ArticlePDF Available

Pengaruh Variasi Komposisi Campuran Mortar Terhadap Kuat Tekan

Authors:

Abstract

Di Indonesia khususnya penggunaan mortar sudah sangat populer. Dimana dalam membangun sebuah konstruksi beton, mortar selalu digunakan sebagai bagian dari sebuah konstruksi. Tetapi proses pembuatan campuran mortar terkadang masyarakat kurang benar dalam membuat campuran jika ditinjau dari segi ekonomis dan kualitasnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pengaruh variasi komposisi campuran mortar terhadap kuat tekan, dengan dua sampel jenis semen. Mortar menggunakan mortar dari Semen Gresik dan dari Semen Holcim tanpa bahan tambahan lain. penelitian menunjukan bahwa semakin bertambahnya komposisi pasir maka kuat tekan mortar semakin menurun. Dimana kuat tekan mortar pada umur 28 hari untuk variasi komposisi campuran dengan menggunakan Semen Gresik 1:4 sebesar 9,5 Mpa; 1:5 sebesar 11,68 Mpa; 1:6 sebesar 7,86 Mpa dan 1:7 sebesar 5,31.sedangkan nilai kuat tekan untuk mortar yang menggunakan Semen Holcim berturut sebesar 13,38 Mpa; 12,95 Mpa; 7,65 Mpa dan 3,19 Mpa. Hasil resapan air pada mortar dengan menambahkan jumlah pasir akan mengakibatkan semakin besar nilai penurunan kuat tekan masing –masing variasi mortar.Sehingga campuran plesteran dinding atau spesi untuk merekatkan keramik lantai dan dinding bangunan sederhana mortar yang direkomendasikan adalah komposisi campuran dengan perbandingan semen:pasir 1:5 untuk Semen Gresik dan 1:4 dan 1:5 untuk Semen Holcim.
GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil) e-ISSN : 2615-7195
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
8
PENGARUH VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN
MORTAR TERHADAP KUAT TEKAN
Kantius Wenda 1), Safrin Zuridah2), Budi Hastono3)
1) Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Dr. Soetomo
Jl. Semolowaru 84 Surabaya, 60118
2) Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Dr. Soetomo
Jl. Semolowaru 84 Surabaya, 60118
Email: safrini@yahoo.com
3) Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Dr. Soetomo
Jl. Semolowaru 84 Surabaya, 60118
Email: budihastono@gmail.com
Abstract
In Indonesia, especially the use of mortar is very popular. Where in constructing a concrete construction, mortar is always used as part of a
construction. But the process of making mortar mixtures is sometimes less true in making mixed society in terms of economics and quality.
Based on the description, the authors are interested to conduct research on the influence of variation of mix mortar composition on
compressive strength, with two samples of cement type. Mortar uses mortar from Semen Gresik and from Semen Holcim without any
additional materials. research shows that the increasing composition of sand, the compressive strength of mortar decreases. Where the
compressive strength of mortar at 28 days for mixed composition variation using Semen Gresik 1: 4 of 9.5 Mpa; 1: 5 of 11.68 MPa; 1: 6 of
7.86 MPa and 1: 7 of 5.31. Whereas the compressive strength value for mortar using Semen Holcim was 13.38 Mpa, respectively; 12,95
Mpa; 7.65 Mpa and 3.19 Mpa. The result of water absorption on the mortar by adding the amount of sand will result in a greater decrease
in the compressive strength of each mortar variation.So that the mixture of plaster walls or specimens to adhere the recommended flooring
and mortar walls of simple mortar is a mixture composition with the ratio of cement: sand 1: 5 for Semen Gresik and 1: 4 and 1: 5 for
Holcim Cement.
Keywords: compressive strength, recharge, mixed composition variation.
Abstrak
Di Indonesia khususnya penggunaan mortar sudah sangat populer. Dimana dalam membangun sebuah konstruksi beton, mortar selalu
digunakan sebagai bagian dari sebuah konstruksi. Tetapi proses pembuatan campuran mortar terkadang masyarakat kurang benar dalam
membuat campuran jika ditinjau dari segi ekonomis dan kualitasnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian pengaruh variasi komposisi campuran mortar terhadap kuat tekan, dengan dua sampel jenis semen. Mortar menggunakan mortar
dari Semen Gresik dan dari Semen Holcim tanpa bahan tambahan lain. penelitian menunjukan bahwa semakin bertambahnya komposisi
pasir maka kuat tekan mortar semakin menurun. Dimana kuat tekan mortar pada umur 28 hari untuk variasi komposisi campuran dengan
menggunakan Semen Gresik 1:4 sebesar 9,5 Mpa; 1:5 sebesar 11,68 Mpa; 1:6 sebesar 7,86 Mpa dan 1:7 sebesar 5,31.sedangkan nilai kuat
tekan untuk mortar yang menggunakan Semen Holcim berturut sebesar 13,38 Mpa; 12,95 Mpa; 7,65 Mpa dan 3,19 Mpa. Hasil resapan air
pada mortar dengan menambahkan jumlah pasir akan mengakibatkan semakin besar nilai penurunan kuat tekan masing masing variasi
mortar.Sehingga campuran plesteran dinding atau spesi untuk merekatkan keramik lantai dan dinding bangunan sederhana mortar yang
direkomendasikan adalah komposisi campuran dengan perbandingan semen:pasir 1:5 untuk Semen Gresik dan 1:4 dan 1:5 untuk Semen
Holcim.
Kata Kunci: kuat tekan, resapan, variasi komposisi campuran.
PENDAHULUAN
Selain beton, dalam konstruksi bangunan dikenal
dengan istilah mortar . Dimana mortar ini terdiri dari
agregat halus (pasir), dan bahan perekat (tanah liat, kapur,
semen Portland) dan air. Fungsi dari mortar ini tidak lain
sebagai matrik pengikat atau bahan pengisi bagian
penyusun suatu konstruksi baik yang bersifat struktural
maupun non-struktural. Contoh penggunaan mortar untuk
konstruksi bersifat struktural ialah pasangan bata belah
untuk pondasi sedangkan non struktural non-struktural
ialah untuk merekatkan pasangan bata untuk dinding .
Di Indonnesia khususnya penggunaan mortar sudah
sangat populer. Dimana dalam membangun sebuah
konstruksi selalu digunakan. Tetapi dalam pengerjaannya
terkadang masyarakat kurang benar dalam membuat
campuran untuk mortar. Sehingga hasil yang di dapatkan
tidak maksimal. Yaitu akan muncul retak-retak pada
dinding pada pembuatan dan setelah pembuatan. Hal ini
tidak bisa dibiarkan karena akan berpengaruh besar
kokohnya dan keindahan sebuah konstruksi.Dengan
melihat dampak dari pemahaman penggunaan mortar yang
kurang, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang
Pengaruh variasi komposisi campuran mortar terhadap
kuat tekan dan resapannya yang nantinya dapat digunakan
para pekerja bangunan serta masyarakat umum.
KAJIAN PUSTAKA
A. Mortar
Pengertian mortar adalah adukan yang terdiri dari
pasir, bahan perekat dan air. Bahan perekat berupa tanah
liat, kapur, maupun semen. Bila tanah yang dipakai
sebagai bahan perekat disebut mortar lumpur (mud
mortar), bila kapur yang dipakai sebagai bahan perekat
disebut mortar kapur, dan bila semen yang dipakai sebagai
bahan perekat maka disebut mortar semen. Pasir berfungsi
sebagai pengisi (bahan yang direkat).
GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil) e-ISSN : 2615-7195
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
9
Fungsi utama dari mortar adalah menambah lekatan
dan ketahanan ikatan dengan bagianbagian penyusun
suatu konstruksi kekuatan mortar tergantung pada kohesi
pasta semen terhadap partikel agregat halusnya. Mortar
mempunyai nilai penyusun yang relatif kecil. Mortar harus
tahan terhadap penyerapan air serta kekuatan gesernya
dapat memikul gayagaya yang bekerja pada mortar
tersebut. Jika terjadi penyerapan air pada mortar dengan
cepat maupun dengan jumlah yang besar, maka mortar
akan mengeras dengan dan akan kehilangan ikatan
adhesinya.
Membuat mortar sebenarnya tidaklah sederhana hanya
sekedar mencampurkan bahan-bahan dasarnya untuk
membentuk campuran yang plastis sebagaimana sering
terlihat pada pembuatan bangunan sederhana. Tetapi jika
ingin membuat campuran mortar yang baik, dalam arti
memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan
yang lebih tinggi, maka harus diperhitungkan dengan
seksama cara-cara memperoleh adukan mortar segar yang
baik sehingga menghasilkan konstruksi yang kuat pula.
Campran mortar segar yang baik ialah campuran segar
yang dapat diaduk, dapat diangkut, dapat dituang, dapat
dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi
pemisahan pasir dari adukan maupun pemisahan air dan
semen dari adukan. Sebuah campuran mortar dapat
dikatakan baik bila campuran tersebut membentuk Beton
atau konstruksi keras yang yang kuat, tahan lama, kedap
air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil.
(Tjokrodimulyo 1996 : 2)
Secara umum dalam volume mortar terkandung
Agregat ± 68%, Semen ± 11%, Air ± 17%, Udara ± 4%.
B. Sifat Sifat Mortar
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur
beton, maka pengetahuan tentang sifatsifat adukan
mortar maupun sifatsifat mortar setelah mengeras perlu
diketahui. sifatsifat dari mortar antara lain:
a. Keawetan (Durability)
Merupakan kemampuan mortar bertahan seperti
kondisi yang direncanakan tanpa terjadi korosi dalam
jangka waktu yang telah direncanakan. Dalam hal ini perlu
pembatasan nilai faktor air semen (fas) maupun
pembatasan dosis minimum yang digunakan sesuai dengan
kondisi lingkungan.
b. Kuat Tekan
Kuat tekan adalah kemampuan dari mortar untuk
memikul atau menahan beban maupun gayagaya
mekanis sampai terjadi kegagalan. Nilai kuat tekan mortar
didapatkan melalui tata cara pengujian standart,
menggunaka mesin uji dengan cara memberikan beban
tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban
tertentu atas benda uji sampai retak atau hancur.
c. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas mortar adalah perbandingan antar
kuat tekan mortar dengan regangan . Biasanya ditentukan
pada 25 % - 30 % .
d. Kelecakan (workability)
Kelecakan (workability) adalah sifatsifat adukan
mortar yang ditentukan oleh kemudahan dalam
pencampuran, pengankutan, pemadatan, dan finishing.
Dengan kata lain kelecakan adalah besarnya kemudahan
kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi
penuh.
C. Kelebihan dan Kekurangan Mortar
1. Kelebihan Mortar
1) Adukan mortar mudah diangkut dan dicetak dalam
bentuk yang diinginkan.
2) Kuat tekan mortar jika dikombinasikan dengan baja
akan mampu untuk memikul beban yang berat.
3) Dalam pelaksanaan tertentu dapat disemprotkan atau
dipompakan ke tempat tertentu.
4) Tahan lama, tidak busuk dan tidak lapuk.
2. Kekurangan Mortar
1) Untuk mendapatkan mortar dengan kuat tekan yang
tinggi perlu dilakukan campuran dengan komposisi
yang benar antara semen,pasir dan air.
2) Untuk daerah daerah tertentu perlu ketelitian dalam
membuat komposisi campuran serta perlu ditambahkan
bahan tambahan aditif.
3) Kuat tarik rendah sehingga perlu ditambahkan baja
tulangan. Misalnya untuk pondasi pancang.
D. Penelitian Sejenis
Penelitian terdahulu tentang pembuatan mortar dengan
campuran dan komposisi yang berbeda beda, dengan
tujuan mendapatkan mortar dengan kualitas yang baik dan
ekonomis, adalah sebagai berikut :
a. Padang Cahaya. 2012. “Pengertian kegunaan,sifat dan
jenis komposisi mortar atau adukan”. Ide Bangunan.
b. Alex Kurniawadi , Ismediyanto dan Tetty Novalina
M.”Kapur Tohor dan Abu Sawit sebagai Bahan
Tambahan atau Subtitusi semen pada Mortar”.
Pembuatan mortar dengan abu sawit dan kapur Tohor
ini merupakan salah satu alternative solusi penanganan
limbah industry secara terpadu. Mortar yang masuk
dalam spesifikasi mortar normal yaitu 189 kg/cm2
dengan perbandingan semen dan pasir 1:3 pada umur
28 hari adalah mortar denganb20% dengan nilai 202,06
kg/cm2. Namun mortar dengan variasi 40% pada usia
56 hari (197,69 kg/cm2) telah melebihi mortar
normal.sehingga semakin besar penggunaan abu sawit
dan kapur akan meningkatkan nilai absorpsi dan
porositas, tetapi akan menurunkan nilai berat jenis
mortar.
c. Hendra Alexander mukhlis.2011 “Kaji Tekan Beton
(Compressive Strenght) Pada Beton Dengan Campuran
Abu Serabut Kelapa (Ask).kuat tekan beton pada umur
28 hari pada beton yang disubtitusi 20% abu serabut
kelapa, sebesar 38,45 Mpa dibandingkan tanpa
subtitusi abu sebesar 36,23 Mpa. Ada peningkatan
kekuatan sebesar 6,13% dibandingkan tanpa abu
serabut kelapa.
GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil) e-ISSN : 2615-7195
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
10
E. Bahan Penyusun Mortar
a. Semen Portland
Semen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker yang terbuat dari batu
kapur (CaCO3) yang terdiri dari silikat silikat kalsium,
dengan gips sebagai bahan tambahan. Fungsi semen ialah
untuk merekatkan butir butir agregat agar terjadi suatu
masa yang kompak atau padat, selain itu juga untuk
mengisi rongga diantara butiran butiran agregat.
Berdasarkan jenis susunan ikatan kimia dan tujuan
penggunaannya, semen Portland di bagi dalam bebrapa
jenis:
a. Jenis I (Normal pordland cement).
b. Jenis II (hifh early strenght Pordland cement)
c. Jenis type III (Modifid pordland cement).
d. Jenis type IV (Low heat pordland cement)
e. Jenis V (Sulfate resisting pordland cement)
Jenis semen yang digunakan pada penelitian ini adalah
jenis type I.
b. Agregat Halus
Agregat halus (fine agregate) adalah butiran mineral
alami atau buatan sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar. Agregat halus atau pasir mempunyai ukuran
butiran yang berkisar antara 0,075 mm hingga 4,80 mm.
Pasir dengan Modulus Kehalusan antara 2,5 - 3,2 sangat
baik digunakan unutk pembuatan mortar (Indra
kartasamita dan Sandi Nugroho;2008).
Agregat halus yang digunakan dalam penilitian ini adalah
agregat halus (pasir) yang berasal dari Mojokerto.
c. Air
Pada dasarnya kebutuhan semen akan air untuk proses
hidrasi hanyalah sekitar 25% dari total bobot semen. Jika
air yang digunakan kurang dari 25% maka akan terjadi
kelecakan dan kemudahan pengerjaan (workability) tidak
dapt tercapai. Adonan semen yang mudah dikerjakan
dapat didefinisikan sebagai adonan yang pengadukannya
mudah, mudah di angkut, dan dituangkan ke dalam
cetakan untuk dibentuk (Hewes,1949).
Banyaknya air yang digunakan dalam campuran semen
sering disebut dengan istilah Faktor Air Semen (FAS).
Nilai FAS yang biasa digunakan adalah antara lain 0,4
0,65 (Mulyono, 2003).
METODE
A. Variabel Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. variabel adalah segala sesuatu yang
akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel juga
dapat diartikan sebagai faktorfaktor yang berperan
penting dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel independent (tidak tergantung).variabel
independent disini adalah komposis campuran 1:4, 1:5,
1:6, 1:7 dan jenis produk Semen Gresik Dan Semen
Holcim.
b. Variabel dependen (tergantung) ialah kuat tekan dan
resapan air.
B. Tempat penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara
eksperimental, penelitian ini dilakukan dan di kerjakan di
laboratorium teknologi beton Universitas Dr. Soetomo
(Unitomo) Surabaya, untuk bahan yang meliputi
serangkaian pengujian mortar dan pembuatan mortar
(kuat tekan).
C. Diagram Alir (flow chart)
Langkah penelitian ini secara singkat dapat dilihat
dari diagram alir di bawah ini.
Gambar 1. Diagram Alir
D. Pemeriksaan Mutu Material
Dengan alasan Bahan bahan yang digunakan dalam
pembuatan benda uji penelitian belum di ketahui sifat
fisiknya. Maka perlu diadakan di laboratorium. Adapun
bahan bahan yang dipergunakan dalam penelitian dan asal
daerahnya,seperti berikut ini.
a) Semen Portland
Dalam penelitian ini material semen yang digunakan
adalah semen Portland type I yang diproduksi oleh
PT.Semen Gresik Jawa Timur dan Semen Holcim.
Pemeriksaan fisik meliputi, Pemeriksaan berat jenis.,
GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil) e-ISSN : 2615-7195
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
11
Analisa konsistensi semen, Analisa pengikatan dan
pengerasan semen
b) Agregat halus
Pasir (agregat halus) yang digunakan adalah pasir
standar Mojokerto Jawa Timur. Pemeriksaan agregat
halus meliputi , Analisa saringan pasir, Analisa berat jenis
pasir, Analisa berat volume pasir (ASTM C29/C29M - 91),
Analisa resapan pasir (ASTM C128 - 93), Analisa
kelembapan pasir (kadar air) pasir (ASTM C56 - 89), Tes
kebersihan pasir terhadap lumpur (pencucian), dan Tes
kebersihan pasir terhadap bahan organik
c) Air
Karena air yang digunakan dalam penelitian ini dari
PDAM Surabaya, maka tidak perlu dilakukan pengujian
kembali. Faktor air semen(FAS) telah ditentukan yaitu
0,40 0,65 .
E. Instrumen Penelitian
a) Alat tes material Semen adalah satu set alat vicat,
timbangan analisa, gelas ukur, solet perata, tempat
pengaduk, pengukur waktu, gelas ukur, dan kaca datar,
b) Alat tes material Pasir adalah neraca analitis,
piknometer,tempat pasir (pan) dan cetok, mistar perata,
saringan, danalat pneguji SSD,
c) Alat Pelaksanaan campuran adalah timbangan analitis
100 kg, piknometer 1000mm, ember, cetakan silinder,
sekop, dan sendok semen.
d) Alat tes volume campuran mortar segar Timbangan
adalah
e) Alat tes kuat tekan mortar (fc) benda uji adalah Mesin
Tesk Desk (compressor).
f) Alat tes berat jenis adalah timbangan
F. Pelaksanaan Pembuatan Mortar.
a. Peralatan Yang Digunakan Timbangan analisa 100kg,
Takaran air, Ember, Cetok, Molen, Ayakan, Bak
tempat adonan basah, Cetakan silinder dengan
dimensi10 x 20 cm , Sekop, Ember, Cangkul, Mesin
molen, dan Alat penumbuk dan tongkat perata
b. Bahan Yang Dibutuhkan, Semen Portland Type 1
(Semen Gresik dan Semen Holcim), Pasir, dan Air
bersih PDAM
1) Prosedur Pembuatan Benda Uji Silinder
a. Siapkan semua peralatan dalam keadaan siap pakai dan
memastikan semua bahan yang dibutuhkan telah
tersedia, untuk memudahkan dan melancarkan proses
parktek.
b. Mengambil pasir yang lewat ayakan 4,8 mm
c. Merendam pasir didalam bak ,guna menghilangkan
lumpur maupun bahan bahan organik lainnya.
d. Pasir yang telah direndam kemudian dikeringkan.
e. Pasir dan semen di campur dengan beberapa varian
komposisi yang telah ditentukan, yaitu 1:4, 1:5, 1:6
dan1:7.
f. Campuran pasir dan semen tersebut dicampur dengan
air dengan FAS sebesar 0,4 0,65.
g. Adonan segar mortar tersebut dibentuk atau
dimasukkan ke dalam benda uji silinder 10 x 20 cm
yang telah dilumuri minyak pelumas.
h. Pengisian adonan mortar segar dilakukan dalam 3
lapis, tiap lapisan dengan volume yang sama. Dan
ditusuk tiap lapisan dengan batang baja sebanyak 25
kali. Permukaan adonan mortar di ratakan dengan
tongkat perata.
i. Cetakan disimpan di ruangan yang lembab.
2) Perawatan Benda Uji
a) Setelah 24 jam benda uji silinder dikeluarkan dari
silinder ukuran 10 x 20 cm .
b) Benda uji dibersihkan, kemudian diberi tanda agar
mudah dalam menganalisa dan pengambilan data.
c) Benda uji kemudian disimpan di tempat yang lembap
dan tidak terkena matahari secara langsung.
G. Prosedur Pengujian
1) Pengujian Mutu Kuat Tekan Mortar
Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada umur 14
dan 28 hari.prosedur pengujian kuat tekan mortar adalah
sebagai berikut :
a. Masingmasing variasi campuran silinder beton diukur
diameter, tinggi dan beratnya.
b. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
c. Jalankan mesin tekan.
d. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan
catat hasilnya.
Data hasil tes kuat tekan mortar dengan mesin Tes Desk
kemudian dimasukan ke dalam rumus untuk menghitung
kuat tekan benda uji:
F’c =
A
P
(1)
Keterangan :
F’c = Kuat Tekan Mortar (Mpa)
P = Gaya Tekan (N)
A = Luas (mm
2
)
2) Pengujian Resapan Mortar
Penyerapan mortar dilakukan pada saat mortar berumur
28 hari, dimana jumlah mortar yang akan diuji terdiri dari
3 sampel untuk masing masing campuran.
Ada pun prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
1) Benda uji pada umur 28 hari diambil dari bak
perendaman dikeluarkan dan dilap seluruh permukaan
benda uji guna menghindari air yang berlebihan.
2) Kemudian benda uji ditimbang guna mengambil massa
basah.
3) Setelah itu benda uji dibiarkan selama 24 jam.
4) Kemudian benda uji tersebut ditimbang kembali untuk
memperoleh massa kering dari benda uji.
5) Prosedur ini diulangi kembali untuk sampel benda uji
yang lain.
Besarnya penyerapaan air dapat diperoleh dengan rumus
sebagai berikut :
GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil) e-ISSN : 2615-7195
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
12
Penyerapan air = (2)
dengan mb = massa basah dari benda uji (gram)
mk = massa kering dari benda uji (gram).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengujian tes kuat tekan Semen Gresik.
Tabel 2 Hasil Tes Kuat tekan Mortar Dari Semen Holcim
Gambar 2. Grafik kuat tekan rata rata mortar dengan
variasi campuran pada umur 28 hari.
Dari pengamatan terhadap pengujian tekan pada
Gambar 2, dapat dilihat bahwa kuat tekan ratarata mortar
pada umur 28 hari yaitu, mortar dengan Semen Gresik
memiliki nilai kuat tekan tertinggi pada variasi campuan
1:5, sedangkan mortar dengan Semen Holcim pada variasi
campuran 1 : 4.
A. Pengujian Resapan Air Pada Mortar.
Data Hasil Pengujian Resapan Air pada Mortar Dari
Semen Gresik
Tabel 3. Data hasil pengujian resapan air mortar dari
Semen Gresik dan Holcim.
Gambar 3. Resapan air pada mortar dengan material
Semen Gresik.
GeSTRAM (Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil) e-ISSN : 2615-7195
Vol. 1, Nomor 1, Maret 2018
13
Gambar 4. Resapan air pada mortar dengan material semen
holcim.
Semakin tinggi nilai presentase resapan pada air,
semakin rendah kuatkan dari mortar. Hal ini terjadi pada
mortar yang menggunakan semen Gresik maupun mortar
yang menggunakan material Semen Holcim.
Kuat tekan yang di hasilkan mortar dengan
menggunakan Semen Gresik dan mortar dengan
menggunaka Semen Holcim memiliki kuat tekan yang
berbeda pada setiap variasinya. Kuat tekan Semen Holcim
memiliki kuat tekan tinggi dai pada mortar dengang
menggunakan Semen gresik pada variasi campuran 1:4
sebesar 13,38 Mpa dan 1:5 sebesar 12,95 Mpa. Sedangkan
Semen Gresik memiliki kuat tekan yang lebih tinggi pada
perbandingan variasi campuran mortar 1:6 dan 1:7
dengan kuat tekan 7,86 Mpa dan 5, 31 Mpa.
KESIMPULAN
1. Perbandingan semen dengan pasir untuk mortar yang
menghasilkan kuat tekan maksimum 1:5
2. Semakin besar nilai resapan atau porositas dari setiap
variasi komposisi benda uji silinder semakin menurun
begitu juga dengan kuat tekannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Kurniawadi; Ismediyanto; Tetty Novalina M.,
(2008)., Kapur Tohor dan Abu Sawit sebagai Bahan
Tambahan atau Subtitusi semen pada Mortar”. Riau.
Chu-Kia Wang dan Salmon,Charles G., (1994)., Disain
Beton Bertulang”.Jilid 1.Edisi Keempat.Terjemahan
Binsar Hariandja. Erlangga. Jakarta.
Emelda Sihotang. (2010)., Pemanfaatan Abu Ampas .
Tebu Dalam Pembuatan Mortar”. Laporan Tugas
Akhir (TA). Medan.
Hendra Alexander Mukhlis., (2011)., Kaji Tekan Beton
(Compressive Strenght) Pada Beton Dengan
Campuran Abu Serabut Kelapa (Ask)”. Jurusan Teknik
Sipil Padang. Padang.
Hewes, L. I., (1949)., American highway practice
(volume II)”. John Willey & sons, Inc, New York.
Padang Cahaya., (2012)., Pengertian kegunaan,sifat dan
jenis komposisi mortar atau adukan”. Ide Bangunan.
Jakarta.
Rae Hanif Abdilah., (2009)., Penggunaan Berbagai Jenis
Laktes Sebagai Bahan Tambahan Pada Mortar Untuk
Aplikasi Beton Jalan Raya”. Laporan tugas akhir.
Bogor
Tjokrodimuljo,k., (1996)., Teknologi Beton”. Nafigiri.
Yogyakarta.
... When an external force is applied to GO, the surface atoms bend slightly to accommodate the force without causing any rearrangement of the carbon bonds. This allows GO to maintain a stable and robust structure under stress [13]. Studies have shown that adding GO to cement mortars can significantly improve their mechanical properties. ...
Article
Full-text available
High-volume fly ash (HFVA) in cement mortar has gained attention due to its potential to reduce environmental impact and enhance sustainability. However, HVFA mortar often exhibits reduced initial compressive strength compared to conventional mortars. Incorporating carbon nanotubes (CNT) and Graphene oxide (GO) has been shown to enhance the mechanical properties and microstructure of the mortar, which can overcome the shortcomings of HVFA. This study investigates the effect of CNT and GO on compressive strength and cement hydration of HVFA mortar. This study used fly ash as a 60% cement replacement, with 0.01% CNT and GO contents of 0.01%, 0.02%, 0.03%, 0.04%, and 0.05%. Compressive strength tests were performed at 3, 7, and 28 days of curing. The results showed that adding CNT and GO improved the compressive strength by 15.4% over the control mortar at 0.01% CNT and 0.03% GO. Most importantly, incorporating CNT and GO mitigated the typical reduction in initial compressive strength, with around a 15% increase observed at 3 and 7 days compared to the control mortar. The cement hydration characteristics were analyzed using X-ray diffraction (XRD), which revealed the presence of various crystallization phases, including calcium silicate hydrate (C-S-H), calcium aluminate silicate hydrate (C-A-S-H), quartz, portlandite, calcium carbonate, and ettringite. Adding CNT and GO to HVFA mortar significantly enhances its mechanical properties. It promotes the formation of complete chemical bonds in the cement hydration process, improving the mortar's overall performance.
... Abu tempurung kelapa merupakan salah satu residu yang dihasilkan dalam pembakaran dan terdiri dari partikel halus. Partikel tersebut jika bereaksi dengan air menghasilkan senyawa Kalsium Silikat Hidrat (CSH) yang dapat meningkatan kekuatan mortar dan menambah ketahanan terhadap ion sulfat, serta dapat menurunkan panas hidrasi semen (Zuraidah & Hastono, 2018). ...
Article
Full-text available
Awareness of the importance of sustainable construction practices and research to explore alternative materials or waste that can be recovered to reduce material use and waste. This was done to evaluate coconut shell ash waste as a partial additive to cement in mortar mixtures. The research carried out aimed to determine the results of the influence of coconut shell ash waste on the absorption value to obtain overall analysis results on mortar mixtures using coconut shell ash additives with variations of 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, 10%. The results obtained on the effect of adding coconut shell ash on the water absorption value show that a mixture of coconut shell ash can make mortar lose water more easily when compared to normal mortar, namely with the highest water absorption value of 9.307% in a mixture of 10% coconut shell ash.
... Beton merupakan material konstruksi yang paling popular dan sering digunakan (Zuraidah & Hastono, 2018). Pada umumnya, beton tersusun dari agregat halus, agregat kasar, air, dan semen portland sebagai material utamanya untuk bahan pengikat (Mulyadi et al., 2022). ...
Article
Full-text available
Construction activities require concrete as a widely used material. Concrete consists of several compositions, namely fine aggregate, coarse aggregate, water, and Portland cement as the main material for the binder. Cement production contributes around 6% of carbon emissions which can damage the environment, including global warming, and the use of high levels of cement material in concrete mixtures, so alternative materials are needed to replace cement or cement additives for concrete mixes. Alternative materials used in this research are fly ash and silica fume. This research aims to determine the test results and characteristics of concrete using silica fume and fly ash as partial cement substitute materials as well as the effect of the ratio of silica fume and fly ash on the compressive strength of concrete. The research was carried out by direct testing in the laboratory. The various mixtures of Fly Ash (FA) and Silica Fume used are: FA 10% and SF 5%, FA 15% and SF 5%, FA 20% and SF 20%, FA 25% and SF 10%. Based on the results of compressive strength tests carried out at 28 days of concrete, it shows that the use of silica fume and fly ash to replace cement cannot be said to have succeeded in increasing the strength of the concrete. The highest compressive strength value was achieved by variation 3, namely with a fly ash content of 20% and 10% silica fume, producing a compressive strength value of 19.44 Mpa, this shows that the strength achieved is still limited to low quality concrete below 20 Mpa.
... Cement mortar is a ready-to-use cement mixture [1]. Cement mortar is an object that is often used as an adhesive for lightweight bricks, plastering, and filling building walls [2]. ...
Article
Full-text available
Infrastructure development in Indonesia continues to increase, this can be seen from the increasing number of buildings and housing. The house is an important building for humans, one of the important parts of the house is the walls made of bricks and covered with plaster. Its function, which can be used as plaster on walls, makes the authors use mortar as a sample in this study. The drawback is that the existing mortar is easy to grab because it absorbs water. Therefore, the author wants to make a waterproof mortar by providing a hydrophobic layer. This study aims to obtain the optimum value of the contact angle and compressive strength by varying the temperature as the independent variable used, namely 30°C, 60°C, 90°C, 120°C and 150°C. The results showed that the optimal contact angle was 120.7053° with a compressive strength of 258.19 kg/cm ² . The temperature calcination relationship with the contact angle and compressive strength of mortar, is the higher the temperature. The temperature relationship with the contact angle and compressive strength of cement mortar is higher than the temperature.
... Mortar wajib tahan terhadap penyerapan air dan kekuatan gesernya bisa memikul gaya-gaya yang bekerja pada mortar tersebut. Bila penyerapan air pada mortar sangat besar/pesat, hingga mortar hendak mengeras dengan pesat serta kehabisan ikatan adhesinya secara pesat pula [4]. ...
Article
Full-text available
Mortar merupakan material pelengkap bangunan untuk merekatkan pekerjaan pasangan batu bata, batako dan plesteran. Bahan pengikat mortar wajib memiliki kekentalan standar dalam memastikan strength dan dapat menahan gaya tekan akibat beban yang bekerja. Metode yang dipakai yaitu metode eksperimental, untuk bahan yaitu semen, air, dan pasir dengan perbandingan 1pc:2psr, 1pc:4psr dan 1pc:6psr. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh mortar terhadap kombinasi pasir Ladot dibandingkan pasir Kuyamut serta pengaruh terhadap kuat tekan umur 3 dan 28 hari. Berdasarkan hasil kuat tekan umur 28 hari yaitu 1pc : 2psr pasir Ladot 18,67 MPa dan pasir Kuyamut 22 MPa, persentase perbandingan 17,86%, 1pc:4psr pasir Ladot 16,67 MPa dan pasir Kuyamut 20,67 MPa, persentase perbandingan 24,00%, 1pc:6psr pasir Ladot 14,67 MPa dan pasir Kuyamut 17,33 MPa, persentase perbandingan 18,18%. Pengaruh mortar terhadap perbandingan umur 3 dan 28 hari mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 1pc:2psr 100,00%, 1pc:4psr 150,00%, 1pc:6psr 214,00%. Berdasarkan hasil penelitian maka layak untuk dipergunakan.
... Di Maluku Utara penggunaan bata jenis ini lebih populer dibandingkan dengan menggunakan batako ataupun bata dari tanah liat [2] [3]. Resapan dan porositas akan mempengaruhi kuat tekan mortar dimana porositas dan resapan berbanding terbalik dengan kuat tekan mortar [4]. ...
Article
Full-text available
Di Indonesia, fenomena hujan asam sering terjadi dan mengakibatkan kerusakan pada struktur bangunan. Hujan asam membuat lapisan pada dinding bangunan mengalami kerusakan. Untuk itu, perlunya dilakukan pemodelan pada dinding dengan menggunakan mortar semen sebagai bahan pengikat. Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi efek dari larutan asam terhadap kuat tekan mortar semen. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 5x5x5 cm mengacu pada SNI. Terdapat dua variasi mortar yaitu mortar dengan rendaman air tawar (MN) dan mortar dengan perendaman pada larutan asam sulfat 2% (MN-A), lama perendaman yaitu 60 dan 90 hari, setelah itu dilakukan pengujian kuat tekan. Hasil penelitian menunjukkan dengan perendaman pada larutan asam selama 90 hari mortar mengalami penurunan kuat tekan rata-rata sebesar 20,05% dibandingkan dengan mortar dengan perendaman air tawar.
Article
Full-text available
Mortar is a mixture of binder and sand in a certain ratio, the binder is cement and lime. This test aims to determine the results of the compressive strength of mortar aged 3,7,14, and 28 days on variations of cement and lime mixture. The fine aggregate used in this test is Barito Sand which is included in zone 2. With the composition of the mixture used is 1 pc : 5 ps for cement and sand, the mixture used for cement, lime and sand is 1 pc : 1_4^1kp : 5 ps. From the results of this study with the same mixture proportions, the compressive strength for the variation of cement conch (PCC) = 7.40 MPa, the variation of cement gresik (PPC) = 10.41 MPa, the variation of cement conch with a mixture of lime = 4.54 MPa and strong Press the mortar for the variation of Gresik cement with a mixture of lime = 7.90 MPa. It can be concluded that the compressive strength of mortar for cement conch with a mixture of lime is higher than the variation of cement conch, gresik and conch with a mixture of lime
Article
Mortar is a building material made of cement, fine aggregate, and water. To get a good mortar strength, the properties, and characteristics of each of the mortar constituents must also be studied further. Aggregates containing silica can be reactive or non-reactive to alkaline elements in cement. The purpose of this study was to determine the effect of alkaline silica reactive sand on the compressive strength and flexural strength of mortar immersed in seawater. This research uses an experimental method, namely Rangkas sand, Bangka sand and Lumajang sand which have gone through the XRF (X-Ray Fluorescence) testing process to determine the percentage of compound content contained. The research method to determine the reactivity of the sand refers to ASTM C 1260. The compressive strength and flexural strength of the mortar were tested with two variations of immersion, namely by using fresh water and sea water. The immersion of the mortar was carried out for 7, 14, 28 and 56 days. From the results of testing the compressive strength and flexural strength of mortar at the age of 28 days had the same results for fresh water and seawater immersion, namely sand with high potential for reactive alkali silica has low compressive strength and flexural strength values for all types of immersion. The freshwater immersion method has been used to test the mortar's flexural and compressive strength. It has a higher compressive and flexural strength value than the seawater immersion mortar, with a percentage ratio of 27.1% of compressive strength and 17.3% of flexural strength in mortar, with an immerse age of 28 days.
Article
Full-text available
Mortar is a mixture of binder and sand in a certain ratio, the binder is cement and lime. This test aims to determine the results of the compressive strength of mortar aged 3,7,14, and 28 days on variations of cement and lime mixture. The fine aggregate used in this test is Barito Sand which is included in zone 2. With the composition of the mixture used is 1 pc : 5 ps for cement and sand, the mixture used for cement, lime and sand is 1 pc : 1_4^1kp : 5 ps. From the results of this study with the same mixture proportions, the compressive strength for the variation of cement conch (PCC) = 7.40 MPa, the variation of cement gresik (PPC) = 10.41 MPa, the variation of cement conch with a mixture of lime = 4.54 MPa and strong Press the mortar for the variation of Gresik cement with a mixture of lime = 7.90 MPa. It can be concluded that the compressive strength of mortar for cement conch with a mixture of lime is higher than the variation of cement conch, gresik and conch with a mixture of lime
Kapur Tohor dan Abu Sawit sebagai Bahan Tambahan atau Subtitusi semen pada Mortar
Tetty Novalina M., (2008)., "Kapur Tohor dan Abu Sawit sebagai Bahan Tambahan atau Subtitusi semen pada Mortar". Riau.
  • Chu-Kia Wang Dan Salmon
Chu-Kia Wang dan Salmon,Charles G., (1994)., "Disain Beton Bertulang".Jilid 1.Edisi Keempat.Terjemahan Binsar Hariandja. Erlangga. Jakarta.
Kaji Tekan Beton (Compressive Strenght) Pada Beton Dengan Campuran Abu Serabut Kelapa (Ask)". Jurusan Teknik Sipil Padang
  • Alexander Hendra
  • Mukhlis
Hendra Alexander Mukhlis., (2011)., "Kaji Tekan Beton (Compressive Strenght) Pada Beton Dengan Campuran Abu Serabut Kelapa (Ask)". Jurusan Teknik Sipil Padang. Padang.
American highway practice (volume II
  • L I Hewes
Hewes, L. I., (1949)., "American highway practice (volume II)". John Willey & sons, Inc, New York.
Pengertian kegunaan,sifat dan jenis komposisi mortar atau adukan
  • Padang Cahaya
Padang Cahaya., (2012)., "Pengertian kegunaan,sifat dan jenis komposisi mortar atau adukan". Ide Bangunan. Jakarta.