Available via license: CC BY
Content may be subject to copyright.
120
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan
Kepuasan Pernikahan pada Suami yang Memiliki Istri Bekerja
Sofa Raihana Harahap, Yuliana Intan Lestari
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
email: riska.ade.irma@uin-suska.ac.id; raudatussalamah@uin-suska.ac.id
Abstrak
Kepuasan pernikahan menjadi salah satu faktor terpenting untuk mencapai keluarga yang
bahagia. Fenomena saat ini, banyak suami yang merasakan ketidakpuasan dengan
pernikahannya karena memiliki istri bekerja. Hal ini akan memicu terjadinya masalah dalam
pernikahan. Untuk itu diperlukan adanya komitmen dan komunikasi interpersonal agar
tercapainya kepuasan pernikahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan komitmen
dan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada suami yang memiliki istri
bekerja.Subjek penelitian adalah suami yang memiliki istri yang bekerja di Kelurahan Simpang
Baru Pekanbaru sebanyak 110 subjek, menggunakan teknik Total Sampling.Pengumpulan
data mengunakan Skala Komitmen, Skala Komunikasi Interpersonal dan Skala Kepuasan
Pernikahan. Analisis data mengunakan teknik Regresi Bergandadengan bantuan program
SPSS 22.0 for windows. Hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai F sebesar 15,284 dengan
hasil signikansi sebesar 0,000 (p<0,01) artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima
yaitu terdapat hubungan antara komitmen dan komunikasi interpersonal dengan kepuasan
pernikahan pada suami yang memiliki istri bekerja.
Kata kunci:komitmen. Komunikasi interpersonal,kepuasan pernikahan
The Role of Commitment and Interpersonal Communication In Improving Marital
Satisfaction on Husbands that have a Wife Working
Abstract
Marital satisfaction is one of the most important factors to achieve a happy family. The current
phenomenon, many husbands feel dissatisfaction with their marriage because they have a
working wife. This will trigger problems in marriage. For this reason, it requires commitment
and interpersonal communication to achieve marital satisfaction. The purpose of this study
was to determine the relationship of commitment and interpersonal communication with marital
satisfaction on the husband who has a working wife. Research subjects on the husband who
has a working wife were 110 subjects, using Total Sampling technique. Data collection uses
Commitment Scale, Interpersonal Communication Scale and Wedding Satisfaction Scale.
Data analysis uses Multiple Regression techniques with the help of SPSS 22.0 for Windows
program. The results of multiple regression analysis obtained an F value of 15.284 with a
signicance result of 0.000 (p <0.01) which means that the hypothesis in this study is accepted,
namely there is a relationship between commitment and interpersonal communication with
marital satisfaction in the husband who has a working wife.
Keywords: Commitment, Interpersonal Communication, Marital Satisfaction
Pendahuluan
Wanita selalu diidentikkan dengan
melahirkan, membersihkan rumah, mencuci,
pakaian, memasak, mengurus anak, dan
mengurus pekerjaan rumah lainnya. Wanita
dulu tidak dibolehkan bekerja di luar rumah,
namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi yang terjadi
dalam beberapa dekade ini membuat tuntutan
sosial ekonomi dalam keluarga semakin
tinggi. Hal ini yang menyebabkan banyak para
istri memilih untuk bekerja. Bermacam alasan
121
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
yang menyebabkan istri bekerja, antara
lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga, mengaplikasikan ilmu pendidikan
yang didapat, atau adanya keinginan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki.
Peran wanita adalah sebagai
istri, sebagai ibu dan sebagai pengurus
rumah tangga, akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman dan tuntutan ekonomi,
banyak wanita yang turut bekerja dengan
ruang lingkup di dalam maupun di luar rumah
dan berbagai faktor yang melatarbelakanginya
Munandar (dalam Pertiwi, 2006). Tidak
jarang dijumpai para suami setuju untuk istri
bekerja diluar rumah, dengan alasan dapat
menambah sumber nancial keluarga, namun
tidak sedikit pula suami yang tidak setuju
dengan istri bekerja di luarrumah karena
berbagai alasan, misalnya segalapekerjaan
rumah menjadi terabaikan, pengasuhan istri
terhadap anak menjadi tidakmaksimal atau
tidak maksimal dalam melayani suami. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan segelintir
suami untuk tidakmenginginkan istri bekerja
diluar rumah (Paputungan, 2012). Adapun
jumlah wanita yang bekerja di Indonesia
sesuai dengan Sensus Penduduk pada tahun
2015 yaitu sebanyak 120,8 juta jiwa (Badan
Pusat Statistik). Ketika isteri bekerja, peran
suami juga bertambah dikarenakan adanya
pembagian tugas rumah tangga. Suami telah
menggandakan waktu untuk pekerjaan rumah
tangga mulai dari di bawah 5 jam per minggu
menjadi di atas 5 jam per minggu bahkan
mencapai 14,5 jam per minggu (DeGenova
dalam Daeng 2010).
Menurut Dalimunte (2013), mayoritas
suami mengharapkan istri bertanggung
jawab atas urusan rumah tangga dan anak-
anak, baik istri yang bekerja atau sebagai ibu
rumah tangga. Suami menganggap dirinya
harus mengembangkan karir dan mencukupi
kebutuhan rumah tangga, sehingga
hampir semua waktunya, dicurahkan untuk
pengembangan karir dan mencari uang. Tidak
jarang, istri tidak ada waktu lagi untuk suami
dan anak, apalagi urusan rumah tangga.
Dalimunte (2013) menjelaskan bahwa setiap
individu yang memutuskan menikah, tentu
menginginkan pernikahan yang bahagia,
begitupun dengan para suami.
Tujuan perkawinan yang mulia adalah
membina keluarga bahagia, kekal, abadi
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
maka terdapat pengaturan mengenai hak
dan kewajiban suami istri masing-masing.
Apabila terpenuhi, maka dambaan suami
istri dalam kehidupan berumah tangga akan
dapat terwujud karena didasari rasa cinta
dan kasih sayang. Sebagaimana dijelaskan
didalam Al-Qur’an Allah menyatakan bahwa
pernikahan merupakan salah satu kebesaran
Allah dan sekaligus karunia Allah yang wajib
disyukuri.Caranya adalah dengan memberi
cinta dan kasih sayang kepada anggota
keluarga sehingga terbentuklah keluarga
yang harmonis. Firman Allah dalam surat Ar-
Rum ayat 21, yang artinya:
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berkir”.
Kepuasan pernikahan adalah
perasaan yang bersifat subjektif dari
pasangan suami istri mengenai perasaan
bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap
pernikahannya secara menyeluruh (Olson dan
Fowers 2010).Pinson dan Lebow menyatakan
bahwa kepuasan perkawinan adalah suatu
pengalaman subjektif, suatu perasaan yang
berlaku dan suatu sikap, dimana semua itu
didasarkan pada faktor dalam diri individu yang
mempengaruhi kualitas yang dirasakan dari
interaksi dalam perkawinan (dalam Rini dan
Retnaningsih, 2008).Kepuasan pernikahan
menurut Clayton (dalam Ardhianita dan
Andayani, 2004) merupakan evaluasi secara
keseluruhan tentang segala hal yang
berhubungan dengan kondisi pernikahan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Olson dan Fowers (2010), aspek-
aspek kepuasan perkawinan terdiri dari: a)
Komunikasi, aspek ini melihat bagaimana
122
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
perasaan dan sikap individu terhadap
komunikasi dalam hubungan mereka sebagai
suami istri. b) Aktivitas Waktu Luang, aspek
ini mengukur pada pilihan kegiatan yang
dipilih untuk menghabiskan waktu senggang.
c) Orientasi Keyakinan Beragama, aspek
ini mengukur makna kepercayaan agama
dan praktiknya dalam perkawinan. Nilai-nilai
yang terkandung dalam agama merupakan
bagian yang terpenting dalam perkawinan.
d) Pemecahan Masalah, aspek ini berfokus
pada keterbukaan pasangan terhadap isu-isu
pengenalan dan penyelesaian, dan strategi-
strategi yang digunakan untuk menghentikan
argumen, serta saling mendukung dalam
mengatasi masalah bersama-sama dan
membangun kepercayaan satu sama lain. e)
Pengaturan Keuangan, aspek ini berfokus pada
sikap yang berhubungan dengan bagaimana
cara pasangan mengelola keuangan. Aspek
ini mengukur pola bagaimana pasangan
membelanjakan uang yamg dimiliki dan
perhatian pasangan terhadap keputusan
nansial rumah tangga. f) Orientasi Seksual,
aspek ini mengukur perasaan pasangan
mengenai afeksi dan hubungan seksual
mereka. Orientasi seksual menunjukkan
sikap mengenai isu-isu seksual, perilaku
seksual, kontrol kelahiran, dan kesetiaan. g)
Keluarga dan Kerabat, aspek ini menunjukkan
perasaan-perasan yang berhubungan denga
relasi dengan anggota keluarga, keluarga
dari pasangan, dan teman-teman. h) Peran
menjadi orang tua, aspek ini mengukur sikap
dan perasaan mengenai peran sebagai orang
tua, kepemilikan, dan pengasuhan anak. i)
Kepribadian pasangan, aspek ini mengukur
persepsi individu mengenai karakter pribadi
pasangan yang ditunjukkan dari tingkah laku.
j) Peran dalam Keluarga, aspek ini mengukur
perasaan-perasaan dan sikap-sikap individu
mengenai peran-peran perkawinan dan
keluarga.
Fenomena saat ini, suami yang merasa
tidak puas dalam pernikahan dikarenakan
kesibukan isteri bekerja maka suami akan
merasakan kehilangan pelayanan dari
seseorang yang bertanggung jawab dalam
mengurus rumah tangga, seperti seseorang
yang seharusnya berada di rumah pada saat
mereka pulang, seseorang yang menyediakan
makanan, dan seseorang yang mencuci dan
menyetrika pakaian mereka. Hal inilah yang
menimbulkan permasalahan pada diri suami
(Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Ada pula
suami yang tidak menganggap pekerjaan istri
menjadi suatu masalah, selama istrinya tetap
dapat memenuhi dan melayani kebutuhan
suami dan anak. Namun, ada pula suami
justru mendukung karir istrinya bahkan ikut
membantu dalam mengurusi pekerjaan rumah
tangga sehari-hari (Dalimunte, 2013).
Pasangan merasa tidak puas dengan
pasangan dan hubungan pernikahannya
tersebut, pada akhirnya pasangan menjadi
rentan terhadap perselingkuhan (dalam
Wulandari, 2014).Pasangan yang tidak
merasakan kepuasan pernikahan cenderung
menjadikan perceraian sebagai solusi untuk
membangun hidup baru yang lebih bahagia.
Suami yang merasa tidak puas tetap
mempertahankan pernikahannya.Hal ini
dikarenakan adanya komitmen diawal
pernikahan yang menjadi faktor penting
didalam pernikahan. Menurut Robinson
dan Blanton (2003) yang mengemukakan
beberapa faktor terpenting dalam sebuah
pernikahan yang memuaskan, antara
lain: Keintiman, Komitmen, Komunikasi,
Kongruensi dan Keyakinan beragama. Sejalan
dengan pendapat Papalia, Olds & Feldman,
(2008) bahwa salah satu faktor terpenting
kesuksesan pernikahan adalah perasaan
akan adanya komitmen.
Komitmen pernikahan adalah
suatu kesepakatan yang yang dibuat oleh
pasangan suami istri (Johnson, Caughlin dan
Huston,1991). Komitmen pernikahan adalah
pengalaman dari pasangan suami istri yang
bersama-sama untuk tetap mempertahankan
pernikahannya sebagai fungsi, bagian,
dan interaksinya (Thompson & Webb,
2004). Rusbult, dkk (1986) menjelaskan
bahwa komitmen adalah seberapa besar
kecenderungan seseorang untuk melanjutkan
hubungan dengan pasangannya, memandang
masa depan akan terus bersama pasangannya,
dan adanya kelekatan psikologis satu sama
lain dengan pasangan (dalam Handayani,
2008).Aspek-aspek komitmen pernikahan,
123
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
menurut Jhonson, Caughlin dan Huston (1991)
terbagi tiga yaitu : a) Komitmen Pribadi yakni
sejauh mana individu ingin tinggal dalam satu
hubungan. b) Komitmen Moral berarti bahwa
individu secara moral berkewajiban untuk
melanjutkan hubungan perkawinan tersebut.
c) Komitmen Struktural adalah keinginan
bertahan dalam suatu hubungan karena
adanya faktor penahan dalam hubungan
tersebut yang menghambatnya untuk
meninggalkan hubungan.
Selain komitmen pernikahan ada
hal yang dapat mempengaruhi kepuasaan
dalam pernikahan. Azeez (2013) melakukan
penelitian terhadap wanita pekerja yang
menemukan bahwa kepuasan pernikahan
sangat dipengaruhi oleh keterampilan
interpersonal dalam berkomunikasi dengan
pasangan. Salah satu jenis komunikasi
yang memiliki frekuensi cukup tinggi adalah
komunikasi interpersonal. Menurut DeVito
(1997) komunikasi interpersonal adalah
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan
antara dua orang, atau diantara sekelompok
kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika.Tan
(1981) mengemukakan bahwa komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi tatap muka
antara dua atau lebih orang (dalam Liliweri,
1997). Menurut Devito (1997) kualitas
umum komunikasi interpersonal meliputi:
a)Keterbukaan: Ada ketersediaan untuk
membuka diri, mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan memenuhi
batas-batas kewajaran. b) Empati: Individu
melihat dan merasakan oranglain seperti apa
yang dirasakannya. c) Sikap Mendukung:
Individu harus bisa memperlihatkan sikap
mendukung dengan sikap. d) Sikap Positif:
Komunikasi interpersonal terbina jika orang
memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri.
e) Kesetaraan: Harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-
sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu
yang penting untuk disumbangkan.
Fenomena saat ini banyak istri yang
bekerja terlalu sibuk dan terkadang lupa
menjalin komunikasi dengan pasangan.
Salah satu penyebab daribeberapa peristiwa
pertengkaran, perselisihan, perdebatan,
perkelahian, dansebagainya adalah
karena adanya kesalahpahaman dalam
berkomunikasi.Pasangan dengan komitmen
yang tinggi akan selalu mengkomunikasikan
segala permasalahan yang ada didalam
pernikahan, berusaha untuk mencari solusi
dan memecahkan masalah secara lebih
efektif akan cenderung lebih baik, lebih puas
dengan kehidupan daripada pasangan yang
komitmennya rendah.
Bila semakin efektif komunikasi
maka hubungan pasangan suami istri
semakin harmonis.Oleh karena itu,
komunikasi digunakan untuk membuat dan
mengembangkan komitmen pernikahan
(Thompson dan Webb, 2004). Meskipun
komunikasi yang efektif tidak selalu ditunjukkan
dari sering tidaknya melakukan komunikasi.
Namun pasangan suami istri sama-sama
bekerja dengan kesibukan masing-masing,
keduanya berusaha untuk senantiasa
melakukan komunikasi karena komunikasi
ditunjukkan sebagai bentuk perhatian kepada
pasangannya.
Berdasarkan uraian di atas penulis
tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
Komitmen Dan Komunikasi Interpersonal
Dengan Kepuasan Pernikahan Pada Suami
yang Memiliki Istri Bekerja”. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat
hubungan antara komitmen dan komunikasi
interpersonal dengan kepuasan pernikahan
ada suami yang memiliki istri bekerja.
Metode
Partisipan
Populasi pada penelitian ini adalah
suami yang memiliki istri bekerja di Kelurahan
Simpang Baru Panam di Pekanbaru. Sampel
penelitian berjumlah 110 orang suami yang
memiliki istri yang bekerja. Teknik sampling
yang digunakan adalah Total Samplingyakni
teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiyono,
2007).
124
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
Pengukuran
Data dikumpulkan melalui 3 Skala yaitu
skala komitmen berdasarkan konsepJhonson,
Caughlin dan Huston (1991), skala komunikasi
interpersonal menurut Devito (1997), dan
skala kepuasan pernikahan menurut Olson
dan Fowers (2010). Adapun jumlah aitem
pada masing-masing skala adalah 19 aitem
untuk skala kepuasan pernikahan, 15 aitem
untuk skala komitmen dan 19 aitem untuk
skala komunikasi interpersonal. Berikut contoh
aitem dari skala komunikasi interpersonal
“Saya bersama isteri selalu mendiskusikan
tentang masalah anak-anak”. contoh aitem
pada skala komitmen “Saya berjanji akan
memberi yang terbaik untuk keluarga”. Serta
contoh aitem pada skala kepuasan pernikahan
“Saya memahami kondisi isteri saya yang
sibuk bekerja”.
Ketiga skala memiliki reliabilitas yang
tinggi, untuk skala komunikasi interpersonal
reliabilitasnya 0,855, skala komitmen
reliabilitasnya 0,893 dan skala kepuasan
pernikahan reliabilitasnya 0,903.
Hasil
Tabel 1. Hasil uji hipotesis regresi ganda
interpersonal dengan kepuasan pernikahan ada suami yang memiliki istri
bekerja.
Metode
Partisipan
Populasi pada penelitian ini adalah suami yang memiliki istri bekerja di
Kelurahan Simpang Baru Panam di Pekanbaru. Sampel penelitian berjumlah 110
orang suami yang memiliki istri yang bekerja. Teknik sampling yang digunakan
adalah Total Samplingyakni teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).
Pengukuran
Data dikumpulkan melalui 3 Skala yaitu skala komitmen berdasarkan
konsepJhonson, Caughlin dan Huston (1991), skala komunikasi interpersonal
menurut Devito (1997), dan skala kepuasan pernikahan menurut Olson dan
Fowers (2010). Adapun jumlah aitem pada masing-masing skala adalah 19 aitem
untuk skala kepuasan pernikahan, 15 aitem untuk skala komitmen dan 19 aitem
untuk skala komunikasi interpersonal. Berikut contoh aitem dari skala komunikasi
interpersonal “Saya bersama isteri selalu mendiskusikan tentang masalah anak-
anak”. contoh aitem pada skala komitmen “Saya berjanji akan memberi yang
terbaik untuk keluarga”. Serta contoh aitem pada skala kepuasan pernikahan
“Saya memahami kondisi isteri saya yang sibuk bekerja”.
Ketiga skala memiliki reliabilitas yang tinggi, untuk skala komunikasi
interpersonal reliabilitasnya 0,855, skala komitmen reliabilitasnya 0,893 dan skala
kepuasan pernikahan reliabilitasnya 0,903.
Hasil
Tabel 1. Hasil uji hipotesis regresi ganda
Model
R Square
Adjusted R
Square
F
Sig
Komimen, komunikasi
interpersonal dengan
kepuasan pernikahan
0,222
0,208
15,284
0,000
Berdasarkan hasil analisis regresi
ganda diperoleh koesien korelasi F sebesar
15,824 dengan signikansi (p) 0,000, maka
p<0,01. Adapun ketentuan diterima atau
ditolak sebuah hipotesis apabila signikansi
lebih kecil atau sama dengan 0,05 (p<0,01),
dengan demikian maka dapat disimpulkan
hipotesis dalam penelitian ini diterima. Artinya
terdapat hubungan antara komimen dan
komunikasi interpersonaldengan kepuasan
pernikahan.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubunganantara komitmen dan komunikasi
interpersonal dengan kepuasan pernikahan
pada suami yang memiliki istri bekerja dengan
signikansi sebesar 0,000 (p<0,01) dan nilai
F sebesar 15,824. Dengan demikian hipotesis
dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan
adanya hubungan antara komitmen dan
komunikasi interpersonal dengan kepuasan
pernikahan pada suami yang memiliki istri
bekerja. Hubungan antara komitmen dengan
kepuasan pernikahan pada suami yang
memiliki istri bekerja juga menunjukkan
adanya hubungan. Komitmen memiliki
hubungan dengan kepuasan pernikahan.
Komitmen pernikahan dibangunsejak sebelum
menikah, melalui tahapan ketertarikan
pada pasangan, pembuatankesepakatan,
dan upaya menghadapi tantangan. Setelah
menikahpembentukan komitmen dapat dilihat
dari pembagian peran, kesepakatan yang
dibuat untuk meminimalisir dampak negatif
yang disesuaikan kebutuhan bersama,
motivasi istri bekerja, sedikitnya dampak
negatif dan semakin meningkatnya dampak
positif, sedikitnya permasalahan, dan
penyelesaianya melibatkan kerjasama.
Komitmen merupakan faktor penting
keberhasilan pernikahan. Adapun kepuasan
dalam pernikahan merupakan konstruk yang
berpengaruh dalam tingkat komitmen dalam
pernikahan. Kepuasan dalam pernikahan
yang semakin meningkat akan semakin
memperkokoh pernikahan. Meningkatnya
kepuasan dalam pernikahan akan
meningkatnya komitmen dalam pernikahan.
Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pada
penelitian ini bahwa suami yang memiliki istri
bekerja akan setia kepada istrinya. Selain
125
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
itu, suami juga memiliki komitmen bahwa
tidak akan meninggalkan pasangan sampai
maut yang memisahkan suami juga memiliki
pemikiran sebesar apapun pertengkaran
pasangan berjanji tidak akan mengatakan
perpisahan demi menjaga nama baik.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Papalia, Olds dan Feldman, (2008) yang
mengatakan bahwa salah satu faktor
terpenting kesuksesan pernikahan adalah
perasaan akan adanya komitmen. Hubungan
antara komunikasi interpersonal dengan
kepuasan pernikahan pada suami yang
memiliki istri bekerja ditunjukkan dengan
tingkat signikansi sebesar 0,000 (p<0,05)
dengan nilai F sebesar 4,549. Artinya
komunikasi interpersonal memiliki hubungan
dengan kepuasan pernikahan. Kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan
dan pemikirannya akan sangat menentukan
hubungan interpesonalnya, semakin baik
seseorang mengungkapkannya berarti akan
semakin baik pula hubungan interpesonalnya
terutama dalam hal ini dengan pasangannya
(Olson dan Fowers 2010). Hal ini nampaknya
membuat keterampilan komunikasi
interpersonal memiliki sumbangan dalam
menentukan kepuasan dalam hubungan
pernikahan. Dalam interaksi yang panjang
dan menyangkut tugas perkembangan inilah
menuntut individu untuk mampu melakukan
kesepakatan-kesepakatan tertentu agar
sukses menjalankan tugas perkembangannya.
Ketidakberhasilan dalam melakukan
interaksi yang baik akan membuat hubungan
pernikahan menjadi kurang harmonis dan
bahkan berujung pada perceraian.
Menurut Surya (2001) salah satu cara
yang dapat dilakukan istri yang bekerja untuk
bisa sukses dalam membangun rumah tangga
adalah dengan melakukan penyesuaian
antara diri dengan pekerjaan, yang disertai
dukungan dari suami. Dukungan tersebut
dapat dikembangkan melalui komunikasi
interpersonal yang efektif antara suami dan
istri. Keterampilan komunikasi merupakan
keterampilan diadik yang perlu dikembangkan
oleh pasangan, keduanya perlu bersinergi
untuk membangun komunikasi yang baik.
Komunikasi dan interaksi suami istri dalam
kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi
komitmen pernikahan dalam keluarga.
Komunikasi sehari-hari dapat meningkatkan
keintiman, kepercayaan, dan persahabatan
dengan pasangannya (Weigel dalam
Latifatunnikmah & Lestari , 2017).
Komunikasi merupakan cara efektif
yang dapat dilakukan pasangan suami istri
sehingga dapat menghindari diri dari situasi
yang dapat merusak hubungan pernikahan.
Suami merasa mampu dan bertanggung
jawab untuk memenuhi semua kebutuhan istri
dan anak-anaknya sehingga istri tidak perlu
lagi untuk bekerja diluar rumah. Memenuhi
semua kebutuhan istri dan anak-anak juga
merupakan salah satu komitmen suami diawal
pernikahan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa
terdapat hubungan antara komitmen dan
komunikasi interpersonal dengan kepuasan
dalam hubungan pernikahan, dapat dijelaskan
bahwa pasangan dengan komitmen yang
tinggi akan berusaha untuk mempertahankan
hubungan. Selalu mengkomunikasikan
segala permasalahan yang ada didalam
pernikahan, berusaha untuk mencari solusi
dan memecahkan masalah secara lebih
efektif akan cenderung lebih baik, lebih puas
dengan kehidupan daripada pasangan yang
komitmennya rendah. Suami mempunyai
rasa percaya untuk mengandalkan perilaku
pasangan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, menaruh kepercayaan kepada
pasangan. Bersikap jujur dan berempati.
Menerima dan memahami persoalan dalam
bermacam sudut dengan sikap terbuka
terhadap pasangan.
Komitmen dengan kepuasan
pernikahan memperoleh nilai Beta = 0,433
dan p=0,000(p<0,05) sedangkan komunikasi
dengan kepuasan pernikahan memperoleh
nilai Beta = 0,128 dan p=0,142 (p<0,05) hal
ini menjelaskan bahwa variabel komitmen
lebih mampu memprediksi kepuasan
pernikahan pada suami yang memiliki istri
bekerja dibandingkan variabel komunikasi
interpersonal.
Salah satu karakteristik pernikahan
yang memuaskan adalah adanya komitmen
yang tidak hanya ditujukan terhadap
126
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
pernikahan sebagai sebuah intuisi, tetapi juga
terhadap pasangannya. Beberapa pasangan
berkomitmen terhadap perkembangan
hubungan pernikahannya, antara lain
kematangan hubungan, penyesuaian diri
dengan pasangan, perkembangan pasangan,
serta terhadap pengalaman dan situasi baru
yang dialami pasangan. Komitmen yang kuat
dengan pasangan dapat menjaga stabilitas
pernikahan, oleh karena itu komitmen dijadikan
sebagai strategi dalam melanjutkan hubungan
dengan penuh usaha dan biaya. Suami yang
memiliki komitmen pernikahan terhadap
pasangan akan setia kepada istrinya. Selain
itu, suami tidak akan meninggalkan pasangan
sampai maut memisahkan. Kemampuan
saling mempertahankan dengan pasangan
akan membuat komunikasi dengan pasangan
terbuka dan setara, pengungkapan kasih
sayang dilakukan secara verbal dan non
verbal, banyaknya waktu bersama pasangan,
mampu menerima kekurangan pasangan
baik secara penyesuaian maupun sebagai
konsekuensi dari komitmen dan kerelan
berkorban untuk pasangan yang lebih.
Komunikasi interpersonal dianggap
berperan dalam membantu dan meningkatkan
kepuasan pernikahan pada suami yang
memiliki istri bekerja. Komunikasi interpersonal
yang baik akan meningkatkan kualitas suatu
hubungan kearah yang lebih baik dan penting
bagi kebahagiaan hidup. Kemampuan
mempertahankan dan interaksi yang baik
dengan pasangan akan berhubungan dengan
pencapaian kepuasan pernikahan yang
ditandai dengan adanya kemampu menerima
kelebihan dan kekurangan satu sama lain,
setia dengan janji pernikahan yang telah
diucapkan, menjaga nama baik pernikahan,
merasa nyaman menjalani kehidupan
pernikahan, adanya keintiman sik dalam
pernikahan, saling mendukung dan eksibel,
dan pasangan memiliki kesadaran untuk
saling menjaga komunikasi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa komitmen yang terbentuk
dalam hubungan suami dan istri serta adanya
komunikasi interpersonal yang baik, maka
akan meningkatkan kepuasan pernikahan
pada suami yang memiliki istri bekerja.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian
ini diterima. Artinya ada hubungan antara
komitmen dan komunikasi interpersonal
dengan kepuasan pernikahan pada suami
yang memiliki istri bekerja.
Daftar Pustaka
Ardhianita, I & Andayani, B. (2004). Kepuasan
Penikahan di Tinjau Dari Berpacaran
dan Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi,
32,(2),101-111.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aqmalia. (2009). Kepuasan Pernikahan
pada Pekerja Seks Komersial (PSK).
JurnalUniversitasGunadarma.
http://www.gunadarma.ac.id/library/
articles/graduate/psychology/2009/
Artikel_10503148.pdf.
Azeez, A.E.P (2013) Employed Women
and Marital Satisfaction: A Study among
Female Nurses.,International Journal
of Management and Social Sciences
Research, 2(11)17-22.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
_______. (2010). Penyusunan Skala Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
. (2012). Penyusunan Skala
Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik 2015. Ketenagakerjaan.
www.bps.go.id
Boseke, R. O. (2015). Hubungan Antara
Komitmen Pernikahan dengan Kepuasan
Pernikahan pada istri yang ditinggal
suami bekerja diluar kota. Skripsi.
Salatiga:Fakultas Psikologi.
Canel, A. (2013). Development of the Material
Satisfaction Scale. Education Sciences;
Theory & Practice.
Daeng, N. R. (2010). Perbedaan Kepuasan
Pernikahan Antara Suami Dan I s t r i
127
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
dalam Dual Career Family. Skripsi.
Medan: Fakultas Psikologi.
Dalimunte, M. R. (2013). Kepuasan Pernikahan
Pada Pasangan Suami dan Istri Yang
Terlibat dalam Dual Career Family (Studi
Kasus Pada Tiga Pasangan Suami Istri
Di Kota Bandung). Skripsi. Bandung:
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan.
Desmayanti, S. (2009). Hubungan Antara
Resolusi Konik dan Kepuasan
Pernikahan pada Pasangan Suami Istri
Bekerja pada Masa Awal Pernikahan.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Devito, J.(1997). Komunikasi antar manusia
(terjemahan).Alih bahasa Ir. Agus
Maulana MSM.Jakarta: Professional
Books.
Dewi, N. R & Sudhana, H. (2013). Hubungan
Antara Komunikasi Interpersonal
Pasutrii dengan Keharmonisan dalam
Pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana,
1(1), 22-23.
Dewi,I. S. (2006). Kesiapan Menikah pada
Wanita Dewasa Awal yang Bekerja.
Skripsi. Medan: Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Hartono, (2008). Spss 16.0. Analisis data
Statistik dan Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Handayani, M.M. (2008). Psikologi Keluarga.
Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan
suatu pendekatan sepanjamg rentang
kehidupan. Alih bahasa Dra. Istiwidayanti
dan Drs. Soedjarwo, M.Sc. Jakarta:
Erlangga.
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial
(Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif).
Jakarta: Erlangga.
Johnson, M. P. (1991). Commitment to
Personal Relationships. In W. H. Jones
& D. W. Perlman (Eds.), Advances in
Personal Relationships. Vol. 3, 117-143.
London: Jessica Kingsley Publishers.
Kartono, K. (1985). Menyiapkan dan memandu
karier. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Lambert, N. M., & Dollahite, D. C. (2008P.
The Threefold Cord: Marital Commitment
in Religious Couple. Journal of Family
Issues, 29, 592-614.
Latifatunnikmah & Lestari.S. (2017).
Komitmen Pernikahan pada Pasangan
Suami Istri Bekerja. Humanitas, 14,(2),
103-119.
Liliweri, A. (1997). Komunikasi antarpribadi.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Lavenson, R.W., Carstensen, L.L, & Gottman,
J.M. (1993). The inuence of age and
gender on affect, physiology, and their
interrelations: A study of longterm
marriages. Journal of Personality and
Social Psychology, 67, 56-58.
Muslihah, U. N. (2014). Hubungan antara
Kemampuan Komunikasi Interpersonal
dengan Kepuasan Pernikahan Pada
Istri dan Suami di Usia Awal Pernikahan
di Kota Bandung. Jurnal Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia. Vol
01, No. 1, 22-23.
Olson, D.H & Fowers, B. J, (2010). Marriages
and Families Strengths 7th ed. New York:
McGraw-Hill.
Papalia, E. D., Old, S. W., Feldman, R. D.
(2008). Human Development (Psikologi
Perkembangan) Edisi Kesembilan. Alih
bahasa A. K. Anwar. Jakarta: Kencana.
Paputungan, F. (2012). Kepuasan Pernikahan
Suami Yang Memiliki Istri Berkarir. http://
psikologi.ub.ac.id/wp
content/uploads/2013/10/JURNAL5.pdf.
Pertiwi, S. (2006). Hubungan antara Harga Diri
dan Efektivitas Komunikasi Suami Istri
dengan Kecemasan Suami yang Istrinya
Berpenghasilan Lebih Tinggi.Skripsi
tidak diterbitkan.Fakultas Psikologi UII
Yogyakarta.
Rini, K. Q & Retnaningsih. (2008). Kontribusi
Self Disclosure Pada Kepuasan
Perkawinan Pria Dewasa Awal. Jurnal
Psikologi, 1 (2), 152-157.
Robinson, L.C & Blanton, P. W. (2003).
Material Strengths In Enduring Marriages.
Journal of Family Relations, Volume 42,
Hal. 38-4.
Rusbult, C.E., Johnson .D.J., & Morrow,
G.D. (1986). Predicting Satisfaction
and Commitment in Adult Romantic
128
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
Involvements: An Assessment of the
Generalizability of the Investment Model.
Social Psychology Quarterly, 49, (1) 81-
89
Santock, W. J. (2002). Life Span Development
(Jilid II). Alih bahasa Ahcmad Chusairi
dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.
Sastropoetro. (1986). Partisipasi, Komunikasi,
Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan
Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.
Suardiman. (1991). Psikologi Konseling.
Yogyakarta: Percetakan study.
Surya, M. (2001). Bina Keluarga. Semarang:
CV Aneka Ilmu.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif (Riset dan Development).
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tan. (1981). Pengantar Teori & Manajemen
Komunikasi. Jakarta - Jurnal Press.
Thompson-Hayes, M., & Webb, L. M. (2004).
Commitment Under Construction:A
Dyadic and Communicative Model of
Marital Commitment. The Journal of
Family Communication ,4:3-4. 249-260.
Wulandari, D. A. (2014). Komitmen Pada
Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan
dalam Perkawinan. Prosiding Seminar
Hasil Penelitian LPPM UMP. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.