ArticlePDF Available

CASE REPORT: AFIRMASI POSITIF PADA HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PASIEN FRAKTUR FEMUR

Authors:

Abstract

Patients with fractures will experience a decrease in physical condition, dependence on medical actions that result in changes in the patient's life, disability and role change due to physical limitations can raise the psychological problem of low situational self-esteem. The purpose of this paper describes the results of the application of positive affirmation therapy on low self-esteem situational patients fracture of the femur. The methodology used was analytic descriptive with case study approach on 5 patients of femur fracture who experienced low situational self esteem. Results The application of positive affirmation therapy is effective in lowering the symptoms of low self-esteem situational symptoms with medical diagnoses of femoral fracture with a decrease of cognitive, affective, physiological, behavioral and social signs. A positive affirmation therapy recommendation is recommended for patients with physical problems with psychological low self-esteem situational problems
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Available online at:
Volume 13, No 2, Juni 2017 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/index
94
CASE REPORT: AFIRMASI POSITIF PADA HARGA DIRI RENDAH
SITUASIONAL PASIEN FRAKTUR FEMUR
Ike Mardiati Agustin1, Sri Handayani2
1Dosen STIKes Muhammadiyah Gombong
2Alumni STIKes Muhammadiyah Gombong
Key word : femoral
fracture, low
situational self
esteem, positive
affirmation
Abstract
Patients with fractures will experience a decrease in physical condition,
dependence on medical actions that result in changes in the patient's life,
disability and role change due to physical limitations can raise the
psychological problem of low situational self-esteem.
The purpose of this paper describes the results of the application of positive
affirmation therapy on low self-esteem situational patients fracture of the
femur. The methodology used was analytic descriptive with case study
approach on 5 patients of femur fracture who experienced low situational self
esteem. Results The application of positive affirmation therapy is effective in
lowering the symptoms of low self-esteem situational symptoms with medical
diagnoses of femoral fracture with a decrease of cognitive, affective,
physiological, behavioral and social signs. A positive affirmation therapy
recommendation is recommended for patients with physical problems with
psychological low self-esteem situational problems.
PENDAHULUAN
Insiden fraktur di Indonesia 5,5 %
dengan rentang setiap provinsi antara 2,2
sampai 9 %. Fraktur ekstremitas bawah
memiliki prevalensi sekitar 46,2 % dari
insiden kecelakaan. Hasil tim survey
Depkes RI (2007) didapatkan 25 %
penderita fraktur mengalami kematian,
45% mengalami cacat fisik, 15 %
mengalami stress psikologis dan bahkan
depresi, serta 10 % mengalami
kesembuhan dengan baik.
Menurut Hanley & Belfus (2009),
klien yang mengalami gangguan pada
fraktur akan menimbulkan respons dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya dan lingkungan
disekitarnya serta mempengaruhi diri
dalam berinteraksi dengan orang lain.
Pelayanan komprehensif merupakan
pelayanan klien secara total dan pelayanan
kesehatan holistik berkembang bagi
konsep holisme. Kesehatan holistik
melibatkan individu secara total,
keseluruhan status kehidupannya dan
kualitas hidupnya dalam berespons
terhadap perubahan yang terjadi pada diri
dan lingkungannya (Kozier & Erb, 2012).
Sehingga perawat dapat memberikan
pelayanan secara tepat dan efektif untuk
membantu klien dalam beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi
disekitarnnya. Dalam mengurangi tanda
gejala harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur salah satu
teknik yang dapat digunakan adalah
afirmasi positif.
Afirmasi merupakan kata serapan dari
bahasa inggris (Affirmation) afirmasi
secara harfiah diartikan penegasan atau
penguatan. Afirmasi hampir sama seperti
doa, harapan atau cita-cita, hanya saja
afirmasi lebih terstruktur dibandingkan
dengan doa dan lebih spesifik (Nabahan,
2010). Afirmasi bisa juga merupakan
kalimat pendek yang berisi pikiran positif
yang bisa mempengaruhi pikiran bawah
sadar untuk membantu mengembangkan
persepsi yang positif (Abdurrahman,
2012).
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif 95
Masalah harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur
perlu diintervensi dengan tepat karena jika
tidak mendapat penanganan yang baik,
bukan hanya mempengaruhi kualitas hidup
pasien tetapi juga dapat berkembang
menjadi masalah psikologis yang lebih
serius. Harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur yang
tidak ditangani dapat berkembang menjadi
risiko bunuh diri dan keputusasaan
(Rebecca et al (2009). Oleh karena itu,
penanganan masalah harga diri rendah
situasional dengan diagnosa medis fraktur
femur sangat penting untuk dilakukan.
Sehingga, penulis tertarik mengoptimalkan
asuhan keperawatan dengan melakukan
penerapan terapi afirmasi positif pada
pasien harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen. Memaparkan hasil
penerapan terapi afirmasi positif pada
pasien harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen.
METODE
Metodologi yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan studi
kasus pada 5 orang pasien fraktur femur
post operasi yang mengalami gangguan
konsep diri harga diri rendah situasional di
ruang rawat inap teratai RSUD dr.
Soedirman Kebumen. Proses penerapan
dan pemberian terapi afirmasi dilakukan
selama 1 bulan dengan 2 kali tindakan
selama satu minggu.
HASIL
Karakteristik pasien fraktur femur dengan
diagnosa keperawatan harga diri rendah di
jelaskan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Karakteristik pasien harga diri
rendah situasional (n=5)
Karakteristik
f
%
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
5
0
100
0
Total
5
100
Pendidikan
SD
SMP
2
1
40
20
SMA
2
40
Total
5
100
Usia
12 1 6 tahun
17 25 tahun
26- 35 tahun
36- 45 tahun
46- 55 tahun
1
1
1
1
1
20
20
20
20
20
Total
5
100
Berdasarkan table 1.1 P1 berjenis
kelamin laki-laki, pendidikan SD, berusia
39 tahun. P2 berjenis kelamin laki-laki,
pendidikan SMP, berusia 15 tahun. P3
berjenis kelamin laki-laki, pendidikan SD,
berusia 50 tahun. Klien P4 berjenis
kelamin laki-laki, pendidikan SMA,
berusia 17 tahun. Klien P5, berjenis
kelamin laki-laki, pendidikan SMA,
berusia 29 tahun.
Adapun Tanda Gejala Harga Diri
Rendah Situasional Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Terapi Afirmasi Positif.
Tabel 1.2 Tanda dan Gejala Harga Diri
Rendah Sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan afirmasi positif pada pasien
fraktur femur (n=5)
No
Tanda dan Gejala
Evaluasi
Aspek
Jumlah
Indikator
Penurunan
Ya
%
1
Kognitif
7
3
42.9%
Afektif
8
3
37.5%
Fisiologis
11
3
27.3%
Perilaku
7
2
28.6%
Sosial
5
0
0.0%
Total
38
11
28.9%
2
Kognitif
7
3
42.9%
Afektif
8
1
12.5%
Fisiologis
11
2
18.2%
Perilaku
7
2
28.6%
Sosial
5
0
0.0%
Total
38
8
21.1%
3
Kognitif
7
3
42.9%
Afektif
8
3
37.5%
Fisiologis
11
4
36.4%
Perilaku
7
1
14.3%
Sosial
5
1
20.0%
Total
38
12
31.6%
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif 96
4
P4
Kognitif
7
1
14.3%
Afektif
8
1
12.5%
Fisiologis
11
1
9.1%
Perilaku
7
1
14.3%
Sosial
5
1
20.0%
Total
38
5
13.2%
5
P5
Kognitif
7
1
14.3%
Afektif
8
1
12.5%
Fisiologis
11
5
45.5%
Perilaku
7
2
28.6%
Sosial
5
3
60.0%
Total
38
12
31.5%
Berdasarkan Tabel 1.2 tanda dan
gejala harga diri rendah situasional setelah
diberikan afirmasi positif pada P1 semua
aspek menurun dan penurunan terbesar
pada aspek kognitif yaitu (42.9%). P2,
setelah perlakuan semua aspek menurun
dan penurunan terbesar pada aspek
kognitif yaitu (42.9%). P3, setelah
perlakuan semua aspek menurun dan
penurunan terbesar pada aspek kognitif
yaitu (42.9%). P4, setelah perlakuan
semua aspek menurun dan penurunan
terbesar pada aspek sosial yaitu (20.0%).
P5, setelah perlakuan semua aspek
menurun dan penurunan terbesar pada
aspek fisiologis yaitu (45.5%).
Kemampuan Pasien dalam melakukan
afirmasi postif Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Perlakuan Penerapan Terapi
Afirmasi Positif digambarkan dalam tabel
1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 Kemampuan pasien dalam
melakukan afirmasi positif (n=5)
Pasien
Kemampuan Pasien
Pre
Post
Peningkatan
Ya
%
Ya
%
Ya
%
P1
1
20%
4
80%
3
60%
P2
0
0%
5
100%
5
100%
P3
2
40%
5
100%
3
60%
P4
3
60%
4
80%
1
20%
P5
4
80%
4
80%
0
0%
Berdasarkan tabel 1.3 P1, mengalami
peningkatan kemampuan sesudah
dilakukan perlakuan penerapan terapi
afirmasi positif sejumlah 60%. P2,
mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif sejumlah 100%. P3,
mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif sejumlah 60%. P4,
mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif sejumlah 20%, dan
P5, mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif.
PEMBAHASAN
Penerapan Terapi Afirmasi Positif
Pada Pasien Harga Diri Rendah
Situasional Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Femur. Setelah dilakukan
perlakuan terapi aktivitas menunjukkan
terapi afirmasi positif efektif mengurangi
tanda gejala harga diri rendah situasional.
Menurut Hanley & Belfus (2009), klien
yang mengalami gangguan pada fraktur
akan menimbulkan respons dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya dan lingkungan
disekitarnya serta mempengaruhi diri
dalam berinteraksi dengan orang lain.
Pelayanan komprehensif merupakan
pelayanan klien secara total dan pelayanan
kesehatan holistik berkembang bagi
konsep holisme. Kesehatan holistik
melibatkan individu secara total,
keseluruhan status kehidupannya dan
kualitas hidupnya dalam berespons
terhadap perubahan yang terjadi pada diri
dan lingkungannya (Kozier & Erb, 2012).
Sehingga perawat dapat memberikan
pelayanan secara tepat dan efektif untuk
membantu klien dalam beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi
disekitarnnya. Dalam mengurangi tanda
gejala harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur salah satu
teknik yang dapat digunakan adalah
afirmasi positif.
Afirmasi merupakan kata serapan dari
bahasa inggris (Affirmation) afirmasi
secara harfiah diartikan penegasan atau
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif 97
penguatan. Afirmasi hampir sama seperti
doa, harapan atau cita-cita, hanya saja
afirmasi lebih terstruktur dibandingkan
dengan doa dan lebih spesifik (Nabahan,
2010). Afirmasi bisa juga merupakan
kalimat pendek yang berisi pikiran positif
yang bisa mempengaruhi pikiran bawah
sadar untuk membantu mengembangkan
persepsi yang positif (Abdurrahman,
2012).
Masalah harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur
perlu diintervensi dengan tepat karena jika
tidak mendapat penanganan yang baik,
bukan hanya mempengaruhi kualitas hidup
pasien tetapi juga dapat berkembang
menjadi masalah psikologis yang lebih
serius. Harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur yang
tidak ditangani dapat berkembang menjadi
risiko bunuh diri dan keputusasaan
(Rebecca et al (2009).
KESIMPULAN
1. Seluruh responden di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen berjenis kelamin
laki-laki, berpendidikan SD hingga
SMA, berusia remaja 15 tahun hingga
50 tahun.
2. Seluruh responden mengalami harga
diri rendah situasional dengan diagnosa
medis fraktur femur. Setelah dilakukan
intervensi terapi afirmasi positif,
seluruh responden mengalami
penurunan tanda gejala harga diri
rendah situasional baik aspek kognitif,
afektif, fisiologis, perilaku maupun
sosial.
3. Seluruh responden mengalami
peningkatan kemampuan sesudah
dilakukan perlakuan penerapan terapi
afirmasi positif.
4. Penerapan terapi afirmasi positif efektif
menurunkan tanda gejala harga diri
rendah situasional dengan diagnosa
medis fraktur femur di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen
SARAN
1. Bagi perawat/ Rumah Sakit
Proses keperawatan hendaknya selalu
menerapkan ilmu dan kiat keperawatan
sehingga pada saat menerapkan
tindakan keperawatan secara
profesional dan meningkatkan
komunikasi terapeutik terhadap klien
sehingga asuhan keperawatan dapat
tercapai.
2. Bagi keluarga
Anggota keluarga yang mengalami
gangguan kejiwaan khususnya harga
diri rendah disarankan untuk selalu
memberikan pengawasan dan control
secara rutin setelah dilakukan
perawatan di rumah sakit.
3. Bagi instansi pendidikan
Karya tulis ini hendaknya dapat
dijadikan acuan untuk memudahkan
dan pengembangan dalam asuhan
keperawatan jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 2012, Makna Afirmasi,
http://biellsoft.blogspot.com/
2012/11/makna-afirmasi.html
Cavusaglu, H. (2011). Self esteem in
adolescence: A comparison of
adolescents with diabetes mellitus and
leukimia. Pediatric Nursing, July-August
2011 Vol 27 no 4.
Copel, L.C. (2007). Kesehatan jiwa dan
psikiatri, pedoman klinis perawat
(psychiatric and mental health care
nurse’s clinical guide). Edisi Bahasa
Indonesia.Cetakan kedua. Alih bahasa:
Akemat. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2007). Riset kesehatan dasar
2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI
Frisch, N.C. & Frisch, L.E. (2006). Psychiatric
Mental Health Nursing. (3 th ed). New
York : Thomson Delmar Learning.
Goleman, Daniel. (2014). Emotional
Intelligence (terjemahan). Jakata : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Agustin & Handayani Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif 98
Haney & Befus, Inc (2009). Patient’s adaptive
experiences of returning to work
following muskuloskeletal disorder: A
mixe design study
Herdman Heather. (2012). NANDA. Nursing
diagnoses: definition & classification
2012 - 2014. Iowa, USA: NANDA
International
Kaplan & Sadock. (2009). Sinopsis Psikiatri:
ilmu pengetahuan psikiatri klinis. (Jilid
1). Jakarta: Bina Rupa Aksara
Keliat, dkk. (2011). Modul IC CMHN;
Manajemen kasus gangguan jiwa dalam
keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia dan World Health
Organization
Kozier, B & Erb. (2012). Fundamental of
nursing: Concept, proses & practice.
California: Addison Wesly Publishing.
Long, B. C. (2008). Medical-Surgical Nursing:
A Nursing Process Approach (4th ed.).
St. Louis: Mosby.
Mansjoer, A, dkk. (2010). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Medica
Aesculpalus, FKUI
Nababan, P.W.J.(2010). Sosiolinguistik: Suatu
Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006).
Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-
Proses Penyakit (6 ed.). (B. U. Pendit,
Penerj.) Jakarta: EGC.
Rasjad, C. (2007). Pengantar Ilmu Bedah
Orthopedi, Edisi 3 cetakan 5, Jakarta,
Yarsif Watampone, ISBN 978-979-
8980-46-6.
Rebecca. (2009). Solusi praktis mengenali,
mengatasi, dan mengantisipasi depresi.
Jakarta: Gramedia
Smeltzer, S. C., & Bare, B. (2012). Brunner &
Suddarth’s Textbook Of Medical
Surgical Nursing. Philadelpia :
Lippincott.
Stuart, G. W. (2009). Principles and practice
of psychiatric nursing. (9 th ed.).
Canada: Mosby, Inc.
Suratun. (2008). Seri Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Townsend, C.M. (2009). Psychiatric Mental
Health Nursing Concepts of Care in
Evidence-Based Practice. 6 th ed.
... Menurut Yosep dan Sutini (2016) harga diri yang tinggi dapat ditunjukkan dengan seseorang mampu menghadapi lingkungan secara aktif, beradaptasi secara efektif untuk berubah dan cenderung merasa aman. Agustin & Handayani (2017) dalam penelitiannya membahas tentang penerapan afirmasi positif efektif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan menurunkan tanda gejala pada harga diri rendah situasional yang dilakukan pada 5 klien didapatkan hasil yaitu terjadi penurunan dilihat dari aspek kognitif menurun 42.9%, aspek fisiologis 20% dan aspek sosial menurun sebesar 45%. Wijaya & Rahayu (2019) juga pernah membahas keefektifan afirmasi positif mampu mengatasi mekanisme koping yang sebelumnya maladaptif menjadi adaptif. ...
... Skor RSES sebelumnya berada pada tingkat harga diri rendah, tetapi setelah dilakukan tindakan identifikasi aspek dan kemampuan positif melalui afirmasi positif terjadi peningkatan skor RSES diatas nilai 15 yang berarti harga diri pada batas normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Agustin & Handayani (2017) bahwa setelah dilakukan tindakan identifikasi aspek dan kemampuan positif melalui afirmasi positif terjadi peningkatan harga diri pada klien dengan harga diri rendah menjadi kategori harga diri normal. ...
Article
Full-text available
Salah satu masalah keperawatan harga diri rendah yang banyak dijumpai pada klien skizofrenia adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang menganggap bahwa dirinya itu negatif. Harga diri yang tinggi dapat ditunjukkan dengan seseorang mampu menghadapi lingkungan secara aktif, beradaptasi secara efektif untuk berubah dan cenderung merasa aman. Tujuan penelitian menggambarkan pengelelolaan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi pada klien skizofrenia dengan fokus studi harga diri rendah dengan intervensi mengidentifikasi aspek dan kemampuan positif melalui afirmasi positif. Afirmasi positif merupakan penguatan dalam diri secara positif dengan cara mengungkapkan kalimat yang positif seperti sedang berdoa. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik, langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan mencari data pada rekam medik. Subjek penelitian berjumlah 1 responden berumur 27 tahun. Instrument yang digunakan adaalah dengan Rosenberg’s Self-Esteem Scale untuk mengukur tingkat harga diri klien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan skor harga diri dari kategori rendah menjadi kategori normal.
... Kurangnya dukungan yang diberikan keluarga maupun lingkungan sosial menyebabkan pasien merasa tidak berguna, tidak berharga, rendah diri, tidak berdaya dan menilai negatif terhadap kondisi kesehatannya. Karena itu diperlukannya intervensi keperawatan untuk mengurangi tanda dan gejala yang terdapat pada pasien harga diri rendah kronis (Agustin, S. 2017). ...
Article
Full-text available
Pendahuluan: Seseorang dengan harga diri yang rendah kronis akan beresiko menarik diri dari lingkungan sosial. Sehingga perlu diberikan terapi jangka panjang untuk mengontrol rasa percaya dirinya dengan melakukan intervensi afirmasi positif Metode: Metode penelitian menggunakan desain studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Subjek pada penelitian ini yaitu 3 pasien di wilayah kerja Puskesmas Kota Tengah Kota Gorontalo dengan diagnosa harga diri rendah kronis Teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara dan pembagian kuesioner untuk melihat perbedaan tanda dan gejala harga diri rendah kronis pada pasien sebelum dilakukan intervensi afirmasi positif dan sesudah dilakukan intervensi afirmasi positif. Penelitian dilakukan selama 3 hari kunjungan. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah diberikan Intervensi teknik Afirmasi Positif didapatkan hasil Pada Nn.HM dan Tn.YD mengalami penurunan tanda dan gejala Harga Diri Rendah Kronis berupa, pasien lebih tenang dan merasa lebih nyaman dari sebelumnya. Sedangkan pada Nn.NM hanya sedikit perubahan tanda dan gejala yang dialaminya setelah diberikan intervensi ini, dikarenakan tidak terdapat kerja sama yang baik antara orang tua pasien yang sibuk bekerja dengan pasien yang dirumah Kesimpulan: Penelitian ini menunjukan bahwa setelah diberikan intervensi teknik Afirmasi Positif didapatkan penurunan tanda dan gejala pada pasien Harga Diri Rendah Kronis sehingga intervensi teknik Afirmasi Positif dapat digunakan sebagai salah satu intervensi pada pasien Harga Diri Rendah Kronis.
... Setelah pesan tersebut sampai di pikiran alam bawah sadar maka pesan tersebut ditransmisikan ke pikiran sadar yang menyebabkan perubahan perilaku baru, ingatan dan suasana emosi yang baru yang berdasarkan pada pesan yang sudah tertanam dalam pikiran bawah sadar. The power of suggestion (kekuatan kata-kata dalam sugesti), suasana lingkungan dan emosi adalah stimulus eksternal berupa suatu pesan yang ditanamkan kedalam pikiran bawah sadar [11]. ...
Article
Full-text available
Ketidakberdayaan dapat terjadi pada orang yang menderita penyakit terminal dan dapat menimbulkan masalah fisik dan gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi kondisi pasien. Masalah ketidakberdayaan i harus ditangani dengan baik karena jika tidak ditangani dapat berkembang menjadi risiko bunuh diri dan keputusasaan.Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian latihan afirmasi positif pada klien dengan ketidakberdayaan di Rumah Singgah Muratara Palembang. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif case study research (CSR) atau studi kasus dengan satu responden yang mengalami masalah ketidakberdayaan. Intervensi dilakukan selama 7 hari dan pengambilan data menggunakan observasi, wawancara dan instrumen LHS. Hasil : Berdasarkan hasil intervensi yang diberikan didapatkan bahwa skor ketidakberdayaan pada klien sebelum dilakukan intervensi latihan afirmasi positif yaitu 56 dan setelah dilakukan intervensi mengalami penurunan skor ketidaberdayaan yaitu 20. Kesimpulan : Latihan afirmasi positif mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat ketidakberdayaan pada klien dengan ketidakberdayaan di Rumah Singgah Muratara Palembang karena afirmasi positif membantu klien untuk meningkatkan harga diri serta membebaskan diri dari pikiran negatif sehingga harapan hidup klien untuk menjadi lebih baik semakin meningkat.
... Affirmations can be in the form of short sentences that contain positive thinking patterns that affect the subconscious mind. Lack of positive self-affirmation can lead to low self-esteem as indicated by the inability or difficulty in adjusting to changes in the conditions experienced (Agustin & Handayani, 2017). One example of a case that still often occurs in the world of education and social environment is for example a case of bullying, whether done through social media or also in the real life realm. ...
Article
Full-text available
The fundamental problem in the current 4.0 industrial revolution era is related to character education in adolescents in facing challenges and changes in a very rapid era. The high need to depend on the internet that is very high changes the pattern of social interaction in the real world switching through social media. The development of this era would not only have a negative impact but also bring positive change, but the mental readiness and strength of adolescent characters really need to be formed through positive affirmations which are actually very easy to do but are often ignored because they are lulled by pseudo exposure on social media. This article reviews the importance of habituation with positive affirmations which basically gives an influence on mind to hypnotize oneself through positive words or sentences so that if it is done regularly and continuously, it will be able to bring big changes to the teenagers mindset who tend to be irrational, to be rational. The transition will certainly provide positive energy to the character of adolescents, which is manifested by the ability to be wise in using technology in the present and the future.
... The basis of affirmation is prayer, which can be interpreted as a more detailed and clear affirmation or reinforcement. Positive affirmations contain positive sentences that can influence the subconscious mind to form a positive mindset [18]. ...
Fundamental of nursing: Concept, proses & practice
  • B Kozier
  • Erb
Kozier, B & Erb. (2012). Fundamental of nursing: Concept, proses & practice. California: Addison Wesly Publishing.
  • S A Price
  • L M Wilson
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit (6 ed.). (B. U. Pendit, Penerj.) Jakarta: EGC.
Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi
  • C Rasjad
Rasjad, C. (2007). Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, Edisi 3 cetakan 5, Jakarta, Yarsif Watampone, ISBN 978-979-8980-46-6.
Brunner & Suddarth's Textbook Of Medical Surgical Nursing
  • S C Smeltzer
  • B Bare
Smeltzer, S. C., & Bare, B. (2012). Brunner & Suddarth's Textbook Of Medical Surgical Nursing. Philadelpia : Lippincott.
Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal
  • Suratun
Suratun. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
  • A Mansjoer
Mansjoer, A, dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medica Aesculpalus, FKUI
Sosiolinguistik: Suatu Pengantar
  • P W J Nababan
Nababan, P.W.J.(2010). Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia.