ArticlePDF Available

Abstract and Figures

Bajirao Mastani is a colossal film with an Indian background that explains the issue. This film is important and interesting to investigate because this film legalize the marriage of different religions, this certainly makes the researchers worried later Muslims will be affected after watching the movie because the message is contrary to the teachings of Islam. Based on the above context, the purpose of this study is to answer the question of how the meaning of religious denominational marriage in a denotative, connotative and mythic way in Bajirao Mastani film by Sanjay Leela Bhansali. The theory used is the semiotics of Roland Barthes which is known by the theory of Two-Stage Signification (Two Order of Signification). This research uses qualitative descriptive method, with Barthes semiotic approach. The meaning of different religious marriages in the film Bajirao Mastani among them is a different religious marriage between Islam and Hinduism is prohibited (haram) by the scholars this is contained in the Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Thus, the essence of marriage that aims to create happiness in married life will turn into a complicated marriage and many contradictions.
Content may be subject to copyright.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 187
Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama
Pada Film Bajirao Mastani
Syifa Fauziah Syukur
Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fauziyah.syifa@gmail.com
Fatmawati Fatmawati
Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fatmawati@uinjkt.ac.id
Abstract: Bajirao Mastani is a colossal lm with an Indian background that explains
the issue. This lm is important and interesting to investigate because this lm
legalize the marriage of different religions, this certainly makes the researchers
worried later Muslims will be affected after watching the movie because the
message is contrary to the teachings of Islam. Based on the above context, the
purpose of this study is to answer the question of how the meaning of religious
denominational marriage in a denotative, connotative and mythic way in Bajirao
Mastani lm by Sanjay Leela Bhansali. The theory used is the semiotics of
Roland Barthes which is known by the theory of Two-Stage Signication (Two
Order of Signication). This research uses qualitative descriptive method, with
Barthes semiotic approach. The meaning of different religious marriages in the
lm Bajirao Mastani among them is a different religious marriage between Islam
and Hinduism is prohibited (haram) by the scholars this is contained in the Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Thus, the essence of marriage that aims to
create happiness in married life will turn into a complicated marriage and many
contradictions.
Keywords: Semiotics, Marriage Different Religion, Muslim, Non-Muslim, Film.
Abstrak: Bajirao Mastani adalah sebuah lm kolosal dengan latar India yang
menjelaskan isu tersebut. Film ini penting dan menarik untuk diteliti karena
lm ini melegalkan pernikahan beda agama, hal ini tentunya membuat peneliti
khawatir nantinya umat muslim akan terpengaruh setelah menonton lm tersebut
karena pesan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Berdasarkan konteks di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana
makna pernikahan beda agama secara denotatif, konotatif dan mitos pada lm
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
188 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Bajirao Mastani karya Sanjay Leela Bhansali. Teori yang digunakan adalah
semiotika Roland Barthes yang mana dikenal dengan teori Signikasi Dua Tahap
(Two Order of Signication). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan semiotika Barthes. Makna pernikahan beda agama
pada lm Bajirao Mastani di antaranya adalah pernikahan beda agama antara
agama Islam dan agama Hindu sangat dilarang (haram) oleh para ulama hal ini
tertuang dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jadi, esensi pernikahan
yang bertujuan untuk menciptakan kebahagiaan dalam hidup berumah tangga
akan berubah menjadi pernikahan yang rumit dan banyak pertentangan.
Kata Kunci: Semiotika, Pernikahan Beda Agama, Muslim, Nonmuslim, Film.
Pendahuluan
Film sebagai suatu media komunikasi untuk menyampaikan pesan,
baik itu moral maupun sosial kepada semua khalayak. Fungsinya adalah
untuk memberikan informasi berupa hiburan dan ilmu yang mendidik
ketika ditonton oleh khalayak. Film juga merupakan ekspresi atau
pernyataan dari sebuah kebudayaan (Pranajaya, 1992). Ciri utama media
massa adalah bahwa media massa dirancang untuk menjangkau banyak
orang (McQuail, 2011). Sebagai salah satu media dakwah, lm memiliki
keunggulan lebih banyak dibandingkan media lisan, tulisan maupun
media audio, seperti radio (Fakhiroh, 2011). Pembuatan lm memiliki
tujuan agar apa yang dihasilkan layak untuk ditonton dan dapat memberi
pesan, oleh sebab itu komunikasi yang dianggap paling efektif adalah lm
dibandingkan media audiovisual lainnya. Film sebagai seni yang sangat
kuat pengaruhnya dapat memperkaya pengalaman hidup seseorang dan
dapat menutupi segi-segi kehidupan lebih dalam. Film dapat dianggap
sebagai pendidik yang baik. Selain itu, lm selalui diwaspadai karena
kemungkinan dampaknya yang buruk.
Salah satu lm yang menarik untuk dikaji muatannya sebagai pesan
kultural, moral, dan kritik sosial ialah lm Bajirao Mastani. Film yang
terinspirasi dari kisah Kerajaan Maratha ini menghadirkan kesan pelik
dan apik yang menjelaskan tentang pernikahan beda agama. Film ini
diproduksi oleh Eros International yang meraih keuntungan sejumlah dari
350 crore (US$ 66,15 Juta) di box ofce, membuat lm tersebut meraih
kesuksesan secara komersial dan kritis dan menjadi salah satu lm India
dengan keuntungan tertinggi sepanjang masa. Adapun yang menjadi
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 189
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
pemeran utama dalam lm ini adalah Renveer Singh sebagai Bajirao dan
Deepika Padukone sebagai Mastani.
Secara keseluruhan film Bajirao Mastani layak ditonton karena
mendapat rating 77%. Film ini juga mendapatkan apresiasi dengan meraih
Sembilan penghargaan di ajang The Renault Sony Guild Awards 2015
yang diadakan di Mumbai. Meskipun mendapat rating yang cukup tinggi,
lm ini pernah dipublikasikan oleh berita Hindustan Times. Hindustan
Times merupakan salah satu koran terkemuka di India. Berita tersebut
menjelaskan bahwa Pakistan melarang lm tersebut beredar di sana.
Ketua Central Board of lm Certication (CBFC) of Pakistan di
Islamabad Mobasher Hasan menyatakan bahwa lm ini dilarang karena
beralasan. Salah satu alasannya karena lm ini merupakan drama sejarah
yang secara tidak langsung bertentangan dengan Islam dan umat muslim.
Isu yang dianggap bertentangan dengan Islam dan umat Muslim adalah isu
pernikahan beda agama. Mastani yang muslimah menikah dengan Bajirao
yang beragama Hindu. Tapi memang pernikahan beda agama antara
Bajirao dan Mastani adalah sebuah fakta sejarah yang seharusnya tidak
perlu ditutupi.
Berbeda dengan penelitian yag dilakukan Hani (2011) yaitu tentang
Analisis Semiotik Film In The Name of Allah, pada penelitian tersebut
menganalisis tentang konsep jihad yang mengatasnamakan Tuhan dengan
metode Roland Barthes. Kemudian penelitian yang dulakukan oleh
Muhammad Dhiyaa (2013) yaitu tentang Semiotika Mati Syahid dalam
Film Dead in Gaza, pada penelitian ini penelitinya ingin mngetahui
bagaimana sign, code, elemen dan convention pada suatu adegan dengan
menggunakan teori Roland Barthes. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Nurleli (2015) yaitu tentang Representasi Islam dalam Film Pk. Pada
penelitiannya tesebut fokus kepada representasi Islam yang terdapat pada
lm Pk.
Peneliti mengambil lm ini untuk diteliti karena lm yang menuai
kontroversi ini telah beredar dan telah ditonton oleh masyarakat
khususnya masyarakat muslim. Peneliti khawatir masyarakat muslim
akan terpengaruh dengan pesan yang disampaikan oleh film ini
sehingga mengaggap sah nikah beda agama antara agama Hindu dan
agama Islam. Maka lm ini perlu dijelaskan berdasarkan ketentuan
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
190 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
dan aturan hukum dari kedua agama tersebut agar umat Islam tidak
menganggap sah terhadap pernikahan beda agama.
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA mengatakan bahwa Pernikahan
beda agama antara muslim dengan nonmuslim, apabila nonmuslim itu
bukan penganut agama Yahudi atau Nashrani (Ahli Kitab), maka para
ulama telah sepakat bahwa pernikahan itu haram, baik antara pria muslim
dengan wanita nonmuslimah, maupun pria nonmuslim dengan wanita
muslimah. Keharaman pernikahan itu berdasarkan rman Allah dalam
Surat Al-Baqarah ayat 221 (Al-Qur’an Cordoba dan Terjemahannya,
2010).
Teori Semiotika Roland Barthes
Secara terminologis semiotika dapat didenisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, keseluruhan
kebudayaan sebagai tanda. Semiotika juga dapat dipahami sebagai ilmu
tentang tanda-tanda semiotika mempelajari sistem, aturan-aturan, dan
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti
(Kriyantono, 2007). Sedangkan menurut Morissan, semiotika adalah studi
mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam
pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotik mencakup teori terutama
mengenal bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan
dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi mengenai tanda tidak saja
memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi tetapi juga
memiliki efek besar pada hampir setiap aspek (perspektif) yang digunakan
dalam teori komunikasi (Morissan, 2014). Semiotika menjadi salah satu
kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi
semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda
mempresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di
luar tanda-tanda itu sendiri (Foss, 2011).
Roland Barthes adalah penerus pemikiran dari Ferdinand de Saussure.
Ferdinand de Saussure merupakan ahli linguistik dari Swiss. Bagi
Saussure, tanda terdiri atas penanda dan petanda (Sangidun, n.d.). Konsep
pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies
atau mitos.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 191
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
Barthes mengatakan bahwa kesatuan sebuah eksplanasi tidak
bisa didasarkan pada amputasi salah satu pendekatan didasarkan pada
koordinasi dialektis terhadap ilmu-ilmu yang digunakan. Sebagai bagian
dan semiology, maka mitos merupakan bagian dan ideology karena
ia merupakan ilmu formal, merupakan bagian dan ideology karena ia
merupakan ilmu sejarah, ia mempelajari gagasan dalam bentuk-bentuk
(Barthes, 2007).
Konsep pemikiran Barthes dikenal dengan Dua Tatanan Pertandaan
atau dalam istilah bahasa Inggris sering disebut dengan istilah Two
Order of Signication. Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan
pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga
bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi (Piliang, 2003).
Denotasi yaitu tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang
menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi
dalam hal ini adalah makna pada apa yang tampak. Konotasi adalah tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda,
yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung,
dan tidak dalam arti terbuka dalam berbagai kemungkinan. Konotasi
menciptakan makna-makna lapis dua yang terbentuk ketika penanda
dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti , perasaan, emosi atau
keyakinan (Piliang, 2003).
reality signs culture
denotation
conotation
myth
form
culture
signifer
signifed
Gambar 1: Signifikansi Dua Tahap Barthes
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
192 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Pada gambar di atas, Barthes menjelaskan signikansi tahap pertama
merupakan hubungan antara signier (penanda) dan signied (petanda)
di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya
sebagai denotasi, yaitu makna yang paling nyata dari tanda. Konotasi
adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signikansi
tahap kedua. Hal ini menggambarkan intereraksi yang terjadi ketika
tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-
nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif
atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain denotasi adalah apa
yang digambarkan terhadap sebuah objek: sedangkan konotasi adalah
bagaimana menggambarkannya (Sobur, 2006).
Pada signikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala
alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu
dominasi (Sobur, 2006). Mitos dalam pemahaman Roland Barthes yaitu
pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap
alamiah (Piliang, 2003).
Menurut Alex Sobur, secara sederhana kajian semiotika Barthes bisa
dijabarkan sebagai berikut:
1) Makna denotasi
Makna denotasi adalah tingkat penandaan yang menjelaskan
hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna
yang eksplisit dan pasti. Dengan kata lain denotasi merupakan kata
yang memiliki arti sesuai dengan apa yang ada dalam kamus bahasa
Indonesia, yang merupakan makna sesungguhnya atau makna
sebenarnya dari apa yang tertulis atau terlihat. Dalam terminologi
Barthes, denotasi adalah sistem signikasi tahap pertama.
2) Makna konotasi
Makna konotasi memiliki„sejarah budaya di belakangnya yaitu
bahwa ia hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan signikasi
tertentu. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang dijelaskan sebagai
tanda yang mengadung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai
rasa tertentu. Dalam terminology Barthes, konotasi adalah sistem
signikansi tahap kedua.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 193
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
3) Makna mitos
Studi mitos bukan saja terkonsentrasi pada pengeksposan posisi
ideoligis tetapi analisis bagaimana pesan dikonstitusikan. Mitos
menurut Barthes adalah suatu “sistem komunikasi suatu pesan”
(Barthes, 1972). Barthes dalam hal ini membahas mitos lebih serius
dan menuangkannya pada bagian Myth today dalam bukunya yang
berjudul mythologies. Mitos adalah suatu bentuk pesan atau tuturan
yang harus diyakini kebenarannya tetapi tidak dapat dibuktikan. Mitos
bukan konsep atau ide tetapi merupakan suatu cara pemberian arti.
Secara etimologis, mitos merupakan suatu jenis tuturan, tentunya
bukan sembarang tuturan. Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa
mitos adalah suatu sistem komunikasi, yakni suatu pesan (message).
Tetapi mitos tidak didenisikan oleh objek pesan melainkan dengan
cara menuturkan pesan tersebut.
Sekilas Tentang Film Bajirao Mastani
Bajirao Mastani merupakan sebuah lm Bollywood yang bergenre
drama, sejarah dan roman. Film ini berdasarkan pada Novel Marathi yang
berjudul “Rau” ditulis oleh Inamdar yang menceritakan tentang kehidupan
prajurit legendaris “Peshwa Bajirao” dan istri keduanya “Mastani”. Film
kolosal ini merupakan lm impian Bhansali. Bagaimana tidak, lm ini
telah diumumkan pada tahun 2003. Saat itu Bhansali menginginkan
Salman Khan dan Aishwarya Rai yang menjadi pemeran utama, tapi
keinginan itu pupus bersama putusnya hubungan Sallu dan Aish.
Tepat pada bulan juli 2014 setelah selesai menggarap lm Mary
Kom, Bhansali langsung mengumumkan bahwa proyek Bajirao Mastani
akan dilanjutkan dengan pasangan utama Ranveer Singh dan Deepika
Padukone, Priyanka Chopra sebagai istri pertama Bajirao. Bulan
September 2014, Tanvi Azmi resmi akan bermain sebagai Ibunda Bajirao.
Menyusul Shabana Asmi, Dimple Kapadia, dan Supriya Pathak.
Pada tanggal 15 Juli 2015, Bhansali merilis poster pertama untuk
Bajirao Mastani. Dalam tiga poster pertama ini, tampak Ranveer
Singh berpakaian ala prajurit kerajaan yang mengambil sudut pandang
pemotretan dari punggungnya. Sedangkan Priyanka Chopra tampil
anggun bak putri raja. Poster yang ketiga, Deepika Padukone tampil
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
194 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
close-up dengan pose sedang menarik anak panah dari busurnya. Sungguh
sebuah poster yang sangat membuat penasaran. Eros International yang
memproduksi lm ini dan mulai dirilis pada tanggal 18 Desember 2015.
Sinopsis lmnya adalah adalah sebagai berikut, Banyak kerajaan
yang berdiri di India, salah satunya kerajaan Hindu Maratha. Kerajaan ini
memiliki putra mahkota sekaligus panglima perang bernama Bajirao Ballal
Peshwa (Ranveer Singh). Ia memiliki istri bernama Keishabai (Priyanka
Chopra). Saat ekspedisi militer, putri kerajaan Bundelkhandd, Mastani
(Deepika Padukone) menemui Bajirao dengan maksud menyelamatkan
kerajaannya dari serangan tentara Mughal yang dipimpin oleh Bangash.
Awalnya Bajirao enggan mengabulkan permintaan Mastani. Seketika
wanita ini pun nekat mengayunkan pedangnya di leher Bajirao hingga
berdarah. Alhasil, Bajirao berubah pikiran dan membantu kerajaan
Bundelkhand sebagai wujud kekaguman dari keberanian Mastani.
Saat bertempur melawan tentara Mughal, Mastani menyelamatkan
Bajirao dari serangan yang muncul di belakangnya. Mastani pun
melemparkan tombaknya ke prajurit tersebut. Namun, Bajirao menanggapi
perlakuan tersebut sebagai bentuk pengkhianatan karena ia berprasangka
buruk dari maksud Mastani. Bajirao pun mengayunkan pedangnya ke
putri kerajaan Bundelkhand sehingga tangan kanannya robek lalu pingsan
ditempat. Dalam keadaan seperti itu, Bajirao membawanya pulang ke
istana Bundelkhandd. Beberapa hari kemudian, ia mendatangi kamar
Mastani untuk menengok keadaannya. Sebagai permohonan maaf,
Bajirao memberikan belati berwarna putih untuk Mastani. Menurut adat
Bundelkhandd, jika seorang lelaki menyerahkan sebuah belati kepada
wanita, maka yang menerima sudah menjadi istri yang sah.
Dari sini, bersemilah cinta Bajirao dan Mastani. Keduanya lalu
melaksanakan pernikahan tanpa sepengetahuan pihak kerajaan Maratha.
Dalam pernikahan mereka, terdapat konflik pernikahan beda agama
sehingga mereka mendapat stigma negatif dari keluarga mereka masing-
masing terutama ibu Bajirao (Tanvi Azmi) yang sangat tidak merestui
pernikahan Bajirao dan Mastani. Drama pun dimulai dari situ. Cinta
Bajirao dan Mastani harus menghadapi tentangan adat, agama, keluarga
dan istri pertama Bajirao. Akibatnya, Mastani mendapat perlakuan
tak layak dari kalangan istana. Sebagai Putri Kerajaan Bundelkhand,
ia diasingkan dan dianggap sebagai gundik di istana Bajirao, yaitu di
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 195
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
kerajaan Maratha. Sehadirannya di istana seakan tak berarti. Dalam
menjalankan rumah tangga, mereka mendapatkan tentangan dari pihak
keluarga, pemuka adat, juga pemuka agama. Ini disebabkan karena
Mastani beragama Islam. Hingga akhir hayat, Bajirao dan Mastani kukuh
memperjuangkan keadilan hidup meski dunia tak berpihak pada mereka.
Metode Penelitian
Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruktivisme.
Paradigma konstruktivisme adalah paradigma yang hampir merupakan
antithesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas
dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Dalam konteks
konstruktivisme peneliti memiliki tujuan utama, yakni berusaha memaknai
(menafsirkan) makna-makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini
(W, 2010).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik. Pendekatan ini bersifat
deskriptif karena data yang diteliti berupa gambar, kata-kata dan bukan
angka-angka (dialog) dalam sebuah lm. Kemudian peneliti menggunakan
analisis semiotik sebagai pisau analisisnya karena semiotik merupakan
analisis yang mengkaji tanda. Penelitian ini membahas mengenai makna
pernikahan beda agama pada sebuah lm. Oleh karena itu, peneliti memilih
analisis Two Order of Signication Roland Barthes untuk menganalisis
makna pernikahan beda agama yang terdapat dalam lm Bajirao Mastani.
Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu lm Bajirao Mastani
karya Sanjay Leela Bhansali dan objek dalam penelitian ini adalah
potongan gambar atau visual yang terdapat dalam lm Bajirao Mastani
yang mengandung makna pernikahan beda agama. Peneliti melakukan
analisis data menggunakan teknik analisis Roland Barthes. Roland
mengembangkan semiotika dalam beberapa tahap yaitu denotasi dan
konotasi yang di dalamnya terkandung juga makna mitos. Semiotik
Roland Barthes menghasilkan makna denotasi, konotasi dan makna mitos
inilah yang kemudian secara objektif digunakan sebagai pisau analisis
yang bertujuan untuk memahami makna pernikahan beda agama secara
tersirat dari pesan yang disampaikan dalam lm Bajirao Mastani yang
menjadi subjek pada penelitian ini.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
196 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Pembahasan Dan Analisis Data
Peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes yang
merujuk pada makna denotatif, konotatif dan mitos yang terkandung
dalam lm tersebut. Dalam penelitian ini peneliti hanya fokus pada
adegan-adegan yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu tentang
pernikahan beda agama. Film ini masuk dalam kategori lm drama yang
mana mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju
adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang
menimpa tokoh dalam adegan tersebut. Adapun adegan-adegan yang
mengandung makna pernikahan beda agama pada lm Bajirao Mastani
adalah sebagai berikut:
Adegan ke-1
Tabel 1: Adegan Ke-1
Visual Dialog Type of Shoot
(tidak ada
dialog)
Close Up:
Memperlihatkan
tangan atau sebuah
obyek kecil lainnya.
Mastani: Pisau
belati ini?
Peshwa
memberikannya
padaku!
Medium Long Shot:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai ke atas.
Tubuh sik manusia
dan lingkungan
sekitar relatif
seimbang.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 197
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
Visual Dialog Type of Shoot
Pelayan: Ya
Tuhan, dan anda
menerimanya?
Tidakkah
anda sadar
kalau dalam
tradisi kita di
Bundelkhand
seorang gadis
akan menjadi
seorang istri
seorang
lelaki dengan
menerima
belatinya!
Medium Long Shot:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai ke atas.
Tubuh sik manusia
dan lingkungan
sekitar relatif
seimbang.
Medium Long Shot:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai ke atas.
Tubuh sik manusia
dan lingkungan
sekitar relatif
seimbang.
Makna Denotasi
Gambar pertama menjelaskan bahwa Mastani telah menerima belati
dari Peshwa Bajirao setelah mereka berperang melawan pasukan dari
kerajaan Mughal. Gambar kedua mastani memberitahukan kepada pelayan
bahwa ia telah diberi belati oleh Peshwa Bajirao. Gambar ketiga, keempat
dan kelima yaitu pelayan terkejut dan mengingatkan kembali kepada
Mastani bahwa dalam tradisi wilayah Bundelkhand seorang gadis akan
menjadi seorang istri seorang lelaki dengan menerima belatinya.
Makna Konotasi
Menurut tradisi Bundelkhand setiap perempuan yang menerima belati
dari pemiliknya maka ia sah dijadikan istri. Hal ini tidak berlaku dalam
tradisi Pune yang mana merupakan tempat dimana Peshwa Bajirao tinggal.
Mastani beragama Islam dan Bajirao beragama Hindu. Mereka menikah
secara adat Bundelkhand dan keduanya sah menjadi suami istri, akan
tetapi mereka harus menghadapi tentangan adat, agama, keluarga dan istri
pertama Bajirao.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
198 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Makna Mitos
Dalam Islam, pernikahan beda agama diatur dalam surat Al-Baqarah
ayat 221 yang menerangkan larangan untuk menikahi orang musyrik
sampai mereka beriman. Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Islam
melarang adanya pernikahan beda agama. Selain itu bukan hanya Islam
saja yang mengharamkan nikah beda agama, Hindu pun melarang keras
pernikahan beda agama. Dalil-dalil naqli menunjukkan bahwa pernikahan
pria non muslim dengan wanita muslimah diharamkan.
Tidak benar jika dikatakan bahwa pernikahan tersebut yang diklaim
oleh kelompok Islam liberal adalah sah karena masuk wilayah ijtihadi.
Sebab dalil naqli itu sudah jelas. Karenanya dalam hal ini tidak ada ruang
untuk berijtihad. Sebuah kaidah Ushul Fiqh mengatakan “Tidak ada celah
ijtihad dalam permasalahan yang telah ada nashnya”. Dengan demikian,
asumsi rasio yang membolehkan pernikahan laki-laki non muslim dengan
wanita muslimah atas dasar persamaan hak dan keberagaman (pluralism)
tidak bisa dibenarkan. Pernikahan adalah bagian dari ibadah umat Islam
yang acuannya adalah Al-Qur’an, Hadis dan Ijma (konsensus) sahabat,
bukan berdasarkan rasio dan selera semata.
Pada masa Nabi Saw. sudah ada pluralitas agama, yaitu kenyataan
bahwa warga Jazirah Arabia memeluk berbagai agama. Sama halnya
dengan keadaan di berbagai negara lainnya. Tetapi pada masa Nabi
Saw. Tidak ada pluralisme agama. Pluralisme adalah suatu paham
yang mengajarkan bahwa kebenaran agama-agama itu relatif. Masing-
masing agama tidak boleh mengklaim bahwa ajarannya saja yang benar,
karena kebenaran mutlak adalah milik Tuhan. Islam tidak mengajarkan
pluralisme, Islam hanya mengakui adanya pluralitas agama, bukan
pluralisme.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 199
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
Adegan ke-2
Tabel 2: Adegan Ke-2
Visual Dialog Type of Shot
Peshwa : Mastani
Saheba
Medium Close Up:
memperlihatkan
tubuh manusia dari
dada ke atas. Sosok
tubuh manusia
mendominasi
frame dan latar
belakang tidak
dominan.
Mastani:
selamat
atas
kemenanganmu.
Long Shot:
sik manusia telah
Nampak dan latar
belakang masih
dominan.
Peshwa: dan
selamat idul tri
untukmu.
Close Up:
memperhatikan
wajah, tangan,
kaki, atau obyek
kecil lainnya.
Memprlihatkan
ekspresi wajah
dengan jelas serta
gesture yang detail.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
200 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Makna Denotasi
Gambar pertama, Mastani menengok ke arah belakang karena
mendegar suara Bajirao yang memanggil dari kejauhan. Gambar
kedua, Mastani mengucapkan selamat kepada Bajirao karena ia telah
memenangkan perang. Gambar ketiga, Bajirao mengucapkan selamat Hari
Raya Idul Fitri kepada Mastani.
Makna Konotasi
Pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri Bajirao berkunjung ke
kerajaan Mastani untuk bertemu sekaligus mengucapkan selamat hari raya
kepadanya. Mastani ketika itu pun mengucapkan selamat kepada Bajirao
atas kemenangannya mengalahkan tentara Mughal di medan perang.
Dari sini terlihat dialog yang hangat karena keduanya saling memberikan
penghargaan berupa ucapan selamat.
Makna Mitos
Jika ada non muslim yang mengucapkan kepada kita “Selamat
Hari Raya Idul Fitri” maka janganlah menjawabnya dengan ucapan:
Taqabbalallahu minna wa minkum yang artinya: semoga Allah
menerima (amalan) dari kami dan dari kalian”. Sebab amalan-amalan
kebaikan seorang non-muslim (kafir) tidak ada yang diterima Allah
sedikitpun. Selain itu, mendoakan kebaikan, keselamatan, kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup bagi seorang no-nmuslim sebenarnya tidak
diperbolehkan dalam Islam. yang boleh hanyalah mendoakan agar Allah
melimpahkan hidayahNya kepada mereka. Oleh karena itu hendaknya
kita sebagai seorang muslim menjawab ucapan mereka itu cukup dengan
mengucapkan terima kasih atau kalimat semisalnya saja. Dengan
demikian, tidak akan menimbulkan perasaan dan dugaan yang negatif dari
seorang non-muslim terhadap kita.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 201
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
Adegan Ke-3
Tabel 3: Adegan ke-3
Visual Dialog Type of Shot
Chimaji: kalau kau
ingin diterima di
keluarga kami, maka
kau harus mencari
kain jingga dan
bukan warna hijau
beracun ini.
Medium Long Shot:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai ke atas.
Tubuh manusia dan
lingkungan sekitar
relatif seimbang.
Medium Long Shot:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai ke atas.
Tubuh manusia dan
lingkungan sekitar
relatif seimbang.
Mastani:
semua orang
menghubungkan
setiap agama dengan
warna sedangkan
warna tak beragama.
terkadang saat hati
kotor seseorang
mulai membeda-
bedakan untuk
mencari alasan.
Close up:
memperlihatkan
wajah, tangan,
kaki. Atau sebuah
obyek kecil lainnya.
Memperlihatkan
ekspresi wajah
dengan jelas serta
gesture yang detail.
Krishna Bhatt:
Biarkanlah, Chimaji!
Dia sudah lupa
perbedaan
Full Shot:
Pengambilan
gambar objek
secara penuh dari
kepala hingga kaki.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
202 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Visual Dialog Type of Shot
Mastani: mungkin
kau lupa kalau
patung di kuil sering
dihias dengan warna
hijau dan kain jingga
menutupi makam
para su. Lalu dari
mana pemikiran soal
warna dan agama
itu?
Medium Close Up:
Memperlihatkan
tubuh manusia dari
dada ke atas. Sosok
tubuh
manusia
mendominasi frame
dan
latar belakang
tidak dominan.
Makna Denotasi
Gambar petama, Kashi (istri pertama Bajirao) sedang mendengarkan
Chimaji yang sedang berbicara dengan Mastani. Gambar kedua Chimaji
menyarankan Mastani membawa kain Jingga bukan Hijau. Gambar ketiga
dan keempat, Mastani berdebat dengan Chimaji soal warna sebagai
lambang agama. Gambar kelima, Krishna Bhatt menganggap Mastani
sudah lupa perbedaan. Gambar keenam dan ketujuh, perdebatan antara
Mastani dan Chimaji masih dilanjutkan dan akhirnya Chimaji pun diam.
Makna Konotasi
Mastani masuk istana Bajirao di sana ia melihat Kashi (istri pertama
Bajirao) dan Chimaji. Ia membawa kain berwarna hijau yang mana
merupakan lambang agama Islam. Akan tetapi Chimaji menyuruhnya
untuk mencari kain berwarna jingga yang merupakan lambang agama
Hindu. Di sanalah Mastani geram dan mengajak Chimaji berdebat dan ia
mengatakan “Semua orang smenghubungkan setiap agama dengan warna,
sedangkan warna tak beragama. Terkadang saat hati kotor seseorang
mulai membeda-bedakan untuk mencari alasan”. Maksud Mastani tak lain
ialah untuk apa masalah warna agama diperdebatkan. Kita semua satu,
perbedaan bukanlah menjadikan kita semua berselisih akan tetapi saling
menghargai karena perbedaan adalah rahmah.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 203
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
Makna Mitos
Toleransi beragama bukan hanya sekedar hidup berdampingan
yang pasif saja akan tetapi lebih dari itu yaitu berbuat baik dan berlaku
adil antara sesama umat manusia. Bagi umat Islam ataupun agama
lainnya seharusnya perbedaan agama atau latar belakang lainnya tidak
menghalangi seseorang untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
sesama manusia tanpa diskriminasi agama dan kepercayaan (Munawar,
2007). Dalam agama Islam diperbolehkan untuk berbuat baik dengan
nonmuslim selama nonmuslim tersebut juga berbuat baik terhadap orang-
orang Islam, hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Mumtahanah
ayat 8.
Adegan Ke-4
Tabel 4: Adegan Ke-4
Visual Dialog Type of Sheet
Krishna Bhatt:
Menurut tradisi
kita, seorang
putra mewarisi
agama ayahnya.
Extra Long Shot:
Gambar diambil
dari jarak sangat
jauh sehingga objek
terlihat kecil dan
latar terlihat sangat
jelas.
Krishna Bhatt:
Tapi sangat
penting bagi
orangtua sang
anak menurut
aturan Hindu
Medium Long Shot:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai ke
atas dan lngkungan
sekitar relative
seimbang.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
204 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Visual Dialog Type of Sheet
Bajirao:
baiklah akan ku
nikahi Mastani
menurut aturan
Hindu
Extra Long Shot:
Gambar diambil
dari jarak yang
sangat jauh
sehingga objek
terlihat kecil dan
latar terlihat sangat
jelas.
Krishna Bhatt:
Aku khawatir
itu masih taka
da gunanya.
Krishna
dilahirkan di
luar pernikahan
dan dia akan
tetap selalu
menjadi anak
haram.
Medium Close Up:
Memperlihatkan
tubuh manusia
dari dada ke
atas. Sosok
tubuh manusia
mendominasi frame
dan latar belakang
tidak dominan.
Makna Denotasi
Gambar pertama Krishna Bhatt menjelaskan bahwa menurut
tradisi Hindu, seorang putra mewarisi agama ayahnya. Gambar kedua
dan ketiga, Krishna Bhatt mengatakan bahwa pernikahan seagama itu
penting. Gambar keempat, Bajirao menjelaskan bahwa jika memang
harus seperti itu ia akan segera menikahi Mastani mengikuti ajaran Hindu.
Gambar kelima dan keenam, Krishna Bhatt mengaggap hal itu percuma
karena sebelumnya mereka telah melahirkan anak di luar nikah dan ia
menganggap bahwa anak itu adalah anak haram.
Makna Konotasi
Dalam ajaran Hindu menjelaskan bahwa setiap anak yang dilahirkan
akan mewarisi agama ayahnya. Sebelum melahirkan anak sebaiknya
pernikahan diawali atas dasar kesamaan agama. Krishna Bhatt menjelaskan
kepada Bajirao bahwa pernikahan seagama itu sangat penting, kemudian
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 205
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
Bajirao menambahkan atas pernyataan tersebut dan ia bersedia menikah
dengan Mastani dengan ajaran Hindu. Akan tetapi jika hal itu dilakukan
akan berdampak sama saja karena anak yang dilahirkan itu merupakan
hasil dari pernikahan Bajirao dan Mastani yang berbeda agama. Kemudian
Krishna Bhat dengan penuh emosi mengatakan bahwa anak tersebut
adalah anak haram.
Makna Mitos
Jika seorang wanita muslim menikah dengan laki-laki nonmuslim,
status pernikahannya tidak sah dan dipandang sebagai zina seumur hidup
karena gerbang awalnya atau akad nikahnya sudah jelas tidak sah. Hal
buruk lain yang mengikuti pernikahan beda agama adalah rusaknya nasab
(garis keturunan) sang anak dengan orangtuanya. Jika ibunya muslim
sedangkan ayahnya non muslim maka terputuslah hak perwalian dan hak
waris dari ayah tersebut kepada anaknya karena anak dilahirkan di luar
pernikahan.
Yang dimaksud dengan anak luar nikah adalah anak yang dibuahi
dan dilahirkan di luar pernikahan yang sah, sebagaimana yang disebutkan
dalam peraturan perundang-undangan Nasional UU No. 1 Tahun 1974
Pasal 43 ayat 1, menyatakan anak yang dilahirkan di luar perkawinan
hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Tanggung jawab atas segala keperluannya, baik materiil maupun spiritual
adalah ibunya dan keluarga ibunya. Bapaknya tidak wajib memberikan
nafkah kepada anak itu, namun secara biologis ia tetap anaknya dan
hubungan yang timbul hanyalah secara manusiawi, bukan secara hukum.
Tidak ada saling mewaris antara anaka dengan bapaknya, karena hubungan
nasab merupakan salah satu penyebab kewarisan.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
206 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Adegan Ke-5
Tabel 5: Adegan Ke-5
Visual Dialog Type of Shot
Chimaji:
Peshwa
menetapkan
untuk
memberikan
2 lahan pada
Mastani
Bajirao Ballad
(membaca).
Medium Close Up:
Memperlihatkan
tubuh manusia
danri dada ke
atas. Sosok
tubuh manusia
mendominasi
frame dan latar
belakang tidak
dominan.
Chimaji :
tidak mungkin
Bajirao! Hal
semacam itu.
Extra Long Shot:
Gambar diambil
dari jarak yang
sangat jauh terlihat
kecil dan latar
terlihat sangat
jelas.
Close Up:
Memperlihatkan
wajah, tangan,
kaki, atau sebuah
obyek kecil
lainnya. Ekspresi
wajah jelas serta
gesture yan
mendetail.
Shiva Bhatt:
aku tak
mengerti,
mengapa ia perlu
diberi lahan saat
anda masih ada?
Medium Long Sho:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai
ke atas. Tubuh
manusia dan
lingkungan sekitar
relative seimbang.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 207
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
Visual Dialog Type of Shot
Bajirao: mereka
bisa mengusir
Mastani dari
rumahku saat
aku masih hidup.
Bagaimana
nanti mereka
memperlaku-
kannya saat aku
sudah tiada.
Medium Long Shot:
Tubuh manusia
terlihat dari bawah
lutut sampai
ke atas. Tubuh
manusia dan
lingkungan sekitar
relative seimbang.
Makna Denotasi
Gambar pertama Chimaji sedang membahas keputusan Bajirao dalam
satu lembaran surat perintah. Gambar kedua dan ketiga, setelah Chimaji
membaca keputusan tersebut ia seketika marah karena ia tak menyetujui
keputusan tersebut. Gambar keempat, Shiva Bhatt bertanya kepada
Bajirao apa alasan mengapa Mastani perlu diberi lahan sebelum Bajirao
meninggal. Gambar kelima dan keenam, bajirao menjelaskan jika tidak
melakukan hal ini pihak istana dari kerajaan Bajirao akan memperlakukan
Mastani secara tidak adil.
Makna Konotasi
Setelah bajirao melahirkan anak dari pernikahannya dengan Mastani,
ia memerintahkan Chimaji untuk membacakan keputusannya yang berisi
tentang “Peshwa menetapkan untuk memberikan 2 lahan pada Mastani
Bajirao Ballad”. Chimaji marah setelah membaca keputusan tersebut
karena dalam peraturan istana tidak memberikan lahan sedikitpun untuk
Mastani karena mereka menganggap Mastani adalah gundik. Kemudian
Shiva Bhatt bertanya kepada Bajirao mengapa ia memberikan keputusan
itu setelah menikah?, Bajirao pun menjelaskan semasa hidupnya saja
mereka bisa mengusir Mastani dari rumah. Bagaimana nanti mereka
memperlakukannya saat ia sudah tiada. Ia khawatir ketika ia telah
meninggal dunia pihak kerajaan tidak memperlakukan Mastani secara
adil dalam membagi harta kekayaan kerajaan. Maka dari itu dibuatlah
keputusan tersebut ketika ia masih hidup.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
208 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Makna Mitos
Pernikahan beda agama sangat berpotensi menimbulkan persoalan-
persoalan hukum tersendiri, baik kepada pasangan suami istri itu
sendiri maupun kepada pihak luar termasuk hak waris anak yang lahir
dari pernikahan beda agama. Hak kewarisan antara suami istri dan
anaknya tidak ada kewarisan di antara mereka karena perbedaan agama
menggugurkan hak waris mewaris. Hal tersebut dipertegas oleh Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 5/MUNAS VII/9/2005 tentang
Kewarisan Beda Agama, yang menetapkan bahwa:
1. Hukum waris islam tidak memberikan hak saling mewaris antar
orang-orang yang beda agama (antara muslim dengan non muslim)
2. Pemberin harta antar orang berbeda agama hanya dilakukan dalam
bentuk hubah, wasiat dan hadiah.
Ada beberapa hal yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk
mendapatkan harta waris, di antaranya adalah perbedaan agama, dalam
sebuah hadis Rasulullah bersabda yang artinya: “Seorang muslim tidak
mewarisi dari orang kar, dan orang kar tidak mewarisi orang muslim”.
(HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak ada saling waris mewarisi antara dua pemeluk agama
yang berbeda”. (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis tersebut keduanya
merupakan hadis yang shahih karena diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, ini berarti hukum waris mewarisi yang dilakukan oleh orang
yang berbeda agama telah mutlak haram. Di samping hadis, para ulama
madzhab qih juga sepakat bahwa perbedaan agama adalah merupakan
salah satu penghalang dari mendapatkan harta waris.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil pengamatan dan analisis semiotika Barthes pada lm
Bajirao Mastani makna denotasi pada penelitian ini adalah menceritakan
seorang perdana menteri atau peshwa yang bernama Bajirao Ballad yang
berasal dari kerajaan Hindu Maratha, Pune. Ia menikah dengan seorang
putri raja Islam Chatrasaal, Bundelkhand yang bernama Mastani. Karena
perbedaan latar belakang agama, keduanya mendapatkan stigma negatif
dari keluarga kerajaan Bajirao karena adanya pernikahan beda agama di
antara mereka. Tantangan adat, keluarga bahkan agama mereka hadapi
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018 | 209
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
demi cinta yang merek jalani dalam pernikahan tersebut. Makna konotasi
pada penelitian ini adalah pernikahan beda agama dalam Islam sudah
dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 221.
Akan tetapi dari cerita ini peneliti melihat pernikahan yang dilakukan
di antara Bajirao dan Mastani sangatlah kontradiksi dengan ketetapan yang
berlaku dalam agama baik agama Islam maupun agama Hindu. Mereka
menikah secara tradisi atau adat Bundelkhand yang meyakini bahwa setiap
laki-laki yang memberikan belatinya kepada perempuan maka telah sah
menjadi istri dan mereka pun sama-sama membenarkannya dan menjalin
ikatan pernikahan. Makna mitos pada penelitian ini adalah Dalil-dalil naqli
menunjukkan bahwa pernikahan pria nonmuslim dengan wanita muslimah
diharamkan. Jadi tidak benar jika dikatakan bahwa pernikahan tersebut
yang diklaim oleh kelompok Islam liberal adalah wilayah ijtihadi. Sebab
dalil naqli itu sudah jelas. Karenanya dalam hal ini tidak ada ruang untuk
berijtihad. Dengan demikian, asumsi rasio yang membolehkan pernikahan
laki-laki nonmuslim dengan wanita muslimah atas dasar persamaan hak
dan keberagaman (pluralism) tidak bisa dibenarkan. Pernikahan adalah
bagian dari ibadah umat Islam yang acuannya adalah Al-Qur’an, Hadis
dan Ijma (konsensus) sahabat, bukan berdasarkan rasio dan selera semata.
Untuk para sineas lm diharapkan mampu membuat karya yang di
dalamnya sarat akan nilai-nilai. Sehingga akan menghasilkan sebuah
lm yang bukan hanya memiliki makna hiburan tetapi juga mendidik dan
mengandung pesan moral yang baik. Seperti lm Bajirao Mastani yang
berhasil mengemas nilai-nilai dialog antar agama dan bukan hanya tentang
berlaku adil namun juga banyak pesan Islam lain dengan sangat apik dan
tidak terkesan memaksa. Sehingga penonton dapat menikmati setiap
adegan dari lm dan menangkap pesan yang ingin disampaikan.
Untuk para mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian mengenai
semiotika lm, diharapkan mampu memahami konsep, teori dan pisau
analisis yang dipakai saat melakukan penelitian, sehingga penelitian yang
dilakukan akan menghasilkan analisis yang berkualitas.
Syifa Fauziah Syukur Fatmawati Fatmawati: Analisis Semiotika Makna Pernikahan Beda Agama..
210 | http://doi.org/10.24090/komunika.v12i2.1326 ISSN: 1978-1261 (print), 2548-9496 (online)
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Cordoba dan Terjemahannya. (2010). Special For Muslimah.
Bandung: PT Cordoba Internasional Indonesia.
Barthes, R. (1972). Mythologies Selected and Translated from the French
by Annete Lavers. New York: Noondy Pres.
Barthes, R. (2007). Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa: Semiotika
atau Sosiologi Tanda, Simbol dan Representasi. Yogyakarta:
Jalasutra.
Fakhiroh, Z. (2011). Amar Ma’ruf Nahyi Munkar: Analisis Semiotik dalam
Film Serigala Terakhir. KOMUNIKA, 5 (1), 124.
Foss, S. W. L. & K. A. (2011). Teori Komunikasi Theories of Human
Communication edisi 9. (9th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
Kriyantono, R. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku I (6th ed.).
Jakarta: Salemba Humanika.
Morissan. (2014). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta:
Kencana Premedia Grup.
Munawar, S. A. H. Al. (2007). Fiqih Hubungan Antar Agama. Tangerang:
Persada.
Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas
Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Pranajaya. (1992). Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Yayasan Pusat Perlman H. Usmar Ismail.
Sangidun. (n.d.). Pornogra Dalam Serial Anime Anak (Analisis Semiotika
Dalam Serial Crayon Shin Chan. KOMUNIKA, 9 (1), 104.
Sobur, A. (2006). Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
W, C. J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Mythologies Selected and Translated from the French by Annete Lavers
  • R Barthes
Barthes, R. (1972). Mythologies Selected and Translated from the French by Annete Lavers. New York: Noondy Pres.
  • R Barthes
Barthes, R. (2007). Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa: Semiotika atau Sosiologi Tanda, Simbol dan Representasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Amar Ma'ruf Nahyi Munkar: Analisis Semiotik dalam
  • Z Fakhiroh
Fakhiroh, Z. (2011). Amar Ma'ruf Nahyi Munkar: Analisis Semiotik dalam Film Serigala Terakhir. KOMUNIKA, 5 (1), 124.
Teori Komunikasi Theories of Human Communication edisi 9
  • S W L K A Foss
Foss, S. W. L. & K. A. (2011). Teori Komunikasi Theories of Human Communication edisi 9. (9th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
Pornografi Dalam Serial Anime Anak
  • Sangidun
Sangidun. (n.d.). Pornografi Dalam Serial Anime Anak (Analisis Semiotika Dalam Serial Crayon Shin Chan. KOMUNIKA, 9 (1), 104.
Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
  • A Sobur
Sobur, A. (2006). Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.