Content uploaded by Trimanto Trimanto
Author content
All content in this area was uploaded by Trimanto Trimanto on Nov 16, 2018
Content may be subject to copyright.
Jurnal Ilmu-ilmu Hayati
Berita Biologi Volume 17, Nomor 2 Agustus 2018 91 - 223
Pusat Penelitian Biologi - LIPI
P-ISSN 0126-1754
E-ISSN 2337-8751
Volume 17 Nomor 2, Agustus 2018
21/E/KPT/2018,Tanggal 9 Juli 2018
Berita Biologi Vol. 17 No. 2
Hlm. 91 - 223
Bogor, Agustus 2018
ISSN 0126-1754
BERITA BIOLOGI
Vol. 17 No. 2 Agustus 2018
Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
No. 21/E/KPT/2018,Tanggal 9 Juli 2018
Tim Redaksi (Editorial Team)
Andria Agusta (Pemimpin Redaksi, Editor in Chief)
(Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Kusumadewi Sri Yulita (Redaksi Pelaksana, Managing Editor)
(Sistematika Molekuler Tumbuhan, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Gono Semiadi
(Mammalogi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Atit Kanti
(Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Siti Sundari
(Ekologi Lingkungan, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Evi Triana
(Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Kartika Dewi
(Taksonomi Nematoda, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dwi Setyo Rini
(Biologi Molekuler Tumbuhan , Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Desain dan Layout (Design and Layout)
Muhamad Ruslan, Fahmi
Kesekretariatan (Secretary )
Nira Ariasari, Enok, Budiarjo, Liana
Alamat (Address)
Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Kompleks Cibinong Science Center (CSC-LIPI)
Jalan Raya Jakarta-Bogor KM 46,
Cibinong 16911, Bogor-Indonesia
Telepon (021) 8765066 - 8765067
Faksimili (021) 8765059
Email: berita.biologi@mail.lipi.go.id
jurnalberitabiologi@yahoo.co.id
jurnalberitabiologi@gmail.com
Keterangan foto cover depan: Struktur Morfologi Rimpang. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C.
(Notes of cover picture): heyneana. (Morphological structure of rhizome (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C.
longa, dan (C, F) C. heyneana) sesuai dengan halaman 123. (as in page 123).
P-ISSN 0126-1754
E-ISSN 2337-8751
No. 21/E/KPT/2018,Tanggal 9 Juli 2018
Volume 17 Nomor 2, Agustus 2018
Pusat Penelitian Biologi - LIPI
Jurnal Ilmu-ilmu Hayati
Ucapan terima kasih kepada
Mitra Bebestari nomor ini
17(2) – Agustus 2018
Prof. Dr. Ir. Yohanes Purwanto
(Etnobotani, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Ir. Siti Susiarti
(Etnobotani, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dr. Sunaryo
(Morfologi,Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dr. Andria Agusta
(Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dr. Kusumadewi Sri Yulita
(Sistematika Molekuler Tumbuhan, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dr. Dwi Astuti
(Genetika, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Mohammad Irham M.Sc
(Ekologi & taksonomi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dr. Amir Hamidy
(Herpetologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI)
Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc
(Argonomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura - IPB)
Dr. Yuyu Suryasari M.Sc.
(Genetika, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dr. Iman Hidayat
(Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dra. Djamhuriyah S. Said M.Si.
(Limnologi, Pusat Penelitian Limnologi- LIPI)
Prof. Dr. I Made Sudiana, M.Sc.
(Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)
Dr. Ireng Darwati
(Fisiologi tanaman, Balai Penelitian Rempah dan Obat - Badan Litbang Pertanian)
Ir. Yadi Suryadi, MSc.
(Hama dan Penyakit Tanaman BB Biogen, Badan Litbang Pertanian)
Dr. Ir. Chaerani, MSc.
(Hama dan Penyakit Tanaman, BB Biogen, Badan Litbang Pertanian)
Dr. Darkam Mussadad
(Teknologi Pascapanen, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu)
Ir. Sulusi Prabawati, MS
(Pascapanen, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura– Badan Litbang Pertanian)
P-ISSN 0126-1754 | E-ISSN 2337-8751 123
DOI:10.14203/beritabiologi.v17i2.3086
*Diterima: 26 April 2017- Diperbaiki: 21 Agustus 2017 - Disetujui: 20 Juli 2018
PENDAHULUAN
Terdapat 51 genus dan 1200 spesies tumbuhan
yang termasuk ke dalam familia Zingiberaceae.
Hampir semua jenis tumbuhan ini dapat dijumpai di
hutan tropis yang kebanyakan terdapat di India
hingga New Guinea (Kress et al., 2002). Tumbuhan
dari familia Zingiberaceae juga memiliki banyak
manfaat. Bagian yang sering dimanfaatkan adalah
rimpang. Rimpang Zingiberaceae dapat diolah
menjadi bumbu dapur, kosmetik, obat tradisional,
bahan makanan, dan sebagai tanaman hias. Di Jawa,
tanaman ini sering digunakan untuk bahan minuman
tradisional yang disebut jamu.
Salah satu genus dalam famili Zingiberaceae
adalah Curcuma. Genus Curcuma yang terdiri lebih
dari 100 spesies dan sekitar 40 hingga 50 spesies
tersebar di kawasan Malesian, Indo-China, Taiwan
Thailand, Malesia, hingga Pasifik dan bagian utara
Australia (Velayudhan et al., 1996 Padua et al.,
1999). Karakteristik dari genus Curcuma adalah
perrennial, batang bermodifikasi menjadi rimpang
(rhizome), daun menyirip dengan berligula; bunga
bisexual, zygomorphic, brecteolus tipis, kelopak
tubular, mahkota memanjang dengan warna merah
muda hingga ungu. Buah dan biji berbentuk elip.
Curcuma merupakan spesies yang ba nyak
mengandung minyak esensial pada rimpangnya,
sehingga rimpang Curcuma banyak dimanfaatkan
untuk obat.
Rimpang merupakan modifikasi dari batang,
sehingga rimpang memiliki struktur anatomi yang
menyerupai anatomi batang (Kuntorini et al., 2011).
Karakter anatomi berguna untuk identifikasi, guna
menetapkan kelompok icrome untuk mengkaji
hubungan kekerabatan yang tidak dapat dijelaskan
melalui sifat morfologi (Setyawan, 2001). Karakter
anatomi dapat berupa ukuran, bentuk, susunan
berkas pengangkut, tipe stomata, bulu-bulu dan
substansi ergastik seperti sel icrome Ca-oksalat, pati
(amilum), sel minyak, dan getah serta asal, ukuran,
Trimanto, Dini Dwiyanti dan Serafinah Indriyani
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang
email: triman.bios08@gmail.com
ABSTRACT
Curcuma is a genus of family Zingiberaceae. Its rhizomes, as well as leaves, have long been used in the traditional medicine. This research
aimed to examine the morphological and anatomical structure as well as the primary and secondary metabolites of Curcuma aeruginosa
Roxb, Curcuma longa L, and Curcuma heyneana Valeton & Zijp. The Anatomical structure, histochemical test and secretory cell density
were observed microscopically. The Histochemical test consisted of amilum, protein, lipid, tanin, alkaloid dan flavonoid tests. Observation
of anatomical structures of the of rhizome showed that starch grains has a medium size and shape of starch was oval. Rhizomes of Curcuma
longa and C. aeruginosa ha d a positive corr elation for starch, protein, lipids, a lkaloids, flavonoids and tannins. C. heyneana has the highest
density value on protein while C. longa has the highest density value on lipids, alkaloids, flavonoids and tannins.
Key words: Mor phology, Ana tom y, Rhizome, Cur cuma, Zingib er aceae
ABSTRAK
Curcuma merupakan salah satu genus dari keluarga Zingiberaceae. Rimpang Curcuma telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui morfologi, struktur anatomi, histokimia dan kerapatan sel sekretori pada rimpang Curcuma
aeruginosa Roxb, Curcuma longa L, Curcuma heyneana Valeton & Zijp. Struktur anatomi, uji histokimia dan kera patan sel sekretor i
diamati secara mikroskopik. Uji histokimia memuat amilum, protein, lipid, tanin, alkaloid dan flavonoid. Pengamatan struktur anatomi
menunjukan rata-rata butir amilum berukuran sedang dan bentuk amilum adalah oval. Rimpang Curcuma longa dan C. aeruginosa
menunjukan nilai positif terhadap kandungan amilum, protein, lipid, alkaloid, flavonoid dan tanin. C. heyneana memiliki nilai kerapatan
tertinggi pada amilum dan protein sedangkan C. longa memiliki nilai kerapatan tertinggi pada lipid, alkaloid, flavonoid dan tanin.
Kata kunci: Morfologi, An at omi, Rim pang, C ur cum a, Zingiber aceae
124
Berita Biologi 17(2) - Agustus 2018
dan bentuk sel parenkim termasuk juga, serabut-
serabut dan pembuluh floem (Setyawan, 2001).
Teknik histokimia memungkinkan identifikasi
dan lokalisasi dari substansi spesifik dalam jaringan.
Metode histokimia bergantung pada reaksi kimia
antara reagen dengan jaringan tumbuhan untuk
identifikasi dan lokalisasi (Bancroft, 1975). Beberapa
penelitian anatomi pada jenis Zingiberaceae pernah
dilakukan pada penampang melintang rimpang
Alpinia galangal (Girija dan Rema, 2014), rimpang
temulawak (C. xanthorriza) (Kuntorini et al., 2011),
dan rimpang Alpinia speciosa (Bell, 1980).
Uji histokimia dilakukan untuk mengetahui
adanya metabolit primer dan sekunder. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui struktur anatomi dan
senyawa amilum, protein, lipid, alkaloid, flavonoid
dan tanin yang terkandung dalam rimpang C. longa,
C. heyneana dan C. aeruginosa. Hasil penelitian
dapat digunakan untuk membedakan karakter
anatomi antar spesies Curcuma dan menambah
informasi mengenai struktur morfologi rimpang,
anatomi dan uji histokimia.
BAHAN DAN CARA KERJA
Tiga jenis rimpang yang dikarakterisasi secara
morfologi, anatomi dan histokimia yaitu C.
aeruginosa (temu hitam), C. longa (kunyit), C.
heyneana (temu gir ing) dengan usia dewasa (suda h
berbunga dan dalam masa dorman) dan merupakan
koleksi Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa
Timur (Lestarini et al., 2012). Rimpang tersebut
dikarakterisasi morfologinya. Setiap uji dilakukan
dalam 3 kali ulangan. Uji anatomi rimpang dilakukan
dengan mengambil preparat dengan cork bore.
Pembuatan preparat menggunakan metode preparat
segar. Rimpang diiris tipis menggunakan clamp on
hand microtome dan dipindahkan ke dalam cawan
petri yang berisi air, kemudian difiksasi dengan
alkohol 70 %. Irisan rimpang diletakkan pada slide
glass dengan menggunakan kuas, kemudian ditetesi
akuades dan ditutup dengan cover glass. Preparat
diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran
40x dan 400x.
Uji amilum dilakukan menggunakan larutan
lugol 1 %. Preparat diberi setetes larutan lugol 1 %
lalu ditutup dengan cover glass. Bagian yang
mengandung pati akan berwarna ungu (Lalitha et al.,
2012). Uji lipid dilakukan menggunakan larutan
Sudan III 1 %. Irisan rimpang pada slide glass
ditetesi larutan Sudan III, kemudian dibiarkan
beberapa menit. Lipid, minyak dan lilin akan
berwarna merah (Johansen, 1940). Uji protein
dilakukan menggunakan larutan asam pikrat. Irisan
rimpang ditetesi asam pikrat dan didiamkan selama
beberapa menit, kemudian dibilas sampai bersih
dengan 100 % EtOH. Protein yang positif ditunjukan
dengan warna kuning. Deteksi amilum, protein dan
lipid diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x dan 400x (Ohio, 2015).
Uji alkaloid dilakukan menggunakan reagen
Wagner. Irisan rimpang pada slide glass ditetesi
dengan reagen Wagner, lalu ditutup dengan cover
glass. Ada nya senyawa alkaloid ditandai dengan
warna merah kecoklatan. Selanjutnya diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x
dan 400x (Novitasari, 2015). Uji tanin dilakukan
menggunakan larutan FeCl3 1 %. Irisan rimpang
pada slide glass ditetesi dengan larutan FeCl3, lalu
ditutup dengan cover glass. Adanya senyawa tanin
ditandai dengan warna cokelat. Selanjutnya diamati
dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
100x. Uji flavoniod dilakukan menggunakan larutan
NaOH 10 %. Irisan rimpang pada slide glass ditetesi
dengan larutan NaOH, lalu ditutup dengan cover
glass. Adanya senyawa flavonoid ditandai dengan
warna merah. Selanjutnya diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x
(Mulyani dan Toga, 2011).
Perhitungan kerapatan sel sekretori dilakukan
per satuan luas. Satuan luas mikroskop berupa
lingkaran. Skala micrometer digunakan untuk
mengetahui jari-jari dari lingkaran pada mikroskop
(Kuntorini et al., 2011). Pengukuran sel sekretori
setiap spesies dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
Nilai skala micrometer okuler dikalibrasi
menggunakan rumus menurut Aloysius dan
Sukirman (2008).
HASIL
Pengamatan Morfologi
Hasil pengamatan terhadap morfologi rimpang
menunjukan bahwa bentuk dan ukuran rimpang tidak
menunjukan perbedaan yang jelas (Gambar 1). Tiga
jenis Curcuma memiliki rimpang utama dan rimpang
125
Artikel Penelitian
Trimanto et al. – Morfologi, Anatomi dan Uji Histokimia Rimpang
samping rimpang (percabangan dari rimpang utama).
Perbedaan jelas nampak pada warna daging rimpang,
C. Longa ber warna kuning tua, C aeruginosa
berwarna biru dan C. heyneana berwarna kuning
muda. C aeruginosa memiliki ukuran rimpang utama
yang paling besar dibanding yang lain. Struktur
morfologi rimpang pada C. aeruginosa, C. Longa
dan C. heyneana dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil
karakterisasi morfologi rimpang disajikan pada
Tabel 1.
Pengamatan anatomi
Pengamatan anatomi menunjukan epidermis
pada irisan rimpang temu hitam beupa lapisan yang
tipis. Hipodermis berupa 3-6 lapis sel yang kecil.
Endodermis berupa dua lapis sel. Butir amilum
banyak ditemukan pada sel parenkim. Bentuk butir
amilum oval yang memiliki ukuran sedang antara 15
–22,5 μm. Berkas pengangkut tersebar di seluruh
bagian rimpang. Tipe berkas pengangkut pada
rimpang temu hitam yaitu kolateral tertutup. Sel
minyak tidak teramati. Bagian epidermis dan
hipodermis pada rimpang kunyit tidak teramati.
Bagian endodermis berupa dua lapis sel dan terdapat
berkas pengangkut di dalamnya. Sel minyak
memiliki warna kuning-kecoklatan, berbentuk bulat,
dan berukuran 70 μm. Berkas pengangkut tersebar di
seluruh bagian rimpang. Tipe berkas pengangkut
pada rimpang kunyit yaitu kolateral tertutup. Butir
amilum berbentuk oval dan bulat dengan ukuran
20–30 μm. Bagian epidermis dari irisan rimpang
temu giring (C. heyneana) berupa selapis sel yang
pipih, dan terdiri dari 3–6 lapis sel yang kecil.
Terdapat butir amilum berbentuk oval yang
berukuran sedang yaitu 10–20 μm. Berkas
pengangkut tersebar di seluruh bagian rimpang. Tipe
berkas pengangkut pada rimpang temu giring yaitu
kolateral tertutup. Struktur anatomi pada ketiga jenis
Curcuma tersebut dapat diliha t pada Gambar 2.
Pengamatan histokimia
Ketiga jenis Curcuma memiliki bentuk amilum
oval (Gambar 3.). Hasil pengukuran protein
menunjukan bahwa ukuran protein pada ketiga jenis
Curcuma tidak menunjukan perbedaa n yang besar
(Gambar 4). Ukuran protein terkecil adalah pada
C. heyneana. Ukuran lipid juga tidak menunjukan
perbedaan yang besar (Gambar 5). Lipid pada
C. Heyneana tidak terdeteksi. Alkaloid flavonoid dan
tanin pada C. longa memiliki ukuran paling besar
(Gambar 6, 7 dan 8). Perbedaaan ukuran amilum,
protein lipid, alkaloid, flavonoid dan tanin pada
ketiga jenis Curcuma dapat dilihat pada tabel 2.
Gambar 1. St ruktu r morfologi rimpang. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C.
heyneana. (Morphological structure of rhizome (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa,
dan (C, F) C. heyneana)
A B C
D E F
126
Berita Biologi 17(2) - Agustus 2018
Tabel 1. Pengamatan Mor fologi Rimpang Curcu m a aeruginosa, C . longa, C. heyneana (Observation
on rhizomes morphology of Curcuma aeruginosa, C. longa, C. heyneana)
No Karakter Rimpang
(Characters of rhizomes morphology)
Curcuma
aeruginosa Roxb.
Curcuma longa
L.
Curcuma heyneana
Valeton & Zijp.
1. Panjang dan lebar rimpang utama
(Length and width of the main
rhizomes)
5,5 dan 5,3 cm
(5,5 and 5,3 cm)
3,6 dan 4,2 cm
(3,6 and 4,2 cm)
4,2 dan 6 cm
(4,2 dan 6 cm)
2. Panjang dan lebar rimpang samping
pertama (The length and width of the
first side rhizome)
8 dan 2,2 cm
(8 and 2,2 cm)
9 dan 1,8 cm
(9 and 1,8 cm)
10 dan 2,2 cm
(10 and 2,2 cm)
3. Rimpang samping kedua
(The presence of the second side
rhizomes)
Ya
( presence)
Ya
( presence)
Ya
( presence)
4. Warna belahan daging
(The color of the rhizomes)
Biru dengan warna
dasar putih (Blue
with white base
color)
Kuning tua
merata
(Dark yellow)
Kuning muda
merata
(Light yellow)
5. Diameter belahan rimpang utama
(Diameter of the main rhizomes)
4,2 cm
2,9 cm
3,7 cm
6. Lebar kulit luar rimpang
(The width of the outer shell rhizomes)
0,5 cm
0,4 cm
0,3 cm
7. Warna kulit
(Skin color of rhizomes)
Coklat muda
(Light brown)
Kuning muda
(Light yellow)
Coklat muda
(Light brown)
8. Tunas pada rimpang
(Shoots on the rhizomes)
Ada
( presence)
Ada
( presence)
Ada
( presence)
9. Aroma rimpang
(Aroma of Rhizome)
Sedang
(Medium)
Kuat
(Strong)
Sedang
(Medium)
10. Akar pada rimpang
(Roots on the rhizomes)
Ada
( presence)
Ada
( presence)
Ada
( presence)
11. Sifat alami rimpang
(Nature of rhizomes)
Percabangan saling
melekat dengan
rimpang umbi
(sessile tubers
present, stolon
absen)
Percabangan
saling melekat
dengan rimpang
umbi
(sessile tubers
present, stolon
absen)
Percabangan saling
melekat, dengan
rimpang umbi,
stolon ada
(sessile tubers
present, stolon
present)
12. Panjang jarak antar ruas pada rimpang
utama ( Length of the distance of
segments in the main rhizomes)
0,4 – 0,5 cm
0,4-0,7 cm
0,4 – 0,7 cm
13. Panjang jarak antar ruas pada rimpang
samping (The length of the distance
the segments on the side rhizomes)
0,8 – 1,5 cm
0,9 – 1 cm
1 – 2 cm
127
Artikel Penelitian
Trimanto et al. – Morfologi, Anatomi dan Uji Histokimia Rimpang
Gambar 2. Struktur anatomi rimpang. (A, D) rimpang C. aeruginosa 40x dan 100x, (B, E) rimpang C. longa
40x dan 400x, dan (C, F) rimpang C. heyneana 40x dan 400x. Ket: ep: epidermis, hp:
hipodermis, en: endodermis, pr: parenkim, bp: berkas pengangkut, xl: xilem, fl: floem, aml:
butir amilum, dan sm: sel minyak. (Anatomical structure of rhizomes. (A, D) rhizome
C. aeruginosa 40x and 100x, (B, E) rhizome C. longa 40x and 400x, and (C, F) rhizome C.
heyneana 40x and 400x. ep: epidermis, hp: hypodermis, en: endodermis, pr: parenchyme, bp:
transporter file xl: xylem, fl: floem, aml: amylum grains, and sm: oil cells)
Tabel 2. Pengamatan Hist okim ia d an Kerapatan Sel Sekr etori Curcuma aeruginosa, C. longa, C.
heyneana (Histochemical Observations and Secretory Cell Density of Curcuma aeruginosa, C.
longa, heyneana)
No Karakter Anatomi
(Anatomical character)
Nama spesies
(Species name)
C. aeruginosa C. longa C. heyneana
Nilai Rata-rata (Average value)
1. Bentuk Amilum Oval Oval Oval
2. Amilum 15,80 ± 6,29 μm 25±5.00 μm 15±5,30 μm
Kerapatan 19,75 sel/mm 2 19,94 sel/mm 2 35,85 sel/mm 2
3. Protein 100 ± 20,00 μm 100 ± 10,00 μm 82,5±20,05 μm
Kerapatan 3,11 sel/mm 2 2,06 sel/mm 2 4,94 sel/mm 2
4. Lipid 45±5,00 μm 42,5 ± 2,50 μm Tidak terdeteksi
Kerapatan 0,82 sel/mm 2 1,10 sel/mm 2 0
5. Alkaloid 62,5±2,50 μm 75±5,00 μm 25 ± 5,00 μm
Kerapatan 0,23 sel/mm 2 4,16 sel/mm 2 1,05 sel/mm 2
6. Flavonoid 62,5±2,50 μm 150±5,00 μm 120 ±5,00μm
Kerapatan 0,23 sel/mm 2 4,16 sel/mm 2 1,05 sel/mm 2
7. Tanin 75±5,00μm 87,5±2,25μm Tidak terdeteksi
Kerapatan 0,18 sel/mm 2 12,71 sel/mm 2 0
128
Berita Biologi 17(2) - Agustus 2018
Gambar 3. Histokimia amilum. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C. heyneana
(Histochemical of amylum. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, and (C, F)
C. heyneana)
Gambar 4. Histokimia protein. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C. heyneana
(Histochemical of protein. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, and (C, F)
C. heyneana)
Gambar 5. Histokimia lipid. (A, C) Curcuma aeruginosa, (B, D) C. longa (Histochemical of lipid. (A, C)
Curcuma aeruginosa, (B, D) C. longa.)
129
Artikel Penelitian
Trimanto et al. – Morfologi, Anatomi dan Uji Histokimia Rimpang
Gambar 6. Histokimia alkaloid. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C. heyneana
(Histochemical of alkaloids. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C.
heyneana)
Gambar 7. Histokimia flavonoid. (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C. heyneana
(Histochemical of flavonoids (A, D) Curcuma aeruginosa, (B, E) C. longa, dan (C, F) C.
heyneana)
Gambar 8. Histokimia tanin. (A, C) Curcuma aeruginosa, (B, D) C. longa. (Histochemical of tanin. (A, C)
Curcuma aeruginosa, (B, D) C. longa)
130
Berita Biologi 17(2) - Agustus 2018
PEMBAHASAN
Secara morfologi perbedaan rimpang antara
ketiga jenis Curcuma yaitu C. Aeruginosa, C.longa
dan C.heneyana terdapa t pada warna daging. C.
aeruginosa berwarna biru denga n dasar putih,
C.longa dengan warna kuning tua da n merata , dan
C.heneyana ber warna kuning muda mera ta. Warna
rimpang utama ketiga jenis tersebut menunjukan
warna yang lebih tua/matang jika dibandingkan
dengan warna rimpang pada rimpang samping. Baik
rimpang utama dan rimpang samping ditemukan
lingkaran yang menunjukan batas antara daging
rimpang dalam dan luar. Batas paling jelas dapat
dilihat pada daging rimpang C. aeruginosa (Gambar
1D) yang menunjukan daging kulit luar lebih
berwarna putih dibanding bagian dalam berwarna
biru. Warna daging rimpang dalam C. heyneana juga
lebih matang dibanding kulitnya, terdapat batas
antara kulit dan daging dalam walaupun tidak terlihat
begitu jelas (Gambar 1F).
Bentuk dan ukuran rimpang tidak menunjukan
perbedaan yang jelas. C aeruginosa memiliki
rimpang utama yang paling besar dibanding yang
lain. Tiga jenis Curcuma juga memiliki percabangan
rimpang (rimpang samping). C. heyneana memiliki
ukuran rimpang samping paling panjang dibanding
jenis lainnya. Rimpang samping C aeruginosa,
C. longa, C. heyneana juga membentuk rimpang
samping kedua dengan ukuran yang lebih kecil. Pada
rimpang samping ditemukan banyak mata tunas pada
ruas-ruasnya yang merupakan calon individu baru.
Jenis Curcuma dapat berkembangbiak dengan cara
vegetatif alami melalui pembentukan tunas pada
rimpangnya, sehingga perbanyakannya cenderung
mudah dilakukan. Mata tunas paling nampak pada
C.longa dengan warna kuning dan jumlah yang
cukup banyak hampir di setiap ruas rimpang
samping.
Ketiga rimpang menunjukan pertumbuhan akar
yang jelas. Tipe perakaran serabut dan lebih banyak
terdapat pada rimpang utama dibanding rimpang
samping. Rimpang utama yang paling akarnya
adalah jenis C. heyneana. Akar pada rimpang utama
C. heyneana juga menghasilkan rimpang bar u
dengan bentuk ovale/stolon (Gambar 1C). C
aeruginosa memiliki akar yang lebih tebal dibanding
yang lain. Ketiga jenis Curcuma juga menunjukan
aroma atsiri. C. longa memiliki aroma yang paling
kuat dibanding yang lain, hal tersebut dimungkinkan
bahwa kandungan metabolit sekunder rimpang C.
longa paling tinggi jika dibandingkan C aeruginosa
dan C. heyneana. Kandungan metabolit sekunder
juga didukung oleh warna rimpang C. longa yang
sangat matang.
Pengamatan Anatomi menunjukan epidermis
pada irisan rimpang temu hitam (C. aeruginosa)
beupa lapisan yang tipis. Hipodermis terdiri dari 3–6
lapis sel yang kecil. Endodermis berupa dua lapis sel.
Butir amilum banyak ditemukan pada sel parenkim.
Bentuk butir amilum oval yang memiliki ukuran
sedang antara 15–22,5 μm. Berkas pengangkut
tersebar di seluruh bagian rimpang. Tipe berkas
pengangkut pada rimpang temu hitam yaitu kolateral
tertutup. Sel minyak tidak teramati. Bagian
epidermis dan hipodermis pada rimpang kunyit
(C. longa) tidak teramati. Bagian endodermis berupa
dua lapis sel dan terdapat berkas pengangkut di
dalamnya. Sel minyak memiliki warna kuning-
kecoklatan, berbentuk bulat, dan berukuran 70 μm.
Berkas pengangkut tersebar di seluruh bagian
rimpang. Tipe berkas pengangkut pada rimpang
kunyit yaitu kolateral tertutup. Butir amilum
berbentuk oval dan bulat dengan ukuran 20–30 μm.
Bagian epidermis dari irisan rimpang temu giring
(C. heyneana) berupa selapis sel yang pipih terdiri
dari 3–6 lapis sel yang kecil. Terdapat butir amilum
berbentuk oval yang berukuran sedang ukuran
10–20 μm. Berkas pengangkut tersebar di seluruh
bagian rimpang. Tipe berkas pengangkut pada
rimpang temu giring yaitu kolateral tertutup.
Larutan lugol 1 % akan menimbulkan warna
ungu pada butir amilum. Butir amilum paling banyak
ditemukan di sel parenkim. Butir amilum memiliki
ukuran yang bervariasi. Pati (amilum) merupakan
cadangan energi utama pada tanaman dan dapat
ditemukan dalam biji-bijian, akar, umbi, batang,
daun, dan buah-buahan. Pati ada dalam bentuk
butiran dan memiliki bentuk dan ukuran yang
tergantung pada sumber botani yang berbeda. Pati
terdiri dari dua glukan utama, yaitu amilosa dan
amilopektin. Butir pati memiliki berbagai bentuk,
seperti berbentuk bola, poligonal, oval, disk, ginjal
dan bentuk memanjang, serta bervariasi dalam
ukuran, dengan diameter mulai dari submicron
131
Artikel Penelitian
Trimanto et al. – Morfologi, Anatomi dan Uji Histokimia Rimpang
hingga lebih dari 100 mikron (Ai, 2013). Butir
amilum pada temu hitam (memiliki ukuran yang
sedang antara 15–22,5 μm. Butir amilum pada
kunyit memiliki ukuran yang sedang hingga besar
antara 20–30 μm. Butir amilum pada temu giring
memiliki ukuran yang sedang antara 10–20 μm.
Butir amilum pada temu hitam berbentuk oval.
Amilum pada temu hitam berjumlah hingga 340
butir. Butir amilum pada kunyit berbentuk oval.
Amilum pada kunyit berjumlah hingga 180 butir.
Butir amilum pada temu giring berbentuk oval.
Amilum pada temu giring berjumlah hingga 300
butir .
Protein pada temu hitam memiliki ukuran
±100 μm. Protein pada kunyit memiliki ukuran
±100 μm. Hasil pengukuran protein menunjukan
bahwa ukuran protein pada ketiga jenis Curcuma
tidak menunjukan perbedaan yang besar. Lipid
pada temu hitam (C. aeruginosa) memiliki ukuran
±45 μm sedikit lebih besar dibanding ukuran lipid
pada kunyit (C. longa) dengan ukuran ±42,5 μm.
Kandungan lipid pada Curcuma dapat mengalami
kenaikan saat kondisi rimpang kering. Menurut
Ibrahim et al. (2007) kandungan lipid pada
rimpang kunyit yang dikeringkan lebih tinggi
dibanding rimpang yang disimpan biasa.
Pengamatan metabolit sekunder mencakup
alkaloid, flavonoid, dan tanin. Alkaloid adalah
senyawa kimia biologis aktif dan heterosiklik yang
mengandung nitrogen dan biasanya digunakan
untuk obat. Senyawa ini memiliki karakteristik,
seperti (1) toksisitasnya lebih besar atau lebih kecil
dengan aktivitas utamanya terletak pada sistem
saraf pusat (SSP), (2) sifat atau karakter dasar dari
konstruksi kimia, (3) nitrogen heterosiklik sebagai
campuran, (4) adanya sintesis dari asam amino atau
turunan langsung dan (5) sifat distribusinya yang
terbatas di alam (Aniszewski, 2015). Alkaloid
banyak terdapat pada sel mesofil dan idioblas.
Sebagian besar alkaloid dijumpai pada akar, namun
beberapa dijumpai pada batang maupun rizoma
(Nugroho, 2014). Alkaloid pada rimpang temu
hitam memiliki ukuran ±62,5 μm. Alkaloid pada
kunyit memiliki ukuran ±75 μm. Alkaloid pada
temu giring memiliki ukuran ±25 μm. C. longa
memiliki ukuran alkaloid yang paling besar
diantara jenis Curcuma yang lain.
Flavonoid merupakan salah satu golongan
fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid
mencakup banyak pigmen yang paling umum dan
terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari
fungus sampai angiospermae. Flavonoid memiliki
sejumlah kegunaan. Pada tumbuhan, flavonoid
berperan dalam proses fotosintesis, aktivitas anti-
Gambar 9. Perbandinga n kerapatan sel sekretori pada Curcuma aeruginosa, C. longa, C. heyneana
(Comparison of secretory cell density of Curcuma aeruginosa, C. longa, C. heyneana)
132
Berita Biologi 17(2) - Agustus 2018
mikroba dan anti-virus (Rahmat, 2009). Flavonoid
pada temu hitam (C. aeruginosa) memiliki ukuran
±62,5 μm. Flavonoid pada kunyit (C. longa)
memiliki ukuran yang besar yaitu ±150 μm.
Flavonoid pada temu giring (C. heyneana) memiliki
ukuran ±120 μm yang lebih kecil daripada
flavonoid kunyit. Kandungan flavonoid yang besar
menunjukan potensi yang besar pula dalam
pengobatan.
Tanin merupakan turunan fenol. Tanin
biasanya tampak sebagai butiran bahan berwarna
kuning, merah, atau cokelat pada mikroskop. Tanin
dapat ditemukan dalam bagian yang berbeda dari
tumbuhan, misalnya pada daun, periderm, jaringan
pembuluh, buah yang belum masak, kulit biji, dan
jaringan yang tumbuh karena adanya penyakit.
Tanin dapat diketemukan dalam sel biasa atau
dalam idioblas. Tanin berperan sebagai pelindung
tumbuhan untuk melawan dehidrasi, pembusukan,
dan perusakan oleh hewan. Secara komersial, tanin
digunakan khususnya dalam industri penyamakan
kulit (Mulyani, 2006).Tanin pada temu hitam
(C. aeruginosa) memiliki ukuran ±75 μm. Tanin
pada kunyit (C. longa) memiliki ukuran yang besar
yaitu ±87,5 μm. Tanin pada C. heyneana tidak
terdeteksi pada pengamatan.
Kerapatan sel sekretori
Struktur sekretori merupakan sel atau jaringan
tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai tempat
sekresi senyawa metabolit seperti minyak esensial,
getah, resin, alkaloid, dan glikosida. Struktur
sekretori dibedakan menjadi struktur sekretori
eksternal dan internal. Struktur sekretori eksternal
meliputi trikoma, nektarium atau kelenjar madu,
hidatoda serta stigma, sedangkan struktur sekresi
internal dapat berupa idioblas, rongga sekretori,
saluran sekretori dan latisifer (Dickison, 2000).
Hasil pengukuran sel sekretori menunjukan bahwa.
C. heyneana memiliki nilai kera patan tertinggi
pada Amilum sedangkan C. longa memiliki nilai
kerapatan tertinggi pada lipid, alkaloid, flavonoid
dan tanin. Jika dibandingkan dengan penelitian lain
terhadap jenis C. mangga, yang memiliki rata-rata
kerapatan butir amilum sebesar 260,39 sel/mm2
(Setyaningrum 2010), jenis C. aeruginosa (temu
hitam), Curcuma longa (kunyit), dan C. heyneana
(temu giring) memiliki kerapatan sekretori yang
lebih kecil.
KESIMPULAN
Perbedaan rimpang Curcuma aeruginosa
(temu hitam), C. longa (kunyit), dan C. heyneana
(temu giring) nampak jelas pada warna dagingnya.
Perbedaan morfologi rimpang tidak nampak jelas
pada bagian yang lain. Perbedaan anatomi rimpang
pada 3 jenis Curcuma juga tidak menunjukan
perbedaan yang jelas. Ketiga jenis Curcuma
menunjukkan bagian epidermis, hipodermis,
korteks, berkas pengangkut, endodermis, sel
minyak, butir amilum, dan sklerenkim. Tipe berkas
pengangkut adalah kolateral tertutup. Rata-rata
butir amilum berukuran sedang dan variasi bentuk
amilum adalah oval dan bulat. C. longa dan
C. aeruginosa positif terhadap amilum, protein,
lipid, alkaloid, flavonoid dan tanin. C. heyneana
berkorelasi negatif terhadap lipid dan tanin tetapi
memiliki nilai kerapatan tertinggi pada amilum dan
protein. C. longa memiliki nilai kerapatan tertinggi
pada lipid, alkaloid, flavonoid dan tanin.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih atas dana
penelitian oleh proyek penelitian DPP/SPP Fakultas
MIPA Universitas Brawijaya. Terima kasih
disampaikan pula kepada Dr R Hendrian atas ijin
yang diberikan untuk penelitian terhadap tanaman
koleksi Zingiberaceae di Kebun Raya Purwodadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ai, Y., 2013. Structures, Properties, and Digestibility of Re-
sistant Starch. Disertation. Iowa State University.
Iowa.
Aloysius, S. dan Sukirman. 2008. Biology. First edition.
Yudhistira.Yogyakarta.
Aniszewski, T., 2015. Alkaloids: Chem istry, Biology, Ecology,
and Applications. Elsevier.
Bancroft, J.D., 1975. Histochemical Techniques. Second edition.
Butterworth-Heinemann Ltd. London.
Bell, A., 1980. The vascular pattern of a rhizomatous ginger
(Alpinia speciosa L. Zingiberaceae). 1. The aerial
axis and its development. Annals of Botany, pp. 46
(2), 203–212.
Dickison, W. G., 2000. Integrative Plant Anatomy. Elsevier.
USA.
Girija, T.P. and Rema, S.A.B., 2014. C omparative anatomical
and histochemical characterization of the source
plants of the a yurvedic drug rasna. International
Journal of Herbal Medicine, 2 (2), pp. 38–4.
Ibrahim, M., Khalid, N. and Hussin, K., 2007. Cultivated gingers
133
Artikel Penelitian
Trimanto et al. – Morfologi, Anatomi dan Uji Histokimia Rimpang
of peninsular Malaysia: utilization, profiles and
micropropagation. Gardens’ Bulletin Singapore, 59
(1&2), pp. 71–88.
Johansen, D.A., 1940. Plant Microtechnique. first edition.
McGraw-Hell Book Company, Inc. USA.
Kress, W.J., Prince, L.M. and Williams, K.J., 2002. The phylog-
eny and a new classification of the ginger
(Zingiberaceae): evidence from molecular data.
American Journal of Botany, 89(11), pp. 1682–1696.
Kuntorini, E.M., Maria, D.A., dan Norma, M., 2011. Struktur
anatomi dan kerapatan sel sekresi serta aktivitas
antioksidan ekstrak etanol dari rimpang temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) asal Kecamatan
Pengaron Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
Bioscientiae, 8(1), pp. 28–37.
Lalitha, S., Krishnamurthy, K.V., John, S. and Padma, V., 2012.
An alternative method to localise starch grains and
inulin crystals in plant tissue sections. J. Swamy Bot-
Cl, 29, pp. 9–12.
Lestarini, W., Matrani, Trimanto, Fauziah dan Fiqa, A. P. 2012.
An Alphabetical List of Plant Species Cultivated in
Purwodadi Botanic Garden. Pur wodadi Botanic
Garden. Pasuruan.
Mulyani, S., 2006. Anatomi tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyani, S. dan Toga, L., 2011. Analisis flavonoid dan tannin
dengan metoda mikroskopi-mikrokimiawi. Majalah
Obat Tradisional, 16(3), pp. 109–114.
Novitasari, D., 2015. S tudi anatomi, struktur sekretori, dan
histokimia Aglaonema simplex: tumbuhan obat anti
diare di Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nugroho, L.H., 2014. Peran Anatomi dalam Studi Biosintesis
dan Akumulasi Metabolit Sekunder pada Tumbuhan.
Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas
Gadjah Mada. Yogyakar ta.
Ohio., 2015. Experimental Anatomy of Plant Development
Laboratory 1. https://www.ohio.edu/plantbio/staff/
rothwell/ (diakses tanggal 17 September 2015).
Padua, L.S., Banyaprophatsara, N. and Lemmens, R.H.M.J.,
1999. Plant Resources of South East Asia. Medicinal
and Poisonous Plants 1, pp. 211–219 (Curcuma L.).
Bogor. Indonesia.
Rahmat, H., 2009. Identifikasi senyawa flavonoid pada sayuran
indigenous Jawa Barat. Sk ripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Reddy, S.M. and Chary, S.J., 2003. University botany II:
(gymnosperms, plant anatomy, genetics, ecology)
(Vol. 2). New Age International.
Setyaningrum, D. N., 2010. Identifikasi Bentuk, Tipe, Ke-
rapatan, dan Rendemen Butir Amilum pada Rimpang
empat spesies Zingiberaceae. Skripsi. Universitas
Negeri Malang. Malang.
Setyawan, A.D., 2001. Anatomi sistematik pada anggota familia
Zingiberaceae. BioSMA RT, 3 (2), pp. 36–44.
Velayudhan, K.C., Amalraj, V.A. and Muralidharan, V.K., 1996.
The conspectus of the genus Curcuma in India.
Journal of Economic and Taxonomic Botany, 20, pp.
345–382.
Pedoman Penulisan Naskah Berita Biologi
Berita Biologi a dalah jur nal yang m ener bitkan ar tikel kemajua n pen elitian di bidang biologi da n ilmu -ilmu terkait di Indonesia. Berita
Biologi memuat karya tulis ilmiah asli berupa makalah hasil penelitian, komunikasi pendek dan tinjauan kembali yang belum pernah diterbitkan
atau tidak sedang dikirim ke media lain. Masalah yang diliput harus menampilkan aspek atau informasi baru.
Tipe naskah
1. Makalah lengkap hasil penelitian (original pap er)
Naskah merupakan hasil penelitian sendiri yang mengangkat topik yang up to date, tidak lebih dari 15 halaman termasuk tabel dan
gambar. Pencantuman lampiran seperlunya, namun redaksi berhak mengurangi atau meniadakan lampiran.
2. Komunikasi pendek (short communicat ion)
Komuniasi pendek merupakan makalah hasil penelitian yang ingin dipublikasikan secara cepat karena hasil termuan yang menarik, spesifik
dan baru, agar dapat segera diketahui oleh umum. Artikel yang ditulis tidak lebih dari 10 halaman. Hasil dan pembahasan boleh digabung.
3. Tinjauan kembali (rev iew)
Tinjauan kembali merupakan rangkuman tinjauan ilmiah yang sistematis-kritis secara ringkas namun mendalam terhadap topik penelitian
tertentu. Hal yang ditinjau meliputi segala sesuatu yang relevan terhadap topik tinjauan yang memberikan gambaran ‘state of the art’, meli-
puti temuan awal, kemajuan hingga issue terkini, termasuk perdebatan dan kesenjangan yang ada dalam topik yang dibahas. Tinjauan ulang
ini harus merangkum minimal 30 artikel.
Struktur naskah
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia atau Inggris yang baik dan benar.
2. Judul
Judul diberikan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Judul harus singkat, jelas dan mencerminkan isi naskah dengan diikuti oleh nama serta
alamat surat menyurat penulis dan alamat email. Nama penulis untuk korespondensi diberi tanda amplop cetak atas (superscript).
3. Abstrak
Abstrak dibuat dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak memuat secara singkat tentang latar belakang, tujuan, metode, hasil
yang signifikan, kesimpulan dan implikasi hasil penelitian. Abstrak berisi maksimum 200 kata, spasi tunggal. Di bawah abstrak dicantumkan
kata kunci yang terdiri atas maksimum enam kata, dimana kata pertama adalah yang terpenting. Abstrak dalam Bahasa Inggris merupakan
terjemahan dari Bahasa Indonesia. Editor berhak untuk mengedit abstrak demi alasan kejelasan isi abstrak.
4. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian. Perlu disebutkan juga studi terdahulu yang pernah dilakukan terkait
dengan penelitian yang dilakukan.
5. Bahan dan cara kerja
Bahan dan cara kerja berisi informasi mengenai metoda yang digunakan dalam penelitian. Pada bagian ini boleh dibuat sub-judul yang
sesuai dengan tahapan penelitian. M etoda harus dipaparkan dengan jelas sesuai dengan standar topik penelitian dan dapat diulang oleh
peneliti lain. Apabila metoda yang digunakan adalah metoda yang sudah baku cukup ditulis sitasinya dan apabila ada modifikasi maka harus
dituliskan dengan jelas bagian mana dan hal apa yang dimodifikasi.
6. Hasil
Hasil memuat data ataupun informasi utama yang diperoleh berdasarkan metoda yang digunakan. Apabila ingin mengacu pada suatu tabel/
grafik/diagram atau gambar, maka hasil yang terdapat pada bagian tersebut dapat diuraikan dengan jelas dengan tidak mengguna kan kalimat
‘Lihat Tabel 1’. Apabila menggunakan nilai rata- rata maka harus menyertakan pula standar deviasinya.
7. Pembahasan
Pembahasan bukan merupakan pengulangan dari hasil. Pembahasan mengungkap alasan didapatkannya hasil dan arti atau makna dari hasil
yang didapat tersebut. Bila memungkinkan, hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan studi terdahulu.
8. Kesimpulan
Kesimpulan berisi infomasi yang menyimpulkan hasil penelitian, sesuai dengan tujuan penelitian, dan penelitian berikutnya yang bisa
dilakukan.
9. Ucapan terima kasih
Bagian ini berisi ucapan terima kasih kepada suatu instansi jika penelitian ini didanai atau didukungan oleh instansi tersebut, ataupun kepada
pihak yang membantu langsung penelitian atau penulisan artikel ini.
10. Daftar pustaka
Pada bagian ini, tidak diperkenankan untuk mensitasi artikel yang tidak melalui proses peer review . Apabila harus menyitir dari "laporan"
atau "komunikasi personal" dituliskan 'unpublished' dan tidak perlu ditampilkan di daftar pustaka. Daftar pustaka harus berisi informasi yang
up to date yang sebagia n besar berasa l dar i original papers dan penulisa n terbitan berkala ilmiah (nama jurnal) tidak disingkat.
Format naskah
1. Naskah diketik dengan menggunakan program Microsoft Word, huruf New Times Roman ukuran 12, spasi ganda kecuali Abstrak. Batas kiri
-kanan atas-bawah masing-masing 2,5 cm. Maksimum isi naskah 15 halaman termasuk ilustrasi dan tabel.
2. Penulisan bilangan pecahan dengan koma mengikuti bahasa yang ditulis menggunakan dua angka desimal di belakang koma. Apabila
menggunakan Bahasa Indonesia, angka desimal ditulis dengan menggunakan koma (,) dan ditulis dengan menggunakan titik (.) bila
menggunakan bahasa Inggris. Contoh: Panjang buku adalah 2,5 cm. Lenght of the book is 2.5 cm. Penulisan angka 1-9 ditulis dalam kata
kecuali bila bilangan satuan ukur, sedangkan angka 10 dan seterusnya ditulis dengan angka. Contoh lima orang siswa, panjang buku 5 cm.
3. Penulisan satuan mengikuti aturan international system of units.
4. Nama takson dan kategori taksonomi ditulis dengan merujuk kepada aturan standar yang diakui. Untuk tumbuhan menggunakan
International Code of Botanical Nomenclature (ICBN), untuk hewan menggunakan International Code of Zoological Nomenclature (ICZN),
untuk jamur International Code of N omenclature f or A lgae, Fungi and Plant (ICFAFP), International Code of Nomenclature of Bacteria
(ICNB), dan untuk organisme yang lain merujuk pada kesepakatan Internasional. Penulisan nama takson lengkap dengan nama author hanya
dilakukan pada bagian deskripsi takson, misalnya pada naskah taksonomi. Penulisan nama takson untuk bidang lainnya tidak perl u
menggunakan nama author.
5. Tata nama di bidang genetika dan kimia merujuk kepada aturan baku terbaru yang berlaku.
6. Ilustrasi dapat berupa foto (hitam putih atau berwarna) atau gambar tangan (line drawing).
7. Tabel
Tabel diberi judul yang singkat dan jelas, spasi tunggal dalam bahasa Indonesia dan Inggris, sehingga Tabel dapat berdiri sendiri. Tabel
diberi nomor urut sesuai dengan keterangan dalam teks. Keterangan Tabel diletakkan di bawah Tabel. Tabel tidak dibuat tertutup dengan
garis vertikal, hanya menggunakan garis horisontal yang memisahkan judul dan batas bawah. Paragraf pada isi tabel dibuat satu spasi.
8. Gambar
Gambar bisa berupa foto, grafik, diagram dan peta. Judul gambar ditulis secara singkat dan jelas, spasi tunggal. Keterangan yang menyertai
gambar harus dapat berdiri sendiri, ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Gambar dikirim dalam bentuk .jpeg dengan resolusi minimal
300 dpi, untuk line drawing minimal 600dpi.
9. Daftar Pustaka
Sitasi dalam naskah adalah nama penulis dan tahun. Bila penulis lebih dari satu menggunakan kata ‘dan’ atau et al. Contoh: (Kramer, 1983),
(Hamzah dan Yusuf, 1995), (Premachandra et al., 1992). Bila naskah ditulis dalam bahasa Inggris yang menggunakan sitasi 2 orang penulis
maka digunakan kata ‘and’. Contoh: (Hamzah and Yusuf, 1995). Penulisan daftar pustaka, sebagai berikut:
a. Jurnal
Nama jurnal ditulis lengkap.
Agusta, A., Maehara, S., Ohashi, K., Simanjuntak, P. and Shibuya, H., 2005. Stereoselective oxidation at C -4 of flavans by the endophytic
fungus Diaporthe sp. isolated from a tea plant. Chemical and Pharmaceutical Bulletin, 53(12), pp.1565-1569.
b. Buku
Merna, T. and Al-Thani, F.F., 2008. Corporate Risk M anagement. 2nd ed. John Welly and Sons Ltd. England.
c. Prosiding atau hasil Simposium/Seminar/Lokakarya.
Fidiana, F., Triyuwono, I. and Riduwan, A., 2012. Zakah Perspectives as a Symbol of Individual and Social Piety: Developing Review of
the Meadian Symbolic Interactionism. Global C onference on Business and Finance Proceedings. The Institute of Business and Finance
Research, 7(1), pp. 721 - 742
d. Makalah sebagai bagian dari buku
Barth, M.E., 2004. Fair Values and Financial Statement Volatility. Dalam: Borio, C., Hunter, W.C., Kaufman, G.G., and Tsatsar onis, K.
(eds.) The Market Dicipline A cross Countries and Industries. MIT Press. Cambridge.
e. Thesis, skripsi dan disertasi
Williams, J.W., 2002. Playing the Corporate Shell Game: The Forensic Accounting and Investigation Industry, Law, and the Management
of Organizational Appearance. Dissertation. Graduate Programme in Sociology. York University. Toronto. Ontario.
f. Artikel online.
Artikel yang diunduh secara online ditulis dengan mengikuti format yang berlaku untuk jurnal, buku ataupun thesis dengan dilengkapi
alamat situs dan waktu mengunduh. Tidak diperkenankan untuk mensitasi artikel yang tidak melalui proses peer review misalnya laporan
perjalanan maupun artikel dari laman web yang tidak bisa dipertangung jawabkan kebenarannya seperti wikipedia.
Himman, L.M., 2002. A Moral Change: Business Ethics After Enron. San Diego University Publication. http:ethics.sandiego.edu/LMH/
oped/Enron/index.asp. (accessed 27 J anuar i 2008) bila na skah ditulis dalam ba hasa inggris a tau (diakses 27 Januar i 2008) bila naskah
ditulis dalam bahasa indonesia
Formulir persetujuan hak alih terbit dan keaslian naskah
Setiap penulis yang mengajukan naskahnya ke redaksi Berita Biologi akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan yang berisi hak alih
terbit naskah termasuk hak untuk memperbanyak artikel dalam berbagai bentuk kepada penerbit Berita Biologi. Sedangkan penulis tetap berhak
untuk menyebarkan edisi cetak dan elektronik untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Formulir itu juga berisi pernyataan keaslian naskah yang
menyebutkan bahwa naskah adalah hasil penelitian asli, belum pernah dan tidak sedang diterbitkan di tempat lain.
Penelitian yang melibatkan hewan
Setiap naskah yang penelitiannya melibatkan hewan (terutama mamalia) sebagai obyek percobaan / penelitian, wajib menyertakan ’ethical clearance
approval‘ terkait animal welfare yang dikeluarkan oleh badan atau pihak berwenang, Penelitian yang menggunakan mikroorganisme sebagai obyek
percobaan, mikroorganisme yang digunakan wajib disimpan di koleksi kultur mikroorganisme dan mencantumkan nomor koleksi kultur pada
makalah.
Lembar ilustrasi sampul
Gambar ilustrasi yang terdapat di sampul jurnal Berita Biologi berasal dari salah satu naskah yang dipublikasi pada edisi tersebut. Oleh karena itu,
setiap naskah yang ada ilustrasinya diharapkan dapat mengirimkan ilustrasi atau foto dengan kualitas gambar yang baik dengan disertai keterangan
singkat ilustrasi atau foto dan nama pembuat ilustrasi atau pembuat foto.
Proofs
Naskah proofs akan dikirim ke penulis dan penulis diwajibkan untuk membaca dan memeriksa kembali isi naskah dengan teliti. Naskah proofs harus
dikirim kembali ke redaksi dalam waktu tiga hari kerja.
Naskah cetak
Setiap penulis yang naskahnya diterbitkan akan diberikan 1 eksemplar majalah Berita Biologi dan reprint. Majalah tersebut akan dikirimkan kepada
corresponding author
Pengiriman naskah
Naskah dikirim secara online ke website berita biologi: http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi
Alamat kontak
Redaksi Jurnal Berita Biologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Cibinong Science Centre, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong 16911
Telp: +61-21-8765067, Fax: +62-21-87907612, 8765063, 8765066,
Email: berita.biologi@mail.lipi.go.id, jurnalberitabiologi@yahoo.co.id atau
jurnalberitabiologi@gmail.com