Content uploaded by Aisyah Pia Asrunputri
Author content
All content in this area was uploaded by Aisyah Pia Asrunputri on Apr 26, 2020
Content may be subject to copyright.
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 18
Volume VIII Nomor 2 (Oktober 2018)
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Volume VIII No. 2 Tahun 2018
EVALUASI EFEKTIVITAS BUDAYA INOVASI PADA
GEORGETTE TEXTILES BERDASARKAN SIX BUILDING
BLOCKS OF AN INNOVATIVE CULTURE
Aisyah Pia Asrunputri
aisyahpia@yahoo.com
Staffordshire University
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 106
ABSTRACT
Innovation is imperative to be applied by the company in order to respond to the industrial
dynamic and also to respond to market and consumers demand. With the right management of
innovation and its practise will help the company to optimize the initiative strategy in order to
respond to those changes that happen in the company. The author focuses this research to the
evaluate the effectiveness of innovative culture at Georgette Textiles using Six Building Blocks of
an Innovative Culture as the management evaluation tool that is suitable for this research. The
method that is used in this research is qualitative method, which is in-depth interview with the
marketing export specialist at Georgette Textiles. Based on the findings the company must
emphasize on its company flexibility and adaptability through the creation of effective innovative
culture to respond to the changes and to maximize the opportunities lie within the company.
Key Words: Innovation, Industrial Dynamic, Georgette Textiles, Six Building Blocks of an
Innovative Culture
ABSTRAK
Inovasi adalah suatu hal yang imperatif untuk dilakukan oleh perusahaan untuk dapat
merespon terhadap dinamika industri dan juga permintaan pasar dan konsumen. Dengan adanya
manajemen inovasi serta praktiknya yang optimal dapat membantu perusahaan dalam
mengoptimalkan strategi inisiatif dalam merespon terhadap perubahan-perubahan yang ada
tersebut. Penulis memfokuskan penelitian ini dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas
budaya organisasi pada Georgette Textiles dengan menggunakan Six Building Blocks of an
Innovative Culture sebagai alat evaluasi manajemen yang sesuai. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan metode in-depth interview. Berdasarkan temuan penelitian
perusahaan harus dapat meningkatkan fleksibilitas dan adaptabilitas organisasi melalui
penciptaan budaya inovasi yang efektif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada serta
untuk dapat memaksimalkan peluang-peluang dalam dinamika industri.
Kata Kunci: Inovasi, Dinamika Industri, Georgette Textiles, Enam Blok Bangunan dari Budaya
yang Inovatif
PENDAHULUAN
Inovasi merupakan suatu proses yang melibatkan perubahan baik skala kecil maupun
besar yang dapat membantu organisasi dalam merespon kepada kebutuhan konsumen yang
terus berubah-ubah. Dengan adanya inovasi, organisasi dapat pula meraih keunggulan
kompetitifnya. Hal ini disebabkan dengan adanya produk atau layanan baru dapat menjadi
pembeda didalam industri. Inovasi itu sendiri membutuhkan kemampuan dan kapabilitas sumber
daya manusia, modal dan juga teknologi yang mumpuni untuk dapat mewujudkan pembaharuan
akan produk atau layanan dari organisasi tersebut (Hana, 2013).
Tentunya sebelum memulai implementasi manajemen inovasi dibutuhkan suatu
fleksibilitas dari tiap-tiap anggota organisasi untuk dapat menerima budaya baru yakni budaya
inovasi yang menjadikan tiap-tiap anggota organisasi tersebut lebih adaptif dan terbuka terhadap
peluang untuk berinovasi. Budaya inovasi itu sendiri lahir dari kebiasaan-kebiasaan serta
pemikiran yang menciptakan paradigma inovasi. Dengan terbentuknya paradigma inovasi
tersebut akan membantu anggota organisasi untuk lebih siap dan tidak takut akan perubahan.
Organisasi seperti Apple, Cisco dan Toyota adalah contoh dari beberapa organisasi yang
memiliki budaya inovasi yang optimal. Organisasi-organisasi tersebut secara cepat beradaptasi
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 107
dengan dinamika industri melalui pemenuhan permintaan konsumen dan pasar. Dengan adanya
budaya inovasi tersebut organisasi akan mampu untuk fokus dan berkomitmen kepada
pembaharuan-pembaharuan yang harus diciptakan untuk tetap bertahan dan menang didalam
industri (Morris, 2007).
Menurut kacamata VRIO sendiri atau value, rarity, imitability, dan organization, ketika
organisasi menciptakan suatu pembaharuan ke empat elemen dari VRIO tersebut harus dapat
dijawab secara sempurna oleh organisasi. Yang pertama, apakah pembaharuan yang dilakukan
organisasi bernilai tinggi. Yang kedua, apakah pembaharuan tersebut bernilai jarang untuk
ditemui. Yang ketiga, apakah pembaharuan tersebut mudah ditiru. Yang terakhir apakah
organisasi memiliki kapabilitas untuk menciptakan suatu pembaharuan yang bernilai tinggi,
jarang ditemui serta sulit untuk ditiru. Dengan dilakukan analisis tersebut dapat membantu
organisasi dalam menciptakan, mengendalikan serta mengevaluasi manajemen inovasi yang ada
serta dapat membantu organisasi dalam menciptakan strategi yang tepat bagi implementasi
manajemen inovasi tersebut (Gaubinger, et al., 2015).
Organisasi harus secara utuh mengendalikan implementasi manajemen inovasi melalui
budaya inovasi yang efektif mulai dari proses bisnis seperti bagaimana cara sumber daya
manusia diberdayakan selama mengimplementasikan inovasi sampai dengan penciptaan nilai
bersama konsumen. Namun demikian, organisasi harus dapat menerapkan batasan didalam
mengimplementasikan inovasi sesuai dengan kapabiltas sumber daya organisasi dan sesuai
dengan persyaratan konsumen dan pasar (Kanagal, 2015).
Meskipun inovasi adalah hal yang krusial bagi organisasi. Indonesia sendiri hanya mampu
berada diurutan ke-87 dengan skor 30,1 berdasarkan Global Innovation Index. Posisi Indonesia
bahkan tidak sampai separuh dari skor tertinggi yakni Switzerland sebesar 67,7. Hal ini dinilai
memperihatinkan. Indonesia dinilai masih kurang mumpuni dalam hal inovasi. Oleh karena itu
dibutuhkan rencana strategis oleh pemerintah dengan bekerja sama dengan pihak swasta untuk
dapat memajukan implementasi manajemen inovasi di Indonesia (Basri, 2017).
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis budaya inovasi oleh Georgette Textiles.
2. Mengevaluasi efektivitas budaya inovasi oleh Georgette Textiles.
Kontribusi Penelitian
Peneliti mengkontribusikan penelitian ini kepada para peneliti dibidang inovasi manajemen
serta pembaca secara umum mengenai budaya inovasi oleh Georgette Textiles dan seberapa
efektif budaya inovasi yang dimiliki tersebut.
Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat eksplanatif yang mana didesain untuk menganalisa efektivitas
budaya inovasi oleh Georgette Textiles berdasarkan Six Building Blocks of an Innovative Culture.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Budaya Inovasi
Berdasarkan Morris (2007) budaya merupakan suatu ekspresi dari beberapa kelompok
orang yang merefleksikan kepercayaan dan perilaku mereka serta sejarah yang membentuk
perilaku mereka tersebut. Sejarah merupakan atribut yang esensial bagi budaya sebab budaya
menentukan perilaku dan karakteristik individu atau kelompok yang akan bertahan dalam waktu
yang lama. Budaya inovasi itu sendiri adalah suatu perilaku yang tergambar dari perilaku individu
atau suatu kelompok yang terjadi ketika suatu individu atau kelompok tersebut memiliki resiliensi
terhadap perubahan serta fleksibilitas dalam merespon dinamika kehidupan. Hal ini pun berlaku
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 108
pada organisasi. Para anggota organisasi yang memiliki budaya inovasi yang optimal cenderung
lebih memiliki adaptabilitas dan kesiapan akan perubahan-perubahan yang ada. Organisasi
tersebut memiliki kekuatan yang besar dalam menciptakan pembaharuan baik itu dari segi bisnis
proses, produk, marketing maupun R&D.
Untuk dapat memiliki manajemen inovasi yang baik, organisasi harus dapat memiliki
budaya inovasi yang sejalan dengan visi dan misi serta tujuan organisasi. Organisasi harus dapat
memiliki suatu kekuatan yang kohesif yakni kolaborasi antara para ahli dibidang inovasi untuk
dapat menghasilkan suatu pembaharuan. Pembaharuan tersebut tidak dapat dilakukan tanpa
adanya nilai-nilai kebersamaan, idealisasi sosial dan kepercayaan (Pettigrew, 1979: Wei et al.,
2012). Melalui nilai-nilai serta idealisasi tersebut organisasi membentuk bagaimana organisasi
mengelola dan membimbing karyawan dari segi perilaku (Deshpande dan Webster, 1989: Wei et
al., 2012). Ireland et al. (2006) dalam Wei et al. (2012) sendiri menjelaskan bahwa budaya inovasi
merupakan orientasi organisasi dalam bereksperimen dengan alternatif-alternatif baru melalui
pengeksplorasian sumber daya yang baru dan menciptakan produk atau pelayanan untuk
meningkatkan kinerja. Dengan adanya upaya-upaya tersebut dapat menciptakan dinamisme
organisasional. Hal ini tentunya baik bagi kemajuan organisasi dari segi pembelajaran
organisasional.
2. Six Building Block of an Innovative Culture
Berdasarkan Rao dan Weintraub (2013) budaya inovasi disandarkan pada enam pilar
yakni resources, processes, values, behaviour, climate dan success. Keenam pilar ini saling
berhubungan satu sama lain. Contohnya nilai-nilai yang organisasi miliki memiliki pengaruh
terhadap perilaku anggota organisasi, memiliki pengaruh terhadap iklim di tempat kerja, serta
memiliki pengaruh bagaimana sukses didefinisikan dan diukur. Model manajerial ini dibuat untuk
dapat mengukur seberapa efektif organisasi dalam mengelola sumber daya nya dalam rangka
mencapai pembaharuan. Rao dan Weintraub (2013) percaya kesuksesan suatu pencapaian
pembaharuan terletak pada bagaimana organisasi mengelola sumber daya organisasi secara
efektif. Berikut penjelasan mengenai Six Building Blocks of an Innovative Culture dari Rao dan
Wentraub (2013):
Values atau nilai menentukan prioritas atau keputusan dimana merefleksikan bagaimana
organisasi mengalokasikan waktu dan uangnya. Organisasi yang berfokus pada kewirausahaan
(entrepreneurship) serta inovatif akan mendukung pembelajaran secara kontinyu dengan
maksimal. Nilai-nilai organisasi tersebut menentukan bagaimana para anggota organisasi
menginvestasikan tenaga dan pikirannya pada pembaharuan.
Behaviours atau perilaku menggambarkan bagaimana anggota organisasi bertindak
dalam menciptakan pembaharuan. Bagi pemimpin, tindakan-tindakan tersebut termasuk
didalamnya adalah kesediaan untuk mengeliminasi produk yang lama dan menggantinya dengan
produk yang lebih berkualitas. Bagi karyawan, tindakan-tindakan tersebut termasuk didalamnya
adalah mendengarkan opini konsumen mengenai produk atau pelayanan dari organisasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas dari produk atau layanan dari organisasi tersebut.
Climate atau iklim merupakan atmosfir dari tempat kerja. Iklim yang inovatif akan
menghasilkan keterlibatan dan antusiasme karyawan untuk menghadapi perubahan-perubahan
yang ada serta dalam menciptakan pembaharuan.
Resources atau sumber daya memiliki tiga faktor yakni people, systems, dan projects.
Ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh yang kuat pada nilai-nilai sertai iklim organisasi.
Processes atau proses adalah rute inovasi yang ingin diambil oleh organisasi. Proses
merupakan rangkaian tahapan didalam penciptaan pembaharuan mulai dari pengeksplorasian
ide sampai kepada prototyping.
Kesuksesan pembaharuan atau inovasi terdiri atas 3 kategori yakni external, enterprise
dan personal. Pengakuan eksternal muncul dari publik dan konsumen mengenai betapa
inovatifnya organisasi dan apakah inovasi yang dilakukan sukses dari segi keuangan. Selain itu,
kesuksesan inovasi juga dapat dilihat dari nilai-nilai organisasi, perilaku dan proses yang mana
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 109
akan mempengaruhi bagaimana organisasi dan anggotanya bertindak dan mengambil keputusan
serta siapa saja yang berhak mendapatkan penghargaan, siapa saja ahli inovasi yang terlibat
dalam proses penciptaan inovasi dan proyek apa saja yang akan diprioritaskan.
METODE PENELITIAN
Penelitian empiris ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang
digunakan oleh peneliti bersumber dari metode kualitatif yakni in-depth interview dengan Ibu SH
dari Georgette Textiles. Sedangkan data sekunder peneliti peroleh dari jurnal akademis di internet
beserta management textbook. Peneliti menggunakan grounded theory sebagai cara
menganalisis data-data yang ada.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Georgette Textiles merupakan perusahaan yang memiliki pabrik yang berlokasi di Salatiga
yang bergerak dibidang industri tekstil. Georgette textiles memiliki 600 orang karyawan.
Georgette Textiles itu sendiri secara utama berfokus pada penjualan bahan tekstil secara ekspor.
Peneliti mewawancara Ibu SH yang bertugas sebagai marketing ekspor dari Georgette Textiles.
Beliau telah bekerja selama 22 tahun di Georgette Textiles. Beliau memiliki job scope mulai dari
mengkoordinasi awal terima order sampai barang dikirim ke negara tujuan ekspor. Harapan dari
Ibu SH adalah agar Georgette Textiles dapat selalu diterima pasar dan dapat bersaing dengan
negara lain dari segi kualitas dan harga.
Menurut Ibu SH, inovasi yang sering terjadi di Georgette Textiles berfokus pada
pengembangan produk dan marketing dimana pihak manajemen memfokuskan pada penciptaan
produk dengan menggunakan mesin lama namun tetap menciptakan produk baru dan menjaga
kualitas dari produk tekstil tersebut. Berbeda dengan negara lain yang banyak menginvestasikan
modalnya pada mesin pembuat tekstil yang baru. Dikarenakan kurangnya modal dari Georgette
Textiles menciptakan adanya keterbatasan dalam inovasi. Namun Georgette Textiles itu sendiri
berhasil menciptakan inovasi produknya dengan mesin yang lama meskipun beberapa kali gagal
akhirnya tercipta inovasi yang baru yang akhirnya diterima pasar internasional melalui ekspor ke
Iran.
Inovasi yang ada tersebut tercipta berdasarkan kebutuhan dan keinginan dari konsumen.
Pihak manajemen terutama dari pihak marketing melakukan survey ke pasar internasional dan
melihat apa saja yang menjadi tren disana dengan demikian pihak manajemen dapat mengetahui
produk apa yang dapat dikembangkan agar dapat diterima di pasar.
Dari segi proses penciptaan inovasi, pihak R&D bertugas untuk menciptakan ide-ide
inovasi yang dapat membuat produk dari Georgette Textiles tembus ke pasar. Pihak marketing
dan R&D harus dapat bekerja sama untuk menciptakan inovasi baru. Apabila terjadi kegagalan
dalam inovasi, kedua pihak tersebut harus mencari solusi seperti mengganti bahan baku dan
memperbaiki proses teknisnya.
Metrik dari inovasi itu sendiri menurut Ibu SH dapat ditinjau dari bagaimana produk
Georgette textiles diterima oleh pasar dan banyaknya repeat order dari konsumen. Dari sisi
penciptaan nilai, ketika inovasi tersebut berhasil maka penjualan pun akan ikut meningkat. Untuk
dapat mempertahankan posisi Georgette Textiles di pasar maka pihak manajemen harus dapat
menjaga inovasi yang ada. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing dari Georgette
Textiles dengan negara lain. Dengan adanya inovasi maka peluang untuk menciptakan produk
yang bersifat premium lebih tinggi. Serta peluang untuk diversifikasi negara tujuan ekspor agar
market share Georgette Textiles secara global dapat berkembang dan meluas.
Inovasi juga dapat meningkatkan produktivitas misalnya ketika ada masalah dengan
pengembangan produk maka pihak manajemen inovasi di Georgette Textiles harus dapat
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 110
mencari solusi misalnya dengan menciptakan inovasi dari alat-alat atau mesin-mesin untuk dapat
menciptakan produk yang lebih berkualitas namun pada saat yang sama dapat menurunkan
biaya produksi dan meningkatkan profit.
Sedangkan dari kapabilitas internal, Georgette Textiles memiliki kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan dari sisi marketing itu sendiri adalah Georgette Textiles memiliki ahli-ahli inovasi yang
mumpuni dalam bidangnya sehingga dapat jeli melihat tren dan kondisi pasar internasional.
Sedangkan kelemahannya adalah dari sisi modal karena Georgette Textiles hanya dapat
menggunakan mesin-mesin lama untuk mengembangkan inovasi.
Dari segi sumber daya manusia, Georgette Textiles memotivasi karyawannya dengan
memberikan reward dan recognition. Reward itu sendiri bersifat materiil seperti bonus untuk yang
bekerja overtime. Recognition itu sendiri misalnya dengan memberikan penghargaan berupa
piagam bagi karyawan yang memiliki performa tertinggi di perusahaan. Dengan adanya reward
dan recognition dapat menyemangati dan menumbuhkan kesadaran dalam diri karyawan untuk
terus maju dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Sharing knowledge juga dapat
menumbuhkan semangat berinovasi dari karyawan sebagai contoh dengan mengadakan
seminar mengenai manajemen proses inovasi. Hal ini dilakukan karena proses pembelajaran
harus dilakukan secara kontinyu agar dapat merangsang kapabilitas inovasi dari karyawan.
Dalam hal inovasi tersebut, karyawan juga diberikan lead time yang mana harus dimanfaatkan
dengan baik.
Para ahli inovasi dalam hal ini R&D dan marketing mengidentifikasi peluang dengan cara
sourcing bahan baku serta mencari proses teknis yang optimal. Dengan demikian dapat
meningkatkan peluang untuk menciptakan inovasi produk yang berkelanjutan selama proses
pembelajaran organisasi dilakukan oleh kedua pihak tersebut tentunya dengan dukungan dari
manajemen atas perusahaan. Para ahli inovasi mengkomunikasikan proses inovasinya dengan
cara meeting secara reguler. Dengan adanya meeting tersebut para ahli dapat brainstorming dan
apabila terdapat isu-isu inovasi dapat langsung dicari solusinya.
Cara untuk mengidentifikasi market segmen yang baru itu sendiri adalah dengan cara riset
dan turun langsung ke lapangan. Pihak marketing harus dapat mengidentifikasi apakah pasar
internasional tersebut sesuai dengan produk dari Georgette Textiles dan apakah konsumen
internasional tersebut akan menyambut baik produk dari Georgette Textiles.
Ide-ide inovasi tersebut menurut Georgette Textiles bukan hanya bersumber dari
karyawan ataupun para ahli inovasi namun juga dapat bersumber dari konsumen terutama
konsumen kelas A. Konsumen tersebut dapat meminta untuk kostumisasi produknya pada pihak
manajemen misalnya konsumen dari jepang meminta agar produknya dibuat anti bakteri atau
anti keringat. Sedangkan konsumen dari negara timur tengah seperti Saudi Arabia meminta
produk yang anti statik agar ketika memakai abaya, debu-debu dijalan tidak menempel di abaya
mereka. Georgette Textiles berupaya untuk menciptakan inovasi yang sesuai dengan keinginan
pasar dan konsumen internasional. Hal ini dikarenakan standar produk tekstil di negara-negara
tujuan ekspor berbeda-beda. Serta harganya juga harus dapat bersaing dengan negara-negara
lain yang memiliki pabrik yang bergerak dibidang tekstil oleh karena itu untuk menjaga market
share dari Georgette Textiles. Para ahli inovasi harus mencari ide agar dapat terus meningkatkan
inovasi-inovasi produknya.
Sayangnya Georgette Textiles tidak mematenkan produknya hal ini dikarenakan tidak
adanya ahli dalam mengurus paten produknya. Beberapa tahun yang lalu produk dari Georgette
textiles diduplikasi oleh negara lain. Meski demikian konsumen dari Georgette Textiles
mengetahui produk mana yang asli dan mana yang bukan. Karena Georgette Textiles
menggunakan bahan baku premium yang jarang digunakan oleh pabrik internasional.
Pemerintah sendiri berupaya untuk menstimulasi kinerja ekspor Indonesia dengan adanya
international trade agreement agar dapat membuka peluang untuk para eksportir memasarkan
produk mereka ke pasar internasional. Pemerintah dalam hal ini menciptakan restitusi pajak yang
dapat menyemangati eksportir untuk mengekspor produknya ke luar negeri. Hal ini sangat
menguntungkan bagi eksportir karena ini merupakan bentuk insentif bagi eksportir itu sendiri.
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 111
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Georgette Textiles merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan produk
tekstil yang memfokuskan pada ekspor. Georgette Textiles memiliki kapabilitas internal serta
peluang-peluang eksternal yang dapat mengoptimalkan adanya penciptaan inovasi didalam
perusahaan. Namun yang menjadi masalah adalah kurangnya modal dari Gerogette Textiles
untuk dapat membeli mesin baru pembuat bahan tekstil. Georgette Textiles kedepannya
diharapkan untuk dapat terus meningkatkan inovasinya melalui riset pasar internasional dan
pembelajaran organisasi terutama dalam hal inovasi pengembangan produk agar dapat
meningkatkan global market sharenya seiring berjalannya waktu juga untuk menghasilkan
produk-produk tekstil berkualitas premium.
Saran
Untuk dapat meningkatkan kualitas produknya serta meningkatkan kapabilitas inovasinya,
Georgette Textiles dapat melakukan riset baik dari segi proses, produk, teknologi maupun
marketing. Dengan riset tersebut dapat menghasilkan pembelajaran organisasi yang menyeluruh
dan kontinyu sehingga dapat menjadikan Georgette Textiles sebagai knowledge creating
company. Untuk dapat menciptakan budaya inovasi yang berkelanjutan, Georgette Textiles
diharapkan untuk dapat menyelenggarakan training dan seminar mengenai pentingnya budaya
inovasi. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran bagi para karyawan dan juga ahli inovasi
untuk terus dapat mengoptimalkan proses dan alat penunjang inovasi. Dengan adanya training
atau seminar tersebut dapat tercipta paradigma dibenak para karyawan dan ahli inovasi untuk
menyadari perannya dalam manajemen inovasi di Georgette Textiles. Sehingga mereka pun
akan bersemangat dalam meningkatkan kapabiltas mereka dalam berinovasi.
DAFTAR PUSTAKA
Afuah, A. 2003. Innovation Management: Strategies, Implementation and Profits. NY: Oxford
University Press, Inc.
Brem A. dan Viardot, E. .2013. Evolution of Innovation Management: Trends in an International
Context. NY: Palgrave Macmillan.
Chesbrough, H., Vanhaverbeke, W., dan West, J. 2006. Open Innovation: Researching a New
Paradigm. US: Oxford University Press.
Christensen, C. 1997. The Innovator’s Dillema: When New Technologies Cause. Great Firms to
Fail. US: Harvard Business Review Press.
Davila, T. Epstein, M., dan Shelton, R. 2013. Making Innovation Work: How to Manage It,
Measure It, and Profit from It. NJ: Pearson Education, Inc.
Dodgson, M., Gann, D., M., dan Phillips, N. 2015. The Oxford Handbook of Innovation
Management. UK: Oxford University Press.
Gaubinger, K, Rabl, M., Swan, S., dan Werani, T. 2014 Innovation and Product Management.
Berlin: Springer.
Goffin, K. dan Mitchell, R. 2016. Innovation Management: Effective Strategy and Implementation.
UK: Palgrave.
Goller, I. dan Bessant, J. 2007. Creativity for Innovation Management. NY: Routledge
Goodman, M. dan Dingli, S. 2013. Creativity and Strategic Innovation Management. US:
Routledge.
Govindarajan, V. dan Trimble, C. 2010. The Other Side of Innovation: Solving The Execution
Challenge. US: Harvard Business Review Press.
JURNAL RISET BISNIS DAN MANAJEMEN 112
Hana, U. 2013. Competitive Advantage Achievement Through Innovation and Knowledge.
Journal of Competitiveness: 82-84.
Hippel, E., V. 2005. Democratizing Innovation. London: The MIT Press.
Kanagal, N., B. 2015. Innovation and Product Innovation in Marketing Strategy. Journal of
Management and Marketing Research: 1-4.
Keeley, L. dan Walters, H. 2013. Ten Types of Innovation: The Discipline of Building
Breakthroughs. NJ: John Wiley & Sons, Inc.
Kelley, T. dan Littman, J. 2005. The Ten Faces of Innovation: IDEO’s Strategies for Beating the
Devils Advocate and Driving Creativity Throughout Your Organization. US: Doubleday.
Maital, S. dan Seshadri, D., V., R. (2007) Innovation Management: Strategies Concept and Tools
for Growth and Profit. US: Sage Publications, Inc.
Morris, L. 2007. Creating Innovation Culture: Geniuses, Champions, and Leaders. Innovation
Labs White Paper: 2-5.
Rao, J. dan Weintraub, J. 2013. How Innovative is Your Company’s Culture MIT Slowan
Management Review: 29-35.
Skarzynski, P. dan Gibson, R. (2008) Innovation to the Core: A Blueprint for Transforming the
Way Your Company Innovates. US: Harvard Business Press.
Tidd, J. dan Bessant. 2014. Strategic Innovation Management. UK: John Wiley & Sons Ltd.
Trott, P. 2008. Innovation Management and New Product Development. UK: Pearson Education.
Wei, Y., O’Neill, H., Lee, R., P., dan Zhou, N. 2013. The Impact of Innovative Culture on Individual
Employees: The Moderating Role of Market Information Sharing. Wiley Online Library: 1-4.