Content uploaded by Fuad Jaya Miharja
Author content
All content in this area was uploaded by Fuad Jaya Miharja on Apr 26, 2020
Content may be subject to copyright.
Biologi dan Pendidikan Biologi (2018), 11:2 p.96-106
http://biota.ac.id/index.php/jb DOI: http://dx.doi.org/10.20414/jb.v11i2.128
DAUN MANGGA (Mangifera indica L): POTENSI BARU
PENYEMBUH LUKA SAYAT
Mango Leaves (Mangifera indica L): A new potent of a healing
wound for the incision
Arista Mutiara Risa, Yuni Pantiwati, Nurul Mahmudati,
Husamah, Fuad Jaya Miharja*
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang,
Jawa Timur, Indonesia
*Corresponding author: fuad.jayamiharja@umm.ac.id
Abstract
The use of antiseptics in wounds can cause long-term side effects. This
study aims to determine the potential of mango leaves (Mangifera indica
L) as a natural ingredient for healing wounds. This true experimental
research used six treatment groups. This study used a completely
randomized design of four repetitions using 24 samples of white rats
(Rattus norvegicus) taken randomly. The results of the Anova statistical
test showed that there was a difference in the effect of giving mango leaf
extract to incisive wound healing. The results showed that a
concentration of 20% showed a faster recovery time of 7.25 days with
an average wound closure of 4.02 mm. This indicates that the extract of
mango leaves has the potential to be used as a healing wound for the
incision.
Key Words: Mango leaves; extract; wound healing
PENDAHULUAN
Luka terbuka sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
jika dibiarkan dan tidak diobati dapat berpotensi mengalami
infeksi seperti gangren, tetanus, dan sebagainya. Upaya untuk
mencegah terjadinya infeksi, dibutuhkan obat luka yang bersifat
antiseptik, salah satunya adalah povidone iodine yang sering
dipakai di kalangan masyarakat. Povidone iodine cocok untuk
mengobati infeksi yang diakibatkan oleh bakteri atau
Efektifitas Pemberian Suplemen…
Volume 11, Nomor 2, Desember 2018
97
mikroorganisme lain. Namun povidone iodine ternyata
mempunyai dampak negatif, seperti dapat menyebabkan iritasi
pada luka, reaksi toksik, kulit terbakar, perubahan warna kulit
dan menghambat pembentukan fibroblas (Atik & Iwan, 2009;
Balin & Pratt, 2002; Rahmawati, 2014; Vogt et al., 2006).
Adanya dampak negatif tersebut menyebabkan timbulnya
pergeseran perspektif dari penggunaan bahan kimia ke bahan
yang bersifat alami. Hingga saat ini, banyak riset telah dilakukan
untuk menemukan ekstrak bahan alami yang dapat menstimulasi
dan meningkatkan regenerasi penyembuhan luka (Amaliya,
Soemantri, & Utami, 2013; Wijaya, Citraningtyas, & Wehantouw,
2014; Yanti, Afrianti, & Afriani, 2011). Penggunaan ekstrak bahan
alami umumnya merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat tradisional secara turun-temurun. Ekstrak bahan
alami merupakan agen penyembuh luka yang mampu melawan
infeksi dan mempercepat penyembuhan luka (Ferdinandez, Dada,
& Damriyasa, 2013). Kemampuan penyembuhan luka tidak lepas
dari kandungan senyawa aktif dalam bahan alami tersebut seperti
alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid (Hasibuan, Yuniwarti, &
Suedy, 2015). Keberadaan senyawa metabolit tersebut berperan
penting dalam reaksi biokimia sebagai pemacu proliferasi pada
saat pembentukan fibroblas dan kolagen.
Salah satu tanaman yang memiliki kandungan metabolit
tersebut adalah mangga (Mangifera indica L). Pemanfaatan
mangga masih terbatas pada konsumsi buah, padahal daun
mangga merupakan bagian tubuh potensial yang pemanfaatannya
belum optimal. Namun demikian sudah banyak penelitian yang
menggunakan daun mangga sebagai zat anti bakteri, anti diabetes,
dan sebagai antijamur (Kurniasih, 2016; Ningsih, Zusfahair, &
Mantari, 2017; Syah, Suwendar, & Mulqie, 2015). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun
mangga (Mangifera indica L.) terhadap penyembuhan luka sayat
pada tikus putih (Rattus norvegicus).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia
Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan Maret hingga
April 2018. Jenis penelitian adalah true experimental research
Risa, A.M. et al
Jurnal BIOTA: Biologi dan Pendidikan Biologi
98
dengan menggunakan daun mangga (Mangifera indica L.) varietas
Manalagi. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
umur 2 bulan dan berat badan kira-kira 150-200 gr yang
diperoleh dari “Wistar Farm” Malang. Sampel yang digunakan
sebanyak 24 ekor tikus putih yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu
kelompok kontrol positif, kontrol negatif, 4 kelompok perlakuan
yaitu konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20%. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah simple random sampling.
Parameter yang diamati adalah penyembuhan luka sayat,
meliputi panjang luka sayat, lama waktu hilangnya eritema, lama
waktu hilangnya edema/pembengkakan, lama waktu hilangnya
granulasi, dan lama waktu yang dibutuhkan dalam penyembuhan
luka sayat. Teknik pengambilan data dengan cara observasi
pengukuran (mm) dan waktu (hari). Teknik analisis data dengan
menggunakan uji One Way Anova dan uji Duncan’s. Variabel bebas
yang digunakan adalah ekstrak dari daun mangga (Mangifera
indica L.) dengan berbagai konsentrasi yaitu 5%, 10%, 15%, dan
20%. Variabel terikat yang digunakan adalah penyembuhan luka
sayat. Variabel kontrol yang digunakan adalah jenis kelamin,
umur, jenis pakan, jenis minuman, ukuran kandang.
Proses pembuatan dan cara penggunaan ekstrak yang
dilakukan meliputi: 1) pemilihan daun mangga dan memisahkan
dari tangkainya, 2) pencuci dan mengeringanginkan 1000 gram
daun mangga, dipotong kecil dan diblender, 3) memasukkan
tumbukan daun mangga ke dalam erlenmayer dan menuangkan
etanol PA 96% sebanyak 2 liter yang dibagi menjadi 4 tempat,
masing-masing 250 gr daun mangga diberi 500 ml etanol PA 96%,
4) maserasi selama 2 x 24 jam dan mengambil filtratnya., 5)
evaporasi filtrat menggunakan rotary evaporator dengan suhu
69oC - 80 oC, 6) Penyimpanan dalam oven dengan suhu 70oC, 7)
pembuatan ekstrak daun mangga dengan cara mengencerkan
menggunakan aquadest.
Ekstrak yang dihasilkan diaplikasikan dengan cara
meneteskan sebanyak 3 tetes pada luka sayat. Ekstrak disimpan
didalam lemari pendingin setelah digunakan.
Efektifitas Pemberian Suplemen…
Volume 11, Nomor 2, Desember 2018
99
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan ekstrak daun
mangga (Mangifera indica L.) terhadap penyembuhan luka sayat
pada tikus putih, disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1
Hasil uji one way ANOVA
No
Parameter
F. hitung
Sig
1.
Panjang luka
12.737
0.000
2.
Eritema
5.432
0.002
3.
Edema
6.232
0.002
4.
Granulasi
4.171
0.011
5.
Lama Penyembuhan
4.012
0.013
Hasil analisis data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh nyata antara perlakuan ekstrak daun mangga
(Mangifera indica L.) dengan perlakuan kontrol yang terhadap
keseluruhan parameter, meliputi rerata panjang luka sayat tikus
putih (Rattus norvegicus), lama waktu hilangnya eritema, lama
waktu hilangnya edema, lama waktu hilangnya granulasi dan pada
lama penyembuhan luka.
Tabel 2
Hasil Uji Duncan’s
No
Perlakuan
Parameter
Panjang
(mm)
Eritema
(hari)
Edema
(hari)
Granulasi
(hari)
Lama
Waktu
(hari)
1
20%
a
4.02
a
4.50
a
7.25
a
6.00
a
7.25
2
15%
Ab
5.46
ab
5.00
ab
9.00
b
9.00
b
9.75
3
10%
Bc
6.77
ab
5.50
b
9.50
b
9.75
b
10.00
4
5%
C
7.70
b
5.75
b
10.00
b
10.00
b
10.25
5
Kontrol (+)
C
7.86
b
5.75
b
10.00
b
10.25
b
10.75
6
Kontrol (-)
D
9.70
c
7.00
c
12.25
b
12.25
b
12.25
Keterangan: a, b, c: perbedaan notasi menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antar perlakuan
Berdasarkan hasil uji duncan’s pada Tabel 2, diketahui
bahwa keempat konsentrasi ekstrak daun mangga berbeda secara
nyata dengan kontrol negatif, tetapi konsentrasi 20% berbeda
secara nyata dengan kedua kelompok kontrol, dan konsentrasi
Risa, A.M. et al
Jurnal BIOTA: Biologi dan Pendidikan Biologi
100
20% merupakan konsentrasi terbaik dalam penyembuhan
panjang luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus). Hal ini
dikarenakan daun mangga mengandung senyawa yang mampu
menyembuhkan luka sayat, antara lain saponin, tanin, dan
flavonoid (Shah, Patel, & Parmar 2010), sedangkan pada kontrol
positif yang menggunakan povidone iodine juga dapat
mempercepat penyembuhan luka. Mekanisme kerja povidone
iodine bekerja terjadi setelah kontak langsung dengan jaringan,
elemen iodine akan dilepaskan secara perlahan dengan cara
menghambat metabolisme enzim bakteri sehingga mengganggu
multiplikasi bakteri dan bakteri menjadi lemah (Yunitasari,
Alifiar, & Priatna, 2016). Berbeda dengan kontrol negatif,
pemulihan luka berlangsung lebih lama dibandingkan kelompok
perlakuan (ekstrak daun mangga) dan kelompok kontrol positif
(povidone iodine 10%), hal ini dikarenakan kelompok kontrol
negatif tidak diberikan zat aktif yang dapat mempercepat
penyembuhan luka, sehingga penyembuhan luka terjadi secara
alami, dimana penyembuhan akan terjadi sesuai proses fisiologis
tubuh (Yunitasari et al., 2016).
Proses penyembuhan luka sayat secara fisiologis dibagi
menjadi tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi.
Inflamasi bertujuan untuk membersihkan area luka dari
kontaminasi bakteri serta menghentikan pendarahan. Pada tahap
ini juga terbentuk eritema pada luka sayat tikus putih, suatu area
yang tampak berwarna kemerahan (Sugiaman, 2011).
Berdasarkan lama waktu hilangnya eritema, diketahui bahwa
keempat konsentrasi ekstrak daun mangga berbeda secara nyata
dengan kontrol negatif, tetapi konsentrasi 5%, 10% dan 15%
tidak berbeda secara nyata dengan kontrol positif, namun
konsentrasi 20% berbeda secara nyata dengan kelompok kontrol
dan memiliki rata-rata waktu penyembuhan eritema yang lebih
singkat. Kandungan flavonoid dalam ekstrak daun mangga
diyakini menurunkan derajat eritema pada luka (Ibad, Nasution, &
Andarini, 2013). Selain itu, pada fase inflamasi ini flavonoid
memiliki peran antibakteri, sehingga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara denaturasi protein yang
menyebabkan gangguan dalam pembentukan sel, sehingga
merubah komposisi komponen protein, ketika fungsi membran
Efektifitas Pemberian Suplemen…
Volume 11, Nomor 2, Desember 2018
101
sel terganggu, menyebabkan peningkatan permeabilitas sel
sehingga terjadi kerusakan sel bakteri, dan sel bakteri akan mati
(Liantari, 2014). Fungsi lain dari flavanoid pada fase ini adalah
menghambat pendarahan dengan cara meningkatkan jumlah
trombosit, ketika tubuh mengalami pendarahan maka trombosit
akan pecah yang menghasilkan enzim trombokinase, selanjutnya
akan bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan molekul
fibrinogen membentuk fibrin, dibantu oleh ion Ca dan vitamin K
yang terdapat pada plasma darah (Hasibuan et al., 2015). Hasil
pengamatan pada tahap inflamasi seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Fase inflamasi yang terjadi pasca terbentuknya luka
Tahap proliferasi ditandai dengan terjadi pembengkakan
dan granulasi pada luka sayat. Berdasarkan lama waktu hilangnya
pembengkakan luka sayat pada tikus putih, diketahui bahwa
keempat konsentrasi ekstrak daun mangga berbeda secara nyata
dengan kontrol negatif, tetapi konsentrasi 5%, 10%, dan 15%
tidak berbeda secara nyata dengan kontrol positif, namun
konsentrasi 20% berbeda secara nyata dengan kedua kelompok
kontrol dan merupakan konsentrasi terbaik dalam penyembuhan
lama waktu hilangnya pembengkakan pada luka sayat tikus putih
(Rattus norvegicus). Hilangnya pembengkakan ini dikarenakan
kandungan senyawa tanin pada ekstrak daun mangga, menurut
Izzati (2015) tanin mampu menurunkan permeabilitas kapiler
dan mengurangi pembengkakan jaringan serta menghindari
terbentuknya pus pada permukaan luka akibat invasi patogen
Risa, A.M. et al
Jurnal BIOTA: Biologi dan Pendidikan Biologi
102
yang bisa menghambat penyembuhan. Selain terjadi proses
pembengkakan, pada fase proliferasi ini juga terjadi proses
granulasi (Gambar 2).
Gambar 2. Fase proliferasi ditandai dengan granulasi di area sekitar luka
Berdasarkan lama waktu hilangnya granulasi luka sayat
pada tikus putih diketahui bahwa konsentrasi 20% ekstrak daun
mangga berbeda secara nyata dengan kedua kelompok kontrol
dan konsentrasi ekstrak yang lain, namun konsentrasi 5%, 10%,
15% dan kelompok kontrol tidak berbeda nyata, dan konsentrasi
20% merupakan konsentrasi terbaik dalam penyembuhan lama
waktu hilangnya granulasi pada luka sayat tikus putih (Rattus
norvegicus), hal ini dikarenakan kandungan senyawa saponin
pada ekstrak daun mangga, dimana saponin dapat memicu
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan meningkatkan
jumlah makrofag yang bermigrasi ke area luka, sehingga
meningkatkan produksi sitokin yang akan mengaktifkan fibroblas
di jaringan luka, kemudian memacu pembentukan kolagen yang
mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka
(Kusumawardhani, Kalsum, & Rini, 2015).
Efektifitas Pemberian Suplemen…
Volume 11, Nomor 2, Desember 2018
103
Gambar 3. Fase maturasi ditandai dengan terbentuknya jaringan baru yang
utuh dan lebih kuat
Tahap terakhir adalah fase maturasi atau remodeling.
Tahap ini ditandai dengan penyempurnaan jaringan baru menjadi
utuh dan kuat (Gambar 3). Berdasarkan lama proses
penyembuhan luka sayat tikus putih diketahui bahwa konsentrasi
20% ekstrak daun mangga berbeda secara nyata dengan kedua
kelompok kontrol dan konsentrasi ekstrak yang lain, namun
konsentrasi 5%, 10%, 15 dan kelompok kontrol tidak berbeda
nyata, dan konsentrasi 20% berbeda secara nyata dengan kedua
kelompok kontrol dan merupakan konsentrasi terbaik dalam lama
penyembuhan luka sayat tikus putih (Rattus norvegicus), hal ini
dikarenakan kandungan senyawa pada daun mangga seperti
flavonoid, tanin, dan saponin.
KESIMPULAN
Pemberian konsentrasi ekstrak daun mangga (Mangifera
indica L) berpotensi mempercepat proses penyembuhan luka
sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus) dibandingkan dengan
perlakuan kontrol. Ekstrak daun mangga (Mangifera indica L)
konsentrasi 20% merupakan konsentrasi yang paling efektif
dalam proses penyembuhan luka.
Risa, A.M. et al
Jurnal BIOTA: Biologi dan Pendidikan Biologi
104
DAFTAR PUSTAKA
Amaliya, S., Soemantri, B., & Utami, Y. W. (2013). Efek ekstrak
daun pegagan (Centella asiatica) dalam mempercepat
penyembuhan luka terkontaminasi pada tikus putih (Rattus
novergicus) galur wistar. Ilmu Keperawatan, 1(1), 19–25.
Retrieved from http://www.jik.ub.ac.id/index.php/jik/article
/view/32/78
Atik, N., & Iwan, J. A. (2009). Perbedaan efek pemberian topikal
gel lidah buaya (Aloe vera l.) dengan solusio povidone iodine
terhadap penyembuhan luka sayat pada kulit mencit (Mus
musculus). Majalah Kedokteran Bandung, 41(2), 29–36.
https://doi.org/10.15395/mkb.v41n2.188
Balin, A. K., & Pratt, L. (2002). Dilute povidone-iodine solutions
inhibit human skin fibroblast growth. Dermatologic Surgery,
28(3), 210–214. https://doi.org/10.1046/j.1524-4725.2002.
01161.x
Ferdinandez, M. K., Dada, I. K. A., & Damriyasa, I. M. (2013).
Bioaktivitas ekstrak daun tapak dara (Catharantus roseus)
terhadap kecepatan angiogenesis dalam proses
penyembuhan luka pada tikus wistar. Indonesia Medicus
Veterinus, 2(2), 180–190.
Hasibuan, F. N., Yuniwarti, E. Y. W., & Suedy, S. W. A. (2015). Effect
of Psidium guajava Linn . leaves and Anacardium occidentale
Linn. leaves on wound healing to Mus musculus Linn. skin.
Traditional Medicine Journal, 20(1), 24–27.
Ibad, M. R., Nasution, T. H., & Andarini, S. (2013). Pengaruh
ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) terhadap derajat
eritema pada proses inflamasi marmut (Cavia porcellus)
dengan luka bakar derajat II dangkal. Ilmu Keperawatan,
1(November), 157–161.
Izzati, U. Z. (2015). Efektivitas Penyembuhan Luka Bakar Salep
Ekstrak Etanol Daun Senggani ( Melastoma malabathricum L
Efektifitas Pemberian Suplemen…
Volume 11, Nomor 2, Desember 2018
105
.) Pada Tikus ( Rattus norvegicus ). Skripsi.
Kurniasih, R. (2016). Pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun
mangga arumanis muda (Mangifera indica L.) terhadap
hambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans in vitro.
University of Muhammadiyah Surakarta.
Kusumawardhani, A. D., Kalsum, U., & Rini, I. S. (2015). Effect of
Betel Leaves Extract Oinment ( Piper betle Linn .) on the
Number of Fibroblast in IIA Degree Burn Wound on Rat (
Rattus norvegicus ) Wistar Strain Luka bakar adalah luka
pada kulit atau jaringan lain yang disebabkan oleh panas atau
terkena radia, 2, 16–28.
Liantari, D. S. (2014). Effek of Wuluh Starfruit Leaf Extrac For
Sreptococcus mutans Growth. J. Mayority, 3(7), 27–33.
Ningsih, D. R., Zusfahair, Z., & Mantari, D. (2017). Ekstrak daun
mangga (Mangifera indica L.) sebagai antijamur terhadap
jamur Candida albicans dan identifikasi golongan
senyawanya. Jurnal Kimia Riset, 2(1), 61–68.
Rahmawati, I. (2014). Perbedaan efek perawatan luka
menggunakan gerusan daun petai cina (Leucaena glauca,
Benth) dan povidon iodine 10 % dalam mempercepat
penyembuhan luka bersih pada marmut (Cavia porcellus).
Jurnal Wiyata, 1(2), 227–234.
Sugiaman, V. K. (2011). Peningkatan Penyembuhan Luka di
Mukosa Oral Melalui Pemberian Aloe Vera ( Linn .) Secara
Topikal Topical. Jkm, 11(1), 70–79.
Syah, M. I., Suwendar, & Mulqie, L. (2015). Uji Aktivitas
Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Mangga Arumanis
(Mangifera Indica L. “Arumanis”) pada Mencit Swiss Webster
Jantan dengan Metode Tes Toleransi Glukosa Oral (Ttgo).
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika UNISBA, 297–303.
Risa, A.M. et al
Jurnal BIOTA: Biologi dan Pendidikan Biologi
106
Vogt, P. M., Reimer, K., Hauser, J., Roßbach, O., Steinau, H. U., Bosse,
B., … Fleischer, W. (2006). PVP-iodine in hydrosomes and
hydrogel-A novel concept in wound therapy leads to
enhanced epithelialization and reduced loss of skin grafts.
Burns, 32(6), 698–705. https://doi.org/10.1016/j.burns.
2006.01.007
Wijaya, B. A., Citraningtyas, G., & Wehantouw, F. (2014). Potensi
ekstrak etanol tangkai daun talas (Colocasia esculenta [L])
sebagai alternatif obat luka pada kulit kelinci (Oryctolagus
cuniculus). PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3), 2302–
2493.
Yanti, R., Afrianti, R., & Afriani, L. (2011). Formulasi krim ekstrak
etanol daun kirinyuh (Euphatorium odoratum. l) untuk
penyembuhan luka. Majalah Kesehatan PharmaMedika, 3(1),
227–230. Retrieved from http://academicjournal.yarsi.ac.id/
index.php/majalah-Pharamedika/article/view/440
Yunitasari, D., Alifiar, I., & Priatna, M. (2016). Uji aktivitas ekstrak
etanol daun jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)
terhadap penyembuhan luka insisi pada tikus putih jantan
galur wistar. Farmasi Sains Dan Praktis, II(1), 30–35.