Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)93
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik dan Sensori Daging Ayam KUB di Jawa Tengah
Study of Physical, Nutritional and Sensory Properties KUB Chicken Meat in Central Java
R. Hidayah*, I. Ambarsari, dan Subiharta
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Jl. Soekarno-Hatta KM.26 No. 10 Kotak Pos 124, Bergas, Kabupaten Semarang, 50552
*E-mail: restuhidayah2016@gmail.com
(Diterima: 15 Februari 2019; Disetujui: 14 April 2019)
ABSTRAK
Ayam KUB adalah ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian yang mempunyai produksi
telur tinggi. Produksi yang tinggi ini membuka peluang DOC ayam KUB untuk dikembangkan menjadi
ayam potong. Hal ini dilakukan mengingat permintaan ayam kampung potong semakin hari semakin
meningkat. Kajian lebih lanjut tentang sifat nutrisi, sik dan sensori daging ayam KUB perlu dilakukan
untuk memberikan gambaran kepada masyarakat tentang kualitas daging ayam KUB. Kajian ini bertujuan
untuk memperoleh data/informasi tentang sifat nutrisi, sik dan sensori daging ayam KUB di Jawa Tengah.
Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu daging ayam
KUB, daging broiler, daging ayam kampung dan daging ayam pejantan. Sifat sik meliputi nilai pH dan
keempukan, sedangkan sifat nutrisi tercermin dari kadar air, protein dan lemak. Sampel diuji dengan uji
sensori dengan melibatkan 30 panelis semi terlatih terhadap sifat sensori daging yang meliputi warna,
tekstur serat, aroma, keempukan dan rasa. Data sifat sik dan nutrisi disajikan secara deskriptif. Data uji
sensori dianalisis dengan metode ANOVA dan jika terdapat perbedaan nyata maka akan dilanjutkan dengan
uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging ayam KUB memiliki kandungan protein dan lemak
yang lebih tinggi dibanding daging ayam lainnya. Secara sik (keempukan), daging ayam KUB belum bisa
menyerupai daging ayam kampung. Uji sensori menunjukkan bahwa dari segi aroma, keempukan dan rasa,
keempat perlakuan dinilai sama oleh panelis. Warna daging ayam KUB pucat dan berbeda dengan daging
yang lain yang memiliki warna putih dan menarik. Tekstur serat daging ayam KUB berserat sampai dengan
berserat agak kasar sama dengan broiler dan ayam kampung. Ayam KUB berpeluang untuk dikembangkan
sebagai ayam potong dengan perbaikan manajemen pakan dan pemeliharaan untuk memperbaiki warna
daging.
Kata kunci: ayam KUB, daging, sik, nutrisi, sensori
ABSTRACT
KUB chicken is a superior chicken produced by the Indonesian Agency for Agricultural Research
and Development. One of these chicken superiority is its high eggs production. There is an opportunity
to develop KUB DOC into meat-producing chickens considering that the demand for native chicken
continuously increases. This study was aimed to observe the nutritional, physical and sensory properties of
KUB chicken meat. A completely randomized design with four treatments, namely KUB chicken meat, broiler
meat, native chicken meat, and rooster meat, was used in this study. Physical properties that were observed
including pH and tenderness, whereas the nutritional properties were reected in the moisture, protein and
fat content. This study also involved 30 semi-trained panelists to evaluate the sensory attributes including
color, texture, avor, tenderness, and taste from each type of chicken. Data of physical and nutritional
properties were presented descriptively. Data on sensory properties were analyzed using one way ANOVA
and if there was a signicant difference between treatments then the analysis will be followed by DMRT.
The results showed that KUB chicken has higher protein and fat content than other chicken. Based on
the physical properties (tenderness), the quality of KUB chicken was still below the native chicken. The
sensory properties showed that in terms of avor, tenderness, and taste, the four treatments were considered
Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2019
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626
Vol. 21 (2): 93-101
DOI: 10.25077/jpi.21.2.93-101.2019
Available online at http://jpi.faterna.unand.ac.id/
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)
94
the same by panelists. The color of KUB chicken was assessed as pale and different from other chickens
that have an attractive white color. The KUB chicken texture was as brous as broiler and native chicken.
In conclusion, KUB chickens have the opportunity to be developed as meat-producing chickens as long as
there was an improvement in feed management and its maintenance.
Keywords: KUB chicken, meat, nutritional, physical, sensory
PENDAHULUAN
Ayam KUB adalah ayam Kampung
Unggul Badan Litbang Pertanian yang
merupakan hasil seleksi dari rumpun ayam
kampung selama 6 generasi. Kriteria seleksi
yang dilakukan adalah peningkatan produksi
telur dengan mengurangi sifat mengeram.
Rataan produksi telur yang dihasilkan
mencapai 180 butir/tahun, dengan hasil ini
diharapkan dapat menghasilkan DOC dalam
jumlah yang banyak (Priyanti et al., 2016).
Potensi produksi telur ayam KUB yang
tinggi ini membuat peluang untuk digunakan
sebagai DOC ayam potong. Permintaan ayam
kampung saat ini sangat tinggi, sehingga DOC
ayam KUB sangat dibutuhkan peternak dalam
usaha pembesaran sebagai ayam potong yang
dapat dipanen pada umur 70 hari. Keunggulan
ayam KUB dibandingkan dengan ayam
kampung dapat dilihat pada Tabel 1.
Daging ayam adalah otot skeletal dari
karkas ayam yang aman, layak, dan lazim
dikonsumsi manusia (BSN, 2009). Daging
ayam adalah bahan pangan dengan kandungan
nutrisi yang seimbang dan dibutuhkan
oleh tubuh. Kualitas daging adalah suatu
kombinasi dan variasi sifat - sifat daging
sehingga produk daging dapat dimakan.
Kualitas daging dapat tercermin dari sifat
nutrisi, sik dan sensori. Sifat nutrisi daging
ditunjukkan dengan kandungan air, protein dan
lemak (Bosco et al., 2001). Rataan kandungan
air, protein dan lemak beberapa jenis unggas
dapat dilihat pada Tabel 2. Sifat sik daging
dapat dilihat dari nilai pH dan keempukan
yang diukur dengan alat. Kisaran pH normal
daging broiler adalah 5,96 sampai 6,07 (van
Laack et al., 2000), dan 6,11 (Prayitno et
al, 2010). Faktor penentu kualitas daging
adalah tekstur dan keempukan. Keempukan
secara keseluruhan meliputi oleh tekstur serta
melibatkan tiga aspek yaitu kemudahan awal
penetrasi gigi, mudahnya daging dikunyah,
dan jumlah residu yang tertinggal setelah
pengunyahan (Soeparno, 1998). Keempukan
daging ayam broiler berkisar antara 1,82 kg/
cm2 sampai 2,19 kg/cm2 (Lyon et al., 2004);
5,78 kg/cm2 (Prayitno et al., 2010); 6,26
sampai 7,78 mm/g (Natsir et al., 2018). Sifat
sensori daging merupakan parameter kualitas
daging yang meliputi warna, tekstur, aroma,
keempukan dan rasa. Warna daging broiler
berkisar antara agak kuning sampai putih,
dengan rasa berkisar antara agak gurih sampai
gurih. Tekstur daging broiler berkisar antara
agak halus sampai halus dan keempukan
berkisar antara agak empuk sampai empuk
(Prayitno et al., 2010).
Pengembangan ayam KUB sebagai
penghasil daging diharapkan menghasilkan
daging dengan rasa yang dapat diterima
konsumen, untuk mengetahui hal ini dilakukan
penilaian secara sensori dengan menggunakan
panelis. Uji sensori meminta panelis untuk
mengemukakan tanggapan pribadinya tentang
sampel yang disajikan tanpa membandingkan
dengan sampel standar. Tingkat kesukaan
ini nantinya ditransformasi menjadi angka
menaik menurut nilai kesukaan, dengan
data numerik ini dapat dianalisis statistik
(Soekarto, 1985).
Kajian ini akan melihat sifat nutrisi, sik
dan sensori ayam KUB dan ayam yang sudah
biasa dikonsumsi masyarakat, yaitu broiler,
ayam kampung dan pejantan. Ayam yang
digunakan adalah ayam yang siap potong yang
beredar di pasaran. Ayam KUB diharapkan
dapat menjadi ayam penghasil daging
dengan kualitas daging yang menyerupai
ayam kampung, maka perlu dilakukan
kajian tentang sifat nutrisi, sik dan sensori
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)95
daging ayam KUB. Data-data yang diperoleh
diharapkan berguna untuk pengembangan
ayam KUB selanjutnya. Tujuan dari kajian
ini adalah untuk memperoleh data/informasi
tentang sifat nutrisi, sik dan sensori daging
ayam KUB di Jawa Tengah.
METODE
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Pascapanen BPTP Jawa Tengah,
uji nutrisi dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
Gizi dan Pangan Universitas Muhammadiyah
Semarang dan Uji sensori produk dilakukan
di kantor BPTP Jawa Tengah.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam kajian
ini adalah daging ayam KUB, daging broiler,
daging ayam kampung, daging ayam pejantan,
aquades, bawang putih, bawang merah,
ketumbar, garam, minyak goreng, kemiri,
kunyit, daun salam, air serta bahan-bahan
pendukung lainnya. Ayam KUB diperoleh dari
BPTP Jateng, ayam kampung diperoleh dari
peternakan rakyat Kecamatan Ungaran Timur,
Kabupaten Semarang, sedangkan broiler dan
ayam pejantan diperoleh dari pasar tradisional
di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
Peralatan yang digunakan antara lain: pisau,
timbangan digital, panci, penggorengan,
kompor dan peralatan pendukung lainnya.
Persiapan Sampel
Ayam disembelih pada bagian leher
dengan memotong arteri carotis dan vena
jugularis. Setelah darah keluar secara tuntas,
ayam dicelupkan pada air hangat dengan
suhu 50-55oC selama 30 detik. Kemudian
dilakukan pencabutan bulu, pengeluaran
organ dalam serta pemotongan leher, kepala
dan kaki (Triyantini et al., 1997). Karkas
yang didapat kemudian diambil bagian dada,
kemudian dipisahkan dari tulang dan kulitnya,
dikemas dengan plastik dan disimpan dalam
refrigerator untuk bahan kajian.
Analalisis nutrisi dan sik daging
dilakukan untuk mengetahui kualitas daging
sampel. Analisi nutrisi meliputi kadar air
(metode thermogravimetri), kadar protein
(metode Kjeldahl) dan kadar lemak (metode
soxhlet). Hasil analisis kandungan nutrisi
produk disajikan dalam bentuk persentase
berat segar. Analisis sik meliputi nilai pH
(menggunakan pH meter) dan keempukan
daging dengan menggunakan penetrometer.
Daging yang digunakan untuk uji
Tabel 1. Keunggulan ayam KUB terhadap ayam kampung berdasarkan sistem pemeliharan
Uraian
Sistem Pemeliharaan
Ayam Kampung Ayam KUB
Ekstensif Semi Intensif Intensif Intensif
Produksi Telur (Butir/induk/thn) 47 59 146 180
Produksi Telur (%) 13 29 40 44-70
Frekuensi Bertelur (kali/thn) 3 5 6-7 Setiap hari
Puncak Produksi (%) - - 50 65-70
Umur Pertama Bertelur (minggu) 28 22-26 20-24 20-22
Daya Tetas Telur (%) 74 79 84 85
Bobot Telur (Gr/butir) 39-48 39-48 39-43 36-45
Frekuensi Terjadinya Mengeram (%) 100 100 30-100 10
Konsumsi Pakan (gr/ekor/hari) <60 60-68 80-100 80-85
Konversi Pakan >10 8-10 4,9-6,4 3,8
Mortalitas s/d 6 minggu (%) 50-56 34-42 <27 <5
Mortalitas Mulai Produktif s/d Afkir (%) >15 15 <10 <8
Sumber: Priyanti et al. (2016).
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)
96
sensori adalah daging dada yang direbus
dengan berbagai bumbu selama 7 menit
kemudian digoreng selama 3 menit. Penentuan
waktu memasak berdasarkan kecukupan
matang daging ayam KUB. Uji sensori
dilakukan dengan menyajikan sampel untuk
masing-masing perlakuan dalam potongan
kecil, diberikan kode dan panelis diminta
untuk memberikan penilaian tingkat kesukaan
dengan mengisi form yang telah disediakan
(Rahayu, 1998). Panelis berjumlah 30 orang
yang merupakan panelis semi terlatih. Skor
warna, tekstur, aroma, keempukan dan rasa
pada uji sensori disajikan pada Tabel 3.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
pada kajian ini adalah rancangan acak lengkap.
Adapun perlakuan pada kajian ini terdiri dari
empat jenis daging ayam yaitu: ayam KUB,
broiler, ayam kampung dan ayam pejantan.
Daging yang digunakan adalah daging bagian
dada. Data sifat nutrisi dan sik disajikan
secara deskriptif, sedangkan data uji sensori
dianalisa dengan ANOVA dan jika terdapat
perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT). Proses analisis
data menggunakan software SPSS Statistics
16.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji penerimaan sensoris merupakan
gambaran tingkat penerimaan konsumen.
Pengujian sensori dilakukan oleh panelis
semi terlatih dengan memberikan peringkat
terhadap atribut kualitas produk yang meliputi:
warna, tekstur serat, aroma, keempukan dan
rasa daging. Uji sensori dilakukan dengan
menyajikan sampel dalam wadah kecil
kepada masing - masing panelis. Uji sensori
dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2018
jam 09.30 WIB di Kantor BPTP Jawa Tengah
dengan melibatkan 30 orang panelis semi
terlatih. Sebelum daging dimasak dilakukan
analisis nutrisi dan sik daging ayam, dan
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Sifat nutrisi daging tercermin dari
kadar air, protein dan lemak. Hasil penelitian
Tabel 2. Rataan kandungan air, protein dan lemak daging dada ayam ras, buras, itik dan entok
Jenis Air (%) Protein (%) Lemak (%)
Ayam Ras 73,10 23,05 1,30
Ayam Buras 73,39 22,70 0,80
Itik 73,97 19,11 0,50
Entok 72,46 21,28 0,50
Sumber: Triyanti et al. (1997).
Tabel 3. Skor warna, tekstur, aroma, keempukan dan rasa pada uji sensori daging ayam KUB
Skor Warna Tekstur Aroma Keempukan Rasa
1Pucat, tidak
menarik
Berserat
kasar Amis Tidak
empuk
Tidak
gurih
2Pucat, kurang
menarik Berserat Agak Amis Kurang
empuk
Kurang
gurih
3 Putih Berserat
agak kasar
Aroma khas daging, ada
aroma menyimpang Sedang Sedang
4Putih,
menarik
Berserat
halus
Aroma khas daging, tidak
ada aroma menyimpang Empuk Gurih
5Putih, sangat
menarik
Tidak
berserat
Aroma khas daging,
sedap
Sangat
empuk
Sangat
gurih
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)97
menunjukkan kadar air terendah adalah
daging ayam kampung yaitu 63,22%, hasil ini
lebih rendah dibandingkan penelitian Susanti
(1991) yang menyatakan bahwa kadar air
ayam ras dan buras berkisar di 75%. Kadar
protein daging broiler lebih rendah dibanding
dengan daging yang lain. Hal ini senada dengan
penelitian Susanti (1991) yang menyatakan
bahwa kadar protein ayam ras lebih rendah
(21,86%) dibanding ayam buras (23,05%).
Kadar lemak daging ayam KUB paling tinggi
yaitu 1,69%, hal ini tidak sesuai dengan
penelitian terdahulu, dimana Kadar lemak
ayam ras lebih tinggi (1,46%) dibanding ayam
buras (0,81%) (Susanti, 1991). Perbedaan
kadar lemak ini kemungkinan terjadi karena
pakan yang digunakn untuk ayam KUB adalah
pakan broiler. Kuantitas dan kualitas daging
ayam dipengaruhi oleh jenis pakan yang
digunakan, seperti hasil penelitian Setiani
(2018) yang menyatakan bahwa campuran
asam format dan sodium format dalam pakan
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas
daging broiler.
Kualitas sik daging tercermin dari
nilai pH dan keempukan daging. Nilai pH
merupakan indikator penting dalam menilai
kualitas daging. Nilai pH terkait erat dengan
keberadaan mikroba pada daging sehingga
sangat menentukan tingkat keawetan dan
kualitasnya (Hajrawati et al., 2016). Sesaat
setelah penyembelihan, nilai pH daging
akan menurun (Ramli, 2001). Hasil analisis
menunjukkan nilai pH daging berkisar antara
5,88 hingga 6,00, hasil ini sesuai dengan
penelitian terdahulu, dimana nilai pH daging
berkisar antara 5,82 – 6,79 dan akan terus
menurun seiring lamanya penyimpanan (Van
Laack et al., 2000; Suradi, 2006; Afrianti,
Dwiloka and Setiani, 2013; Hajrawati et al.,
2016). Daging broiler yang dijual di pasar
tradisional memliki pH berkisar antara 6,15 –
6, 18 (Matulessy et al., 2011). Pada kisaran
pH ini daging mempunyai struktur terbuka,
avor yang lebih disukai dan kestabilan yang
lebih baik terhadap kerusakan akibat mikroba
(Buckle et al., 1987). Pada Tabel 3 terlihat
bahwa keempukan tertinggi pada ayam KUB,
kemudian ayam pejantan, ayam broiler dan
ayam kampung paling rendah. Kajian ayam
KUB untuk menghasilkan daging ayam
yang menyerupai ayam kampung belum bisa
terwujud dilihat dari keempukan daging.
Hal ini diduga karena ayam KUB dipelihara
dengan intensif dengan didalam kandang
baterai, sehingga membatasi aktivitas ayam.
Sedangkan ayam kampung yang dijadikan
sampel adalah ayam kampung yang dipelihara
secara tradisional, dengan aktivitas sik yang
tidak terbatas. Jaringan pengikat daging akan
meningkat jika ternak memiliki aktivitas yang
tinggi, dan berakibat pada keempukan yang
rendah (Gaman and Sherrington, 1991).
Warna makanan menjadi faktor
penting dalam menentukan tingkat kesukaan
masyarakat, karena akan dilihat pertama kali
oleh panelis. Warna ayam KUB menurut
penilaian panelis adalah pucat dan kurang
menarik (Gambar 1). Hal ini berbeda
dengan ayam broiler dan ayam kampung
yang memiliki warna putih. Ayam pejantan
yang dinilai panelis dengan warna putih dan
menarik. Warna daging ayam KUB yang
pucat dan kurang menarik ini kemungkinan
karena sistem pemeliharaan yang dilakukan.
Ayam KUB dipelihara dalam ruangan tertutup
dan tidak mendapatkan sinar matahari secara
langsung.
Tabel 4. Sifat nutrisi dan sik daging ayam
Jenis Daging Kadar Air
(%)
Kadar Protein
(%)
Kadar Lemak
(%) pH Keempukan
(mm/10 detik)
Ayam KUB 67,13 22,71 1,69 6 6,78
Broiler 71,36 17,18 1,14 5,99 5,56
Ayam Kampung 63,22 19,84 1,35 5,88 3,80
Ayam Pejantan 70,57 21,48 0,82 5,91 6,25
Sumber: Data Primer (2018).
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)
98
Tekstur makanan merupakan hasil
respon dari tactile sense terhadap rangsangan
sik pada saat kontak antara bagian di dalam
rongga mulut dan makanan (Sari dan Yohana,
2015). Tekstur ayam KUB adalah berserat
sampai berserat agak kasar, hal ini sama
dengan broiler dan ayam kampung (Gambar
2). Sedangkan ayam pejantan memiliki
serat yang agak kasar. Tekstur serat daging
berhubungan dengan lokasi daging, materi
dalam kajian ini adalah daging dada, yaitu
daging pasif yang tidak banyak melakukan
gerakan sehingga tekstur sampel dinilai
panelis agak kasar.
Aroma berhubungan dengan indra
penciuman, aroma enak merupakan perpaduan
dari komponen – komponen bahan yang tepat
(Ramadhani et al., 2012). Aroma dari 4 jenis
sampel yang disajikan dinilai sama oleh
panelis yaitu aroma khas daging (Gambar 3).
Hal ini terjadi kemungkinan karena sampel
dimasak dengan bumbu dan cara yang sama
sehingga menghasilkan aroma yang sama.
Penggunaan bumbu tidak akan mengubah
aroma alami bahan, tetapi dapat meningkatkan
aroma makanan.
Keempukan meliputi tekstur yang
merupakan kesimpulan dari kemudahan
awal penetrasi gigi, mudahnya daging
dikunyah, dan jumlah residu yang tertinggal
setelah pengunyahan (Soeparno, 1998).
Daging ayam KUB memiliki keempukan
yang sedang, hal ini sama dengan broiler,
ayam kampung dan ayam pejantan. Tekstur
daging ayam dipengaruhi oleh bangsa, umur,
ukuran potongan dan metode pemasakan.
Keterangan: 1) pucat, tidak menarik; 2) pucat, kurang menarik; 3) putih; 4) putih, menarik; 5) putih
kekuningan cerah, sangat menarik
Gambar 1. Warna daging ayam
Keterangan:1) berserat kasar; 2) berserat; 3) berserat agak kasar; 4) berserat halus; 5) tidak berserat
Gambar 2. Tekstur serat daging ayam
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)99
Keempat sampel ini memiliki ukuran yang
relatif sama dan dimasak dengan metode
dan waktu yang sama sehingga cenderung
menghasilkan tingkat keempukan yang sama.
Hasil berbeda diperoleh ketika keempukan
daging mentah diukur dengan menggunakan
alat penetrometer (Tabel 4). Daging ayam
KUB memiliki keempukan yang hampir
sama dengan daging broiler dan daging ayam
pejantan. Daging ayam kampung memiliki
keempukan paling rendah, hal ini terjadi karena
pada umumnya ayam kampung dipelihara
dengan cara diumbar sehingga dagingnya
cenderung lebih keras. Hal ini senada dengan
pendapat Gaman and Sherrington (1991),
yang menyatakan bahwa jaringan pengikat
daging akan meningkat jika ternak memiliki
aktivitas yang tinggi, dan berakibat pada
keempukan yang rendah. Keempukan daging
yang berbeda ini dipengaruhi oleh pengolahan
yang dilakukan, dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa pengolahan dapat meningkatkan
kualitas (keempukan) daging.
Rasa adalah respon dari rangsangan
kimiawi yang sampai di lidah, meliputi 4
rasa dasar yaitu manis, asin, asam, dan pahit
(Ramadhani et al., 2012). Daging ayam KUB
memiliki rasa sedang kearah gurih dan tidak
berbeda dengan daging broiler, daging ayam
kampung dan daging ayam pejantan (Gambar
5). Rasa yang sama ini kemungkinan karena
daging ayam dimasak dengan bumbu dan
metode yang sama sehingga menghasilkan
rasa yang sama. Jenis ayam yang berbeda
Keterangan: 1) amis; 2) agak amis; 3) aroma khas daging, ada aroma menyimpang; 4) aroma khas daging,
tidak ada aroma menyimpang; 5) aroma khas daging, sedap
Gambar 3. Aroma daging ayam
Keterangan: 1) tidak empuk; 2) kurang empuk; 3) sedang; 4) empuk; 5) sangat empuk
Gambar 4. Keempukan daging ayam
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)
100
tidak memberikan pengaruh terhadap rasa
daging.
KESIMPULAN
Daging ayam KUB memiliki
kandungan protein dan lemak yang lebih
tinggi dibanding daging ayam lainnya. Secara
sik (keempukan), daging ayam KUB belum
bisa menyerupai daging ayam kampung.
Daging ayam KUB mempunyai warna yang
pucat, tekstur serat berserat sampai dengan
berserat agak kasar, memiliki aroma khas
daging, dengan tingkat keempukan sedang
dan berasa gurih. Secara keseluruhan perlu
dilakukan perbaikan manajemen pakan dan
pemeliharaan untuk memperbaiki warna
daging.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, M, Dwiloka, B dan Setiani BE.
2013. Total Bakteri, PH dan Kadar Air
Daging Ayam Broiler Setelah Direndam
Dengan Ekstrak Daun Senduduk
(Melastoma malabathricum L.) Selama
Masa Simpan. Jurnal Pangan dan Gizi
Vol. 04 No.07 Tahun 2013.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI
3924:2009. Mutu Karkas dan Daging
Ayam.
Bosco, DA, Castellini, C and Bernardini, M.
2001. Nutritional quality of rabbit meat
as affected by cooking procedure and
dietary vitamin E. Journal of Food
Science 2015;66(7):1047-1051
Buckle, K., Edwards, R. dan Fleet. 1987.
Ilmu Pangan. Universitas Indonesia
Press, Jakarta (Diterjemahkan oleh H.
Purnomo dan Adiono).
Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. 1991.
Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM Press,
Yogyakarta.
Hajrawati, Fadilah, Wahyuni dan Arief.
2016. Kualitas Fisik, Mikrobiologis,
dan Organoleptik Daging Ayam
Broiler pada Pasar Tradisional. Jurnal
Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan Vol. 04 No. 03; 386-389.
Lyon, B. G., D. P. Smith., C. E. Lyon and E.
M. Savage. 2004. Effects of Diet and
Feed with Drawal on The Sensory
Descriptive and Instrumnental Proles
of Broiler Breast Fillets. Poultry Sci.
83:275-281
Matulessy, D. N., E. Suryanto dan Rusman.
2010. Evaluasi Karakteristik Fisik,
Komposisi Kimia dan Kualitas
Mikrobia Karkas Broiler Beku yang
Beredar di Pasar Tradisional Kabupaten
Halmahera Utara, Maluku Utara.
Buletin Peternakan Vol. 34 (3):178-
185.
Keterangan: 1) tidak gurih; 2) kurang gurih; 3) sedang; 4) gurih; 5) sangat gurih
Gambar 5. Rasa daging ayam
Vol. 21 (2): 93-101
Kajian Sifat Nutrisi, Fisik … (Hidayah et al.)101
Natsir, M. H., I. Djunaidi., O. Sjafjan., A.
Suwanto., E. Puspitasari dan L. J.
Virginia. 2018. The Effect of Corn
Subtitution with Palm Kernel Meal
Treated by Enzyme on Production
Performance and Carcass Quality of
Broiler. Buletin Peternakan 42 (2): 103-
108.
Prayitno, A. H., suryanto, E. dan Zuprizal.
2010. Kualitas Fisik dan Sensoris
Daging Ayam Broiler yang Diberi
Pakan dengan Penambahan Ampas
Virgin Coconut Oil (VCO). Buletin
Peternakan Vol. 34(1):55-63.
Priyanti, A., Sartika, T., Priyono., Juliyanto, T.
D., Bahri, S. dan Tiesnamurti, B. 2016.
Kajian Ekonomik dan Pengembangan
Inovasi Ayam kampung Unggul
Balitbangtan (KUB). Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Rahayu, W.P. 1998. Diktat Penuntun
Praktikum Penilaian Organoleptik.
Fakultas Teknologi Pertanian Bogor.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ramadhani, G. A., M. Izzati dan S. Parman.
2012. Analisis proksimat, antioksidan
dan kesukaan sereal makanan dari
bahan dasar tepung jagung dan tepung
labu kuning. J. Anatomi dan Fisiologi.
2(2):32-39.
Ramli. 2001. Perbandingan Jumlah Bakteri
pada Ayam Buras Sebelum dan Setelah
Penyembelihan. Skripsi Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Syiah
Kuala. Kuala Lumpur, Malaysia.
Sari, K. dan Yohana, W. 2015. Tekstur
Makanan: Sebuah Bagian dari Food
Properties yang Terlupakan dalam
Memelihara Fungsi Kognisi. Makassar
Dent J 2015; 4(6): 184-189.
Septiani, M. 2018. Efek Penambahan Asam
Organik dalam Pakan Terhadap
Kualitas dan Kuantitas Daging Ayam
Broiler. Universitas Gajdah Mada.
Skripsi, Yogyakarta.
Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Industri Pangan dan Hasil Pertnian.
Pusat Pengembangan Teknologi
Pangan, IPB, Bogor.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging.
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Suradi, K. 2006. Perubahan Sifat Fisik
Daging Ayam Broiler Post Mortem
Selama Penyimpanan Temperatur
Ruang. Jurnal Ilmu Ternak Vol 6 No
1; 23-27.
Susanti, S. 1991. Perbedaan Karakteristik
Fisikokimiawi dan Histologi Daging
Sapi dan Daging Ayam. Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Triyanti, Abubakar, I. A. K., Bintang dan
Antawidjaja, T. 1997. Studi Komparatif
Preferensi, Mutu dan Gizi Berbagai
Jenis Daging Unggas. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner. 2(3):157-163.
Van Laack, R. L. J. M., C. H. Liu., M. O.
Smith and H. D. Loveday. 2000.
Characteristics of Pale, Soft, Exudative
Broiler Breast Meat. Poultry Sci.
79:1057-1061.