Content uploaded by Stepanus Pakage
Author content
All content in this area was uploaded by Stepanus Pakage on Oct 19, 2018
Content may be subject to copyright.
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)193
Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan
Menggunakan Closed House System dan Open House System
Analysis of Cost Structure and Income of Broiler Chicken Farming Business by Using
Closed House System and Open House System
S. Pakage1*, B. Hartono2, Z. Fanani2, B. A. Nugroho2, dan D. A. Iyai1
1 Fakultas Peternakan, Universitas Papua, Manokwari-Papua Barat
2 Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya-Malang
*E-mail: stpakages@yahoo.com
(Diterima: 24 Juni 2018; Disetujui: 8 Agustus 2018)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur biaya dan tingkat pendapatan usaha peternakan
ayam pedaging dengan menggunakan closed house system dan open house system. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proporsi biaya tetap tertinggi pada closed house system berturut-turut adalah biaya
peralatan (81,97%), biaya penyusutan kandang (14,40%), tandon air (1,66%), bangunan listrik (1,20), dan
gudang (0,77%), sedangkan pada peternak open house system berturut-turut dari tertinggi adalah biaya
kandang (50,26%), biaya peralatan (42,86), biaya tandon air, dan gudang. Proporsi biaya variabel tertinggi
pada kedua kelompok peternak adalah biaya pakan, biaya DOC, tenaga kerja, listrik, medicine dan bahan
bakar. Proporsi biaya variabel pada kedua kelompok lebih dari 97 % dari total biaya. Rata-rata penerimaan
yang diterima oleh peternak ayam pedaging yang menggunakan closed house system lebih tinggi bila
dibandingkan dengan yang diterima oleh peternak ayam pedaging dengan open house system. Pendapatan
per periode produksi yang diterima oleh peternak ayam pedaging dengan closed house system lebih tinggi
bila dibandingkan dengan peternak open house system. Namun pendapatan per ekor maupun per kg bobot
badan terlihat sebaliknya. Demikian juga rasio antara penerimaan dengan biaya (R/C) bahwa pada usaha
peternakan ayam pedaging dengan open house system lebih tinggi (1,10) bila dibandingkan dengan pada
closed house system (1,07).
Kata kunci: ayam pedaging, closed house system, open house system, pendapatan, struktur biaya
ABSTRACT
This study aims to determine the cost structure and income level of broiler farms by using closed house
system and open house system. The results showed that the proportion of the highest to the lowest xed costs
in the closed house system was cage equipment costs (81,97%), cage depreciation costs (14,40%), water
reservoirs (1,66%), electrical buildings (1,20%) and warehouse (0,77%), whereas for successive open
house system breeders from the highest are cage costs (50,26%), equipment costs (42,86), water reservoir
costs and warehouses. The highest proportion of variable costs in both breeders groups is feed costs, DOC
costs, labor, electricity, medicine and fuel. The proportion of variable costs in both groups is more than
97% of the total cost. While the open house system breeders are cage costs (50,26%), cage equipment costs
(42,86), water tank and warehouse costs. The highest proportion of variable costs in both breeders groups
is feed, DOC, labor, electricity, medicine and fuel costs. The proportion of variable costs in both groups
is more than 97% of the total cost. The average revenue of broiler breeders using closed house systems is
higher than broiler breeders with an open house system. Income of each production period from broiler
breeders with closed house systems is higher than open house system breeders, however income/head and
income/kg of body weight is vice versa. Similarly, the ratio between revenue and costs (R/C) is that broiler
farms with an open house system are higher (1,10) when compared to closed house systems (1,07).
Keywords: broiler, closed house system, cost structure, income, open house system
Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2018
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-3716
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)
194
PENDAHULUAN
Peternakan merupakan salah satu
bagian dari sektor pertanian yang perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan secara
optimal untuk kemakmuran rakyat. Salah
satu komoditas peternakan yang potensial
dikembangkan adalah ayam pedaging.
Hal ini disebabkan karena ayam pedaging
menghasilkan daging sebagai sumber
protein yang sangat penting bagi manusia.
Manfaatnya sebagai sumber protein asal
hewani bagi manusia menyebabkan terjadinya
peningkatan populasi, produksi dan konsumsi
ayam pedaging di Indonesia. Berdasarkan data
statistik dari Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan 2017 bahwa pada
tahun 2016 populasi ayam pedaging mencapai
1,6 miliar ekor atau meningkat 6,82 persen
bila dibandingkan dengan populasi ayam
pedaging pada tahun 2015. Produksi daging
ayam pedaging tahun 2016 sebanyak 1,9 juta
ton atau mengalami peningkatan sebesar 17,02
persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan
populasi dan produksi ayam pedaging tersebut
didorong oleh: 1) adanya perkembangan yang
kuat pada sektor industri hulu peternakan
misalnya pabrik pakan, pembibitan dan
industri farmasi serta industri hilir yakni
rumah potong hewan, restoran dan lain-lain;
2) periode siklus produksi ayam pedaging
yang relatif pendek dan perputaran modal
relatif cepat sehingga cocok untuk peternakan
rakyat; 3) kemampuan dalam menyerap
tenaga kerja; dan 4) komoditas ini berpotensi
ekspor.
Sistem peternakan ayam pedaging
yang umum diterapkan adalah sistem
pemeliharaan ayam pedaging secara
tradisional. Sistem perkandangan ini disebut
dengan sistem kandang terbuka atau open
house system. Sistem pemeliharaan tersebut
dapat mengakibatkan ayam pedaging
mengalami stress sehingga dapat menurunkan
produktitas. Hal lain yang juga dapat
menyebabkan menurunnya produktitas
ternak ayam pedaging adalah iklim. Kondisi
dimana iklim secara makro dan mikro tidak
dapat dikendalikan akan memberikan dampak
pada menurunnya produktitas bahkan sampai
batas ambang tertentu dapat menyebabkan
kematian pada ternak ayam pedaging. Salah
satu teknologi yang tepat untuk mengantisipasi
permasalahan diatas adalah dengan penerapan
atau perbaikan sistem perkandangan.
Salah satu sistem kandang yang dapat
mengoptimalkan produksi ayam pedaging
adalah sistem kandang dengan ventilasi yang
bisa dikontrol atau closed house system.
Closed house system merupakan sistem
kandang tertutup yang menjamin keamanan
secara biologi (kontak dengan organisme
lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik
sehingga dapat meminimalkan stress pada
ayam pedaging. Pembangunan kandang
tertutup memerlukan biaya yang sangat tinggi
(mahal) karena selain kandangnya yang
harus didesing khusus untuk mendukung
peralatan kandang. Demikian juga dengan
kandang terbuka yang memerlukan berbagai
biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap) yang
alokasinya berbeda. Alokasi faktor produksi
akan mempengaruhi komposisi atau biaya
struktur biaya, penerimaan dan pendapatan.
Usaha peternakan ayam pedaging
dengan menggunakan closed house system
sedang berkembang dengan pesat dan
demikian juga dengan open house system.
Penggunaan closed house system dan open
house system berhubungan dengan alokasi
biaya yang akan mempengaruhi pendapatan
peternak ayam pedaging. Dengan demikian
diperlukan kajian mengenai struktur biaya
yang digunakan serta pendapatan yang
diterima oleh peternak ayam pedaging yang
menggunakan closed house system dan open
house system.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
Pangelaran-Dampit dan Bantur-Kabupaten
Malang. Pelaksanaan penelitian berlangsung
dari 1 Februari sampai dengan 1 Maret 2016.
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)195
Metode Pengambilan dan Jumlah Sampel
Penentuan responden dilakukan secara
purposive (sengaja). Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara total sampling yaitu
pengambilan sampel secara keseluruhan pe-
ternak yang mengusahakan ternak ayam ped-
aging dengan pola closed house system mau-
pun open house system yang bermitra dengan
PT. Sinar Sarana Sentosa Tbk. Sebanyak 55
responden yang mengusahakan ayam pedag-
ing dengan pola closed house system dan 40
responden yang mengusahakan ayam pedag-
ing dengan pola open house system.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dia-
nalisa secara deskriptif untuk menggambar-
kan komposisi atau struktur biaya produksi,
penerimaan, pendapatan dan R/C rasio usa-
ha peternakan broiler dengan menggunakan
closed house system dan open house system.
a. Biaya total (total cost) adalah semua
pengeluaran proses produksi sebagai hasil
penjumlahan biaya tetap (xed cost) dan
biaya tidak tetap (variabel cost). Secara
sistematis formula biaya dapat dituliskan
sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)
TVC = Total Variabel Cost (total biaya
tidak tetap)
b. Penerimaan adalah perkalian jumlah
unit yang dijual dengan harga per unit
produk tersebut. Menurut Ahyari (1987)
menggambarkan penerimaan dengan
rumus sebagai berikut:
R = p . Q
Keterangan:
R = Penerimaan (Rp/periode produksi)
p = Harga Produksi (Rp/ kg)
Q = Jumlah Produksi (kg/periode produk-
si)
c. Pendapatan adalah selisih antara
penerimaan dengan total biaya yang telah
dikeluarkan oleh peternak. Ahyari (1987)
menggambarkan secara sistematis sebagai
berikut:
Π = TR – TC
Keterangan:
Π = Keuntungan (Rp/periode produksi)
TR = Total penerimaan (Rp/periode pro-
duksi)
TC = Total biaya (Rp/periode produksi)
d. R/C rasio (Revenue Cost Ratio) yaitu
perbandingan antara penerimaan dengan
biaya (Soekartawi, 1995). Rumus ini dapat
ditulis secara sistematis sebagai berikut:
RC Ratio = R/C
Keterangan :
R = Revenue (Rp/periode produksi)
C = Biaya (Cost) (Rp/periode produksi)
Kriteria keputusan:
R/C > 1 Usaha ternak ayam menguntungkan
R/C <1 Usaha ternak ayam tidak
menguntungkan
R/C =1 Usaha ternak ayam impas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Produksi
Biaya merupakan aspek yang paling
penting dalam suatu perencanaan produksi.
Hal ini disebabkan karena besarnya biaya
yang akan digunakan dalam proses produksi
diperlukan pengambilan keputusan yang
tentunya dengan berbagai pertimbangan.
Terdapat dua jenis biaya yakni biaya tetap
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan komponen pendukung proses
produksi yang mana komponen tersebut
dapat digunakan dalam beberapa kali proses
produksi dan biaya variabel yang merupakan
biaya yang habis digunakan dalam satu kali
proses produksi.
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)
196
Biaya Tetap
Biaya tetap terdiri dari biaya
pemeliharaan, penyusutan kandang dan
peralatan. Komponen biaya tetap yang
digunakan oleh kedua kelompok peternak
ditemukan berbeda. Rata-rata biaya tetap
antara usaha pedaging yang menggunakan
Closed House System dan Open House
System ditemukan berbeda (Tabel 1). Rata-
rata total biaya tetap yang digunakan peternak
ayam pedaging dengan pola closed house
system lebih tinggi dengan biaya sebesar Rp.
6.188.644,06 per periode produksi atau hanya
mencapai 2,36 % dari total biaya sedangkan
oleh peternak open house system rata-rata
biaya tetap yang digunakan hanya mencapai
Rp. 1.320.712,40 per periode produksi
atau mencapai 0,84 % dari total biaya. Hal
yang sama bahwa rata-rata biaya tetap yang
digunakan per ekor dan per kilogram bobot
badan ayam pedaging pada closed house
system lebih tinggi dibandingkan dengan open
house system. Tingginya rata-rata biaya tetap
pada closed house system tersebut diduga
disebabkan karena pembangunan kandang
permanen yang rata-rata usia ekonomisnya
mencapai 30 tahun dan ditunjang dengan
peralatan untuk mendukung closed house
system yang tinggi biayanya.
Pada peternak closed house system
biaya peralatan mencapai 81,97 persen dari
total biaya tetap. Hal ini disebabkan karena
closed house system memerlukan peralatan
yang dapat menciptakan kondisi yang
nyaman bagi ayam di dalam kandang (iklim
mikro), sedangkan pada peternak open house
system biaya kandang mencapai proporsi
tertinggi yang mencapai 50,26 persen. Hal ini
disebabkan karena pada kandang open house
system beberapa peternak telah membangun
kandang ayam untuk persiapan ke closed
house system.
Biaya Variabel
Komponen biaya variabel (tidak tetap)
yang digunakan oleh seluruh peternak ayam
pedaging dengan pola closed house system
dan open house system adalah sebagai berikut:
bibit ayam pedaging (DOC), pakan, medicine
(vaksin, obat dan vitamin), listrik, bahan
bakar dan tenaga kerja. Komponen-komponen
tersebut akan dibahas berdasarkan proporsi
terbesar terhadap total biaya variabel.
Proporsi terbesar pada closed house
system dan open house system adalah biaya
Tabel 1. Rata-Rata dan Struktur Biaya Tetap Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan Pola
Closed House System dan Open House System
Komponen Closed House System Open House System
Biaya Tetap Per PP Per Ekor Per Kg Per PP Per Ekor Per Kg
Penyusutan Kandang 891.079,22 78,41 42,48 690.625,00 101,19 54,4
(14,40) (50,26)
Penyusutan Gudang 47.647,91 4,19 2,27 19.635,42 2,88 1,55
(0,77) (1,43)
Penyusutan Tandon Air 102.676,77 9,04 4,9 75.000,00 10,99 5,91
(1,66) (5,46)
Bangunan Listrik 74.264,07 6,54 3,54 0 0 0
(1,20) (0,00)
Peralatan 5.072.976,10 446,41 241,87 588.909,72 86,29 46,39
(81,97) (42,86)
FC 6.188.644,06 544,58 295,06 1.374.170,14 201,34 108,24
(2,36) (0,84)
Sumber: Olahan data primer (2016)
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)197
pakan yang masing-masing mencapai 73,62
% dan 77, 28 % (Tabel 2). Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Ahyari (1987) dan
Fadillah (2013) yang menyatakan bahwa
pakan merupakan biaya yang terbesar pada
suatu usaha peternakan, yakni berkisar antara
60-80%. Hal tersebut dikarenakan kedua tipe
kandang tersebut memelihara ayam broiler
dengan kapasitas yang hampir sama. Proporsi
terbesar kedua adalah biaya day old chick
(DOC) yang mencapai 21,76% pada peternak
dengan menggunakan closed house system
dan 20,22% pada peternak yang menggunakan
open house system. Proporsi terbesar kedua
tersebut sesuai dengan pendapat Fadillah
(2013) bahwa porsi terbesar kedua dalam
budidaya ayam broiler komersial adalah bibit
DOC. Hal ini disebabkan karena rata-rata
DOC yang dipelihara dalam jumlah yang
besar yakni mencapai 11.364 ekor pada closed
house system dan 6.825 ekor pada open house
system. Penggunaan peralatan pada closed
house system sangat mempengaruhi produksi.
Hal ini dapat dilihat dari biaya variabel litrik
yang menunjang peralatan menjadi biaya
terbesar ketiga (1,71%) menggeser biaya
tenaga kerja (1,64 %) dan medicine (1,20%).
Sedangkan pada usaha peternakan ayam
pedaging dengan pola open house system
variabel tenaga kerja (1,17%) dan medicine
(1,12%) menjadi sangat penting pengaruhnya
terhadap produksi. Total biaya variabel pada
closed house system mencapai 97,33% dan
pada kandang open house system mencapai
99,19% dari total biaya produksi.
Penerimaan
Penerimaan suatu usaha merupakan
perkalian antara faktor produksi dengan harga
jual. Penerimaan usaha ternak ayam pedaging
dengan pola closed house system dan open
house system dalam penelitian ini diperoleh
dari sumber utama dan beberapa sumber lain.
Selain dari sumber utama peternak pada kedua
kelompok ternak ayam pedaging tersebut
Tabel 2. Rata-Rata dan Komposisi Biaya Variabel dan Total Biaya Produksi Usaha Peternakan
Ayam Pedaging dengan Pola Closed House System dan Open House System Per Periode
Produksi
Komponen Biaya
Closed House System Open House System
Per PP Per Ekor Per Kg BB Per PP Per ekor Per Kg
BB
DOC 55.541.527,27 4.887,50 2.648,11 32.797.750,00 4.805,53 2.583,52
21,76 20,22
Pakan 187.927.231,95 16.537,07 8.960,01 125.321.872,50 18.362,18 9.871,75
73,62 77,28
Medicine 3.067.432,96 269,93 146,25 1.811.012,60 265,35 142,66
1,20 1,12
Listrik 4.364.457,58 384,06 20,09 205.612,50 30,13 16,20
1,71 0,13
Bahan Bakar 187.454,55 16,50 8,94 134.125,00 19,65 10,57
0,07 0,08
Tenaga kerja 4.184.090,91 368,19 199,49 1.896.396,77 277,86 149,38
1,64 1,17
VC 255.272.195,21 22.463,23 12.170,89 162.166.769,37 23.760,70 12.774,07
97,33 99,19
TC 262.272.297,79 23.079,22 12.504,64 163.487.481,77 23.954,21 12.878,10
Sumber: Olahan data primer (2016)
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)
198
memperoleh penerimaan dari beberapa bonus.
Rata-rata penerimaan yang bersumber
dari ayam pedaging per periode produksi pada
kelompok usaha ternak dengan pola closed
house system lebih tinggi yakni sebesar Rp.
271.201.101,02 atau mencapai 97 persen
dari total penerimaan (Rp. 279.090.099,49)
bila dibandingkan kelompok peternak open
house system yang rata-rata penerimaan
per periode produksinya hanya mencapai
Rp. 174.822.264,18 atau hanya mencapai
96,90 persen dari total penerimaan (Rp.
180.413.573,49) (Tabel 3). Namun demikian
tingkat penerimaan per ekor dan per kg
menunjukkan hal yang sebaliknya yakni rata-
rata penerimaan peternak ayam pedaging
dengan pola closed house system yang lebih
rendah dari pada peternak ayam pedaging
dengan pola open house system. Hal ini diduga
disebabkan karena jumlah produksi yang
dihasilkan antara kedua kelompok ternak
yang hampir sama akibat tingkat mortalitas
pada CHS yang tinggi. Tingkat mortalitas
yang tinggi tersebut diakibatkan oleh
putusnya aliran listrik akibat bencana alam.
Hal inilah yang menyebabkan penerimaan per
ekor maupun per kg pada closed house system
menjadi lebih kecil dibanding pada open
house system. Hasil penelitian Bahari et al.
(2012) bahwa penerimaan perkilogram dan
perekor lebih tinggi bila dibandingkan dengan
hasil penelitian ini. Hal ini disebabkan karena
perbedaan tempat yang mempengaruhi harga
faktor-faktor produksi.
Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang
diperoleh setelah penerimaan dikurangi
dengan pengeluaran (Gittinger, 1986). Rata-
rata keuntungan sebelum pajak yang diperoleh
peternak ayam pedaging dengan pola closed
house system per periode produksi lebih besar
bila dibandingkan dengan pola open house
system (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa
usaha ayam pedaging dengan pola closed
house system lebih menguntungkan dari pada
open house system. Namun demikian rata-rata
keuntungan yang diperoleh peternak dari per
ekor maupun per bobot badan ayam pedaging
menunjukkan hal yang sebaliknya. Hal ini
diduga disebabkan karena perbedaan skala
Tabel 3. Sumber, besar dan komposisi penerimaaan usaha peternakan ayam pedaging dengan pola
closed house system dan open house system
Sumber
Penerimaan
Rata-rata Kelompok Usaha
Closed House System Open House System
Per PP (Rp) Per Ekor
(Rp)
Per Kg
BB (Rp) Per PP (Rp) Per Ekor
(Rp)
Per Kg
BB (Rp)
Ayam 271.201.101,02 25.735,50 12.930,35 174.822.264,18 25.614,98 13.770,95
(97,17) (96,90)
Insentif FCR 2.803.313,95 266,00 133,66 2.670.626,75 391,35 194,61
(1,00) (1,48)
Insentif Mortalitas 372.454,11 35,30 17,76 96.053,33 43,38 23,32
(0,13) (0,05)
Bonus Lain 2.914.027,69 276,50 138,94 1.734.987,58 254,21 136,67
(1,04) (0,96)
Pupuk Kandang 1.247.727,27 118,40 59,49 721.375,00 105,70 56,82
(0,45) (0,40)
Karung 551.475,45 52,30 26,29 368.266,67 53,96 29,01
(0,20) (0,20)
Total Penerimaan 279.090.099,49 26.484,20 13.306,48 180.413.573,49 26.434,22 14.211,39
Sumber: Olahan data primer (2016)
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)199
usaha ternak ayam pedaging dan tingginya
biaya tetap per ekor maupun per bobot badan
ayam pada closed house system dimana rata-
rata penerimaan peternak pada kedua usaha
peternakan ayam pedaging hampir tidak
berbeda. Selain itu. perbedaan tersebut juga
diduga diakibatkan oleh kesamaan harga
faktor-faktor produksi dan harga jual ayam
pada kedua kelompok usaha. Kesamaan
tersebut disebabkan karena kedua kelompok
usaha peternakan ayam pedaging tersebut
berpola kemitraan.
Hasil penelitian Bahari (2009) bahwa
pendapatan usaha ternak ayam broiler per
periode produksi pada kelompok peternak
kontrak sebesar Rp. 9.034.508,88 dan non
kontrak sebesar Rp. 3.589.037,94 dan per
kilogram bobot badan hidup ayam pedaging
peternak kontrak memperoleh pendapatan
sebesar Rp. 586,9 dan non kontrak sebesar
Rp. 533,89. Hasil penelitian lain oleh Yunus
(2008) bahwa pendapatan peternak pola
kemitraan adalah sebesar Rp. 1.403.182,00
dan peternak mandiri sebesar Rp. 3.293.398,00
per periode produksi. Kedua hasil penelitian
tersebut berbeda dengan hasil yang ditemukan
dalam penelitian ini. Seluruh peternak ayam
pedaging dengan pola closed house system
maupun open house system di lokasi penelitian
memperoleh keuntungan karena nilai R/C
ratio lebih besar dari satu.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi biaya tetap tertinggi pada closed
house system berturut-turut adalah biaya
peralatan (81,97%), biaya penyusutan kandang
(14,40%), tandon air (1,66%), bangunan listrik
(1,20), dan gudang (0,77%), sedangkan pada
peternak open house system berturut-turut
dari tertinggi adalah biaya kandang (50,26%),
biaya peralatan (42,86), biaya tandon air dan
gudang. Proporsi biaya variabel tertinggi pada
kedua kelompok peternak adalah biaya pakan,
biaya DOC, tenaga kerja, listrik, medicine
dan bahan bakar. Proporsi biaya variabel pada
kedua kelompok lebih dari 97 % dari total
biaya.
Rata-rata penerimaan yang diterima
oleh peternak ayam pedaging yang
menggunakan closed house system lebih
tinggi bila dibandingkan dengan yang
diterima oleh peternak ayam pedaging yang
menggunakan open house system. Pendapatan
per periode produksi yang diterima oleh
peternak ayam pedaging dengan closed
house system lebih tinggi bila dibandingkan
dengan peternak open house system. Namun
pendapatan per ekor maupun per kg bobot
badan terlihat sebaliknya. Demikian juga
rasio antara penerimaan dengan biaya (R/C)
bahwa pada usaha peternakan ayam pedaging
dengan open house system lebih tinggi (1,10)
bila dibandingkan dengan pada closed house
system (1,07).
Tabel 4. Rata-rata pendapatan usaha peternakan ayam pedaging dengan pola closed house system
dan open house system
Uraian
Rata-rata Kelompok Usaha
CHS OHS
Per PP (Rp) Per Ekor
(Rp)
Per Kg
BB (Rp) Per PP (Rp) Per Ekor
(Rp)
Per Kg BB
(Rp)
Keuntungan Sebelum
Pajak 17.629.260,21 1.551,33 840,53 16.872.633,98 2.472,18 1.329,08
PPh 10 % 1.762.926,02 155,13 84,05 1.687.263,40 247,22 132,91
Keuntungan bersih 15.866.334,19 1.396,19 756,48 15.185.370,58 2.224,96 1.196,17
R/C 1,07 1,07 1,07 1,10 1,10 1,10
Sumber: Olahan data primer (2016)
Vol. 20 (3): 193-200
Analisis Struktur Biaya dan … (Pakage et al.)
200
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1987. Pengendalian Produksi.
BPFE. Yogyakarta
Bahari., D. I. Z. Fanani, dan B. A. Nugroho.
2012. Analisis Struktur Biaya dan
Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak
Ayam Ras Pedaging pada Pola dan
Skala Usaha Ternak Yang Berbeda
di Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara. J. Ternak Tropika Vol. 13.
No.1: 35-46.
Bahari. 2010. Contract Farming dan Upaya
Peningkatan Pendapatan Usaha
Ternak Ayam Potong. Disertasi.
Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang.
Fadillah, R. 2013. Super Lengkap Beternak
Ayam Broiler. AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi
Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.:
UI Press. Jakarta.
Ismail., I. Hari., D. Utami, dan B.
H
a
r
t
ono. 2012.
Analisa ekonomi
usaha peternakan broiler yang
menggunakan dua tipe kandang
berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan 23 (3): 11-16. Malang.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Yunus, R. 2009. Analisis Esiensi
Produksi
Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging
Pola Kemitraan Dan Mandiri
di Kota Palu Provinsi Sulawesi
Tengah. Tesis Magister Program
PascasarjanaUniversitas Diponegoro.
Semarang.