Conference PaperPDF Available

Inventarisasi Capung (Insecta: Odonata) di Sungai Grojogan dan Sungai Ambyarsari, Taman Nasional Bali Barat

Authors:

Abstract

Abstrak: TNBB (Taman Nasional Bali Barat) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam dan keanekaragaman hayati yang mempunyai berbagai macam ekosistem. Ekosistem yang terdapat di TNBB merupakan habitat yang baik bagi berbagai makhluk hidup yang menghuninya. Salah satunya adalah dari jenis serangga, khususnya capung. Capung (Odonata) merupakan ordo dari kelas Insecta yang berfungsi sebagai predator penyeimbang populasi serangga lain dalam ekosistem dan dapat digunakan sebagai bioindikator perairan, khususnya perairan sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis imago capung (Odonata) di sungai Grojogan dan sungai Ambyarsari TNBB. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 hingga 20 Agustus 2015 di sungai Grojogan dan sungai Ambyarsari, resort Ambyarsari TNBB. Metode yang digunakan adalah metode Polard Walk dan Point Count. Pengamatan dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Hasil penelitian di kedua sungai tersebut secara keseluruhan diperoleh 21 spesies yang termasuk kedalam 8 famili yaitu, Abstrack: West Bali National Park (Taman Nasional Bali Barat) has be conservation area and have large biodiversity with vary type of ecosystem. These ecosystem in there has been home for many species, include for dragonfly. Dragonfly (Odonata) class Insecta can be water bioindicator, especially the river. The goal of this research is to understand the types imago of dragonfly (Odonata) in Grojogan river and Ambyarsari river in West Bali National Park. This research did on 11 to 20 August 2015 at Grojogan river and Ambyarsari river, Ambyarsari resort. Polar walk and point count method was used in this research. Data was collect at area in the morning and the afternoon at the grojogan river and Ambyarsari, both there are 21 species of dragonfly belonging to 8 famili. These family are Aeshnidae (1 species), Libellulidae (10 species), Calopterygidae (1 species), Chlorocyphidae (1 species), Coenagrionidae (4 species), Euphaeidae (1 species), Platycnemididae (1 species), dan Protoneuridae (2 species).
1
Inventarisasi Capung (Insecta: Odonata) di Sungai Grojogan
dan Sungai Ambyarsari, Taman Nasional Bali Barat
Nur Apriatun Nafisah1,3, Faizal Septya Nugraha1,3, Nova Ika Rakhmawati2,3
1 Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2 Alumni Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
3 Kelompok Studi Biologi Pecinta Alam UIN Sunan Kalijaga (BIOLASKA) Yogyakarta
Email: apri.nafisah@gmail.com
Abstrak: TNBB (Taman Nasional Bali Barat) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam
dan keanekaragaman hayati yang mempunyai berbagai macam ekosistem. Ekosistem yang terdapat di
TNBB merupakan habitat yang baik bagi berbagai makhluk hidup yang menghuninya. Salah satunya
adalah dari jenis serangga, khususnya capung. Capung (Odonata) merupakan ordo dari kelas Insecta
yang berfungsi sebagai predator penyeimbang populasi serangga lain dalam ekosistem dan dapat
digunakan sebagai bioindikator perairan, khususnya perairan sungai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis imago capung (Odonata) di sungai Grojogan dan sungai Ambyarsari TNBB.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 hingga 20 Agustus 2015 di sungai Grojogan dan sungai
Ambyarsari, resort Ambyarsari TNBB. Metode yang digunakan adalah metode Polard Walk dan Point
Count. Pengamatan dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Hasil penelitian di kedua sungai tersebut
secara keseluruhan diperoleh 21 spesies yang termasuk kedalam 8 famili yaitu, Aeshnidae (1 spesies),
Libellulidae (10 spesies), Calopterygidae (1 spesies), Chlorocyphidae (1 spesies), Coenagrionidae (4
spesies), Euphaeidae (1 spesies), Platycnemididae (1 spesies), dan Protoneuridae (2 spesies).
Kata Kunci: Ambyarsari,Inventarisasi, Odonata, Taman Nasional Bali Barat
Abstrack: West Bali National Park (Taman Nasional Bali Barat) has be conservation area and
have large biodiversity with vary type of ecosystem. These ecosystem in there has been home for many
species, include for dragonfly. Dragonfly (Odonata) class Insecta can be water bioindicator, especially
the river. The goal of this research is to understand the types imago of dragonfly (Odonata) in Grojogan
river and Ambyarsari river in West Bali National Park. This research did on 11 to 20 August 2015 at
Grojogan river and Ambyarsari river, Ambyarsari resort. Polar walk and point count method was used
in this research. Data was collect at area in the morning and the afternoon at the grojogan river and
Ambyarsari, both there are 21 species of dragonfly belonging to 8 famili. These family are Aeshnidae
(1 species), Libellulidae (10 species), Calopterygidae (1 species), Chlorocyphidae (1 species),
Coenagrionidae (4 species), Euphaeidae (1 species), Platycnemididae (1 species), dan Protoneuridae
(2 species).
Keywords: Ambyarsari, Inventory, Odonata, West Bali National Park
2
PENDAHULUAN
TNBB (Taman Nasional Bali Barat) merupakan salah satu kawasan pelestarian
alam dan keanekaragaman hayati yang memiliki berbagai macam ekosistem. TNBB
memiliki enam resort yang terbagi dalam tiga Seksi Pengelolaan Taman Nasional
(SPTN). Salah satunya adalah resort Ambyarsari yang masuk kedalam SPTN wilayah
I dengan luas 2.665,98 Ha, merupakan daerah dataran tinggi yang dikelilingi oleh
beberapa gunung kecil disekitarnya. Diantara dataran tinggi tersebut terdapat sumber
mata air yang mengalir ke beberapa sungai. Sungai yang terdapat di wilayah resort
Ambyarsari diantaranya sungai Grojogan yang berada di desa Blimbingsari dan sungai
Ambyarsari berada di desa Ambyarsari. Sungai Ambyarsari memiliki aliran lebih
sedikit dan disekitar sungai dikelilingi pepohonan besar. Aliran air sungai Ambyarsari
berasal dari gunung Ambyarsari, sedangkan aliran sungai Grojogan berasal dari
gunung Klatakan. Sungai Grojogan merupakan sungai yang termasuk dalam kawasan
TNBB yang dijadikan sebagai salah satu obyek wisata di desa Blimbingsari.
Kurangnya pengelolaan menjadikan tempat tersebut sudah tidak terawat.
TNBB memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Baik
flora maupun faunanya telah banyak dilakukan penelitian dan pendataan. Keragaman
flora dan faunanya antara lain terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis mamalia, dan 160
jenis aves. Namun sejauh ini belum ada pendataan untuk Ordo odonata.
Menurut Susanti (1998), saat ini diperkirakan terdapat 5000-6000 jenis
Odonata yang tersebar di seluruh dunia dan sekitar 700 spesies tercatat terdapat di
Indonesia (Rahadi et al., 2013). Capung (Odonata) dibagi menjadi dua subordo yaitu
subordo Anisoptera (capung) dan Zygoptera (capung jarum). Subordo Anisoptera
merupakan jenis capung biasa. Ukuran tubuh lebih besar dibandingkan ordo Zygoptera.
Ketika hinggap sayapnya direntangkan horizontal. Ordo Anisoptera memiliki
kemampuan terbang yang lebih cepat dan wilayah jelajah yang luas dibandingkan Ordo
Zygoptera (Rahadi et al., 2013). Capung Anisoptera dapat menempuh jarak yang jauh
dengan kecepatan maksimum mencapai 36 km/jam (Amir & Kahono, 2003). Menurut
Borror et al., (1996) famili yang termasuk dalam ordo Anisoptera antara lain:
Aeshnidae, Gomphidae, Petaluridae, Corduliidae, Marcomiidae, dan Libellulidae.
Ordo Zygoptera memiliki tubuh yang lebih ramping. Ketika hinggap sayap dilipat
diatas tubuh. Famili dari ordo Zygoptera antara lain: Calopterygidae, Coenagrionidae,
Chlorocyphidae, Lestidae, Platycnemididae, dan Protoneuridae.
Capung memiliki peranan penting dalam ekosistem yakni sebagai predator dan
pengontrol populasi serangga merugikan (Merrit & Cummins, 1984). Capung berperan
sebagai serangga predator, ketika masih menjadi nimfa memangsa jentik-jentik
nyamuk dan larva-larva dalam air. Ketika sudah tumbuh menjadi capung dewasa
memangsa serangga-serangga kecil. Selain itu capung juga dapat dijadikan sebagai
bioindikator perairan, terutama perairan sungai. Beberapa famili capung sangat sensitif
terhadap kondisi air yang tercemar, terhadap perubahan kandungan zat kimia dalam air
dan tidak akan hidup pada air yang tercemar atau tidak bervegetasi (Setia, 2000).
Kenyataan tersebut dapat diartikan bahwa kelangsungan hidup capung tergantung pada
pencemaran habitatnya, sehingga dapat digunakan sebagai bioindikator perairan.
Menurut Rahadi (2013) ketiadaan capung di suatu perairan, terutama pada
perairan sungai dapat mengindikasikan adanya pencemaran di suatu lingkungan
3
perairan tersebut. Survei mengenai komunitas capung di suatu perairan menjadi kajian
yang sangat penting bagi perencanaan ekologi di dalam ekosistem perairan (Schmidt,
1985; Wildermuth, 1994 dalam Chovanec, 1998). Oleh karena itu pengetahuan akan
organisme penghuni suatu perairan sangat diperlukan untuk memonitor perubahan apa
saja yang telah terjadi di lingkungan perairan.
Pendataan Odonata merupakan salah satu langkah yang perlu dilakukan. Belum
adanya kajian Odonata di sungai Ambyarsari dan sungai Grojogan, dengan kondisi
kedua sungai yang mendukung sebagai habitat berbagai Odonata. Sehingga perlu
dilakukannya penelitian dan pendataan keanekaragaman Odonata di kedua sungai
tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menginventarisasi jenis Odonata di sungai
Grojogan dan sungai Ambyarsari, resort Ambyarsari, TNBB. Penelitian ini diharapkan
mampu memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis Odonata di sungai
Grojogan dan sungai Ambyarsari dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pendataan anggota Ordo Odonata serta pengelolaan kawasan lebih lanjut di
kawasan TNBB.
METODE
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jaring serangga (sweep
net), kamera, buku panduan identifikasi capung (Naga Terbang Wendit dan
Dragonflies of Peninsular Malaysia and Singapore), tally sheet, termometer,
pensil/pulpen, dan penggaris. Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 hingga 20 Agustus 2015. Lokasi
penelitian dilakukan di sungai Grojogan dan sungai Ambyarsari Taman Nasional Bali
Barat. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (pukul 09.30-12.30 WITA) dan sore hari
(15.30-17.45 WITA). Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Polard Walk dan
Point Count. Cara kerja metode tersebut adalah dengan membuat garis transek
menyesuaikan bentuk habitat pada sungai (Salvays, 2011). Selanjutnya pada tiap
sungai di tentukan titik-titik pengamatan dengan radius pengamatan pada tiap titik 10
meter. Titik pengamatan pada tiap sungai terdiri dari 10 titik. Penentuan titik-titik
pengamatan didasarkan dari observasi yang telah dilakukan sebelumnya dan
disesuaikan dengan kondisi kedua sungai. Waktu pengamatan yang dilakukan 20-25
menit dalam satu titik pengamatan. Pengumpulan sampel dilakukan melalui
penangkapan spesimen dengan jaring serangga atau dokumentasi menggunakan
kamera. Apabila ditemukan capung, diperhatikan warna abdomen, warna sayap, warna
thoraks, warna embelan, dan ciri-ciri spesifik lainnya serta panjang abdomen dan sayap
diukur untuk keperluan identifikasi. Kemudian identifikasi spesies dicocokkan dengan
buku identifikasi Odonata (Naga Terbang Wendit dan Dragonflies of Peninsular
Malaysia and Singapore) (Orr, 2005). Pendataan dilakukan terhadap semua anggota
Ordo Odonata fase imago yang ditemukan dengan mencatat nama spesies, jumlah
individu, waktu perjumpaan, koordinat, dan aktifitas.
4
Analisis Data
Data yang telah didapatkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Penelitian ini memusatkan pada identifikasi jenis capung
(Odonata), identifikasi yang dimaksud disini yaitu dengan melihat ciri-ciri morfologi,
ciri khusus, perilaku, dan habitat. Capung yang telah diidentifikasi dikelompokkan
berdasarkan famili, genus, dan jenisnya kemudian dideskripsikan. Keseluruhan data
ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang serta dideskripsikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang dihasilkan dari identifikasi imago Odonata di sungai
Grojogan dan sungai Ambyarsari menunjukan total yang ditemukan 21 spesies, dari 8
famili yang terdiri dari subordo Anisoptera dan Zygoptera. Subordo Anisoptera terdiri
dari famili Aeshnidae dan Libellulidae, sedangkan subordo Zygoptera terdiri dari
famili Calopterygidae, Chlorocyphidae, Coenagrionidae, Euphaeidae,
Platychemididae, dan Protoneuridae.
Tabel 1. Data Hasil Identifikasi Odonata di Sungai Grojogan dan Sungai Ambyarsari
No
Sub Ordo
Famili
Spesies
Perjumpaan
Sungai
Grojogan
Sungai
Ambyarsari
1
Anisoptera
Aeshnidae
Anax guttatus
˗
2
Libellulidae
Agrionoptera insignis
3
Diplacodes trivialis
˗
4
Neurothemis ramburii
5
Orthetrum chrysis
6
Orthetrum glaucum
˗
7
Orthetrum sabina
8
Pantala flavescens
˗
9
Trithemis aurora
˗
10
Trithemis festiva
11
Tetrathemis irregularis
˗
12
Zygoptera
Calopterygidae
Vestalis luctuosa
˗
13
Chlorocyphidae
Rhinocypha fenestrata
14
Coenagrionidae
Agriocnemis pygmaea
˗
15
Pseudagrion pilidorsum
16
Pseudagrion pruinosum
˗
17
Pseudagrion rubriceps
˗
18
Euphaeidae
Euphaea variegata
19
Platycnemididae
Copera marginipes
20
Protoneuridae
Nososticta insignis
21
Prodasineura autumnalis
˗
Jumlah
8 famili
21 spesies
18spesies
13 spesies
Hasil pengambilan data Odonata di sungai Grojogan dan sungai Ambyarsari
terdiri dari dua subordo, subordo Anisoptera dan Zygoptera. Hasil yang diperoleh di
sungai Grojogan dari subordo Anisoptera hanya satu famili Libellulidae (9 spesies)
serta dari subordo Zygoptera diperoleh 5 famili yaitu Chlorocyphidae (1 spesies),
5
Coenagrionidae (4 spesies), Euphaeidae (1 spesies), Platycnemididae (1 spesies), dan
Protoneuridae (2 spesies).
Hasil yang didapatkan di sungai Ambyarsari dari subordo Anisoptera terdiri
dari dua famili, famili Aeshnidae (1 spesies), famili Libellulidae (6 spesies) serta dari
subordo Zygoptera diperoleh 5 famili yaitu Chlorocyphidae (1 spesies),
Coenagrionidae (1 spesies), Euphaeidae (1 spesies), Platycnemididae (1 spesies), dan
Protoneuridae (1 spesies). Famili yang paling dominan dijumpai baik di sungai
grojogan maupun sungai ambyarsari adalah dari famili Libellulidae. Hal tersebut
karena famili Libellulidae merupakan salah satu famili yang memiliki anggota cukup
banyak (Susanti, 1998).
Sungai Grojogan merupakan sungai yang mengalir dari pegunungan Klatakan
dan terdapat beberapa bendungan kecil disekitar sungai. Kondisi sungai yang seperti
itu sangat mendukung bagi perkembangbiakan capung, karena beberapa capung hanya
dapat berkembang pada kondisi perairan yang cukup tenang. Kondisi sungai
Ambyarsari berbeda dengan sungai Grojogan. Menurut Polisi Hutan (PolHut) setempat
air dari aliran sungai Ambyarsari yang berasal dari gunung Ambyarari tersebut
mengandung kapur yang cukup tinggi sehingga tidak dapat dikonsumsi sebagai air
minum. Namun air tersebut tetap dialirkan kepada warga sekitar untuk dikonsumsi
sebagai kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Kandungan kapur pada
perairan sungai Ambyarsari tersebut dapat dijadikan faktor yang dapat mempengaruhi
jenis capung yang dijumpai di sungai Ambyarsari lebih sedikit dibandingkan di sungai
Grojogan, karena nimfa-nimfa capung sangat sensitif terhadap kondisi perairan.
Deskripsi morfologi, habitat, dan kebiasaan capung sebagai berikut.
1. Anax guttatus (Burmeister, 1839)
Capung jenis ini memiliki ukuran tubuh yang tergolong besar dari famili
Aeshnidae. Mata majemuk berwarna hijau, dengan abdomen berwarna hitam.
Sintoraks berwarna hijau dan di sisi atas terdapat bercak biru terang. Memiliki sayap
transparan kecokelatan. Capung ini dijumpai ketika terbang diatas permukaan air
dengan cepat. Capung dari genus ini sangat sensitive terhadap obyek baru yang
mendekat dan lebih suka terbang terus menerus daripada hinggap (Rahadi et al., 2013).
2. Agrionoptera insignis (Brauer, 1864)
Panjang abdomen pada jantan spesies ini memiliki ukuran 29-30 mm berwarna
merah dengan bentuk abdomen yang tebal di bagian pangkal kemudian semakin
mengecil. Betina memiliki warna abdomen oranye kecokelatan. Bentuknya mirip pada
jantan, namun sintoraks berwarna kehijauan (Orr, 2005). Seering dijumpai di area
pegunungan dataran rendah. Spesies tersebut dijumpai di sekitar bendungan sungai
Grojogan dan sungai Ambyarsari dengan aliran air yang tenang dan teduh.
3. Diplacodes trivialis (Rambur,1842)
Capung jantan spesies ini memiliki warna tubuh dominan biru keabu-abuan,
sedangkan capung betina berwarna kekuningan. Ukuran tubuh capung ini termasuk
kecil dibanding anggota famili Libellulidae lainnya. Toraks bagian atas pada capung
jantan terdapat seperti serbuk putih.(Rahadi et al., 2013). Capung ini ketika dijumpai
sedang hinggap di permukaan tanah, seresah dan rerumputan. Kebiasaan capung jenis
ini terbang rendah di sekitar rerumputan.
4. Neurothemis ramburii (Kaup in Brauer, 1866)
6
Capung jenis ini memiliki ukuran tubuh sedang dengan warna tubuh dominan
merah kehitaman untuk jantan dan betina berwarna kuning kecokelatan. Abdomen
bagian atas dan sisi samping baik pada capung jantan maupun betina terdapat garis
hitam pada tiap ruas (Setiyono et al., 2015). Ujung sayap capung ini transparan. Sering
ditemui di dekat aliran sungai dan di semak-semak pinggir sungai. Kebiasaan capung
ini hinggap pada batang tanaman air atau semak-semak dengan intensitas cahaya yang
redup.
5. Orthetrum chryis (Burmeister, 1839)
Capung ini memiliki warna tubuh dominan merah. Abdomen berwarna merah
cerah. Ciri khas dari spesies ini adalah memiliki bentukan seperti kait kecil di abdomen
bagian bawah. Mata majemuk berwarna biru abu-abu. Kedua sayap dari capung ini
transparan dan pada bagian pangkal sayap terdapat bercak berwarna kuning. Warna
tubuh betina capung ini tidak secerah capung jantan, bagian toraks capung jantan
berwarna cokelat kemerahan sedangkan capung betina berwarna kuning kecokelatan
(Rahadi et al., 2013). Capung ini dijumpai saat sedang hinggap di ranting-ranting kecil,
semak-semak sekitar sungai dan pada batang tanaman air yang ada di permukaan
sungai. Capung ini sering dijumpai saat pagi hari dengan terbang hilir-mudik kemudian
hinggap kembali pada tempat awalnya. Ketika capung ini sedang hinggap dan ada
capung lain yang menggangunya capung ini langsung bertarung untuk tetap dapat
mempertahankan tempatnya.
6. Orthetrum glaucum (Brauer, 1865)
Warna seluruh tubuh jantan capung ini cenderung berwarna biru. Memiliki
mata majemuk berwarna biru kecokelatan. Toraks berwarna biru gelap keabu-abuan
dengan sedikit tertutup serbuk putih, sedangkan sintoraks pada betina berwarna kuning
kecokelatan dan di kedua sisi sampingnya terdapat dua garis cokelat tua. Panjang
abdomennya 30 mm dengan warna biru keabu-abuan, pada ruas 8-10 warnanya lebih
gelap dan cenderung hitam. Embelan berwarna biru pucat. Sayap transparan dengan
venasi dan pterostigma berwarna cokelat gelap. Tungkai berwarna hitam dan dibagian
pangkalnya kemerahan (Rahadi et al., 2013). Capung ini sering ditemukan di tempat
terbuka sedang hinggap di ujung ranting atau bebatuan di sekitar sungai. Spesies
capung ini ditemukan di sungai grojogan dan tidak dijumpai di sungai ambyarsari.
7. Orthetrum sabina (Drury, 1770)
Capung ini memiliki panjang tubuh 44 mm dan panjang abdomen 35 mm
dengan warna tubuh dominan hijau. Bagian abdomen dan toraks capung ini terdapat
garis-garis hitam, sehingga tubuhnya menjadi loreng-loreng menyerupai baju tentara.
Abdomen pada segmen 1-3 berwarna hijau dengan warna hitam yang melingkar pada bagian
dasarnya warna putih (Subramanian, 2005). Tubuh capung betina tidak jauh berbeda
dengan capung jantan, yang membedakannya adalah pada bagian bawah abdomen
capung jantan terdapat tonjolan seperti benang-benang kecil sedangkan pada betina
tidak ada. Kedua sayap capung ini transparan. Capung ini termasuk capung yang umum
dijumpai di berbagai tempat. Biasanya dijumpai sedang hinggap atau terbang di sekitar
semak-semak di pinggir sungai, di batang tanaman air, dan di bebatuan sungai. Capung
ini merupakan capung predator yang cukup ganas karena sering terlihat memangsa
capung jarum atau capung lain bahkan memangsa dari sejenisnya.
8. Pantala flavescens (Fabricius, 1798)
7
Capung ini memiliki warna tubuh dominan kuning kemerahan. Toraks dan
abdomen capung jantan berwarna kuning kemerahan, sedangkan pada betina berwarna
kuning pucat. Abdomen bagian atas terdapat garis hitam yang semakin melebar ke
bagian ujung. Salah satu ciri khasnya yaitu adanya warna kuning pada sayap belakang dekat
dengan abdomen (Hidayah, 2008). Kedua sayap capung ini transparan dan terdapat sedikit
bercak kuning di pangkal sayap. Kebiasaan capung ini terbang secara berkelompok dan
berputar-putar tinggi di atas sungai atau perkebunan pada area yang terbuka jarang
sekali dijumpai ketika hinggap. Capung ini merupakan capung yang memiliki daya
terbang yang cukup jauh dan di beberapa negara capung ini diketahui melakukan
migrasi dari suatu daerah secara berkelompok terbang bersama-sama menuju daerah
lain, sehingga disebut sebagai capung kembara.
9. Trithemis aurora (Burmeister, 1839)
Capung ini memiliki warna tubuh yang khas berwarna merah jambu. Begitu
juga dengan warna toraks, abdomen dan embelan berwarna sama merah jambu. Capung
betina memiliki toraks kekuningan dan pada sisi samping sintoraks terdapat garis-garis
hitam serta abdomen cokelat kekuningan. Abdomen berbentuk pipih dan meruncing di
ujung. Memiliki sepasang sayap yang transparan dengan venasi merah muda. Pangkal
sayap terdapat bercak merah kecokelatan dan pterostigma cokelat kemerahan. Tungkai
berwarna hitam. Capung jenis ini aktif pada saat pagi hari menjelang siang (Rahadi et
al., 2013). Capung ini dijumpai sangat aktif pada pagi hari, terbang di sekitar sungai
dan sesekali hinggap di batang ranting dekat sungai. Spesies ini jumpai di sungai
grojogan, namun tidak dijumpai di sungai ambyarsari.
10. Trithemis festiva (Rambur, 1842)
Warna tubuh capung ini mayoritas biru tua keabu-abuan. Toraks biru gelap
dengan sedikit serbuk putih, memiliki mata majemuk berwarna cokelat kehitaman di
bagian atas dan biru di bagian bawah. Bagian abdomen ruas ke 4-7 berwarna hitam
dengan 2 bintik oranye di sisi tengah atas, ruas 8-10 berwarna hitam. Capung ini
memiliki sepasang sayap yang transparan dengan venasi hitam dan pterostigma hitam,
di pangkal sayap belakang terdapat bercak cokelat kemerahan (Rahadi et al., 2013)..
Capung ini dijumpai ketika sedang hinggap di bebatuan sungai.
11. Tetrathemis irregularis (Kirby, 1889)
Ukuran abdomen pada jantan spesies ini adalah 21 mm. abdomen berwarna
hijau kekuningan dengan garis-garis hitam. Toraks berwarna hijau mengkilat dengan
garis-garis hitam di sisi samping. Memiliki sayap transparan dengan sedikit bercak
kuning pada sayapnya. Mata majemuk berwarna biru di bagian atas dan biru kehijauan
di bagian bawah. Jantan sering ditemui sedang hinggap di ranting maupun pepohonan
di sekitar sungai ambyarsari. Spesies ini dijumpai sedang terbang dan sesekali hinggap
di ranting pohon sekitar sungai ambyarsari. Individu yang ditemukan tidak terlalu
banyak hanya sekitar 3 individu, dan tidak dijumpai di sungai grojogan.
12. Vestalis luctuosa (Scmidt, 1934)
Jantan dari spesies ini memiliki kepala, toraks dan abdomen berwarna biru
metalik. Sayap berwarna biru metalik gelap. Mata majemuk berwarna hitam di bagian
atas dan hitam kebiruan di bagian bawah. Lain halnya pada betina, toraks bagian atas
berwarna hijau metalik, bagian sisi berwarna oranye kecokelatan, abdomen berwarna
cokelat abu-abu kusam, sayap transparan cokelat metalik. Kebiasaan capung ini sering
8
hinggap pada ranting tanaman di tepi sungai yang tidak terlalu tinggi dan ternaungi.
Sangat sensitif terhadap obyek yang mendekat. Spesies ini cukup sering dijumpai di
sungai ambyarsari dan tidak dijumpai di sungai grojogan.
13. Rhinocypha fenestrate (Burmeister, 1839)
Kedua sayap capung ini lebih panjang dari panjang abdomen. Abdomen
dominan berwarna hitam dan toraks berwarna hitam dengan garis-garis biru di sisi
samping. Ciri khas capung ini adalah pada toraks bagian atas terdapat garis berwarna
merah muda. Capung ini memiliki sayap berwarna hitam dengan refleksi merah muda
saat terkena sinar matahari (Rahadi et al., 2013). Capung ini dijumpai di area dengan
intensitas cahaya yang rendah seperti di bawah naungan pohon. Biasanya hinggap di
ranting atau daun dekat perairan. Capung ini lebih banyak dijumpai ketika musim
kemarau. Spesies ini di jumpai di sungai grojogan dan sungai ambyarsari.
14. Agriocnemis pygmaea (Rambur, 1842)
Capung ini memiliki ukuran tubuh yang tergolong kecil untuk famili
Coenagrionidae. Panjang tubuh 22 mm dengan warna tubuh dominan hijau dan hitam.
Panjang abdomen capung ini 17 mm, abdomen bagian atas berwarna hitam sedangkan
bagian bawah berwarna hijau. Embelan berwarna oranye, dimana terlihat embelan
bagian bawah lebih pendek daripada embelan bagian atas. Kedua sayap capung ini
transparan (Rahadi et al., 2013). Capung ini dijumpai saat hinggap di daun tanaman
tepi sungai dan hinggap di rerumputan. Capung ini aktif pada pagi hari, terbang di
sekitar rerumputan di tepi sungai dan hinggap atau kawin pada tangkai rumput atau
daun. Saat merasa terganggu capung ini akan terbang dari tanaman satu ke tanaman
lain disampingnya.
15. Pseudagrion pilidorsum (Burmeister, 1839)
Capung ini memiliki warna tubuh dominan merah. Mata majemuk berwarna
oranye. Panjang abdomen 30-34 mm dengan warna hitam. Sintorak berwarna merah
cerah. Memiliki sepasang sayap transparan dan pterostigma berwarna hitam. Embelan
berwana oranye. Tungkai merah kehitaman (Rahadi et al., 2013). Capung ini biasanya
ditemui di dekat aliran sungai yang tenang dan teduh. Di sungai grojogan dan sungai
ambyarsari spesies ini selalu dijumpai saat pengamatan.
16. Pseudagrion pruinosum (Burmeister, 1839)
Capung ini memiliki ukuran yang sedang untuk famili Coenagrionidae. Tubuh
capung ini dominan berwarna hitam. Ciri khas capung ini adalah pada bagian sintoraks
berwarna biru tertutup seperti serbuk berwarna putih. Abdomen atas berwarna hitam
dan pada bagian bawah berwarna kuning kecokelatan. Kedua sayap capung ini
transparan dengan venasi hitam (Rahadi et al., 2013). Capung ini dijumpai pada titik
pengamatan dengan intensitas cahaya yang rendah. Dijumpai diantara rerimbunan
tanaman air tepi sungai, hinggap pada daun atau tangkai tanaman.
17. Pseudagrion rubriceps (Selys, 1876)
Capung ini memiliki panjang tubuh seluruhnya 35 mm dengan tubuh dominan
biru. Panjang abdomen 29 mm, abdomen bagian atas berwarna hitam dan biru di bagian
bawah. Bagian sintoraks terdapat garis-garis hitam tipis. Ciri khas dari capung ini
adalah mata majemuk dan bagian wajah berwarna oranye. Panjang sayap depan 18 mm
sedangkan sayap belakang 17,5 mm. Kedua sayap capung ini transparan dengan venasi
9
hitam. Capung ini dijumpai pada titik pengamatan dengan intensitas cahaya yang
tinggi.
18. Euphaea variegata (Rambur, 1842)
Capung ini memiliki ukuran tubuh yang sedang untuk famili Euphaidae.
Abdomen lebih panjang dari sayap dengan ujung abdomen terlihat lebih gemuk. Ciri
khas dari capung ini adalah memiliki sayap yang lebar dan berwarna hitam dengan
refleksi ungu ketika terkena cahaya matahari. Toraks berwarna abu-abu gelap dan
terdapat garis-garis kuning pada sisi samping. Capung ini cukup sensitif terhadap
obyek yang mendekatinya. Capung ini biasanya sering dijumpai di sungai yang
kondisinya masih bagus dan berbatu.
19. Copera marginipes (Rambur, 1842)
Capung ini memiliki panjang tubuh seluruhnya 40 mm dengan tubuh dominan
hitam . panjang abdomen 32 mm. Ciri khas dari capung ini adalah kakinya yang
memiliki duri-duri panjang dan berwarna kuning cerah. Toraks berwarna hitam dan
terdapat garis-garis hitam. Kedua sayap capung ini transparan dengan venasi hitam.
Panjang sayap depan 17,5 mm dan panjang sayap belakang 16,5 mm. Capung ini
dijumpai pada titik-titik pengamatan dengan intensitas cahaya yang teduh. Capung ini
dijumpai sedang hinggap di tangkai tanaman tepi sungai dan semak-semak.
20. Nososticta insignis (Selys, 1886)
Capung ini memiliki mata majemuk berwarna hitam di bagian atas dan kuning
di bagian bawah. Sintoraks berwarna hitam dengan pola garis-garis kuning terang.
Abdomen panjang, ramping, ruas 1-7 hitam, di ruas 1-2 terdapat bercak-bercak kuning,
dan ruas 8-10 biru terang di sisi atas. Sayap hitam transparan dengan pterostigma hitam.
Tungkai hitam. Kebiasaan capung ini hinggap di daun sekitar perairan bersih, dekat
sumber air dengan tanaman yang rimbun di sekitarnya, serta intensitas cahaya matahari
sedang (Rahadi et al., 2013). Spesies ini merupakan salah satu spesies endemik Jawa-
Bali seperti Rhinocypha fenestrata.
21. Prodasineura autumnalis (Fraser, 1922)
Ciri khas capung ini ialah tubuhnya berwarna gelap. Mata majemuk merah
kecoklatan, toraks hitam tetapi terdapat refleksi warna cokelat dan abu-abu di sisi
samping sintoraks. Abdomen panjang, ramping, berwarna hitam. Venasi kedua sayap
dan pterostigma berwarna hitam. Betina memiliki sintoraks hitam dengan garis-garis
putih pucat. Abdomen hitam, ramping, tetapi di ujungnya gemuk. Aktif saat siang hari,
hinggap di daun dan ranting yang ternaungi pohon di sekitar perairan, jarang terbang,
dan banyak istirahat (Rahadi et al., 2013).
10
Gambar 2. Populasi antar Jenis Odonata di Sungai Grojogan pada Pengamatan Pagi
Gambar 3. Populasi antar Jenis Odonata di Sungai Grojogan pada Pengamatan Sore
Berdasarkan gambar 2 dan 3, spesies yang paling banyak ditemukan di sungai
grojogan adalah Neurothemis ramburii baik ketika pengamatan pagi maupun sore
spesies tersebut selalu dijumpai, 67 individu pada pagi hari dan 31 individu pada sore
hari. Hal tersebut karena Neurothemis ramburii merupakan salah satu capung yang
aktif pada pagi dan sore hari (Rahadi et al., 2013). Salah satu faktor yang mendorong
banyak dijumpainya jenis ini adalah adanya beberapa bendungan di sekitar sungai
grojogan. Habitat yang paling disukai oleh spesies tersebut adalah pada genangan-
genangan air yang tenang. Sedangkan spesies yang paling sedikit ditemui di sungai
grojogan adalah Pseudagrion rubriceps dijumpai 3 individu pada pagi hari sedangkan
010 20 30 40 50 60 70 80
Agrionoptera Insignis
Diplacodes trivialis
Neurothemis ramburii
Orthetrum chrysis
Orthetrum glaucum
Orthetrum sabina
Pantala flavescens
Trithemis aurora
Trithemis festiva
Rhinocypha fenesstrata
Agriocnemis pygmaea
Pseudagrion pilidorsum
Pseudagrion pruinosum
Pseudagrion rubriceps
Euphaea variegata
Copera marginipes
Nososticta insignis
Prodasineura autumnalis
Pengamatan Pagi di Sungai Grojogan
0 5 10 15 20 25 30 35
Agrionoptera Insignis
Diplacodes trivialis
Neurothemis ramburii
Orthetrum chrysis
Orthetrum glaucum
Orthetrum sabina
Pantala flavescens
Trithemis aurora
Trithemis festiva
Rhinocypha fenesstrata
Agriocnemis pygmaea
Pseudagrion pilidorsum
Pseudagrion pruinosum
Pseudagrion rubriceps
Euphaea variegata
Copera marginipes
Nososticta insignis
Prodasineura autumnalis
Pengamatan Sore di Sungai Grojogan
11
pada sore hari tidak dijumpai. Kualitas perairan di sungai grojogan cukup bersih karena
banyak ditemui jenis capung jarum. Kebanyakan nimfa capung jarum sangat sensitif
dan dapat hidup pada perairan yang bersih dan belum tercemar.
Gambar 4. Populasi antar Jenis Odonata di Sungai Ambyarsari pada Pengamatan Pagi
Gambar 5. Populasi antar Jenis Odonata di Sungai Ambyarsari pada Pengamatan Pagi
Berdasarkan gambar 4 dan 5, spesies yang paling banyak di jumpai di sungai
ambyarsari adalah Euphaea variegate dijumpai 43 individu pada pagi hari dan 27
individu pada sore hari. Spesies tersebut merupakan salah satu jenis capung jarum yang
memiliki ukuran tubuh cukup besar dari anggota sub ordo Zygoptera. Di sungai
010 20 30 40 50
Anax sp
Agrionoptera insignis
Neurothemis ramburii
Orthetrum chrysis
Orthetrum sabina
Trithemis festiva
Tetrathemis irregularis
Vestalis luctuosa
Rhinocypha fenestrata
Pseudagrion pilidorsum
Euphaea variegata
Copera marginipes
Prodasineura autumnalis
Pengamatan Pagi di Sungai Ambyarsari
010 20 30 40
Anax sp
Agrionoptera insignis
Neurothemis ramburii
Orthetrum chrysis
Orthetrum sabina
Trithemis festiva
Tetrathemis irregularis
Vestalis luctuosa
Rhinocypha fenestrata
Pseudagrion pilidorsum
Euphaea variegata
Copera marginipes
Prodasineura autumnalis
Pengamatan Sore di Sungai Ambyarsari
12
ambyarsari capung tersebut ditemui disetiap titik pengamatan dan sering dijumpai
sedang hinggap di bebatuan pinggir sungai.
Spesies yang paling sedikit dijumpai disungai ambyarsari adalah Anax guttatus
hanya dijumpai satu kali pada pengamatan sore. Spesies tersebut merupakan capung
dari famili Aeshnida yang memiliki tubuh cukup besar. Ketika dijumpai capung
tersebut cukup aktif dan sangat sensitif sehingga tidak berhasil mendapatkan
dokumentasinya. Capung tersebut ditemui pada titik pertama pengamatan sore dan
dijumpai sedang terbang cepat di sungai yang tergenang.
SIMPULAN
Penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 11 hingga 20 Agustus di Sungai
Grojogan dan Sungai Ambyarsari, Taman Nasional Bali Barat diperoleh 21 spesies dari
8 famili yang terdiri dari sub ordo Anisoptera dan Zygoptera. Sub ordo Anisoptera
yang dijumpai yaitu Anax guttatus, Agrionoptera insignis, Diplacodes trivialis,
Neurothemis ramburii, Orthetrum chrysis, Orthetrum glaucum, Orthetrum sabina,
Pantala flavescens, Trithemis aurora, Trithemis festiva,dan Tetrathemis irregularis.
Spesies yang termasuk dalam sub ordo Zygoptera yang dijumpai yaitu Vestalis
luctuosa, Rhinocypha fenestrate, Agriocnemis pygmaea, Pseudagrion pilidorsum,
Pseudagrion pruinosum, Pseudagrion rubriceps, Euphaea variegate, Copera
marginipes, Nososticta insignis, dan Prodasineura autumnalis.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M., dan Kahono.(2003). Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa
Bagian Barat.Biodiversity Conservation Project. Jawa Barat.
Aswari, P. 2003. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa bagian Barat.
Bogor: Puslithbang Biologi-LIPI
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. 1992, An Introduction to Study of
Insect, 6 ed, Saunders College Pub., A Division of Holt
Borror D.J., Triplehorn C.A., and Johnson N.F. 1996. Pengenalan pelajaran serangga.
Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Chovanec, A. (1998). The Compotition of the Dragonfly comunity (Insecta: Odonata) of a
Small Artificial Pond in Modling (Lower Austria): Seasonal Variations and Aspect of
Bioindication. Dinkelscherben: Lauter Bornia. H.32: 1-14.
Djamhari, M. R. (1999). Banjarese System dalam Pertanian Lahan Rawa dalam Warta
Konservasi Lahan Basah. Wetlands International Indonesia Programme. Volume 8:
No. 1
Herpina, R., Filza Y.A., & Enny A. (2015). Jenis-jenis Capung (Odonata: Anisoptera) di
Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal
Biologi Univeritas Pasir Pengaraian.
Merit, R. W. and K. W. Cummins. 1984. An Introduction to The Aquatic with Notes on
Their Habits and Larvae. Second Edition. Dubuque, Iowa: Kendall/hunt
publishing co.
Miller PL. 1995. Dragonflies. Oxford: The Queen’s College.
Pamungkas, D.W, & Muhammad R. (2015). Proceeding of SEM NAS MASY BIODIV
INDON’15: Keanekaragaman Jenis Capung dan Capung Jarum (Odonata) di
Beberapa Sumber Air Magetan Jawa Timur. Volume 1 (6): 1295-1301
13
Patty, Novita. 2006. Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) di Situ Gintung
Ciputat, Tangerang. (Skripsi)
Rahadi, W.S., Feriwibisono, B., Nugrahani, M.P., Dalia, B.P.I., Makitan, T. 2013.
Naga Terbang Wendit. Keanekaragaman Capung Perairan Wendit, Malang,
Jawa Timur. Malang: Indonesia Dragonfly Society.
Rizal, S., & Mochamad Hadi. (2015). Inventaris Jenis Capung (Odonata) pada Areal
Persawahan di Desa Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.
BIOMA, Volume 7: 16-20.
Salways, M.J. (2011). Insect Conservation. Oxford University Press.
Saputri, D., Dahlemi, & Elza S. (2013). Jenis-jenis Capung (Odonata) di Perawahan
Masyarakat Rimbo Tarok Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. Volume 2 (1): 71-76.
Setiyono, J., Siti D., Husaini, Evi N.S., Wahyu S.R & Nanang K. (2015). Sisi Lain Kendeng
Utara. Pati: Sheep Indonesia Foundation
Subramanian, K.A. (2005). Dragonflies and Demselflies of Peninsular India-A Field Guide.
A collaboration of centre for Ecological Science, Institute of Science, Bangalor and
Indian Academy of Science
Suheriyanto, Dwi. (2008). Ekologi Serangga. Malang: UIN-Malang Press.
Suriana, Dwi Arianto A., & Wa Ode Dian H. (2014). Inventarisai Capung (Odonata) di Sekitar
Sungai dan Rawa Moramo, Desa Sumber Sari Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Biowallace. Volume 1 (1): 49-62.
Setia, S. S. 2000. Mari Mengenal Capung. Bogor: Wetland International. Kebun Raya
Bogor.
Susanti, S.1998. Mengenal Capung. Bogor: Wetlands International Litbang Biologi
LIPI.
Wakhid, Roni K., Trina T., & Pience V.M. (2014). Kelimpahan Populasi Capung Jarum
(Zygoptera) di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara.
Jurnal Biologos. Volume 4 (2).
Watson, J.A.L. and O’’ Farrell. 1991. Odonata In Insect of Australia Vol. 1. Australia:
Melbourne University Press
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Abstrak Capung jarum (Zygoptera) berperan penting bagi keberlangsungan ekosistem.Pada suatu ekosistem, serangga ini berfungsi sebagai agen pengendali hayati dan bioindikator lingkungan.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan capung jarum yang ada pada tiga habitat di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara.Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling. Koleksi capung jarum menggunakan teknik sweepingmengikuti garis transek sepanjang 500 m pada setiap tipe habitat. Jumlah transek pada setiap tipe habitat sebanyak 3 garis transek yang dibuat sepanjang aliran sungai.Hasil penelitian didapatkan sebanyak 13 spesies capung jarum yang terdiri dari 4 famili, yaitu Coenagrionidae, Chlorocypidae, Calopterygidae, dan Platycnemididae. Famili yang paling banyak ditemukan jumlah spesiesnya adalah Coenagrionidae, sedangkan yang paling sedikit Platycnemididae. Berdasarkan tipe habitat, jumlah spesies yang paling banyak ditemukan di hutan primer sedangkan yang paling sedikit di hutan sekunder.Kelimpahan capung jarum tertinggi terdapat pada lahan pertanian, sedangkan kelimpahan terendah pada habitat hutan primer Kata kunci : capung jarum, Taman Nasonal Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara Abstract Damselfly (Zygoptera) plays important roles in the environment and this organism ia able to be used as biocontrol and bioindicator. This research was aimed to analyze the abundance of damselfly that werelocated at three different habitats in Bogani Nani Wartabone National Park, North Sulawesi. The purposive random sampling method was used to collect the samples. Damselflies were taken by using sweeping technique following 500 m transect line in each habitat. There were three transect lines in each habitat located along the river. The results showed that there were thirteen species from 4 families (Coenagrionidae, Chlorocypidae, Calopterygidae, and Platycnemididae) of damselfly. Most species were members of Coenagrionidae whereas the others werePlatycnemididae Family. Based on the types of habitat, the highest number of species was found in the primary forest, whereas the smallest number was in the secondary forest. Greatest the abundance of damselfly was the largest in the agricultural area and the smallest was in the primary forest. Keywords: damselfly, Bogani Nani Wartabone National Park, North Sulawesi
Article
Paddy fields is one of the important ecosystem that support human life because here produced rice that is the main food to the human. Besides, paddy field ecosystem also have many diversity of insect, including dragonfly (Odonata). Dragonfly (Odonata) is one of the insect that used to be a predators to the pests in the paddy fields, such as Chilo sp and Nilaparvata lugen. The study on dragonfly was conducted in Pundenarum village, Karangawen, Demak. The objectives of this study is to identify the odonata specieses that lived in paddy field. Inventory of odonata specieses done with field by field method and direct catch using insect net. The result of this study is that 5 specieses of odonata were identified in paddy field, i.e: Orthetrum sabina, Crocothemis servillia, Pantala flavescens, Agriocnemis femina dan Agriocnemis pygmea. The odonata specieses that identified is part of 2 family, i.e: Libellulidae and Coenagrionidae. It is also found that all species is part of the suborder Anisoptera (dragonfly) and Zygoptera (damselflies). Key word : dragonfly, Odonata, inventory, paddy field.
Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat.Biodiversity Conservation Project
  • M Amir
  • Kahono Dan
Amir, M., dan Kahono.(2003). Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat.Biodiversity Conservation Project. Jawa Barat.
Pengenalan pelajaran serangga. Edisi Keenam
  • D J Borror
  • C A Triplehorn
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. 1992, An Introduction to Study of Insect, 6 ed, Saunders College Pub., A Division of Holt Borror D.J., Triplehorn C.A., and Johnson N.F. 1996. Pengenalan pelajaran serangga. Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Banjarese System dalam Pertanian Lahan Rawa dalam Warta Konservasi Lahan Basah. Wetlands International -Indonesia Programme
  • M R Djamhari
Djamhari, M. R. (1999). Banjarese System dalam Pertanian Lahan Rawa dalam Warta Konservasi Lahan Basah. Wetlands International -Indonesia Programme. Volume 8: No. 1
Jenis-jenis Capung (Odonata: Anisoptera) di Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Rokan Hulu
  • R Herpina
  • Y A Filza
  • A Enny
Herpina, R., Filza Y.A., & Enny A. (2015). Jenis-jenis Capung (Odonata: Anisoptera) di Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Biologi Univeritas Pasir Pengaraian.
An Introduction to The Aquatic with Notes on Their Habits and Larvae. Second Edition
  • R W Merit
  • K W Cummins
Merit, R. W. and K. W. Cummins. 1984. An Introduction to The Aquatic with Notes on Their Habits and Larvae. Second Edition. Dubuque, Iowa: Kendall/hunt publishing co.
Dragonflies. Oxford: The Queen's College
  • P L Miller
Miller PL. 1995. Dragonflies. Oxford: The Queen's College.
Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) di Situ Gintung Ciputat
  • Novita Patty
Patty, Novita. 2006. Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) di Situ Gintung Ciputat, Tangerang. (Skripsi)