ArticlePDF Available

PENERAPAN SISTEM EKONOMI SYARI’AH DI NEGARA MINORITAS MUSLIM

Authors:

Abstract

Kemunduran Umat Islam pada sekitar abad ke-17 sampai abad ke-19, telah membuat Islam menjadi goyah dan tidak kokoh, yang menyebabkan juga konsep-konsep yang didalamnya juga mengalami kegoyahan. Hingga muncullah suatu sistem yang ingin menggantikan sistem ekonomi Islam yakni sistem ekonomi Kapitalis dan sistem ekonomi Sosialis. Kedua sistem ini selalu berlomba-lomba agar bias mendapatkan porsi yang lebih besar dan lebih layak dihadapan umat manusia. Pencarian para ilmuwan terhadap sistem ekonomi yang terbaik terus dilakukan, hingga pada akhirnya para ilmuwan mulai melirik sistem ekonomi Islam yang telah diterapkan sejak zaman Rasulullah. Hal ini disebabkan karena sistem ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis telah melenceng dari tujuannya semula untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Sistem ekonomi Islam diciptakan oleh para Muslimin bukan hanya saja diperuntukkan bagi kaum muslim tapi juga bagi seluruh umat manusia. Yang dapat dibuktikan dengan adanya beberapa karakteristik dalam sistem ekonomi Islam yang ersifat universal. Hingga tidak sedikit dari Negara minoritas Muslim yang telah mengadopsi sistem ekonomi Islam ini untuk dijadikan salah satu sistem perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya. Dan setiap Negara diperbolehkan untuk menganut salah satu dari sistem yang telah disebutkan sesuai dengan paham ideologinya. Semisal, Negara yang berideologi komunisme, maka akan menerapkan sistem ekonomi sosialis.dan jika Negara tersebut menganut paham kapitalisme, maka akan menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Dan apabila suatu Negara menggabungkan kedua sistem ekonomi tersebut, maka bisa dikatakan, bahwa Negara tersebut menganut sistem ekonomi campuran. Dan jika suatu Negara menganut yang berdasarkan syariah Islam, maka sistem yang diterapkan adalah sistem ekonomi Islam. Namun, di negara minoritas muslim yang telah tersebarluaskan sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis merasa tidak leluasa dalam menjalankan aktifitas yang berbasis syariah atau islami, khususnya dalam bidang ekonomi. Pada saat kaum Muslimin melakukan suatu gerakan kemajuan dianggap sebagai tindakan menentang sistem yang ada dan criminal sehingga mereka menjadi termarjinalkan. Kata Kunci: Lemahnya Islam, Ekonomi Kapitalis, Ekonomi Sosialis, Islam Minoritas
EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah
Volume 6, Nomor 1, 2018, 109 - 123
P-ISSN: 2355-0228, E-ISSN: 2502-8316
journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 1, 2018
109
Penerapan Sistem Ekonomi Syari’ah
di Negara Minoritas Muslim
Kurnia Firmanda Jayanti
Universitas Darussalam Gontor
Email : nianino61293@gmail.com
Mohammad Ghozali
Universitas Darussalam Gontor
Email : mohammadghozali@unida.gontor.ac.id
Abstract
The decline of Muslims around the 17th century through the 19th century has
made Islam unsteady and unsettled, leading to concepts in which it also
experiences shakiness. Until the emergence of a system that wants to replace
the Islamic economic system capitalist economic system and socialist economic
system. Both systems are always vying for bias to get a larger portion and
more worthy of humanity. Scientists search for the best economic system
continues, until finally the scientists began to glance at the Islamic economic
system that has been implemented since the time of the Prophet. The Islamic
economic system created by Muslims is not only for Muslims but for all
mankind. That can be proved by the existence of several characteristics in the
Islamic economic system that is universal. Until not least of Muslim minority
countries that have adopted this Islamic economic system to be one of the
economic system to improve the welfare of the country. And each State is
allowed to adopt one of the systems mentioned in accordance with its
ideological ideology. Like Muslims in Germany, Singapore, the United States,
Britain and the Philippines who seek to revive the Islamic economic system in
minority Muslim countries.
Keywords: Weak Islam, Capitalist Economy, Socialist Economy,
Minority Islam
Abstrak
Kemunduran Umat Islam pada sekitar abad ke-17 sampai abad ke-19, telah
membuat Islam menjadi goyah dan tidak kokoh, yang menyebabkan juga
konsep-konsep yang didalamnya juga mengalami kegoyahan. Hingga
muncullah suatu sistem yang ingin menggantikan sistem ekonomi
Islamyakni sistem ekonomi Kapitalis dan sistem ekonomi Sosialis. Kedua
Mohammad Ghozali, Kurnia Firmanda Jayanti
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
110
sistem ini selalu berlomba-lomba agar bias mendapatkan porsi yang lebih
besar dan lebih layak dihadapan umat manusia. Pencarian para ilmuwan
terhadap sistem ekonomi yang terbaik terus dilakukan, hingga pada akhirnya
para ilmuwan mulai melirik sistem ekonomi Islam yang telah diterapkan sejak
zaman Rasulullah. Sistem ekonomi Islam diciptakan oleh para Muslimin
bukan hanya diperuntukkan bagi kaum muslim tapi juga bagi seluruh umat
manusia. Yang dapat dibuktikan dengan adanya beberapa karakteristik dalam
sistem ekonomi Islam yang bersifat universal. Hingga tidak sedikit dari
Negara minoritas Muslim yang telah mengadopsi sistem ekonomi Islam ini
untuk dijadikan salah satu sistem perekonomian untuk meningkatkan
kesejahteraan negaranya. Dan setiap Negara diperbolehkan untuk menganut
salah satu dari sistem yang telah disebutkan sesuai dengan paham
ideologinya. Seperti para Muslim di Negara Jerman, Singapura, Amerika
Serikat, Inggris dan Filipina yang berusaha untuk menghidupkan system
ekonomi Islam di Negara minoritas Muslim.
Kata Kunci: Lemahnya Islam, Ekonomi Kapitalis, Ekonomi
Sosialis, Islam Minoritas
PENDAHULUAN
Dibawah kepemimpinan Barat selama 300 tahun terakhir, kita telah
mengalami empat ideologi utama, yaitu kapitalisme, sosialisme,
nasionalisme dan kesejahteraan negara (the walfare state), dimana semua
itu telah gagal dalam ilmu ekonomi karena sistem ekonomi tersebut
cenderung kearah sekulerisme. Semua sistem itu berdasar pada premis
Barat bahwa agama dan moralitas tidak relevan untuk mengatasi masalah-
masalah ekonomi. Dan mereka berpendapat bahwa masalah-masalah
ekonomi akan lebih baik diselesaikan dengan mengacu pada hukum
perilaku ekonomi, bukan pada aturan agama dan moralitas.
Dan paling tidak hingga saat ini ada tiga sistem ekonomi yang terus
berkembang, yaitu sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis dan
sistem ekonomi Islam. Dalam sistem ekonomi kapitalis, pengembangan
ekonomi sangat ditentukan oleh masyarakat secraa bebas. Namun, dalam
sistem ekonomi sosialis pengembangan ekonomi dipegang oleh pihak
pemerintah dengan tujuan untuk kesejahteraan bersama.
Hal ini telah dibuktikan oleh Anis dengan adanya fenomena
kebangkrutan perusahaan besar di Amerika Serikat membuktikan bahwa
mereka hanya mengejar keuntungan dengan menghalalkan segala cara.
Kasus Enron dan Arthur yang memanipulasi akuntansi laporan keuangan
untuk meningkatkan keuntungan kassus ini ternyata mempunyai dampak
kehancuran yang sangat besar.Begitu juga krisis ekonomi kapitalisme telah
terjadi berulangkali dari Rusia sampai Venezuela dalam kurun waktu
setengah abad terakhir ini.
Penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Negara Minoritas Muslim
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
111
Krisis ekonomi kapitalis ini telah menimbulkan banyak penderitaan
di bidang ekonomi khususnya pada pendapatan yang terus menurun,
kelaparan, kerusuhadan meningkatnya kriminalitas. Ini semua terjadi
karena mereka hanya mengutamakan pemilik modal dan memperlakukan
layaknya motor penggerak dan yang pada akhirnya merekalah yang akan
menikmati segala berkah dan keuntungan, sedangkan para pekerja hanya
sebagai pelengkap penderitaan saja.
Minoritas adalah sekelompok orang yang sejarahnya tidak tertulis,
kondisi keberadannya tidak dikenal, cita-cita dan aspirasinya tidak
terapresiasikan.Mereka sering disebut sebagai Mustadh’afiina fi al-ardl
atau kaum yang tertindas di muka bumi. Tetapi ada juga yang
mendefinisikan bahwa minoritas adalah bagian dari penduduk yang
beberapa cirinya tak-sama dan sering mendapat perlakuan yang berbeda,
cirinya yang taksama dapat berbentuk fisik seperti warnaa kulit dan
bahasa.
Akhirnya terbentuklah juga suatu istilah minoritas muslim, yang
mempunyai arti bagian penduduk yang berbeda dengan penduduk yang
lain karena anggotanya mengakui bahwa Muhammad SAWadalah utusan
Allah yang terakhir dan meyakini ajarannya itu benar dan sering mendapat
perlakuan yang berbeda dari orang-orang yang tidak mempunyai
keyakinan seperti itu. Adapun asal-usul terbentuknya minoritas Muslim
adalah sebagai berikut:
1. Komunitas Muslim dijadikan tidak efektif oleh kelompok non-Muslim
yang menduduki wilayah komunitas Muslim, meskipun umat Islam di
wilayah itu secara jumlah tergolong mayoritas hingga terjadilah
gelombang imigran non-Muslim secara besar-besaran.
2. Pemerintahan Muslim di suatu Negara tidak berlangsung lama atau
penyebaran Islam tidak cukup efektif untuk mengubah Muslim
menjadi mayoritas dalam jumlah di negeri yang mereka kuasai, seperti
di India dan Balkan
Sebagian umat Islam tak betah tinggal di negeri-negeri Muslim yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Sehingga tidak sedikit dari
mereka yang pindah ke beberapa Negara di Barat yang justru mayoritas
penduduknya non-Muslim, seperti Eropa, Amerika serikat, Australia dan
masih banyak lagi.
KAJIAN LITERATUR
Sistem Ekonomi Syari’ah
Tiga system ekonomi di dunia (kapitalis, sosialis dan mix conomic)
dianggap tidak berhasil karena mempunyai kelemahan dan kekurangan
masing-masing yang lebih besar daripada kelebihannya. Sehingga
menyebabkan munculnya pemikiran baru tentang system ekonomi
dikalangan Negara-negara Muslim ataupun Negara-negara yang
Mohammad Ghozali, Kurnia Firmanda Jayanti
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
112
mayoritas penduduknya beragama untuk mewujudkan suatu system
ekonomi berlandasakan Al-Qur’an dan Hadits yakni Sistem Ekonomi
Syari’ah.
Karena dilandasi oleh Al-Qur’an dan Hadits, maka Negara-negara
Islam sekarang banyak mengembangkan Ekonomi Syari’ah dan Sistem
Ekonomi Syari’ah yang merupakan perwujudan dari paradigma Islam.
Pengembangan ini dilakukan bukan semata-mata untuk menyaingi
ataupun mengalahkan tiga system ekonomi yang ada sebelumnya. Namun,
sebagai penacarian suatu system ekonomi yang mempunyai kelebihan-
kelebihan yang lebih banyak untuk menutupi kekurangan-kekurangan
system ekonomi yang telah ada.
Kendati demikian, system ekonomi syariah dengan system ekonomi
sebelumnya mempunyai masalah pokok yang sama, tetapi yang
membedakan adalah sifat dan volumenya. Dalam system ekonomi
konvensional lebih tergantung pada macam-macam tingkah laku dari
setiap individu yang diperhitungkan menggunakan persyaratan-
persyaratan masyarakat. Sedang system ekonomi syari’ah tidak sama sekali
mempunyai keinginan untuk mendistribusikan sumber-sumber semaunya
selain dari kitab suci Al-Qur’an, yang merupakan ketetapan terhadap
sesuatu yang serius.
Maka, system ekonomi syari’ah dikendalikan oleh nilai-nilai dasar
Islam yang mempunyai system pertukaran dan transfer satu arah yang
mempengaruhi alokasi kekurangan sumber-sumber daya. Dan menjadikan
proses pertukaran langsung sangat relevan dengan kesejahteraan
menyeluruh.
Negara Minoritas Muslim
Perbincangan tentang suatu kelompok tidak pernah lepas dari kata
mayoritas dan minoritas. Mayoitas merupakan suatu kelompok dominan
dalam masayarakat yang merasa memiliki control ataupun kekuasaan
untuk mengontrol, termasuk juga didalamnya setting institusional yang
sangat mempengaruhi masyarakat, pemerintahan, agama, pendidikan dan
pekerjaan.
Sebaliknya, minoritas merupakan suatu kelompok masyarakat yang
sangat jelas mempunyai akses yang kurang terhadap sumber daya, hak
istimewa hingga tidak mendapat peluang untuk mendapatkan kekuasaan
seperti kelompok mayoritas. Didalam Al-Qur’an puntelah dijelaskan oleh
Allah SWT mengenai minoritas,
 
 
Penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Negara Minoritas Muslim
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
113
Artinya: Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit,
lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.
  
    
Artinya: Dan ingatlah (hai Para muhajirin) ketika kamu masih
berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-
orang (Mekah) akan menculik kamu, Maka Allah memberi kamu tempat
menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-
Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.
Dari kedua ayat diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa didalam
Al-Qur’an telah dijelaskan tentang jumlah yang banyak merupakan suatu
pemberian, peringatan dan nikmat.
Adapun contoh dari minoritas adalah minoritas Kristen di Negara
Mesir, Syiria dan Iraq, minoritas Yahudi di Negara Maroko dan Iran. Selain
agama non-Muslim yang beradadi Negara Islam sebagai minoritas,
terdapat pula para Muslim yang berada sebagai mayoritas seperti yang
terjadi di Negara-negaraBarat.
Permasalahan integrasi minoritas Muslim kedalam masyarakat
Barat amatlah kompleks. Di satu pihak, integrasi tersebut akan mendapat
peluang lebih besar jika masyarakat Barat berhasil memperkokoh tatanan
multikulturalis, sementara proses perubahannya mengalami banyak
rintangan. Yang bermunculan dari system kebangsaan Negara-negara
Barat yang bersifat ethnocentric dan akan mempersulit proses
pencampaian persamaan politik antara komunitas Muslim dan komunitas
putih.
Berikut merupakan beberapa Negara non-Muslim yang didalamnya
terdapat kaum Muslim. Filipina Selatan, merupakan salah satu daerah
minoritas Muslim yang dikenal dengan nama bangsa Moro, mereka
berjuang untuk menentang kolonialis guna melindungi integritas territorial
dan independensi mereka.
Dan semua itu terrangkum dalam keluhan minoritas Muslim
tentang pelaksanaan ajaran Islam di Negara non-Muslim dan sangat
menjadi persoalan yang dilematis bagi mereka. Adapun persoalan
dilematis tersebut diantaranya:
1. Pelaksananaa ibadah mahdhah seperti shalat dan puasa. Dan paling
susah dalam menunaikan shalat Jum’at, tidak sedikit orang Islam
yang harus menempuh perjalanan panjang agar bisa menunaikan
Mohammad Ghozali, Kurnia Firmanda Jayanti
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
114
shalat Jum’at berjama’ah dikarenakan jumlah masjid yang sangat
jarang. Dan tidak sedikit dari mereka yang harus meninggalkan
pekerjaan dan studinya yang kadang tidak banyak dipahami oleh
pihak kampus atau perusahaan.
2. Bidang ahwal syakhiyyah atau hukum keluarga. Didalam bidang ini,
minoritas Muslim banyak menghadapi persoalan rumit mengenai
status pernikahan. Seperti suami istri yang beragama Kristen saat
awal pernikahan, namun ditengah pembinaan keluarga, sang istri
memeluk Islam, sementara sang suami masih memeluk agama
lamanya. Hingga menyebabkan sang istri harus bercerai dari
suaminya karena beda agama, karena pada hakikatnya, wanita Islam
tidak boleh menikah dengan lelaki non-Muslim.
PENELITTIAN TERDAHULU
Priambodo (2012), menyatakan bahwa Inggris menjadi Negara
pertama di Eropa yang mempromosikan dan mendorong bisnis keuangan
syariah untuk dipraktekkan keuangan Inggris dibawah Undang-undang
yang memfasilitasi kaum Muslim disana. Yang dapat dibuktikan dengan
adanya keberadaan kamum Muslim asal Pakistan sejumlah 41% dari
seluruh jumlah kaum Muslim di Inggris, 13% asal Bangladesh dan 11% asal
India menurut Badan Statistik Inggris.
Achmady (2014), telah melakukan studi atas wacana Singapura
sebagai pusat keuangan Islam Dunia. Dalam studinya ia mengemukakan
bahwa Singapura telah mengklaim dirinya sebagai Negara minoritas
muslim yang sukses menerapkan system ekonomi Islam dibandingkan
Negara-negara Muslim yang telah lama menerapkan system ekonomi
syariah, namun belum berani mengklaim dirinya sukses dalam
menerapkan system ekonomi Islam.
Mardiah (2012). Berkembangnya system ekonomi syari’ah di
Singapura dianggap membawa keuntungan tersendiri daripada system
ekonomi konvensional. Adapun didalamnya terdapat dua hal yang
mendasari perkembangan ekonomi syari’ah di Singapura, yakni
tumbuhnya ekonomi syari’ah yang progresif dalam persaingannya dengan
eknomi konvensional dan tantangan maupun kontestasi nilai ideologis
ekonomi syari’ah sebagai ekonomi alternative di tengah keterpurukan
system ekonomi kapitalisme.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Ekonomi Kapitalis
Dilihat dari arti bahasa, Kapitalisme berasal dari kata capital yang
berarti modal, yang diartiakn sebagai alat produksi, seperti tanah dan uang.
Sedangkan kata isme berarti paham atau ajaran. Untuk itu kapitalisme
Penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Negara Minoritas Muslim
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
115
diartikan sebagai suatu paham atau ajaran mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan modal atau uang. Atau yang biasa diartikan sebagai
suatu sistem politik yang cenderung kea rah pengumpulan kekayaan secara
individu tanpa gangguan kerajaan.
Kapitalisme merupakan suatu sistem perkonomian yang
menekankan peran capital atau modal, yang termasuk didalamnya adalah
barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya.
Kapitalisme lahir di masa merkantilisme dan kolonialisme yang dipelopori
oleh tiga tokoh besar dunia, yaitu Martin Luther, Benjamin Franklin dan
Adam Smith.
Dalam sistem ini individu lebih banyak berperan daripada
pemerintah, karena pemerintah hanya berhak untuk memberikan
kebebasan kepada para pemodal untuk mengembangkan usahanya.
Adapun cirri-ciri sistem kapitalis adalah sebagai berikut:
- Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi
- Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
- Manusia dipandang sebagai makhluk homo-economicus atau yang
selalu mengejar kepentingan diri sendiri
- Paham individualisme didasarkan materialism, warisan Yunani Kuno
yang disebut Hedonisme
Dalam pandangan sistem ekonomi kapitalis, hak kepemilikan
bersifat individual, dimana manusia dianggap sebagai makhluk yang
memiliki hak mutlak atas alam semesta, karena manusia bebas
memanfaatkannya dengan mengeksploitasi semua sumber daya ekonomi
yang memberikan kesejahteraan optimal sebanyak-banyaknya dengan
cara apapun.
Untuk itu adapula prinsip dasar pada sistem kapitalime yang
diungkapkan oleh Adam Smith, yaitu:
- Pengakuan hak milik pribadi tanpa batas-batas tertentu
- Pengakuan hak pribadi untuk meningkatkan status social ekonomi
- Pengakuan ekonomi untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya
- Bebas berkompetisi
- Mengakui hukum mekanisme pasar
Sistem Ekonomi Sosialis
Sosialis adalah suatu sistem perekonomian atau kegiatan ekonomi
yang memberikan kebebasan cukup besar kepada setiap orang, tetepi
masih ada campur tangan pemerintah. Pemerintah dalam pandangan
Sosialis bertugas mengatur tat kehidupan perekonomian Negara serta
jenis-jenis perekonomian terkait dengan kepentinagan hidup orang
banyak.Seperti, air, listrik, telekomunikasi, gas dan lain sebagainya.
Adapun ciri-ciri dari sistem ekonomi Sosialis adalah sebagai berikut:
- Lebih mementingkan kebersamaan
Mohammad Ghozali, Kurnia Firmanda Jayanti
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
116
- Peran pemerintah sangat kuat
- Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi
Dalam pandangan kaum Sosialis, kepemilikan pribadi dibedakan
antar pemegang kekuasaan, sedang yang lainnya menjadi miskin dan
tidak memiliki kekuasaan.Oleh karena itu Sosialis membawa solusi dalam
pendistribusian kesejahteraan dan kekuasaan yang lebih merata di
masyarakat.Adapun tokoh yang sering kali diasosiasikan dengan ideology
ini adalah Karl Marx
Adapun konsep hak milik dalam ekonomi Sosialis telah meniadakan
kepemilikan individu, sebagaimana yang telah dijelaskan pada sistem
ekonomi kapitalis yang sangat menjunjung tinggi kepemilikan
individu.Dalam ekonomi sosialis, sumber daya ekonomi adalah
kepemilikan kolektif masyarakat atau Negara, sehingga individu-individu
tidak berhak untuk memilikinya.Yang dapat disimpulkan bahwa
masyarakat atau Negara berada diatas individu.
Sampai akhirnya sistem Ekonomi Sosialis mengalami kemunduran
sejak gerakan social pada 1968, dimana sosialisme sudah tidak lagi menjadi
alternative yang memadai hingga puncak kebangkrutan rezim-rezim
otoriter di Eropa Timur di akhit tahun 1980an. Namun.Beberapa elemen
sosialis di gerakan buruh dan organisasi revolusioner masih bertahan, dan
sebagian besar yang tersisa masih mewarisitradisi Trotskyisme terutama
di Eropa Barat.
Hegemoni Politik Ekonomi Kapitalisme dan Ekonomi Sosialisme
Sitem ekonomi kapitalis ternyata telah menimbulkan krisis
diberbagai Negara selama abad 20 sampai abad 21, yang dimulai denagn
krisis keuangan yang terjadi di Jepang dan Jerman pada tahun 1920, krisis
Great Depressin pada tahun 1930, krisis moneter di Perancis, Hungaria dan
Jerman pada tahun 1970 dan krisis perbankan ekonomi dan krisis Euro
akibat pelepasan sistem “Breton Woods” pada tahun yang sama, krisis
utang Polandia dan Mexico di tahun 1980, krisis keuangan Asia Tenggara
pada 1998, krisis keuangan Amerika pada 2008, dan krisis utang Eropa dari
2011 sampai sekarang.
Model kapitalisme di periode pasca Perang Dunia II telah
mengambil beberapa bentuk, misalnya di Jepang, intervensi Negara atau
pemerintah dilakukan secara besar-besaran dan mencakup kebijakan
industrial yang luas, yang pada akhirnya memasukkan unsure alokasi
pinjaman secara politis.Begitu juga para pekerja yang diwajibkan untuk
selalu terkait dengan perusahaan-perusahaannya tanpa harus takut
kehilangan pekerjaannya seumur hidup.
Di dalam kapitalisme ini juga terjadi sebuah ketimpangan
pendapatan karena persaingan yang terjadi dalam masalah alokasi sumber
daya. Begitu juga dengan kemiskinan yang terjadi atas konsekuensi
Penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Negara Minoritas Muslim
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
117
ketimpangan pendapatan yang tidak hanya terjadi pada sistem ini, tetapi
lebih disebabkan rendahnya factor produktivitas dan kemajuan
masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan kapitalisme melawan
kemiskinan melalui konsep spesialisasi pekerjaan.
Begitu pula, saat sistem ekonomi kapitalis diterapkan di seluruh
negeri kaum Muslim, maka bisa dirasakan bahwa para kapitalis dapat
merasakan absurditas sistem ini, serta kontradiksinya dengan Islam dan
ketidakbolehannya untuk mempropagandakan maupun memaksakan
berbagai kajian di universsitas-universitas di negeri Islam, dalam rangka
mengkritik, menjelas tentang kecacatan, kemunduran, kerusakan dan
menonjolkan keagungan pemikiran Islam yang dibawa oleh sistem
ekonomi Islam.
Dari sinilah masyarakat Muslim mulai bersikap antagonistik
terhadap kapitalisme, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
- Pengalaman pahit Muslim berhadapan dengan kolonialisme selama
beberapa abad, sehingga menolak apa saja yang dating dari Negara
colonial terutama kapitalisme
- Sikap materialistic dalam kapitalisme dinilai berbahaya bagi iman
seorang Muslim pada hari kiamat
- Kapitalisme melegalkan dan mendorong budaya hedonistic
- Kapitalisme dianggap menjadi sumber kesenjangan dan kemunduran
ekonomi masyarakat muslim
Perbedaan sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak
hanya pada hal-halyang bersifat aplikatif. Namun dimulia dari falsafahnya
pun suda berbeda, begitu juga dengan prinsip, tujuan dan norma juga
berbeda. Hal ini disebabkan karenaa keyakinan seseorang mempengaruhi
cara pandangnya dalam bentuk kepribadian, perilaku, gaya hidup dan
selera manusia. Dalam kontes yang lebih luas, keyakinan juga
mempengaruhi sikap seseorang terhadap orang lain,sumber daya dan
lingkungan.
Begitu juga seperti yang diungkapkan oleh Bukhori Muslim, bahwa
dasar pemikiran Ekonomi Islam diilhami dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi,
sedangkan teori ekonomi kapitalis adalah hasil pemikiran manusia. Maka
akan selalu terjadi perbedaan yang menonjol antara kedua belah pihak,
meskipun ada yang menganggap bahwa urusan ekonomi adalah urusan
dunia yang diserahkan kepada manusia, namun kebebasan manusia untuk
menciptakan peradaban ekonomi yang baik tentu tidak boleh melanggar
pokok-pokok aturan dari Allah SWT.
Penerapan Ekonomi Syari’ah di Jerman
Ekonomi Syari;ah mulai tersebar luas dari 9 Februari 2013, sejak
diadakan konferensi ekonomi syari’ah oleh Perhimpunan Intelektual
Muslim (PRIMA). Yang membahas masalah ekonomi secara global dan
Mohammad Ghozali, Kurnia Firmanda Jayanti
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
118
juga menjadi ajang penawaran solusi bagi krisis ekonomi global yang terus
berulang hingga saat ini. Hal ini juga diiyakan oleh Ayodhia bahwa
konferensi ini dapat memberikan masukan yang signifikan bagi kemajuan
ekonomi Indonesia, begitu juga dengan Ayaz Asad dari Azerbaijan
mengatakan bahwa konferensi ini mempunyai banyak manfaat.
Adapun solusi ekonomi syari’ah yang dapat diterapkan di Jerman
adalah menyadarkan masyarakat untuk memutarkan uangnya pada sector
riil dan tidak menyandarkan pada sistem ribawi maupun spekulasi.Dengan
adanya ekonomi syari’ah maka merupakan suatu hal yang berkolerasi
dengan pemerataan distribusi kekayaan yang dapat mendorong tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Penerapan Ekonomi Syari’ah di Singapura
Perkembangan ekonomi syari’ah di Singapura mendasari pada dua
hal, yaitu tumbuhnya ekonomi Islam yang progresif dalam persaingannya
dengan ekonomi konvensional, tantangan maupun kontestasi nilai
ideologis ekonomi syari’ah sebagai ekonomi alternative ditengah
keterpurukan sistem ekonomi kapitalisme.
Penerapan sistem ekonomi syari;ah di Singapura berkembang pesat
dengan diawali bukanya Islamic Window pada bank-bank tertentu serta
kemudahan regulasi yang diberikan oleh Monetary Authority of Singapore
(MAS) yang terbukti dengan didirikannya Islamic Bank of Asia di
Singapura atas persetujuan MAS. Serta FDI, SWF dan Petrodollar akan
memainkan peranan penting dalam ekonomi syari’ah Singapura bidang
usaha, baik ekspansi bisnis, kemitraan dan pengawasan regulasi.
Perkembangan sistem perbankan dan keuangan syari’ah di
Singapura didukung oleh pemerintahan mereka melalui statemennya
untuk menjadikan Singapura sebagai pusat keuangan syari’ah sekaligus
membangun kerangka hukum yang dapat mempermudah industri yang
berkembang di Singapura.
Penerapan Ekonomi Syari’ah di Amerika Serikat
Lain halnya seperti di Jerman dan Singapura, penerapan ekonomi
syari’ah di Amerika sedikit lebih terhambat dikarenakan pemerintahan
mereka yang takut akan berkembangnya Islam di Amerika. Ketakutan
mereka tersebut terpusat pada bidang ekonomi dan perdagangan, karena
tidak ada alasan kultural yang signifikan mengenai hal tersebut.Semua itu
mereka lakukan agar mereka selalu menjadi negara di puncak paramida
dunia lewat kepemimpinan politik, ekonomi dan teknologi militer.
Adapun kejadian yang melanda World Trade Centre (WTC) pada 11
September2001 menyebabkan kaum Muslim tertuduh sebagai dalang
pelaku dibalik peristiwa tersebut. Sekaligus menambah kekhawatiran
mereka akan ekonomi Amerika yang mempunyai pengaruh yang dominan
Penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Negara Minoritas Muslim
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
119
terhadappengusaha arab dan Timur Tengah yang mulai mengendalikan
ekonomi Amerika.
Secara keseluruhan citra Islam di amerika Serikat masih negative,
dikarenakannya ada oknum yang mengatasnamakan umat Islam sebagi
teroris.Oleh karena itu, penerapan ekonomi syari’ah di negeri tersebut juga
kurang pesat dikarenakah hal tersebut.Namun, dapat juga diambil hikmah
bahwa Islam adalah agama damai dan mengajarkan kedamaian, dan
Amerika mempunyai harapan baru dalam pengembangan ajaran Islam
yang komprehensif.
Penerapan Ekonomi Syari’ah di Inggris
Ekonomi Islam pertama kali diterapkan di Inggris pada 1976
ditandai dengan didirikannya Unit Ekonomi Islam setelah
diselenggarakannya Konferensi Internasional Pertama tentang Ekonomi
Islam di Jeddah. Yang kemudian disusul dengan didirikannya Asosiasi
Internasional untuk Ekonomi Islam di Leicester pada 1981, hingga
diselenggarakannya Konferensi Internasional tentang Ekonomi Islam ke-4
pada tahun 2000.
Pada tahun 1982, Inggris memperbolehkan Dar Al-Maal Al-Islami
(DMI) untuk membuka kantor di London dan memobilisasi dana investasi
bagi perusahaan investasi Luksemburg dan perusahaan takaful
Luksemburg. Masih pada tahun yang sama, Bank Sentral Inggris atau yang
lebih dikenal dengan Bank of England (BOE) memberikan izin pada Bank
Al-Baraka untuk beroperasi di Inggris.
Begitu pula padaa tahun 1995, Universitas Loughborough menjadi
Universitas Barat pertama yang mengakui dan mengadopsi sistem
pembelajaran tentang perbankan dan keuangan tingkat Magister. Dan pada
akhirnya pada tahun 1997, Bank Serikat Kuwait memberikan kontribusi
besar dalam ketersediaan produk keuangan Islam di Inggris dengan
membentuk divisi spesialis syariah yang diberi nama Unit Perbankan
Investment Syariah.
Penerapan Ekonomi Syari’ah di Filipina
Salah satu cara penerapan Ekonomi Syari’ah di Filipina dengan
didirikannya Philippines Amanah Bank yang merupakan suatu kombinasi
yang unik antara bank financial, pembangunan, komersial dan tabungan di
bawah Dekrit Predisen nomor 264 tanggal 2 Agustus 1973 dengan modal
pertama sejumlah 100 juta peso. Dengan tujuan untuk membiayai dan
melaksanakan pengembangan pertanian, pabrik, pertambnagan,
transportasi, industry dan sumber daya yang belum dikelola oleh bank
lainnya di wilayah Mindanao.
Bank ini menyediakan berbagai pinjaman bebas bunga atas dasar
kerjasama dengan para penabung. Hingga 50% dari keuntungan bank akan
Mohammad Ghozali, Kurnia Firmanda Jayanti
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
120
disalurkan kepada Dana Pembangunan Muslim sebagi pembiayaan
sejumlah proyek pembangunan social, pembangunan,
pendidikan,kebudayaan dan ekonomi warga Muslim.
KESIMPULAN
Sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme telah membuat para
Muslim di daerah kekuasaan mereka merasa terhimpit dan terkekang.
Namun, umat Muslim selalu bertahan dengan tantangan tersebut untuk
mempertahankan apa yang telah mereka usahakan di negeri mereka.
Memang tidak semua Negara minoritas muslim memarjinlakan umat
Muslimnya, ada juga Negara minoritas Muslim yang masih memberi
kelonggaran untuk melakukan perputaran ekonomi di negerinya, seperti
di Jerman, Filiphina dan Singapura.
Penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Negara Minoritas Muslim
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
121
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Surahman. (2012). Islam di Amerika Serikat; Potret perkembangan
Dakwah Islam Pasca Tragedi 9 September 2001, Jurnal Tasamuh, Vol.
4, No. 1, Juni.
Ascarya, & Diana Yumanita. (2004). Ekonomi Syari’ah Terbit dari Timur.
Research Note, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan; Bank
Indonesia.
Budiman, Ahmad. (2014). Kapitalisme Ekonomi Syari’ah. Jurnal An-Nisbah,
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Vol. 1, No. 1, Oktober.
Damanhuri. (2012). Kaum Minoritas Muslim di Barat; Tantangan dan Masa
Depan. Analisis. Vol. 12, No. 1, Juni.
Hanifullah. (2012). Membangun Sistem Ekonomi Umat Berbasis Syari’ah.
Episteme. Vol. 7, No. 2, Desember.
Hiariej, Eric. (2004). Gerakan Anti Kapitalisme Global. Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politi. Vol. 8, No. 2, November.
Huda, Choirul. (2016). Ekonomi Islam dan Kapitalisme; Menurut Benih
Kapitalisme dalam Ekonomi Islam. Jurnal Economica, Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang. Vol. 7, Ed. 1, Mei.
Irvani, Ahmad. (2016). Inggris Sebagai Sentral Keuangan Islam di Barat.
Jurnal Asy-Syar’iyyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Nasional Bangka
Belitung. Vol. 1, No. 1, Juni.
Manan, Firman. (2016). Sosialisme Islam: Perspektif Pemikiran Politik
H.O.S Tjokroaminoto. Jurnal Wacana Politik. Vol. 1, No. 1, Maret.
Mardiah, Nur Hilda. (2016). Kepentingan Ekonomi Politik Singapura dalam
Menerapkan Sistem Ekonomi Islam (2007-2014). Jurnal JOM FISIP.
Vol. 3, No. 2, Oktober.
Mashdurohatun, Anis. (2011). Tantangan Ekonomi Syari’ah dalam
Menghadapi Masa Depan Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal
Dinamika Hukum, Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Vol. 11
Edisi Khusus, Februari.
Mohammad Ghozali, Kurnia Firmanda Jayanti
EQUILIBRIUM,Volume 6, Nomor 2, 2018
122
Mubasirun. (2015). Persoalan Dilematis Muslim Minoritas dan Solusinya,
Jurnal Episteme, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Vol. 10, No. 1,
Juni
Mujiatun, Siti. (2014). Peran Pemerintah Tentang Pengembangan
Perekonomian dalam Perspektif Sistem Ekonomi Kapitalis, Sosialis
dan Islam. Jurnal Analytica Islamica. Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara, Vol. 3, No. 1.
Muslim, Bukhori. (2012). Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi
Kapitalis. Jurnal Iqtishad, Universitas Islam negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Vol. 4, No.2, Januari.
Pangiuk, Ambok. (2011). Kepemilikan Ekonomi Kapitalis dan Sosialis
(Konsep Tauhid dalam Sistem Islam). Jurnal Kajian Ekonomi Islam dan
Kemasyarakatan. Vol. 4, No. 2, Desember.
Rama, Ali. (2015). Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah di
Asia Tenggara. The Journal of Tauhidinomics, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol. 1, No. 2.
Rehayati, Rina. (2011). Minoritas Muslim, Belajar dari Kaum Minoritas
Muslim di Filipina, Jurnal Ushuluddin, non institusi, Vol. 17, No. 2,
Juli.
Saifullah. (2008). Umat Islam di Filipina Selatan; Sejarah, Perjuangan dan
Rekonsiliasi. Jurnal Islamica, Institut Agama Islam Negeri Imam
Bonjol Padang. Vol. 3, No. 1, September.
Zulaikah. (2011). Kapitalisme dan Islam; Sebuah Telaah Kritis Konsep Islam
atas Konsep Kapitalis. Jurnal Al-Ahkam, Institut Agama Islam Negeri
Pamekasan. Vol. 6, NO.2, Desember.
... Religious values are debated in a country's economic development in the era of globalization and rapid economic growth. Globally, there are three developing economic systems, one of which is capitalist, socialist and Islamic economics (Jayanti and Ghozali 2018). The Islamic Economic System was built following Islamic principles and teachings based on the Al-Qur'an and Sunnah. ...
... Islamic economics is an economic system that is based on Islamic values that have been known since the time of Rasulullah SAW as an order that is carried out based on the Qur'an and to achieve the benefit of the people, one of which is the prohibition of usury, maisir, gharar, tyranny and haram (Congress 2019). The Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented using Islamic values (Jayanti and Ghozali 2018). The goal of the Islamic economic system is to fulfil human needs, achieve falah (victory), achieve justice for all people, prevent the concentration of wealth and maintain economic stability and growth (Budiantoro, Sasmita and Widiastuti 2018). ...
... In contrast to these two systems, the Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented with Islamic values so that the community and the government have the right to participate in every economic activity (Jayanti and Ghozali 2018). 4 (four) Entities support the capitalism of a country, namely oil companies, state companies, state-owned private companies, and state wealth funds (Kurniawan and Born 2017), but not every country has this support point, especially the availability of oil which is decreasing day by day (Fauzannisa, Yasin and Ispriyanti 2016). ...
Article
Full-text available
This study aims to determine the ethics of communication in developing a business in accordance with Islamic principles based on the Qur'an Surah Al-Ahzab: 21. The research methodology is a literature study with a descriptive qualitative approach. The results of research with this study indicate that ethics in communication based on Islamic principles based on what is stated in the Quran Surah Al-Ahzab: 21 provides development in the business being carried out.
... Religious values are debated in a country's economic development in the era of globalization and rapid economic growth. Globally, there are three developing economic systems, one of which is capitalist, socialist and Islamic economics (Jayanti and Ghozali 2018). The Islamic Economic System was built following Islamic principles and teachings based on the Al-Qur'an and Sunnah. ...
... Islamic economics is an economic system that is based on Islamic values that have been known since the time of Rasulullah SAW as an order that is carried out based on the Qur'an and to achieve the benefit of the people, one of which is the prohibition of usury, maisir, gharar, tyranny and haram (Congress 2019). The Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented using Islamic values (Jayanti and Ghozali 2018). The goal of the Islamic economic system is to fulfil human needs, achieve falah (victory), achieve justice for all people, prevent the concentration of wealth and maintain economic stability and growth (Budiantoro, Sasmita and Widiastuti 2018). ...
... In contrast to these two systems, the Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented with Islamic values so that the community and the government have the right to participate in every economic activity (Jayanti and Ghozali 2018). 4 (four) Entities support the capitalism of a country, namely oil companies, state companies, state-owned private companies, and state wealth funds (Kurniawan and Born 2017), but not every country has this support point, especially the availability of oil which is decreasing day by day (Fauzannisa, Yasin and Ispriyanti 2016). ...
Article
Full-text available
Reliable Muslim entrepreneurs must pay attention to several things in running their business. One of the things or attitudes that need attention is trustworthiness, or an attitude where actions and words are intertwined in a linear manner and do not overlap. Through the application of the trustworthy attitude contained in the letter ash shaaf verses 2-3, entrepreneurs are able to build a good business name, so that the possibility for other brands to be interested in starting a business is even greater. This study uses a qualitative approach with the method of studying the literature on previous research and theory. Through this research, it can be concluded that the trustworthy attitude contained in the Ash Shaaf verses 2-3 must be reflected in a Muslim entrepreneur to increase integrity in building a business network.
... Religious values are debated in a country's economic development in the era of globalization and rapid economic growth. Globally, there are three developing economic systems, one of which is capitalist, socialist and Islamic economics (Jayanti and Ghozali 2018). The Islamic Economic System was built following Islamic principles and teachings based on the Al-Qur'an and Sunnah. ...
... Islamic economics is an economic system that is based on Islamic values that have been known since the time of Rasulullah SAW as an order that is carried out based on the Qur'an and to achieve the benefit of the people, one of which is the prohibition of usury, maisir, gharar, tyranny and haram (Congress 2019). The Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented using Islamic values (Jayanti and Ghozali 2018). The goal of the Islamic economic system is to fulfil human needs, achieve falah (victory), achieve justice for all people, prevent the concentration of wealth and maintain economic stability and growth (Budiantoro, Sasmita and Widiastuti 2018). ...
... In contrast to these two systems, the Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented with Islamic values so that the community and the government have the right to participate in every economic activity (Jayanti and Ghozali 2018). 4 (four) Entities support the capitalism of a country, namely oil companies, state companies, state-owned private companies, and state wealth funds (Kurniawan and Born 2017), but not every country has this support point, especially the availability of oil which is decreasing day by day (Fauzannisa, Yasin and Ispriyanti 2016). ...
Article
Full-text available
Entrepreneurship using new media has become a trend these days. Many people start their businesses making the competition tighter. With intense competition, an entrepreneur must be able to expand their business so as not to lose out. This study aims to describe the strategy of expanding a business using WhatsApp. This study is motivated by the large number of entrepreneurs who use social media, especially WhatsApp in developing their businesses. The purpose of this research is to explain effective communication strategies in book planner business development through WhatsApp, one of the biggest applications in this era, in order to get a wider market potential. The research method used in this research is qualitative descriptive. The result of this study shows that the use of WhatsApp in developing book planner business is an effective strategy so that a business promoted via WhatsApp can develop and not die prematurely. This is because the reach of the WhatsApp application is limited and tends to be individual.
... Religious values are debated in a country's economic development in the era of globalization and rapid economic growth. Globally, there are three developing economic systems, one of which is capitalist, socialist and Islamic economics (Jayanti and Ghozali 2018). The Islamic Economic System was built following Islamic principles and teachings based on the Al-Qur'an and Sunnah. ...
... Islamic economics is an economic system that is based on Islamic values that have been known since the time of Rasulullah SAW as an order that is carried out based on the Qur'an and to achieve the benefit of the people, one of which is the prohibition of usury, maisir, gharar, tyranny and haram (Congress 2019). The Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented using Islamic values (Jayanti and Ghozali 2018). The goal of the Islamic economic system is to fulfil human needs, achieve falah (victory), achieve justice for all people, prevent the concentration of wealth and maintain economic stability and growth (Budiantoro, Sasmita and Widiastuti 2018). ...
... In contrast to these two systems, the Islamic economic system is based on the Qur'an and Hadith and is implemented with Islamic values so that the community and the government have the right to participate in every economic activity (Jayanti and Ghozali 2018). 4 (four) Entities support the capitalism of a country, namely oil companies, state companies, state-owned private companies, and state wealth funds (Kurniawan and Born 2017), but not every country has this support point, especially the availability of oil which is decreasing day by day (Fauzannisa, Yasin and Ispriyanti 2016). ...
Article
Full-text available
This research is rainy to explain the implementation of entrepreneurial ethics on the ability to develop the Women's Cooperative business of STIBA Ar Raayah. This study uses field research methods with data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The data that has been collected is then analyzed descriptively qualitatively with an inductive pattern to gain a deep understanding of the implementation of entrepreneurial ethics used by the manager of the Putri Stiba Cooperative. Research data sourced from primary data and secondary data. Primary data obtained from the results of observations or direct observations at the location of entrepreneurial activities through interviews and archives of activity documentation. Secondary data obtained from literature studies, and literature regarding entrepreneurial and communication activities. The findings of this study prove that the implementation of entrepreneurial ethics play an important role in the development of a business. Therefore, an entrepreneur must be able to use entrepreneurial ethics to be able to develop his business to become wider.
... In theory, Islamic finance should have a significant and positive association with environmental quality compared to conventional financing (Abduh et al., 2022). Jayanti and Ghozali (2018) show that many countries with Muslim minorities, such as Germany, the Philippines, Singapore, and Russia, have successfully applied sharia economics in their economic development sector. For example, since 2007, Russia has used Islamic economic concepts in the field of economic education and even practiced them directly, namely by establishing economic relations with Middle East countries. ...
... After graduation, students are immediately employed in governmental institutions or engaged in human resource exchanges with the Middle East. The role and assistance of the government are needed to link the Indonesian sharia economic workforce to countries in need, such as the Philippines, Singapore, Germany, and others whose sharia economic and human resources are still minimal (Jayanti & Ghozali, 2018). However, besides focusing on international relations, the government, specifically at local levels, needs to promote job opportunities, whether in a city or rural governmental institutions, for unemployed graduates of sharia economics, in the hope of disadvantaged villages fast becoming independent villages with a sharia economic implementation approach (Huda, 2018). ...
Article
Full-text available
The economic development of villages has a substantial impact on community welfare. It can become the backbone of the national economy. However, significant obstacles in village development are lack of human resources (HR), high poverty rates, poor common welfare, justice, and prosperity values. In 2022, in Indonesia there are 9584 underdeveloped villages. Some of the causes of the weak economic condition of a village are economic potential was not optimized, and excessive government interference stifled creativity and independence. This study seeks to explore the extent of the positive impact of the sharia economic implementation model in developing the village’s economy and the model’s potential as an alternative solution to building the economy of poor villages. This paper used descriptive qualitative methods, observations, and interviews with community leaders, community representatives, and the regency office. The results show that the economic development strategies carried out by Gerdu Village had three stages, namely (1) education and cooperation, (2) implementation and management, and (3) evaluation and planning. In addition, the internal driving factor behind the success of the village’s development lies in the activeness of village leaders in implementing sharia economics. As for cooperation with external parties, National Zakat Institution, related local department government, and other institutions around the village have also actively assisted in its development. Positive impacts on the community include increased employment opportunities, income, tourist visits, and tourism and language village programs. This study is expected to be one of the references to explain the Islamic economy’s role in advancing the poor village’s economy. AcknowledgmentWe would like to express our utmost gratitude to the Department of Sharia Economic Law Study Program, Universitas Muhammadiyah Surakarta and the Department of Islamic Economics, Universitas Airlangga for supporting this study and its publication process.
Article
Full-text available
Dominasi Barat selama 300 tahun terakhir, telah membuat kita merasakan empat ideologi utama, yaitu kapitalisme, sosialisme, nasionalisme dan kesejahteraan negara (the welfare state), di mana semua itu telah gagal dalam ilmu ekonomi karena sistem ekonomi tersebut cenderung ke arah sekulerisme. Semua sistem itu berdasar pada premis Barat bahwa agama dan moralitas tidak relevan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Pencarian para ilmuwan terhadap sistem ekonomi yang terbaik terus dilakukan, hingga pada akhirnya para ekonom mulai melirik sistem ekonomi Islam yang telah diterapkan sejak zaman Rasulullah. Sistem ekonomi Islam diciptakan oleh para Muslimin bukan hanya diperuntukkan bagi kaum muslim tapi juga bagi seluruh umat manusia. Yang dapat dibuktikan dengan adanya beberapa karakteristik dalam sistem ekonomi Islam yang bersifat universal. Hingga tidak sedikit dari Negara minoritas Muslim yang telah mengadopsi sistem ekonomi Islam ini untuk dijadikan salah satu sistem perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya. Salah satunya ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga keuangan syariah. Singapura, Filipina, Amerika Serikat, dan Inggris adalah contoh dari Negara-negara minoritas muslim yang mengadopsi sistem ekonomi syariah dalam rangka melepaskan diri dari krisis yang melanda.
Article
Full-text available
This article discusses the university’s strategy in advancing Islamic Financial Institutions to responding the challenges of the Fourth Industrial Revolution era. In addition to having new literacy skills, Islamic economics students and scholars are required to master 21st century competencies. The method of writing this article uses a descriptive qualitative approach that refers to library research. From the results of the discussion, the university’s strategy in advancing sharia financial institutions is divided into long and short term. In the long run, universities prepare quality human resources. First, strengthening the curriculum refers to KKNI-SNPT. Second, the contextual learning orientation in the field, especially in Islamic economics / economics study programs in collaboration with Islamic financial institutions. Third, the synergy of the Financial Services Authority and Islamic Financial Institutions in strengthening training for sharia financial trainers. Fourth, cooperation in sharia financial institutions or financial institutions abroad. In short, tertiary institutions apply financial literacy to students to increase inclusion of Islamic finance. First, strengthening financial literacy in the real action area. Second, strengthening new literacy-based financial literacy that targets data literacy, technology and human literacy capabilities. Third, increase activities in the form of socialization, seminars, public lectures, or field-based practices that combine collaboration between the campus, the Financial Services Authority, Islamic Financial Institutions, and related agencies. Fourth, research-based innovation on sharia economic products that are rarely addressed. For example sharia tourism (nature, religion, culinary, cultural), e-commerce, and others. Fifth, patent and continuous collaboration between universities and Islamic Financial Institutions by making “student savings”. Sixth, educational scholarships or educational loans are products of the Islamic Financial Institutions itself.
Article
Full-text available
In several literatures of Indonesian political thought, the ideas of socialism has been claimed as the doctrine came from and influenced by western political thought. On the other side, Islam political thought has been seemed as the doctrine came from Indonesia traditional heritages. These view was rejected by H.O.S. Tjokroaminoto who argues that socialism has been established and flourished in the Islamic tradition before it was developed in the West. This article tries to describe H.O.S. Tjokroaminoto’s political thought about Islamic socialism which was constructed in the Islamic tradition rooted from Al-Quran and As-Sunnah.
Article
Full-text available
Differences of Islamic economic system and capitalist economic system are not only its application but also philosophy. Above this different philosophy is structured target, different principles and norm. This matter because confidence of someone influence the way of approach in forming personality, behavioral, life style, and human being appetite. In broader context, confidence also influence attitude to others, resource, and environment. In capitalist system, God is retired. This Matter is reflected in concept “faire laissez” and “invisible hand”. Through this philosophy, we can consider the target of capitalist economics only merely its growth for individual satisfaction. Islamic economic philosophy in general can be seen from al-Muthaffifin (1- 6). Allah said: 1) Woe to those who cheat. 2) (Namely) those who, when receiving the dose of other people they ask fulfilled. 3) And when they measure or weigh for others, they reduce. 4) It is not the people think that they will be resurrected Indeed. 5) On a great day. 6) (ie) the day (when) people are standing facing the Lord of the Worlds. But in its development has occurred mixing of two different systems. Islamic Economics is clearly differently from capitalist economy actually mixed the mortar in order to gain the maximum profit.
Article
Full-text available
Current statistic shows that Southeast Asia region has transformed as leading center for global Islamic financial industry. Indonesia and Malaysia are the leading countries for Islamic finance industry in the region. The study aims to provide a descriptive analysis of Islamic finance development in Southeast Asia countries, namely Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapore, Thailand, and Philippine. The study focuses on the history and regulatory analysis for Islamic finance industry across jurisdiction. It finds that the regulation governs for Islamic financial institutions in each countries are varies. These differences will be a challenge in creation of Islamic finance integration as a part of ASEAN economic integration program. Keyword: Southeast Asia Countries (ASEAN), regulation, Islamic financial institutions Data-data statistisk terkahir menunjukkan Asia Tenggara sudah menjadi salah satu pusat perkembangan industri keuangan syariah global. Indonesia and Malaysia menjadi kunci penggerak utama perkembangan industri keuangan syariah di Asia Tenggara. Penelitian ini menyajikan analisis deskriptif atas perkembangan keuangan syariah di negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailan dan Filipina. Penelitian ini fokus pada kajian sejarah dan kerangka regulasi lembaga keuangan syariah di yusrisdiksi. Penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan kerangka regulasi di masing-masing negara Asia Tenggara terkait dengan regulasi lembaga keuangan syariah. Kesenjangan regulasi ini tentunya menjadi tantangan dalam menciptakan sistem integrasi keuangan syariah sebagai bagian dari program integrasi ekonomi ASEAN. Kata kunci: Negara Asia Tenggara (ASEAN), regulasi, lembaga keuangan syariah
Article
Full-text available
Terjebaknya Indonesia di dalam utang luar negeri tidak terlepas dari hegemoni dan berkembangnya kapitalisme serta imperialisme baru. Kita melihat bukti yang semakin nyata dari hari ke hari yakni terjadinya disempowerment terhadap bangsa dan negara Indonesia. Kita menyaksikan pula bahwa yang terjadi saat ini pembangunan pihak asing di Indonesia dan bukan pembangunan Indonesia. Disempowerment ini berkelanjutan sehingga pengangguran dan kemiskinan rakyat semakin meluas. Kebijaksanaan ekonomi yang mengutamakan pertumbuhan dan mengabaikan perluasan lapangan kerja bukanlah hanya suatu kelengahan (mindset dari kelompok market fundamentalist), tetapi patut diwaspadai sebagai suatu kepentingan untuk mendominasi dan melanggengkan ketergantungan nasional. Maka perlu upaya islamisasi ilmu ekonomi yang mengarah pada keselarasan antara dimensi etis ekonomi dan dimensi praktisnya (bisnis) dalam pengertian yang integratif, tidak parsial dengan tujuan membangun masyarakat yang berkeadilan. Hal ini tentunya berbeda dengan aksioma kapitalis bahwa kegiatan ekonomi (bisnis) itu mempunyai tujuan ekonomis, yaitu keuntungan meterial sehingga keuntungan menjadi ideologinya dalam berbisnis meskipun harus mengorbankan nilai-nilai etika. A phenomenon in which Indonesian is in a trapped of abroad debt does not become free from hegemony and the development of capitalism and also a new imperialism. We see a real prove showing that from day to day it occurs disempowerment towards Indonesian nation-state. We also see what hapens in Indonesian nowadays is merely the development of foreign side and it is not Indonesian development. Disempowerment occurs in continuity and it gives broad effects to people in which they become jobless and the numbers of poor people are getting increase. An economy policy which emphasises on development but it ignores expansion of field of work is not supposed as a neglectedness (mindset of market fundamentalists group), but it needs to be given attention as self interest to dominate and perpetuate towards national dependence. Referring to the fact, it is important to conduct Islamization of economy science focusing itself on conformity between economy ethical and practical dimensions (business) integratively with the purpose to develop people in justice. This is possibly different from capitalism axiom saying that business has an economical purpose in term of materials profit so that profit itself is used as an ideology to conduct business although it has to sacrifice values of ethical.
Article
Full-text available
Sikap inklusif para intelektual Muslim dalam menerima teori keilmuwan Barat ternyata juga berpengaruh pada keinginan mereka untuk kerja dan menetap di sana, baik sebagai tugas negara maupun individu. Mereka hidup sebagai umat minoritas di tengah-tengah kemayoritasan umat agama lain. Berbagai persoalan terkait dengan keislamannya senantiasa mereka temui. Salah satunya kontradiksi antara aspek sosial dan ritual. Konflik psikologis yang berkaitan dengan pangkal persoalan mereka adalah benturan antara adaptasi dengan tempat tingal dan menjaga konsistensi terhadap keislaman mereka. Persoalan-persoalan terkait hampir menyentuh semua aspek kehidupan, seperti ibadah, keluarga, muamalah, makanan, perkawinan dan lain sebagainya. Terkait dengan persoalan tersebut, diperlukan adanya solusi yang tepat. Berbagai teori dan pendekatan dicoba untuk diangkat ke permukaan untuk menemukan sebuah pencerahan dan solusi terhadap persoalan-persoalan di atas. Akhirnya ditemukan sebuah jalan tengah (tawasuth) yang moderat yang tidak memihak, dengan harapan hal ini dapat menjadi pencerah. Inclusive attitude of Mooslem intellectuals in the West accept the theory of science was also influential in their desire to work and settle there, both as a duty of the state and individuals. They live as a minority people in the another religions majority. Various problems related to his Islam they constantly encountered. One is the contradiction between the social aspects and rituals. Psychological conflicts related to the base of their problem is the clash between adaptation with a tingal and maintain consistency with their Islam. Issues related to almost touch all aspects of life, such as worship, family, muamalah, food, marriage and so forth. Related to these issues, is necessary to a proper solution. Various theories and attempted to approach brought to the surface to find an enlightened and solutions to the above problems. Finally found a middle road (tawasuth) moderate and impartial, with the hope it can be lightening.
Article
Full-text available
This paper deals mainly with the political struggle of the people of Southern Philippine for independence. To a large extent, this paper is about the investigation of the political ideology of these people. To start with, the paper distinguishes between two opposing groups, namely the government and the Muslim group demanding for independence. The Muslims in their turn were then classified into two groups, the one is radical pursuing for political change through political –often violent- activities, and the other is moderate urging for a better life especially for Muslims through a peaceful, constructive, legal, and constitutional means. The paper argues that the government of the Philippine has shown its willingness to find ways of solving the problems through dialogue and peace process. The paper is also interested in discussing the view expressed by Peter Gowing who believes that in the near future the Muslims of the Philippine would be divided into two groups. The one successfully forms autonomous quasi-independent Muslim territories, and the other sticks to the national government having a strong consciousness to work toward the national integration and harmony.
Article
In essence, globalization is the best means for Muslims to introduce the culture and the teachings of Islam to all corners of the world. Islamic economic challenges including the State that in fact many Muslim population tends to use the capitalist system; In economics and politics in view of the Islamic State is not strong so it is difficult to prove that the Islamic Economic System is superior to the capitalist and socialist, and Among the experts was still disagreement on the definition Islamic Economic System. Islamic Economy Facing Future In Indonesia in the Era of Globalization needs to consider several factors, namely Mastery Technologies, Sharia-based SME Development, Keeping the Sharia Economic Excellence, namely Islamic economic system, and also the prohibition of usury.Keywords: islamic economic, globalization, capitalism
Article
United Kingdom is a country that is predominantly by non-Muslim, but development of Islamic banking and finance is very good. This is evidenced by the operation of six full sharia bank and the sixteen banks that serve Islamic windows. Sukuk deals for investors is also growing as evidenced by the increasing demand on the London Stock Exchenge with a total of £51 billion. Likewise with takaful products, UK re/insurance markets that are transacting Islamic finance. As one of the largest insurance markets in the world, and the leading global centre for wholesale insurance and reinsurance, the UK has the potential to support the growth of takaful business in the coming years. The development of Islamic banking and finance did not escape from the multicultural population of the UK. From the research, UK residents both Muslims and non-Muslims showed 66% of respondents believe the Islamic financial system is suitable for western economic communities such as the UK. 65% of respondents understand the workings of Islamic banking differs from conventional banking workings. 60% of respondents agree Islamic banking relevant to all religions. 57% of respondents also knew of Islamic banking to give the profit, not the interest. This means that they responded positively to the products offered Islamic banking and finance. There are several factors that lead to Islamic banking and finance can be grown in the UK, there are: including the global expansion of Islamic financial, single banking and financial regulator, public policy and taxation, the establishment of the Islamic Bank of Britain, the excess liquidity in the Middle East, Islamic windows of regular banks, and the development of educational and training institutions in the UK. This paper will describe the history of Islamic banking and finance in the UK, its development, factors that support and the its future prospects for giving additional knowledge to the academics and practitioners.
Article
A discussion of the modern economic system, usually refers to two major systems, namely capitalism based on the capital markets (capital) and guided socialism which tried to solve problems of production, consumption and distribution through the chain of command. In addition to these two major systems, also known as the Islamic economic system, which refers to the economic practice of the Prophet Muhammad, peace be upon him. Islamic economic system is an alternative to the fundamental problems of the two major systems that already exist. However, when referring to the conditions of the birth of Islam in the midst of Arab society steeped in culture trade, alleged the influence of the capitalist culture of the economic system of Islam, so Islam is perceived closer to capitalism than socialism. Through the study of literary conclusion that Islam and capitalists are the two things affect each other. Sociologically, Islam is present in a capitalist society that both have an attachment. Capitalism, especially trade capitalism existed before Islam came. Before the birth of Islam, Mecca has become the center of international trade and finance. The Prophet Muhammad himself was a merchant before it became a prophet. Thus, capitalism is an ideology or a system that comes from the outside and into the schools of economic thought incoming and economic influence of Islam, although Islam also influence and correct the economic life or Capitalism applicable. Therefore Islam and capitalism are two forces that interact and influence. A discussion of the modern economic system, usually refers to two major systems, namely capitalism based on the capital markets (capital) and guided socialism which tried to solve problems of production, consumption and distribution through the chain of command. In addition to these two major systems, also known as the Islamic economic system, which refers to the economic practice of the Prophet Muhammad, peace be upon him. Islamic economic system is an alternative to the fundamental problems of the two major systems that already exist. However, when referring to the conditions of the birth of Islam in the midst of Arab society steeped in culture trade, alleged the influence of the capitalist culture of the economic system of Islam, so Islam is perceived closer to capitalism than socialism. Through the study of literary conclusion that Islam and capitalists are the two things affect each other. Sociologically, Islam is present in a capitalist society that both have an attachment. Capitalism, especially trade capitalism existed before Islam came. Before the birth of Islam, Mecca has become the center of international trade and finance. The Prophet Muhammad himself was a merchant before it became a prophet. Thus, capitalism is an ideology or a system that comes from the outside and into the schools of economic thought incoming and economic influence of Islam, although Islam also influence and correct the economic life or Capitalism applicable. Therefore Islam and capitalism are two forces that interact and influence. </p
Article
The greatness of the capitalist economic theory has been questioned by many prominent economists. Due to the economic crisis occurred throughout history, it is necessary to bring out an alternative economic theory. Economic theory aspired is an economic system that is able to create justice and the welfare accompanied with blessing the world and the hereafter. Therefore, islamic economic theory can be considered as a way out to solve the contemporary economy problems. This article comparethe system of islamic economic and the capitalist economic takinginto account the philosophy, investment, distribution, theory of macro and micro aspects.DOI: 10.15408/aiq.v4i2.2551