ArticlePDF Available

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

Authors:

Abstract

Abstrak Salah satu kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan siswa adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk memecahkan masalah sehari-hari maupun permasalahan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan di dalam proses berpikir kritis siswa akan menganalisis, memikirkan ulang, ataupun memunculkan ide-ide baru. Setiap siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda-beda.Dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis diperlukan beberapa cara baik melalui pendekatan, pelatihan maupun cara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis matematika yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara mengkaji hasil penelitian para penulis lain terkait kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa dalam pembelajaran berbasis masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan mengkaji data dari beberapa jurnal yang telah di teliti oleh para penulis. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kemampuan berpikir kritis matematis. Pengumpulan data dilakukan dengan meneliti dari data yang sudah ada dan di kaji kembali, untuk mendapatkan data yang akurat dari berbagai jurnal yang terlebih dahulu telah di teliti. Kata kunci: Berpikir kritis, berpikir kritis matematika, berpikir kritis dalam pembelajaran berbasisMasalah, Pendahuluan Salah satu fokus dari tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2013 adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, serta menggunakan konsep ataupun algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Hal senada yang diungkapkan oleh Hasibuan & Surya (2016) bahwa kemampuan berfikir kritis merupakan dasar untuk menganalisis argumen dan dapat mengembangkan pola fikir secara logis. Menurut Tsui (dalam Hasibuan & Surya, 2016), berpikir kritis penting bagi masa depan siswa, mengingat bahwa itu mempersiapkan siswa untuk menghadapi banyak tantangan yang akan muncul dalam hidup mereka, karir dan pada tingkat kewajiban dan tanggung jawab pribadi mereka Menurut Nasution, (2017) Pendidikan matematika memega-ng peranan penting untuk mempersiapkan indi-vidu dan masyarakat dalam mengantisipasi perubahan keadaan di dalam kehidupan se-hari-hari. Kemampuan berpikir kreatif sangat di-perlukan dalam kehidupan di era globalisasi dan era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diwarnai dengan keadaan ya-ng selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Meskipun kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus dalam pembela-jaran matematika, pada kenyataannya pen
1
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA
IKE RIA SAMOSIR
Ikeriasamosir127@gmail.com
Abstrak
Salah satu kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan siswa adalah
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk memecahkan masalah
sehari-hari maupun permasalahan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan di dalam
proses berpikir kritis siswa akan menganalisis, memikirkan ulang, ataupun memunculkan ide-
ide baru. Setiap siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda-beda.Dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis diperlukan beberapa cara baik melalui
pendekatan, pelatihan maupun cara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuitingkatkemampuan berpikir kritis matematika yang dimilikiolehsiswa. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara mengkaji hasil penelitian para
penulis lain terkait kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa dalam pembelajaran
berbasis masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan
mengkaji data dari beberapa jurnal yang telah di teliti oleh para penulis. Data yang dikumpulkan
pada penelitian ini berupa data kemampuan berpikir kritis matematis. Pengumpulan data
dilakukan dengan meneliti dari data yang sudah ada dan di kaji kembali, untuk mendapatkan
data yang akurat dari berbagai jurnal yang terlebih dahulu telah di teliti.
Kata kunci: Berpikir kritis, berpikir kritis matematika, berpikir kritis dalam pembelajaran
berbasisMasalah,
Pendahuluan
Salah satu fokus dari tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2013 adalah untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep, serta menggunakan konsep ataupun algoritma secara luwes, akurat,
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.Hal senada yang diungkapkan oleh Hasibuan &
Surya (2016) bahwa kemampuan berfikir kritis merupakan dasar untuk menganalisis argumen
dan dapat mengembangkan pola fikir secara logis. Menurut Tsui (dalam Hasibuan & Surya,
2016), berpikir kritis penting bagi masa depan siswa, mengingat bahwa itu mempersiapkan
siswa untuk menghadapi banyak tantangan yang akan muncul dalam hidup mereka, karir dan
pada tingkat kewajiban dan tanggung jawab pribadi mereka
Menurut Nasution, (2017) Pendidikan matematika memega-ng peranan penting untuk
mempersiapkan indi-vidu dan masyarakat dalam mengantisipasi perubahan keadaan di dalam
kehidupan se-hari-hari. Kemampuan berpikir kreatif sangat di-perlukan dalam kehidupan di era
globalisasi dan era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diwarnai dengan
keadaan ya-ng selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Meskipun kemampuan berpikir
kreatif merupakan salah satu fokus dalam pembela-jaran matematika, pada kenyataannya pen-
gembangan kemampuan berpikir kreatif siswa jarang sekali diperhatikan. Pentingnya kema-
2
mpuan berpikir kreatif matematis ini belum terpatri dalam diri siswa. Pembelaja-ran matematika
juga dinilai belum menekan-kan pada pengembangan daya nalar, logika, dan proses berpikir
siswa.
Kemampuan berpikir kritis merupakan komponen penting yang harus dimiliki siswa
terutama dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini dimaksudkan supaya siswa mampu
membuat atau merumuskan, mengidentifikasi, menafsirkan dan merencanakan pemecahan
masalah.Materi matematika dan keterampilan berpikir kritis merupakan dua hal yang yang
saling berkaitan erat, Hal ini dikarenakan materi matematika dapat dipahami melalui
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kritis dilatih melalui belajar matematika. Oleh karena
itu, kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika atau kemampuan berpikir kritis
matematis adalah kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa untuk memecahkan
masalah matematika tak terkecuali siswa sekolah Menengah Pertama (SMP), ( Mahmuzah,
2015).
Menurut surya, (2016)Salah satu yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran
matematika yaitu keterampilan berpikir kritis, sesuai dengan tujuan pendidikan matematika.
Materi matematika dan keterampilan berpikir kritis merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, karena materi matematika dipahami melalui berpikir kritis dan begitu juga
sebaliknya berpikir kritis dilatih melalui belajar kimia. Fachrurazi, (2011) Selain
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis perlu dilakukan oleh guru dalam pembelajaran matematika. Kemampuan
komunikasi matematis perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika,
sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir
matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika.
Syahbana, (2012) Pendekatan yang diperkirakan baik untuk diterapkan pada
pembelajaranmatematika dan dalam rangka merangsang munculnya kemampuan
berpikir kritismatematis siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Samosir, Surya, (2017) mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan
hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi,
bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang
diberikan dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa usaha perbaikan proses
pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting
untuk dilakukan.
Kajian teori
Menurut ( Fardani, Surya) Secara garis besar terdapat dua jenis / macam berpikir yaitu
antaralain sebagai berikut :
1. Berpikir Autistik
Berpikir autistik (melamun) atau dengan kata lain fantasi, menghayal dan wishful thinking
adalah contoh dari autistik. Dengan terjadinya proses berpikir autistik, maka orang melarikan
diri dari kenyataan serta melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis
.
3
2. Berpikir Realistik
Berpikir realistik atau dengan kata lain disebut juga dengan nalar (reasoning) adalah berpikir
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Floyd L. Runch (dalam Fardani, Surya,) menyebutkan bahwa terdapat tiga macam berpikir
realistik yakni antara lain sebagai berikut :
1. Berpikir deduktif
Berpikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan dimulai dari pernyataan
umum kemudian ke hal-hal yang khusus. Pada ilmu logika disebut dengan silogisme.
2. Berpikir induktif
Berpikir induktif adalah pernyataan dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil
kesimpulan secara umum. Sehingga berfikir induktif ini kebalikan dari berfikir deduktif.
3. Berpikir evaluatif
Berpikir evaluatif adalah proses berpikir kritis dengan menilai baik-buruknya serta tepat atau
tidaknya sebuah ide atau gagasan. Pada berpikir evaluatif ini kita hanya menilai menurut kriteria
tertentu dan tidak menambah atau mengurangi ide/gagasan tersebut .
Dari beberapa pendapat para ahli diatas mengenai berpikir kritis, maka dapat diartikan
bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses aktif dan cara berpikir secara teratur serta secara
sistematis guna memahami informasi yang secara mendalam, sehingga kemudian membentuk
sebuah keyakinan tentang kebenaran dari informasi yang didapatkan atau pendapat-pendapat
yang di sampaikan. Proses aktif menunjukkan bahwa keinginan dan atau motivasi guna
menemukan jawaban serta mencapai pemahaman (Hendra Surya, 2013:159).
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan sekali berpikir kritis.
Karena matematika itu sendiri tidak lepas dari dari kegiatan sehari-hari manusia dalam dunia
nyata. Jika kita mampu menerapkannya dengan baik dalam pembelajaran matematika di dalam
kelas, sudah pasti kita turut ambil andil dalam pembentukan karakter bangsa beberapa tahun ke
depan.
Menurut Syarifah, Surya (2016) adapun manfaat berpikir kritis dalam pembelajaran matematika
antara lain:
Berpikir kritis mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam pembelajaran
matematika dan juga kehidupan sehari-hari.
Berpikir kritis dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
Berpikir kritis dapat membedakan antara fakta dan opini. Terutama fakta dan opini yang
didapat dari dunia digital. Jawaban dengan cara yang berbeda dari setiap orang dapat
memicu rasa ingin tahu atas kebenaran dari masalah tersebut.
Berpikir kritis membantu kita untuk tetap tenang sekalipun dalam masalah yang sulit.
Cara berpikir kritis pada dasarnya datang dari dalam diri seseorang, mengembangkan cara
berpikir kritis dapat membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang tidak gegabah dan
mengambil keputusan maupun mencari penyelesaian suatu masalah. Terutama dalam
penyelesaian masalah dalam pembelajaran matematika. Berikut ialah cara berpikir kritis ialah:
Selalu berpikir dengan kepala dingin. Setiap kali dihadapkan dengan masalah
matematika, jangan terlalu cepat memutuskan untuk tidak tahu atau tidak bisa
menyelesaikannya. Tidak juga langsung gegabah bertanya kepada teman sebelum
mebaca masalah yang disajikan.
4
Tidak mendahulukan emosi dibandingkan logika. Kebanyakan siswa apabila
dihadapkan pada permasalahan dalam matematika langsung menampilkan emosi
ketidak sukaannya dari pada berpikir cara penyelesaiannya.
Selalu berpikir tentang segala kemungkinan yang terjadi. Masalah dalam matematika
terkadang memiliki banyak cara penyelesaian, namun kebanyakan siswa gagal
memahami soal karena tidak membacanya sehingga merasa tidak tahu, atau terkadang
hanya mengikuti contohnya saja. Sehingga apabila soal kedua berbeda dengan soal
pertama, ia akan segera kebingungan dan menyerah.
Selalu siap dengan apa yang harus dihadapi dan menanggung resikonya. Kebanyakan
siswa dalam kelas memilih untuk mencontek, atau menyerah dari pada melanjutkan
pencariannya dalam memecahkan masalah. Ia lebih takut salah dari pada berusaha.
Mengambil keputusan berdasarkan data yang faktual dan bersifat fakta. Kebiasaan
siswa yang harus dirubah adalah selalu menerka jawaban tanpa melakukan
penyelesaiannya terlebih dahulu. (Fardani & Surya).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan mengkaji data dari
beberapa jurnal yang telah di teliti oleh para penulis.Data yang dikumpulkan pada penelitian ini
berupa data kemampuan berpikir kritis matematis. Pengumpulan data dilakukan dengan
meneliti dari data yang sudah ada dan di kaji kembali, untuk mendapatkan data yang akurat dari
berbagai jurnal yang terlebih dahulu telah di teliti.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian(Mahmuzah,2015) dengan pengujian normalitas dan
homogenitas, diketahui bahwa data N-gain kemampuan berpikir kritis kedua kelas berdistribusi
normal dan variansinya juga homogen sehingga statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian adalah uji parametrik yaitu uji anava dua jalur. Selanjutnya akan dilakukan
pengujian terhadap hipotesis penelitian berikut yaitu:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional ditinjau berdasarkan level siswa.
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran (problem posing dan konvensional) dengan level
siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian Purba,dkkkemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pemecahan masalah pada materi fpb dan kpk masih rendah diketahui dari kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal yang diberikan masih banyak yang salah dalam mengerjakan, ketika
diwawancara siswa banyak memberi alasan tidak tau mengerjakan nya,dan ada juga menjawab
lupa cara pengerjaan nya.
Berdasarkan penelitian Hasibuan, Surya (2016) bahwa tingkat berfikir kritis siswa kelas X
RPL SMK Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara masih pada kategori sangat rendah, terutama
pada indikator 1,2,3 dan 4. Dan rendah pada indikator ke 5, hal ini mungkin disebabkan karena
keterbatasan waktu dan kurang terbiasanya siswa berfikir kritis dan memiliki kebiasaan berfikir
praktis.
Berdasarkan penelitian Nasution, (2017) yangmembedakan kemampuan berpikir siswa
melalui pembelajaran PBM dengan pembelajaran konvensional menggunakan analisis statistik
5
inferensial untuk menganalisis hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, kemudian
dilakuakn dengan uji statistik ANACOVA ternyata kemampuan berpikir kritis siswa masih
dibawah rata-rata. Berarti peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbe-da secara signifikan dengan peningkatan ke-
mandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.
Berdasarkan penelitian Fachrurazi,(2011) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Hasil ini menunjukkan
bahwa siswa yang pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah
memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dari siswa yang pembelajaran matematika
dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penelitian Syahbana (2011) yang dilakukan dengan uji anova
1. Terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritismatematis
siswa antara yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan ContextualTeaching and
Learning dan menggunakan Pendekatan Konvensional.
2. Terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritismatematis antara
siswa pada level pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, danrendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level pengetahuanawal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematissiswa
Pembahasan
Gieles (Syahbana, 2011) mengartikan berpikir adalah berbicara dengan dirinyasendiri
dalam batin, yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,membuktikan sesuatu,
menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, menelitisesuatu jalan pikiran, dan mencari
bagaimana berbagai hal itu berhubungan satu samalain. Solso et al (Syahbana, 2011) juga
mengemukakan anak pada tahap operasi formal ini, sifat berpikirnya umum, menyeluruh, dan
proposisional, sudah mampu membuat hipotesis dan mengujinya terhadap realitas, serta
perkembangan idealisme yang kuat. Anak pada tahap operasi formal sudah mampu bergerak
melampaui dunia jasmaniah dan realitas fisik menuju dunia hipotetik atau realitas abstrak yang
lain. Menurut Nasution, (2017) Untuk mengungkapkan hubungan anta-ra kreativitas dan hasil
matematika peserta didik dengan penilaian yang digunakan untuk mengukur kreativitas
matematika yaitu ori-ginality, flexibility, elaboration, dan fluecy.
Menurut teori Piaget (dalam Nasution, 2017) juga dapat di-jadikan dasar dalam dalam
pembelajaran pada kelas eksperimen meng-anut tiga prinsip utama dalam pembelajaran. Prinsip
pertama adalah belajar aktif, yakni pa-da kelas eksperimen siswa diberi kesempatan untuk
belajar secara mandiri. Model pembela-jaran Berbasis Masalah (PBM) menciptakan suasana
yang mendukung perkembangan ke-mampuan berpikir kreatif siswa secara man-diri. Model
pembelajaran Berbasis Masalah juga memenuhi prinsip pembelajaran Piaget yang kedua, yakni
siswa dikondisikan untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan dis-kusi kelompok. Selain
untuk belajar berinte-raksi sosial, diskusi kelompok juga mengan-tarkan siswa pada
perkembangan kognitif ya-ng mengarah pada banyak alternatif panda-ngan sehingga dapat
meningkatkan kreativitas siswa. Prinsip ketiga yaitu pmbelajaran ber-makna juga menjadi dasar
dalam penelitian ini. Siswa yang memperoleh pengetahuan de-ngan pengalamannya sendiri
dapat menjadi-kan pembelajaran lebih bermakna.
Indikator Kemampuan Berfikir Kritis Ennis (Hasibuan, Surya 2016) mengungkapkan kemam-
puan berpikir kritis yang dikelom-pokkan ke dalam lima indikator kemampuan, yaitu:
6
a. Klarifikasi dasar (elementary clari-fication).
b. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (the basis for the decison).
c. Menyimpulkan (inference)
d. Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification).
e. Dugaan dan keterpaduan (supposit-ion and integration).
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan dari penjelasan di atas, maka pemakalah menyimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis matematika pada siswa masih rendah, seperti yang dikatakan Fardani, Surya
(2016) siswa diharapkan mampu memiliki kemampuan berpikir kritis lebih baik lagi dalam
menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membangun karakter bangsa yang
kuat pula.
Agar kemampuan berfikir kritis ini dapat di tingkatkan guru harus bisa secara perlahan
mengubah kebiasaan siswa yang berfikir praktis menjadi kebiasaan berfikir kritis dan perlu
menjalin kerjasama antara guru dan siswa dengan baik. Kemampuan berpikir kritis diperlukan
siswa untuk memecahkan masalah sehari-hari maupun permasalahan di masa yang akan datang.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa adalah pendekatan open ended
DAFTAR PUSTAKA
Fardani, Z. Surya. E.Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran
Matematika Untuk Membangun Karakter Bangsa. Hal 1-6.
Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SD [Versi elektronik).
Edisi khusus (1), 76-89.
Hasibuan, S. H & Surya. E. 2016. Analysis Of Critical Thinking Skills Class X
Smk Patronage State North Sumatra Province Academic Year 2015/2016.(Jurnal Saung
Guru: Vol. VIII No.2 April (2016))
Hendra, Surya. 2013. Cara Belajar Orang Genius. Jakarta: Elex Media Komputindo
Hanum Syarifah dan Edy Surya. 2016. Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas X Smk
Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Sounng Guru.
Vol.VIII No.2.
Mahmuzah, R. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa Smp Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Peluang. Volume 4 (1).
Nasution,R. Puspa. 2017. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan
Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran
Konvensional Di Smpn 4 Padangsidimpuan. Jurnal Paidagogeo. Vol.2 No.1. hal 46-
62.
7
Purba, N, Elly, dkk.Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahan Masalah Pada
Materi Fpb Dan Kpk.hal 1-8
Syahbana, Ali. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatica, 2(1), 45-57.
Samosir, N, Rosauli.,Edy Surya. 2017. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
yang Diajar dengan Menggunakan Model Discovery Learning dan Kooperatif Tipe
Make A Match dengan Media Kartu Soal pada Materi Teorema Pythagoras. Hal 1-14.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Mathematical problem solving and critical thinking is two skills that need to be improved through learning mathematics. Metacognitive approachis one approach to improve them. This study aims to examine differences in the improvement of problem solving skills and mathematical critical thinking between students who get learning with a metacognitive approach and students who get conventional learning. This research is an experimental study with a pre-test post-test control group design research design. The population was all students of class XI of SMAN 3 Banda Aceh by taking samples of two classes, namely the experimental class and the control class through purposive sampling technique. Data collection was carried out using problem solving ability tests and mathematical critical thinking tests. Data analysis used t-test and analysis of variance. The results show that overall the improvement of students' mathematical problem solving and critical thinking skills that are learning with a metacognitive approach are better than students who obtain conventional learning, and there is an interaction between learning approaches and student ratings on mathematical problem solving abilities.
Article
Full-text available
Abstrak Adapun tujuan dari penelitian ini untuk Menganalisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa dalam pemecahan masalah menyelesaikan soal pada materi KPK dan FPB. Penelitian ini bertempat di SD Swasta Nurul Hasanah Percut Sei Tuan. Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Oktober hingga 02 November 2017. Waktu pelaksanakan dilakukan pada saat mata pelajaran Matematika sedang berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan khusus pada kelas VIA SD Swasta Nurul Hasanah 201/2018 dengan jumlah siswa sebanyak 5 siswa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrument adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. instrument yang digunakan dalam penelitian adalah tes berbentuk pilihan isian sebanyak 3 soal.(Terlampir) Analisis data dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Bagian kualitatif digunakan untuk menganalisis kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal materi FPB. Berdasarkan hasil jawaban dan Wawancara dengan siswa kelas VI SD Swasta Nurul Hasanah, dapat disimpulkan bahwa (1). Siswa lupa akan cara mengerjakan soal, karena jarang di ulang oleh siswa. (2). Siswa dari awal memang tidak tahu cara mengerjakan soal tentang FPB.(3). Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal FPB karena siswa tidak dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian. Kata kunci : Berpikir Kreatif, Pemecahan Masalah, KPK dan FPB PENDAHULUAN Kurikulum 2013 , mengamanatkan pentingnya mengembangkan kreativitas siswa dan kemampuan berpikir kreatif mulai dari pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret dan akhirnya abstraksi permasalahan. Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting untuk memecahkan masalah adalah tujuan umum pengajaran matematika bahkan oleh Branca (Sugiman & Kusumah, 2010) [2] menafsirkan pemecahan masalah dalam tiga hal: pemecahan Masalah dilihat sebagai tujuan (yang lalu), sebuah proses, dan keterampilan dasar. Menurut Utari-Sumarno kemampuan pemecahan masalah adalah tujuan pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika(Rajagukguk, 2011: 428). Hasil survei Utari-Sumarno tentang Current Situation OnMathematics And Science Education In Bandung yang disponsori oleh JICA (Rajagukguk, 2011 : 430), menyatakan pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa disemua tingkat dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarinya. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hasratuddin (2015) bahwa: matematika adalah suatu sarana atau cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri untuk melihat dan menggunakan hubungan-hubungan". Meskipun matematika memiliki peranan penting, namun itu tidak sebanding dengan hasil belajar matematika siswa seperti yang diungkapkan Stacey (2014), mengenai peringkat matematika Indonesia dalam hasil penelitian tim Programme of
Article
Full-text available
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar dengan model Discovery Learning dengan media kartu soal, pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan media kartu soal, dan pembelajaran konvensional pada materi teorema pythagoras. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan populasi penelitian seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar dengan model Discovery Learning dengan media kartu soal lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis matematika siswa yag diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan pembelajaran Konvensional pada materi Teorema Pythagoras. Kata kunci: Berpikir Kritis, Discovery Learning, Make A Match. PENDAHULUAN Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan individu untuk hidup secara optimal sebagai individu atau anggota masyarakat (Siagian & Surya, 2017). Oleh karena itu, sudah sewajarnya pendidikan mendapat perhatian lebih dalam upaya peningkatan kualitas/mutunya. Menurut Simbolon, dkk (2017), perkembangan pendidikan di era ini tidak terlepas dari keinginan semua praktisi pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran sebagai salah satu upaya dalam memajukan pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat Lubis & Surya (2016) bahwa suatu sistem pendidikan disebut bermutu dari segi proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Menurut Depdiknas (dalam Risqi & Surya, 2017) bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk melatih pola pikir dan penalaran dalam mengambil kesimpulan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan untuk memberikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan melalui lisan, tertulis, gambar, grafik, peta , diagram, dll. Hal senada dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa mata pelajaran matematika harus diberikan kepada semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar untuk
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SD [Versi elektronik)
  • Fachrurazi
Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SD [Versi elektronik). Edisi khusus (1), 76-89.
Analysis Of Critical Thinking Skills Class X Smk Patronage State North Sumatra Province Academic Year
  • S Hasibuan
  • E Surya
Hasibuan, S. H & Surya. E. 2016. Analysis Of Critical Thinking Skills Class X Smk Patronage State North Sumatra Province Academic Year 2015/2016.(Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016))
  • Surya Hendra
Hendra, Surya. 2013. Cara Belajar Orang Genius. Jakarta: Elex Media Komputindo Hanum Syarifah dan Edy Surya. 2016. Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas X Smk Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Sounng Guru. Vol.VIII No.2.
Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Konvensional Di Smpn 4 Padangsidimpuan
  • R Nasution
  • Puspa
Nasution,R. Puspa. 2017. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Konvensional Di Smpn 4 Padangsidimpuan. Jurnal Paidagogeo. Vol.2 No.1. hal 46-62.
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning
  • Ali Syahbana
Syahbana, Ali. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatica, 2(1), 45-57.