Content uploaded by Alue Dohong
Author content
All content in this area was uploaded by Alue Dohong on Mar 30, 2019
Content may be subject to copyright.
i
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Dito Septiadi Marony Sitepu
Alue Dohong
Januari 2019
KEGIATAN REVEGETASI
DI LAHAN GAMBUT
ii Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Modul Pelaksanaan
Kegitan Revegetasi di Lahan Gambut
Penulis : Dito Septiadi Marony Sitepu, S.Hut, M.Sc
Dr. Alue Dohong
Ilustrator/animator : Rangga Baladika, S.Hut
Penyelaras isi dan tata letak : Dr. Alue Dohong
ISBN : 978-602-61026-7-6
Saran kutipan:
Sitepu, Dito dan Alue Dohong., 2019. ‘Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di
Lahan Gambut’, Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia, Jakarta.
Diterbitkan oleh:
Badan Restorasi Gambut (BRG)
Republik Indonesia
Gedung Sekretariat Negara Lantai 2
Jl. Teuku Umar No. 10, Menteng, Jakarta Pusat 10350
Tel: (021) 319 012608; website:www.brg.go.id; twitter: @BRG_Indonesia
iii
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Kata Pengantar Penulis
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi Gambut ini dapat diselesaikan
dengan baik oleh penulis.
Penyusunan modul ini bertujuan untuk memberikan arahan dan bimbingan teknis
pelaksanaan kegiatan revegetasi gambut untuk berbagai pihak yang aktif dalam
kegiatan restorasi gambut, khususnya kegiatan pemulihan vegetasi hutan rawa
gambut. Dengan adanya modul pelaksanaan revegetasi ini diharapkan kegiatan
pemulihan hutan rawa gambut terdegradasi melalui kegiatan pembibitan, penanaman
dan pemeliharaan dapat berjalan sukses dan mengikuti kaidah-kaidah teknis yang
sesuai. Oleh sebab itu, modul ini mencakup penyajian dan pembahasan teknis tentang
pembangunan persemaian, pembibitan tanaman asli gambut, penyiapan lahan dan
penanaman, monitoring dan pemeliharaan tanaman.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih terdapat kelemahan baik isi maupun
penyajiannya, karena itu saran bersifat konstruktif dari berbagai pihak sangat
diperlukan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini di masa yang akan datang.
Selesainya penyusunan dan penulisan modul ini tidak terlepas dari kontribusi dan
peran berbagai pihak terutama Deputi Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan
(KOP) beserta jajaran di lingkup Badan Restorasi Gambut RI, para nara sumber dan
peserta Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) yang diselenggarakan
pada tanggal 21 Desember 2018 di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, yang secara
khusus diminta untuk memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan isi
modul. Atas kontribusi kiran, tenaga dan dukungan moril para pihak tersebut diatas,
penulis memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih.
Besar harapan bahwa modul ini dapat bermanfaat untuk peningkatan kapasitas
para pihak di dalam melaksanakan kegiatan revegetasi gambut terdegradasi guna
mendukung pencapaian tujuan dan target restorasi gambut yang dimandatkan oleh
Pemerintah Indonesia melalui Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia.
Jakarta, Januari 2019
Penulis,
Dito Sitepu
Alue Dohong
iv Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Kata Pengantar Deputi Konstruksi, Operasi dan
Pemeliharaan, Badan Restorasi Gambut
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia dan berkahNya sehingga
Modul Pelaksanaan Revegetasi Gambut dapat diselesaikan oleh penulis.
Penyusunan modul ini merupakan salah satu keluaran dari program penyiapan dan
pengembangan kapasitas para pihak di dalam melaksanakan kegiatan revegetasi lahan
gambut (R2) lingkup Kedeputian Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan
(KOP), Badan Restorasi Gambut RI dan para pihak lainnya. Penyiapan kapasitas
untuk berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung di dalam kegiatan
revegetasi lahan gambut (persemaian, pembibitan dan penanaman) merupakan
prasyarat penting agar implementasi pemulihan tutupan lahan hutan rawa gambut
di lapangan dapat berhasil dan berjalan efektif, esien dan ekonomis serta sesuai
dengan persyaratan teknis minimal, sehingga di peroleh hasil yang optimal. Untuk
tujuan itulah modul ini disusun.
Ucapan terima kasih atas kontribusi dan peran serta berbagai pihak maupun individu
sehingga Modul Pelatihan ini dapat berhasil diselesaikan dengan baik. Penghargaan
dan apresiasi secara khusus disampaikan kepada:
1. Kepala Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia;
2. Perwakilan Kelompok Ahli Badan Restorasi Gambut dan peserta Diskusi
Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) yang diselenggarakan pada
tanggal 21 Desember 2018 di Palangka Raya, Kalimantan Tengah;
3. Penulis dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan dan penyelesaian modul ini.
Akhirnya, semoga modul ini dapat bermanfaat dan berkontribusi nyata dalam
penyiapan dan pengembangan kapasitas revegetasi lahan gambut guna terwujud dan
tercapainya target restorasi gambut pemerintah seluas 2 (dua) juta hektar di 7 (tujuh)
provinsi di tahun 2020.
Salam Restorasi Gambut
Jakarta, Januari 2019
Deputi,
Dr. Alue Dohong
v
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Daftar Isi
Kata Pengantar Penulis ............................................................................. iii
Kata Pengantar Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan,
Badan Restorasi Gambut ................................................................................ iv
Daftar isi ............................................................................................................ v
Daftar Gambar ................................................................................................. ix
Daftar Tabel ...................................................................................................... xi
Daftar Istilah .................................................................................................... xii
Bab 1. Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan Pembuatan Modul ................................................ 2
1.3. Ruang Lingkup ...................................................................................... 2
1.4. Keluaran ................................................................................................ 3
Bab 2. Pembangunan Persemaian ................................................................. 4
2.1. Pendahuluan .......................................................................................... 4
2.2. Tujuan ................................................................................................... 4
2.3. Ruang Lingkup Kegiatan ...................................................................... 4
2.4. Waktu Pelaksanaan ................................................................................ 4
2.5. Alat dan Bahan ....................................................................................... 4
2.6. Personil .................................................................................................. 5
2.7. Prosedur Kerja ....................................................................................... 5
2.7.1. Penentuan Jenis Persemaian .................................................................. 6
2.7.2. Pemilihan Lokasi Persemaian ............................................................... 6
2.7.3. Persiapan Lahan Persemaian ................................................................. 7
2.7.4. Pembuatan Bedeng Sapih....................................................................... 8
2.7.4.1. Pembuatan kerangka (pembatas bedeng sapih) ..................................... 8
2.7.4.2. Pemasangan Naungan ........................................................................... 10
2.7.5. Pembuatan Bedeng Tabur ...................................................................... 10
2.7.5.1. Pembuatan Kerangka Bedeng Tabur ...................................................... 11
2.7.5.2. Pemasangan Nauangan .......................................................................... 12
vi Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
2.7.6. Pembuatan Instalasi dan Fasilitas Pendukung ...................................... 13
Bab 3. Pembibitan Tanaman Asli Gambut ................................................... 14
3.1. Pendahuluan .......................................................................................... 14
3.2. Tujuan ................................................................................................... 14
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................... 14
3.4. Waktu Pelaksanaan................................................................................. 14
3.5. Alat dan Bahan ....................................................................................... 14
3.6. Personil................................................................................................... 15
3.7. Prosedur Kerja........................................................................................ 16
3.7.1. Persiapan Bahan Tanaman (Planting Stock) .......................................... 17
3.7.1.1. Perencanaan Pembibitan ........................................................................ 17
3.7.1.2. Persiapan Media Pertumbuhan............................................................... 17
3.7.2. Pemilihan Teknik Pembibitan ................................................................ 18
3.7.2.1. Teknik pembibitan melalui benih ........................................................... 18
3.7.2.2. Teknik pembibitan melalui stek ............................................................. 21
3.7.2.3. Teknik pembibitan melalui anakan alam ............................................... 23
3.7.3. Pemeliharaan di Persemaian .................................................................. 25
3.7.3.1. Penyiraman............................................................................................. 25
3.7.3.2. Pencegahan dan Pengendalian Gulma ................................................... 26
3.7.3.3. Pencegahan dan Pengendalian Hama-penyakit ...................................... 27
3.7.4. Adaptasi Bibit ........................................................................................ 27
Bab 4. Persiapan Lahan dan Penanaman ..................................................... 29
4.1. Pendahuluan .......................................................................................... 29
4.2. Tujuan .................................................................................................... 29
4.3. Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................... 29
4.4. Waktu Pelaksanaan................................................................................. 29
4.5. Alat dan Bahan ....................................................................................... 30
4.6. Personil................................................................................................... 31
4.7. Prosedur Kerja........................................................................................ 32
4.7.1. Verikasi Lokasi Penanaman ................................................................. 33
vii
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
4.7.2. Pemilihan Jenis Tanaman/Vegetasi ........................................................ 33
4.7.3. Pemilihan Sistem Penanaman ................................................................ 37
4.7.4. Pemilihan Jenis Kegiatan Revegetasi .................................................... 38
4.7.5. Suksesi alami.......................................................................................... 41
4.7.5.1. Pembuatan Petak Penanaman................................................................. 42
4.7.5.2. Pembuatan Petak Ukur Permanen (KLHK, 2014) ................................. 42
4.7.5.3. Inventarisasi Suksesi Alami ................................................................... 43
4.7.5.4. Kegiatan pendukung suksesi alami ........................................................ 43
4.7.6. Penanaman Pengkayaan ......................................................................... 44
4.7.6.1. Persiapan Lahan Petak Pengkayaan ....................................................... 44
4.7.6.2. Transportasi Bibit ke Lokasi Penampungan Sementara ......................... 45
4.7.6.3. Pengkayaan Bibit di Petak Penanaman .................................................. 47
4.7.6.4. Pembuatan papan nama blok/petak penanaman..................................... 48
4.7.7. Penanaman Pola Maksimal .................................................................... 49
4.7.7.1. Persiapan Lahan dan Penataan Blok Penanaman ................................... 49
4.7.7.2. Transportasi Bibit ke Lokasi Penampungan Sementara ......................... 51
4.7.7.3. Penanaman Bibit di Petak Penanaman ................................................... 51
4.7.7.4. Pembuatan Papan Nama Blok/Petak penanaman................................... 53
Bab 5. Monitoring ............................................................................................ 54
5.1. Pendahuluan ........................................................................................... 54
5.2. Tujuan .................................................................................................... 54
5.3. Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................... 54
5.4. Waktu Pelaksanaan................................................................................. 54
5.5. Alat dan Bahan ....................................................................................... 55
5.6. Personil................................................................................................... 55
5.7. Prosedur Kerja........................................................................................ 56
5.7.1. Penilaian Kondisi Umum ....................................................................... 56
5.7.2. Perhitungan Prosentase Tumbuh ............................................................ 56
5.7.2.1. Observasi Secara Keseluruhan ............................................................... 56
5.7.2.2. Survei dengan Petak Ukur (PU) ............................................................. 57
viii Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Bab 6. Pemeliharaan ........................................................................................ 59
6.1. Pendahuluan ........................................................................................... 59
6.2. Tujuan .................................................................................................... 59
6.3. Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................... 59
6.4. Waktu Pelaksanaan................................................................................. 59
6.5. Alat dan Bahan ....................................................................................... 60
6.6. Personil................................................................................................... 60
6.7. Prosedur Kerja........................................................................................ 62
6.7.1. Penyiraman............................................................................................. 62
6.7.2. Penyulaman ............................................................................................ 62
6.7.3. Pemupukan ............................................................................................. 63
6.7.4. Pembersihan Jalur .................................................................................. 64
6.7.5. Pendangiran ............................................................................................ 64
6.7.6. Pengendalian Hama dan Penyakit .......................................................... 65
6.7.7. Pencegahan Kebakaran Lahan Gambut ................................................. 65
Daftar Pustaka.............................................................................................. 67
Lampiran ...................................................................................................... 68
Lampiran 1. Contoh rekapitulasi seluruh kegiatan revegetasi ............................ 68
Lampiran 2. Contoh Rancangan Desain Pondok Kerja ...................................... 72
Prol Penulis ................................................................................................. 73
ix
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Daftar Gambar
Gambar 1. Kerangka kerja dalam pembuatan persemaian .............................. 6
Gambar 2. Persiapan lahan di lokasi persemaian ............................................ 7
Gambar 3. Pemindahan tunggak kayu di lokasi persemaian ........................... 7
Gambar 4. Kerangka bedeng sapih ................................................................. 8
Gambar 5. Penyusunan patok pembatas bedeng ............................................. 8
Gambar 6. Kerangka pembatas bedeng diletakkan diatas patok-patok yang
telah dibuat .................................................................................... 9
Gambar 7. Bedeng sapih siap digunakan ........................................................ 9
Gambar 8. Jalur inspeksi dan pemeliharaan di bedeng sapih .......................... 9
Gambar 9. Pemasangan naungan di bedeng sapih .......................................... 10
Gambar 10. Pembuatan kerangka bedeng tabur ................................................ 11
Gambar 11. Jalur inspeksi dan pemeliharaan di bedeng tabur .......................... 11
Gambar 12. Pemasangan naungan di bedeng tabur .......................................... 12
Gambar 13. Pembangunan pondok kerja .......................................................... 13
Gambar 14. Kerangka kerja dalam kegiatan pembibitan .................................. 16
Gambar 15. Pemisahan tanah gambut dari vegetasi liar/ bahan lainnya ........... 18
Gambar 16. Proses penyapihan bibit ................................................................. 20
Gambar 17. Pemotongan lembar daun menjadi setengah (sumber gambar:
Wibisono dan Dohong, 2017) ....................................................... 22
Gambar 18. Pengambilan dan penyimpanan anakan alam ................................ 23
Gambar 19. Pemindahan anakan alam ke dalam polybag (sumber gambar:
Wibisono & Dohong, 2017) .......................................................... 24
Gambar 20. Pemasangan sungkup (sumber gambar: Wibisono &
Dohong, 2017) ............................................................................... 25
Gambar 21. Penyiraman bibit (sumber gambar: Wibisono &
Dohong, 2017) ............................................................................... 26
Gambar 22. Bibit siap ditanam (sumber gambar: Wibisono &
Dohong, 2017) ............................................................................... 28
Gambar 23. Kerangka kerja dalam persiapan lahan dan penanaman ................ 32
xModul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Gambar 24. Transportasi bibit ke lokasi penampungan sementara (dengan
naungan) ........................................................................................ 46
Gambar 25. Kantong plastik untuk mengangkut bibit ...................................... 47
Gambar 26. Penanaman bibit di lubang tanam (sumber gambar: Wibisono &
Dohong, 2017 ................................................................................ 48
Gambar 27. Papan nama kegiatan atau blok/ petak penanaman ....................... 48
Gambar 28. Penggunaan kompas untuk pembuatan jalur tanam dan
pengajiran ...................................................................................... 50
Gambar 29. Pengajiran di jalur tanam ............................................................... 51
Gambar 30. Kegiatan penanaman di lubang tanam .......................................... 52
Gambar 31. Penanaman bibit ............................................................................ 52
Gambar 32. Kerangka kerja dalam kegiatan monitoring .................................. 56
Gambar 33. Contoh desain Petak Ukur ............................................................. 57
Gambar 34. Kerangka kerja dalam kegiatan pemeliharaan .............................. 62
Gambar 35. Kegiatan penyulaman .................................................................... 63
Gambar 36. Kegiatan pembersihan jalur ........................................................... 64
Gambar 37. Kegiatan pendangiran .................................................................... 65
Gambar 38. Penyuluhan kebakaran hutan di lahan gambut .............................. 66
xi
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Daftar Tabel
Tabel 1. Rincian kegiatan dan perkiraan lama kegiatan pembangunan
persemaian ........................................................................................ 4
Tabel 2. Jumlah kebutuhan dan kualikasi personil dalam pembangunan
persemaian ........................................................................................ 5
Tabel 3. Rincian kegiatan dan perkiraan lama kegiatan pembibitan .............. 14
Tabel 4. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam
pembibitan tanaman ......................................................................... 15
Tabel 5. Kendala dan tindakan pencegahan/ pengendalian hama-penyakit ... 27
Tabel 6. Jadwal penanaman dan waktu pelaksanaannya ................................ 30
Tabel 7. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam
kegiatan penanaman ......................................................................... 31
Tabel 8. Lokasi penanaman dan jenis tanaman untuk kawasan dengan
fungsi lindung ................................................................................... 34
Tabel 9. Jenis tanaman yang adaptif dan ekonomis di lahan gambut ............ 35
Tabel 10. Jenis bibit yang direkomendasikan untuk masing-masing provinsi . 36
Tabel 11. Tutupan lahan dan opsi jarak tanam yang ideal ............................... 37
Tabel 12. Contoh perhitungan skoring dan pembobotan ................................. 41
Tabel 13. Contoh klasikasi tipe kerusakan lahan dan jenis kegiatan
revegetasi .......................................................................................... 41
Tabel 14. Jadwal kegiatan monitoring dan waktu pelaksanaannya ................. 54
Tabel 15. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam
kegiatan monitoring ......................................................................... 55
Tabel 16. Jadwal pemeliharaan dan waktu pelaksanaannya ............................ 60
Tabel 17. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam
kegiatan pemeliharaan ...................................................................... 60
xii Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
Daftar Istilah
Ajir : Bambu/ batang kayu berukuran diameter 3-5 cm yang
digunakan untuk memberi tanda pada setiap titik tanam atau
lokasi bibit telah ditanam.
Aklimatisasi : Kemampuan adaptasi dari suatu lingkungan ke lingkungan
baru yang akan dimasukinya.
Aksesibilitas : Tingkat kesulitan dalam menjangkau suatu lokasi.
Benih : Bagian generatif tanaman yang digunakan untuk tujuan
perbanyakan atau perkembangbiakan.
Bibit : Tanaman muda yang dihasilkan dari benih atau bagian
tanaman lainnya.
Ekstraksi benih : Proses untuk mendapatkan benih dari buah.
Embrat/Gembor : Ceret besar dengan ujung pancurannya bertutup corong yang
diberi lubang-lubang kecil untuk menyirami bunga atau
tanaman.
Hama : Binatang yang merusak bibit atau tanaman.
Instalasi : Seperangkat peralatan yang digunakan untuk mendukung
kegiatan di persemaian.
Mortalitas : Tingkat kematian tanaman.
Penyakit : Gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh cendawan,
bakteri, virus, protozoa, nematoda dan lain lain.
Petak Ukur (PU) : Areal seluas 0,1 ha berbentuk persegi panjang dengan tanda
batas yang jelas yang digunakan untuk mengukur jumlah
tanaman yang hidup dan mati dalam setiap luasan 1 ha.
Radikula : Lokasi munculnya kecambah dari bagian benih.
Rootone F : Salah satu jenis hormon pertumbuhan yang sering digunakan
untuk merangsang pertumbuhan akar, terutama pada stek.
Sprayer : Alat penyiram dengan lubang siram halus dan bekerja
dengan sistem tekanan udara.
Sprinkle : Alat percik air pada kebun, jalan, atau tempat lain untuk
pembasahan dan menjaga kelembaban.
Sungkup : Kerangka plastik yang digunakan untuk menjaga kelembaban
dalam bedeng
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 1
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan mandat Peraturan Presiden Nomopr 2 tahun 2016, Badan Restorasi
Gambut (BRG) diberikan tugas dan fungsi untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi
pelaksanaan restorasi gambut seluas 2 (dua) juta hekatar di 7 (tujuh) provinsi prioritas
yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Papua sampai tahun 2020. Di dalam mengimplementasikan
restorasi lahan dan hutan rawa gambut di provinsi-provinsi tersebut, BRG memiliki
3 (tiga) pilar utama pendekatan restorasi, yaitu Rewetting (R1), Revegetation (R2),
Revitalitation (R3) atau sering disingkat 3R.
Kegiatan restorasi hutan dan lahan gambut berupa revegetasi (revegetation) atau
yang lebih dikenal dengan istilah revegetasi (R2) adalah tindakan pemulihan tutupan
lahan pada ekosistem rawa gambut melalui kegiatan penanaman kembali tanaman
di lahan gambut. Penanaman kembali ini dilakukan untuk beberapa tujuan, antara
lain: penanaman kembali tanaman asli (endemis) dan tanaman yang adaptif di lahan
gambut terbuka, penanaman pengkayaan (enrichment planting) pada kawasan hutan
gambut yang terdegradasi, dan peningkatan dan penerapan teknik agen penyebar
benih (seed dispersal techniques) untuk mendorong regenerasi vegetasi gambut
(BRG, 2018).
Berdasarkan status dan fungsi kawasan, kegiatan revegetasi (R2) ini dapat dilaksanakan
tidak hanya di kawasan hutan lindung, namun juga di kawasan budidaya dan Areal
Penggunaan Lain (APL). Sehingga pemilihan jenis tanaman dapat disesuaikan
dengan fungsi kawasan yang akan dilakukan kegiatan revegetasi. Penanaman jenis-
jenis tanaman asli (endemis) gambut sebaiknya dilakukan di kawasan dengan fungsi
lindung/konservasi. Kemudian, kawasan dengan fungsi budidaya dapat ditanami
dengan jenis-jenis tanaman asli dan jenis lainnya yang adaptif terhadap kondisi lahan
gambut yang selalu basah dan lembab serta memiliki nilai ekonomi.
Kegiatan revegetasi juga harus disesuaikan dengan keunikan dari ekosistem lahan
dan hutan rawa gambut, yakni sangat rentan (fragile) terhadap adanya gangguan
eksternal. Sehingga, kegiatan revegetasi ini pun perlu memperhatikan pola penanaman
dan pengaturan yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan kondisi tutupan lahan,
letak lokasi penanaman, ketebalan gambut, dan status penguasaan lahan atas lokasi
yang ditanami (Wibisono dan Dohong, 2017).
Dalam pelaksanaannya di lapangan, kegiatan revegetasi menggunakan teknik
yang disesuaikan dengan kondisi lahan gambut. Teknik revegetasi yang umumnya
digunakan di lahan gambut adalah sistem surjan dan paludikultur. Sistem surjan
adalah sistem budidaya yang menyesuaikan tata kelola tanah dan air dengan kondisi
lahan gambut. Sistem surjan diterapkan dengan membuat dua tatanan lahan, yaitu
lahan yang tergenang dan lahan yang kering. Sehingga, sistem surjan ini sebaiknya
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
2
hanya dilakukan di lahan gambut dangkal yang marginal tanpa harus mengolah lahan
gambut terlalu intensif (Muslihat, 2014). Sementara itu, paludikultur adalah budidaya
tanaman menggunakan jenis-jenis asli tanaman gambut dan tanaman adaptif di lahan
gambut yang tidak memerlukan adanya drainase air gambut. Penanaman paludikultur
dapat diterapkan di semua jenis tanah gambut dan berpotensi untuk memperbaiki
kondisi biosik, fungsi ekologis, dan fungsi ekonomi dalam ekosistem gambut Tata
dan Susmianto, 2016).
Kegiatan restorasi berupa revegetasi lahan gambut di lingkup BRG mulai
dilaksanakan sejak tahun 2018 setelah sebagian kegiatan pembasahan gambut (peat
rewetting) terlaksana di lapangan. Agar kegiatan revegetasi dapat terlaksana dengan
efektif, esien, ekonomis dan sesuai dengan kaidahkaidah teknis reegetasi ang
dipersyaratkan, merupakan tujuan utama penyusunan modul pelaksanaan revegetasi
ini. Modul ini disusun dengan rincian masing-masing kegiatan dan tata cara
pelaksanaannya di lahan gambut.
Modul pelaksanaan kegiatan revegetasi di lahan gambut ini berisi rangkaian kegiatan
revegetasi diawali dengan pembangunan persemaian (Bab 2) dan pembuatan
pembibitan tanaman asli gambut di dekat lokasi petak penanaman (Bab 3). Setelah
jumlah bibit mencukupi dan siap tanam, maka dilanjutkan dengan penanaman di
areal blok/ petak penanaman (Bab 4). Kegiatan monitoring (Bab 5) dan pemeliharaan
(Bab 6) dilakukan selama dan setelah pelaksanaan penanaman.
1.2. Maksud dan Tujuan Pembuatan Modul
Modul ini dimaksudkan sebagai acuan teknis dalam melaksanakan kegiatan
revegetasi di lahan gambut sehingga kegiatan restorasi atau pemulihan vegetasi dapat
dilaksanakan seara efektif, esien dan ekonomis.
Tujuan dari pembuatan modul agar tahapan pelaksanaan rangkaian kegiatan
revegetasi lahan dan hutan rawa gambut dan tata cara pelaksanaannya dapat berjalan
efektif, esien dan ekonomis.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari modul pelaksanaan kegiatan revegetasi, mencakup pembahasan
berikut ini:
1. Pembangunan persemaian;
2. Pembibitan tanaman asli gambut;
3. Penanaman jenis tanaman asli gambut;
4. Monitoring; dan
5. Pemeliharaan.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 3
1.4. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari modul pelaksanaan revegetasi gambut adalah:
1. Pembangunan persemaian dan fasilitas pendukung di lokasi yang ideal;
2. Penyediaan bibit tanaman yang sesuai dengan rancangan teknis;
3. Jumlah tanaman yang ditanam sesuai dengan rancangan teknis; dan
4. Monitoring dan pemeliharaan dilakukan secara maksimal setelah penanaman
selesai dilaksanakan.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
4
Bab 2. Pembangunan Persemaian
2.1. Pendahuluan
Persemaian adalah sarana dan prasarana yang digunakan untuk menumbuhkan benih
atau bahan tanaman lainnya (stek dan anakan alam) dan kegiatan pemeliharaannya
hingga menjadi bibit siap tanam di lokasi penanaman.
2.2. Tujuan
Menyediakan sarana dan prasana untuk mendukung kegiatan pembibitan sehingga
bibit mampu beradaptasi dari kondisi kontrol selama di persemaian ke kondisi alami
di lokasi penanaman.
2.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Survei lokasi persemaian, pembangunan bedeng sapih dan bedeng tabur, pembangunan
sarana dan prasarana di lokasi persemaian.
2.4. Waktu Pelaksanaan
Total waktu yang dibutuhkan untuk membangun persemaian adalah 1-3 bulan
tergantung luasannya. Kegiatan pembuatan persemaian ini sebaiknya dilaksanakan
±6-12 bulan (tergantung jenis benih dan anakan alam) sebelum kegiatan penanaman.
Deskripsi kegiatan dan perkiraan lama kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Rincian kegiatan dan perkiraan lama kegiatan pembangunan persemaian
2.5. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam membangun persemaian, antara lain: parang,
cangkul, mesin potong rumput, gerobak sorong, sekop, alat pertukangan, kawat atau
paku, kayu reng atau kayu kaso, kayu papan, pipa besi atau bambu, paranet, dan atap
daun rumbia.
Modul Pelaksanaan Revege tasi di Lahan Gambut 15
Bab 2 Pembangunan Persemaian
2.1 Pendahuluan
Persemaian adalah sarana dan prasarana yang digunakan untuk menumbuhkan benih atau
bahan tanaman lainnya (stek dan anakan alam) dan kegiatan pemeliharaannya hingga menjadi
bibit siap tanam di lokasi penanaman.
2.2 Tujuan
Menyediakan sarana dan prasana untuk mendukung kegiatan pembibitan sehingga bibit
mampu beradaptasi dari kondisi kontrol selama di persemaian ke kondisi alami di lokasi
penanaman.
2.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Survei lokasi persemaian, pembangunan bedeng sapih dan bedeng tabur, pembangunan sarana
dan prasarana di lokasi persemaian.
2.4 Waktu Pelaksanaan
Total waktu yang dibutuhkan untuk membangun persemaian adalah 1-3 bulan tergantung
luasannya. Kegiatan pembuatan persemaian ini sebaiknya dilaksanakan ±6-12 bulan
(tergantung jenis benih dan anakan alam) sebelum kegiatan penanaman. Deskripsi kegiatan
dan perkiraan lama kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Rincian kegiatan dan perkiraan lama kegiatan pembangunan persemaian
No. Kegiatan Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3
123412341234
1. Pemilihan lokasi kerja
2. Persiapan lahan persemaian
3. Pembuatan bedeng sapih
4. Pembuatan kerangka bedeng tabur
5. Pembuatan fasilitas pendukung
2.5 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam membangun persemaian, antara lain: parang, cangkul,
mesin potong rumput, gerobak sorong, sekop, alat pertukangan, kawat atau paku, kayu reng
atau kayu kaso, kayu papan, pipa besi atau bambu, paranet, dan atap daun rumbia.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 5
2.6. Personil
ualikasi personil dan uraian pekerjaan ang disarankan untuk pelaksanaan
pembangunan persemaian disajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Jumlah kebutuhan dan kualikasi personil dalam pembangunan persemaian
2.7. Prosedur Kerja
Kegiatan pembangunan persemaian dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama,
jenis persemaian harus ditentukan terlebih dahulu. Kedua, pemilihan lokasi
persemaian yang ideal sesuai dengan jenis persemaian yang ditentukan. Ketiga,
persiapan lahan di sekitar lokasi persemaian. Keempat, pembuatan bedeng sapi.
Kelima, pembuatan bedeng tabur, dan Keenam, pembuatan fasilitas sarana dan
prasana pendukung di persemaian. Rangkaian kegiatan pembangunan persemaian
dapat dilihat pada Gambar 1.
• Memilih lokasi persemaian
yang ideal.
• Memberikan petunjuk teknis
dalam semua kegiatan di
persemaian.
• Rekapitulasi data jumlah bibit
hidup dan mati.
• Berkoordinasi dengan tenaga
teknis revegetasi di lapangan.
• Membuat laporan rutin selama
proses pembuatan persemaian.
• Mempersiapkan lahan
persemaian.
• Membangun bedeng sapi dan
bedeng tabur.
• Membangun fasilitas
pendukung.
No. lsisi
Jabatan ulisi Uraian pekerjaan
• Diutamakan
berpendidikan minimal
Sarjana (S1) Kehutanan
dengan spesialisasi
Silvikultur atau Sarjana
(S1) Pertanian dengan
spesialisasi Agronomi
dengan pengalaman
minimal 2 tahun dalam
pembuatan persemaian.
• Memiliki pengalaman
minimal 1 tahun
dalam membangun
persemaian dan
fasilitas pendukung.
1.
2.
Ahli persemaian
Tukang bangunan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
6
Gambar 1. Kerangka kerja dalam pembuatan persemaian
Catatan:
Ruang di persemaian dibangun menjadi 2 bagian:
a. Areal efektif (± 60%): untuk menyimpan dan memelihara bibit.
b. Areal penunjang (± 40%): untuk prasarana (kantor, mess, instalasi air, pondok
kerja, dan lain-lain)
2.7.1. Penentuan Jenis Persemaian
Pembuatan persemaian diawali dengan menentukan jenis persemaian yang akan
dibuat terlebih dahulu. Berdasarkan jangka waktu kegiatan revegetasi, persemaian
dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis:
a. Persemaian permanen: dibangun secara tetap untuk kegiatan revegetasi jangka
panjang (dibangun dengan bahan yang kuat dan tahan lama).
b. Persemaian sementara atau temporer: dibangun untuk kegiatan revegetasi
dengan jangka waktu singkat.
2.7.2. Pemilihan Lokasi Persemaian
Pemilihan lokasi persemaian harus disesuaikan dengan jenis persemaian yang sudah
ditentukan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi persemaian,
antara lain:
F Status kepemilikan lahan yang jelas;
F Relatif dekat dengan sumber air;
F Topogra lahan relatif datar
F Lokasi telah terbuka;
F Lokasi yang mudah dijangkau dari pemukiman dan sumber bahan tanaman di
hutan;
Penentuan Jenis Persemaian
Pemilihan Lokasi Persemaian
Persiapan Lahan Persemaian
Pembuatan Bedeng Sapih
Pembuatan Bedeng Tabur
Pembuatan Fasilitas Pendukung
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 7
F Areal tidak pernah mengalami kebakaran; dan
F Tidak memiliki genangan berlebih/terhindar dari banjir.
2.7.3. Persiapan Lahan Persemaian
Persiapan lahan persemaian kemudian dilakukan di dalam/sekitar lokasi yang
sudah ditentukan. Persiapan lahan ini harus dilakukan dengan “tanpa bakar” untuk
menghindari terjadinya kebakaran di lahan gambut. Persiapan lahan dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut (lihat Gambar 2):
F Lakukan pembabatan vegetasi liar hingga bersih menggunakan parang/babat atau
mesin potong rumput;
Gambar 2. Persiapan lahan di lokasi persemaian
F Pindahkan bekas tunggak kayu dan penghalang lain yang ada di dalam lokasi
persemaian dengan menggunakan cangkul dan gerobak sorong (Gambar 3);
F Ratakan permukaan tanah gambut (menggunakan cangkul atau sekop);
Gambar 3. Pemindahan tunggak kayu di lokasi persemaian
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
8
2.7.4. Pembuatan Bedeng Sapih
Bedeng sapih dibuat untuk menampung bibit sapihan dan memeliharanya sampai
kondisi siap tanam. Pembuatan bedeng sapih dilakukan dengan 2 tahapan sebagai
berikut:
2.7.4.1. Pembuatan kerangka (pembatas bedeng sapih)
Pembuatan kerangka bedeng sapih dilakukan dengan langkah berikut:
F Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang pendek dengan ukuran 1-1,5 meter
atau disesuaikan dengan jangkauan tangan ke dalam bedeng.
F. Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang ukurannya lebih panjang ukur
dengan ukuran 3-5 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan di persemaian.
F Susun empat batang kayu tersebut membentuk persegi panjang. Arah bedeng
sapih ini disarankan menghadap ke Utara-Selatan (lihat Gambar 4).
Gambar 4. Kerangka bedeng sapih
F Siapkan dan tancapkan beberapa patok sesuai kebutuhan dengan mengikuti
bentuk kerangka pembatas bedeng. Usahakan bagian patok di permukaan tanah
setinggi 20-30 cm atau disesuaikan dengan tinggi polybag yang akan digunakan
(lihat Gambar 5).
Gambar 5. Penyusunan patok pembatas bedeng
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 19
2.7.4 Pembuatan Bedeng Sapih
Bedeng sapih dibuat untuk menampung bibit sapihan dan memeliharanya sampai kondisi siap
tanam. Pembuatan bedeng sapih dilakukan dengan 2 tahapan sebagai berikut:
2.7.4.1 Pembuatan kerangka (pembatas bedeng sapih)
Pembuatan kerangka bedeng sapih dilakukan dengan langkah berikut:
Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang pendek dengan ukuran 1-1,5 meter atau
disesuaikan dengan jangkauan tangan ke dalam bedeng.
Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang ukurannya lebih panjang ukur dengan ukuran
3-5 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan di persemaian.
Susun empat batang kayu tersebut membentuk persegi panjang. Arah bedeng sapih ini
disarankan menghadap ke Utara-Selatan (lihat Gambar 4).
Siapkan dan tancapkan beberapa patok sesuai kebutuhan dengan mengikuti bentuk
kerangka pembatas bedeng. Usahakan bagian patok di permukaan tanah setinggi 20-30 cm
atau disesuaikan dengan tinggi polybag yang akan digunakan (lihat Gambar 5).
Letakkan kerangka pembatas bedeng diatas patok- patok yang telah ditancapkan tanah
(lihat Gambar 6).
Gambar
4 Kerangka bedeng sapih
Gambar
5 Penyusunan patok pembatas bedeng
Gambar
6 Kerangka pembatas bedeng diletakkan diatas patok-patok yang telah dibuat
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 19
2.7.4 Pembuatan Bedeng Sapih
Bedeng sapih dibuat untuk menampung bibit sapihan dan memeliharanya sampai kondisi siap
tanam. Pembuatan bedeng sapih dilakukan dengan 2 tahapan sebagai berikut:
2.7.4.1 Pembuatan kerangka (pembatas bedeng sapih)
Pembuatan kerangka bedeng sapih dilakukan dengan langkah berikut:
Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang pendek dengan ukuran 1-1,5 meter atau
disesuaikan dengan jangkauan tangan ke dalam bedeng.
Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang ukurannya lebih panjang ukur dengan ukuran
3-5 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan di persemaian.
Susun empat batang kayu tersebut membentuk persegi panjang. Arah bedeng sapih ini
disarankan menghadap ke Utara-Selatan (lihat Gambar 4).
Siapkan dan tancapkan beberapa patok sesuai kebutuhan dengan mengikuti bentuk
kerangka pembatas bedeng. Usahakan bagian patok di permukaan tanah setinggi 20-30 cm
atau disesuaikan dengan tinggi polybag yang akan digunakan (lihat Gambar 5).
Letakkan kerangka pembatas bedeng diatas patok- patok yang telah ditancapkan tanah
(lihat Gambar 6).
Gambar
4 Kerangka bedeng sapih
Gambar
5 Penyusunan patok pembatas bedeng
Gambar
6 Kerangka pembatas bedeng diletakkan diatas patok-patok yang telah dibuat
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 9
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 20
Pasang kerangka pembatas pada patok-patok yang ditancapkan tanah menggunakan kawat
atau paku dengan bantuan alat-alat pertukangan.
Bedeng sapih telah selesai dibuat dan siap untuk digunakan seperti pada Gambar 7.
Buat beberapa bedeng sapih lainnya. Perkirakan jarak antar bedeng sapih sekitar 50-100
cm sebagai jalur inspeksi dan pemeliharaan seperti yang terlihat pada Gambar 8.
Bedeng-bedeng sapih ini sebaiknya disusun membujur dari arah Utara-Selatan, sehingga
semua bedeng sapih menerima durasi pencahayaan yang sama.
Untuk lokasi yang rawan banjir/genangan yang tidak terhindarkan, pembuatan bedeng
sapih bentuk tingkat/panggung dapat dipertimbangkan. Ukuran dan tinggi bedeng
disesuikan dengan kebutuhan di persemaian.
2.7.4.2 Pemasangan Naungan
Pemasangan naungan di persemaian dilakukan dengan langkah berikut (lihat Gambar 9):
Siapkan beberapa tiang yang terbuat dari bahan kayu, pipa besi, bambu atau bahan lainnya
dengan tinggi 2-3 meter sesuai kebutuhan di persemaian.
Buat kerangka naungan dengan menancapkan tiang-tiang di sekeliling bedeng-bedeng
sapih sehingga dapat menaungi semua bedeng sapih di persemaian.
Gambar
7 Bedeng sapih siap digunakan
Gambar
8 Jalur inspeksi dan pemeliharaan di bedeng sapih
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 20
Pasang kerangka pembatas pada patok-patok yang ditancapkan tanah menggunakan kawat
atau paku dengan bantuan alat-alat pertukangan.
Bedeng sapih telah selesai dibuat dan siap untuk digunakan seperti pada Gambar 7.
Buat beberapa bedeng sapih lainnya. Perkirakan jarak antar bedeng sapih sekitar 50-100
cm sebagai jalur inspeksi dan pemeliharaan seperti yang terlihat pada Gambar 8.
Bedeng-bedeng sapih ini sebaiknya disusun membujur dari arah Utara-Selatan, sehingga
semua bedeng sapih menerima durasi pencahayaan yang sama.
Untuk lokasi yang rawan banjir/genangan yang tidak terhindarkan, pembuatan bedeng
sapih bentuk tingkat/panggung dapat dipertimbangkan. Ukuran dan tinggi bedeng
disesuikan dengan kebutuhan di persemaian.
2.7.4.2 Pemasangan Naungan
Pemasangan naungan di persemaian dilakukan dengan langkah berikut (lihat Gambar 9):
Siapkan beberapa tiang yang terbuat dari bahan kayu, pipa besi, bambu atau bahan lainnya
dengan tinggi 2-3 meter sesuai kebutuhan di persemaian.
Buat kerangka naungan dengan menancapkan tiang-tiang di sekeliling bedeng-bedeng
sapih sehingga dapat menaungi semua bedeng sapih di persemaian.
Gambar
7 Bedeng sapih siap digunakan
Gambar
8 Jalur inspeksi dan pemeliharaan di bedeng sapih
F Letakkan kerangka pembatas bedeng diatas patok-patok yang telah ditancapkan
tanah (lihat Gambar 6).
Gambar 6. Kerangka pembatas bedeng diletakkan diatas patok-patok yang telah dibuat
FPasang kerangka pembatas pada patok-patok yang ditancapkan tanah
menggunakan kawat atau paku dengan bantuan alat-alat pertukangan.
F
Bedeng sapih telah selesai dibuat dan siap untuk digunakan seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Bedeng sapih siap digunakan
FBuat beberapa bedeng sapih lainnya. Perkirakan jarak antar bedeng sapih sekitar
50-100 cm sebagai jalur inspeksi dan pemeliharaan seperti yang terlihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Jalur inspeksi dan pemeliharaan di bedeng sapih
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 19
2.7.4 Pembuatan Bedeng Sapih
Bedeng sapih dibuat untuk menampung bibit sapihan dan memeliharanya sampai kondisi siap
tanam. Pembuatan bedeng sapih dilakukan dengan 2 tahapan sebagai berikut:
2.7.4.1 Pembuatan kerangka (pembatas bedeng sapih)
Pembuatan kerangka bedeng sapih dilakukan dengan langkah berikut:
Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang pendek dengan ukuran 1-1,5 meter atau
disesuaikan dengan jangkauan tangan ke dalam bedeng.
Siapkan 2 batang kayu reng/kayu kaso yang ukurannya lebih panjang ukur dengan ukuran
3-5 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan di persemaian.
Susun empat batang kayu tersebut membentuk persegi panjang. Arah bedeng sapih ini
disarankan menghadap ke Utara-Selatan (lihat Gambar 4).
Siapkan dan tancapkan beberapa patok sesuai kebutuhan dengan mengikuti bentuk
kerangka pembatas bedeng. Usahakan bagian patok di permukaan tanah setinggi 20-30 cm
atau disesuaikan dengan tinggi polybag yang akan digunakan (lihat Gambar 5).
Letakkan kerangka pembatas bedeng diatas patok- patok yang telah ditancapkan tanah
(lihat Gambar 6).
Gambar
4 Kerangka bedeng sapih
Gambar
5 Penyusunan patok pembatas bedeng
Gambar
6 Kerangka pembatas bedeng diletakkan diatas patok-patok yang telah dibuat
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
10
FBedeng-bedeng sapih ini sebaiknya disusun membujur dari arah Utara-Selatan,
sehingga semua bedeng sapih menerima durasi pencahayaan yang sama.
F Untuk lokasi yang rawan banjir/genangan yang tidak terhindarkan, pembuatan
bedeng sapih bentuk tingkat/panggung dapat dipertimbangkan. Ukuran dan
tinggi bedeng disesuaikan dengan kebutuhan di persemaian.
2.7.4.2. Pemasangan Naungan
Pemasangan naungan di persemaian dilakukan dengan langkah berikut (lihat
Gambar 9):
Gambar 9. Pemasangan naungan di bedeng sapih
F Siapkan beberapa tiang yang terbuat dari bahan kayu, pipa besi, bambu atau
bahan lainnya dengan tinggi 2-3 meter sesuai kebutuhan di persemaian.
FBuat kerangka naungan dengan menancapkan tiang-tiang di sekeliling bedeng-
bedeng sapih sehingga dapat menaungi semua bedeng sapih di persemaian.
F Pasang paranet dengan intensitas 65-75% pada kerangka naungan yang telah
dibuat. Bila sinar matahari terlalu terik, paranet tambahan bisa dipasang (2-3
lapis).
2.7.5 . Pembuatan Bedeng Tabur
Bedeng tabur dibuat untuk mengecambahkan benih yang berukuran kecil dan
memeliharanya hingga siap untuk disapih. Pembuatan bedeng tabur dilakukan dalam
2 tahapan sebagai berikut:
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 11
2.7.5.1. Pembuatan Kerangka Bedeng Tabur
Pembuatan kerangka bedeng tabur dilakukan dengan langkah berikut (lihat Gambar
10):
Gambar 10. Pembuatan kerangka bedeng tabur
F Siapkan 2 papan kayu yang pendek dengan ukuran 0,5-1 meter atau disesuaikan
dengan jangkauan tangan ke dalam bedeng. Tinggi papan ini umumnya sekitar
20-25 cm.
F Siapkan 2 papan kayu yang ukurannya lebih panjang dengan ukuran 2-5 meter
atau disesuaikan dengan kebutuhan di persemaian. Tinggi papan ini umumnya
sekitar 20-25 cm.
F Susun 4 papan tersebut di atas permukaan gambut yang sebelumnya telah
dibersihkan dari akar dan vegetasi liar sehingga membentuk persegi panjang. Arah
bedeng tabur ini disarankan menghadap ke Utara-Selatan untuk pencahayaan
yang optimal.
F Lakukan pengisian bedeng tersebut dengan media tabur. Media tabur dapat berisi
gambut yang telah diayak, pasir, atau campuran gambut dengan pasir.
F Buat beberapa bedeng tabur lainnya. Perkirakan jarak antar bedeng tabur sekitar
50-100 cm sebagai jalur inspeksi dan pemeliharaan seperti yang terlihat pada
Gambar 11.
Gambar 11. Jalur inspeksi dan pemeliharaan di bedeng tabur
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
12
F Untuk lokasi yang rawan banjir/ genangan yang tidak terhindarkan, pembuatan
bedeng tabur bentuk tingkat/panggung dapat dipertimbangkan. Ukuran dan tinggi
bedeng disesuikan dengan kebutuhan di persemaian.
2.7.5.2. Pemasangan Nauangan
Pemasangan naungan dilakukan dengan langkah berikut (lihat Gambar 12):
F Siapkan beberapa tiang yang terbuat dari bahan kayu, pipa besi, bambu, atau
bahan lainnya dengan 2 pilihan ukuran tiang dengan tinggi 80-100 cm dan 120-
150 cm (tinggi tiang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dipersemaian).
F Buat kerangka naungan dengan menancapkan tiang-tiang di sekeliling bedeng-
bedeng tabur sehingga dapat menaungi semua bedeng tabur di persemaian. Susun
tiang dengan tinggi 80-100 cm di sebelah barat dan tiang dengan tinggi 120-
150 cm di sebelah Timur. Dengan kemiringan ini diharapkan adanya pemerataan
cahaya sinar matahari pagi yang masuk ke dalam bedeng tabur. Cahaya matahari
pagi sangat diperlukan untuk pertumbuhan bibit yang baik.
F Pasang naungan dengan intensitas tinggi yang terbuat dari rumbia atau bahan
lainnya pada kerangka naungan yang dibuat menggunakan bantuan alat-alat
pertukangan.
Gambar 12. Pemasangan naungan di bedeng tabur
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 22
Untuk lokasi yang rawan banjir/ genangan yang tidak terhindarkan, pembuatan bedeng
tabur bentuk tingkat/panggung dapat dipertimbangkan. Ukuran dan tinggi bedeng
disesuikan dengan kebutuhan di persemaian.
2.7.5.2 Pemasangan Nauangan
Pemasangan naungan dilakukan dengan langkah berikut (lihat Gambar 12):
Siapkan beberapa tiang yang terbuat dari bahan kayu, pipa besi, bambu, atau bahan
lainnya dengan 2 pilihan ukuran tiang dengan tinggi 80-100 cm dan 120-150 cm (tinggi
tiang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dipersemaian).
Buat kerangka naungan dengan menancapkan tiang-tiang di sekeliling bedeng-bedeng
tabur sehingga dapat menaungi semua bedeng tabur di persemaian. Susun tiang dengan
tinggi 80-100 cm di sebelah barat dan tiang dengan tinggi 120-150 cm di sebelah Timur.
Dengan kemiringan ini diharapkan adanya pemerataan cahaya sinar matahari pagi yang
masuk ke dalam bedeng tabur. Cahaya matahari pagi sangat diperlukan untuk
pertumbuhan bibit yang baik.
Pasang naungan dengan intensitas tinggi yang terbuat dari: rumbia atau bahan lainnya
pada kerangka naungan yang dibuat menggunakan bantuan alat-alat pertukangan.
Gambar
11 Jalur inspeksi dan pemeliharaan di bedeng
tabur
Gambar
12 Pemasangan naungan di bedeng tabur
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 13
2.7.6. Pembuatan Instalasi dan Fasilitas Pendukung
Untuk membantu operasional persemaian, berikut adalah beberapa instalasi dan
fasiltas pendukung yang dapat dipertimbangkan:
R Gubug kerja;
R Pondok kerja (lihat Gambar 13);
R Rumah mesin air dan genset;
R Gudang dan areal serbaguna;
R Saluran pipa air; dan
R Jalur/ jaringan kabel listrik.
Gambar 13. Pembangunan pondok kerja
Catatan:
Sarana dan prasarana yang harus ada di persemaian adalah bedeng sapih,
bedeng tabur, instalasi penyiraman dan pondok kerja.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
14
Bab 3. Pembibitan Tanaman Asli Gambut
3.1. Pendahuluan
Pembibitan tanaman asli gambut adalah seluruh proses penyiapan bibit tanaman
mulai dari bentuk bahan tanaman yang berasal dari pohon induk tanaman asli gambut
hingga menjadi bibit yang siap tanam di lapangan.
3.2. Tujuan
Memenuhi kebutuhkan jumlah bibit dan sesuai dengan tata waktu penanaman di
lapangan, temasuk cadangan bibit untuk penyulaman.
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Teknik persiapan lahan, teknik pembibitan, teknik pemeliharaan di persemaian, dan
teknik adaptasi bibit.
3.4. Waktu Pelaksanaan
Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembibitan tanaman adalah 6-12
bulan. Detail kegiatan dan perkiraan lama kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3 di
bawah ini.
Tabel 3. Rincian kegiatan dan perkiraan lama kegiatan pembibitan
3.5. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembibitan tanaman antara lain:
Gunting stek, alat pemanen buah (fruit harvester), sekop, sekop mini, cangkul,
gerobak sorong, embrat (gembor), hand-sprayer atau sprayer gendong, ember,
paranet, polybag, hormon perakaran (contoh: Rootone-F), dan ayakan kawat ram.
Modul Pelaksanaan Revege tasi di Lahan Gambut 24
Bab 3 Pembibitan Tanaman Asli
Gambut
3.1 Pendahuluan
Pembibitan tanaman asli gambut adalah seluruh proses penyiapan bibit tanaman mulai dari
bentuk bahan tanaman yang berasal dari pohon induk tanaman asli gambut hingga menjadi
bibit yang siap tanam di lapangan.
3.2 Tujuan
Memenuhi kebutuhkan jumlah bibit dan sesuai dengan tata waktu penanaman di lapangan,
temasuk cadangan bibit untuk penyulaman.
3.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Teknik persiapan lahan, teknik pembibitan, teknik pemeliharaan di persemaian, dan teknik
adaptasi bibit.
3.4 Waktu Pelaksanaan
Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembibitan tanaman adalah 6-12 bulan.Detail
kegiatan dan perkiraan lama kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Rincian kegiatan dan perkiraan lama kegiatan pembibitan
No Kegiatan
B-1 B-2 B-3 B-4 B-5 B-6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengadaan dan
seleksi benih
2. Pengecambahan
3 Penyapihan
4 Pemeliharaan
bibit
5 Adaptasi bibit
3.5 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembibitan tanaman antara lain:
Gunting stek, alat pemanen buah (fruit harvester), sekop, sekop mini, cangkul, gerobak sorong,
embrat (gembor), hand-sprayer atau sprayer gendong, ember, paranet, polybag, hormon
perakaran (contoh: Rootone-F), dan ayakan kawat ram.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 15
3.6. Personil
ualikasi personil dan uraian pekerjaan ang disarankan untuk pelaksanaan
pembibitan tanaman dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam pembibitan tanaman
1.
2.
3.
• Bertanggungjawab terhadap
seluruh kegiatan di persemaian.
• Bertanggungjawab dalam
administratif dan keuangan
seluruh kegiatan di persemaian.
• Mengatur seluruh kegiatan di
persemaian secara efektif dan
esien.
• Membuat laporan rutin kegiatan
pembibitan di persemaian.
• Bertanggungjawab dalam
mencari sumber bahan tanaman
untuk persemaian.
• Mengetahui cara dan waktu
panen bahan tanaman yang
optimal.
• Bertanggungjawab dalam
penyediaan media untuk
persemaian.
• Bertanggungjawab dalam mengisi
seluruh polybag dengan media.
• Bertanggungjawab dalam
pembibitan bahan tanaman.
• Memelihara bibit yang ada di
persemaian.
• Mencegah dan mengendalikan
hama dan penyakit di lokasi
persemaian
• Diutamakan
berpendidikan
minimal Sarjana (S1)
Kehutanan dengan
spesialisasi Silvikultur
atau Sarjana (S1)
Pertanian dengan
spesialisasi Agronomi
dengan pengalaman
minimal 2 tahun
dalam pembinaan
persemaian.
• Minimal pengalaman
1 (satu) tahun
dalam pembinaan
persemaian.
• Pernah mengikuti
pelatihan dasar
pembibitan di
persemaian.
• Minimal pengalaman
1 (satu) tahun
dalam pembinaan
persemaian.
• Pernah mengikuti
pelatihan dasar
Pimpinan
persemaian
Penanggung
jawab (PJ)
Pengadaan
bahan tanaman
dan media
Penanggung
jawab (PJ)
Pemeliharaan
bibit
No. lsisi
Jabatan ulisi Uraian pekerjaan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
16
Penanggung
jawab (PJ)
bagian umum
3.7. Prosedur Kerja
Kegiatan pembibitan tanaman lahan gambut dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu:
persiapan bahan tanaman, pemilihan teknik pembibitan, pemeliharaan di persemaian,
dan adaptasi bibit. Kerangka kerja dalam kegiatan pembibitan dapat dilihat pada
Gambar 14 berikut ini.
Gambar 14. Kerangka kerja dalam kegiatan pembibitan
• Bertanggungjawab dalam
pemeliharaan fasilitas
pendukung di lokasi
persemaian.
• Mendata dan melaporkan
kondisi seluruh fasilitas
pendukung secara berkala kepada
manajerpersemaian.
• Bertanggungjawab untuk seluruh
hal yang berkaitan dengan
operasional persemaian.
No. lsisi
Jabatan ulisi Uraian pekerjaan
• Minimal pengalaman
1 (satu) tahun
dalam pembinaan
persemaian.
• Pernah mengikuti
pelatihan dasar
pembibitan di
persemaian.
4.
Adaptasi bibit
Pemeliharaan di persemaian
Pemilihan teknik pembibitan
Persiapan bahan tanaman (planting stock)
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 17
3.7.1. Persiapan Bahan Tanaman (Planting Stock)
Persiapan bahan tanaman ini dibagi menjadi 2 bagian kegiatan: perencanaan
pembibitan dan persiapan media pertumbuhan ke dalam polybag.
3.7.1.1. Perencanaan Pembibitan
Perencanaan pembibitan bertujuan untuk menyesuaikan jumlah bahan tanam yang
perlu disiapkan di persemaian dengan jumlah bibit yang akan ditanam di lokasi
penanaman, termasuk cadangan bibit untuk penyulaman. Untuk menghitung jumlah
kebutuhan bahan tanaman yang perlu disiapkan dapat dilakukan dengan langkah
berikut:
1. Pilih dan tentukan bahan tanaman dari variasi tanaman asli gambut yang sesuai
dengan lokasi penanaman tersebut.
2. Hitung jumlah bibit yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman dengan
menggunakan persamaan berikut:
Nbibit total = Nbibit tanam + (%mortalitas × Nbibit tanam)
3. Setelah jumlah bibit untuk penanaman diketahui, kemudian hitung jumlah bahan
tanaman yang perlu dibibitkan di persemaian dengan menggunakan persamaan
berikut:
Nbahan tanaman = Nbibit total + (%gagal-kecambah × Nbibit total)
4. Kegiatan pembibitan sebaiknya dilaksanakan minimal 6 bulan sebelum
penanaman, tergantung jenis dan umur bahan tanaman yang digunakan.
Catatan:
% mortalitas dan % gagal-kecambah pada umumnya sebesar 10%. Untuk
kawasan areal gambut terbuka, sebaiknya menggunakan % mortalitas dan %
gagal-kecambah lebih dari 10%.
3.7.1.2. Persiapan Media Pertumbuhan
Langkah- langkah persiapan media pertumbuhan adalah sebagai berikut:
F Kumpulkan tanah gambut di sekitar persemaian yang akan digunakan sebagai
media pertumbuhan dengan cangkul dan sekop.
F Pindahkan tanah gambut tersebut ke areal serbaguna atau tempat penyimpanan/
persiapan media yang memiliki naungan dengan gerobak sorong.
F Gunakan ayakan kawat ram dengan kerapatan sedang untuk mengayak tanah
gambut sehingga tidak tercampur dengan vegetasi liar dan bahan lainnya seperti
pada Gambar 15.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
18
F Isi polybag dengan tanah gambut yang sudah diayak. Ukuran polybag umumnya:
10 x 12 cm, 10 x 15 cm, 14 x 22 cm, 15 x 20 cm atau disesuaikan dengan jenis
dan ukuran bibit (lihat Gambar 15).
F Hentakkan polybag beberapa kali ke permukaan tanah dan goyang-goyangkan
polybag hingga tanah gambut turun.
F Tambahkan kembali tanah gambut ke dalam polybag hingga rata dengan
permukaan polybag.
3.7.2. Pemilihan Teknik Pembibitan
Setelah media pertumbuhan selesai dipersiapkan, maka langkah selanjutnya adalah
pemilihan teknik pembibitan untuk proses pengadaan dan seleksi bahan tanaman
dan pengecambahan-penyapihan. Pemilihan teknik pembibitan yang digunakan
dapat dibedakan dari jenis bahan tanaman yang dipakai di persemaian, yaitu: benih
(generative), stek (vegetative) dan anakan alam (wildling). Berikut adalah cara
pelaksanaan pembibitan melalui benih, stek dan anakan alam yang direkomendasikan
untuk teknik pembibitan di persemaian:
3.7.2.1. Teknik pembibitan melalui benih
Keuntungan dari pembibitan melalui benih adalah bibit memiliki sistem perakaran
yang kuat dan dapat menghasilkan varietas bibit yang berbeda-beda. Untuk teknik
pembibitan melalui benih, pemilihan benih sangat tergantung dengan bentuk dan
ukurannya. Teknik pembibitan ini dibedakan untuk jenis benih yang berukuran kecil
dan besar. Perlakuan ini mempertimbangkan daya tahan dari kedua jenis benih ini
sangat berbeda. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Benih ukuran sedang hingga besar pada umumnya langsung ditanam ke dalam
polybag.
2. Benih ukuran kecil atau halus pada umumnya dilakukan proses perkembahan
terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke dalam polybag.
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 27
3.7.1.2 Persiapan Media Pertumbuhan
Langkah- langkah persiapan media pertumbuhan adalah sebagai berikut:
Kumpulkan tanah gambut di sekitar persemaian yang akan digunakan sebagai media
pertumbuhan dengan cangkul dan sekop.
Pindahkan tanah gambut tersebut ke areal serbaguna atau tempat penyimpanan/ persiapan
media yang memiliki naungan dengan gerobak sorong.
Gunakan ayakan kawat ram dengan kerapatan sedang untuk mengayak tanah gambut
sehingga tidak tercampur dengan vegetasi liar dan bahan lainnya seperti pada Gambar 15.
Isi polybag dengan tanah gambut yang sudah diayak. Ukuran polybag umumnya: 10 x 12
cm, 10 x 15 cm, 14 x 22 cm, 15 x 20 cm atau disesuaikan dengan jenis dan ukuran bibit
(lihat Gambar 15).
Hentakkan polybag beberapa kali ke permukaan tanah dan goyang-goyangkan polybag
hingga tanah gambut turun.
Tambahkan kembali tanah gambut ke dalam polybag hingga rata dengan permukaan
polybag.
3.7.2 Pemilihan Teknik Pembibitan
Setelah media pertumbuhan selesai dipersiapkan, maka langkah selanjutnya adalah pemilihan
teknik pembibitan untuk proses pengadaan dan seleksi bahan tanaman dan pengecambahan-
penyapihan. Pemilihan teknik pembibitan yang digunakan dapat dibedakan dari jenis bahan
tanaman yang dipakai di persemaian, yaitu: benih (generative), stek (vegetative) dan anakan
alam (wildling). Berikut adalah cara pelaksanaan pembibitan melalui benih, stek dan anakan
alam yang direkomendasikan untuk teknik pembibitan di persemaian:
3.7.2.1 Teknik pembibitan melalui benih
Keuntungan dari pembibitan melalui benih adalah bibit memiliki sistem perakaran yang kuat
dan dapat menghasilkan varietas bibit yang berbeda-beda. Untuk teknik pembibitan melalui
benih, pemilihan benih sangat tergantung dengan bentuk dan ukurannya. Teknik pembibitan
ini dibedakan untuk jenis benih yang berukuran kecil dan besar. Perlakuan ini
mempertimbangkan daya tahan dari kedua jenis benih ini sangat berbeda. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Benih ukuran sedang hingga besar pada umumnya langsung ditanam ke dalam polybag.
Gambar
15 Pemisahan tanah gambut dari vegetasi liar/ bahan lainnya
Gambar 15. Pemisahan tanah gambut dari vegetasi liar/ bahan lainnya
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 19
Teknik pembibitan melalui benih ini dikategorikan dalam 2 (dua) tahapan: (1)
pengadaan dan seleksi benih dan (2) pegecambahan-penyemaian.
Detail teknik pembibitan melalui benih dapat dilakukan dengan langkah-langkah
berikut:
1. Pengadaan & seleksi benih
F Lakukan pengamatan benih pada musim berbuah dan waktu pemanenan.
F Panen benih menggunakan alat pemanenan buah (fruit harvester) dengan
teknik yang sesuai dengan karakteristik benih dan buah dan kondisi dilapangan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan:
•
Mengambil benih/buah di lantai hutan;
•
Memasang jaring di bawah proyeksi tajuk pohon induk; dan
•
Memanen langsung di pohon induk.
F Lakukan pemisahan benih dari buah secara hati-hati agar tidak merusak benih.
Contohnya: mengeluarkan dan membersihkan benih dari bagian-bagian lain
buah, seperti tangkai, kulit, dan daging buah.
F Seleksi dan pilih benih yang berkualitas sesuai dengan kriteria umum berikut:
•
Telah matang: warna dan tekstur;
•
Bentuknya dan ukuran normal: hindari bentuk abnormal dan ukuran yang
tidak ideal;
•
Bebas hama: tidak ada bekas lubang ulat atau serangga, bekas gigitan
binatang; dan
•
Untuk jenis-jenis tertentu teknik perendaman dapat dilakukan. Benih yang
tenggelam adalah yang baik (contohnya jelutung).
2. Pengecambahan dan penyemaian
2.1. Benih berukuran kecil:
Pengecambahan:
F Lakukan perendaman benih di dalam air. Lama perendaman disesuaikan
dengan jenisnya;
FLakukan penyemaian terlebih dahulu di bedeng tabur; dan
F Sesuaikan posisi penyemaian dengan bentuk dan ukuran benih. Bagian yang
mengeluarkan akar (radikula) dibenamkan ke dalam tanah, dan apabila penciri
radikula tidak diketahui, benih dibenamkan dalam posisi miring atau terbaring
(1/2, 1/3, atau seluruh bagian).
Perlakuan dan pemeliharaan di bedeng tabur/ kecambah:
F Lakukan perawatan pada benih dengan hati-hati dan intensif hingga
berkecambah; dan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
20
F Lakukan penyiraman secara hati-hati dengan menggunakan semprotan butiran
halus (menggunakan hand-sprayer atau sprayer gendong) agar posisi benih
tidak terganggu.
Penyapihan (lihat Gambar 16):
Gambar 16. Proses penyapihan bibit
FBuat lubang dengan menggunakan alat bantu di media pertumbuhan yang ada
di dalam polybag dengan kedalaman sekitar 2/3 dari ukuran tinggi polybag
untuk memasukkan akar semai;
F Lakukan penyiraman bedeng tabur hingga media pertumbuhan basah untuk
mempermudah proses pengambilan semai;
F Ambil semai dengan cara mencongkel semai sampai terangkat dari tanah
menggunakan sekop mini sehingga tidak merusak akar semai;
F Masukkan akar semai ke dalam lubang yang telah dibuat dengan hati-hati,
kemudian ratakan kembali permukaan media pertumbuhan hingga padat;
F Lakukan penyiraman media pertumbuhan (sapihan) mengunakan embrat atau
gembor dengan butiran halus;
F Pindahkan dan susun bibit sapihan yang berada di dalam polybag tadi ke
dalam bedeng sapih dengan naungan sedang (pemeliharaan intensif selama
2-4 minggu untuk sapihan yang masih kecil dan rentan);
F Pasang naungan tambahan pada bedeng sapih dengan intensitas cahaya yang
optimal (contoh: penambahan lapisan paranet); dan
F Lepaskan naungan tambahan dan penyiraman dilakukan secara normal setelah
selesai masa pemeliharaan intensif.
Modul Pelaksanaan Revegetasi d i Lahan Gambut 29
Penyapihan (lihat Gambar 16):
Buat lubang dengan menggunakan alat bantu di media pertumbuhan yang ada di
dalam polybag dengan kedalaman sekitar 2/3 dari ukuran tinggi polybag untuk
memasukkan akar semai;
Lakukan penyiraman bedeng tabur hingga media pertumbuhan basah untuk
mempermudah proses pengambilan semai;
Ambil semai dengan cara mencongkel semai sampai terangkat dari tanah
menggunakan sekop mini sehingga tidak merusak akar semai;
Masukkan akar semai ke dalam lubang yang telah dibuat dengan hati-hati, kemudian
ratakan kembali permukaan media pertumbuhan hingga padat;
Lakukan penyiraman media pertumbuhan (sapihan) mengunakan embrat atau gembor
dengan butiran halus;
Pindahkan dan susun bibit sapihan yang berada di dalam polybag tadi ke dalam
bedeng sapih dengan naungan sedang (pemeliharaan intensif selama 2-4 minggu
untuk sapihan yang masih kecil dan rentan);
Pasang naungan tambahan pada bedeng sapih dengan intensitas cahaya yang optimal
(contoh: penambahan lapisan paranet); dan
Lepaskan naungan tambahan dan penyiraman dilakukan secara normal setelah selesai
masa pemeliharaan intensif.
2.2 Benih berukuran besar (Meranti, Ramin, Pasir-pasir, Durian Hutan, dan lain-lain).
Pengecambahan:
Penyemaian dilakukan secara langsung pada media pertumbuhan di dalam polybag;
Benamkan benih ke dalam media pertumbuhan (1/2 hingga seluruh bagian
dibenamkan) sesuai dengan ukuran dan bentuk benih (perlu diperhatikan bahwa
bagian benih yang akan akan mengeluarkan akar (radikula) adalah yang berada di
bagian bawah);
Letakkan polybag di bedeng sapih yang memiliki naungan tambahan yang optimal;
dan
Pasang paranet dengan intensitas 65-80% di bedeng sapih.
Gambar
16 Proses penyapihan bibit
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 21
2.2. Benih berukuran besar (Meranti, Ramin, Pasir-pasir, Durian Hutan, dan lain-
lain).
Pengecambahan:
F Penyemaian dilakukan secara langsung pada media pertumbuhan di dalam
polybag;
F Benamkan benih ke dalam media pertumbuhan (1/2 hingga seluruh bagian
dibenamkan) sesuai dengan ukuran dan bentuk benih (perlu diperhatikan
bahwa bagian benih yang akan mengeluarkan akar (radikula) adalah yang
berada di bagian bawah);
F Letakkan polybag di bedeng sapih yang memiliki naungan tambahan yang
optimal; dan
F Pasang paranet dengan intensitas 65-80% di bedeng sapih.
3.7.2.2. Teknik pembibitan melalui stek
Kelebihan dari pembibitan melalui stek adalah bibit mempunyai sifat genetik yang
sama dengan pohon induknya dan reproduksi bibit lebih cepat. Contoh jenis pohon
yang bisa dilakukan pembibitan dengan stek adalah Meranti (Shorea spp.) dan
Ramin (Gonistylus bancanus). Kegiatan pembibitan melalui stek ini dibagi menjadi
3 tahapan: (1) seleksi dan pemberian perlakuan pada stek; (2) pembuatan bedeng dan
pemindahan stek ke bedeng; dan (3) pemindahan stek ke media pertumbuhan dan
aklimatisasi. Teknik pembibitan dapat dilakukan dengan langkah- langkah berikut:
1. Seleksi dan pemberian perlakuan pada stek
F Bahan tanaman untuk stek dapat diambil dari kebun pangkas, anakan alam,
atau pohon induk;
F Pilih bahan stek yang tumbuh tegak ke atas dengan kuncup yang masih dorman
dan yang berumur tidak terlalu tua (dibawah 5 tahun);
F Potong dengan kemiringan 45° di bawah buku (node) keempat atau kelima
dari pucuk stek;
F Masukkan stek ke dalam ember yang berisi air;
F Sebaiknya pemotongan dilakukan pada sore hari setelah fotosintesa tanaman
selesai;
F Gunakan gunting stek untuk memotong setiap lembar daun hingga tinggal
setengahnya untuk mengurangin penguapan (lihat Gambar 17); dan
F Berikan hormon perangsang akar (contoh: Rootone-F) pada pangkal stek yang
telah dipotong.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
22
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 30
3.7.2.2 Teknik pembibitan melalui stek
Kelebihan dari pembibitan melalui stek adalah bibit mempunyai sifat genetik yang sama
dengan pohon induknya dan reproduksi bibit lebih cepat. Contoh jenis pohon yang bisa
dilakukan pembibitan dengan stek adalah Meranti (Shorea spp.) dan Ramin (Gonistylus
bancanus). Kegiatan pembibitan melalui stek ini dibagi menjadi 3 tahapan: (1) seleksi dan
pemberian perlakuan pada stek; (2) pembuatan bedeng dan pemindahan stek ke bedeng; dan
(3) pemindahan stek ke media pertumbuhan dan aklimatisasi. Teknik pembibitan dapat
dilakukan dengan langkah- langkah berikut:
1. Seleksi dan pemberian perlakuan pada stek
Bahan tanaman untuk stek dapat diambil dari kebun pangkas, anakan alam, atau pohon
induk;
Pilih bahan stek yang tumbuh tegak ke atas dengan kuncup yang masih dorman dan
yang berumur tidak terlalu tua (dibawah 5 tahun);
Potong dengan kemiringan 45° di bawah buku (node) keempat atau kelima dari pucuk
stek;
Masukkan stek ke dalam ember yang berisi air;
Sebaiknya pemotongan dilakukan pada sore hari setelah fotosintesa tanaman selesai;
Gunakan gunting stek untuk memotong setiap lembar daun hingga tinggal setengahnya
untuk mengurangin penguapan (lihat Gambar 17); dan
Berikan hormon perangsang akar (contoh: Rootone-F) pada pangkal stek yang telah
dipotong.
2. Pembuatan bedeng dan pemindahan stek ke bedeng
Buat bedeng di lokasi yang tidak tergenang air dengan ukuran sesuai kebutuhan di
lapangan;
Isi dasar bedeng dengan batu kerikil ± 5 cm untuk meningkat aerasi tanah;
Isi tanah gambut secukupnya ke dalam bedeng sebagai media perakaran;
Buat lubang-lubang tanam yang kecil di dalam media perakaran dengan cara menusuk
media perakaran menggunakan jari atau alat bantu;
Benamkan stek ke dalam lubang-lubang tanam tersebut dengan hati-hati;
Lakukan penyiraman secukupnya; dan
Tutup bedeng sapih dengan sungkup plastik.
Gambar
17 Pemotongan lembar daun menjadi setengah (sumber gambar
: Wibisono
dan Dohong, 2017)
Gambar 17. Pemotongan lembar daun menjadi setengah
(sumber gambar: Wibisono dan Dohong, 2017)
2. Pembuatan bedeng dan pemindahan stek ke bedeng
F Buat bedeng di lokasi yang tidak tergenang air dengan ukuran sesuai kebutuhan
di lapangan;
F Isi dasar bedeng dengan batu kerikil ± 5 cm untuk meningkat aerasi tanah;
F Isi tanah gambut secukupnya ke dalam bedeng sebagai media perakaran;
F Buat lubang-lubang tanam yang kecil di dalam media perakaran dengan cara
menusuk media perakaran menggunakan jari atau alat bantu;
F Benamkan stek ke dalam lubang-lubang tanam tersebut dengan hati-hati;
F Lakukan penyiraman secukupnya; dan
F Tutup bedeng sapih dengan sungkup plastik.
3. Pemindahan stek ke media pertumbuhan dan aklimatisasi
F Pindahkan stek ke dalam polybag dan diletakkan di bedeng sapih setelah akar
dan tunas tumbuh;
F Tutup bedeng sapih dengan sungkup plastik selama ± 2 minggu;
F Lakukan penyiraman rutin pada pagi dan sore menggunakan embrat atau
gembor dengan butiran halus; dan
F Setelah ± 4-8 minggu, lepaskan sungkup plastik dari bedeng sapih saat kuncup
baru terlihat.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 23
3.7.2.3. Teknik pembibitan melalui anakan alam
Keuntungan dari pembibitan anak alam (wildling) adalah prosesnya lebih mudah dan
praktis. Contoh jenis pohon yang memiliki banyak anakan alam adalah belangiran
(Shorea balangeran). Kegiatan pembibitan melalui anakan alam ini dibagi menjadi
5 tahapan: (1) seleksi anakan alam yang akan diambil; (2) pengambilan dan
penyimpanan anakan alam terpilih; (3) pemindahan anakan alam ke polybag; (4)
pemasangan sungkup di bedeng sapih; (5) pemeliharaan bibit; dan (6) adaptasi bibit.
Teknik pembibitan melalui anakan alam dapat dilakukan dengan langkah-langkah
berikut:
1. Seleksi anakan alam
FPilih ukuran anakan alam yang ideal setinggi 20–80 cm;
F Seleksi anakan dengan kondisi sehat, terbebas dari hama atau penyakit, serta
memiliki bentuk yang proporsional; dan
F Pilih ukuran anakan alam yang ideal setinggi 20–80 cm.
2. Pengambilan dan penyimpanan anakan alam (lihat Gambar 18)
F Gunakan sekop mini untuk mengambil anakan alam secara hati-hati dengan
tidak merusak akarnya;
F Waktu yang ideal untuk mengambil anakan alam adalah pagi dan sore hari;
Simpan anakan alam dalam wadah yang lembab hingga basah, dan terlindung
dari sinar matahari langsung saat membawa ke persemaian; dan
F Rendam anakan alam pada ember yang berisi air gambut dan letakkan di
tempat yang teduh saat berada di persemaian.
Gambar 18. Pengambilan dan penyimpanan anakan alam
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 31
3. Pemindahan stek ke media pertumbuhan dan aklimatisasi
Pindahkan stek ke dalam polybag dan diletakkan di bedeng sapih setelah akar dan tunas
tumbuh;
Tutup bedeng sapih dengan sungkup plastik selama ± 2 minggu;
Lakukan penyiraman rutin pada pagi dan sore menggunakan embrat atau gembor
dengan butiran halus; dan
Setelah ± 4-8 minggu, lepaskan sungkup plastik dari bedeng sapih saat kuncup baru
terlihat.
3.7.2.3 Teknik pembibitan melalui anakan alam
Keuntungan dari pembibitan anak alam (wildling) adalah prosesnya lebih mudah dan praktis.
Contoh jenis pohon yang memiliki banyak anakan alam adalah belangiran (Shorea
balangeran). Kegiatan pembibitan melalui anakan alam ini dibagi menjadi 5 tahapan: (1)
seleksi anakan alam yang akan diambil; (2) pengambilan dan penyimpanan anakan alam
terpilih; (3) pemindahan anakan alam ke polybag; (4) pemasangan sungkup di bedeng sapih;
(5) pemeliharaan bibit; dan (6) adaptasi bibit. Teknik pembibitan melalui anakan alam dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Seleksi anakan alam
Pilih ukuran anakan alam yang ideal setinggi 20–80 cm;
Seleksi anakan dengan kondisi sehat, terbebas dari hama atau penyakit, serta memiliki
bentuk yang proporsional; dan
Pilih ukuran anakan alam yang ideal setinggi 20–80 cm.
2. Pengambilan dan penyimpanan anakan alam (lihat Gambar 18)
Gunakan sekop mini untuk mengambil anakan alam secara hati-hati dengan tidak
merusak akarnya;
Waktu yang ideal untuk mengambil anakan alam adalah pagi dan sore hari;
Simpan anakan alam dalam wadah yang lembab hingga basah, dan terlindung dari
sinar matahari langsung saat membawa ke persemaian; dan
Rendam anakan alam pada ember yang berisi air gambut dan letakkan di tempat yang
teduh saat berada di persemaian.
3. Pemindahan anakan alam ke media pertumbuhan (polybag) (lihat Gambar 19)
Siapkan dan gunakan gunting stek untuk mengurangi jumlah daun sehinggi tidak ada
penguapan yang berlebihan pada daun (lihat Gambar 19.1);
Gambar
18 Pengambilan dan penyimpanan anakan alam
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
24
3.
Pemindahan anakan alam ke media pertumbuhan (polybag) (lihat Gambar 19)
F Siapkan dan gunakan gunting stek untuk mengurangi jumlah daun sehinggi
tidak ada penguapan yang berlebihan pada daun (lihat Gambar 19.1);
F Rendam akar anakan alam dengan hormon pertumbuhan (contoh Rootone-F)
untuk mempercepat pertumbuhan anakan alam;
F Buat lubang di tengah media pertumbuhan dalam polybag dan sesuaikan
ukuran lubang dengan akar anakan yang akan ditanam (lihat Gambar 19.2);
F Masukkan akar ke dalam lubang tersebut dan pastikan permukaan media
berada di atas sedikit pangkal akar; dan
F Masukkan dan padatkan celah lubang dengan media pertumbuhan secukupnya.
Gambar 19. Pemindahan anakan alam ke dalam polybag
(sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017
4. Pemasangan sungkup (lihat Gambar 20)
F Letakkan anakan alam yang telah dipindahkan ke dalam polybag tersebut di
bedeng sapih yang memiliki naungan;
F Pasang sungkup plastik untuk menjaga kelembaban udara di bedeng. Sungkup
ini juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas baru pada anakan;
dan
F Lepaskan sungkup plastik pada saat kuncup baru sudah terlihat pada anakan
alam.
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 32
Rendam akar anakan alam dengan hormon pertumbuhan (contoh Rootone-F) untuk
mempercepat pertumbuhan anakan alam;
Buat lubang di tengah media pertumbuhan dalam polybag dan sesuaikan ukuran
lubang dengan akar anakan yang akan ditanam (lihat Gambar 19.2);
Masukkan akar ke dalam lubang tersebut dan pastikan permukaan media berada di
atas sedikit pangkal akar; dan
Masukkan dan padatkan celah lubang dengan media pertumbuhan secukupnya.
4. Pemasangan sungkup (lihat Gambar 20)
Letakkan anakan alam yang telah dipindahkan ke dalam polybag tersebut di bedeng
sapih yang memiliki naungan;
Pasang sungkup plastik untuk menjaga kelembaban udara di bedeng. Sungkup ini juga
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas baru pada anakan; dan
Lepaskan sungkup plastik pada saat kuncup baru sudah terlihat pada anakan alam.
Gambar
19
Pemindahan anakan alam ke dalam polybag (sumber gambar:
Wibisono & Dohong, 2017)
Gambar
20 Pemasangan sungkup (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 25
Gambar 20. Pemasangan sungkup (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
3.7.3. Pemeliharaan di Persemaian
Kegiatan pemeliharaan di persemaian yang umumnya dilakukan adalah penyiraman,
pencegahan dan pengendalian gulma, hama-penyakit di persemaian.
3.7.3.1. Penyiraman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyiraman adalah (lihat Gambar
21):
F Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari (sesuai dengan kebutuhan)
menggunakan alat siram biasa.
F Untuk bibit yang baru disapih dan masih mudah diberi penyiraman dengan
butiran halus.
F Untuk bibit ukuran besar diberi penyiraman secara normal (menggunakan gembor
atau selang).
F Penggunaan sprinkle bisa dipertimbangkan untuk penyiraman yang lebih efektif
dan esien.
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 32
Rendam akar anakan alam dengan hormon pertumbuhan (contoh Rootone-F) untuk
mempercepat pertumbuhan anakan alam;
Buat lubang di tengah media pertumbuhan dalam polybag dan sesuaikan ukuran
lubang dengan akar anakan yang akan ditanam (lihat Gambar 19.2);
Masukkan akar ke dalam lubang tersebut dan pastikan permukaan media berada di
atas sedikit pangkal akar; dan
Masukkan dan padatkan celah lubang dengan media pertumbuhan secukupnya.
4. Pemasangan sungkup (lihat Gambar 20)
Letakkan anakan alam yang telah dipindahkan ke dalam polybag tersebut di bedeng
sapih yang memiliki naungan;
Pasang sungkup plastik untuk menjaga kelembaban udara di bedeng. Sungkup ini juga
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas baru pada anakan; dan
Lepaskan sungkup plastik pada saat kuncup baru sudah terlihat pada anakan alam.
Gambar
19
Pemindahan anakan alam ke dalam polybag (sumber gambar:
Wibisono & Dohong, 2017)
Gambar
20 Pemasangan sungkup (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
26
Gambar 21. Penyiraman bibit (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
3.7.3.2. Pencegahan dan Pengendalian Gulma
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian gulma
adalah:
F Pencabutan tumbuhan pengganggu dan liar di dan disekitar bedeng sapih.
F Kegiatan ini dilakukan secara teratur paling lama seminggu sekali.
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 33
3.7.3 Pemeliharaan di Persemaian
Kegiatan pemeliharaan di persemaian yang umumnya dilakukan adalah penyiraman,
pencegahan dan pengendalian gulma, hama-penyakit di persemaian.
3.7.3.1 Penyiraman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyiraman adalah (lihat Gambar 21):
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari (sesuai dengan kebutuhan) menggunakan
alat siram biasa.
Untuk bibit yang baru disapih dan masih mudah diberi penyiraman dengan butiran halus.
Untuk bibit ukuran besar diberi penyiraman secara normal (menggunakan gembor atau
selang).
Penggunaan sprinkle bisa dipertimbangkan untuk penyiraman yang lebih efektif dan
efisien.
3.7.3.2 Pencegahan dan Pengendalian Gulma
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian gulma adalah:
Pencabutan tumbuhan pengganggu dan liar di dan disekitar bedeng sapih.
Kegiatan ini dilakukan secara teratur paling lama seminggu sekali.
3.7.3.3 Pencegahan dan Pengendalian Hama-penyakit
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah dan mengendalikan hama-penyakit di
persemaian dapat dilihat pada Tabel 5.
Ga
mbar 21 Penyiraman bibit (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 27
3.7.3.3. Pencegahan dan Pengendalian Hama-penyakit
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah dan mengendalikan hama-penyakit
di persemaian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kendala dan tindakan pencegahan/ pengendalian hama-penyakit
3.7.4. Adaptasi Bibit
Adaptasi bibit adalah proses penyesuaian kondisi bibit dari suasana persemaian ke
suasana lapangan untuk mengurangi resiko gagal tanam di lapangan. Dalam istilah
lain kegiatan ini disebut dengan pengerasan bibit atau hardening off. Adaptasi bibit
sebaiknya dilakukan 1-2 bulan sebelum penanaman dilakukan. Proses adaptasi ini
dapat dilakukan dengan cara:
F Pengurangan naungan secara bertahap hingga bibit mampu bertahan di kondisi
terbuka.
F Pengurangan intensitas penyiraman hingga bibit mampu bertahan tanpa disiram
secara teratur.
• Lakukan pemagaran di sekeliling
persemaian. Bahan pagar disesuaikan
dengan jenis hama.
• Hindari penyiraman yang berlebihan.
• Tanaman yang terserang jamur dilokalisir di
tempat terpisah
• Pastikan sirkulasi udara dan pencahayaan
yang cukup
• Bila diperlukan penyemprotan dengan
fungisida
• Hindari pemakaian lampu yang
berlebihan di bedeng tabur dan bedeng
sapih. Keberadaan lampu ini akan
mengundang serangga khususnya pada
malam hari.
• Isolasi secepat mungkin untuk
menghindari penyebaran hama atau
penyakit ke bibit lain yang sehat.
• Hama berukuran sedang hingga
besar (babi, kerbau, sapi dan
lain-lain)
• Serangan jamur
• Serangan serangga
• Adanya bibit yang terserang
hama dan penyakit
enis sl enl inn enen enenlin
penyakit
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
28
Setelah adaptasi, bibit tersebut siap untuk ditanam (lihat Gambar 22). Kriteria bibit
yang siap tanam di lapangan adalah:
F Tinggi dari leher akar 50-120 cm.
F Batang bibit telah berkayu dengan diamater pada leher akar minimal 3 mm.
F Batang lurus, tidak bengkok.
F Pucuk tidak patah dan dalam kondisi dorman.
F Daun minimal 3 tingkatan (6-12 lembar).
F Bebas dari hama dan penyakit.
F Akar bibit sudah menyatu dengan media pertumbuhan dalam polybag.
Gambar 22. Bibit siap ditanam (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 34
Tabel 5 Kedala dan tindakan pencegahan/ pengendalian hama-penyakit
Jenis masalah/ kendala Tindakan pencegahan/ pengendalian hama-
penyakit
•
Hama berukuran sedang
hingga besar (babi, kerbau,
sapi dan lain-lain)
•
Lakukan pemagaran di sekeliling persemaian. Bahan
pagar disesuaikan dengan jenis hama.
•
Serangan jamur
•
Hindari penyiraman yang berlebihan.
•
Tanaman yang terserang jamur dilokalisir di tempat
terpisah
•Pastikan sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup
•
Bila diperlukan penyemprotan dengan fungisida
•
Serangan serangga
•
Hindari pemakaian lampu yang berlebihan di bedeng
tabur dan bedeng sapih. Keberadaan lampu ini akan
mengundang serangga khususnya pada malam hari.
•Adanya bibit yang terserang
hama dan penyakit
•
Isolasi secepat mungkin untuk menghindari
penyebaran hama atau penyakit ke bibit lain yang
sehat.
3.7.4 Adaptasi Bibit
Adaptasi bibit adalah proses penyesuaian kondisi bibit dari suasana persemaian ke suasana
lapangan untuk mengurangi resiko gagal tanam di lapangan. Dalam istilah lain kegiatan ini
disebut dengan pengerasan bibit atau hardening off. Adaptasi bibit sebaiknya dilakukan 1-2
bulan sebelum penanaman dilakukan. Proses adaptasi ini dapat dilakukan dengan cara:
Pengurangan naungan secara bertahap hingga bibit mampu bertahan di kondisi terbuka.
Pengurangan intensitas penyiraman hingga bibit mampu bertahan tanpa disiram secara
teratur.
Setelah adaptasi, bibit tersebut siap untuk ditanam (lihat Gambar 22). Kriteria bibit yang siap
tanam di lapangan adalah:
Tinggi dari leher akar 50-120 cm.
Batang bibit telah berkayu dengan diamater pada leher akar minimal 3 mm.
Batang lurus, tidak bengkok.
Pucuk tidak patah dan dalam kondisi dorman.
Daun minimal 3 tingkatan (6-12 lembar).
Bebas dari hama dan penyakit.
Akar bibit sudah menyatu dengan media pertumbuhan dalam polybag.
Gamb
ar 22 Bibit siap ditanam (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 29
Bab 4. Persiapan Lahan dan Penanaman
4.1. Pendahuluan
Proses pelaksanaan penanaman sangat menentukan pertumbuhan dari tanaman.
Kegiatan penanaman perlu dilakukan sesuai dengan tata cara dan prosedur yang benar.
Sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan, lokasi yang merupakan sasaran kegiatan
revegetasi harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam Rencana Tindakan Tahunan
(RTT) BRG. BRG menerapkan 3 jenis kegiatan revegetasi di lahan gambut, yaitu:
suksesi alami, penanaman pengkayaan, dan penanaman pola maksimal. Pemilihan
jenis revegetasi ini juga disesuaikan dengan kondisi lahan gambut dan tutupan lahan
yang ada di RTT BRG.
Setelah mengetahui kondisi umum lokasi revegetasi dan pola penanaman yang
akan digunakan, kemudian pemilihan jenis tanaman dan sistem penanaman harus
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kemungkinan hidup tanaman di lapangan.
4.2. Tujuan
Melakukan kegiatan persiapan lahan dan penanaman sesuai dengan prosedur yang
benar sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman di lapagan dengan ideal.
4.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Survei lapangan dan teknik penanaman di lapangan.
4.4. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan penanaman sebaiknya dilakukan diawal musim penghujan. Waktu
yang diperlukan untuk kegiatan penanaman disesuaikan dengan luas areal yang
direncanakan. Deskripsi kegiatan dan perkiraan lama kegiatan penanaman dapat
dilihat pake Tabel 6.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
30
Modul Pelaksanaan Revege tasi di Lahan Gambut 35
Bab 4 Persiapan Lahan dan
Penanaman
4.1 Pendahuluan
Proses pelaksanaan penanaman sangat menentukan pertumbuhan dari tanaman. Kegiatan
penanaman perlu dilakukan sesuai dengan tata cara dan prosedur yang benar. Sebelum kegiatan
penanaman dilaksanakan, lokasi yang merupakan sasaran kegiatan revegetasi harus sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Rencana Tindakan Tahunan (RTT) BRG. BRG menerapkan 3
jenis kegiatan revegetasi di lahan gambut, yaitu: suksesi alami, penanaman pengkayaan, dan
penanaman pola maksimal. Pemilihan jenis revegetasi ini juga disesuaikan dengan kondisi
lahan gambut dan tutupan lahan yang ada di RTT BRG.
Setelah mengetahui kondisi umum lokasi revegetasi dan pola penanaman yang akan digunakan,
kemudian pemilihan jenis tanaman dan sistem penanaman harus disesuaikan dengan kebutuhan
di lapangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan hidup tanaman di lapangan.
4.2 Tujuan
Melakukan kegiatan persiapan lahan dan penanaman sesuai dengan prosedur yang benar
sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman di lapagan dengan ideal.
4.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Survei lapangan dan teknik penanaman di lapangan.
4.4 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan penanaman sebaiknya dilakukan diawal musim penghujan. Waktu yang diperlukan
untuk kegiatan penanaman disesuaikan dengan luas areal yang direncanakan. Deskripsi
kegiatan dan perkiraan lama kegiatan penanaman dapat dilihat pake Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6 Jadwal penanaman dan waktu pelaksanaannya
No. Kegiatan
Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Verifikasi lokasi penanaman dan
persiapan
2.
Penataan blok tanam
3.
Transportasi bibit ke dekat areal
penanaman
4.
Pembuatan jalur tanam dan pengajiran
5.
Penanaman di lubang tanam
6.
Pembuatan papan nama blok/ petak
penanamanan
Tabel 6. Jadwal penanaman dan waktu pelaksanaannya
4.5. Alat dan Bahan
Alat-alat yang dibutuhkan selama kegiatan penanaman ini adalah:
R Peta petak penanaman
R GPS
R Kompas
R Tali ukur/ meteran
R Tambang (atau benang nylon)
R Tongkat (tinggi 2 meter)
R Ajir (tinggi 1,5 meter)
R Parang/Babat
R Cangkul
R Kapur
R Kertas
R Tugal
R Gunting
R Kamera
R Patok batas
R Pal batas
R Rak/baki pegepakan
R Truk/mobil pengangkut bibit
R Kantong plastik kresek
R Pupuk kompos/kandang
R Alat penunjang kegiatan lain
R Papan jalan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 31
4.6. Personil
ualikasi personil dan uraian pekerjaan ang disarankan untuk pelaksanaan kegiatan
penanaman dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam kegiatan penanaman
No.
1.
2.
3.
4.
• Bertanggungjawab terhadap
semua tugas regu.
• Membuat laporan
rutin hasil kegiatan,
dokumentasi, dan
administrasi.
• Menginventarisasi alat-alat
yang digunakan selama
penanaman.
• Memimpin pembuatan jalur
tanam.
• Menarik tambang sesuai
arah jalur tanam.
• Membersihkan vegetasi liar
sepanjang jalur tanam.
• Memasang ajir penanda
titik tanam.
• Membuat lubang tanam.
• Mengangkut bibit ke titik
penanaman.
• Membuat piringan di
sekitar titik tanam.
• Menanam bibit ke lubang
tanam.
• Diutamakan berpendidikan
minimal Sarjana (S1)
Kehutanan dengan
spesialisasi Manajemen
Hutan dengan pengalaman
minimal 2 (dua) tahun di
perencanaan hutan.
• Mampu membaca peta dan
menggunakan kompas.
• Mampu membuat
laporan, dokumentasi dan
administrasi.
• Minimal pengalaman
1 (satu) tahun dalam
penanaman di lahan
gambut.
• Pernah mengikuti pelatihan
dasar penanaman di lahan
gambut.
• Minimal pengalaman
1 (satu) tahun dalam
penanaman di lahan
gambut.
• Pernah mengikuti pelatihan
dasar penanaman di lahan
gambut
• Minimal pengalaman
1 (satu) tahun dalam
penanaman di lahan
gambut.
• Pernah mengikuti pelatihan
dasar penanaman di lahan
gambut
Ketua tim
penanaman
Pembuat jalur
Penanda dan
pembuat
lubang tanam
Pengangkut
dan penanam
bibit
lsisi
Jabatan ulisi Uraian pekerjaan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
32
4.7. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam kegiatan persiapan lahan dan penanaman mengkuti tata cara
pelaksanaan pemulihan ekosistem yang terdapat dalam Permenhut Nomor: P.48/
Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dan Perdirjen KSDAE Nomor: P.12/
KSDAE-Set/2015 tentang Pedoman Tata Cara Penanaman dan Pengkayaan Jenis
dalam Rangka Pemulihan Ekosistem Daratan pada Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam yang kemudian disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Langkahlangkah kegiatan penanaman diaali dengan erikasi lokasi penanaman
sesuai dengan RTT; pemilihan jenis tanaman/vegetasi; pemilihan sistem penanaman;
dan pemilihan dan pelaksanaan jenis kegiatan revegetasi dapat dilihat pada
Gambar 23.
Gambar 23. Kerangka kerja dalam persiapan lahan dan penanaman
Verifikasi Lokasi Penanaman
Pemilihan Jenis Tanaman/Vegetasi
Pemilihan Sistem Penanaman
Pemilihan dan Pelaksanaan Jenis Kegiatan Revegetasi
No.
5.
• Mempersiapkan makanan.
• Membantu transportasi tim.
• Memiliki SIM A/B1/C
• Pernah mengikuti pelatihan
dasar penanaman dasar di
lahan gambut
Tenaga
logistik
lsisi
Jabatan ulisi Uraian pekerjaan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 33
erisi osi Pennn
F Gunakan GPS untuk mencari lokasi penanaman sesuai dengan koordinat yang
sudah ditetapkan di peta petak penanaman atau di dalam RTT BRG.
F Lakukan erikasi dan aanara masarakat sekitar untuk mendapatkan
informasi-informasi terkait lokasi penanaman (contoh: status lahan, penggunaan
lahan saat ini, rencana penggunaan lahan, dan aksesibilitas).
F Lakukan pengamatan terhadap kondisi tutupan lahan, gambut, genangan di
beberapa titik yang mampu mewakili kondisi umum lokasi penanaman. Kriteria-
kriteria yang harus diperhatikan adalah:
•
Status lahan jelas;
•
Sudah tidak berupa hutan;
•
Areal yang tidak sedang dalam sengketa;
•
Areal bekas terjadinya kebakaran; dan
•
Areal yang tidak mengalami genangan berat.
FLakukan dokumentasi pada kondisi tutupan lahan dan genangan di lokasi
penanaman.
Catatan:
Perwakilan masyarakat dan ahli revegetasi sebaiknya dilibatkan dalam kegiatan
survei dan penentuan lokasi penanaman.
Peilin enis nneesi
Jenis tanaman yang akan ditanam harus disesuaikan dengan kondisi tutupan lahan
dan hidrologis yang ada di lokasi penanaman (Graham, 2014; Wibisono dan Dohong,
2017). Tanaman untuk kegiatan revegetasi difokuskan pada tanaman asli gambut dan
tanaman yang adaptif di lahan gambut, dengan catatan bahwa jenis-jenis tanaman
yang diinginkan oleh masyarakat diijinkan sepanjang tidak membuka kanal baru.
Untuk kawasan dengan fungsi lindung sebaiknya menggunakan tanaman asli gambut.
Daftar jenis tanaman dan lokasi penanamannya yang ideal untuk kawasan dengan
fungsi lindung dapat dilihat pada Tabel 8.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
34
Tabel 8. Lokasi penanaman dan jenis tanaman untuk kawasan dengan fungsi lindung
1.
2.
Untuk areal terbuka dengan genangan:
P
Perupuk Lophopetalum multinervium
P
Pulai Alstonia pneumatophora,
Alstonia spatulata
P
Sagu Metroxylon spp.
P
Terentang Campnosperma coriaceum
Untuk areal terbuka dengan non-
genangan:
P
Belangiran shorea balangeran
P
Gelam Melaleuca cajuputi
P
Gerunggang Cratoxylum glaucum,
Cratoxylum arborescens
P
Jambu-jambu Syzygium sp.
P
Jelutung rawa Dyera polyphylla
P
Mahang Macaranga pruinosa
P
Mendaharan Horsefeldia crassifolia
P
Pulai Alstonia pneumatophora,
Alstonia spatulata
P
Tumih Combretocarpus rotundatus
Untuk areal yang terbuka:
P
Belangiran Shorea balangeran
P
Gelam Melaleuca cajuputi
P
Gerunggang Cratoxylum glaucum,
Cratoxylum arborescens
P
Jambu-jambu Syzygium sp.
P
Jelutung rawa Dyera polyphylla
P
Mahang Macaranga pruinosa
P
Mendarahan Horsefeldia crassifolia
P
Pulai Alstonia pneumatophora,
Alstonia spatulata
P
Tumih Combretocarpus rotundatus
Untuk areal yang ada pohon/ belukar
(ternaungi):
P
Meranti rawa Shorea pauciora,
Shorea bractolata, Shorea smithiana
P
Rengas burung Melanorrhoea
wallichii
P
Terentang Campnosperma coriaceum
• Bekas terbakar ringan/ sedang
atau bekas ditebang habis
• Suksesi tingkat awal
• Areal terbuka, padang paku,
semak
• Bekas terbakar ringan/ sedang
atau bekas ditebang habis
• Suksesi tingkat lanjut
• Semak belukar, belukar
No. Lokasi Penanaman Uraian pekerjaan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 35
Tabel 9. Jenis tanaman yang adaptif dan ekonomis di lahan gambut
3. • Bekas penebangan selektif
• Telah kehilangan jenis pohon
bernilai penting
P
Bintan Licania splendens
P
Bintangur Callophyllum hosei
P
Durian hutan Durio carinatus
P
Kajalaki Aglaia rubiginosa
P
Katiau Madhuca motleyana
P
Kempas Koompassia malaccensis
P
Malam-malam Diospyros areolota
P
Nyatoh Palaquium cochleariifolium,
Palaquium leicarpum
P
Punak Tetramerista glabra
P
Rasak rawa Vatica sp.
P
Bengang rawa Neesia malayana
No. Lokasi Penanaman Uraian pekerjaan
Untuk kawasan dengan fungsi budidaya dapat menggunakan tanaman yang adatif
di lahan gambut. Berdasarkan penelitian yang sedang dilakukan oleh Kedeputian
Bidang Penelitian dan Pengembangan BRG, terdapat beberapa jenis tanaman adaptif
yang direkomendasikan untuk ditanam di lahan gambut. Jenis-jenis tanaman adatif
di lahan gambut yang direkomendasikan untuk ditanam dapat dilihat pada Tabel 9.
Coffea liberica
Areca catechu
Artocarpus heterophyllus
Hevea brasiliensis
Ananas comosus
Syzygium spp.
Durio zibethinus
Nephelium lappaceum
Persea americana
Parkia speciosa
Arenga pinnata
Mangifera casturi
Cocos nucifera
Kopi liberica
Pinang
Nangka
Karet
Nanas
Jambu-jambu
Durian
Rambutan
Alpukat
Petai
Aren
Mangga Kasturi
Kelapa
Nama lokal Nama latin
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
36
1.
2.
3.
4.
5.
o Ramin Gonystylus bancanus
o Gaharu Aquilaria malaccensis
o Belangiran Shorea balangeran
o Medang Phoebe spp.
o Jelutung rawa Dyera polyphylla
o Sagu Metroxylon sagu Rottb.
o Jelutung rawa Dyera polyphylla
o Pinang Areca catechu
o Pulai rawa Alstonia pneumatophore
o Jambu-jambu Syzygium sp.
o Bayur Pterospermum javanicum
o Belangiran Shorea balangeran
o Gemor Nothaphoebe coriacea Kosterm
o Rengas Sumpung Swintonia spp.
o Kopi liberika Coffea liberica
o Jelutung rawa Dyera polyphylla
o Ramin Gonystylus bancanus
o Belangiran Shorea balangeran
o Belangiran Shorea balangeran
o Ramin Gonystylus bancanus
o Jelutung rawa Dyera polyphylla
o Pulai rawa Alstonia pneumatophore
o Tumih Combretocarpus rotundatus
o Meranti Shorea leprosula
o Sagu Metroxylon sagu Rottb.
o Belangiran Shorea balangeran
o Ramin Gonystylus bancanus
o Jelutung rawa Dyera polyphylla
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
No. Provinsi Bibit yang disarankan
Namun perlu diperhatikan bahwa setiap daerah memiliki kondisi dan karakteristik
gambut yang berbeda-beda. Sehingga pemilihan jenis bibit pun harus disesuaikan
dengan daerah yang akan dilakukan kegiatan revegetasi. Pemilihan jenis bibit ini
pun mengikuti referensi dari seluruh kegiatan revegetasi di 7 provinsi prioritas
BRG untuk tahun 2018, hasil penelitian dari Kedeputian Bidang Penelitian dan
Pengembangan BRG, dan buku referensi dari Tata dan Susmianto (2016). Jenis bibit
yang direkomendasikan untuk ditanam di masing-masing provinsi dapat dilihat pada
Tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10. Jenis bibit yang direkomendasikan untuk masing-masing provinsi
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 37
6.
7.
o Belangiran Shorea balangeran
o Jelutung rawa Dyera polyphylla
o Sagu Metroxylon spp.
o Sagu Metroxylon spp.
Kalimantan Selatan
Papua
No. Provinsi Bibit yang disarankan
4.7.3. Pemilihan Sistem Penanaman
Sistem penanaman pada umumnya diterapkan di lahan gambut adalah sistem
monokultur (satu jenis tanaman) dan campuran (beberapa jenis tanaman) dengan
penanaman model jalur. Model jalur dibuat dengan ukuran jarak tanam 3x3 meter
dengan perkiraan maksimal 1.100 batang tanaman per ha. Namun, jarak tanam yang
diterapkan dalam penanaman harus disesuaikan dengan kondisi lapangan seperti:
(1) kondisi tutupan vegetasi yang ada di lapangan; (2) tujuan penanaman; dan (3)
karakteristik tanaman.
1. Kondisi tutupan vegetasi
Berdasarkan kondisi tutupan vegetasi di areal tersebut, maka disarankan menggunakan
jarak tanam seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Tutupan lahan dan opsi jarak tanam yang ideal
1.
2.
3.
4.
Intoleran
Intoleran
Semi-toleran
Toleran
2 x 3 meter
3 x 3 meter
3 x 3 meter
3 x 4 meter
4 x 5 meter
5 x 5 meter
4 x 5 meter
5 x 5 meter
5 x 10 meter
5 x 10 meter
10 x 10 meter
Areal terbuka
Semak atau
padang paku
Belukar
Hutan rusak
No. Opsi Jarak tanamTutupan Lahan Sifat tumbuh
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
38
2. Tujuan penanaman
Untuk tujuan penanaman khusus, contohnya jalur hijau (sekat bakar). Penanaman
yang disarankan dapat dilakukan dengan jarak tanam yang lebih rapat (2 x 2 meter
atau 2,5 x 2,5 meter) dengan jenis-jenis tanaman yang tahan terhadap api. Untuk
kawasan konservasi atau penanaman dengan tujuan khusus lainnya, penanaman
tidak harus menerapkan jarak tanam. Hal ini bertujuan agar pola tanaman yang akan
tumbuh nantinya menyerupai kondisi alami.
3. Karakteristik tanaman
Untuk karakterisik tanaman dengan tajuk lebar, maka disarankan penanaman dengan
jarak tanam yang lebih lebar.
4.7.4. Pemilihan Jenis Kegiatan Revegetasi
Pemilihan jenis kegiatan revegetasi ini harus disesuaikan dengan tingkat kerusakan
lahan gambut yang terdapat dalam Permenhut Nomor: P.48/Menhut-II/2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam
dan aasan Pelestarian Alam, kerusakan lahan gambut dapat diklasikasikan
berdasarkan hasil skoring (scoring) dan pembobotan (weighting) dari kriteria dengan
parameternya untuk mengukur tingkat kerusakan suatu lahan gambut. Pemberian
skoring (scoring) dilakukan terhadap parameter-parameter dari suatu kriteria untuk
menentukan tingkat kerusakan. Nilai skoring ini umumnya dibuat dengan skala 1-3,
dimana skor dengan skala 1 adalah parameter memilki resiko terdegradasi yang tinggi
sedangkan skor dengan skala 3 adalah parameter memiliki resiko terdegradasi yang
rendah. Pemberian pembobotan (weighting) dilakukan terhadap parameter-parameter
dari suatu kriteria untuk menentukan tingkat degradasi.
Total pembobotan adalah 100% dan dibagikan ke masing-masing kriteria. Umumnya
kriteria yang ditetapkan penting dan memiliki kontribusi terbesar diberi persen
(%) bobot yang lebih banyak dibandingkan kriteria lainnya. Berdasarkan Perdirjen
KSDAE Nomor: P.12/KSDAE-Set/2015 tentang Pedoman Tata Cara Penanaman dan
Pengkayaan Jenis dalam Rangka Pemulihan Ekosistem Daratan pada Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, KLHK (2017) mengeluarkan beberapa kriteria
yang umumnya digunakan untuk mengukur kerusakan lahan gambut adalah: tutupan
lahan; frekuensi kebakaran; fungsi hidrologi; massa gambut; sosial-ekonomi; dan
komposisi tanaman asli gambut.
1. Tutupan lahan
Pemberian skoring terhadap tutupan lahan dan kerapatan tajuk dapat dilakukan
dengan mengamati citra satelit dan pengecekan langsung di lapangan (ground check).
Pemberian skoring dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
•
Nilai skoring 1 untuk lahan gambut dengan tutupan lahan dan kerapatan tajuk
lebih dari 50%;
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 39
•
Nilai skoring 2 untuk lahan gambut dengan tutupan lahan dan kerapatan tajuk
antara 25-50%; dan
•
Nilai skoring 3 untuk lahan gambut dengan tutupan lahan dan kerapatan tajuk
kurang dari 25%
2. Frekuensi kebakaran
Pemberian skoring terhadap frekuensi kebakaran dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah titik api (hotspot) dari data citra satelit dan/atau data sekunder tentang sejarah
kebakaran di lokasi tersebut. Pemberian skoring dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut:
•
Nilai skoring 1 untuk lahan gambut yang mengalami kebakaran dalam skala
waktu relatif singkat;
•
Nilai skoring 2 untuk lahan gambut yang mengalami kebakaran dalam skala
waktu relatif lama dan berulang; dan
•
Nilai skoring 3 untuk lahan gambut yang mengalami kebakaran yang sering dan
berulang.
3. Fungsi hidrologi
Pemberian skoring terhadap fungsi hidrologi dapat dilakukan dengan mengamati
adanya parit atau kanal drainase buatan di lahan gambut. Pemberian skoring dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
•
Nilai skoring 1 untuk lahan gambut tanpa adanya atau sedikit terdapat parit atau
kanal drainase buatan;
•
Nilai skoring 2 untuk lahan gambut yang terdapat parit atau kanal drainase yang
dibuat secara tradisional; dan
•
Nilai skoring 3 untuk lahan gambut yang terdapat parit atau kanal drainase yang
dibuat secara mekanis dan sistematis.
4. Massa gambut
Pemberian skoring terhadap massa gambut dapat dilakukan dengan mengamati
penyusutan massa gambut akibat terjadinya dekomposisi gambut yang berada dalam
keadaan aerobik dan terjadinya genangan air pada musim hujan pada lokasi tersebut.
Pemberian skoring dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
•
Nilai skoring 1 untuk lahan gambut tanpa adanya kehilangan massa gambut dan
tidak terdapat genangan pada musim hujan;
•
Nilai skoring 2 untuk lahan gambut yang terdapat kehilangan massa gambut yang
relatif ringan dan terdapat genangan ringan pada musim hujan; dan
•
Nilai skoring 3 untuk lahan gambut yang terdapat kehilangan massa gambut yang
berat dan terdapat genangan berat pada musim hujan.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
40
5. Sosial-ekonomi
Pemberian skoring terhadap sosial-ekonomi dapat dilakukan dengan mengamati
aktivitas- aktivitas manusia yang dapat memicu munculnya gangguan dan ancaman
berupa: perambahan, pembalakan liar (illegal logging), perburuan tumbuhan dan
satwa, perladangan, pembakaran, penggembalaan liar, dan lain-lain. Pemberian
skoring dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
•
Nilai skoring 1 untuk lahan gambut dengan gangguan aktivitas manusia yang
relatif rendah;
•
Nilai skoring 2 untuk lahan gambut dengan gangguan aktivitas manusia yang
relatif sedang; dan
•
Nilai skoring 3 untuk lahan gambut dengan gangguan aktivitas manusia yang
relatif tinggi.
6. Komposisi tanaman asli gambut
Pemberian skoring terhadap komposisi tanaman asli gambut dilakukan dengan
menghitung jumlah tegakan regenerasi alam berdiamater >20 cm dan jumlah anakan
alam asli gambut di lokasi tersebut. Pemberian skoring dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
•
Nilai skoring 1 untuk lahan gambut yang memiliki tegakan regenerasi alam
berdiameter >20 cm dengan jumlah kurang dari 400 batang per hektar dan
permudaan alam sebanyak minimal 1.000 anakan alam per hektar dengan ±40%
anakan alam asli gambut yang tersebar secara merata;
•
Nilai skoring 2 untuk lahan gambut yang didominasi jenis pionir dengan jumlah
tanaman asli gambut berdiameter >10 cm kurang dari 200 batang per hektar dan
permudaan alam kurang dari 1.000 anakan alam per hektar dengan ±40% anakan
alam asli gambut; dan
•
Nilai skoring 3 untuk lahan gambut yang didominasi jenis semak atau alang-
alang dengan tegakan berdiameter >10 cm kurang dari 200 batang per hektar dan
permudaan alam serta jumlah anakan alam yang rendah.
Setelah skoring dan pembobotan masing-masing kriteria dilakukan, maka selanjutnya
adalah menghitung total nilai kerusakan lahan menggunakan rumus berikut ini:
Dimana n = jumlah kriteria yang digunakan
Contoh pembuatan skoring dan pembobotan terhadap kerusakan lahan gambut dapat
dilihat pada Tabel 12.
S
Total nilai kerusakan lahan = (Pembobotan kriteria n x Skoring kriteria n)
n
i=1
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 41
Tabel 12. Contoh perhitungan skoring dan pembobotan
[Nama lokasi petak penanaman]
Total nilai kerusakan lahan ini kemudian dibandingkan dengan tipe kerusakan
lahannya. Tipe kerusakan lahan dibedakan menjadi 3, yaitu: rusak ringan; rusak
sedang dan rusak berat. Contoh klasikasi tipe kerusakan lahan dan jenis kegiatan
revegetasi yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Contoh klasikasi tipe kerusakan lahan dan jenis kegiatan reegetasi
4.7.5. Suksesi alami
Berdasarkan Permen LHK Nomor: P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2017 tentang
Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi Ekosistem Gambut, suksesi alami adalah
pemulihan ekosistem pada gambut berkanal yang telah disekat dan tidak adanya
campur tangan atau kegiatan dari manusia. Suksesi alami dilaksanakan pada kawasan
lahan gambut dengan kategori rusak ringan. Langkah-langkah dalam mengerjakan
suksesi alami adalah: pembuat petak penanaman; pembuatan petak ukur permanen;
inventarisasi suksesi alami; dan kegiatan pendukung suksesi alami.
Skoring × PembobotanNo Kriteria
Tutupan lahan
Frekuensi kebakaran
Fungsi hidrologi
Massa gambut
Sosial-ekonomi
Komposisi tanaman
asli gambut
Skoring
2
1
1
1
2
2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Total nilai kerusakan lahan
20
15
20
10
15
20
40
15
20
10
30
40
155
Pembobotan (%)
Rusak ringan
Rusak sedang
Rusak berat
Jenis kegiatan revegetasiNo Total nilai kerusakan lahan
201-300
126-200
100-125
1.
2.
3.
Suksesi alami
Pengkayaan
Penanaman pola
maksimal
Tipe kerusakan lahan
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
42
4.7.5.1. Pembuatan Petak Penanaman
1. Siapkan GPS untuk menyesuaikan koordinat di lapangan dengan koordinat di
dokumen perencanaan, seperti RTT BRG.
2. Siapkan 4 pal batas atau sesuai dengan kebutuhan sebagai batas lokasi penanaman
di lapangan.
3. Gunakan GPS untuk mencari semua koordinat batas petak penanaman dan
tancapkan pal batas pada masing-masing batas lokasi penanaman
4. Beri tanda pada masing-masing pal batas untuk mempermudah kegiatan
monitoring dan evaluasi.
4.7.5.2. Pembuatan Petak Ukur Permanen (KLHK, 2014)
Pembuatan Petak Ukur Permanen (PUP) bertujuan untuk mengumpulkan data-
data contoh (sampling) vegetasi di dalam petak ukur yang dapat mewakili seluruh
lokasi penanaman. Di dalam PUP terdapat sub-petak yang digunakan untuk mendata
jumlah serasah, tumbuhan bawah dan semai, pancang, tiang, dan pohon. Sub-petak
ukuran 2 x 2 m2 digunakan untuk pengukuran serasah, sub-petak ukuran 5 x 5 m2
digunakan untuk pengukuran pancang, sub-petak ukuran 10 x 10 m2 digunakan untuk
pengukuran tiang, dan sub-petak ukuran 20 x 20 m2 digunanakan untuk pengukuran
pohon. Langkah-langkah dalam membuat PUP ini mengikuti prosedur KLHK (2014)
yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan dan gunakan GPS untuk menyesuaikan koordinat di lapangan dengan
koordinat di dokumen perencanaan, seperti RTT BRG.
2. Siapkan 4 patok batas yang akan digunakan sebagai batas PUP.
3. Siapkan tali ukur dan tambang minimal sepanjang 20 meter, kemudian beri tanda
pada tambang dengan titik 2 meter, 5 meter, 10 meter, dan 20 meter.
4. Tancapkan patok batas pertama pada titik awal sesuai koordinat.
5. Gunakan kompas untuk mencari arah Utara sesuai dengan arah petak yang akan
dibangun.
6. Tarik tali ukur/meteran sepanjang 20 meter ke arah Utara sesuai arahan pemegang
kompas dengan membawa tambang sebagai penanda batas plot. Tancapkan patok
batas kedua pada titik 20 meter dan ikat tambang pada patok batas tersebut.
Kemudian, beri tanda dan pasang patok sementara pada titik 10 meter.
7. Gunakan kompas untuk mencari sudut 90° ke arah Barat atau Timur sesuai
dengan arah petak yang dibangun dari patok batas kedua.
8. Tarik tali ukur/meteran dan tambang sepanjang 20 meter ke arah Barat atau Timur
sesuai arahan pemegang kompas dengan membawa tambang sebagai penanda
batas plot. Tancapkan patok batas ketiga pada titik 20 meter dan ikat tambang
pada patok batas tersebut. Kemudian, beri tanda dan pasang patok sementara
pada titik tengah 10 meter.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 43
9. Gunakan kompas untuk mencari sudut 90° ke arah Selatan sesuai arahan pemegang
kompas dengan membawa tambang sebagai penanda batas plot. Tancapkan patok
batas keempat pada titik 20 meter dan ikat tambang pada patok batas tersebut.
Kemudian, beri tanda dan pasang patok sementara pada titik tengah 10 meter.
10. Kemudian, tarik dan ikat tambang sepanjang 20 meter dari patok batas pertama
ke patok batas keempat. Beri tanda pada titik tengah 10 meter.
11. Hubungkan keempat titik tengah 10 meter tersebut dengan tambang sehingga
didapatkan titik tengah PUP. Pasang patok sementara pada titik tengah tersebut.
12. Buat sub-petak ukuran 2 x 2 m2 dan 5 x 5 m2. Sedangkan untuk sub-petak 10 x 10
m2 sudah terbuat dengan cara menghubungkan titik tengah 10 meter dari tiap sisi.
Tiap sub-petak ditandai dengan tambang untuk memudahkan mengetahui batas
sub-petak.
4.7.5.3. Inventarisasi Suksesi Alami
1. Siapkan beberapa lembar kertas dan jepitkan di papan jalan untuk mencatat hasil
pengamatan di PUP.
2. Lakukan invetarisasi atau pendataan jumlah seluruh serasah di sub-petak 2 x 2 m2.
3. Lakukan invetarisasi atau pendataan jumlah seluruh pancang di sub- petak 5 x 5 m2.
4. Lakukan invetarisasi atau pendataan jumlah seluruh tiang di sub-petak 10 x 10 m2.
5. Lakukan invetarisasi atau pendataan jumlah seluruh pohon di petak 20 x 20 m2.
6. Lakukan inventarisasi dan monitoring secara rutin untuk mengetahui
perkembangan suksesi alami.
4.7.5.4. Kegiatan pendukung suksesi alami
Untuk membantu restorasi lahan gambut dengan suksesi alami, beberapa kegiatan
pendukung yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Miyakawa dkk,
2014):
Penenenenlin nun
1. Susun jadwal patroli dengan membentuk tim yang dilakukan secara rutin dengan
kesepakatan bersama anggota patroli.
2. Lakukan patroli untuk mengurangi gangguan yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Gangguan tersebut dapat berupa penggembalaan liar,
kebakaran hutan, dan lain- lain.
3. Laporkan dan diskusikan bersama dengan ketua tim patroli jika terjadi gangguan
pada tanaman pada petak penanaman tersebut.
Peersineninn ul
1. Lakukan pembersihan/penyiangan gulma seperlunya sehingga tidak menghambat
pertumbuhan anakan alam di petak penanaman.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
44
2. Lakukan pembersihan gulma yang terlalu tebal sehingga biji dapat tumbuh dan
sinar matahari dapat mencapai tanah.
Penyebaran biji dengan teknik agen penyebar benih (seed dispersal techniques)
1. Lakukan penyebaran benih dengan agen penyebar benih untuk memperkaya
anakan alam yang mampu tumbuh pada lokasi tersebut.
4.7.6. Penanaman Pengkayaan
Berdasarkan Perdirjen KSDAE Nomor: P.12/KSDAE-Set/2015 tentang Pedoman Tata
Cara Penanaman dan Pengkayaan Jenis dalam Rangka Pemulihan Ekosistem Daratan
pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, kegiatan pengkayaan
adalah kegiatan penanaman anakan alam asli gambut yang tidak terwakili dalam
suatu lahan gambut terdegradasi untuk mempercepat pemulihan ekosistem hutan
rawa gambut sehingga target angka kecukupan permudaan alam dapat terpenuhi.
Kegiatan pengkayaan dilakukan pada lokasi gambut terdegradasi dengan kategori
rusak sedang. Apabila angka kecukupan anakan alam sudah mencapai persyaratan
tetapi jumlah anakan alam asli gambut kurang dari 40%, maka kegiatan pengkayaan
dapat dilakukan untuk mencapai angka kecukupan anakan alam asli gambut saja.
Kegiatan pengkayaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
4.7.6.1. Persiapan Lahan Petak Pengkayaan
F Siapkan 4 pal batas atau sesuai kebutuhan di petak penanaman setinggi ±2 meter
sebagai penanda batas.
F Tentukan titik awal sesuai dengan perencanaan untuk pembuatan petak penanaman
dengan menggunakan GPS.
F Tancapkan pal batas sebagai penanda pada titik awal tersebut.
F Gunakan kompas dari titik awal ke arah titik kedua, kemudian tarik tambang dari
titik awal ke titik kedua.
F Tancapkan pal batas pada titik kedua tersebut.
F Gunakan kompas dan tarik tambang ke arah titik selanjutnya hingga jumlah titik
sesuai dengan perencanaan.
F Tancapkan pal batas di setiap batas lokasi penanaman sebagai penanda batas.
F Siapkan beberapa ajir dengan tinggi ±1,5 meter sebagai penanda jalur tanam dan
penanda jarak tanam di dalam jalur. Jumlah ajir disesuaikan dengan kebutuhan di
petak penanaman.
F Tancapkan ajir di jalur pertama sebagai acuan untuk jalur selanjutnya.
F Gunakan kompas dari titik awal pada jalur pertama ke arah Barat atau Timur
(sesuai arah jalur tanam pada petak penanaman) untuk menentukan titik awal
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 45
pada jalur selanjutnya.
F Tarik tambang lurus mengikuti arah kompas dan tancapkan ajir pada masing-
masing titik awal pada setiap jalur dengan jarak yang sudah ditentukan.
F Dari ajir yang sudah ditancapkan di titik awal jalur tersebut, gunakan kompas
kembali untuk membuat jarak tanam antar tanaman dalam satu jalur. Arah
penanaman dalam satu jalur ini sebaiknya melintang dari Utara ke Selatan atau
sebaliknya.
F Tarik tambang lurus dengan mengikuti arah Timur atau Barat menggunakan
kompas (tambang ini umumnya sudah diberi tanda sesuai dengan jarak tanam
untuk memudahkan kegiatan pengajiran).
F Lakukan pembersihan vegetasi lain berupa gulma, alang-alang, dan rumput
selebar 50 cm ke arah kiri dan kanan mengikuti arah penanaman di dalam jalur
dengan parang/ babat.
F Usahakan untuk tidak menebas anakan alam selama pembersihan jalur tanam
tersebut.
F Tarik tambang dari titik awal di jalur pertama ke titik awal di jalur berikutnya
mengikuti arah jalur tanam yang membujur dari Timur ke Barat atau sebaliknya.
F Tancapkan ajir di titik awal jalur berikutnya hingga jalur terakhir di petak
penanaman.
F Lakukan pembuatan jarak tanam antar tanaman dan pengajiran pada jalur
berikutnya dengan menggunakan titik awal di jalur tersebut sebagai acuan.
F Jika masih ditemukan anakan alam asli gambut di sekitar ajir, maka penanaman
bibit tidak perlu dilakukan di titik tersebut.
F Gunakan tugal untuk membuat lubang tanam pada setiap posisi ajir yang tidak
ditemukan anakan alam. Ukuran lubang tanam sebaiknya sedikit lebih besar dari
ukuran polybag.
F Masukkan pupuk kompos/kandang dan kapur ke dalam lubang tanam secukupnya
sesuai dengan kebutuhan di petak penanaman.
4.7.6.2. Transportasi Bibit ke Lokasi Penampungan Sementara
1. Pengangkutan bibit dari persemaian ke lokasi penampungan sementara,
termasuk bibit sulaman (lihat Gambar 25).
F Lakukan penyiraman pada bibit dalam polybag di bedeng secukupnya agar bibit
segar.
F Siapkan kantong plastik kresek untuk memudahkan pemindahan dari bedeng ke
rak/baki pengepakan.
F Susun polybag secukupnya ke dalam kantong plastik kresek. Pada umumnya
kantong plastik kresek dapat menampung 15-25 polybag.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
46
F Siapkan rak/baki untuk pengepakan bibit dan truk/mobil untuk pengangkutan ke
lokasi penanaman.
F Susun kantong plastik kresek pada rak/baki secara teratur.
F Masukkan rak/baki pengepakan ke dalam truk pengangkut secara hati-hati.
F Usahakan meminimalkan guncangan selama proses pengangkutan ke lokasi
penampungan sementara.
F Letakkan kantong plastik kresek tersebut di lokasi penampungan sementara
(sebaiknya yang teduh dan dekat dengan sumber air). Pemasangan paranet dapat
dilakukan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
F Lakukan penyiraman bibit secara rutin pagi dan sore secukupnya.
Pennun ii ri losi enunn seenr e lur ii n
F Lakukan penyiraman bibit secukupnya agar bibit tetap segar.
F Bawa kantong plastik kresek yang berisi polybag-polybag tersebut ke jalur
tanam atau titik tanam yang telah ditandai dengan ajir untuk memudahkan proses
penanaman di lokasi penanaman seperti pada Gambar 25 berikut.
Gambar 24. Transportasi bibit ke lokasi penampungan sementara
(dengan naungan)
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 47
Gambar 25. Kantong plastik untuk mengangkut bibit
4.7.6.3. Pengkayaan Bibit di Petak Penanaman
Pengkayaan bibit dilakukan dengan menanam bibit dengan jenis tanaman asli gambut,
jenis tanaman adaptif gambut yang dapat digunakan untuk pakan satwa, sarang satwa,
atau tanaman yang belum banyak terdapat pada lokasi tersebut. Penanaman juga
sebaiknya dilakukan 4-7 hari setelah lubang tanam siap dibuat dan pupuk kompos/
kandang dan kapur selesai ditaburkan. Waktu yang optimal untuk penanaman adalah
pagi atau sore hari. Prosedur penamanan bibit untuk pengkayaan dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
F Siapkan cangkul atau parang/babat untuk membersihkan piringan (radius 0,5
meter) dari vegetasi lain di sekitar titik tanam.
F Keluarkan polybag-polybag dari kantong plastik kresek.
F Angkut polybag-polybag tersebut ke setiap lubang tanam yang sudah dibuat.
F Gunakan gunting untuk memotong sisi bawah polybag seperti yang terlihat
pada Gambar 26. Hal ini bertujuan untuk membantu adapatasi bibit dari kondisi
tanah gambut di polybag ke kondisi tanah gambut yang ada di lapangan secara
perlahan-lahan.
F Masukkan bibit dengan posisi batang bibit tegak lurus pada lubang yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
F Padatkan lubang tanam dengan tanah gambut bekas galian lubang tanam.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
48
F Tancapkan kembali ajir di sampingnya sebagai tanda lokasi penanaman bibit.
F Buatlah Berita Acara Penanaman (BAP) setelah kegiatan penanaman selesai.
Peun n n loe ennn
Pembuatan papan nama blok/ petak penanaman bertujuan untuk memberikan
informasi tentang isi seluruh kegiatan dalam suatu kawasan revegetasi, seperti: nama
pekerjaan, detail lokasi petak (seperti nama desa, kelurahan, kecematan, kabupaten,
dan provinsi), luas areal, jenis tanaman yang ditanam, sumber dana, nama pelaksana,
titik koordinat lokasi revegetasi, dan lain-lain. Contoh papan nama blok/ petak
penanaman dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Papan nama kegiatan atau blok/ petak penanaman
Gambar 26. Penanaman bibit di lubang tanam (sumber gambar: Wibisono & Dohong, 2017)
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 49
4.7.7. Penanaman Pola Maksimal
Penanaman pola maksimal adalah penanaman yang dilaksanakan pada kawasan
lahan gambut dengan kategori rusak berat dengan penutupan lahan yang rendah.
Kawasan lahan gambut yang rusak berat didominasi oleh semak atau alang-alang,
dengan potensi jenis dan jumlah anakan alam yang rendah.
Tahapan kegiatan penanaman pola maksimal diawali dengan persiapan lahan
penanaman dan penataan blok penanaman terlebih dahulu; transportasi bibit ke
lokasi penampungan sementara yang berada di dekat lokasi penanaman sudah dapat
dilaksanakan penanaman; penanaman di lubang tanam; dan pembuatan papan nama
blok/petak penanaman.
Prosedur tahapan kegiatan penanaman pola maksimal dan cara pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
4.7.7.1. Persiapan Lahan dan Penataan Blok Penanaman
F Siapkan 4 pal batas atau sesuai kebutuhan di petak penanaman setinggi ± 2 meter
sebagai penanda batas.
F Tentukan titik awal sesuai dengan perencanaan untuk pembuatan petak penanaman
dengan menggunakan GPS.
F Tancapkan pal batas sebagai penanda pada titik awal tersebut.
F Gunakan kompas dari titik awal ke arah titik kedua, kemudian tarik tambang dari
titik awal ke titik kedua.
F Tancapkan pal batas pada titik kedua tersebut.
F Gunakan kompas dan tarik tambang ke arah titik selanjutnya hingga jumlah titik
sesuai dengan perencanaan.
F Tancapkan pal batas di setiap batas lokasi penanaman sebagai penanda batas.
F Siapkan beberapa ajir dengan ukuran ±1,5 meter sebagai penanda jalur tanam dan
penanda jarak tanam di dalam jalur. Jumlah ajir disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan.
F Tancapkan ajir di titik awal pada jalur pertama.
F Gunakan kompas dari titik awal pada jalur pertama (T-1) ke arah Barat atau
Timur (sesuai arah jalur tanam pada petak tanam) untuk menentukan titik awal
pada jalur kedua (T-2) dan jalur selanjutnya.
F Tarik tambang dengan mengikuti arah kompas dan tancapkan ajir setiap 3 meter
atau sesuai kebutuhan di lapangan pada masing-masing titik awal pada setiap
jalur.
F Dari ajir yang sudah ditancapkan di titik awal pada semua jalur, gunakan kompas
kembali untuk membuat jarak tanam antar tanaman dalam jalur. Arah penanaman
dalam jalur ini sebaiknya melintang dari Utara ke Selatan atau sebaliknya.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
50
F Tarik tambang lurus ke arah Utara atau Selatan menggunakan kompas (tambang
ini umumnya sudah diberi tanda 3 meter atau sesuai dengan jarak tanam untuk
memudahkan kegiatan pengajiran) seperti yang terlihat pada Gambar 28.
F Lakukan pembersihan vegetasi lain berupa gulma, alang-alang, dan rumput
selebar 50 cm ke arah kiri dan kanan mengikuti arah penanaman di dalam jalur
dengan parang/babat.
F Usahakan untuk tidak menebas anakan alam asli gambut selama pembersihan
jalur tanam tersebut.
F Tancapkan ajir setiap 3 meter (atau sesuai jarak tanam) mengikuti arah penanaman
di dalam jalur sebagai titik tanam (lihat Gambar 29).
F Lakukan pembuatan jarak tanam antar tanaman dan pengajiran pada jalur
berikutnya dengan menggunakan titik awal pada jalur tanam tersebut sebagai
acuan.
F Gunakan tugal untuk membuat lubang tanam pada setiap posisi ajir. Ukuran
lubang tanam sebaiknya sedikit lebih besar dari ukuran polybag.
F Masukkan pupuk kompos/kandang dan kapur ke dalam lubang tanam secukupnya
sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Gambar 28. Penggunaan kompas untuk pembuatan jalur tanam dan pengajiran
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 51
4.7.7.2. Transportasi Bibit ke Lokasi Penampungan Sementara
Prosedur pengangkutan bibit dilakukan dengan prosedur yang sama dengan
pengangkutan bibit di kegiatan pengkayaan (lihat 4.7.6.2).
4.7.7.3. Penanaman Bibit di Petak Penanaman
Kegiatan penanaman disarankan dimulai pada awal musim penghujan dan berakhir
sebelum datangnya musim kemarau. Penanaman juga sebaiknya dilakukan 4-7 hari
setelah lubang tanam siap dibuat dan pupuk kompos/kandang dan kapur selesai
ditaburkan. Waktu yang optimal untuk penanaman adalah pagi atau sore hari.
Prosedur penamanan bibit dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
F Siapkan cangkul atau parang/babat untuk membersihkan piringan (radius 0,5
meter) dari vegetasi lain di sekitar titik tanam.
F Keluarkan polybag-polybag dari kantong plastik kresek.
F Angkut polybag-polybag tersebut ke setiap lubang tanam yang sudah dibuat.
F Gunakan gunting untuk memotong sisi bawah polybag. Hal ini bertujuan untuk
membantu adapatasi bibit dari kondisi tanah di polybag ke kondisi tanah gambut
yang ada di lapangan secara perlahan-lahan.
F Masukkan bibit dengan posisi batang bibit tegak lurus pada lubang yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
Gambar 29. Pengajiran di jalur tanam
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
52
Gambar 30. Kegiatan penanaman di lubang tanam
F Padatkan lubang tanam dengan tanah gambut bekas galian lubang tanam.
F Tancapkan kembali ajir di sampingnya sebagai tanda lokasi penanaman bibit
(lihat Gambar 31).
F Buatlah Berita Acara Penanaman (BAP) setelah kegiatan penanaman selesai.
Gambar 31. Penanaman bibit
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 53
optimal untuk penanaman adalah pagi atau sore hari. Prosedur penamanan bibit dilakukan
dengan langkah-langkah berikut:
Siapkan cangkul atau parang/babat untuk membersihkan piringan (radius 0,5 meter) dari
vegetasi lain di sekitar titik tanam.
Keluarkan polybag-polybag dari kantong plastik kresek.
Angkut polybag-polybag tersebut ke setiap lubang tanam yang sudah dibuat.
Gunakan gunting untuk memotong sisi bawah polybag. Hal ini bertujuan untuk membantu
adapatasi bibit dari kondisi tanah di polybag ke kondisi tanah gambut yang ada di lapangan
secara perlahan-lahan.
Masukkan bibit dengan posisi batang bibit tegak lurus pada lubang yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Padatkan lubang tanam dengan tanah gambut bekas galian lubang tanam.
Tancapkan kembali ajir di sampingnya sebagai tanda lokasi penanaman bibit (lihat
Gambar 31).
Buatlah Berita Acara Penanaman (BAP) setelah kegiatan penanaman selesai.
4.7.7.4 Pembuatan Papan Nama Blok/Petak penanaman
Prosedur pembuatan papan nama blok/petak penanaman dilakukan dengan prosedur yang sama
dengan pembuatan papan nama blok/petak penanaman di kegiatan pengkayaan (lihat 4.7.6.4).
Gambar
30 Kegiatan penanaman di lubang tanam
Gambar
31 Penanaman bibit
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 53
Peun Pn loPe ennn
Prosedur pembuatan papan nama blok/petak penanaman dilakukan dengan prosedur
yang sama dengan pembuatan papan nama blok/petak penanaman di kegiatan
pengkayaan (lihat 4.7.6.4).
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
54
Modul Pela ksana an Rev egetasi di Laha n Gambu t
54
Bab 5 Monitoring
5.1 Pendahuluan
Kegiatan monitoring dalam revegetasi merupakan salah cara untuk mengukur kesesuaian dari
segi perencanaan dengan implementasi suatu kegiatan revegetasi. Pelaksanaan monitoring ini
dimaksudkan untuk memastikan dan membandingkan kesesuaian dari perencanaan revegetasi
terhadap pelaksanaan program di lapangan.
Tahapan dari kegiatan monitoring ini adalah: 1) menilai kondisi umum lingkungan; dan 2)
menghitung prosentase hidup tumbuh tanaman untuk pendoman kegiatan penyulaman. Hasil
monitoring ini kemudian dijadikan sebagai kerangka acuan penyusunan kegiatan
pemeliharaan.
5.2 Tujuan
Mengetahui kondisi tanaman yang sudah ditanam; mengidentifikasi permasalahan terkait
dengan revegetasi di lapangan; dan menghitung prosentase keberhasilan tumbuh setelah
ditanam untuk menjadi dasar penyusunan rencana tindakan dan pedoman kegiatan
pemeliharaan.
5.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Survei dan observasi lapangan; pengamatan kondisi umum lokasi revegetasi; dan perhitungan
prosentase hidup tanaman.
5.4 Waktu Pelaksanaan
Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan monitoring adalah sekitar 1 (satu)
minggu. Kegiatan monitoring ini sebaiknya dilaksanakan segera setelah kegiatan penanaman
selesai.
Deskripsi kegiatan dan perkiraan lama kegiatan monitoring dapat dilihat pada Tabel 14 di
bawah ini.
Tabel 14 Jadwal kegiatan monitoring dan waktu pelaksanaannya
No. Kegiatan
Bulan-1
Minggu-1 Minggu-2
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
1Penilaian
kondisi umum
2Perhitungan
prosentase
tumbuh
Bab 5. Monitoring
5.1. Pendahuluan
Kegiatan monitoring dalam revegetasi merupakan salah cara untuk mengukur
kesesuaian dari segi perencanaan dengan implementasi suatu kegiatan revegetasi.
Pelaksanaan monitoring ini dimaksudkan untuk memastikan dan membandingkan
kesesuaian dari perencanaan revegetasi terhadap pelaksanaan program di lapangan.
Tahapan dari kegiatan monitoring ini adalah: 1) menilai kondisi umum lingkungan;
dan 2) menghitung prosentase hidup tumbuh tanaman untuk pendoman kegiatan
penyulaman. Hasil monitoring ini kemudian dijadikan sebagai kerangka acuan
penyusunan kegiatan pemeliharaan.
5.2. Tujuan
engetahui kondisi tanaman ang sudah ditanam mengidentikasi permasalahan
terkait dengan revegetasi di lapangan; dan menghitung prosentase keberhasilan
tumbuh setelah ditanam untuk menjadi dasar penyusunan rencana tindakan dan
pedoman kegiatan pemeliharaan.
5.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Survei dan observasi lapangan; pengamatan kondisi umum lokasi revegetasi; dan
perhitungan prosentase hidup tanaman.
5.4. Waktu Pelaksanaan
Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan monitoring adalah sekitar
1 (satu) minggu. Kegiatan monitoring ini sebaiknya dilaksanakan segera setelah
kegiatan penanaman selesai.
Deskripsi kegiatan dan perkiraan lama kegiatan monitoring dapat dilihat pada Tabel
14 di bawah ini.
Tabel 14. Jadwal kegiatan monitoring dan waktu pelaksanaannya
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 55
5.5. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan monitoring adalah: alat hitung tangan
(hand counter); calculator; beberapa lembar kertas; papan jalan; dan kamera.
5.6. Personil
ualikasi personil dan uraian pekerjaan ang disarankan untuk pelaksanaan
monitoring tanaman disajikan pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam kegiatan monitoring
• Bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan
monitoring.
• Memberi rekomendasi
langkah penanggulangan
hama dan penyakit
tanaman.
• Membuat laporan hasil
kegiatan monitoring.
• Mengamati kondisi umum
lingkungan di sekitar
petak penanaman.
• Memberi rekomendasi
langkah penanggulangan
hama dan penyakit
tanaman.
• Melaporkan jumlah
tanaman yang hidup dan
mati di lokasi penanaman.
• Menghitung prosentase
tumbuh dan mati tanaman.
Uraian pekerjaan
1.
2.
• Diutamakan berpendidikan
minimal Sarjana (S1)
Kehutanan atau Sarjana
(S1) Pertanian dengan
minimal pengalaman 2
(dua) tahun di bidang
monitoring.
• Memiliki pengalaman
minimal 1 (satu) tahun
dalam monitoring
kegiatan revegetasi di
lahan gambut.
Ketua tim
monitoring
Petugas
monitoring
lsisi
Jabatan ulisiNo.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
56
5.7. Prosedur Kerja
Kegiatan monitoring dapat dikerjakan dengan melakukan penilaian kondisi umum
lapangan dan menghitung prosentase tumbuh tanaman. Prosedur kegiatan monitoring
dapat dilihat pada Gambar 32 berikut ini.
Gambar 32. Kerangka kerja dalam kegiatan monitoring
5.7.1. Penilaian Kondisi Umum
F Siapkan beberapa lembar kertas dan jepitkan di papan jalan untuk mencatat hasil
pengamatan di lokasi penanaman.
F Lakukan pengamatan terhadap kondisi umum tanaman di lapangan seperti
pH tanah; kondisi bibit yang sudah ditanam; kondisi tanah gambut di lokasi
revegetasi; ketersediaan sumber air di dekat lokasi revegetasi; dan lain- lain.
F Lakukan dokumentasi terhadap kondisi bibit dan kondisi petak penanaman
menggunakan kamera.
F Lakukan pengecekan terhadap tinggi muka air di kanal-kanal terdekat atau sumur
bor untuk mengetahui ketersediaan air untuk penyiraman tanaman di lokasi
revegetasi.
F dentikasi kemungkinan adana hamapenakit ang terjadi di lokasi reegetasi,
kemudian diskusikan dengan pendamping yang bertugas di daerah tersebut.
F Lakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan hama-penyakit
sesuai saran dan rekomendasi dari pendamping.
5.7.2. Perhitungan Prosentase Tumbuh
Perhitungan prosentase tumbuh dapat dilakukan menggunakan metode observasi
secara keseluruhan atau metode survei. Observasi secara keseluruhan dilakukan
dengan mengamati seluruh tanaman yang sudah ditanam di petak penanaman,
sedangkan metode survei dilakukan dengan membuat Petak Ukur (PU).
5.7.2.1. Observasi Secara Keseluruhan
Observasi secara keseluruhan digunakan untuk melakukan monitoring di lokasi
revegetasi yang relatif kecil. Monitoring dengan observasi dapat dilakukan dengan
langkah berikut:
F Siapkan dua alat hitung (hand counter), yang satu untuk menandai tanaman mati
dan satunya lagi untuk memberi tanda tanaman hidup.
Penilaian kondisi
umum
Perhitungan
prosentase tumbuh
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 57
jumlah tanaman hidup
(% tumbuh tanaman) = × 100%
jumlah tanaman total
Jumlah bibit yang akan disulam = Jumlah tanaman mati
Modul Pelaksanaan Revegetasi di Lahan Gambut 57
5.7.2.2 Survei dengan Petak Ukur (PU)
Untuk memudahkan monitoring di lokasi revegetasi yang luas, pembuatan Petak Ukur (PU)
dapat dipertimbangkan. Monitoring menggunakan survei dengan PU dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
Buat PU seluas 0,1 ha dengan ukuran 10 x 10 meter pada setiap luasan 1 ha (100 x 100
meter) menggunakan intensitas sampling 10% seperti pada Gambar 33.
Siapkan dua alat hitung (hand counter), yang satu untuk menandai tanaman mati dan
satunya lagi untuk memberi tanda tanaman hidup.
Jika tidak ada alat hitung, siapkan beberapa lembar kertas dan jepitkan di papan jalan.
Lakukan perhitungan secara manual dan catat hasil perhitungan di kertas tersebut.
Hitung jumlah tanaman yang hidup dan yang mati pada semua jalur.
Hitung prosentase tumbuh dari hasil pengamatan di petak ukur 0,1 ha dengan
menggunakan persamaan berikut:
(% tumbuh tanaman) = jumlah tanaman hidup (dalam PU 0,1 ha)
jumlah tanaman total (dalam PU 0,1 ha) ×100%
Hitung perkiraan jumlah bibit yang perlu disulam untuk seluruh areal petak penanaman
dengan persamaan berikut:
Jumlah bibit yang akan disulam = Jumlah tanaman mati (dalam PU 0,1 ha)
Intensitas sampling (10%) ×100%×Total areal
Gambar
33 Contoh desain Petak Ukur
F Jika tidak ada alat hitung, siapkan beberapa lembar kertas dan jepitkan di papan
jalan. Lakukan perhitungan secara manual dan catat hasil perhitungan di kertas
tersebut.
F Hitung jumlah tanaman yang hidup dan yang mati pada semua jalur.
F Hitung prosentase tumbuh dari hasil pengamatan dengan menggunakan
persamaan berikut:
F Hitung perkiraan jumlah bibit yang perlu disulam untuk seluruh areal petak
penanaman dengan persamaan berikut:
5.7.2.2. Survei dengan Petak Ukur (PU)
Untuk memudahkan monitoring di lokasi revegetasi yang luas, pembuatan Petak
Ukur (PU) dapat dipertimbangkan. Monitoring menggunakan survei dengan PU
dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
F Buat PU seluas 0,1 ha dengan ukuran 10 x 10 meter pada setiap luasan 1 ha (100
x 100 meter) menggunakan intensitas sampling 10% seperti pada Gambar 33.
Gambar 33. Contoh desain Petak Ukur
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
58
(% tumbuh tanaman) = × 100%
jumlah tanaman hidup (dalam PU 0,1 ha)
jumlah tanaman total (dalam PU 0,1 ha)
Jumlah bibit yang
akan disulam ×
100% x Total Area
=
jumlah tanaman mati (dalam PU 0,1 ha)
Intensitas sampling
F Siapkan dua alat hitung (hand counter), yang satu untuk menandai tanaman mati
dan satunya lagi untuk memberi tanda tanaman hidup.
F Jika tidak ada alat hitung, siapkan beberapa lembar kertas dan jepitkan di papan
jalan. Lakukan perhitungan secara manual dan catat hasil perhitungan di kertas
tersebut.
F Hitung jumlah tanaman yang hidup dan yang mati pada semua jalur.
F Hitung prosentase tumbuh dari hasil pengamatan di petak ukur 0,1 ha dengan
menggunakan persamaan berikut:
F Hitung perkiraan jumlah bibit yang perlu disulam untuk seluruh areal petak
penanaman dengan persamaan berikut:
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 59
Bab 6. Pemeliharaan
6.1. Pendahuluan
Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan silvikultur untuk memperbaiki atau
menjaga kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Kegiatan pemeliharaan meliputi: 1) penyiraman; 2) penyulaman; 3) pemupukan;
4) pembersihan jalur; 5) pendangiran; 6) pengendalian hama dan penyakit; dan 7)
pencegahan kebakaran lahan gambut.
1) Penyiraman adaah kegiatan mengalirkan atau mencurahkan air pada tanaman
untuk mencukupi kebutuhan air tanaman di lokasi penanaman.
2) Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali di lubang bekas tanaman yang
mati/ diduga mati untuk memenuhi jumlah tanaman sesuai target awal.
3) Pemupukan adalah kegiatan penambahan zat-zat hara untuk mendukung
pertumbuhan tanaman yang ideal.
4) Pembersihan jalur adalah kegiatan pengendalian gulma untuk memperkecil
saingan terhadap gulma yang berakitan dengan cahaya, kelembaban tanah, dan
nutrisi pada tanaman.
5 Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah untuk memperbaiki sifat sik
aerasi tanah.
6) Pengendalian hama-penyakit adalah upaya untuk menjaga atau mencegah
tanaman di lokasi tanaman agar tidak terkena hama dan penyakit.
7) Pencegahan kebakaran hutan adalah rangkaian kegiatan untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kemungkinan kebakaran di hutan.
6.2. Tujuan
Menciptakan dan menjaga kondisi pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang
optimal dan mencegah-menanggulangi semua gangguan terhadap tanaman untuk
mendukung keberhasilan tumbuh setelah penanaman.
6.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Penyulaman, pembersihan jalur, pembebasan, pendangiran dan pencegahan kebakaran
(seperti: penyuluhan, kampanye, patroli dan observasi lapangan).
6.4. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pemeliharaan dilakukan setelah dan selama tahun berjalan. Total waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan adalah ± 3 bulan. Kegiatan
pemeliharaan sebaiknya dilaksanakan 1-2 bulan setelah penanaman. Deskripsi
kegiatan dan perkiraan lama kegiatan pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 16.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
60
Tabel 16. Jadwal pemeliharaan dan waktu pelaksanaannya
6.5. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pemeliharaan adalah: tugal, cangkul,
parang/babat, ajir, mesin pompa air, selang (slang) air, sprinkle, mesin alat angkut
bibit, dan alat pendukung lainnya.
6.6. Personil
ualikasi personil dan uraian pekerjaan ang disarankan untuk pelaksanaan
pemeliharaan tanaman dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.
Tabel 17. Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualikasi personil dalam kegiatan pemeliharaan
• Bertanggungjawab terhadap
semua kegiatan pemeliharaan
oleh tugas regu.
• Membuat laporan,
dokumentasi, dan
administrasi dari seluruh
kegiatan pemeliharaan
tanaman.
• Menginventarisasi alat-alat
yang digunakan selama
pemeliharaan.
Uraian pekerjaan
1.
•
Diutamakan
berpendidikan minimal
Sarjana (S1) Pertanian
dengan spesialisasi
Pemeliharaan Tanaman
atau Sarjana (S1)
Kehutanan dengan
Silvikultur dengan
minimal pengalaman 2
(dua) tahun.
Ketua tim
lsisi
Jabatan ulisiNo.
Modul Pelaksanaan Revege tasi di Lahan Gambut 59
Tabel 16 Jadwal pemeliharaan dan waktu pelaksanaannya
No. Kegiatan
Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyiraman
2 Penyulaman
3 Pemupukan
4 Pembersihan jalur
5 Pendangiran
6 Pengendalian hama dan penyakit
7 Patroli dan observasi lapangan
6.5 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pemeliharaan adalah: tugal, cangkul,
parang/babat, ajir, mesin pompa air, selang (slang) air, sprinkle, mesin alat angkut bibit, dan
alat pendukung lainnya.
6.6 Personil
Kualifikasi personil dan uraian pekerjaan yang disarankan untuk pelaksanaan pemeliharaan
tanaman dapat dilihat pada Tabel 17 berikut:
Tabel 17 Jumlah perkiraan kebutuhan dan kualifikasi personil dalam kegiatan pemeliharaan
No. Klasifikasi/
Jabatan Kualifikasi Uraian pekerjaan
1. Ketua tim Diutamakan berpendidikan
minimal Sarjana (S1) Pertanian
dengan spesialisasi
Pemeliharaan Tanaman atau
Sarjana (S1) Kehutanan dengan
Silvikultur dengan minimal
pengalaman 2 (dua) tahun.
•Bertanggungjawab terhadap semua
kegiatan pemeliharaan oleh tugas
regu.
•Membuat laporan, dokumentasi,
dan administrasi dari seluruh
kegiatan pemeliharaan tanaman.
•Menginventarisasi alat-alat yang
digunakan selama pemeliharaan.
2. Ahli pemeliharaan
tanaman
•Memiliki pengalaman
minimal 1(satu) tahun
pemeliharaan tanaman.
•Pernah mengikuti pelatihan
pemeliharaan tanaman di
lahan gambut.
•Memastikan pendistribusian
tanaman sesuai dengan spesifikasi
teknis.
•Memastikan kebutuhan
pemeliharaan tanaman sesuai
dengan spesifikasi teknis.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 61
Ahli
pemeliharaan
tanaman
Pengangkut
dan penanam
bibit sulaman
Petugas
penyiram
tanaman
Petugas
pembersihan
jalur,
pendangiran,
dan
pemupukan
Petugas
pencegahan
kebakaran
lahan gambut
Tenaga
Logistik
• Memastikan pendistribusian
tanaman sesuai dengan
spesikasi teknis.
• Memastikan kebutuhan
pemeliharaan tanaman sesuai
dengan spesikasi teknis.
• Memberikan rekomendasi
dan solusi terhadap
permasalahan hama-
penyakit tanaman yang
berkaitan dengan kegiatan
pemeliharaan tanaman.
• Mengangkut bibit ke titik
penanaman.
• Membuat piringan di sekitar
titik tanam.
• Menanam bibit ke lubang
tanam.
• Melakukan penyiraman
tanaman secara rutin pagi
dan sore setiap hari.
• Membersihkan sekitar jalur
tanam.
• Melakukan pendangiran di
sekitar tanaman.
• Melakukan pemupukan
pada tanaman di lokasi
penanaman.
• Melakukan sosialisasi dan
teknis kegiatan pencegahan
kebakaran hutan dan lahan
gambut.
• Mempersiapkan makanan.
• Membantu transportasi tim.
Uraian pekerjaan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
• Memiliki pengalaman
minimal 1(satu) tahun
pemeliharaan tanaman.
• Pernah mengikuti pelatihan
pemeliharaan tanaman di
lahan gambut.
• Memiliki pengalaman
minimal 1 (satu) tahun
pemeliharaan tanaman.
• Pernah mengikuti pelatihan
pemeliharaan tanaman di
lahan gambut.
• Pernah mengikuti
pelatihan pemeliharaan
tanaman di lahan gambut.
• Memiliki pengalaman
minimal 1 (satu) tahun
pemeliharaan tanaman.
• Pernah mengikuti pelatihan
pemeliharaan tanaman di
lahan gambut.
• Pernah mengikuti
pelatihan pencegahan
kebakaran lahan gambut.
• Memiliki SIM A/B1/C.
lsisi
Jabatan ulisiNo.
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut
62
1. Penyiraman
2. Penyulaman
3. Pemupukan
4. Pembersihan jalur
5. Pendangiran
6. Pengendalian hama-penyakit
7. Pencegahan kebakaran lahan gambut
6.7. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam kegiatan pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 34 berikut.
Gambar 34. Kerangka kerja dalam kegiatan pemeliharaan
6.7.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin pada pagi dan sore setiap hari pada musim
kemarau. Pada musim penghujan, penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan di
lokasi penanaman. Penyiraman dapat dilakukan dengan cara berikut:
F Lakukan pengamatan terhadap sumber air terdekat (seperti: kanal dan sumur bor)
yang dapat digunakan untuk kegiatan penyiraman.
F Perkirakan jarak dari sumber air terdekat ke lokasi terjauh di lapangan.
F Siapkan mesin pompa air dan selang air dengan panjang sesuai kebutuhan di
lapangan. Jika selang air tidak cukup panjang, maka sambungkan dengan selang
berikutnya.
F Lakukan penyiraman tanaman pada semua jalur saat pagi dan sore secara merata.
F Usahakan tidak merusak tanaman pada saat memindahkan selang air di lapangan.
F Gunakan sprinkle untuk memudahkan penyiraman tanpa perlu memindahkan
selang air terlalu banyak di lapangan.
6.7.2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan maksimal 3 (tiga) kali selama daur, yaitu 1-2 bulan penanaman
pada tahun pertama, pada akhir tahun kedua, dan pada awal tahun ketiga selama
masih musim penghujan. Penyulaman dapat dilakukan dengan cara berikut (lihat
Gambar 35):
Modul Pelaksanaan Kegiatan Revegetasi di Lahan Gambut 63
F Siapkan dan sesuaikan kebutuhan bibit sulaman dengan hasil kegiatan monitoring.
Gambar 35. Kegiatan penyulaman
FGunakan embrat (gembor) untuk menyiram bibit sulaman sebelum dilakukan
transportasi ke lokasi penanaman.
F Gunakan alat angkut bibit untuk memindahkan bibit dari lokasi penampungan
sementara ke masing-masing jalur tanam. Jumlah bibit yang diletakkan per jalur
tanam disesuaikan dari hasil kegiatan monitoring.
F Gunakan tugal untuk membuat lubang tanam kembali sehingga mempermudah
penanaman bibit sulaman.
F Lakukan penanaman bibit sulaman di titik tanam bekas tanaman yang mati,
tanaman tidak sehat/kena penyakit, tanaman jelek (patah, bengkok, tidak ada
daun), atau tidak ada tanaman lagi (kosong).
F Lakukan penyulaman kedua dan ketiga jika tanaman yang hidup <70%.
F Jika di titik tanam