Available via license: CC BY-NC-SA
Content may be subject to copyright.
Penyuluhan Kewirausahaan Bagi Anggota Kelompok Karang Taruna Di Kelurahan Malaka
Sari, Duren Sawit
Rahmi1, Dedi Purwana 2, Shandy Aditya3.
1 Universitas Negeri Jakarta
2 Universitas Negeri Jakarta
3Universitas Negeri Jakarta
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani, 3 (1) 2019, 155 — 168
JURNAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MADANI
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpm/index
* Corresponding Author.
Dpurwana@unj.ac.id (Dedi Purwana)
Rahmi@unj.ac.id (Rahmi)
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Article history:
Received: May 2019
Accepted: June 2019
Published: 1st Juli 2019
Getting a job has been more difficult nowadays due to the scar-
city of job opportunities. The number of available manpower is
much higher than the job vacancies. The incompatibility of ex-
pertise and difficulties to meet company’s requirement with suit-
able job seeker also increase the unemployment rate. This pro-
gram is performed to stimulate young people to think creative
innovative and eventually encourage them to start their own
business as solution to the problem. The method used is explana-
tion, experiences sharing, question and answer, discussion, and
business plan presentation. Based on these activities, not only
participants’ knowledge about entrepreneurship increases, but
also their ability to create a product or business systematically is
trained. Furthermore, capital issue is solved by providing alter-
natives of business form such as dropshipper, franchising, or
joint venture. Last but not least, a message group is formed as a
media to discuss, consult, and encourage each other to start a
business or participate in business plan competition.
Keywords:
Entrepreneurship, Karang Taruna, Rema-
ja, Wirausaha
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
How to cite:
155
PENDAHULUAN
Analisis Situasi
Masalah pengangguran merupakan ma-
salah klasik di Indonesia. Laju pertumbuhan
tenaga kerja yang lebih tinggi dibanding laju
pertumbuhan lapangan kerja, ketidaksesuaian
keahlian tenaga kerja dan kebutuhan penyedia
kerja, serta sulitnya mempertemukan pencari
kerja dan penyedia kerja dianggap sebagai sa-
lah satu faktor penyebabnya (Hendriyana,
2010).
Pemerintah pun berusaha mengatasi
permasalahan pengangguran ini dengan men-
ciptakan lapangan pekerjaan melalui program
strategis (PresidenRI, 2017), di antaranya;
mendorong pembangunan infrastruktur dengan
menyediakan anggaran melalui APBN,
BUMN, dan swasta; menumbuhkan investasi
dengan cara memperbaiki iklim investasi me-
lalui penyederhanaan perizinan dan penyediaan
sarana investasi; mendorong pendidikan voka-
sional yang menghasilkan tenaga kerja dengan
keahlian tertentu yang sesuai dengan per-
mintaan industri; mengalokasikan dana desa
yang digunakan untuk program pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan sarana/prasarana
di pedesaan; meluncurkan situs
www.joinkandidat.com sebagai hasil kerjasa-
ma antara Kementerian Tenaga Kerja dengan
kelompok musik Slank yang berguna untuk
mempertemukan perusahaan dan pencari kerja
yang fokus pada pencari kerja menengah ke
bawah. Di situs ini, pencari kerja cukup men-
gisi formulir aplikasi tanpa harus mengirim
CV, lamaran, atau foto ke masing-masing pe-
rusahaan.
Tingkat ketenagakerjaan di Indonesia
digambarkan ke dalam infografis Gambar 1.
Menurut data yang dilansir oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), terjadi kenaikan angka
pengangguran di Indonesia dari Agustus 2016
hingga Agustus 2017 sebesar 10 ribu orang
sehingga menjadi 7,04 juta orang dengan ting-
kat pengangguran di kota lebih tinggi dari
tingkat pengangguran di desa (Badan Pusat
Statistik, 2017). Kenaikan angka penganggu-
ran ini diperkirakan disebabkan oleh mening-
katnya jumlah angkatan kerja (penduduk usia
produktif 15-64 tahun yang sudah bekerja
atau sedang mencari pekerjaan) di Indonesia
sebesar 2,62 juta orang, atau dari 125,44 juta
orang di Agustus 2016 menjadi 128,06 juta
orang di Agustus 2017.
Kenaikan jumlah angkatan kerja ini juga
diimbangi oleh Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK), yaitu persentase perbandingan
jumlah angkatan kerja dibandingkan jumlah
seluruh penduduk usia kerja, sebesar 0,33
poin, sementara Tingkat Pengangguran Ter-
buka (TPT), yakni persentase jumlah
pengangguran atau pencari kerja dibanding-
kan dengan jumlah angkatan kerja, turun
sebesar 0,11 poin menjadi 5,50% (Badan
Pusat Statistik, 2017).
Semakin tinggi TPT berarti semakin
banyak angkatan kerja yang tidak terserap
oleh pasar kerja. Kepala BPS Kecuk Suhari-
yanto menyampaikan bahwa jumlah angkatan
kerja mencapai 3 juta orang per tahun sehing-
ga komposisi pekerja dan penganggurannya
pun akan terus naik, namun yang paling pent-
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
156
ing adalah turunnya persentase TPT (Julianto,
2017).
Sementara jika dilihat dari tingkat pen-
didikan, mayoritas TPT berasal dari Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), yaitu sebesar
11,41%. TPT selanjutnya berasal dari tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebesar 8,29%. TPT terendah sebesar 2,62%
adalah penduduk dengan tingkat pendidikan
sekolah dasar (SD) ke bawah. Suhariyanto
menyampaikan bahwa TPT yang paling rendah
berasal dari tingkat pendidikan SD ke bawah
karena mereka tidak punya pilihan sehingga
akan menjalani pekerjaan apapun (Basuki,
2017).
Melihat kondisi seperti ini, sudah se-
layaknya masyarakat Indonesia berpikir
secara kreatif dan inovatif keluar dari zona
nyaman mereka dan memulai usaha sendiri.
Saat ini jumlah wirausaha diperkirakan
sebanyak 3% dari jumlah penduduk, jauh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan Ma-
laysia dengan 5%, Singapura 7%, atau Jepang
11% (Prahara, 2017).
Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional Bambang Brodjonegoro menyam-
paikan bahwa salah satu usaha untuk
menurunkan ketimpangan ekonomi adalah
dengan perluasan kesempatan kerja yang
berkualitas dan wirausaha (Prahara, 2017).
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi
dan Informatika telah mencanangkan Gerakan
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
157
Gambar 1
Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017
Sumber: https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/11/06/1377/agustus-2017--tingkat
-pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-5-50-persen.html
Nasional 1.000 Usaha Rintisan yang men-
dukung ekonomi kerakyatan.
Usaha rintisan (start up) mulai marak
dalam beberapa tahun terakhir, terutama dari
generasi muda. Usaha rintisan diharapkan
mampu menyerap tenaga kerja seiring dengan
pertumbuhan bisnisnya dan membantu ber-
jalannya perekonomian dengan aliran suntikan
dana. Potensi remaja sebagai pemilik dan
pelaku usaha rintisan harus mendapatkan
dukungan juga dengan diberikan wawasan dan
pemahaman mengenai kewirausahaan, maka
dari itu tim Pengabdian pada Masyarakat mem-
iliki ide untuk menyelenggarakan kegiatan
“Penyuluhan Kewirausahaan bagi Anggota Ke-
lompok Karang Taruna di Kelurahan Malaka
Sari, Duren Sawit”.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
diidentifikasi terdapat permasalahan sebagai
berikut:
1. Tingginya tingkat pengangguran dan
terbatasnya lapangan pekerjaan.
2. Dibutuhkan alternatif solusi yang kreatif
dan inovatif, salah satunya dengan ber-
wirausaha.
3. Masih sedikit pelaku wirausaha di Indo-
nesia dibandingkan dengan negara-
negara lain di Asia.
4. Usaha rintisan (start up) di Indonesia
mulai berkembang, termasuk oleh pelaku
wirausaha remaja.
Identifikasi masalah yang telah disebut-
kan di atas membawa kita ke perumusan masa-
lah berikut:
1. Sejauh mana pengetahuan dan pemaham-
an remaja mengenai peluang dan tan-
tangan berwirausaha?
2. Alternatif bisnis apa saja yang minim
modal dan dapat segera direalisasikan?
Tujuan Kegiatan
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat
ini bertujuan untuk:
1. Memberikan pengetahuan dan pema-
haman kepada remaja Karang Taruna
mengenai peluang dan tantangan ber-
wirausaha;
2. Memberikan ide alternatif bisnis apa sa-
ja yang minim modal dan dapat segera
direalisasikan.
Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan
ini adalah:
A. Peserta
1. Remaja Karang Taruna yang men-
jadi peserta menjadi tahu dan pa-
ham akan mengenai peluang dan
tantangan berwirausaha;
2. Remaja Karang Taruna yang men-
jadi peserta dapat terinspirasi dan
termotivasi untuk berwirausaha.
B. Tim Pengabdian pada Masyarakat
1. Memberikan kontribusi penge-
tahuan dan pengalaman kepada
masyarakat khususnya remaja Ka-
rang Taruna sesuai dengan kom-
petensi yang dimiliki oleh in-
struktur;
2. Memperbarui ilmu dan wawasan
mengenai kewirausahaan.
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
158
KAJIAN TEORETIK
Pengertian Karang Taruna
Peraturan Menteri Sosial Republik In-
donesia No. 77/HUK/2010 tentang Pedoman
Dasar Karang Taruna menyatakan Karang Ta-
runa adalah organisasi sosial kemasyarakatan
sebagai wadah dan sarana pengembangan se-
tiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung
jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat
terutama generasi muda di wilayah desa/
kelurahan terutama bergerak di bidang usaha
kesejahteraan sosial (Suprayoga, Iswoyo, &
Syahrial, 2016).
Karang Taruna menitikberatkan pada
kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam
pelaksanaan pembangunan sehingga dapat
mewujudkan dengan baik kesejahteraan sosial
yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Dalam konteks ini, Karang Taruna sebagai or-
ganisasi penggerak pembangunan berusaha
mendukung upaya pemerintah untuk mengatasi
masalah tingginya tingkat pengangguran
dengan meningkatkan wawasan, pemahaman,
dan keterampilan pemuda dalam berwirausaha.
Wirausaha
Kewirausahaan adalah perilaku ter-
encana terkait dengan minat yang dimiliki oleh
seseorang (Mopangga, 2014). Wirausahawan
diartikan sebagai orang yang memiliki kemam-
puan untuk mendapatkan peluang keberhasilan,
yang mungkin saja didapat dari pendidikan
tinggi dan keterampilan, atau mungkin saja
seorang buta huruf yang memiliki keahlian di
bidangnya yang diperoleh dari pengalaman
hidup dan bukan pendidikan formal pada
umumnya (Sembiring, 2009). Sementara itu
Suharyadi et.al (2007) mendefinisikan
wirausahawan sebagai seseorang yang men-
ciptakan suatu usaha atau bisnis yang
dihadapkan dengan risiko dan ketidakpastian
untuk memperoleh keuntungan dan mengem-
bangkan bisnis dengan cara mengenali kesem-
patan dan memanfaatkan sumber daya yang
diperlukan.
Meredith dalam Suharyadi et.al (2007)
mengemukakan ciri-ciri wirausahawan se-
bagai berikut:
1. Percaya diri untuk memulai, melakukan,
dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan
yang dihadapi;
2. Berorientasi pada tugas dan hasil;
3. Berani mengambil risiko;
4. Kepemimpinan yaitu menjadi teladan,
berpikir positif, tidak anti kritik, dan
memiliki kecakapan dalam bergaul;
5. Orisinal yaitu unik, inovatif, dan kreatif;
6. Berorientasi pada masa depan.
Priyanto dalam Mopangga (2014)
menyampaikan bahwa jiwa wirausaha
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
• Faktor internal, yaitu sifat personal, si-
kap, kemauan, dan kemampuan yang
memberi kekuatan individu untuk ber-
wirausaha;
• Faktor eksternal seperti lingkungan
keluarga, lingkungan dunia usaha, ling-
kungan fisik, dan lingkungan sosial
ekonomi.
Banyak manfaat yang diperoleh
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
159
dengan menjadi wirausahawan. Selain kemam-
puan mengatur waktu yang tidak terbatasi da-
lam jam kantor serta dapat menentukan aturan
sendiri yang sesuai dengan karakter diri dan
pekerjaan, beberapa keuntungan lain yang
didapat dengan menjadi wirausahawan antara
lain (Suharyadi, Nugroho, Purwanto, & Fa-
turohman, 2007):
1. Mempunyai kebebasan mencapai tujuan
yang dikehendaki;
2. Mempunyai kesempatan untuk menun-
jukkan kemampuan dan potensi diri
secara penuh;
3. Memperoleh manfaat dan laba yang
maksimal;
4. Terbuka kesempatan untuk melakukan
perubahan;
5. Terbuka peluang untuk membantu
masyarakat dalam menciptakan lapangan
kerja;
6. Terbuka peluang untuk berperan dalam
masyarakat dan mendapatkan pengakuan
atas usaha sendiri.
MATERI DAN METODE
Kerangka Pemecahan Masalah
Kegiatan penyuluhan kewirausahaan ini
memiliki rangka atau tahapan kegiatan sebagai
berikut:
A. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan pada bagian analisis situasi, serta
kajian yang dilakukan oleh tim Pengabdian pa-
da Masyarakat, maka dirasa dibutuhkan
pelaksanaan program kegiatan ini dengan per-
timbangan:
1) Terbatasnya ketersediaan lapangan
pekerjaan sehingga mengakibatkan
masyarakat harus berusaha secara lebih
kreatif dan inovatif, salah satunya
dengan berwirausaha.
2) Kurangnya pengetahuan dan pemaham-
an tentang berwirausaha di masyarakat,
termasuk di antaranya remaja-remaja
yang tergabung dalam Karang Taruna,
padahal mereka memiliki potensi yang
sangat besar;
3) Kurangnya pengetahuan dan pemaham-
an mengenai alternatif usaha yang min-
im modal.
B. Rancangan Instruksional
Rancangan instruksional disusun
dengan mempertimbangkan aspek-aspek beri-
kut:
1) Isi materi program kegiatan yang rele-
van dengan pengetahuan dan kebutuhan
peserta. Tim Pengabdian pada Masyara-
kat ini telah memetakan kebutuhan ma-
teri keseluruhan bagi remaja Karang Ta-
runa yang dibagi dalam dua segmen ma-
teri kegiatan, yaitu pemaparan materi
kewirausahaan yang dilanjutkan dengan
diskusi kelompok yang akan dijelaskan
lebih lanjut pada bagian materi
kegiatan.
2) Latar belakang peserta kegiatan seperti
seperti tingkat pendidikan, pekerjaan,
usia, jenis kelamin dan sebagainya.
3) Jenis usaha yang tertarik untuk digeluti
atau mungkin sudah sedang digeluti.
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
160
C. Tahap Pengembangan
Pada kegiatan ini, tim Pengabdian pada
Masyarakat berupaya mengembangkan
kegiatan baik dalam hal penyampaian materi
kegiatan, diskusi kelompok, maupun tanya ja-
wab atas materi yang disampaikan. Selain itu,
setelah selesai acara, dibentuklah grup
Whatsapp (aplikasi pesan) yang ditujukan un-
tuk pemantauan, konsultasi, dan pembinaan
lebih lanjut.
Realisasi Pemecahan Masalah
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada
Masyarakat ini adalah hari Minggu tanggal 7
Oktober 2018 di gedung Sony Sugema Colege.
Gedung ini berlokasi di Jl. Malaka Raya no. 71
dan 75, RT.03/RW.06, Kelurahan Malaka Sari,
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Kegiatan dilaksanakan selama empat jam, dim-
ulai dari pukul 09.00 dan selesai pada pukul
13.00 WIB.
Khalayak Sasaran
Peserta yang hadir dalam kegiatan ini
sebanyak 19 orang yaitu anggota Karang Ta-
runa di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan
Duren Sawit, Jakarta Timur, namun hanya 17
orang yang mengikuti kegiatan hingga selesai.
Peserta terdiri dari 11 orang perempuan dan 8
orang laki-laki dengan rentang usia 16 hingga
42 tahun. Peserta yang berusia 42 tahun meru-
pakan koordinator Karang Taruna di Kelurahan
Malaka Sari tersebut. Sebagian besar peserta
berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa.
Kegiatan penyuluhan kewirausahaan
dibiayai oleh Universitas Negeri Jakarta yang
dilaksanakan sebagai salah satu pengamalan
Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pengaja-
ran, penelitian, serta pengabdian kepada
masyarakat. Kegiatan ini juga berkaitan
dengan instansi lainnya misalnya pemerintah
setempat mulai dari Kelurahan sampat tingkat
Rukun Warga yang memberikan perizinan un-
tuk kegiatan ini. Dalam kegiatan ini, tim
Pengabdian pada Masyarakat bekerja sama
dengan pihak Sony Sugema College sebagai
penyedia lokasi pelatihan.
Metode Kegiatan
Dalam kegiatan ini, metode yang
digunakan adalah metode penjelasan, sharing,
tanya jawab, diskusi kelompok. Metode
kegiatan yang digunakan pada program
kegiatan ini diharapkan dapat memberikan
kemudahan dan pemahaman kepada peserta
kegiatan.
Pada metode penjelasan, instruktur
menyampaikan materi mengenai
kewirausahaan melalui slide presentasi power
point yang ditampilkan menggunakan
proyektor LCD. Materi yang disampaikan ju-
ga dikemas dalam bentuk modul kegiatan
yang dibagikan ke peserta beserta alat tulis
untuk memudahkan peserta mencatat hal-hal
penting sepanjang kegiatan. Materi yang
disusun oleh instruktur adalah berdasarkan
pengalaman atau sharing, teori-teori, serta
tips dan trik mengenai memulai usaha man-
diri.
Pada metode diskusi kelompok, peser-
ta diminta untuk membentuk kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari empat hingga
lima orang. Di dalam kelompok ini, mereka
diarahkan untuk saling bertukar pikiran
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
161
mengenai peluang wirausaha yang dapat dico-
ba.
Materi Kegiatan dan Instruktur
Materi dibuka dengan perkenalan in-
struktur. Di sini instruktur juga menjelaskan
usaha-usaha wirausaha yang digelutinya yang
mencakup berbagai bidang dari mulai ma-
kanan, pakaian, cukur rambut, hingga doku-
mentasi (foto, video, drone). Selain itu disam-
paikan juga contoh-contoh sukses wirausaha
seperti Kebab Turki Baba Rafi, Go-Jek, serta
media sosial fenomenal Facebook.
Setelah itu dipaparkan alasan-alasan
mengapa seseorang harus menjadi wirausaha,
yakni manfaat dan risiko menjadi seorang
wirausaha. Selain itu disampaikan juga hal-hal
yang dibutuhkan dalam berwirausaha seperti
penemuan ide dan pengembangannya (dimulai
dari ide yang sederhana sebagai solusi untuk
masalah yang ditemui sehari-hari, melakukan
penelitian, bertukar pikiran dengan siapapun,
mengembangkan ide dan melaksanakannya
dari yang paling mudah), membuat rancangan
bisnis (deskripsi usaha, produk, pemasaran
dan penjualan, keuangan), membangun jarin-
gan (networking), serta sumber modal (minim
modal, modal pribadi, modal keluarga atau te-
man, pinjaman bank, joint venture, crowd
funding). Dijelaskan juga kepada peserta
mengenai alternatif jenis usaha waralaba
(franchise) dibandingkan dengan usaha
sendiri dilihat dari sisi model kepemilikan,
biaya, merek, operasional, dan tingkat keber-
hasilan dari masing-masing pilihan.
Kesalahan umum yang sering dil-
akukan oleh para wirausahawan adalah
melakukan usaha hanya sekedar meniru atau
ikut-ikutan orang lain, tidak adanya
perencanaan, biaya yang lebih besar daripada
pemasukan, malas memeriksa laporan keu-
angan, kesuksesan yang terlalu dini, serta ter-
lalu banyak hal yang ingin dikerjakan sehing-
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
162
Gambar 2
Pemaparan Materi
ga tidak fokus. Di sisi lain, tantangan menjadi
sseorang wirausaha pun tidak mudah. Mereka
mungkin menghadapi kekurangan modal,
berbagai perubahan yang mesti diadaptasi sep-
erti teknologi, serta ekonomi secara global.
Setelah paparan selesai, peserta diminta
untuk membuat kelompok-kelompok kecil.
Tiap kelompok terdiri dari empat hingga lima
orang. Tiap kelompok berdiskusi untuk
mengemukakan suatu ide usaha dan membuat
perencanaan atas idenya itu. Ide dan
perencanaan ini kemudian dipresentasikan un-
tuk mendapatkan tanggapan dari instruktur ser-
ta seluruh peserta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peserta yang hadir dalam kegiatan ini
sebanyak 19 orang yaitu anggota Karang Ta-
runa di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan
Duren Sawit, Jakarta Timur, namun hanya 17
orang yang mengikuti kegiatan hingga selesai.
Peserta terdiri dari 11 orang perempuan dan 8
orang laki-laki dengan rentang usia 16 hing-
ga 42 tahun. Peserta yang berusia 42 tahun
merupakan koordinator Karang Taruna di
Kelurahan Malaka Sari tersebut. Sebagian
besar peserta berprofesi sebagai pelajar atau
mahasiswa.
Peserta diminta untuk mengisi
kuesioner yang berguna untuk mendata in-
formasi diri, serta informasi mengenai usaha
yang sudah atau ingin dimilikinya. Dari
kuesioner tersebut, ada beberapa kesimpulan
yang dapat ditarik yang akan dipaparkan di
bawah ini. Sebanyak 4 dari 17 orang atau
sebesar 24% sudah memiliki usaha sendiri.
Usaha ini bergerak di bidang makanan/
minuman, pulsa, serta online shop. Meski
demikian, sebanyak 5 orang atau 29%
mengaku ingin memiliki usaha sendiri di ma-
sa yang akan dating dan sisanya sebanyak 12
orang atau 71% bahkan mengaku sangat
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
163
Gambar 3
Diskusi Kelompok
ingin memiliki usaha sendiri. Bidang usaha
yang ingin mereka miliki sangat beragam, mu-
lai dari makanan/minuman, sepatu, otomotif,
pakaian, tanaman hias, peternakan ikan,
kosmetik, hingga jasa desain.
Peserta juga ditanyakan mengenai
rencana sumber modal usaha, apakah berasal
dari modal pribadi, keluarga, pinjaman bank,
investor, atau dari kompetisi. Hasil jawaban
dari para peserta terdapat pada table 1.
Dari jawaban di atas, dapat kita simpul-
kan bahwa sebagian besar peserta atau
sebanyak 77% berencana untuk menggunakan
modal pribadi sebagai sumber modal. Alter-
natif kedua adalah modal dari keluarga. Se-
mentara itu, pinjaman bank merupakan pilihan
terakhir bagi mayoritas peserta, yaitu
sebanyak 11 orang atau 65% .
Setelah diberikan materi dasar
mengenai kewirausahaan, peserta secara
berkelompok diminta untuk membuat sebuah
proposal usaha. Mereka dituntut untuk ber-
pikir kreatif dan inovatif. Peserta diajarkan
langkah-langkah untuk membuat suatu usaha.
Langkah pertama adalah menemukan masa-
lah. Masalah ini bisa berada di sekitar mereka
ataupun mengacu pada tujuh belas tujuan
pembangunan berkelanjutan (17 Sustainable
Development Goals) dari PBB yang dipetakan
pada gambar 5.
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
164
Gambar 4
Presentasi Rencana Usaha
Dari semua daftar masalah yang
ditemukan, pilihlah satu masalah atau rangkum
semua masalah menjadi satu masalah untuk
kemudian dicari kebutuhan untuk
penyelesaiannya. Setelah tau apa saja yang
dibutuhkan, buat alternatif solusi dari kebu-
tuhan tersebut sesuai dengan kreativitas masing
-masing. Dari alternatif solusi ini, mereka ha-
rus dapat membuat manfaat apa saja yang
diberikan dari tiap solusi untuk mengatasi per-
masalahan yang ada. Pemikiran mengenai so-
lusi ini kemudian dituangkan secara tertulis
melalui rancangan usaha sehingga ada wujud
konkret dari pemikiran ini. Secara singkat,
langkah-langkah tadi terdiri atas:
a. Define problem;
b. The needs to solve the problem;
c. The solution from the needs;
d. The feature in the solution;
e. Prototype design.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengangguran merupakan masalah
serius di Indonesia. Laju pertumbuhan tenaga
kerja yang lebih tinggi dibanding laju pertum-
buhan lapangan kerja, ketidaksesuaian keahl-
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
165
Tabel 1
Rencana Sumber Modal Usaha
ian tenaga kerja dan kebutuhan penyedia kerja,
serta sulitnya mempertemukan pencari kerja
dan penyedia kerja dianggap sebagai salah satu
faktor penyebabnya (Hendriyana, 2010).
Meskipun pemerintah telah melakukan
berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini,
namun tingkat pengangguran di Indonesia
masih saja tinggi. Kondisi ini menuntut
masyarakat Indonesia untuk berpikir secara
kreatif dan inovatif dengan memulai usaha
sendiri atau berwirausaha.
Tingkat wirausaha di Indonesia saat ini
diperkirakan sebanyak 3% dari jumlah
penduduk, jauh lebih sedikit jika dibandingkan
dengan Malaysia dengan 5%, Singapura 7%,
atau Jepang 11% (Prahara, 2017). Usaha rinti-
san (start up) mulai marak dalam beberapa ta-
hun terakhir, terutama dari generasi muda.
Remaja yang memiliki potensi sebagai pem-
ilik dan pelaku usaha rintisan harus
mendapatkan dukungan. Dukungan ini dapat
berupa pemberian wawasan dan pemahaman
mengenai kewirausahaan. Maka dari itu,
kegiatan penyuluhan kewirausahaan ini
mengambil anggota Karang Taruna sebagai
target peserta.
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat
ini memberikan wawasan tentang kisah
sukses berwirausaha, manfaat dan risiko men-
jadi wirausahawan, pengembangan ide, pem-
buatan rencana bisnis, pembangunan jaringan,
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
166
Gambar 5
Sustainable Development Goals - United Nations
sumber modal, alternatif tipe bisnis, serta
kesalahan dan tantangan yang lazim dilakukan
oleh para wirausahawan. Hal yang sering
dikeluhkan sebelum memulai berwirausaha
adalah keterbatasan modal, sehingga di sini di-
jelaskan pula bahwa ada tipe-tipe usaha yang
minim modal, misalnya menjadi perantara,
dropshipper, atau berjualan dengan sistem
Purchase Order (PO). Untuk menurunkan risi-
ko usaha, seseorang dapat pula menggunakan
bentuk-bentuk usaha yang cenderung lebih
aman seperti franchise dan joint venture.
Kegiatan penyuluhan kewirausahaan ini juga
mengajarkan tentang langkah-langkah
penyusunan usaha secara konkret.
Dari kegiatan Pengabdian pada
Masyarakat ini, dapat kita simpulkan bahwa
secara umum generasi muda memiliki ket-
ertarikan tinggi untuk berwirausaha namun tid-
ak memiliki panduan yang jelas dalam pelaksa-
naannya. Keterbatasan modal sering menjadi
alasan yang menghambat dari awal penyusu-
nan rencana bisnis, padahal keadaan ini dapat
diatasi dengan beberapa cara. Penemuan masa-
lah yang sederhana juga dapat menjadi salah
satu cara yang efektif untuk mengawali sebuah
rencana bisnis.
Selain itu, seseorang akan lebih be-
reaksi lebih optimal terhadap simulasi
(workshop) dibandingkan apabila hanya di-
jelaskan secara teoretis. Mereka memahami
langkah-langkah untuk membuat suatu usaha
lalu mencoba untuk mengaplikasikan penge-
tahuan baru mereka tersebut secara langsung
melalui pembuatan rencana usaha secara ke-
lompok. Rencana ini kemudian dipresentasikan
untuk mendapatkan umpan balik sehingga
masing-masing dapat melakukan koreksi serta
lebih memahami mengenai poin-poin penting
yang dibutuhkan dalam berwirausaha.
Kesertaan dalam kompetisi rencana
bisnis atau rencana rintisan usaha (start-up
plan) juga dapat melatih keahlian seseorang
dan menajamkan insting bisnisnya sehingga
dapat menciptakan usaha yang kreatif, ino-
vatif, menguntungkan, dan berkelanjutan.
Saran yang dapat disampaikan oleh tim
Pengabdian pada Masyarakat adalah pent-
ingnya keberlanjutan komunikasi setelah di-
adakannya penyuluhan atau pelatihan. Hal ini
dicoba untuk diwujudkan oleh tim Pengabdi-
an pada Masyarakat dengan cara dibuat
komunitas atau grup binaan wirausaha muda
melalui grup Whatsapp. Melalui media ini
mereka dapat saling berkomunikasi, berdisku-
si membagi ide-ide, berkonsultasi, serta saling
mendukung untuk kesertaan dalam kompetisi-
kompetisi start up.
DAFTAR PUSTAKA
(2017, November 6). Retrieved February 21,
2018, from Badan Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/
pressrelease/2017/11/06/1377/agustus-
2017--tingkat-pengangguran-terbuka--
tpt--sebesar-5-50-persen.html
(2017, 11 6). Retrieved 2 21, 2018, from Ba-
dan Pusat Statistik: https://
www.bps.go.id/
pressrelease/2017/11/06/1377/agustus-
2017--tingkat-pengangguran-terbuka--
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
167
tpt--sebesar-5-50-persen.html
Basuki, C. (2017, November 6). Retrieved
February 21, 2018, from Anta-
raNews.com: https://
www.antaranews.com/berita/663248/
tingkat-pengangguran-terbuka-agustus-
55-persen-di-kota-lebih-tinggi-dari-di-
desa
Hendriyana, A. (2010, October 29). Retrieved
February 22, 2018, from Universitas Pad-
jadjaran: http://news.unpad.ac.id/?
p=36576
Julianto, P. A. (2017, November 6). Retrieved
February 21, 2018, from Kompas.com:
http://ekonomi.kompas.com/
read/2017/11/06/153940126/agustus-
2017-jumlah-pengangguran-naik-menjadi
-704-juta-orang
Mopangga, H. (2014). Faktor Determinan Min-
at Wirausaha Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Gorontalo. Trikonomika , 78-90.
Prahara, H. (2017, September 30). Ekonomi
Digital, Masa Depan Kewirausahaan In-
donesia. Retrieved February 22, 2018,
from Kompas.com: http://
ekonomi.kompas.com/
read/2017/09/30/111300626/ekonomi-
digital-masa-depan-kewirausahaan-
indonesia
PresidenRI. (2017, May 18). Retrieved Febru-
ary 22, 2018, from www.presidenri.go.id:
http://presidenri.go.id/program-prioritas-
2/upaya-nyata-pemerintah-membuka-
lapangan-kerja.html
Sembiring, S. (2009). Penyuluhan
Kewirausahaan kepada Generasi Muda
dan Pengusaha dalam rangka Mening-
katkan Kesejahteraan Masyarakat di
Kecamatan Kiara Condong Kota Ban-
dung.
Suharyadi, Nugroho, A., Purwanto, S. K., &
Faturohman, M. (2007). Kewirausahaan
- Membangun Usaha Sukses sejak Usia
Muda. Jakarta: Penerbit Salemba Em-
pat.
Suprayoga, Iswoyo, A., & Syahrial, R.
(2016). Model Pemberdayaan Karang
Taruna di Kecamatan Cerme Kabupaten
Gresik. Asian Journal of Innovation and
Entrepreneurship, 136-147.
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani Volume 3 No 1 Juli 2019
ISSN
2580-4332 (online)
DOI:doi.org/10.21009/JPMM.003.1.11
168