintegrasi
dalam bentuk aplikasi mobile dan direpresentasikan
dalam sebuah peta digital melalui akses internet. Data
hasil pelacakan tersebut akan masuk ke dalam layer
server yaitu database server [9]. Masalah lainnya yaitu
dari sisi petugas lapangan, mereka membutuhkan
sistem pencatatan laporan secara offline, mereka tidak
dapat melaporkan kegiatan secara real-time ketika
memasuki area yang tidak memiliki akses internet.
Dibutuhkan sebuah sistem yang mampu menyimpan
dan mengirimkan laporan tanpa mengubah informasi
waktu pembuatan laporan, karena informasi merupakan
komponen pokok yang penting dalam sebuah
organisasi/instansi [10].
Di era Industri 4.0 ini, teknologi telah banyak
membantu dalam manajemen irigasi. Beberapa
penelitian terkait dengan teknologi yang dapat
digunakan dalam irigasi adalah manajemen air irigasi
berbasis GIS untuk pertanian [11], teknologi irigasi
yang efisien menggunakan metodologi elisitasi ahli dan
protokol pada ekstraksi akuifer [12], teknologi adaftif
sprinkler dengan robot berbasis teknologi ZigBee [13]
dan penyajian layanan konsultasi irigasi berbasis satelit
yang ditampilkan dalam Web Geographic Information
System (WebGIS) [14]. Sinergi antara teknologi
informasi dan bidang irigasi telah banyak digunakan,
terutama dengan pertumbuhan teknologi Internet of
Things saat ini [15].
Penelitian ini berfokus pada pembuatan sistem
pelacakan lokasi pelaporan petugas lapangan irigasi
Provinsi Sumatera Barat. Lokasi pelaporan yang
dimaksud yaitu lokasi ketika petugas mengisi laporan
dan lokasi keberadaan posisi petugas di lapangan secara
real-time. Sistem pelacakan ini akan dibantu dengan
alat bantu berupa aplikasi perangkat seluler berbasis
Global Positioning System (GPS) dan aplikasi
(WebGIS). Pada bagian pengiriman laporan, sistem
pelacakan akan dibantu dengan sistem sinkronisasi data
untuk menangani pengiriman data ketika berada di
lokasi yang tidak ada akses internetnya. Dalam sistem
informasi, pengguna dibagi ke dalam ruang lingkup
akses dan fasilitas sistem berdasarkan hirarki pengguna.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif. Dalam metode kualitatif, tahapan dimulai
dari penemuan masalah hingga mengkaji studi literatur
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Sementara
pada metode kuantitatif, tahapan dilakukan dengan cara
mengolah data yang telah didapatkan dari tahapan
sebelumnya [16]. Sedangkan perancangan dan
pembangunan sistem mengacu pada paradigma
prototype [17] yang ditunjukkan pada gambar 1.
Prototype dibutuhkan untuk menghasilkan output
sesuai dengan kebutuhan pengguna dalam waktu yang
relatif singkat. Setiap output hasil penelitian akan selalu
dikomunikasikan dan dievaluasi oleh pengguna secara
langsung. Output yang dihasilkan yaitu model desain
dan aplikasi pendukung sistem pelacakan lokasi
pelaporan petugas lapangan irigasi.
Gambar 1. Paradigma Prototype [17]
2.1. Communication
Komunikasi diawali dengan permasalahan yang
dihadapi oleh Bidang Irigasi dan Rawa pada Dinas
PSDA Provinsi Sumatera Barat sebagai pengawas
petugas lapangan irigasi mengenai validitas informasi
lokasi pelaporan petugas di lapangan. Lokasi pelaporan
yang dimaksud yaitu lokasi ketika petugas mengisi
laporan dan lokasi keberadaan posisi petugas di
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . x No. 1 (20xx) xx – xx
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . x No. 1 (20xx) xx – xx
273
lapangan secara real-time. Mereka membutuhkan
informasi yang dapat direpresentasikan ke dalam
sebuah peta digital. Informasi ini dapat diakses secara
online menggunakan perangkat seluler dan komputer.
Berdasarkan kebutuhan ini maka diinisialisasilah
sebuah inovasi sistem pelacakan lokasi pelaporan
petugas lapangan irigasi. Sistem ini membutuhkan alat
bantu berupa aplikasi perangkat seluler berbasis GPS
dan aplikasi WebGIS. Aplikasi perangkat seluler
diakses oleh pengawas dan petugas lapangan,
sedangkan aplikasi WebGIS hanya diakses oleh
pengawas saja.
Aplikasi perangkat seluler diterapkan pada smartphone
Android dan dapat diunduh di Google Play Store.
Sedangkan aplikasi WebGIS disimpan di hosting atau
server Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat.
2.2. Quick Plan dan Modeling Quick Design
Sesuai dengan hasil analisis kebutuhan awal pada
tahapan komunikasi, maka dibuatlah perencanaan dan
dirancanglah beberapa konsep, model dan desain
sistem. Setiap rancangan akan dianalisis dan
dikomunikasikan kembali bersama pengawas.
2.2.1. Skema Teknologi
Skema teknologi yang dibangun berkaitan dengan
penggunaan perangkat hardware dan software serta
hubungan antara keduanya (Gambar 2). Penelitian ini
membutuhkan beberapa perangkat yang terhubung
dengan jaringan internet. Setiap permintaan akses data
akan dilayani oleh server.
Perangkat yang pertama yaitu perangkat seluler
smartphone Android dengan spesifikasi minimum
Android 4.0.3 Ice Cream Sandwich (ICS), processor
Dual Core, RAM 2.0, GPS dan database SQLite untuk
menangani laporan offline jika berada di lokasi yang
tidak ada akses internetnya. SQLite adalah sebuah
embedded SQL database engine yang dapat membaca
dan menulis langsung file pada disk perangkat keras
[18] pada Android.
Perangkat kedua yaitu komputer server dengan
perangkat software dengan spesifikasi Sistem Operasi
Centos 7.6.1810, Web Server, Apache 2.0, PHP 7.0.33,
database MySQL/MariaDB 10.2.21 dan Google Map
API 3.35.
Perangkat ketiga yaitu komputer klien dengan
rekomendasi perangkat software terbaru yaitu browser
Google Chrome atau Mozila Firefox untuk mengakses
aplikasi WebGIS.
Perangkat terakhir selain database SQLite dan
MySQL/MariaDB, dibutuhkan juga sebuah platform
database real-time dari Google cloud-hosted yaitu
Firebase. Data tracking analyst disimpan sebagai
JavaScript Object Notation (JSON) dan disinkronkan
secara real-time ke setiap klien yang terhubung
[19][20]. Database real-time ini memiliki peran untuk
menangani data posisi lokasi keberadaan petugas
lapangan secara live.
Gambar 2. Skema Teknologi
2.2.2. Framework Sistem
Sistem pelacakan pelaporan ini dirancang dan
diimplementasikan dari berbagai komponen layer yang
membentuk hubungan sistematis antara bagian-bagian
sistem dalam menjalankan aplikasi pada suatu
framework sistem. Komponen layer atau modul utama
pada sistem pelacakan pelaporan ini yaitu terdiri dari
list view laporan, form input laporan yang otomatis
mendeteksi koordinat lokasi petugas di lapangan, view
posisi petugas di lapangan secara real-time berbasis
peta digital, sinkronisasi database, view laporan dan
detail laporan dalam bentuk pemetaan. Framework
sistem pelacakan pelaporan diilustrasikan pada gambar
3.
Gambar 3. Framework Sistem
2.2.3. Use Case Diagram
Permodelan sistem real-time dengan use case diagram
digambarkan dengan menggunakan Unified Modeling
Language (UML) [21] untuk memudahkan pengerjaan
pada tahap selanjutnya. Use case diagram
menggambarkan hubungan dan validitas antara user
dengan sistem [22]. Pengguna aplikasi terdiri dari
Petugas Pintu Air (PPA) atau Petugas Operasi Bendung
(POB) sebagai petugas lapangan. Kemudian Juru,
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . x No. 1 (20xx) xx – xx
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . x No. 1 (20xx) xx – xx
274
Pengamat dan Administrator Dinas PSDA sebagai
pengawas petugas lapngan. Gambaran model analisis
ini diilustrasikan pada gambar 4.
Gambar 4. Use Case Diagram
2.2.4. Sistem Pelacakan Laporan
Sistem pelacakan laporan dimulai pada saat petugas
lapangan membuka form input laporan. Secara otomatis
modul input laporan akan mendeteksi koordinat lokasi
petugas saat itu juga melalui GPS pada Android.
Koordinat lokasi petugas tersebut akan menjadi bagian
dari parameter laporan yang akan disimpan dan dikirim
ke server. Parameter tersebut yaitu latitude dan
longitude. Parameter dijadikan sebagai variabel input
data lalu dikirimkan ke server melalui akses internet.
Jika akses internet tidak ada, maka variabel input data
disimpan terlebih dahulu pada database SQLite. Jika
petugas berpindah lokasi dan mendapatkan akses
internet, secara otomatis sistem akan mengirimkan
laporan ke server dan disimpan di database MySQL.
Pada saat petugas lapangan menekan tombol kirim pada
form input laporan, waktu pembuatan dan waktu
terkirim pada laporan akan menjadi parameter waktu
pelacakan selain koordinat lokasinya. Waktu
pembuatan laporan yaitu waktu real-time petugas
lapangan pada saat menekan tombol kirim. Sedangkan
waktu terkirim adalah waktu laporan terkirim ketika
smartphone Android berada di lokasi yang memiliki
akses internet. Sistem ini digambarkan pada gambar 5.
2.2.5. Sistem Pelacakan Posisi Petugas Lapangan
Sistem pelacakan posisi petugas lapangan secara real-
time dimulai ketika petugas lapangan login ke dalam
aplikasi Android. Setiap perubahan posisi lokasi
Android akan mengubah data koordinat pada database
sehingga posisi petugas lapangan akan berubah juga
pada tampilan Google Map yang ada pada aplikasi
dengan akses pengawas. Sistem ini digambarkan pada
gambar 6.
2.2.6. Struktur Database
Perancangan struktur database melibatkan tiga
database, yaitu SQLite, MySQL/MariaDB dan Firebase
(multi-database). Beberapa tabel dalam database
MySQL/MariaDB terdiri dari mysql_report, user,
irrigation_zone dan region. Sedangkan tabel dalam
database SQLite adalah tabel sqlite_report. Kemudian
nama tabel pada database real-time Firebase tergantung
pada nama username yang terdaftar pada tabel user
dalam database MySQL/MariaDB.
Tabel utama yang terkait dengan sistem pelacakan
laporan berada di tabel mysql_report dan sqlite_report,
dengan berfokus pada field latitude dan longitude-nya.
Kemudian komponen utama sistem pelacakan posisi
keberadaan petugas lapangan secara live pada tabel
pesisiran5-2da33 dalam database real-time Firebase
yaitu latitude dan longitude-nya. Desain utama dari
struktur database dalam bentuk Entity Relationship
Diagram (ERD) dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 5. Sistem Pelacakan Laporan
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
275
Gambar 6. Sistem Pelacakan Posisi Petugas Lapangan
Gambar 7. Struktur Database
2.2.7. Sinkronisasi Database
Proses sinkronisasi database terjadi ketika nilai field
status laporan bernilai 0 pada database SQLite. Ketika
petugas berada di lokasi yang memiliki akses internet,
maka data laporan akan dikirimkan ke database server
MySQL/MariaDB, lalu mengubah nilai field status
laporan pada database SQLite menjadi 1. Nilai field
koordinat pelacakan yang dikirimkan bersamaan
dengan laporan tersebut yaitu nilai field asal ketika
petugas menginput laporan, sehingga dapat dipastikan
nilai koordinat pelacakan berasal dari lokasi petugas
menginput laporan.
Gambar 8. Sinkronisasi Database
2.2.8. Perancangan UI dan UX
Perancangan User Interface (UI) berfokus pada
kebutuhan user dan berfokus pada tampilan aplikasi
[23]. Sedangkan perancangan User Experience (UX)
berfokus pada pengalaman ketika user menggunakan
template aplikasi secara berkesinambungan [24]. Dari
hasil perancangan UI akan dibuatkan sebuah template
aplikasi untuk dikomunikasikan dan dievaluasi oleh
pengawas petugas di lapangan. Beberapa perancangan
UI yang berfokus pada sistem pelacakan lokasi
pelaporan yaitu sebagai berikut:
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
276
Gambar 9. Perancangan User Interface
2.3. Construction of Prototype
Tahapan ini adalah tahapan pembuatan prototype
aplikasi sesuai dengan konsep, model dan desain
sistem. Sesuai dengan skema teknologi yang telah
dibuat, pembuatan aplikasi dibagi menjadi dua yaitu
untuk aplikasi Android dan aplikasi WebGIS. Aplikasi
Android dibangun dengan tool Integrated Development
Environment (IDE) Android Studio berbasiskan bahasa
pemrograman JAVA. Dipadu dengan database SQLite
untuk menyimpan data pelacakan lokasi laporan di
Android. Untuk pelacakan posisi user dipadukan
dengan database real-time Firebase.
Sedangkan untuk aplikasi WebGIS dibangun
menggunakan HTML, CSS, JavaScript, Google Map,
PHP dan MySQL. Sebelum di-deploy ke server dengan
akses internet, dilakukan simulasi koneksi dengan
jaringan lokal. Lalu menghubungkan koneksi laporan
dari Android ke WebGIS melalui layanan Web Service
Data.
Tahapan ini juga termasuk ke dalam tahapan pengujian
eksperimen. Pengujian eksperimen dilakukan pada saat
merancang dan membuat aplikasi Android beserta
aplikasi WebGIS. Setiap modul atau layer pada
framework sistem dibuat dan diujicobakan pada
beberapa emulator dan perangkat yang ada khususnya
aplikasi Android. Android digunakan pada banyak
perangkat heterogen dan menggunakan teknologi
berbeda dimana bug yang berbeda dapat muncul pada
setiap perangkat [25]. Tahapan pengujian eksperimen
yang terkait dengan sistem pelacakan pelaporan yaitu
sebagai berikut:
2.3.1. Pengujian Aplikasi melalui Emulator Android
Pengujian aplikasi Android pada beberapa versi
emulator yang berbeda sebelum diujicobakan pada
perangkat smartphone Android. Dengan menggunakan
beberapa emulator diharapkan aplikasi dapat digunakan
untuk Android minimal versi 4.0.3 ke atas. Emulator
Android yang digunakan untuk pengujian eksperimen
yaitu Emulator Nox versi 6.2.2.0 (gambar 10).
Beberapa versi Android yang digunakan ada tiga buah
emulator yaitu Android vesi 4.4.2 KitKat, Android
versi 5.1.1 Lollipop dan Android versi 7.1.2 Nougat.
Gambar 10. Pengujian Aplikasi pada Emulator Android Nox
2.3.2. Pengujian Sistem Pelacakan Laporan
Pengujian sistem pelacakan laporan pada beberapa
perangkat Android dengan memperhatikan hasil
koordinat lokasi dan waktu pembuatan laporan pada
saat petugas menginput laporan di lapangan. Pengujian
dilakukan dengan dua kondisi, yang pertama pada saat
akses internet hidup, yang kedua pada saat akses
internet dimatikan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu
adanya koordinat latitude dan longitude pada form
input laporan seperti pada gambar 11. Jika tidak
muncul atau terdapat tulisan “couldn’t get the latitude”
dan “couldn’t get the longitude”, maka terdapat
masalah pada akurasi GPS Android atau pada script
pemrograman Android.
Gambar 11. Pengujian Koordinat Latitude dan Longitude
longitude
latitude
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
277
2.3.3. Pengujian Sinkronisasi Database
Pengujian proses sinkronisasi database dengan cara
mengecek koordinat latitude dan longitude ketika
laporan dikirim di lokasi yang tidak memiliki akses
internet. Pengujian eksperimen dilakukan pada
perangkat Android dengan cara menghidupkan koneksi
Airplane Mode (status laporan tersimpan). Setelah itu
ditunggu sekitar 5 menit sambil berpindah posisi sekitar
100 meter, lalu matikan koneksi Airplane Mode agar
koneksi internet pada perangkat Android terhubung
kembali (status laporan terkirim). Untuk memastikan
koordinat sesuai dengan lokasi laporan pada saat
koneksi Airplane Mode hidup, cek bagian waktu
tersimpan dan waktu terkirim, jika berbeda maka lokasi
pelacakan laporan sesuai.
Status waktu tersimpan yaitu waktu yang tersimpan
pada database SQLite (offline). Status waktu terkirim
yaitu waktu yang terkirim dan tersimpan di database
MySQL/MariaDB di Server (online). Jika ada
perbedaan waktu, maka laporan dibuat pada saat
koneksi dalam keadaan Airplane Mode hidup atau tidak
ada akses internet. Laporan dengan penanda warna
kuning dengan tulisan TERSIMPAN berarti laporan
masih tersimpan di database SQLite. Jika laporan
dengan penanda warna hijau dengan tulisan
TERKIRIM berarti laporan sudah terkirim ke database
MySQL/MariaDB di Server (gambar 12).
Gambar 12. Pengujian Sinkronisasi Database
2.3.4. Pengujian Sistem Pelacakan Posisi Petugas
Lapangan
Pengujian sistem pelacakan pergerakan posisi beberapa
pengguna aplikasi di lapangan secara real-time dengan
jarak antara petugas sekitar 100 meter. Untuk pengujian
ini dibutuhkan minimal dua smartphone Android yang
keduanya telah masuk ke dalam sistem. Pergerakan dan
perpindahan posisi petugas akan dicek apakah berjalan
sesuai dengan kebutuhan (gambar 13).
Gambar 13. Pengujian Pelacakan Posisi User secara Real-Time pada
Dua Perangkat Smartphone Android
2.3.5. Pengujian Aplikasi WebGIS
Pengujian hasil pelacakan lokasi laporan melalui
Postman dan aplikasi WebGIS (gambar 14). Jika
koordinat latitude dan longitude tidak muncul, maka
terdapat masalah pada server side scripting di bagian
Web Service Data.
Gambar 14. Pengujian Hasil Pelacakan Lokasi pada aplikasi WebGIS
2.4. Deployment Delivery and Feedback
Setelah dilakukan pengujian eksperimen, sistem
pelacakan dapat digunakan oleh petugas lapangan.
Sistem pelacakan diimplementasikan pada 113 user
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
278
yang terdiri dari 100 petugas lapangan dan 13
pengawas.
Aplikasi Android diunduh melalui Google Play Store
https://play.google.com/store/apps/details?id=info.suna
ryo.budi.pesisiran5. Sedangkan aplikasi WebGIS dapat
diakses melalui http://sunaryo.id/simaju. Pada
dasarnya, implementasi aplikasi di lapangan hampir
sama dengan pengujian eksperimen. Salah satu
perbedaannya yaitu pada kompatibilitas vendor
smartphone Android milik petugas lapangan yang
memiliki Custom ROM Android yang berbeda-beda.
Pengguna aplikasi memberikan feedback yang positif
terhadap kedua aplikasi ini. Pengawas dan petugas
lapangan dapat menggunakan aplikasi ini dengan baik
sesuai dengan kebutuhan mereka. Beberapa hasil
feedback dari pengguna yaitu sebagai berikut:
2.4.1. Sistem Pelacakan Laporan
Penggunaan sistem pelacakan laporan di beberapa
Daerah Irigasi yang ada di Provinsi Sumatera Barat.
Gambar 15 menunjukkan hasil laporan yang diinput di
Daerah Irigasi Kota Padang. Hasilnya bisa dilihat pada
aplikasi WebGIS pada gambar 19.
Gambar 15. Laporan Petugas Lapangan Daerah Irigasi Koto Tuo
Kota Padang
2.4.2. Sinkronisasi Database
Penggunaan sistem pelacakan laporan di daerah irigasi
dengan memperhatikan hasil koordinat lokasi dan
waktu pembuatan laporan pada saat petugas menginput
laporan di lapangan. Yang pertama digunakan di area
yang memiliki akses internet atau dekat dengan Base
Transceiver Station (BTS). Yang kedua di area dengan
kondisi tidak memiliki akses internet atau jauh dari
BTS. Hasil penggunaan di lapangan tidak jauh berbeda
dengan pengujian eksperimen.
2.4.3. Sistem Pelacakan Posisi Petugas Lapangan
Sistem pelacakan posisi petugas lapangan secara real-
time diterapkan pada 100 orang petugas lapangan dan
diawasi oleh 13 pengawas. Akses sistem ini hanya bisa
dilakukan oleh 13 pengawas pada aplikasi Android.
Gambar 16 menunjukkan posisi petugas lapangan di
seluruh Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan gambar 17
menunjukkan posisi petugas lapangan yang ada di
Daerah Irigasi Batang Selo Kabupaten Tanah Datar.
Gambar 16. Pelacakan Posisi Seluruh Petugas Lapangan Provinsi
Sumatera Barat
Gambar 17. Pelacakan Posisi Seluruh Petugas Lapangan Daerah
Irigasi Batang Selo Kabupaten Tanah Datar
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
279
2.4.4. Aplikasi WebGIS
Akses aplikasi WebGIS hanya dimiliki oleh pengawas.
Gambar 18 menunjukkan tampilan seluruh rekapitulasi
laporan petugas lapangan yang masuk dalam bentuk
clustering pada Google Map. Clustering atau
pengelompokkan jumlah laporan menunjukkan jumlah
laporan berdasarkan daerah irigasinya.
Pengelompokkan jumlah laporan (x) dijelaskan pada
tabel 1.
Gambar 18. Tampilan Seluruh Rekapitulasi Laporan
Tabel 1. Clustering Jumlah Laporan Petugas Lapangan
Jumlah Laporan
Warna
x ≤ 10
Biru
11 ≤ x ≤ 100
Orange
101 ≤ x ≤ 1000
Merah
x ≥ 1001
Ungu
Sedangkan untuk tampilan detail laporan yang
dilengkapi dengan koordinat latitude longitude dan
detail lokasi laporan pada Google Map ditunjukkan
pada gambar 19.
Gambar 19. Tampilan Detail Laporan Daerah Irigasi Koto Tuo Kota
Padang
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan berfokus pada hasil pengujian
eksperimen dan pengujian di lapangan. Koordinat
latitude dan longitude sebagai parameter kunci dalam
proses pelacakan dapat dideteksi dengan baik, dengan
syarat akurasi GPS pada Android harus diatur dengan
mode akurasi tinggi (high accuracy).
3.1. Fungsionalitas Sistem
Fungsionalitas sistem pelacakan lokasi pelaporan
petugas lapangan diuji dengan menggunakan metode
pengujian black box sesuai dengan ISO 9126-2 dengan
faktor kualitas functionality yang memiliki sub faktor
kualitas suitability. Pada sub faktor kualitas suitability
terdapat 3 (tiga) matriks yang akan diujikan yaitu
Functional Adequacy (FA), Functional Implementation
Coverage (FIC), dan Functional Implementation
Completeness (FICM) [26]. Pengujian dilakukan
terhadap tiga test case utama berdasarkan sistem
pelacakan pelaporan. Nilai dari hasil test case pada
standard pengujian ISO 9126-2 yaitu dengan rentang 0
– 1. Dengan nilai 0 (nol) dikatakan tidak baik dan nilai
yang mendekati atau sama dengan 1 (satu) dikatakan
baik (0<=X<=1).
Tabel 2. Hasil Pengujian Fungsionalitas
No
Fitur
Android
WebGIS
FA
FIC
FICM
FA
FIC
FICM
1
Pelacakan
lokasi
laporan
1
1
1
1
1
1
2
Pelacakan
posisi
petugas
lapangan
1
1
1
-
-
-
3
Sinkronisa-
si database
1
1
1
1
1
1
Rata-rata
1
1
1
1
1
1
Berdasarkan tabel 2 hasil pengujian fungsionalitas,
didapatkan hasil bahwa aplikasi memiliki rata-rata 1
pada 3 matriks tersebut. Case pelacakan posisi petugas
lapangan hanya dilakukan pada Android saja karena
pada WebGIS tidak ada modul tersebut. Dari hasil
tersebut, dapat dinyatakan bahwa aplikasi yang telah
dikembangkan baik Android maupun WebGIS sudah
berkualitas baik dari sisi fungsionalitas berdasarkan
standar ISO 9126-2.
3.2. Pelacakan Lokasi Laporan
Hasil pelacakan lokasi laporan diperoleh dari data yang
masuk ke dalam database server MariaDB/MySQL.
Data dikelompokkan berdasarkan 20 Daerah Irigasi
yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Jumlah petugas
lapangan yang telah mengirim laporan sebanyak 50
orang dengan total jumlah 1905 laporan dimulai dari
tanggal 10 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 9 Mei
2019.
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
280
Gambar 20. Hasil Pelacakan Lokasi Laporan
Berdasarkan gambar 20, nilai hasil deteksi koordinat
pelacakan lokasi laporan memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang tidak terdeteksi.
Kondisi “Ada” berarti koordinat terdeteksi, sebaliknya
jika kondisi “Tidak” berarti koordinat tidak terdeteksi.
Penyebab tidak terdeteksinya koordinat lokasi latitude
dan longitude pada Android ketika dilakukan pengujian
di lapangan dikarenakan beberapa perangkat yang
dimiliki oleh petugas lapangan memiliki masalah pada
hardware smartphone-nya.
3.3. Sinkronisasi Database
Sesuai dengan jumlah laporan yang masuk ke dalam
database server MariaDB/MySQL, beberapa laporan
mengalami proses sinkronisasi data. Proses sinkronisasi
database dapat dilacak melalui field waktu_input dan
waktu_kirim pada database server. Jika terdapat
perbedaan, maka laporan mengalami proses
sinkronisasi.
Gambar 21. Hasil Sinkronisasi Database
Gambar 21 menunjukkan jika kondisi sinkronisasi
database “Ya” berarti data mengalami sinkronisasi, jika
kondisi “Tidak” maka data tidak mengalami
sinkronisasi. Gambar grafik tersebut menunjukkan jika
petugas lapangan lebih banyak berada di lokasi yang
memiliki akses internet pada saat menginput laporan.
3.4. Pelacakan Posisi Petugas Lapangan
Hasil pelacakan posisi petugas lapangan diperoleh dari
database real-time Firebase. Setiap perubahan posisi
petugas di lapangan akan direkam dan menghabiskan
jumlah kapasitas download per kilobyte. Setiap
pergerakan dan perpindahan posisi petugas di lapangan
secara real-time dapat terdeteksi melalui aplikasi
Android dengan modul peta digital pada Google Map.
Setiap perubahan data koordinat karena perubahan
posisi petugas di lapangan akan tercatat secara real-
time pada database Firebase.
Gambar 22. Hasil Pelacakan Posisi Petugas Lapangan
4. Kesimpulan
Setelah diterapkan di beberapa Daerah Irigasi yang ada
di Provinsi Sumatera Barat oleh 113 user yang terdiri
dari 13 pengawas dan 100 petugas lapangan, maka
pengawas dapat melacak lokasi laporan, melacak posisi
petugas lapangan secara real-time dan mengirimkan
laporan offline. Hal ini berdasarkan pada hasil
pengujian fungsionalitas aplikasi, pelacakan lokasi
pelaporan, sinkronisasi database dan pelacakan posisi
petugas lapangan; sehingga sistem pelacakan lokasi
pelaporan petugas lapangan irigasi sebagai sebuah
sistem secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih kepada Jufrinal dan Tim Bidang
Irigasi dan Rawa dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air (PSDA) Provinsi Sumatera Barat, Ikatan Ahli
Informatika Indonesia (IAII) wilayah Provinsi
Sumatera Barat, Jurusan Teknik Elektro Universitas
Andalas dan Jurusan Teknik Informatika Sekolah
Tinggi Teknologi Bandung yang telah berkontribusi
dalam penelitian ini.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Sicaung
Rimbo Tampurung
Lubuk Gobing
Koto Tuo
Kapar Ampu
Gunung Nago
Bdr Sangkir Garagahan
Bdr Rakik
Bdr Pulai
Bdr Garegeh
Bdr Durian
Bdr Batu Hampa
Batang Tingkarang
Batang Tabik
Batang Sianok
Batang Selo
Batang Parika
Batang Gumarang
Baramban III Lurah
Batang Lampasi
Koordinat Pelacakan Lokasi Laporan
Ada Tidak
0
100
200
300
400
500
600
Sicaung
Rimbo…
Lubuk Gobing
Koto Tuo
Kapar Ampu
Gunung Nago
Bdr Sangkir…
Bdr Rakik
Bdr Pulai
Bdr Garegeh
Bdr Durian
Bdr Batu Hampa
Batang…
Batang Tabik
Batang Sianok
Batang Selo
Batang Parika
Batang…
Baramban III…
Batang Lampasi
Sinkronisasi Database
Ya Tidak
Budi Sunaryo, Muhammad Ilhamdi Rusydi, Jack Febrian Rusdi, Rifda Suriani, Syafril Daus
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 3 No. 2 (2019) 271 – 281
281
Daftar Rujukan
[1] Nishida, K., Yoshida, S., Shiozawa, S., 2018. Theoretical
analysis of the effects of irrigation rate and paddy water depth
on water and leaf temperatures in a paddy field continuously
irrigated with running water. Agricultural Water Management,
198 pp. 10–18. doi:10.1016/j.agwat.2017.11.021.
[2] Wu, J., Liu, W., Chen, C., 2017. How do plants share water
sources in a rubber-tea agroforestry system during the
pronounced dry season?. Agriculture, Ecosystems and
Environment, 236 pp. 69–77. doi:10.1016/j.agee.2016.11.017.
[3] Lampayan, R.M., Rejesus, R.M., Singleton, G.R., Bouman,
B.A.M., 2015. Adoption and economics of alternate wetting
and drying water management for irrigated lowland rice. Field
Crops Research, 170 pp. 95–108.
doi:10.1016/j.fcr.2014.10.013.
[4] Espadafor, M., Orgaz, F., Testi, L., Lorite, I.J., García-Tejera,
O., Villalobos, F.J., Fereres, E., 2018. Almond tree response to
a change in wetted soil volume under drip irrigation.
Agricultural Water Management, 202 (September 2017), pp.
57–65. doi:10.1016/j.agwat.2018.01.026.
[5] Balasubramanya, S., 2019. Effects of training duration and the
role of gender on farm participation in water user associations
in Southern Tajikistan: Implications for irrigation
management. Agricultural Water Management, 216 (March
2018), pp. 1–11. doi:10.1016/j.agwat.2019.01.019.
[6] Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia, 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi. pp. 1–6. [Online] Tersedia di :
http://birohukum.pu.go.id/produk-hukum.html [accessed June
20, 2019].
[7] Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia, 2015. Lampiran I Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015
Mengenai Pedoman Penyelenggaraan Operasi Jaringan
Irigasi. pp. 1–32. [Online] Tersedia di :
http://birohukum.pu.go.id/produk-hukum.html [accessed June
20, 2019].
[8] Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia, 2015. Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015
Mengenai Pedoman Penyelenggaraan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi. pp. 1–20. [Online] Tersedia di :
http://birohukum.pu.go.id/produk-hukum.html [accessed June
20, 2019].
[9] Rusdi, J.F., Salam, S., Abu, N.A., Sahib, S., Naseer, M.,
Abdullah, A.A., 2019. Drone Tracking Modelling Ontology
for Tourist Behavior. in: Journal of Physics: Conference Series
(Ed.), International Conference on Electronics Representation
and Algorithm (ICERA 2019), Yogyakarta, Indonesia, : pp.
159–165, . doi:10.1088/1742-6596/1201/1/012032.
[10] Taufiq, R., 2013, Sistem Informasi Manajemen : Konsep
Dasar, Analisis dan Metode Pengembangan, Graha Ilmu.
[11] Peragón, J.M., Pérez-Latorre, F.J., Delgado, A., Tóth, T., 2018.
Best management irrigation practices assessed by a GIS-based
decision tool for reducing salinization risks in olive orchards.
Agricultural Water Management, 202 (July 2017), pp. 33–41.
doi:10.1016/j.agwat.2018.02.010.
[12] Sainz-Santamaria, J., Martinez-Cruz, A.L., 2019. How far can
investment in efficient irrigation technologies reduce aquifer
overdraft? Insights from an expert elicitation in
Aguascalientes, Mexico. Water Resources and Economics, 25
(August), pp. 42–55. doi:10.1016/j.wre.2017.10.003.
[13] Bodunde, O.P., Adie, U.C., Ikumapayi, O.M., Akinyoola, J.O.,
Aderoba, A.A., 2019. Architectural design and performance
evaluation of a ZigBee technology based adaptive sprinkler
irrigation robot. Computers and Electronics in Agriculture,
160 (October 2018), pp. 168–178.
doi:10.1016/j.compag.2019.03.021.
[14] Vuolo, F., D’Urso, G., De Michele, C., Bianchi, B., Cutting,
M., 2015. Satellite-based irrigation advisory services: A
common tool for different experiences from Europe to
Australia. Agricultural Water Management, 147 pp. 82–95.
doi:10.1016/j.agwat.2014.08.004.
[15] Sunaryo, B., Rusydi, M.I., Manab, A., Luthfi, A., Septiana, T.,
2016. Sistem Informasi Manajemen Perangkat Elektronik
Berbasis Web. Jurnal Nasional Teknologi Dan Sistem
Informasi, 02 (01), pp. 75–82.
doi:10.25077/TEKNOSI.v2i1.2016.75-82.
[16] Carrasco, J.A., Lucas, K., 2015. Workshop synthesis:
Measuring attitudes; Quantitative and qualitative methods.
Transportation Research Procedia, 11 pp. 165–171.
doi:10.1016/j.trpro.2015.12.014.
[17] R.S. Pressman, Maxim, B.R., 2014, Software Engineering A
Practitioner’s Approach, 8th ed., Mc Graw Hill Education.
[18] Sqlite.org, 2013. About SQLite. Sqlite.Org,. [Online] Tersedia
di : https://www.sqlite.org/about.html [accessed June 20,
2019].
[19] Google, 2019. Firebase Realtime Database. Google Firebase
Documentation,. [Online] Tersedia di :
https://firebase.google.com/docs/database/ [accessed June 20,
2019].
[20] Febrian, J., Andayani, F., 2002, Kamus Komputer dan Istilah
Teknologi Informasi, Informatika Bandung.
[21] Marouane, H., Duvallet, C., Makni, A., Bouaziz, R., Sadeg, B.,
2018. An UML profile for representing real-time design
patterns. Journal of King Saud University - Computer and
Information Sciences, 30 (4), pp. 478–497.
doi:10.1016/j.jksuci.2017.06.005.
[22] Cvetković, J., Cvetković, M., 2019. Evaluation of UML
diagrams for test cases generation: Case study on depression
of internet addiction. Physica A: Statistical Mechanics and Its
Applications, 525 pp. 1351–1359.
doi:10.1016/j.physa.2019.03.101.
[23] Hui, S.L.T., See, S.L., 2015. Enhancing User Experience
Through Customisation of UI Design. Procedia
Manufacturing, 3 (Ahfe), pp. 1932–1937.
doi:10.1016/j.promfg.2015.07.237.
[24] Kashfi, P., Feldt, R., Nilsson, A., 2019. Integrating UX
principles and practices into software development
organizations: A case study of influencing events. Journal of
Systems and Software, 154 pp. 37–58.
doi:10.1016/j.jss.2019.03.066.
[25] Meiliana, Septian, I., Alianto, R.S., Daniel, 2018. Comparison
Analysis of Android GUI Testing Frameworks by Using an
Experimental Study. Procedia Computer Science, 135 pp. 736–
748. doi:10.1016/j.procs.2018.08.211.
[26] Huda, M., Lestari, I., Trisnadoli, A., 2019. Analisis Hasil
Implementasi Pengembangan Aplikasi Mobile. 1 (10), pp. 17–
22.