Content uploaded by Fauzi Rahman
Author content
All content in this area was uploaded by Fauzi Rahman on Jun 24, 2019
Content may be subject to copyright.
Content uploaded by Fauzi Rahman
Author content
All content in this area was uploaded by Fauzi Rahman on Jun 24, 2019
Content may be subject to copyright.
Available via license: CC BY 4.0
Content may be subject to copyright.
DEIKSIS Vol. 10 No.02, Mei-Agustus 2018
p-ISSN: 2085-2274, e-ISSN 2502-227X hal. 167-180
167
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA PADA TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL METROPOP ONE LAST CHANCE
KARYA STEPHANIE ZEN
Ryan Hidayat1, Fauzi Rahman2
1Program Studi Arsitektur
2Program Studi Desain Komunikasi Visual
Universitas Indraprasta PGRI
1ryansastra3@gmail.com, 2 fauzierachman20@yahoo.com
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejauh mana tinjauan psikologi sastra pada tokoh
utama Novel Metropop One Last Chance karya Stephanie Zen. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis isi, dengan mendeskripsikan tinjauan psikologi
sastra pada tokoh utama Novel Metropop One Last Chance karya Stephanie Zen. Data penelitian ini
diperoleh dari Novel Metropop One Last Chance karya Stephanie Zen. Stephanie Zen lebih memunculkan
Ego pada tokoh utama wanita. Super ego serta Id tidak terlalu dimunculkan pada tokoh Adrienee selaku
tokoh utama wanita dalam novel One Last Chance. Tidak bisa dipungkiri bahwa unsur-unsur kejiwaan
pengarang tercerminkan pada jiwa tokoh utama.
Kata Kunci: Psikologi Sastra, novel, one last chance
Abstract :
The purpose of this research is to described the extent to which review psychology literature in the main
figure in novel metropop one last chance work stephanie zen. The methodology used in this research is
the method descriptive from the analysis the contents of, with described review psychology literature in
the main figure in novel metropop one last chance work stephanie zen. Lab data is obtained from novel
metropop one last chance work Stephanie Zen. Stephanie Zen more bring up ego in the main figure in
woman. Super ego and id is too raised in figures adrienee as the main figure in woman in a novel one last
chance. Could not denied that psychiatric elements author is reflected in soul the main figure.
Keywords : literature psychology, novel, one last chance
PENDAHULUAN
Karya sastra pada umumnya berisi
tentang permasalahan yang melengkapi
kehidupan manusia. Permasalahan itu
dapat berupa permasalahan yang terjadi
dalam dirinya sendiri. Karena itu, karya
sastra memiliki dunia sendiri yang
merupakan hasil dari pengamatan
sastrawan terhadap kehidupan yang
diciptakan itu sendiri baik berupa novel,
puisi maupun drama yang berguna
untuk dinikmati, dipahami, dan
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dewantara (dalam Walgito, 1997: 5)
mengungkapkan bahwa setiap manusia
merupakan individu yang berbeda
dengan individu lainnya. Menusia
mempunyai watak, temperamen,
pengalaman, pandangan, dan perasaan
sendiri yang berbeda dengan lainnya.
Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif sebuah karya seni. Sastra
merupa-kan segala sesuatu yang ditulis
dan dicetak. Selain itu, sastra
merupakan karya imajinatif yang
dipandang lebih luas pengertiannya
daripada karya nonfiksi Wellek dan
DEIKSIS | Vol. 09 No.01 | Januari 2017 : 167-180
168
Warren (dalam Jabrohim, 1990: 3-11).
Perbedaan utama antara fiksi dan non
fiksi terletak dalam tujuan dan sifat.
Non fiksi bersifat aktualitas sedangkan
fiksi bersifat realitas. Aktualitas adalah
apa-apa yang benar-benar teerjadi
sedangkan realitas adalah apa-apa yang
dapat terjadi (tetapi belum terjadi)
(Tarigan, 1984: 122). Fiksi sering pula
disebut cerita rekaan hasil pengolahan
pengarang berdasarkan pandangan,
tafsiran, dan penilaian tentang
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi
ataupun pengolahan tentang peristiwa-
peristiwa yang hanya ber-langsung
dalam khayalan (Semi, 1988: 31).
Psikologi sastra adalah
pendekatan atau teori yang akan
digunakan dalam menganalisis novel
One Last Chance karya Stephanie Zen.
Psikologi dikenal dengan ilmu jiwa.
Para ahli jiwa cenderung
mempergunakan istilah psikologi.
Karena istilah-istilah yang lain
mempunyai kelemahan. Misalnya
diambil ilmu watak atau karakterologi
yang artinya ditujukan kepada manusia
yang mempunyai arti normatif dan
deskriptif.
Kata watak dalam arti normatif
selalu berkaitan dengan norma-norma
kepada orang yang sedang dibicarakan,
ini berhubungan dengan manusia
dikata-kan mempunyai watak atau
sikap, tingkah laku dan perbuatan yang
di-pandang dari norma-norma sosial
baik atau buruk. Untuk lebih jelasnya
tentang pengertian psikologi Irwanto
menyata-kan: “Didasarkan pada
terjemahan kata Yunani: Psyche dan
logos Psyche berarti “jiwa” atau
“nyawa” atau “alat untuk berpikir”.
Logos berarti “ilmu” atau “yang
mempelajari tentang”. Dengan demikian
psikologi diterjemahkan ilmu yang
mempelajari jiwa. Sedangkan menurut
departemen pendidikan dan
kebudayaan, psikologi adalah: “ilmu
tentang gejala dan kgiatan jiwa”. Selain
dengan ini, Purwanto menyatakan
bahwa psikologi adalah: “Ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia”.
Penjelajahan ke alam batin atau
kejiwaan untuk mengetahui lebih jauh
tentang seluk-beluk manusia yang unik
ini merupakan sesuatu yang me-
rangsang. Kemajuan teknologi dan
moderenisasi dalam segala kehidupan
manusia tampaknya bermula dari sikap
kejiwaan dan berakhir juga pada segi
kejiwaan. Psikologi analisis ini meng-
anut teori adanya dorongan bawah sadar
yang mempengaruhi tingkah laku
manusia. Menurut Sigmund Freud
dalam Semi, prinsip yang dianut oleh
psikologi antara lain:
1. Lapisan kejiwaan yang paling dalam
(rendah) adalah lapisan bawah sadar
(lobido) atau daya hidup, yang ber-
bentuk dorongan seksual dan pe-
rasaan-perasaan lain mendorong
manusia mencari kesenangan dan
kegairahan
2. Pengalaman-pengalaman sewaktu
bayi dan sewaktu kanak-kanak,
banyak mempengaruhi sikap hidup
sewaktu dewasa
3. Semua buah pikiran, betapapun
kelihatannya tidak berarti, masih
tetap penting bila dihubungkan
dengan daerah bawah sadar
4. Konflik emosi, pada dasarnya
adalah konflik antara perasaan
bawah sadar dengan keinginan-
keinginan yang muncul dari luar
5. Emosi itu sendiri bersifatdwirasa.
Tidak ada emosi dari satu jenis.
Benci dan sayang saling bercampur.
Seorang laki-laki mungkin mem-
benci seorang wanita tetapi
sekaligus dia tertarik padanya.
6. Sebagian konflik dapat diselesaikan
atau disembunyikan dengan cara
yang dapat diterima. Apabila dia
mampu keluar dari konflik itu,
disebut sublimasi, tetapi bila gagal
Tinjauan Psikologi Sastra pada Tokoh Utama dalam Novel Metropop One Last Chance
Karya Stephanie Zen (Ryan Hidayat, Fauzi Rahman)
169
dia akan menyerupai, yaitu konflik
emosi didasar jiwa.
Banyak penulis yang berusaha
mendalami masalah psikologi untuk itu
banyak penelaah atau penelitian sastra
yang mencoba memahami karya sastra
dengan bantuan psikologi.
Menurut Wellek dan Werren
istilah psikologi mempunyai empat ke-
mungkinan pengertian, yang pertama
adalah studi psikologi pengantar
sebagai tipe atau sebagai pribadi, yang
kedua adalah studi proses kreatif, yang
ketiga adalah studi tipe atau hukum-
hukum psikologi yang diterapkan pada
karya sastra, dan yang keempat
mempelajari dampak sastra pada
pembaca (psikologi pembaca). Menurut
Ratna pendekatan psikologi awal lebih
dekat dengan pen-dekatan sosiologis
sebab analisis yang dilakukan
cenderung memanfaat-kan data-data
personal. Proses kreatif me-rupakan
salah satu model yang banyak
dibicarakan dalam rangka pendekatan
psikologi. Karya sastra dianggap
sebagai hasil aktivitas penulis, yang
sering di-kaitkan dengan gejala-gejala
kejiwaan, seperti: obsesi, kontemplasi,
kompensasi, sublimasi, bahkan sebagai
neurosis.
Sigmund Freud (ahli psikologi)
membagi 3 struktur psikoloanalisa
(psikologi sastra) yang terdiri dari 3
aspek yaitu, id, ego dan super ego.
1. Das Es ( the id)
Id yaitu aspek biologis dan
merupakan realita psikis yang
sebenar-benarnya oleh karena itudas
es merupakan dunia batin atau
subyektif manuisa, hal-hal yang
dibawa sejak lahir (unsr2 biologis),
termasuk instink-instink. Fungsinya
adalah mengejar keenakan degan
menghindarkan diri dari ketidak
enakkan. Pedoman ini disebut
“prinsip kenikmatan” atau prinsip
keenakan.
Id ini menyangkut dengan
naluri, adapun aspek naluri adalah
sebagai beikut.
a. Sumber insting (kondisi
jasmaniah)
b. Tujuan insting (menghilangkan
ketidak enakan)
c. Objek insting (hal yang bisa
memuaskan kebutuhan)
d. Pendorong insting (kekuatan
insting)
2. Das ich (the ego)
Aspek ini adalah aspek
psikologis dari pada kepribadian
dan timbul karena kebutuhan
organisme untuk berhunbungan baik
dengan dunia kenyataan (realitas.
Suatu rencana untuk memuaskan
kebutuh-an dan mengujinya atau
mentesnya (biasanya dengan suatu
tindakan untuk mengetahui berhasil
atau tidak.
3. Das ueber ich atau super ego
Adalah aspek sosiolog ke-
pribadian fungsi yang pookok
adalah menentukan apakah benar
atau tidak, susila atau tidak pantas
atau tidak dengan demikian pribadi
dapat ber-tindak sesuai dengan
moral masyarakat.
Pokok dari super ego dilihat
dari hubungan aspek kepribadian,
seperti:
a. Merintangi implus-implus id.
b. Lebih mengejar hal-hal yang ber-
sifat moralistis daripada realistis.
c. Super id bersama id berada
dalam bawah sadar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif dengan
teknik analisis isi. Semi (2012:30)
mengemukakan bahwa metode
penelitian deskripstif kualitatif adalah
DEIKSIS | Vol. 09 No.01 | Januari 2017 : 167-180
170
data yang terurai dalam bentuk kata-
kata atau gambar-gambar, bukan dalam
bentuk angka-angka. Sedangkan untuk
analisis isi, Moleong (2013:220)
menjelaskan mengenai kajian isi yang
merupakan teknik apapun yang
digunakan untuk menarik kesimpulan
melalui usaha menemukan karakteristik
pesan, dan dilakukan secara objektif dan
sistematis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
TINJAUAN PSIKOLOGI
Pengarang
Pada dasarnya novel merupakan
hasil dari lamunan atau imajinasi se-
orang penulis kemudian ia tuangkan ke
dalam tulisan lalu disuguhkan kepada
khalayak pembaca. Entah novel tersebut
dilatar belakangi oleh kisah fiksi atau
non fiksi, tapi secara langsung ataupun
tidak langsung, secara sadar maupun
tidak sadar psikologi pengarang sangat
berperan besar dalam tulisanya. Seperti
Stephanie Zen, penulis novel One Last
Chance, yang menghadirkan kisah
percintaan dalam novelnya. Psikologi
Stephanie Zen sebagai pengarang novel
akan mempengaruhi dalam penentuan
tema, tokoh, alur cerita dll.
Pengarang merupakan salah se-
orang yang aktif dalam organisasi ke-
agamaan kristiani New Youth
Community Gereja Kristen Indonesia
(NYC GKI) Ngagel dan Oikos Xplode.
Bisa diartikan bahwa pengarang
merupakan sosok agamis. Ditinjau dari
kejiwaan penulis yang agamis, makaada
ke-sinambungan antara dirinya
pengarang dengan karya yang ia tulis.
Terbukti hal itu dengan adanya tokoh
Adriennee dalam novel One Last
Chance yang merupakan seorang aktifis
di gereja Surabaya. Bisa diartikan tokoh
Adrienne melatar belakangi jiwa
pengarang.
Seorang aktivis gereja tentunya
akan dekat dengan pera pendetanya
yang mereka jadikan tempat pengakuan
dosa, dan seorang pendeta atau pastur
akan memberikan nasihat-nasihat agar
para kristianai tidak melenceng dan
mampu menghadapi masalahnya
sehingga bisa kembali pada jalan yang
benar. Secara tidak langsung keadaan
seperti itulah yang akan membentuk
psikologi pe-ngarang. Ia dalam masalah
maka secara Egonya ia mendatangi
pendeta. Hal tersebut tergambar pula
dalam tokoh Andienne yang mendapat
pencerahan sehingga ia sadar akan
kesalahannya pada Jaden, Geery, dan
Dirgantara bahwa secara tidak sadar
Adrienee telah menyakiti mereka.
Tokoh Adrienne pun menjadi berubah
dan sadar akan ke-salahannya sehingga
ia meminta maaf kepada Gerry meski
kerap kali Gerry menolak.
NYC GKI Ngagel merupakan
sebuah komunitas gereja di Ngagel,
komunitas tersebut seringkali mengada-
kan perkumpulan dan acara aksi sosial.
Keaktifan pengarang dalam komunitas
tersebut terbukti pada ungkapan “oikos
xplode + ACT dan NYC GKI Ngagel +
Gank Dewasa. Terima kasih sudah
menjadi komunitas tempatku ber-
tumbuh” dalam kata pengantar pada
novelnya. Seperti yang telah penyusun
analisis, komunitas tempat Stephanie
tumbuh merupakan komunitas yang
sering kali mengadakan pertemuan-per-
temuan diluar gereja seperti di kafe dan
restaurant yang tergolong mewah.
Kebiasaan-kebiasan pada pengarang
dengan sering mengunjungi kafe dan
restaurant mewah ala western itu ter-
gambar dari tokoh Adrienne. Kebiasaan
menulis Adrienee dalam novel sehingga
novelnya menjadi best seller itu adalah
cerminan dari Stephanie Zen yang suka
menulis hingga menghasilkan novel
One last Chance.
Aksi sosial yang sering diadakan
oleh NYC GKI dan (mungkin)
Shephanie selalu ikut serta di dalamnya,
Tinjauan Psikologi Sastra pada Tokoh Utama dalam Novel Metropop One Last Chance
Karya Stephanie Zen (Ryan Hidayat, Fauzi Rahman)
171
secara sadar maupun tidak sadar telah
pengarang jadikan salah satu alur
penceritaan pada novelnya yaitu, ketika
Adrienne bertemu dengan Danny –yang
akhirnya menjadi kekasihnya –di
Tosari, tepatnya dalam kegiatan aksi
sosial komunitas gereja Adrienne di
Surabaya.
Kecakapan pengarang dalam
berbahasa Inggris –tercerminkan pada
status pendidikan pengarang di
Universitas di Singapure –telah mem-
pegaruhi tulisannya dalam novel. Dalam
bahasa novelnya terdapat alih kode dan
campurkode antara bahasa indonesia,
bahasa Inggris dan bahasa asing
lainnya. Pada memaparan penyusun di
atas telah mencerminkan bagaimana
hubungan antara emosi pengarang yang
dilatar belakangi oleh kebiasaan-
kebiasaan dalam dunia nyatanya lalu
pengarang integrikan dalam dunia imaji
dalam pengisahan alur cerita dalam
novel One Last Chance.
Karya Sastra
1. Id (das es) Pada Tokoh Utama
Wanita
Keinginan Adrienne untuk
me-nulis novel dikarenakan patah
hati.
“Dan Adrienne meneggelamkan
diri dalam tangis setelah
menulis halaman itu. Ia punya
kumpulan diary, bahkan yang
ditulisnya sejak SMP! Tentu ia
bisa memilih beberapa kisah ...
ia sudah rugi karena patah hati.
Masa ia tak bisa mendapat apa-
apa?” (One Last Chance, hlm.
16-17)
Ketika Adrienne merasa sedih
karena patah hati id lah yang ber-
peran dalam hal ini tetapi ketika
Adrienne memutuskan untuk me-
nulis novel mengenai masalah
pribadinya yang nyata ego lah yang
berperan. Ketika Keyla menasihati
untuk tidak menggunakan nama asli
pada tokoh utama pria super ego lah
yang berperan. Adrienne tetap
meng-gunakan nama asli pada tokoh
utama pria, di sini peran super ego
kalah dengan ego.
“Di dalam kamarnya, Adrienne
menangis tersedu-sedu...
Kelenjar air matanya malah
semakin produktif.” (One Last
Chance, hlm. 184)
Adrienne menangis semalam-
an setelah pulang dari Tosari, ketika
Adrienne merasakan sedih id lah
yang bermain dalam diri Adrienne.
Ketika ia menangis dan mengeluar-
kan air mata, ego Adrienne juga ikut
bermain di dalam dirinya.
2. Ego (das ich) Pada Tokoh Utama
Wanita
Ketika Adri patah hati dan
marah-marah kepada Jaden di
parkiran.
“Adrienne memergoki Jaden
berduaan dengan sorang gadis
di parkiran basement ... lalu
menyuruh mereka keluar dari
mobil lalu serta merta melabrak
Jaden sebagai pacar yang tidak
setia dan mengatai gadis itu
cewek murahan.” (One Last
Chance, hlm. 14)
Pada saat Adri merasa patah
hati karena telah dibohongi oleh
Jaden dan serta merta melabrak
Jaden dan cewek tersebut, disitulah
ego Adrienne berperan
mengalahkan super ego yang
seharusnya bisa ia tahan sehingga ia
memiliki motto “tak boleh ada patah
hati yang tak menghasilkan royalti.”
Keinginan Adrienne untuk
menulis novel dikarenakan patah
hati.
“Dan Adrienne meneggelamkan
diri dalam tangis setelah
menulis halaman itu. Ia punya
kumpulan diary, bahkan yang
DEIKSIS | Vol. 09 No.01 | Januari 2017 : 167-180
172
ditulisnya sejak SMP! Tentu ia
bisa memilih beberapa kisah ...
ia sudah rugi karena patah hati.
Masa ia tak bisa mendapat apa-
apa?” (One Last Chance hlm:
16-17)
Ketika Adrienne merasa sedih
karena patah hati id lah yang
berperan dalam hal ini tetapi ketika
Adrienne memutuskan untuk me-
nulis novel mengenai masalah
pribadinya yang nyata ego lah yang
berperan. Ketika Keyla menasihati
untuk tidak menggunakan nama asli
pada tokoh utama pria super ego lah
yang berperan. Adrienne tetap
meng-gunakan nama asli pada tokoh
utama pria, di sini peran super ego
kalah dengan ego.
Adri ingin kenal Danny di
Tosari ketika baksos berlangsung.
“Gosh, siapa sih cowok itu? Ia
benar-benar penasaran! ...”
“Baiklah demi kamu, aku akan
mencari tahu!” kata Debie
“Adrienne terbahak. “Ya deh,
ya deh. Makasih lho.” (One Last
Chance hlm: 28-29)
Adrienne berusaha untuk
mengenal cowok itu (Danny) lebih
jauh, jadi ketika ia menuruti keingin
tahuannya tentang Danny dengan
bertanya-tanya pada temannya
itulah ego Adrienne muncul.
Adrienne ingin mengundang
Danny makan di Pissa Cafe.
“ ... Btw, hari Sabtu ini kamu
sibuk nggak? Kalau senggang,
mau datang ke acara
syukurannya? Cuma nraktir
lunch beberapa temen kok ...”
(one Last Chance hlm: 84)
Adrienne berusaha mengajak
Danny untuk datang ke acara
syukuran agar bisa bertemu dengan
Danny, ego Adrienne yang
berperan.
Adrienne ingin mengenal
Danny lebih jauh sehingga ia men-
jadi stalker facebook dan blog
Danny.
“Dan pointer-nya terhenti pada
sebuah search result. “Blog:
Danny Husein ... Adrienne men-
scroll mousenya turun ... Di foto
pertama, si cewek
menyandarkan kepala di bahu si
cowok dan mereka berdua
tersenyum ke arah kamera.”
(One Last Chance hlm: 56)
Ingin mengenal Danny lebih
jauh lagi sehingga Adrienne
menjadi stalker facebook dan blog
Danny untuk mendapatkan
informasi, pada saat Adrienne
melakukan stalker ego lah yang
lebih dominan disbanding-kan super
ego yang tidak bermain sama sekali.
Waktu Adrienne menjawab
sekaligus mematahkan pertanyaan
Gerry mengenai peran utama pria
dalam novel Reasonable Love.
“Iya, pengalaman pribadi saya.
Hanya saja, cowok yang di
dunia nyata itu lebih parah
dibanding Gerry dalam novel
Reasonable Love ini.” Tambah
Adrienne lagi, kali ini sambil
tersenyum puas. (One Last
Chance hlm. 77)
Adrienne berusaha untuk
membela diri ketika ada pertanyaan
mengenai tokoh utama pria dalam
novelnya dan menjawab dengan
perasaan yang kesal sekaligus puas
atas apa yang telah ia ucapkan
kepada Gerry dalam ini ego
Adrienne lebih dominan dibanding
super ego.
Adrienne dan Danny saling
menelisik satu sama lain tentang
HTSan.
“Sekarang lagi nulis buku apa,
Dri?” “Hmm ... Lagi nulis
tentang dua orang yang
Tinjauan Psikologi Sastra pada Tokoh Utama dalam Novel Metropop One Last Chance
Karya Stephanie Zen (Ryan Hidayat, Fauzi Rahman)
173
menjalin hubungan tanpa
status.” “ ... Btw, ini
perasaanku aja kali ya, tapi kok
kamu nanyanya niat banget
Dri? Lagi survei, ya?” (One
Last Chance hlm: 148-149)
Ketika Adrienne dan Danny
saling menelisik satu sama lain
tentang HTSan ego Adrienne yang
bermain karena keingintahuannya,
tetapi super egonya juga ikut
bermain karena dalam pertanyaan
yang diajukan oleh Adri kepada
Danny itu tidak terlalu blak-blakan
tapi dengan cara menyindir saja.
“Adrienne : Bang, wiken
besok ada acara nggak?”
“Aidan : Nggak.
Kenapa?”
“Adrienne : Mau minta
tolong anterin ke luat kota
”
“Aidan : Tosari?” (One
Last Chance hlm: 165)
Adrienne pergi ke Tosari
menemui Danny untuk meengetahui
kabarnya yang sudah satu minggu
tidak ada kabarnya, keinginan
Adrienne untuk pergi ke Tosari
adalah ego.
“Di dalam kamarnya, Adrienne
menangis tersedu-sedu ...
Kelenjar air matanya malah
semakin produktif.” (One Last
Chance hlm: 184)
Adrienne menangis semalam-
an setelah pulang dari Tosari, ketika
Adrienne merasakan sedih id lah
yang bermain dalam diri Adrienne.
Ketika ia menangis dan mengeluar-
kan air mata, ego Adrienne juga ikut
bermain di dalam dirinya.
Pada saat yang rumit, ketika ia
diadukan dan dituntut karena
masalah pencemaran nama baik
terhadapa Gery dalam tokoh novel
Reason Love, maka Adri berusaha
untuk menemukan pengacara agar
ia terselamatkan dari tuntutannya.
“Belum tahu, Key. Pengacaya
Bookworm tarifnya mahal
banget... dan aku ngg kenal
pengacara lainnya.” (OLC, hlm.
192)
Dari kutipan di atas terlihat
bahwa Andri berusaha untuk me-
nyelamatkan dirinya dari tuntugan
Gery terhadapnya, yaitu dengan
mencari seorang pengacara untuk
membantunya, meskipun pada saat
itu ia belum mendapatkannya
karena membayar tarif pengacara
Bookworm terlalu mahal. Sikap
Adri ini termasuk dalam ego Adri
agar dirinya terselamatkan,
menghindari dari ketidak enakan
dan gangguan tuntutan Gery.
Datangnya masalah betubi-
tubi kepadanya membuat Adri
semakin terpuruk, akan tetapi ia
menyadari bahwa permasalah yang
timbul akibat perbuatnya, maka
penyelesaiannya pun harus
dilakukan oleh seorang diri tanpa
bantuan keluarganya.
“Aku..., aku Cuma nggak mau
mereka jadi kepikiran, Bang. Ini
masalahku, aku nggak mau
memberatkan mereka.” (OLC,
199)
Ketika timbul masalah, maka
ada ego Adri yaitu, bahwa ia tidak
ingin menceritakan semua masalah
yang sedang dialaminya kepada
keluarganya, karena ia ingin
menghindari ketidak enakkan akan
memberatkan keluarganya.
Seperti yang telah dijelaskan
pada kutipan sebelunya. Bahwa
dalam mengahadapi masalah anatara
Adri dengan Dany, Gery, dan
pencabutan Literature Award, Adri
mencoba untuk tegar dan berusaha
sendiri. Sikap ego ketika ingin
mnyelesaikan masalaha sendiri dan
super ego ketika ia bisa menahan
DEIKSIS | Vol. 09 No.01 | Januari 2017 : 167-180
174
diri dari segala amarah ketika meng-
hadapi kesulitan.
Ketika pastur Wirya Pranata
menemui Adri dan menasihatinya
untuk mengingatkan dan mengeluar-
kan Adri dari beban masalahnya.
“... Kamu belum memafkan atas
apa yang mereka lakukan ke
kamu kan?” (OLC, hlm. 232)
“Adri tercengung. Selama ini,
hal itu sama sekali takk pernah
terpikir olehnya.” (OLC, hlm.
232)
Ya, bahwa secara tidak sadar
selama ini Adri ternyata menaruh
dendan dan belum bisa memaafkan
Jaden, Dirga, dan Gery atas per-
lakuan mereka kepadanya sehingga
hal itulah yang mendorong Adri
untuk menulis novel tentang
mereka. Disitulah tampak ego dari
untuk menulis tentang mereka, id
adri terlihat apa yang dirasakannya
yaitu sakit hati, dan setelah
tersadarnya bahwa ia belum
memaafkan ke tiga pria itu maka
itulah saat super ego bertindak
untuk menahan dan mem-buang
amarahnya jauh-jauh. Karena
seperti apa yang dikatakan oleh
pastur, bahwa bukanlah suatu hal
yang benar jika suatu kejahatan
dibalas dengan kejahatan. Akan
tetapi jika kita membalas kejahatan
dengan kasih, itu akan menaruh bara
api di kepala orang itu.
“kalau kamu membalas
kejahatan dengan kasih, itu
akan seperti menaruh bara api
di kepala orang itu. Karena
nantinya orang itu sendirilah
yang akan merasa tersiksa
karena telah menyakiti kamu.”
(OLC, hlm. 233)
Setelah apa yang terjadi pada
batin Adri setelah mendapatkan
nasihat dari pastur, maka Adri pun
dengan keinginannya untuk
meminta maaf kepeda Gery atas apa
yang ia lakuakan kepadanya selama
ini, meskipun pada saat itu sedang
dalam masa-masa persidangan atas
tuntutan Gery pada Adri.
“ Aku datang untuk minta
maaf.” (OLC, hlm. 238)
Datangnya Adri kepada Gery
bukanlah untuk meminta permohon-
an maaf supaya Gery mencabut
tuntutan atasnya. Akan tetapi
dengan sadar Adri meminta maaf
karena ia menginginkan jiwanya
tenang dan damai, serta tidak ada
dendam saja. Itulah sikap ego dari
Adri untuk menenagkan jiwanya
dari ketidak enakkan karena rasa
bersalahnya pada Gery.
Setelah ia meminta maaf pada
Gery, disusul dengan permohonan
maafnya yang ditulis di milis
romance, ia tidak menyerah begitu
saja, meskipun Gery belum me-
nerima permohona maafnya.
“ ia membaca kembali posting
yang baru saja diruliskannya.
My Apology. Posted by Adrienne
Hanjaya – just now...” (OLC,
hlm. 250)
Dengan berbesar hati ia minta
maaf atas apa yang telah ditulisnya
dalam novel, sehingga
menimbulkan kekecewaan pada
penggemar novel Adri. Sikap seperti
iru merupakan ego Adri untuk
melepaskan rasa ketidak enakannya
yang mengganjal, karena ia ingin
kedamaian dalam hatinya tanpa
menaruh dendam.
Setelah prose persidangan
berakhir maka saat itu pula Adri
menerima kekalahan, bahwa ia telah
terbukti telah mencemarkan nama
baik Gery dalam novel Reasonable
Love. Hukuman yang harus dijalani
Adri adalah ganti rugi atas pen-
cemaran nama baik sebanyak 300
juta rupiah. Maka dengan senang
Tinjauan Psikologi Sastra pada Tokoh Utama dalam Novel Metropop One Last Chance
Karya Stephanie Zen (Ryan Hidayat, Fauzi Rahman)
175
hati Adri melunasi hukumannya
dengan memberi cek kepada Gery
tanpa memalui pengacara.
“... bahwa aku boleh
menyerahkan cek ini sendiri
kepadamu... .” (OLC, hlm. 253)
Ego, ketika dengan penuh
kesedaran bahwa Adri harus me-
laksanakan hukumanya dan ke-
wajibannya utnuk membayar kepada
Gery sebesar 300 juta.
Kejadian-kejadian yang
menimpat pada diri Adri tidak mem-
buat Adri terpuruk, dengan nasihat
dan dorongan dari sekelilingnya
Adri bisa melewati semuanya dan
bisa bertahan utnuk tetap maju.
Kejadian pada novel terakhirnya
tidak mem-buat Adri utnuk tetap
berhenti me-nulis. Kali ini ia telah
menyelesaikan satu novel yang
berjudul One Last Chance.
“Ya. I just finished it last night.
This morning, I mean.” (OLC,
hlm. 259)
“One Last Chance... .” (OLC,
hlm. 259)
Adri tetap akan terus menulis,
karena itulah kelebihan pada diri
Adri. Dengan novelnya ia bisa terus
berkarya. Ketika menuliskan novel,
memang ada tujuan lain, yaitu untuk
membuktikan tetulusan Adri pada
Danny. Ini termasuk ke dalam ego
ketika dengan sadar ia ingin me-
luruskan kesalah pahaman antara
Adri dengan Danny.
Adri mengirimkan novel pada
Danny agar Danny percaya bahwa
Adri tidak seburuk yang Danny kira.
“One Last Cahnce..., Andrienne
Hanjaya. Danny hanjaya
membaca pelan.” (OLC, hlm.
275)
“Kamu pernah bilang, apa pun
yang akan aku katakan, kamu
nggak akan pernah percaya
lagi. Karena itu aku
menuliskannya, supaya kamu
percaya. I am really sorry.”
(OLC, hlm. 275)
Ego Adri untuk menulis buku
dan memberi buku itu pada Danny.
Ia ingin bahwa Danny menyadari
akan ketulusan Adri untuk men-
dekatkan diri pada Dany adalah
karena ia benar-benar cinta, bukan
karena ingin memanfaatkannya.
Kisah cinta mereka pun mulai
setelah Adri dan Dany memaafkan
satu sama lain. Akan tetapi tiga hari
setelah itu Dany berangkan ke
Bitung untuk menjalani dinas
pertamanya di Sulawesi Utara.
Menjalani long distance committed
relasionship adalah keputusan
mereka yang harus mereka jalani,
akan tetapi keduanya tetap
berkiriman electronic mail.
“So many good news in one e-
mail.” (OLC, hlm. 286)
“I miss you too! 36 days until
we meet again! Can’t wait!”
(OLC, hlm.287)
Keduanya saling membutuh-
kan, demi kelangsungan perjalanan
cinata mereka maka keduanya pun
selalu berkiriman e-mail. Karena
hanya dengan berkomunikasi, maka
akan saling memahami dan mem-
pererat satu sama lain. Inila yang
dinamakan ego pada riri mereka
berdua, khususnya pada Adri
sebagai tokoh utama.
3. Super Ego (das über ich) Pada
Tokoh Utama Wanita
Keinginan Adrienne untuk
menulis novel dikarenakan patah
hati.
“Dan Adrienne meneggelamkan
diri dalam tangis setelah
menulis halaman itu. Ia punya
kumpulan diary, bahkan yang
ditulisnya sejak SMP! Tentu ia
bisa memilih beberapa kisah ...
ia sudah rugi karena patah hati.
DEIKSIS | Vol. 09 No.01 | Januari 2017 : 167-180
176
Masa ia tak bisa mendapat apa-
apa?” (One Last Chance hlm:
16-17)
Ketika Adrienne merasa sedih
karena patah hati id lah yang
berperan dalam hal ini tetapi ketika
Adrienne memutuskan untuk me-
nulis novel mengenai masalah
pribadinya yang nyata ego lah yang
berperan. Ketika Keyla menasihati
untuk tidak menggunakan nama asli
pada tokoh utama pria super ego lah
yang berperan. Adrienne tetap
meng-gunakan nama asli pada tokoh
utama pria, di sini peran super ego
kalah dengan ego.
Adrienne dan Danny saling
menelisik satu sama lain tentang
HTSan.
“Sekarang lagi nulis buku apa,
Dri?”
“Hmm ... Lagi nulis tentang dua
orang yang menjalin hubungan
tanpa status.” “ ... Btw, ini
perasaanku aja kali ya, tapi kok
kamu nanyanya niat banget
Dri? Lagi survei, ya?” (One
Last Chance hlm: 148-149)
Ketika Adrienne dan Danny
saling menelisik satu sama lain
tentang HTSan ego Adrienne yang
bermain karena keingintahuannya,
tetapi super egonya juga ikut ber-
main karena dalam pertanyaan yang
diajukan oleh Adri kepada Danny
itu tidak terlalu blak-blakan tapi
dengan cara menyindir saja.
“Kamu menjadikan aku tokoh
utama naskah barumu yang
sedang kamu tulis! Benar,
kan?” “Apa ...?” Adrienne
berusaha mengatur napas dan
deru jantungnya. Ia diserang
berulang-ulang saat tak siap,
dan semua tikaman serta
hujaman itu sangat telak!” (One
Last Chance hlm: 171-172)
Sikap Adrienne yang hanya
bisa diam setelah dimarahi habis-
habisan oleh Danny karena kesalah-
fahaman mereka. Diamnya
Adrienne ini menunjukkan super
egonya yang bermain lebih dominan
untuk mehanan rasa amarah yang
dirasakan oleh Adrienne.
“Setelah menekan tombol untuk
mengakhiripanggilan, Adrienne
menjatuhkan dirinya kembali ke
ranjang, dan menatap langit-
langit kamar dengan mata
nanar. Hidupku benar-benar
hancur sekarang.” (One Last
Chance hlm:1 90)
Sikap Adrienne terhadap
tuntutan Gerry menunjukkan super
ego lah yang bermain, karena Adri
pasrah dan menerima semua
tuntutan Gerry karena menurut Adri
itu adalah balasan yang pantas ia
terima. Sedikit pun Adrienne tidak
meluap-kan kemarahannya maka
egonya tidak bermain.
“Dri, mmm ... mereka maksud
Mba, Indonesian Literature
Community ... mamutuskan
untuk mencabut Literature
Award yang kamu terima untuk
Reasonable Love ... karena
kasus yang menimpa kamu.”
“Adrienne tidak tahu, apakah
matahari yang bersinar terik di
atas sanalah yang telah
membuat matanya berkunang-
kunang, ataukah berita yang
baru saja didengarnya.” (One
Last Chance hlm: 197-198)
Sikap Adrienne terhadap pen-
cabutan Awardnya merupakan super
ego, karena Adrienne dengan pasrah
menerima apa yang telah terjadi
pada dirinya saat ini dan memang
pantas ia terima. Adrienne tidak
menunjuk-kan amarah kepada siapa
pun dan tidak pula menyalahkan
siapa pun atas semua kejadian yang
Tinjauan Psikologi Sastra pada Tokoh Utama dalam Novel Metropop One Last Chance
Karya Stephanie Zen (Ryan Hidayat, Fauzi Rahman)
177
menimpa dirinya, jadi ego Adrienne
tidak bermain dalam masalah ini.
Pada saat yang rumit, ketika ia
diadukan dan dituntut karena
masalah pencemaran nama baik
terhadapa Gery dalam tokoh novel
Reason Love, maka Adri berusaha
untuk menemukan pengacara agar
ia terselamatkan dari tuntutannya.
“Belum tahu, Key. Pengacaya
Bookworm tarifnya mahal
banget... dan aku ngg kenal
pengacara lainnya.” (OLC, hlm.
192)
Dari kutipan di atas terlihat
bahwa Andri berusaha untuk me-
nyelamatkan dirinya dari tuntugan
Gery terhadapnya, yaitu dengan
mencari seorang pengacara untuk
membantunya, meskipun pada saat
itu ia belum mendapatkannya
karena membayar tarif pengacara
Bookworm terlalu mahal. Sikap
Adri ini termasuk dalam ego Adri
agar dirinya terselamatkan,
menghindari dari ketidak enakan
dan gangguan tuntutan Gery.
Akan tetapi ketika mendengar
kabar bahwa ia dituntut, sikap Adri
hanya pasrah, berpasrah. Hal ter-
sebut menunjukkan super ego Adri
untuk tidak marah dan menuntut
balik atas sikap Gery, bahkan ia
sadar bahwa ini adalah balasan
karena telah berlaku diluar batas
kewajaran yaitu, untuk menerbitkan
novel Reasonable Love dengan
tokoh Gery sebagai tokoh utamanya.
Seperti yang telah dijelaskan
pada kutipan sebelunya. Bahwa
dalam mengahadapi masalah anatara
Adri dengan Dany, Gery, dan
pencabutan Literature Award, Adri
mencoba untuk tegar dan berusaha
sendiri. Sikap ego ketika ingin
mnyelesaikan masalaha sendiri dan
super ego ketika ia bisa menahan
diri dari segala amarah ketika meng-
hadapi kesulitan.
Ketika pastur Wirya Pranata
menemui Adri dan menasihatinya
untuk mengingatkan dan mengeluar-
kan Adri dari beban masalahnya.
“... Kamu belum memafkan atas
apa yang mereka lakukan ke
kamu kan?” (OLC, hlm. 232)
“Adri tercengung. Selama ini,
hal itu sama sekali takk pernah
terpikir olehnya.” (OLC, hlm.
232)
Ya, bahwa secara tidak sadar
selama ini Adri ternyata menaruh
dendan dan belum bisa memaafkan
Jaden, Dirga, dan Gery atas perlaku-
an mereka kepadanya sehingga hal
itulah yang mendorong Adri untuk
menulis novel tentang mereka.
Disitulah tampak ego dari untuk
menulis tentang mereka, id adri
terlihat apa yang dirasakannya yaitu
sakit hati, dan setelah tersadar-nya
bahwa ia belum memaafkan ke tiga
pria itu maka itulah saat super ego
bertindak untuk menahan dan mem-
buang amarahnya jauh-jauh. Karena
seperti apa yang dikatakan oleh
pastur, bahwa bukanlah suatu hal
yang benar jika suatu kejahatan di-
balas dengan kejahatan. Akan tetapi
jika kita membalas kejahatan
dengan kasih, itu akan menaruh bara
api di kepala orang itu.
“kalau kamu membalas
kejahatan dengan kasih, itu
akan seperti menaruh bara api
di kepala orang itu. Karena
nantinya orang itu sendirilah
yang akan merasa tersiksa
karena telah menyakiti kamu.”
(OLC, hlm. 233)
Adrienne memaafkan Dany
atas segala yang telah Dany katakan
pada Andrienne.
DEIKSIS | Vol. 09 No.01 | Januari 2017 : 167-180
178
“Only if you give me one last
chance to make it right.” (OLC,
hlm. 282)
Akhirnya Adrienne pun me-
maafkan Dany, jiak Dany memberi
satu kesempatanya terakhir kepada
Adri untuk mengubah segalanya
menjadi lebih baik laigi. Super
egolah yang membuat diri Adri me-
maafkan Dany hingga mereka pun
menyadari bahwa masih ada
kesempatan untuk menjadi lebih
baik lagi.
Pembaca
Pembaca, tidak lain adalah
sebagai objek sasaran pengarang. Id,
ego, dan super ego pembaca pun
berperan ketika membaca sebuah karya
sastra. Sehingga ia bisa memilah dan
memilih terhadap apresias yang akan
diberikan pembaca terhadap sebuah
karya sastra (novel). Dalam hal ini
pembaca novel One Last Chance seperti
telah terhipnotis oleh novel tersebut
seolah-olah novel itu memiliki unsur
magis. Hingga pembaca bisa mengikuti
alur suasana dalam novel.
Hal itu terlihat dalam pengisahan
novel, pengarang telah menggambarkan
kisah kekecewaan, pengkhianatan, ke-
sedihan, kesenangan, dan konflik dari
sebuah cinta. Dengan bahasanya yang
lugas, penceritaan tokoh dan suasana
yang penuh dengan kemodernan mem-
buat pembaca tidak bosan dan jenuh.
Lagi-lagi kisah percintaanlah yang men-
jadikan novel ini lebih berwarna yaitu,
dengan adanya konflik antara sepasang
yang jatuh cinta hingga akhir-nya
mereka bersatu dan hidup bahagia.
Inilah yang pengarang sajikan dalam
novel untuk pembaca. Sehingga
pembaca pun bisa meraskan
kebahagiaan, karena, bukankah itulah
yang selalu diinginkan oleh para
pembaca ketika novel percinta-an harus
berakhir bahagia? Maka tidak lain,
dengan adanya konflik antara Adrienne
dan Danny dapat menjadikan pembaca
untuk terus meng-ikuti alur cerita
pengarang, hingga selesailah pada akhir
dan penyelesaian konflik.
Ada beberapa quote pada novel
tersebut yang mungkin bisa pembaca
terapkan dalam kehidupan nyata,
tentang kepercayaan, cinta, pendirian
dll. Se-hingga ada kemungkinan secara
tidak sadar maupun secara sadar
pembaca terapkan dalam kehidupan
nyatanya. Hal tersebut tidak lain karena
seperti adanya unsur magis dalam karya
sastra.
Kami sebagaai pengeritik me-
mahami apa yang ingin disampaikan
pengarang melalui tulisannya dalam
novel One Last Chance. Seperti yang
telah penyusun ungkapkan bahwa pem-
baca telah masuk dalam dunia
pengarang melalui imajinasinya yang
logis se-hingga bisa terbawa dalam
suasana-suasan yang telah ditentukan
pengarang dalam novelnya. Ini bisa
dikatakan sebuah keberhasilan
pengarang pada khalayak pembaca
sehingga pembaca bisa tersentuh dan
ikut sedang atas apa yang dikisahkan
pada novel tersebut. Disamping
kelebihan-kelebihan dalam novel One
Last Chance, penyusun me-nemukan
hal-hal yang menjadi sebuah pertanyaan
besar, berikut pemaparannya.
1. Tokoh Jaden, dan Dirgantara.
Dikisahkan dalam novel One
Last Chance (OLC) bahwa
Adrienne merasa sakit hari pada
Jaden dan Dirgantara. Konflik yang
terjadi antara mereka adalah akibat
patah hati. Sehingga Adrienne
menyalur-kan rasa patah hatinya
dengan me-nulis, dan akhirnya ia
menulis novel pertama yang
berisikan kisahnya bersama Jaden,
dan novel kedua tentang kisahnya
bersama Dirgantara. Hingga
akhirnya kedua novel tersebut
Tinjauan Psikologi Sastra pada Tokoh Utama dalam Novel Metropop One Last Chance
Karya Stephanie Zen (Ryan Hidayat, Fauzi Rahman)
179
menjadi novel bestseller. Akan
tetapi ada suatu ke-anehan,
dikisahkan dalam novel ter-sebut
bahwa Jaden dan Dirgantara sama
sekali tidak mengetahui kejadi-an
tersebut, padahal kedua laki-laki
tersebut ada dalam satu lingkungan
kampus tempat mereka menimba
ilmu. Bagi penyusun, ini merupakan
suatu keanehan. Dan tidak ada
permasalahan apapun yang timbul
akaibat adanya kedua novel
tersebut.
Akan tetapi penyusun dapat
memahami bahwa adanya novel
per-tama dengan kedua dengan
kategori best seller hanyalah
sebagai pe-lengkap yang dapat
membantu untuk mendeskripsikan
dan memperkuat bahwa Adrienne
adalah seorang penulis terkenal
dengan novel kategori best seller.
2. Tokoh Bima
Bima tidak lain adalah adik
dari Danny yang masih duduk di
bangku SD. Sifat buruknya adalah
suka menguping pembicaraan orang
dewasa. Akan tetapi sifat Bima yang
seolah-olah menjadi stalker dan
mengetahui segala permasalahan
orang dewasa bukanlah cerminan
dari anak SD yang masih suka
bermai bola dengan anak-anak lain
di lapangan. Sifat tersebut terlalu
tua dan kurang cocok untuk anak
usia SD.
Penyusun mengetahui bahwa
dengan adanya Bima yang berwatak
seperti selaku orang dewasa
merupa-kan usaha Stephanie Zen
agar tokoh Irena selaku ibu Danny
dapat me-ngetahui masalah-masalah
yang di-alami oleh Danny
(kakaknya), karena Danny
merupakan orang ter-tutup dan bila
dipaksa untuk men-ceritakan
masalahnya maka ia semakin
tertutup. Dan itulah peran Bima
sehinnga membuat Ibu Urena
mengetahui masalah-masalah yang
Danny alami hingga akhirnya
Danny mendapatkan nasihat dan
pencerah-an dari ibunya.
SIMPULAN
Stephanie Zen lebih
memunculkan Ego pada tokoh utama
wanita. Super ego serta Id tidak terlalu
dimunculkan pada tokoh Adrienee
selaku tokoh utama wanita dalam novel
One Last Chance. Tidak bisa dipungkiri
bahwa unsur-unsur kejiwaan pengarang
tercerminkan pada jiwa tokoh utama.
Pengarang dapat menghipnotis
pera pembaca dengan karyanya. Perasa-
an pembaca telah mengikuti suana-
suasana yang digambarkan pengarang
dalam novel. Novel ini baik untuk
dijadikan bacaan saat waktu luang pem-
baca dewasa maupun remaja.
Disamping keberhasilan pengarang
dalam me-nyampaikan imaji-imajinya,
akan tetapi ada beberapa hal yang
memang perlu dikritisi yaitu pada tokoh
Jaden, Dirgantara dan Bima. Akan
tetapi dengan hadirnya tokoh serta
perwatakan pada ketiga tokoh tersebut
tidak lain adalah usaha pengarang untuk
menjalan-kan misinya gar kisah tersebut
sejalan dengan yang pengarang
inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. (1990). Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Endraswara, S. (2008). Metodologi
Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Med Press.
DEIKSIS | Vol. 09 No.01 | Januari 2017 : 167-180
180
Irwanto. (1991). Psikologi Umum.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Purwanto, N. (1987). Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remadja
Karya cv.
Ratna, N. K. (2010). Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, M A. (1990). Metode Penelitian
Sastra. Bandung: Angkasa.
_____. (1989). Kritik Sastra. Bandung:
Angkasa.
Soemanto, W. (1998). Pengantar
Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.
Suryabrata, S. (1990). Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Wellek, R dan Werren, A. (1993). Teori
Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.