ArticlePDF Available

Peranan Komitmen Dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan Kepuasan Pernikahan pada Suami yang Memiliki Istri Bekerja

Authors:

Abstract

Kepuasan pernikahan menjadi salah satu faktor terpenting untuk mencapai keluarga yang bahagia. Fenomena saat ini, banyak suami yang merasakan ketidakpuasan dengan pernikahannya karena memiliki istri bekerja. Hal ini akan memicu terjadinya masalah dalam pernikahan. Untuk itu diperlukan adanya komitmen dan komunikasi interpersonal agar tercapainya kepuasan pernikahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan komitmen dan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada suami yang memiliki istri bekerja.Subjek penelitian sebanyak 110 subjek, menggunakan teknik Total Sampling.Pengumpulan data mengunakan Skala komitmen, Skala komunikasi interpersonal dan Skala kepuasan pernikahan. Analisis data mengunakan teknik Regresi Bergandadengan bantuan program SPSS 22.0 for windows. Hasil analisis regresi ganda diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,000 (p
120
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan
Kepuasan Pernikahan pada Suami yang Memiliki Istri Bekerja
Sofa Raihana Harahap, Yuliana Intan Lestari
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
email: riska.ade.irma@uin-suska.ac.id; raudatussalamah@uin-suska.ac.id
Abstrak
Kepuasan pernikahan menjadi salah satu faktor terpenting untuk mencapai keluarga yang
bahagia. Fenomena saat ini, banyak suami yang merasakan ketidakpuasan dengan
pernikahannya karena memiliki istri bekerja. Hal ini akan memicu terjadinya masalah dalam
pernikahan. Untuk itu diperlukan adanya komitmen dan komunikasi interpersonal agar
tercapainya kepuasan pernikahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan komitmen
dan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada suami yang memiliki istri
bekerja.Subjek penelitian adalah suami yang memiliki istri yang bekerja di Kelurahan Simpang
Baru Pekanbaru sebanyak 110 subjek, menggunakan teknik Total Sampling.Pengumpulan
data mengunakan Skala Komitmen, Skala Komunikasi Interpersonal dan Skala Kepuasan
Pernikahan. Analisis data mengunakan teknik Regresi Bergandadengan bantuan program
SPSS 22.0 for windows. Hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai F sebesar 15,284 dengan
hasil signikansi sebesar 0,000 (p<0,01) artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima
yaitu terdapat hubungan antara komitmen dan komunikasi interpersonal dengan kepuasan
pernikahan pada suami yang memiliki istri bekerja.
Kata kunci:komitmen. Komunikasi interpersonal,kepuasan pernikahan
The Role of Commitment and Interpersonal Communication In Improving Marital
Satisfaction on Husbands that have a Wife Working
Abstract
Marital satisfaction is one of the most important factors to achieve a happy family. The current
phenomenon, many husbands feel dissatisfaction with their marriage because they have a
working wife. This will trigger problems in marriage. For this reason, it requires commitment
and interpersonal communication to achieve marital satisfaction. The purpose of this study
was to determine the relationship of commitment and interpersonal communication with marital
satisfaction on the husband who has a working wife. Research subjects on the husband who
has a working wife were 110 subjects, using Total Sampling technique. Data collection uses
Commitment Scale, Interpersonal Communication Scale and Wedding Satisfaction Scale.
Data analysis uses Multiple Regression techniques with the help of SPSS 22.0 for Windows
program. The results of multiple regression analysis obtained an F value of 15.284 with a
signicance result of 0.000 (p <0.01) which means that the hypothesis in this study is accepted,
namely there is a relationship between commitment and interpersonal communication with
marital satisfaction in the husband who has a working wife.
Keywords: Commitment, Interpersonal Communication, Marital Satisfaction
Pendahuluan
Wanita selalu diidentikkan dengan
melahirkan, membersihkan rumah, mencuci,
pakaian, memasak, mengurus anak, dan
mengurus pekerjaan rumah lainnya. Wanita
dulu tidak dibolehkan bekerja di luar rumah,
namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi yang terjadi
dalam beberapa dekade ini membuat tuntutan
sosial ekonomi dalam keluarga semakin
tinggi. Hal ini yang menyebabkan banyak para
istri memilih untuk bekerja. Bermacam alasan
121
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
yang menyebabkan istri bekerja, antara
lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga, mengaplikasikan ilmu pendidikan
yang didapat, atau adanya keinginan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki.
Peran wanita adalah sebagai
istri, sebagai ibu dan sebagai pengurus
rumah tangga, akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman dan tuntutan ekonomi,
banyak wanita yang turut bekerja dengan
ruang lingkup di dalam maupun di luar rumah
dan berbagai faktor yang melatarbelakanginya
Munandar (dalam Pertiwi, 2006). Tidak
jarang dijumpai para suami setuju untuk istri
bekerja diluar rumah, dengan alasan dapat
menambah sumber nancial keluarga, namun
tidak sedikit pula suami yang tidak setuju
dengan istri bekerja di luarrumah karena
berbagai alasan, misalnya segalapekerjaan
rumah menjadi terabaikan, pengasuhan istri
terhadap anak menjadi tidakmaksimal atau
tidak maksimal dalam melayani suami. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan segelintir
suami untuk tidakmenginginkan istri bekerja
diluar rumah (Paputungan, 2012). Adapun
jumlah wanita yang bekerja di Indonesia
sesuai dengan Sensus Penduduk pada tahun
2015 yaitu sebanyak 120,8 juta jiwa (Badan
Pusat Statistik). Ketika isteri bekerja, peran
suami juga bertambah dikarenakan adanya
pembagian tugas rumah tangga. Suami telah
menggandakan waktu untuk pekerjaan rumah
tangga mulai dari di bawah 5 jam per minggu
menjadi di atas 5 jam per minggu bahkan
mencapai 14,5 jam per minggu (DeGenova
dalam Daeng 2010).
Menurut Dalimunte (2013), mayoritas
suami mengharapkan istri bertanggung
jawab atas urusan rumah tangga dan anak-
anak, baik istri yang bekerja atau sebagai ibu
rumah tangga. Suami menganggap dirinya
harus mengembangkan karir dan mencukupi
kebutuhan rumah tangga, sehingga
hampir semua waktunya, dicurahkan untuk
pengembangan karir dan mencari uang. Tidak
jarang, istri tidak ada waktu lagi untuk suami
dan anak, apalagi urusan rumah tangga.
Dalimunte (2013) menjelaskan bahwa setiap
individu yang memutuskan menikah, tentu
menginginkan pernikahan yang bahagia,
begitupun dengan para suami.
Tujuan perkawinan yang mulia adalah
membina keluarga bahagia, kekal, abadi
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
maka terdapat pengaturan mengenai hak
dan kewajiban suami istri masing-masing.
Apabila terpenuhi, maka dambaan suami
istri dalam kehidupan berumah tangga akan
dapat terwujud karena didasari rasa cinta
dan kasih sayang. Sebagaimana dijelaskan
didalam Al-Qur’an Allah menyatakan bahwa
pernikahan merupakan salah satu kebesaran
Allah dan sekaligus karunia Allah yang wajib
disyukuri.Caranya adalah dengan memberi
cinta dan kasih sayang kepada anggota
keluarga sehingga terbentuklah keluarga
yang harmonis. Firman Allah dalam surat Ar-
Rum ayat 21, yang artinya:
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berkir”.
Kepuasan pernikahan adalah
perasaan yang bersifat subjektif dari
pasangan suami istri mengenai perasaan
bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap
pernikahannya secara menyeluruh (Olson dan
Fowers 2010).Pinson dan Lebow menyatakan
bahwa kepuasan perkawinan adalah suatu
pengalaman subjektif, suatu perasaan yang
berlaku dan suatu sikap, dimana semua itu
didasarkan pada faktor dalam diri individu yang
mempengaruhi kualitas yang dirasakan dari
interaksi dalam perkawinan (dalam Rini dan
Retnaningsih, 2008).Kepuasan pernikahan
menurut Clayton (dalam Ardhianita dan
Andayani, 2004) merupakan evaluasi secara
keseluruhan tentang segala hal yang
berhubungan dengan kondisi pernikahan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Olson dan Fowers (2010), aspek-
aspek kepuasan perkawinan terdiri dari: a)
Komunikasi, aspek ini melihat bagaimana
122
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
perasaan dan sikap individu terhadap
komunikasi dalam hubungan mereka sebagai
suami istri. b) Aktivitas Waktu Luang, aspek
ini mengukur pada pilihan kegiatan yang
dipilih untuk menghabiskan waktu senggang.
c) Orientasi Keyakinan Beragama, aspek
ini mengukur makna kepercayaan agama
dan praktiknya dalam perkawinan. Nilai-nilai
yang terkandung dalam agama merupakan
bagian yang terpenting dalam perkawinan.
d) Pemecahan Masalah, aspek ini berfokus
pada keterbukaan pasangan terhadap isu-isu
pengenalan dan penyelesaian, dan strategi-
strategi yang digunakan untuk menghentikan
argumen, serta saling mendukung dalam
mengatasi masalah bersama-sama dan
membangun kepercayaan satu sama lain. e)
Pengaturan Keuangan, aspek ini berfokus pada
sikap yang berhubungan dengan bagaimana
cara pasangan mengelola keuangan. Aspek
ini mengukur pola bagaimana pasangan
membelanjakan uang yamg dimiliki dan
perhatian pasangan terhadap keputusan
nansial rumah tangga. f) Orientasi Seksual,
aspek ini mengukur perasaan pasangan
mengenai afeksi dan hubungan seksual
mereka. Orientasi seksual menunjukkan
sikap mengenai isu-isu seksual, perilaku
seksual, kontrol kelahiran, dan kesetiaan. g)
Keluarga dan Kerabat, aspek ini menunjukkan
perasaan-perasan yang berhubungan denga
relasi dengan anggota keluarga, keluarga
dari pasangan, dan teman-teman. h) Peran
menjadi orang tua, aspek ini mengukur sikap
dan perasaan mengenai peran sebagai orang
tua, kepemilikan, dan pengasuhan anak. i)
Kepribadian pasangan, aspek ini mengukur
persepsi individu mengenai karakter pribadi
pasangan yang ditunjukkan dari tingkah laku.
j) Peran dalam Keluarga, aspek ini mengukur
perasaan-perasaan dan sikap-sikap individu
mengenai peran-peran perkawinan dan
keluarga.
Fenomena saat ini, suami yang merasa
tidak puas dalam pernikahan dikarenakan
kesibukan isteri bekerja maka suami akan
merasakan kehilangan pelayanan dari
seseorang yang bertanggung jawab dalam
mengurus rumah tangga, seperti seseorang
yang seharusnya berada di rumah pada saat
mereka pulang, seseorang yang menyediakan
makanan, dan seseorang yang mencuci dan
menyetrika pakaian mereka. Hal inilah yang
menimbulkan permasalahan pada diri suami
(Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Ada pula
suami yang tidak menganggap pekerjaan istri
menjadi suatu masalah, selama istrinya tetap
dapat memenuhi dan melayani kebutuhan
suami dan anak. Namun, ada pula suami
justru mendukung karir istrinya bahkan ikut
membantu dalam mengurusi pekerjaan rumah
tangga sehari-hari (Dalimunte, 2013).
Pasangan merasa tidak puas dengan
pasangan dan hubungan pernikahannya
tersebut, pada akhirnya pasangan menjadi
rentan terhadap perselingkuhan (dalam
Wulandari, 2014).Pasangan yang tidak
merasakan kepuasan pernikahan cenderung
menjadikan perceraian sebagai solusi untuk
membangun hidup baru yang lebih bahagia.
Suami yang merasa tidak puas tetap
mempertahankan pernikahannya.Hal ini
dikarenakan adanya komitmen diawal
pernikahan yang menjadi faktor penting
didalam pernikahan. Menurut Robinson
dan Blanton (2003) yang mengemukakan
beberapa faktor terpenting dalam sebuah
pernikahan yang memuaskan, antara
lain: Keintiman, Komitmen, Komunikasi,
Kongruensi dan Keyakinan beragama. Sejalan
dengan pendapat Papalia, Olds & Feldman,
(2008) bahwa salah satu faktor terpenting
kesuksesan pernikahan adalah perasaan
akan adanya komitmen.
Komitmen pernikahan adalah
suatu kesepakatan yang yang dibuat oleh
pasangan suami istri (Johnson, Caughlin dan
Huston,1991). Komitmen pernikahan adalah
pengalaman dari pasangan suami istri yang
bersama-sama untuk tetap mempertahankan
pernikahannya sebagai fungsi, bagian,
dan interaksinya (Thompson & Webb,
2004). Rusbult, dkk (1986) menjelaskan
bahwa komitmen adalah seberapa besar
kecenderungan seseorang untuk melanjutkan
hubungan dengan pasangannya, memandang
masa depan akan terus bersama pasangannya,
dan adanya kelekatan psikologis satu sama
lain dengan pasangan (dalam Handayani,
2008).Aspek-aspek komitmen pernikahan,
123
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
menurut Jhonson, Caughlin dan Huston (1991)
terbagi tiga yaitu : a) Komitmen Pribadi yakni
sejauh mana individu ingin tinggal dalam satu
hubungan. b) Komitmen Moral berarti bahwa
individu secara moral berkewajiban untuk
melanjutkan hubungan perkawinan tersebut.
c) Komitmen Struktural adalah keinginan
bertahan dalam suatu hubungan karena
adanya faktor penahan dalam hubungan
tersebut yang menghambatnya untuk
meninggalkan hubungan.
Selain komitmen pernikahan ada
hal yang dapat mempengaruhi kepuasaan
dalam pernikahan. Azeez (2013) melakukan
penelitian terhadap wanita pekerja yang
menemukan bahwa kepuasan pernikahan
sangat dipengaruhi oleh keterampilan
interpersonal dalam berkomunikasi dengan
pasangan. Salah satu jenis komunikasi
yang memiliki frekuensi cukup tinggi adalah
komunikasi interpersonal. Menurut DeVito
(1997) komunikasi interpersonal adalah
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan
antara dua orang, atau diantara sekelompok
kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika.Tan
(1981) mengemukakan bahwa komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi tatap muka
antara dua atau lebih orang (dalam Liliweri,
1997). Menurut Devito (1997) kualitas
umum komunikasi interpersonal meliputi:
a)Keterbukaan: Ada ketersediaan untuk
membuka diri, mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan memenuhi
batas-batas kewajaran. b) Empati: Individu
melihat dan merasakan oranglain seperti apa
yang dirasakannya. c) Sikap Mendukung:
Individu harus bisa memperlihatkan sikap
mendukung dengan sikap. d) Sikap Positif:
Komunikasi interpersonal terbina jika orang
memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri.
e) Kesetaraan: Harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-
sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu
yang penting untuk disumbangkan.
Fenomena saat ini banyak istri yang
bekerja terlalu sibuk dan terkadang lupa
menjalin komunikasi dengan pasangan.
Salah satu penyebab daribeberapa peristiwa
pertengkaran, perselisihan, perdebatan,
perkelahian, dansebagainya adalah
karena adanya kesalahpahaman dalam
berkomunikasi.Pasangan dengan komitmen
yang tinggi akan selalu mengkomunikasikan
segala permasalahan yang ada didalam
pernikahan, berusaha untuk mencari solusi
dan memecahkan masalah secara lebih
efektif akan cenderung lebih baik, lebih puas
dengan kehidupan daripada pasangan yang
komitmennya rendah.
Bila semakin efektif komunikasi
maka hubungan pasangan suami istri
semakin harmonis.Oleh karena itu,
komunikasi digunakan untuk membuat dan
mengembangkan komitmen pernikahan
(Thompson dan Webb, 2004). Meskipun
komunikasi yang efektif tidak selalu ditunjukkan
dari sering tidaknya melakukan komunikasi.
Namun pasangan suami istri sama-sama
bekerja dengan kesibukan masing-masing,
keduanya berusaha untuk senantiasa
melakukan komunikasi karena komunikasi
ditunjukkan sebagai bentuk perhatian kepada
pasangannya.
Berdasarkan uraian di atas penulis
tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
Komitmen Dan Komunikasi Interpersonal
Dengan Kepuasan Pernikahan Pada Suami
yang Memiliki Istri Bekerja”. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat
hubungan antara komitmen dan komunikasi
interpersonal dengan kepuasan pernikahan
ada suami yang memiliki istri bekerja.
Metode
Partisipan
Populasi pada penelitian ini adalah
suami yang memiliki istri bekerja di Kelurahan
Simpang Baru Panam di Pekanbaru. Sampel
penelitian berjumlah 110 orang suami yang
memiliki istri yang bekerja. Teknik sampling
yang digunakan adalah Total Samplingyakni
teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiyono,
2007).
124
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
Pengukuran
Data dikumpulkan melalui 3 Skala yaitu
skala komitmen berdasarkan konsepJhonson,
Caughlin dan Huston (1991), skala komunikasi
interpersonal menurut Devito (1997), dan
skala kepuasan pernikahan menurut Olson
dan Fowers (2010). Adapun jumlah aitem
pada masing-masing skala adalah 19 aitem
untuk skala kepuasan pernikahan, 15 aitem
untuk skala komitmen dan 19 aitem untuk
skala komunikasi interpersonal. Berikut contoh
aitem dari skala komunikasi interpersonal
“Saya bersama isteri selalu mendiskusikan
tentang masalah anak-anak”. contoh aitem
pada skala komitmen “Saya berjanji akan
memberi yang terbaik untuk keluarga”. Serta
contoh aitem pada skala kepuasan pernikahan
“Saya memahami kondisi isteri saya yang
sibuk bekerja”.
Ketiga skala memiliki reliabilitas yang
tinggi, untuk skala komunikasi interpersonal
reliabilitasnya 0,855, skala komitmen
reliabilitasnya 0,893 dan skala kepuasan
pernikahan reliabilitasnya 0,903.
Hasil
Tabel 1. Hasil uji hipotesis regresi ganda
interpersonal dengan kepuasan pernikahan ada suami yang memiliki istri
bekerja.
Metode
Partisipan
Populasi pada penelitian ini adalah suami yang memiliki istri bekerja di
Kelurahan Simpang Baru Panam di Pekanbaru. Sampel penelitian berjumlah 110
orang suami yang memiliki istri yang bekerja. Teknik sampling yang digunakan
adalah Total Samplingyakni teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).
Pengukuran
Data dikumpulkan melalui 3 Skala yaitu skala komitmen berdasarkan
konsepJhonson, Caughlin dan Huston (1991), skala komunikasi interpersonal
menurut Devito (1997), dan skala kepuasan pernikahan menurut Olson dan
Fowers (2010). Adapun jumlah aitem pada masing-masing skala adalah 19 aitem
untuk skala kepuasan pernikahan, 15 aitem untuk skala komitmen dan 19 aitem
untuk skala komunikasi interpersonal. Berikut contoh aitem dari skala komunikasi
interpersonal “Saya bersama isteri selalu mendiskusikan tentang masalah anak-
anak”. contoh aitem pada skala komitmen “Saya berjanji akan memberi yang
terbaik untuk keluarga”. Serta contoh aitem pada skala kepuasan pernikahan
“Saya memahami kondisi isteri saya yang sibuk bekerja”.
Ketiga skala memiliki reliabilitas yang tinggi, untuk skala komunikasi
interpersonal reliabilitasnya 0,855, skala komitmen reliabilitasnya 0,893 dan skala
kepuasan pernikahan reliabilitasnya 0,903.
Hasil
Tabel 1. Hasil uji hipotesis regresi ganda
Model
R Square
Adjusted R
Square
F
Sig
Komimen, komunikasi
interpersonal dengan
kepuasan pernikahan
0,222
0,208
15,284
0,000
Berdasarkan hasil analisis regresi
ganda diperoleh koesien korelasi F sebesar
15,824 dengan signikansi (p) 0,000, maka
p<0,01. Adapun ketentuan diterima atau
ditolak sebuah hipotesis apabila signikansi
lebih kecil atau sama dengan 0,05 (p<0,01),
dengan demikian maka dapat disimpulkan
hipotesis dalam penelitian ini diterima. Artinya
terdapat hubungan antara komimen dan
komunikasi interpersonaldengan kepuasan
pernikahan.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubunganantara komitmen dan komunikasi
interpersonal dengan kepuasan pernikahan
pada suami yang memiliki istri bekerja dengan
signikansi sebesar 0,000 (p<0,01) dan nilai
F sebesar 15,824. Dengan demikian hipotesis
dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan
adanya hubungan antara komitmen dan
komunikasi interpersonal dengan kepuasan
pernikahan pada suami yang memiliki istri
bekerja. Hubungan antara komitmen dengan
kepuasan pernikahan pada suami yang
memiliki istri bekerja juga menunjukkan
adanya hubungan. Komitmen memiliki
hubungan dengan kepuasan pernikahan.
Komitmen pernikahan dibangunsejak sebelum
menikah, melalui tahapan ketertarikan
pada pasangan, pembuatankesepakatan,
dan upaya menghadapi tantangan. Setelah
menikahpembentukan komitmen dapat dilihat
dari pembagian peran, kesepakatan yang
dibuat untuk meminimalisir dampak negatif
yang disesuaikan kebutuhan bersama,
motivasi istri bekerja, sedikitnya dampak
negatif dan semakin meningkatnya dampak
positif, sedikitnya permasalahan, dan
penyelesaianya melibatkan kerjasama.
Komitmen merupakan faktor penting
keberhasilan pernikahan. Adapun kepuasan
dalam pernikahan merupakan konstruk yang
berpengaruh dalam tingkat komitmen dalam
pernikahan. Kepuasan dalam pernikahan
yang semakin meningkat akan semakin
memperkokoh pernikahan. Meningkatnya
kepuasan dalam pernikahan akan
meningkatnya komitmen dalam pernikahan.
Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pada
penelitian ini bahwa suami yang memiliki istri
bekerja akan setia kepada istrinya. Selain
125
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
itu, suami juga memiliki komitmen bahwa
tidak akan meninggalkan pasangan sampai
maut yang memisahkan suami juga memiliki
pemikiran sebesar apapun pertengkaran
pasangan berjanji tidak akan mengatakan
perpisahan demi menjaga nama baik.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Papalia, Olds dan Feldman, (2008) yang
mengatakan bahwa salah satu faktor
terpenting kesuksesan pernikahan adalah
perasaan akan adanya komitmen. Hubungan
antara komunikasi interpersonal dengan
kepuasan pernikahan pada suami yang
memiliki istri bekerja ditunjukkan dengan
tingkat signikansi sebesar 0,000 (p<0,05)
dengan nilai F sebesar 4,549. Artinya
komunikasi interpersonal memiliki hubungan
dengan kepuasan pernikahan. Kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan
dan pemikirannya akan sangat menentukan
hubungan interpesonalnya, semakin baik
seseorang mengungkapkannya berarti akan
semakin baik pula hubungan interpesonalnya
terutama dalam hal ini dengan pasangannya
(Olson dan Fowers 2010). Hal ini nampaknya
membuat keterampilan komunikasi
interpersonal memiliki sumbangan dalam
menentukan kepuasan dalam hubungan
pernikahan. Dalam interaksi yang panjang
dan menyangkut tugas perkembangan inilah
menuntut individu untuk mampu melakukan
kesepakatan-kesepakatan tertentu agar
sukses menjalankan tugas perkembangannya.
Ketidakberhasilan dalam melakukan
interaksi yang baik akan membuat hubungan
pernikahan menjadi kurang harmonis dan
bahkan berujung pada perceraian.
Menurut Surya (2001) salah satu cara
yang dapat dilakukan istri yang bekerja untuk
bisa sukses dalam membangun rumah tangga
adalah dengan melakukan penyesuaian
antara diri dengan pekerjaan, yang disertai
dukungan dari suami. Dukungan tersebut
dapat dikembangkan melalui komunikasi
interpersonal yang efektif antara suami dan
istri. Keterampilan komunikasi merupakan
keterampilan diadik yang perlu dikembangkan
oleh pasangan, keduanya perlu bersinergi
untuk membangun komunikasi yang baik.
Komunikasi dan interaksi suami istri dalam
kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi
komitmen pernikahan dalam keluarga.
Komunikasi sehari-hari dapat meningkatkan
keintiman, kepercayaan, dan persahabatan
dengan pasangannya (Weigel dalam
Latifatunnikmah & Lestari , 2017).
Komunikasi merupakan cara efektif
yang dapat dilakukan pasangan suami istri
sehingga dapat menghindari diri dari situasi
yang dapat merusak hubungan pernikahan.
Suami merasa mampu dan bertanggung
jawab untuk memenuhi semua kebutuhan istri
dan anak-anaknya sehingga istri tidak perlu
lagi untuk bekerja diluar rumah. Memenuhi
semua kebutuhan istri dan anak-anak juga
merupakan salah satu komitmen suami diawal
pernikahan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa
terdapat hubungan antara komitmen dan
komunikasi interpersonal dengan kepuasan
dalam hubungan pernikahan, dapat dijelaskan
bahwa pasangan dengan komitmen yang
tinggi akan berusaha untuk mempertahankan
hubungan. Selalu mengkomunikasikan
segala permasalahan yang ada didalam
pernikahan, berusaha untuk mencari solusi
dan memecahkan masalah secara lebih
efektif akan cenderung lebih baik, lebih puas
dengan kehidupan daripada pasangan yang
komitmennya rendah. Suami mempunyai
rasa percaya untuk mengandalkan perilaku
pasangan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, menaruh kepercayaan kepada
pasangan. Bersikap jujur dan berempati.
Menerima dan memahami persoalan dalam
bermacam sudut dengan sikap terbuka
terhadap pasangan.
Komitmen dengan kepuasan
pernikahan memperoleh nilai Beta = 0,433
dan p=0,000(p<0,05) sedangkan komunikasi
dengan kepuasan pernikahan memperoleh
nilai Beta = 0,128 dan p=0,142 (p<0,05) hal
ini menjelaskan bahwa variabel komitmen
lebih mampu memprediksi kepuasan
pernikahan pada suami yang memiliki istri
bekerja dibandingkan variabel komunikasi
interpersonal.
Salah satu karakteristik pernikahan
yang memuaskan adalah adanya komitmen
yang tidak hanya ditujukan terhadap
126
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
pernikahan sebagai sebuah intuisi, tetapi juga
terhadap pasangannya. Beberapa pasangan
berkomitmen terhadap perkembangan
hubungan pernikahannya, antara lain
kematangan hubungan, penyesuaian diri
dengan pasangan, perkembangan pasangan,
serta terhadap pengalaman dan situasi baru
yang dialami pasangan. Komitmen yang kuat
dengan pasangan dapat menjaga stabilitas
pernikahan, oleh karena itu komitmen dijadikan
sebagai strategi dalam melanjutkan hubungan
dengan penuh usaha dan biaya. Suami yang
memiliki komitmen pernikahan terhadap
pasangan akan setia kepada istrinya. Selain
itu, suami tidak akan meninggalkan pasangan
sampai maut memisahkan. Kemampuan
saling mempertahankan dengan pasangan
akan membuat komunikasi dengan pasangan
terbuka dan setara, pengungkapan kasih
sayang dilakukan secara verbal dan non
verbal, banyaknya waktu bersama pasangan,
mampu menerima kekurangan pasangan
baik secara penyesuaian maupun sebagai
konsekuensi dari komitmen dan kerelan
berkorban untuk pasangan yang lebih.
Komunikasi interpersonal dianggap
berperan dalam membantu dan meningkatkan
kepuasan pernikahan pada suami yang
memiliki istri bekerja. Komunikasi interpersonal
yang baik akan meningkatkan kualitas suatu
hubungan kearah yang lebih baik dan penting
bagi kebahagiaan hidup. Kemampuan
mempertahankan dan interaksi yang baik
dengan pasangan akan berhubungan dengan
pencapaian kepuasan pernikahan yang
ditandai dengan adanya kemampu menerima
kelebihan dan kekurangan satu sama lain,
setia dengan janji pernikahan yang telah
diucapkan, menjaga nama baik pernikahan,
merasa nyaman menjalani kehidupan
pernikahan, adanya keintiman sik dalam
pernikahan, saling mendukung dan eksibel,
dan pasangan memiliki kesadaran untuk
saling menjaga komunikasi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa komitmen yang terbentuk
dalam hubungan suami dan istri serta adanya
komunikasi interpersonal yang baik, maka
akan meningkatkan kepuasan pernikahan
pada suami yang memiliki istri bekerja.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian
ini diterima. Artinya ada hubungan antara
komitmen dan komunikasi interpersonal
dengan kepuasan pernikahan pada suami
yang memiliki istri bekerja.
Daftar Pustaka
Ardhianita, I & Andayani, B. (2004). Kepuasan
Penikahan di Tinjau Dari Berpacaran
dan Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi,
32,(2),101-111.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aqmalia. (2009). Kepuasan Pernikahan
pada Pekerja Seks Komersial (PSK).
JurnalUniversitasGunadarma.
http://www.gunadarma.ac.id/library/
articles/graduate/psychology/2009/
Artikel_10503148.pdf.
Azeez, A.E.P (2013) Employed Women
and Marital Satisfaction: A Study among
Female Nurses.,International Journal
of Management and Social Sciences
Research, 2(11)17-22.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
_______. (2010). Penyusunan Skala Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
. (2012). Penyusunan Skala
Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik 2015. Ketenagakerjaan.
www.bps.go.id
Boseke, R. O. (2015). Hubungan Antara
Komitmen Pernikahan dengan Kepuasan
Pernikahan pada istri yang ditinggal
suami bekerja diluar kota. Skripsi.
Salatiga:Fakultas Psikologi.
Canel, A. (2013). Development of the Material
Satisfaction Scale. Education Sciences;
Theory & Practice.
Daeng, N. R. (2010). Perbedaan Kepuasan
Pernikahan Antara Suami Dan I s t r i
127
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2018
dalam Dual Career Family. Skripsi.
Medan: Fakultas Psikologi.
Dalimunte, M. R. (2013). Kepuasan Pernikahan
Pada Pasangan Suami dan Istri Yang
Terlibat dalam Dual Career Family (Studi
Kasus Pada Tiga Pasangan Suami Istri
Di Kota Bandung). Skripsi. Bandung:
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan.
Desmayanti, S. (2009). Hubungan Antara
Resolusi Konik dan Kepuasan
Pernikahan pada Pasangan Suami Istri
Bekerja pada Masa Awal Pernikahan.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Devito, J.(1997). Komunikasi antar manusia
(terjemahan).Alih bahasa Ir. Agus
Maulana MSM.Jakarta: Professional
Books.
Dewi, N. R & Sudhana, H. (2013). Hubungan
Antara Komunikasi Interpersonal
Pasutrii dengan Keharmonisan dalam
Pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana,
1(1), 22-23.
Dewi,I. S. (2006). Kesiapan Menikah pada
Wanita Dewasa Awal yang Bekerja.
Skripsi. Medan: Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Hartono, (2008). Spss 16.0. Analisis data
Statistik dan Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Handayani, M.M. (2008). Psikologi Keluarga.
Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan
suatu pendekatan sepanjamg rentang
kehidupan. Alih bahasa Dra. Istiwidayanti
dan Drs. Soedjarwo, M.Sc. Jakarta:
Erlangga.
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial
(Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif).
Jakarta: Erlangga.
Johnson, M. P. (1991). Commitment to
Personal Relationships. In W. H. Jones
& D. W. Perlman (Eds.), Advances in
Personal Relationships. Vol. 3, 117-143.
London: Jessica Kingsley Publishers.
Kartono, K. (1985). Menyiapkan dan memandu
karier. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Lambert, N. M., & Dollahite, D. C. (2008P.
The Threefold Cord: Marital Commitment
in Religious Couple. Journal of Family
Issues, 29, 592-614.
Latifatunnikmah & Lestari.S. (2017).
Komitmen Pernikahan pada Pasangan
Suami Istri Bekerja. Humanitas, 14,(2),
103-119.
Liliweri, A. (1997). Komunikasi antarpribadi.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Lavenson, R.W., Carstensen, L.L, & Gottman,
J.M. (1993). The inuence of age and
gender on affect, physiology, and their
interrelations: A study of longterm
marriages. Journal of Personality and
Social Psychology, 67, 56-58.
Muslihah, U. N. (2014). Hubungan antara
Kemampuan Komunikasi Interpersonal
dengan Kepuasan Pernikahan Pada
Istri dan Suami di Usia Awal Pernikahan
di Kota Bandung. Jurnal Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia. Vol
01, No. 1, 22-23.
Olson, D.H & Fowers, B. J, (2010). Marriages
and Families Strengths 7th ed. New York:
McGraw-Hill.
Papalia, E. D., Old, S. W., Feldman, R. D.
(2008). Human Development (Psikologi
Perkembangan) Edisi Kesembilan. Alih
bahasa A. K. Anwar. Jakarta: Kencana.
Paputungan, F. (2012). Kepuasan Pernikahan
Suami Yang Memiliki Istri Berkarir. http://
psikologi.ub.ac.id/wp
content/uploads/2013/10/JURNAL5.pdf.
Pertiwi, S. (2006). Hubungan antara Harga Diri
dan Efektivitas Komunikasi Suami Istri
dengan Kecemasan Suami yang Istrinya
Berpenghasilan Lebih Tinggi.Skripsi
tidak diterbitkan.Fakultas Psikologi UII
Yogyakarta.
Rini, K. Q & Retnaningsih. (2008). Kontribusi
Self Disclosure Pada Kepuasan
Perkawinan Pria Dewasa Awal. Jurnal
Psikologi, 1 (2), 152-157.
Robinson, L.C & Blanton, P. W. (2003).
Material Strengths In Enduring Marriages.
Journal of Family Relations, Volume 42,
Hal. 38-4.
Rusbult, C.E., Johnson .D.J., & Morrow,
G.D. (1986). Predicting Satisfaction
and Commitment in Adult Romantic
128
Peranan Komitmen dan Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan..... Sofa Raihana Harahap
Involvements: An Assessment of the
Generalizability of the Investment Model.
Social Psychology Quarterly, 49, (1) 81-
89
Santock, W. J. (2002). Life Span Development
(Jilid II). Alih bahasa Ahcmad Chusairi
dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.
Sastropoetro. (1986). Partisipasi, Komunikasi,
Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan
Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.
Suardiman. (1991). Psikologi Konseling.
Yogyakarta: Percetakan study.
Surya, M. (2001). Bina Keluarga. Semarang:
CV Aneka Ilmu.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif (Riset dan Development).
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tan. (1981). Pengantar Teori & Manajemen
Komunikasi. Jakarta - Jurnal Press.
Thompson-Hayes, M., & Webb, L. M. (2004).
Commitment Under Construction:A
Dyadic and Communicative Model of
Marital Commitment. The Journal of
Family Communication ,4:3-4. 249-260.
Wulandari, D. A. (2014). Komitmen Pada
Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan
dalam Perkawinan. Prosiding Seminar
Hasil Penelitian LPPM UMP. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
... Dukungan untuk keluarga angkat terutama berfokus pada penyesuaian diri anak (Faure et al., 2019). Selain terkait penyesuaian diri, permasalahan adopsi juga akrab dengan persoalan terkait identintas anak adopsi (Harahap & Lestari, 2018). ...
... Salah satu jenis pengasuhan alternatif yang dapat dilakukan melalui adopsi anak (Guerrero-Bote et al., 2020). Adopsi anak dilakukan masyarakat sejak zaman dahulu (Harahap & Lestari, 2018). ...
... Pengangkatan anak lebih mementingkan kesejahteraan anak, baik itu secara fisik, psikis, maupun sesama anak (Faure et al., 2019). Adopsi anak penting dilakukan untuk menciptakan peluang bagi anak-anak telantar yang tidak diketahui keberadaan orangtua atau walinya dalam mendapatkan perlindungan yang sama dengan anak-anak pada umumnya (Harahap & Lestari, 2018). Pengangkatan anak juga mencakup anak-anak yang menjadi korban kemiskinan dan anak dari hubungan luar nikah. ...
Article
Full-text available
Background: Domestic adoption of children can provide an opportunity to improve the welfare of children who have no family or are abandoned. Findings: Communication that occurs in the family is a reminder that the family is the first place of support for a child to communicate in everyday life. Therefore, this research aims to conduct a bibliometric analysis of various articles regarding child adoption in family communication studies. Methods: This research uses a descriptive analysis method with data sources directly from Scopus database for 1980-2024 period (total of 818 articles) obtained using the abstract or keyword “child adoption”, processed, and visualized using VOSviewer software. Conclusion: The results show three most dominant concepts, namely child adoption, study, and communication studies. The stigma exists because child adoption is considered not to be a problem limited to the environment or trajectory in phenomena, especially in the sphere of family communication, but this situation affects the child’s development and future life. The results of this research can be used as a basis for reducing the intensity of child adoption in family communication studies. The limitation of this research is that articles discussed only come directly from the Scopus database, so they do not have comparative data. Therefore, future research needs to take a comparative analysis approach that uses the Web of Science (WoS) database and increases the period of each published article.
... In addition, research from Dobrowolska et al. [35] also stated that couples who have children feel more satisfied and also happy in their marriage than those couples who do not have children. Other supporting research is Rari et al. [24] increase marital satisfaction among husbands and wives who work [40]. It can also be described that even though each has a busy life, there are quite a lot of responsibilities, but the communication between respondents and their partners is quite good and satisfying. ...
Article
Full-text available
This study aimed to assess marital satisfaction in the sandwich generation in East Java. It was conducted using quantitative methods based on the theory of Fowers and Olson, who developed the ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS) Inventory, which consisted of 10 dimensions with 42 items. The sample of this study was early and middle-aged adults from the sandwich generation in East Java. They were selected using the accidental sampling technique. The method of analysis used descriptive statistical techniques. The results showed that the 203 respondents felt very satisfied with their marriage. Nine marriage satisfaction dimensions: Personality Issues, Communication, Conflict Resolution, Financial Management, Leisure Activities, Sexual relationships, Children and Parenting, Family and Friends, and Equalitarian Roles-scored more than the population average, with the Sexual Relationship dimension having the highest empirical mean (22.128) among the marriage satisfaction dimensions. Only one, the Religious Orientation dimension, showed an empirical mean value (5.1970) that was lower than its hypothetical mean (6.000). This indicates that respondents tend to be dissatisfied with their marriage related to religious orientation. Keywords: Marital satisfaction, Sandwich generation, Dual-earner
... Pasangan dengan komitmen yang tinggi akan selalu mengkomunikasikan segala permasalahan yang ada di dalam pernikahan mereka. Selain itu Harahap & Lestari (2018) menyampaikan bahwa pasangan dengan memiliki komitmen pernikahan pasangan akan berusaha mencari solusi dan lebih mudah dalam memecahkan masalah yang terjadi. ...
Article
Full-text available
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai komitmen pernikahanpada pasangan dengan perbedaan agama. Komitmen pernikahan dalam penelitian ini mencakupbeberapa aspek diantaranya: komitmen personal, komitmen moral, dan komitmen struktural. Metodepenelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan partisipan pasangan suami-istri yang tetapmelangsungkan pernikahan dengan perbedaan agama, dan dengan usia pernikahan 1 tahun. Penggaliandata dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview), sementara teknis analisis datamenggunakan analisis tematik (thematic analysis) dan dikembangkan dengan metode theory driven.Pemantapan kredibilitas penelitian menggunakan teknik triangulasi sumber dengan melakukanpengecekkan pada data yang sudah diperoleh yaitu hasil wawancara partisipan, dan juga dasar teoriyang digunakan. Berdasarkan hasil analisis data dapat ditemukan bahwa jalinan hubungan yangdilakukan partisipan membentuk individu yang memiliki perasaan ketergantungan dan memunculkanikatan untuk saling memiliki dan berjanji untuk menjaga dan saling percaya satu sama lain dalam waktuyang lama.
... Perkawinan dapat membuat hidup seseorang lebih bahagia dengan cara memberikan kepuasan emosional, seksual, dan meningkatkan kesejahteraan secara finansial (Utamidewi et al., 2017). Tujuan perkawinan yang mulia adalah untuk membina keluarga, kekal, serta abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka terdapat pengaturan mengenai hak dan kewajiban suami istri masing-masing (Harahap & Lestari, 2018). Perlu diperhatikan kebahagiaan suatu perkawinan tidak hanya terletak pada faktor cinta semata, melainkan salah satu faktor yang penting adalah komunikasi interpersonal antar pasangan suami istri (Arwan, 2018). ...
Article
Full-text available
Background: Effective and efficient interpersonal communication can create all forms of superior human relationships and emphasize the quality of openness, empathy, supportive attitudes, positive attitudes, and equality. As is appropriate with the concepts listed in other social sciences, interpersonal communication has many definitions expressed directly by experts regarding the concept of interpersonal communication. As social beings, humans must have the desire to talk, exchange ideas, send and receive messages or information, and share experiences through cooperation to meet each other's needs. Findings: Highlights how tensions in social interactions can be constructive and inhibiting in achieving sustainable collaboration, depending on how well the plans and main objectives of the partnership can be aligned within the organization. Effective leadership pays attention to every problem of achieving targets. Target achievement refers to a priority scale that requires certainty of time. Methods: The method used in this study is descriptive qualitative. The researcher is the key instrument, the data collection technique is carried out by triangulation (combination), and data analysis is inductive/qualitative. Qualitative data is data expressed in the form of sentences or descriptions, the data used in this study, namely qualitative data consisting of primary data and secondary data. Conclusion: The author found that the interpersonal communication process of the informants was always marked by the exchange of information when talking to each other, but this did not happen to informant III. All informants always limited the topics they wanted to discuss with their partners in order to maintain the relationship well, except for the wife of informant IV. In the interpersonal communication process, all informants tried to reveal something they did not like about their partners in order to improve their behavior for a quality relationship, except for the husband of informant V. The obstacles or disturbances that occurred in the interpersonal communication process of all informants consisted of physical, psychological, and conflict obstacles. Although the conflict was only experienced by the wife of informant II. Process obstacles and semantic obstacles were not found in the communication process of the informants. Furthermore, the quality of communication possessed by the informants consisted of openness, empathy, supportive attitude, positive attitude, honesty, trust, and equality. However, the supportive attitude aspect was not possessed by informants III and IV.
... Maka, tidak heran jika pengantin juga keluarga mengharapkan suatu yang sempurna dan memuaskan dalam acaranya (Sinaga & Sembiring, 2021). Sementara, kepuasan dalam pernikahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif yang melibatkan suami dan istri, mencakup perasaan bahagia, puas dan juga menyenangkan terhadap pernikahannya secara menyeluruh, Olson dan Fowers dalam (Harahap & Lestari, 2018). ...
Article
Full-text available
Wedding Organizer merupakan salah satu penyedia jasa pernikahan yang saat ini banyak digandrungi oleh masyarakat luas. Di Bandung sendiri, Khatulistiwa72 wedding menjadi salah satu penyedia jasa yang memiliki eksistensi cukup tinggi. Pelayanan yang mereka berikan selalu mengedapankan royalitas dan mengutamakan kepuasan klien, dengan tagline “celebrate your special day from set up to clean up”. Namun, masalah yang sering kali dihadapi adalah keluhan dari klien yang merasa tidak puas akan kinerja yang sudah disuguhkan oleh Khatulistiwa72 wedding. Hal tersebut disebabkan oleh adanya ketidaksepahaman antara Khatulistiwa72 wedding dengan klien dalam pendeskripsian acara. Artikel atau tulisan ini bertujuan untuk mengetahui cara penanganan keluhan yang dilakukan oleh Khatulistiwa72 wedding dengan menggunakan service excellent yang mereka miliki. Masalah difokuskan pada bagaimana Khatulistiwa72 wedding melakukan penanganan terhadap keluhan kliennya. Guna mendekati masalah ini dipergunakan acuan teori Relationship Marketing. Data-data dikumpulkan melalui observasi dan juga wawancara narasumber berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan bahwa service excellent tetap mereka utamakan dalam menangani keluhan klien, dengan cara memberikan kesempatan klien untuk menyampaikan keluhannya, kemudian keluhan tersebut mereka jadikan sebagai bahan evaluasi untuk kinerja selanjutnya dan mengupayakan agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana komunikasi keluarga dalam komunitas Muslim di era modern dapat diperkuat dengan mengkaji keajaiban Al-Qur'an. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi natural. Data dikumpulkan melalui penelusuran berbagai publikasi dan observasi fenomena secara langsung dan tidak langsung, yang kemudian dianalisis untuk menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qur'an memainkan peran penting sebagai solusi dan panduan dalam menghadapi perkembangan zaman modern dan dunia teknologi. Temuan utama meliputi: 1) Pentingnya meletakkan gawai saat berkumpul bersama keluarga, 2) Menjalin komunikasi yang baik, dan 3) Menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan keluarga. Melalui penelitian ini, penting bagi keluarga untuk melakukan komunikasi yang baik memperdalam hubungan kasih sayang dalam keluarga. Tanpa komunikasi yang baik, suasana dalam keluarga akan menjadi kacau dan tidak teratur, sehingga sulit tercipta keluarga yang harmonis. Banyak permasalahan keluarga di era modern ini, seperti anggota keluarga yang sibuk dengan gawai masing-masing, kurangnya komitmen, serta buruknya komunikasi yang menjauhkan keluarga dari Al-Qur'an.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pernikahan pada individu yang telah menikah. Subjek penelitian ini adalah individu yang telah menikah di kota Batam, yang berjumlah 190 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode random sampling. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah Enrich Marital Satisfaction. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan Teknik Statistik Sederhana. Hasil dari penelitian menunjukan dari 190 responden, menunjukan terdapat 103 responden (54,2%) memiliki tingkat marital satisfaction kategori tinggi, 83 responden (43,7%) memiliki tingkat marital satisfaction kategori sedang, dan 4 responden (2,1%) memiliki tingkat marital satisfaction kategori rendah.
Article
The increasing demands of life have made many housewives take creative economic steps to support their family's financial needs, especially in the condition of their husbands with limited income. One way is to open an online business through social media. This study aims to find out how experiential learning in a female entrepreneur who still uses old social media, namely Facebook, to trade her goods as a form of her efforts to help her family's economy. This research is qualitative research with a phenomenological approach. Data collection uses in-depth interviews on the subjects. Data analysis uses qualitative data analysis consisting of data reduction, data presentation, and conclusion drawn. This study found three major themes with nine sub-themes related to experiential learning. Experience before migrating with the sub-themes of independence, work spirit, and entrepreneurial spirit. Furthermore, the experience when migrating with the sub-themes of hard work, boss trust, and working while studying. Entrepreneurial experience with the background sub-theme of starting a business, starting a business, and managing a business. From the application of experiential learning, good psychological effects on the subject such as self-efficacy, resilience, and work-life balance are formed
Article
Full-text available
This study aims to explain the violation of moral values in marriage commitments in the films Wedding Agreement the Series and Melur for Firdaus. The research method used is descriptive qualitative using content analysis. This research data is in the form of character dialogues in the films Wedding Agreement the Series and Melur for Firdaus. The results of this study show the phenomenon of moral values contained in the two films in the form of violations of marriage commitments depicted through the characterization of the characters Bian and Tari in the film Wedding Agreement the Series (Indonesia) with the characters Firdaus and Melur in the film Melur for Firdaus (Malaysia). Based on the analysis of the data it can be concluded that; 1) both films contain elements of violation of moral values, namely violation of marriage commitment in the form of the character's inability to uphold the promise of marriage 2) violation of norms that occurs due to the absence of emotional closeness between the characters as husband and wife, so that there is no passion to give or get physical and sexual satisfaction in the marriage which is reflected in the plot of the film
Article
This study aims to explore and analyze the transformation of the concept of family support in the context of Islamic marriage in the contemporary era. This research method includes analysis of hadith documents, interviews, and surveys to acquire a comprehensive understanding of the changes and dynamics that have occurred. The results show that this transformation includes shifts in values, gender roles, and economic demands that influence the view and implementation of family livelihoods. These challenges include economic equality between husband and wife, changes in traditional roles in the family, and adaptation to changes in the social environment. On the other hand, there are opportunities to strengthen gender equality values, increase understanding of the concept of livelihood, and develop more inclusive financial strategies. The implications of this research contribute to further understanding of how Islamic marriage adapts to changing times, as well as providing a basis for developing practical guidelines for husband-and-wife couples in managing family support in the contemporary era. This understanding can provide a more holistic and relevant view of the role of income in Islamic marriage amidst the dynamics of contemporary society.
Article
Full-text available
Marital satisfaction is an essential element for successful family life and personal growth. The fulfillment and positive development will be possible only when the relationship between couples is coherent and satisfactory. Different factors have significant influence on the marital satisfaction, like personality of the partner, nature of job, child rearing responsibility, sexual satisfaction and communication patterns are some of the examples. The active engagement of women's in the employment sector and their dual role has significant correlation with the marital satisfaction, especially in a society like India. Professionals who are engaged in health care sector, especially private sector nurses are having stresses in relation with shifts, long hours of duty low payment. Apart from this they are playing dual role as breadwinner and the care taker of family. These aspects are having significant correlation in the family life too. The present study has focus on the marital satisfaction of female nurses who are working in private hospitals. The descriptive study has conducted among 110 nurses by using questionnaire, which includes socio demographic profile and marital satisfaction scale. It's drawn from the study that more than half of the respondents moderately satisfied in their family life. The level of satisfaction has significantly influenced by different personal and relationship variable.
Article
Full-text available
A cross-sectional survey of adult romantic involvements was conducted to assess the generalizability of investment model predictions (Rusbult, 1980a; 1983). According to the investment model, satisfaction with a relationship should be greater to the extent that a relationship provides high rewards and low costs, whereas commitment increases not only due to greater relationship satisfaction, but also to increases in the investment of resources in relationships and declines in the quality of available alternative partners. Consistent with model predictions, satisfaction was positively related to level of rewards, and commitment was positively associated with satisfaction, negatively associated with alternative quality, and positively associated with investment size. Greater reward value, too, promoted greater commitment to maintain relationships. However, costs did not powerfully or consistently affect satisfaction or commitment to relationships. The generalizability of the model for selected demographic subsamples-females and males, marrried and single persons, younger and older persons, persons with greater and lesser education and income, and for relationships of greater and lesser duration-is also evaluated. The obtained findings provide good support for the generalizability of the investment model.
Article
Full-text available
Applying a dialectic perspective, we reconceptualize marital commitment from an individual variable to a dyadic variable. We propose a path model that predicts seven relationships among four key variables, that is, commitment, projected lon-gevity of the relationship, communication maintenance behaviors, and marital quality. Basing the hypotheses on past research as well as original ideas, we view marital commitment as a phenomenon that marital dyads coconstruct and maintain through communication. In recent years, scholars from various academic disciplines have focused increased attention on commitment in close relationships (hereafter called simply, commit-ment). They have defined and conceptualized commitment (e.g., Adams & Jones, 1997; Stanley & Markman, 1992), developed models that explain or predict com-mitment (e.g., Ballard-Reisch & Weigel, 1999; Johnson, 1991), as well as linked commitment to other relational variables, for example, relationship maintenance strategies (Dainton & Aylor,
Article
Marital harmony will be difficult to achieve without a good interpersonal relationship between husband and wife. In creating a good interpersonal relationship needs effective communication so as to prevent yourself from situation that could damage the relationship and can lead to not harmonious marriage. This study aimed to determine the relationship between interpersonal communication with marital harmony. This study is a quantitative research that used a product moment correlation. The sampling technique used is the technique simple random sampling, with 110 subjects. The scale used in this research are scale interpersonal communication and scale marital harmony. Based on the results obtained correlation values (r) of 0,649 with probabilities of 0,000 (p<0,05). The result from test data analysis is that there is a positive and significant correlation between interpersonal communication with marital harmony. The effective contribution to interpersonal communication with marital harmony is 42,2% and the others are 57,8% is influenced by other factors not examined in this study. Keywords: Interpersonal communication, marriage harmony
Article
In this study, the process of developing the Marital Satisfaction Scale (MSS) aiming to support studies in the field of marital satisfaction and to obtain information about couples in a short time through psychological counseling is discussed. The scale including 101 yes-no items aiming to reveal couples' opinions about their marriages was designed in parallel with similar scales developed abroad for similar purposes. The scale is comprised of two parts. The first part contains 92 items related to the sub-dimensions of the marital satisfaction. On the other hand, the second part of the scale dealing with the effect of "understanding of parenting" on the marital satisfaction includes 9 items to be responded by individuals with children. In the process of developing the scale, 341 people were given the whole scale and 270 people who have children were given the second part of the scale to carry out the statistical calculations. As a result of the item total, item remaining and discriminant analysis of the scale, the results were found to be significant at the level of p<.001. Through Cronbach α, Spearman Brown and Guttman Split-Half techniques, reliability values between r=.93 and .97 were found. The reliability values of the part of the scale administered to people with children about "understanding of parenting" was found to be between r=.81 and .86. The factor analysis revealed that the first sub-dimension of the scale assesses the "marital harmony" which is comprised of the "relationship happiness", "conflict" and "closeness" sub-scales. Other sub-dimensions are "anger", "communication with the spouse's family ", "economic understanding", and "understanding of parenting".
Article
Fifteen couples who had been married at least 30 years were asked to give their perceptions of the qualities which had sustained their relationship in times of closeness and relational strain. Key characteristics identified were: intimacy balanced with autonomy, commitment, communication, religious orientation, and congruent perceptions of the relationship. Interrelationships among the variables emerged, suggesting direction for future empirical research. Implications for the findings are discussed in terms of enrichment and intervention.
Article
A model for conceptualizing relationship commitment is presented and the development of a measure corresponding to this model described. Commitment is considered as two constructs: personal dedication and constraint commitment. In study one, items developed for the Commitment Inventory (CI) were given to a sample of 141 subjects. Item analyses resulted in selection of the items for the inventory. In study two, 279 subjects yielded data used in further testing of the CI. Tests were conducted on the reliability of the subscales, the factor structure of the CI, and the associations between the CI and various other measures of commitment. Further, the CI was examined in relation to various demographic variables and various measures of other relationship constructs. Overall, the research demonstrated that the CI shows promise as a reliable and valid instrument for measuring commitment. Implications are discussed for both the CI and the concept of commitment.
Article
Dalam menjalani kehidupan, seorang manusia memiliki kodrat-kodrat yang harus dijalaninya. Kodrat tersebut antara lain lahir, menikah dan meninggal dunia, oleh Ika Sari Dewi 06011229
Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek
  • S Arikunto
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.