Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Available online at:
Volume 13, No 2, Juni 2017 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/index
94
CASE REPORT: AFIRMASI POSITIF PADA HARGA DIRI RENDAH
SITUASIONAL PASIEN FRAKTUR FEMUR
Ike Mardiati Agustin1, Sri Handayani2
1Dosen STIKes Muhammadiyah Gombong
2Alumni STIKes Muhammadiyah Gombong
Key word : femoral
fracture, low
situational self
esteem, positive
affirmation
Abstract
Patients with fractures will experience a decrease in physical condition,
dependence on medical actions that result in changes in the patient's life,
disability and role change due to physical limitations can raise the
psychological problem of low situational self-esteem.
The purpose of this paper describes the results of the application of positive
affirmation therapy on low self-esteem situational patients fracture of the
femur. The methodology used was analytic descriptive with case study
approach on 5 patients of femur fracture who experienced low situational self
esteem. Results The application of positive affirmation therapy is effective in
lowering the symptoms of low self-esteem situational symptoms with medical
diagnoses of femoral fracture with a decrease of cognitive, affective,
physiological, behavioral and social signs. A positive affirmation therapy
recommendation is recommended for patients with physical problems with
psychological low self-esteem situational problems.
PENDAHULUAN
Insiden fraktur di Indonesia 5,5 %
dengan rentang setiap provinsi antara 2,2
sampai 9 %. Fraktur ekstremitas bawah
memiliki prevalensi sekitar 46,2 % dari
insiden kecelakaan. Hasil tim survey
Depkes RI (2007) didapatkan 25 %
penderita fraktur mengalami kematian,
45% mengalami cacat fisik, 15 %
mengalami stress psikologis dan bahkan
depresi, serta 10 % mengalami
kesembuhan dengan baik.
Menurut Hanley & Belfus (2009),
klien yang mengalami gangguan pada
fraktur akan menimbulkan respons dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya dan lingkungan
disekitarnya serta mempengaruhi diri
dalam berinteraksi dengan orang lain.
Pelayanan komprehensif merupakan
pelayanan klien secara total dan pelayanan
kesehatan holistik berkembang bagi
konsep holisme. Kesehatan holistik
melibatkan individu secara total,
keseluruhan status kehidupannya dan
kualitas hidupnya dalam berespons
terhadap perubahan yang terjadi pada diri
dan lingkungannya (Kozier & Erb, 2012).
Sehingga perawat dapat memberikan
pelayanan secara tepat dan efektif untuk
membantu klien dalam beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi
disekitarnnya. Dalam mengurangi tanda
gejala harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur salah satu
teknik yang dapat digunakan adalah
afirmasi positif.
Afirmasi merupakan kata serapan dari
bahasa inggris (Affirmation) afirmasi
secara harfiah diartikan penegasan atau
penguatan. Afirmasi hampir sama seperti
doa, harapan atau cita-cita, hanya saja
afirmasi lebih terstruktur dibandingkan
dengan doa dan lebih spesifik (Nabahan,
2010). Afirmasi bisa juga merupakan
kalimat pendek yang berisi pikiran positif
yang bisa mempengaruhi pikiran bawah
sadar untuk membantu mengembangkan
persepsi yang positif (Abdurrahman,
2012).
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif… 95
Masalah harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur
perlu diintervensi dengan tepat karena jika
tidak mendapat penanganan yang baik,
bukan hanya mempengaruhi kualitas hidup
pasien tetapi juga dapat berkembang
menjadi masalah psikologis yang lebih
serius. Harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur yang
tidak ditangani dapat berkembang menjadi
risiko bunuh diri dan keputusasaan
(Rebecca et al (2009). Oleh karena itu,
penanganan masalah harga diri rendah
situasional dengan diagnosa medis fraktur
femur sangat penting untuk dilakukan.
Sehingga, penulis tertarik mengoptimalkan
asuhan keperawatan dengan melakukan
penerapan terapi afirmasi positif pada
pasien harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen. Memaparkan hasil
penerapan terapi afirmasi positif pada
pasien harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen.
METODE
Metodologi yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan studi
kasus pada 5 orang pasien fraktur femur
post operasi yang mengalami gangguan
konsep diri harga diri rendah situasional di
ruang rawat inap teratai RSUD dr.
Soedirman Kebumen. Proses penerapan
dan pemberian terapi afirmasi dilakukan
selama 1 bulan dengan 2 kali tindakan
selama satu minggu.
HASIL
Karakteristik pasien fraktur femur dengan
diagnosa keperawatan harga diri rendah di
jelaskan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Karakteristik pasien harga diri
rendah situasional (n=5)
Karakteristik
f
%
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
5
0
100
0
Total
5
100
Pendidikan
SD
SMP
2
1
40
20
SMA
2
40
Total
5
100
Usia
12 – 1 6 tahun
17 – 25 tahun
26- 35 tahun
36- 45 tahun
46- 55 tahun
1
1
1
1
1
20
20
20
20
20
Total
5
100
Berdasarkan table 1.1 P1 berjenis
kelamin laki-laki, pendidikan SD, berusia
39 tahun. P2 berjenis kelamin laki-laki,
pendidikan SMP, berusia 15 tahun. P3
berjenis kelamin laki-laki, pendidikan SD,
berusia 50 tahun. Klien P4 berjenis
kelamin laki-laki, pendidikan SMA,
berusia 17 tahun. Klien P5, berjenis
kelamin laki-laki, pendidikan SMA,
berusia 29 tahun.
Adapun Tanda Gejala Harga Diri
Rendah Situasional Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Terapi Afirmasi Positif.
Tabel 1.2 Tanda dan Gejala Harga Diri
Rendah Sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan afirmasi positif pada pasien
fraktur femur (n=5)
No
Pasien
Tanda dan Gejala
Evaluasi
Aspek
Jumlah
Indikator
Penurunan
Ya
%
1
P1
Kognitif
7
3
42.9%
Afektif
8
3
37.5%
Fisiologis
11
3
27.3%
Perilaku
7
2
28.6%
Sosial
5
0
0.0%
Total
38
11
28.9%
2
P2
Kognitif
7
3
42.9%
Afektif
8
1
12.5%
Fisiologis
11
2
18.2%
Perilaku
7
2
28.6%
Sosial
5
0
0.0%
Total
38
8
21.1%
3
P3
Kognitif
7
3
42.9%
Afektif
8
3
37.5%
Fisiologis
11
4
36.4%
Perilaku
7
1
14.3%
Sosial
5
1
20.0%
Total
38
12
31.6%
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif… 96
4
P4
Kognitif
7
1
14.3%
Afektif
8
1
12.5%
Fisiologis
11
1
9.1%
Perilaku
7
1
14.3%
Sosial
5
1
20.0%
Total
38
5
13.2%
5
P5
Kognitif
7
1
14.3%
Afektif
8
1
12.5%
Fisiologis
11
5
45.5%
Perilaku
7
2
28.6%
Sosial
5
3
60.0%
Total
38
12
31.5%
Berdasarkan Tabel 1.2 tanda dan
gejala harga diri rendah situasional setelah
diberikan afirmasi positif pada P1 semua
aspek menurun dan penurunan terbesar
pada aspek kognitif yaitu (42.9%). P2,
setelah perlakuan semua aspek menurun
dan penurunan terbesar pada aspek
kognitif yaitu (42.9%). P3, setelah
perlakuan semua aspek menurun dan
penurunan terbesar pada aspek kognitif
yaitu (42.9%). P4, setelah perlakuan
semua aspek menurun dan penurunan
terbesar pada aspek sosial yaitu (20.0%).
P5, setelah perlakuan semua aspek
menurun dan penurunan terbesar pada
aspek fisiologis yaitu (45.5%).
Kemampuan Pasien dalam melakukan
afirmasi postif Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Perlakuan Penerapan Terapi
Afirmasi Positif digambarkan dalam tabel
1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 Kemampuan pasien dalam
melakukan afirmasi positif (n=5)
Pasien
Kemampuan Pasien
Pre
Post
Peningkatan
Ya
%
Ya
%
Ya
%
P1
1
20%
4
80%
3
60%
P2
0
0%
5
100%
5
100%
P3
2
40%
5
100%
3
60%
P4
3
60%
4
80%
1
20%
P5
4
80%
4
80%
0
0%
Berdasarkan tabel 1.3 P1, mengalami
peningkatan kemampuan sesudah
dilakukan perlakuan penerapan terapi
afirmasi positif sejumlah 60%. P2,
mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif sejumlah 100%. P3,
mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif sejumlah 60%. P4,
mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif sejumlah 20%, dan
P5, mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif.
PEMBAHASAN
Penerapan Terapi Afirmasi Positif
Pada Pasien Harga Diri Rendah
Situasional Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Femur. Setelah dilakukan
perlakuan terapi aktivitas menunjukkan
terapi afirmasi positif efektif mengurangi
tanda gejala harga diri rendah situasional.
Menurut Hanley & Belfus (2009), klien
yang mengalami gangguan pada fraktur
akan menimbulkan respons dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya dan lingkungan
disekitarnya serta mempengaruhi diri
dalam berinteraksi dengan orang lain.
Pelayanan komprehensif merupakan
pelayanan klien secara total dan pelayanan
kesehatan holistik berkembang bagi
konsep holisme. Kesehatan holistik
melibatkan individu secara total,
keseluruhan status kehidupannya dan
kualitas hidupnya dalam berespons
terhadap perubahan yang terjadi pada diri
dan lingkungannya (Kozier & Erb, 2012).
Sehingga perawat dapat memberikan
pelayanan secara tepat dan efektif untuk
membantu klien dalam beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi
disekitarnnya. Dalam mengurangi tanda
gejala harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur salah satu
teknik yang dapat digunakan adalah
afirmasi positif.
Afirmasi merupakan kata serapan dari
bahasa inggris (Affirmation) afirmasi
secara harfiah diartikan penegasan atau
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif… 97
penguatan. Afirmasi hampir sama seperti
doa, harapan atau cita-cita, hanya saja
afirmasi lebih terstruktur dibandingkan
dengan doa dan lebih spesifik (Nabahan,
2010). Afirmasi bisa juga merupakan
kalimat pendek yang berisi pikiran positif
yang bisa mempengaruhi pikiran bawah
sadar untuk membantu mengembangkan
persepsi yang positif (Abdurrahman,
2012).
Masalah harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur
perlu diintervensi dengan tepat karena jika
tidak mendapat penanganan yang baik,
bukan hanya mempengaruhi kualitas hidup
pasien tetapi juga dapat berkembang
menjadi masalah psikologis yang lebih
serius. Harga diri rendah situasional
dengan diagnosa medis fraktur femur yang
tidak ditangani dapat berkembang menjadi
risiko bunuh diri dan keputusasaan
(Rebecca et al (2009).
KESIMPULAN
1. Seluruh responden di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen berjenis kelamin
laki-laki, berpendidikan SD hingga
SMA, berusia remaja 15 tahun hingga
50 tahun.
2. Seluruh responden mengalami harga
diri rendah situasional dengan diagnosa
medis fraktur femur. Setelah dilakukan
intervensi terapi afirmasi positif,
seluruh responden mengalami
penurunan tanda gejala harga diri
rendah situasional baik aspek kognitif,
afektif, fisiologis, perilaku maupun
sosial.
3. Seluruh responden mengalami
peningkatan kemampuan sesudah
dilakukan perlakuan penerapan terapi
afirmasi positif.
4. Penerapan terapi afirmasi positif efektif
menurunkan tanda gejala harga diri
rendah situasional dengan diagnosa
medis fraktur femur di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen
SARAN
1. Bagi perawat/ Rumah Sakit
Proses keperawatan hendaknya selalu
menerapkan ilmu dan kiat keperawatan
sehingga pada saat menerapkan
tindakan keperawatan secara
profesional dan meningkatkan
komunikasi terapeutik terhadap klien
sehingga asuhan keperawatan dapat
tercapai.
2. Bagi keluarga
Anggota keluarga yang mengalami
gangguan kejiwaan khususnya harga
diri rendah disarankan untuk selalu
memberikan pengawasan dan control
secara rutin setelah dilakukan
perawatan di rumah sakit.
3. Bagi instansi pendidikan
Karya tulis ini hendaknya dapat
dijadikan acuan untuk memudahkan
dan pengembangan dalam asuhan
keperawatan jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 2012, Makna Afirmasi,
http://biellsoft.blogspot.com/
2012/11/makna-afirmasi.html
Cavusaglu, H. (2011). Self esteem in
adolescence: A comparison of
adolescents with diabetes mellitus and
leukimia. Pediatric Nursing, July-August
2011 Vol 27 no 4.
Copel, L.C. (2007). Kesehatan jiwa dan
psikiatri, pedoman klinis perawat
(psychiatric and mental health care
nurse’s clinical guide). Edisi Bahasa
Indonesia.Cetakan kedua. Alih bahasa:
Akemat. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2007). Riset kesehatan dasar
2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI
Frisch, N.C. & Frisch, L.E. (2006). Psychiatric
Mental Health Nursing. (3 th ed). New
York : Thomson Delmar Learning.
Goleman, Daniel. (2014). Emotional
Intelligence (terjemahan). Jakata : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Agustin & Handayani Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan
Vol. 13, 2017 case resport: afirmasi positif… 98
Haney & Befus, Inc (2009). Patient’s adaptive
experiences of returning to work
following muskuloskeletal disorder: A
mixe design study
Herdman Heather. (2012). NANDA. Nursing
diagnoses: definition & classification
2012 - 2014. Iowa, USA: NANDA
International
Kaplan & Sadock. (2009). Sinopsis Psikiatri:
ilmu pengetahuan psikiatri klinis. (Jilid
1). Jakarta: Bina Rupa Aksara
Keliat, dkk. (2011). Modul IC CMHN;
Manajemen kasus gangguan jiwa dalam
keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia dan World Health
Organization
Kozier, B & Erb. (2012). Fundamental of
nursing: Concept, proses & practice.
California: Addison Wesly Publishing.
Long, B. C. (2008). Medical-Surgical Nursing:
A Nursing Process Approach (4th ed.).
St. Louis: Mosby.
Mansjoer, A, dkk. (2010). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Medica
Aesculpalus, FKUI
Nababan, P.W.J.(2010). Sosiolinguistik: Suatu
Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006).
Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-
Proses Penyakit (6 ed.). (B. U. Pendit,
Penerj.) Jakarta: EGC.
Rasjad, C. (2007). Pengantar Ilmu Bedah
Orthopedi, Edisi 3 cetakan 5, Jakarta,
Yarsif Watampone, ISBN 978-979-
8980-46-6.
Rebecca. (2009). Solusi praktis mengenali,
mengatasi, dan mengantisipasi depresi.
Jakarta: Gramedia
Smeltzer, S. C., & Bare, B. (2012). Brunner &
Suddarth’s Textbook Of Medical
Surgical Nursing. Philadelpia :
Lippincott.
Stuart, G. W. (2009). Principles and practice
of psychiatric nursing. (9 th ed.).
Canada: Mosby, Inc.
Suratun. (2008). Seri Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Townsend, C.M. (2009). Psychiatric Mental
Health Nursing Concepts of Care in
Evidence-Based Practice. 6 th ed.