Available via license: CC BY-NC 4.0
Content may be subject to copyright.
18
PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERBASIS PENDIDIKAN
KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS AUD
Dian Miranda
Dosen Prodi PG PAUD FKIP Untan, Pontianak
Email: dianmiranda84@gmail.com
Abstract: Anak merupakan pembelajar yang penuh kejujuran dalam mengekspresikan
perasaan dan imajinasinya. Terkait dengan imajinasi, pada dasarnya semua anak kreatif
dimana menurut George & Zhou (dalam Ashkanasy & Rowe, 2008) kreativitas adalah suatu
produk ide atau solusi yang bersifat baru dan berguna. Menurut munandar (2002) salah satu
manfaat kreativitas ilah dapat meningkatkan kulitas hidup dan memecahkan masalah dari
berbagai sudut pandang, oleh sebab itu kreativitas penting untuk diasah sejak dini, agar
menjadi karakter yang melekat dalam diri anak. Namun perlu difahami bahwa kreativitas
tidak hanya terkait dengan kebaruan, tetapi juga harus berguna. Oleh sebab itu, kreativititas
tidak boleh semaunya dan harus dibatasi dengan kemampuan memilih hal yang baik dan
buruk, bermanfaat atau tidak bermanfaat, atau bahkan berdampak negatif. Oleh sebab itu
anak perlu untuk diarahkan mengenai cara mengekspresikan perasaan dan imajinasinya
dengan benar sesuai dengan nilai dan norma yang diterima di masyarakat maupun agama.
Dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan kreativitas dan menanamkan nilai karakter
anak, maka penelitian ini berusaha untuk merancang dan membuat sebuah media
pembelajaran yang sesuai bagi anak yaitu sebuah buku cerita bergambar bermuatan
pendidikan karakter dan juga dapat meningkatkan kreativitas anak. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode research and development (R&D) dengan model
prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang
harus diikuti untuk menghasilkan produk. Hasil yang didapat dari penelitian ini ialah buku
cerita bergambar dinilai baik sebagai media penanaman karakter religius, toleransi,
bersahabat, peduli sosial, disiplin, dan cinta damai serta baik digunakan sebagai media
pengembang kreativitas anak usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun.
Key Word: Kreativtas, Pendidikan Karakter, Buku Cerita Bergambar
PENDAHULUAN
Di era globalisasi saat ini yang
didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi membutuhkan individu-individu
kreatif dan produktif serta memiliki
kemampuan daya saing yang tinggi dan
tangguh. Daya saing yang tinggi dan tangguh
dapat terwujud jika anak didik memiliki
kreativitas, kemandirian dan kemampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada berbagai bidang
kehidupan di masyarakat.
Pada dasarnya setiap manusia
mempunyai potensi keatif. Hanya saja dalam
perjalanan hidupnya ada yang mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan potensi
kreatifnya, ada pula yang kehilangan potensi
kreatifnya karena tidak mendapat kesempatan
ataupun tidak menemukan lingkungan yang
memfasilitasi berkembangnya potensi kreatif t
tersebut. Oleh karena itu kreatifitas perlu
dirangsang perkembangannya sejak masa
kanak-kanak.
Anak-anak pada dasarnya adalah
individu yang kreatif. Mereka memiliki ciri-
ciri yang oleh para ahli sering digolongkan
sebagai ciri-ciri individu yang kreatif.
Misalnya, rasa ingin tahu yang besar, sering
bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang
banyak, tidak takut salah, berani menghadapi
resiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-
hal yang baru, dan sebagainya. Dalam hal ini,
orangtua dan guru perlu bekerja sama dan
memahami kreatifitas anak-anak dengan
bersikap luwes dan kreatif pula.
19
Menurut Suratno (2005), anak kreatif
dan cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya
melainkan perlu pengarahan, salah satunya
dengan memberi kegiatan yang dapat
mengembangkan kreativitas anak. Kreatifitas
yang dimilik anak seharusnya mendapatkan
perhatian, bimbingan serta stimulasi yang tepat
agar dapat berkembang dengan optimal.
Dengan demikian kita tidak boleh membiarkan
pendidikan pada anak yang hanya
menonjolkan kemampuan akademik saja
seperti kemampuan membaca dan berhitung.
Tetapi juga harus mengembangkan kreativitas
serta menanamkan nilai-nilai karekter untuk
pembentukan pribadi anak.
Rachmawati dan Kurniati (2010)
menulisakan, selain bermanfaat baik bagi
pengembangan diri, kreativitas juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan
diri. Dengan kreativitas anak dapat
mengekspresikan dirinya, oleh sebab itu
kretivitas perlu dibatasi dengan perkembangan
nilai dan moral yang baik, agar anak dapat
mewujudkan diri dengan benar melalui
kreativitasnya.
Kreativitas didefinisikan secara
berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan
sudut pandang masing-masing sehingga
menghasilkan berbagai definisi kreativitas
dengan penekanan yang berbeda-beda.
Baron (dalam Utami Munandar, 2002)
mendefinisikan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan
berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat
juga sebagai kombinasi dari unsure-unsur
yang telah ada sebelumnya.
Konsep dan bentuk kreativitas AUD
dan orang dewasa sangat berbeda. Kreatif
dalam pengertian orang dewasa berarti
keberadaan keahlian (expertise),
keterampilan (skills), dan motivasi dalam
diri (intrinsic task motivation). Orang
dewasa yang kreatif diindikasikan sebagai
individu yang memiliki keterampilan
teknik prima, berkemampuan seni, dan
memiliki bakat. Mereka juga memiliki
gaya karya yang mempesona, keterbukaan
ide yang mengagumkan, dan konsentrasi
serta ketekunan yang luar biasa. Sehingga
orang dewasa yang kreatif akan tercermin
dari karya-karya dan ide-ide yang berbeda
dan sebagian besar menjadi fenomenal.
Berbeda dengan orang dewasa,
kreativitas anak dikoridori oleh keunikan
gagasan dan tumbuhnya imajinasi serta
fantasi. Anak-anak yang kreatif sensitif
terhadap stimulasi. Mereka juga tidak
dibatasi oleh frame-frame apapun. Artinya,
mereka memiliki kebebasan dan keleluasan
beraktivitas. Anak kreatif juga cenderung
memiliki keasyikan dalam aktivitas.
Kreativitas AUD juga ditandai dengan
kemampuan membentuk imaji mental,
konsep berbagai hal yang tidak hadir di
hadapannya. AUD juga memiliki fantasi,
imajinasi untuk membentuk konsep yang
mirip dengan dunia nyata (Isenberg &
Jalongo, 1993).
Kreativitas anak muncul karena
fitrahnya sebagai manusia yang berfikir.
Anak menjadi kreatif karena mereka
membutuhkan pemuasan dorongan emosi.
Namun yang paling penting, kreativitas
anak muncul karena anak perlu strategi
untuk membangun konsep dan
memecahkan masalah sesuai tingkat
intelektualnya. Kreativitas muncul dari
kemampuan berpikir divergen, lateral,
multiarah. Pada teori belahan otak,
kreativitas bersumber pada aktivitas
hemisfer kanan. Dimana kemampuan
berpikir divergen memiliki ciri-ciri
generatif, eksploratif, tak terprediksi
(unpredictable), dan multijawab. Meskipun
demikian, proses terjadinya kreativitas juga
melibatkan kemampuan berpikir
konvergen. Oleh karena pada anak proses
lateralisasi tengah terjadi, maka stimulasi
pada belahan otak kanan menjadi sangat
esensial dan fundamental.
Seorang anak dapat dikatakan kreatif
ketika ia telah memenuhi syarat fluency
20
dan flexibility dalam menemukan
pemecahan atas sebuah permasalahan.
Anak tentu saja melakukan fluency dengan
memunculkan berbagai ide alternatif.
Lebih lanjut anak akan mempertimbangkan
berbagai hal untuk memilih solusi terbaik.
Ketika anak menginginkan sesuatu, maka
ia membutuhkan fluency sebagai
preparation atau brainstorming. Anak
kemudian melakukan berbagai pemikiran
dan pertimbangan, bagaimana agar yang
dilakukannya tersebut berhasil. Ia akan
memilih salah satu alternative solusi yang
ada dalam pikirannya. Anak melakukan
flexibility karena konteks mulai berbicara.
Ternyata, terdapat halangan dalam
pelaksanaannya. Jika kemudian AUD itu
berhasil menyelesaikan masalahnya, maka
ia disebut kreatif. Tidak peduli jika solusi
akhirnya diilhami oleh pengalaman orang
lain. Dalam hal ini, originalitas tidak
menjadi faktor utama kreativitas anak.
Paul Torrance dari Universitas
Georgia dalam Suratno (2005)
menyebutkan karakteristik tindakan kreatif
anak adalah sebagai berikut :
a. Anak kreatif belajar dengan cara-cara
yang kreatif,
Dalam proses pembelajaran seharusnya
memberikan kesempatan pada anak untuk
bereksperimen dan bereksplorasi sehingga
anak memperoleh pengalaman yang
berkesan dan menjadikan apa yang
dipelajari anak lebih lama di ingat. Melalui
eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan
permainan mereka sering mengajukan
pertanyaan, membuat tebakan, dan
kemudian mereka menemukan, kadangkala
cepat dan emosional, sementara pada saat
yang lain secara diam-diam saja. Dengan
metode cerita bergambar kreativitas dapat
dikembangkan karena anak akan sering
mengajukan pertanyaan, membuat tebakan
sesuai dengan ciri anak kreatif di atas.
b. Anak kreatif memiliki rentang perhatian
yang panjang terhadap hal yang
membutuhkan usaha kreatif,
Anak kreatif memiliki rentang perhatian 15
menit lebih lama bahkan lebih dalam hal
mengeksplorasi, bereskperimen,
memanipulasi dan memainkan alat
permainanya. Hal ini menunjukan anak
yang kreatif tidak mudah bosan seperti
halnya anak yang kurang kreatif. Melalui
bercerita guru dapat mengidentifikasi anak
yang kreatif maupun tidak kreatif yakni
dilihat dari rentang perhatiannya dalam
mendengarkan cerita. Kegiatan cerita
bergambar dapat meningkatkan rentang
perhatian anak karena gambar yang
menarik membuat anak lebih fokus
perhatiannya.
c. Anak kreatif memiliki kemampuan
mengorganisasikan yang menakjubkan,
Anak kreatif adalah anak yang pikirannya
berdaya dengan demikian anak kreatif
sering merasa lebih dari pada anak yang
lain. Bentuk kelebihan anak kreatif
ditunjukan dengan peran mereka dalam
kelompok bermain.
Anak kreatif muncul sebagai pemimpin
bagi kelompoknya karena itu anak kreatif
pada umumnya mampu mengorganisasikan
teman-temannya secara menakjubkan. Jika
anak mampu mengorganisasikan teman-
temannya maka anak akan memiliki
kepercayan diri yang luar biasa. Melalui
cerita bergambar anak belajar mengaitkan
ide dan gagasan sebagai bekal untuk
melatih kepercayaan diri anak karena jika
anak berhasil mengaitkan ide atau gagasan
maka lahitlah karya-karya yang original
sehingga kepercayaan diri anak akan
muncul dan secara tidak langsung anak
termotivasi untuk mengekspresikannya
didepan teman-temannya.
Anak kreatif dapat kembali kepada sesuatu
yang sudah dikenalnya dan melihat dari
cara yang berbeda,
21
Anak kreatif merupakan anak yang suka
belajar untuk memperoleh pengalaman.
Anak tidak lekas bosan untuk mendapatkan
pengalaman yang sama berkali-kali. Jika
pengalaman pertama diperoleh mereka
akan mencoba dengan cara lain sehingga
diperoleh pengalaman baru. Melalui cerita
bergambar anak dapat menceritakan
kembali cerita yang disampaikan, dengan
demikian anak telah mampu menghasilkan
sesuatu yang baru dan original sesuai
kemampuannya.
d. Anak kreatif belajar banyak melalui
fantasi, dan memecahkan permasalahan
dengan menggunakan pengalamannya,
Anak kreatif akan selalu haus dengan
pengalaman baru. Pengalaman yang
berkesan akan diperoleh secara langsung
melalui eksperimen yang dilakukan. Anak
harus diberikan banyak bekal
pengalamannya melalui eksperimennya
sendiri baik melalui kesenian, musik,
drama kreatif atau cerita, maupun
menggunakan bahasa yang
mengekspresikan kelucuan, suasana atau
atmosfir persoalan yang bebas dan dapat
diterima oleh anak. Cerita bergambar dapat
mengasah imajinasi dan fantasi anak,
fantasi tersebut dapat diasah melalui alur
cerita dan gambar yang ditampilkan.
Misalnya apabila guru bercerita dengan
setting lapangan, rumah sakit, anak-anak
akan mempunyai persepsi dalam
fantasinya masing-masing. Dengan fantasi
tersebut, maka akan lebih meningkatkan
kreativitas anak.
e. Anak kreatif menikmati permainan dengan
kata-kata dan tempat sebagai pencerita
yang alami.
Anak kreatif suka bercerita, bahkan
kadang-kadang bercerita tidak habis-
habisnya sehingga sering dicap sebagai
anak cerewet. Pada hal melalui
aktivitasnya itu anak akan
mengembangkan lebih lanjut fantasi-
fantasinya, khayalan-khayalan
imajinatifnya sehingga akan memperkuat
kekreatifan anak. Melalui cerita bergambar
anak akan sering mendapatkan kosakata
baru, dengan kosakata yang diperolehnya
tersebut akan dapat menjadi bekal anak
sebagai pencerita yang alami.
Selain Torrance, munandar (1992)
juga menjelaskan ciri-ciri kreativitas
sebagai berikut:
Ciri-ciri yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir kreatif atau kognitif
(aptitude) antara lain :
Keterampilan berpikir lancar, yaitu
mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah, pertanyaan,
memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal serta selalu
memikirkan lebih dari satu jawaban.
Keterampilan berpikir luwes atau
fleksibel, yaitu menghasilkan gagasan,
jawaban atau pertanyaan yang bervariasi,
dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari
banyak alternatif atau arah yang berbeda-
beda, serta mampu mengubah cara
pendekatan atau cara pemikiran.
Keterampilan berpikir orisinal, yaitu
mampu melahirkan ungkapan yang baru
dan unik, memikirkan cara yang tidak
lazim untuk mengungkapkan diri, serta
mampu membuat kombinasikombinasi
yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-
unsur.
Keterampilan memerinci atau
mengelaborasi, yaitu mampu memperkaya
dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk, dan menambahkan atau memerinci
secara detail dari suatu obyek gagasan,
atau situasi sehingga menjadi lebih
menarik.
Keterampilan menilai, yaitu
menentukan patokan penilaian sendiri dan
penentuan apakah suatu pertanyaan benar,
suatu rencana sehat, atau suatu tindakan
bijaksana, mampu mengambil keputusan
terhadap situasi yang terbuka, serta tidak
22
hanya mencetuskan gagasan tetapi juga
melaksanakannya.
Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan
perasaan seseorang atau afektif (non
aptitude) antara lain adalah :
1) Upaya Rasa ingin tahu, meliputi suatu
dorongan untuk mengetahui lebih banyak,
mengajukan banyak pertanyaan, selalu
memperhatikan orang lain, obyek dan
situasi serta peka dalam pengamatan dan
ingin mengetahui atau meneliti.
2) Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan
untuk memperagakan atau membayangkan
hal-hal yang tidak atau belum pernah
terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi
mengetahui perbedaan antara khayalan dan
kenyataan.
3) Merasa tertantang oleh kemajemukan,
meliputi dorongan untuk mengatasi
masalah-masalah yang sulit, merasa
tertantang oleh situasi-situasi yang rumit,
serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang
sulit.
4) Sikap berani mengambil resiko, meliputi
keberanian memberikan jawaban meskipun
belum tentu benar, tidak takut gagal atau
mendapat kritik, serta tidak menjadi ragu-
ragu karena ketidakjelasan hal-hal yang
tidak konvensional, atau yang kurang
berstruktur.
5) Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat
menghargai bimbingan dan pengarahan
dalam hidup, serta menghargai
kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang
sedang berkembang.
Pendidikan karakter bukan sekedar
membiasakan anak berperilaku baik, lebih
dari itu, yaitu membentuk pikiran, watak,
dan perilaku yang baik yang dengan itu
anak berhasil. Hal itu sejalan dengan
pendapat Thomas Lickona (2005), ia
menyatakan bahwa karakter yang baik
meliputi memahami, peduli, dan
berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika
dasar.
Pendidikan karakter untuk usia dini
disesuaikan dengan perkembangan moral
pada anak. Menurut Piaget (1965),
perkembangan moral meliputi tiga tahap,
yaitu (1) premoral, (2) moral realism, dan
(3) moral relativism. Sementara Kolhberg
(Power, Higgins, & Kohlberg, 1989)
menyatakan bahwa perkembangan moral
mencakup (1) preconventional, (2)
conventional, dan (3) postconventional.
Esensi kedua teori tersebut sama, yaitu
pada tahap awal anak belum mengenal
aturan, moral, etika, dan susila. Kemudian,
berkembang menjadi individu yang
mengenal aturan, moral, etika, dan susila
dan bertindak sesuai aturan tersebut. Pada
akhirnya, moral, aturan, etika dan susila
ada dalam diri setiap anak di mana perilaku
ditentukan oleh pertimbangan moral dalam
dirinya bukan oleh aturan atau oleh
keberadaan orang lain; meskipun tidak ada
orang lain, ia malu melakukan hal-hal yang
tidak etis, asusila, dan amoral.
Nilai-nilai pendidikan karakter
menurut Tim Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal,
dan Informal Kementrian Pendidikan
Nasional (2012: 5) dapat ditanamkan pada
anak usia dini (0-6 tahun), mencakup
empat aspek, yaitu: (1) Aspek Spiritual; (2)
Aspek Personal/kepribadian; (3) Aspek
Sosial; dan (4) Aspek lingkungan.
Nilai karakter yang dikembangkan
oleh kemendiknas tahun 2011 dalam
Suyadi (2013) yaitu: (1) Religius; (2)
Jujur; (3) Toleransi; (4) Disiplin; (5) Kerja
keras; (6) Keratif; (7) Mandiri; (8)
Demokratis; (9) Rasa ingin tahu; (10)
Semangat kebangsaan atau nasionalisme;
(11) Cinta tanah air; (12) Menghargai
prestasi; (13) Komunikatif; (14) Cinta
damai; (15) Gemar membaca; (16) Peduli
lingkungan; (17) Peduli sosial; (18)
Tanggung jawab.
Buku cerita bergambar adalah
sebuah cerita berbentuk buku dimana
23
terdapat gambar sebagai perwakilan cerita
yang saling berkaitan. Selain ada gambar
dalam buku cerita tersebut juga terdapat
tulisan yang mewakili cerita yang
ditampilkan oleh gambar diatasnya.
Muh. Nur Mustakim (2005)
mengemukakan bahwa buku bergambar
adalah buku yang memuat suatu cerita
melalui gabungan antara teks dan ilustrasi.
Tarigan (1985) mengemukakan bahwa
pemilihan gambar haruslah tepat, menarik
dan dapat merangsang anak untuk belajar.
Media gambar yang menarik, akan
menarik perhatian anak dan menjadikan
anak memberikan respon awal terhadap
proses pembelajaran. Media gambar yang
digunakan dalam pembelajaran akan
diingat lebih lama oleh anak karena
bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat
abstrak. Gambar adalah suatu bentuk
ekspresi komunikasi universal yang
dikenal khalayak luas.
Buku bergambar (picture books)
menunjuk pada pengertian buku yang
menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu
lewat ilustrasi dan tulisan (Huck, dkk
dalam Nurgiyantoro, (2005). Hal yang
tidak berbeda juga dikemukakan Mitchell
(Nurgiyantoro, 2005) bahwa buku cerita
bergambar adalah buku yang menampilkan
gambar dan teks dan keduanya saling
menjalin. Baik gambar maupun teks secara
mandiri belum cukup untuk
mengungkapkan cerita secara lebih
mengesankan, dan keduanya saling
membutuhkan untuk saling mengisi dan
melengkapi. Dengan demikian, pembacaan
terhadap buku cerita bacaan tersebut akan
terasa lebih lengkap dan konkret jika
dilakukan dengan melihat.
Kata-kata dan teks dalam buku
cerita bergambar sama pentingnya dengan
gambar ilustrasi. Guru akan membantu
anak mengembangkan sensitivitas awal ke
imajinasi dalam penggunaan bahasa (Huck,
dkk dalam Nurgiyantoro, 2005). Bahasa
untuk bacaan anak harus sederhana, tetapi
tidak perlu penyederhanaan yang
berlebihan. Apalagi dalam buku cerita
bergambar pemahaman kata-kata itu
berada dalam konteks cerita dan yang
dapat dipahami bersama dengan bantuan
gambar.
Komponen yang harus ada dalam
buku cerita bergambar anak ialah gambar
dan teks, adapun unsur visal dalam buku
cerita bergambar harus diperhatikan oleh
penilis buku ceerita bergambar meliputi:
(1) warna; (2) efek visual; (3) narasi; (4)
tokoh; (5) efek gambar dan teks; dan (6)
latar belakang.
METODE
Bentuk penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang
menggunakan metode research and
development (R&D). Produk yang
dikembangkan dalam penelitian ini berupa
media buku cerita berbasis pendidikan
karakter untuk meningkatkan kreativitas
AUD. Model yang dipakai dalam
pengembangan media ini adalah Model
prosedural. Model prosedural adalah
Model yang bersifat deskriptif, yaitu
menggariskan langkah-langkah yang harus
diikuti untuk menghasilkan produk.
Berikut desain pembuatan buku
cerita bergambar yang dilakukan oleh
peneliti: (1) Menganalisis karakteristik
media untuk mengembangkan kreativitas
anak; (2) Merumuskan isi buku yang akan
di buat (jalan cerita dan ilustrasi); (3)
Merancang isi buku cerita yang telah akan
di buat (jalan cerita dan ilustrasi); (4)
Membuat buku cerita yang telah dirancang;
(5) Melakukan validasi isi buku cerita
mengenai muatan karakter yang
dikembangkan, serta validasi buku cerita
bergambar sebagai media pembelajaran
bagi anak usia dini; (6) Melakukan uji coba
produk. Buku cerita yang telah jadi akan
diujuicobakan langsung kepada anak yang
24
dibantu oleh guru dalam menggunakan
buku tersebut; (7) Evaluate (E). Tujuan
utama evaluasi di sini adalah untuk
mengetahui keefektifan buku cerita dalam
memunculkan semua aspek kreativitas
anak. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif yaitu dengan
mendeskripsikan dan memaknai data yang
bersifat kualitatif. Semua data yang
bersifat kualitatif akan dianalisis secara
kualitatif atau di deskripsikan.
Selain dengan analisis kualitatif,
peneliti juga menggunakan teknik analisis
kuantitatif untuk menentukan kategorisasi
buku cerita yang telah di buat, apakah
narasi dan visualisasi yang dibuat dapat di
kategorikan kurang, cukup, atau baik serta
media buku cerita bergambar ini dapat
dikategorikan kurang, cukup, atau baik
untuk digunaka anak usia dini. Teknis
analisis ini untuk memudahkan peneliti
menarik kesimpulan atau mengevaluasi
buku cerita bergambar yang dibuat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.
1. Hasil analisis karakteristik media buku
cerita bergambar untuk mengembangkan
kreativitas anak.
Dalam penelitian ini, untuk
mengembangkan buku cerita bergambar
yang dapat mengembangkan kreativitas
anak, peneliti menggunakan pendapat
munandar (1992) mengenai ciri-ciri
kreativitas, yaitu: Keterampilan berpikir
lancar, Keterampilan berpikir luwes atau
fleksibel, Keterampilan berpikir orisinal,
Keterampilan memerinci atau
mengelaborasi, Keterampilan menilai.
Dalam buku cerita bergambar ini peneliti
menuangkan ke lima ciri tersebut dalam
keterampilan menggunakan buku cerita
yang akan dibuat dalam bentuk langkah-
langkah yang dapat digunakan guru dan
orang tua, yaitu:
1) Keterampilan berpikir lancar, berupa
keterampilan: (a) Dapat memunculkan
banyak ide dari setiap halaman / gambar.
(b) Dapat memberikan banyak jawaban
dari satu pertanyaan terkait dengan gambar
/ cerita di buku
2) Keterampilan berpikir luwes atau
fleksibel, (a) Mampu menceritakan gambar
dari berbagai sudut pandang. (b) Mampu
mengekspresikan ide dari gambar dengan
kalimatnya sendiri. (c) Mampu bercerita
tanpa menghiraukan narasi yang tertulis
dalam buku namun tetap sesuai gambar
3) Keterampilan berpikir orisinal, (a)
Mampu menyampaikan ide yang berbeda
atau tidak terduga dan dapat di terima. (b)
Dapat mengkombinasikan berbagai ide
menjadi satu ide yang baru.
4) Keterampilan memerinci atau
mengelaborasi, (a) dapat menambahkan
atau memerinci suatu cerita dalam gambar,
(b) Keterampilan menilai, (c) dapat
memberikan penilaian pada gambar atau
cerita yang dibaca
Selain menentukan karakteristik
kreativitas di atas, peneliti juga
menganalisis karakteristik buku cerita
bergambar yang baik yang
menggabungkan pendapat Audrey dan
Nichols dalam Hidayat (2001) dan Greene
& Petty (dalam Hakim 2001) yaitu:
Tabel 1. Kriteria buku cerita bergambar
NO
KRITERIA
OPERASIONAL
1
Kecermatan
isi
Memuat tentang karakter yang akan dikembangkan dalam
cerita
2
Ketepatan
cakupan isi
Bentuk-bentuk perilaku apa saja yang akan dimunculkan
dalam buku cerita
25
3
Ketercernaan
bahan ajar
dan
pemaparan
yang logis
Alur cerita runtut
cerita mudah difahami anak
4
Penggunaan
bahasa
Kalimat dapat dimengerti anak
Pemilihan kata sesuai untuk anak
Banyak kalimat di setiap halaman sesuai untuk
bacaan anak
5
Perwajahan
Jenis huruf dan ukuran huruf yang digunakan sesuai
untuk bacaan anak
Posisi gambar dan tulisan seimbang
Petunjuk penggunaan buku jelas
6
Illustrasi
Gambar dapat dimengerti anak
Gambar dan warna sesuai untuk bacaan anak
Gambar sesuai dengan pesan / narasi yang di
tuliskan
Cover yang digunakan menarik
7
Kelengkapan
komponen
Buku cerita terdapat unsur:
Cover
Pengenalan tokoh
Petunjuk penggunaan
Isi cerita
Halaman aktivitas anak
cover belakang
1. Merumuskan isi buku yang akan di buat
(jalan cerita dan ilustrasi)
Buku cerita yang dibuat oleh peneliti
harus memuat karakter religius, toleransi,
bersahabat, cinta damai, peduli sosial, dan
disiplin. Dimana semua karakter ini akan
dituangkan dalam bentuk cerita dan
ilustrasi yang dapat di terima oleh anak.
cerita yang dibuat yaitu mengenai tiga
sahabat yang saling peduli satu sama lain.
Disini akan disisipkan semua karakter
tersebut dalam akivitas mereka dalam
keseharian, sehingga menjadi sebuah cerita
yang runtut.
2. Hasil rancangan isi buku cerita yang
akan di buat (jalan cerita dan ilustrasi)
Tiga tokoh utama dalam cerita
adalah anak-anak TK yang memiliki
perbedaan karakteristik, baik dari agama
dan fisik nya yang berupa warna kulit dan
jenis rambut agar mudah untuk di
ilustrasikan.
Alur cerita berdasarkan nilai karakter
yang ditamankan disusun sedemikian rupa
sehingga menghasilkan cerita seperti
berikut ini:
Religius : menunjukkan kemauan
beribadah dan saling mendoakan
kebaikan bagi orang tua dan
teman walaupun berbeda agama.
Toleransi: mau berteman dengan teman
yang berbeda agama, maupun
berbeda secara fisik, dan tidak
menghiraukan atau mengejek
perbedaan tersebut.
Bersahabat/berkomunikasi : saling peduli,
berkomunikasi yang baik dengan
teman, menjenguk teman yang
sakit, bermain bersama-sama.
Cinta damai : menunjukkan eskpresi
gembira saat bersama teman,
26
menggunkan kata-kata yang baik
saat berbicara, mengucapkan
salam saat datang ke rumah
teman, berpamitan saat akan
pergi.
Peduli sosial : membantu teman seperti
mengambilkan air minum,
membagi yang dimiliki seperti
membagi donat yang di beli
kepada teman.
Disiplin : sholat tepat waktu, bergiliran
saat bermain tabak.
3. Membuat buku cerita yang telah
dirancang
Setelah alur cerita di buat, peneliti
beserta tim ilustrator mulai membuat
gambar dari alur yang telah di buat,
sehingga jadilah dua puluh gambar,
kemudian peneliti menyusun gambar yang
telah di buat dan menuliskan narasi untuk
memperjelas alur cerita dan pesan karakter
yang akan disampaikan.
Berikut beberapa gambar yang
memuat karakter yang dirancang.
Gambar 1. Karakter Peduli Sosial dan Religius
4. Hasil validasi buku cerita
Peneliti melakukan validasi buku
cerita bedasarkan muatan karakter yang
terdapat dalam narasi dan gambar pada
buku cerita, serta melakukan validasi buku
cerita bergambar sebagai media
pembelajaran bagi anak usia dini.
Tabel 2. Hasil Validai Muatan
Karakter
Karakter yang
dikembangkan
Validator
1
Validator
2
Religius
2
3
Toleransi
3
2
Bersahabat
3
3
Cinta damai
3
3
Peduli sosial
2
3
Displin
2
3
Total
15
17
Total rata-rata
16
Kategorisasai, nilai 6 sampai dengan 9
dikategorikan kurang, Nilai 10 sampai
dengan 13 dikategorikan cukup. Nilai
14 sampai dengan 18 dikategorikan
baik.
Kesimpulan buku cerita bergambar
dapat di katakan baik, karena total rata-
ratanya mencapai skor 16, namun
demikian perlu ada beberapa perbaikan
sesuai saran validator, sehingga peneliti
melakukan revisi untuk menyempurnakan
buku tersebut, yaitu pada halaman 7 dan
18. Halaman 7 memperbaiki teks yang ada,
sedangkan halam 18 memperbaiki
gambarnya.
27
menjadi
Gambar 2. Perbaikan Teks dalam Gambar
menjadi
Gambar 3 Perbaikan Ilustrasi
Tabel 3. Hasil validasi media buku cerita bergambar
Kriteria buku cerita
Validator 1
Validator 2
Alur cerita runtut
3
3
cerita mudah difahami anak
3
3
Kalimat dapat dimengerti anak
3
3
Pemilihan kata sesuai untuk anak
3
3
Banyak kalimat di setiap halaman sesuai untuk bacaan
anak
3
3
Jenis huruf dan ukuran huruf yang digunakan sesuai untuk
bacaan anak
3
3
Gambar dapat dimengerti anak
3
3
Gambar dan warna sesuai untuk bacaan anak
3
2
Posisi gambar dan tulisan seimbang
3
3
Gambar sesuai dengan pesan / narasi yang di tuliskan
3
2
Petunjuk penggunaan buku jelas
3
3
Cover yang digunakan menarik
2
3
Total
35
34
Total rata-rata
34,5
Kategorisasi: Nilai 12 sampai dengan 19,5 dikategorikan kurang, Nilai 19,6 sampai
dengan 27,5 dikategorikan cukup, Nilai 27,6 sampai dengan 36 dikategorikan baik.
Maka dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar yang telah di buat di
ketegorikan baik gunakan sebagi media pembelajar untuk anak usia dini.
28
5. Hasil Uji coba produk Tabel 5. 18 Nilai Karakter
No
Kriteria
Jumlah anak
yang muncul
1
Dapat memunculkan banyak ide dari setiap halaman / gambar
14
2
Dapat memberikan banyak jawaban dari satu pertanyaan
terkait dengan gambar / cerita di buku
13
3
Mampu menceritakan gambar dari berbagai sudut pandang
13
4
Mampu mengekspresikan ide dari gambar dengan kalimatnya
sendiri
13
5
Mampu bercerita tanpa menghiraukan narasi yang tertulis
dalam buku namun tetap sesuai gambar
14
6
Mampu menyampaikan ide yang berbeda atau tidak terduga
dan dapat di terima
12
7
Dapat mengkombinasikan berbagai ide menjadi satu ide yang
baru
13
8
Dapat menambahkan atau memerinci suatu cerita dalam
gambar
14
9
Dapat memberikan penilaian pada gambar atau cerita yang
dibaca
2
Dari data hasil observasi di atas,
dapat disimpulkan bahwa semua ciri
kreativitas dapat dimunculkan melalui
penggunaan buku cerita bergambar
yang dibuat oleh peneliti.
6. Hasil evaluasi (E). Tujuan utama
evaluasi di sini adalah untuk
mengetahui keefektifan buku cerita
dalam memunculkan semua aspek
kreativitas anak.
Berdasarkan data observasi mengenai
ciri dari kreativitas anak ketika belajar
menggunakan buku cerita bergambar
yang dibuat oleh peneliti, semua ciri
kreativitas dapat dimunculkan, namun
untuk mengoptimalkan fungsi dari
buku ini, peran guru dan orang tua
sangat besar yaitu harus mengikuti
atau melakukan semua petunjuk
penggunaan buku, dengan kata lain,
buku akan lebih efektif jika digunakan
anak bersama dengan pendidik baik itu
guru maupun orang tua.
Pembahasan
Setelah peneliti melakukan prosedur
langkah-langkah pembuatan buku cerita
bergambar untuk anak. Didapatkan hasil
yang baik, secara umum buku cerita
bergambar yang dibuat oleh peneliti telah
memunculkan nilai karakter yang baik bagi
anak dan dapat memunculkan lima ciri
berfikir kreatif.
Kementrian pendidikan nasional
mulai tahun 2011 telah menetapkan 18
nilai karakter yang di harus ditanamkan
pada anak, yaitu religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, nasionalis,
cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
Berdasarkan hasil validasi yang telah
dilakukan, buku cerita bergambar yang
dikembangkan oleh peneliti memuat
beberapa nilai karakter di atas, yaitu
religius, toleransi, bersahabat, cinta damai,
peduli sosial, dan disiplin. Karakter-
29
karakter tersebut disampaikan melalui alur
cerita yang dibuat. Selain karakter yang
dimunculkan dalam alur cerita, peneliti
juga melatihkan karakter kreatif pada anak
melalui kegiatan yang dilakukan
menggunakan buku cerita yang dibuat
peneliti yang disampaikan melalui
petunjuk penggunaan buku.
Sesuai dengan pendapat munandar
(1992) bahwa ciri kreativitas yang terkait
dengan kemampuan berfikir yaitu memiliki
ciri mampu befikir lancar, luwes, original,
elaboratif, dan evaluatif. Oleh sebab itu
peneliti menyusun petunjuk penggunaan
buku berdasarkan kelima ciri di atas.
Setelah melakukan uji coba secara klasikal
di kelompok anak TK B, ternyata semua
ciri tersebut berhasil dimunculkan oleh
anak. Walau tidak setiap anak
memunculkan semua ciri kreativitas
tersebut, karena kemunculan ciri
kreativitas tersebut sangat bergantung dari
kreativitas anak masing-masing. Namun
dengan mengikuti petunjuk penggunaan
yang telah peneliti sisipkan dalam buku
cerita bergambar, kelima kemampuan
tersebut dapat di asah dan dikembangkan
oleh guru maupun orang tua.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Buku cerita bergambar yang dibuat
peneliti telah memuat nilai karakter
religius, toleransi, bersahabat, cinta damai,
peduli sosial, dan disiplin, selain itu
dengan mengikuti petunjuk penggunaan
buku, maka ciri kreativitas seperti
kemampuan berfikir lancar, luwes,
original, elaboratif, dan evaluatif dapat
dimunculkan pada anak.
Saran
Walau tidak setiap anak
memunculkan semua ciri kreativitas
tersebut, karena kemunculan ciri
kreativitas tersebut sangat bergantung dari
kreativitas anak masing-masing. Namun
dengan mengikuti petunjuk penggunaan
yang telah peneliti sisipkan dalam buku
cerita bergambar, kelima kemampuan
tersebut dapat di asah dan dikembangkan
oleh guru maupun orang tua.
DAFTAR RUJUKAN
Ain, F.A. 2011. Patiseri jilid 2. Jakarta:
direktorat pembinaan sekolah
kejuruan.
DeRoche, Edward. 2009. The What, Why,
and How of Character Education.
http://www.csee.org/products/ 108
Kementerian Pendidikan Nasional,
dalam Suyadi. 2013. Strategi
Pemebelajaran Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Lickona, T. & Matthew Davidson. 2005.
Smart & good high schools:
Integrating excellence and ethics for
success in school, work, and beyond.
Cortland, NY: The Character
Education Partnership.
www.cortland.edu/character/hi
ghschool.
Muh. Nur Mustakim. (2005). Peranan
Cerita Pembentukan Perkembangan
Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Sastra
Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press..
Sadiman. 2012. Media pendidikan
(pengertian, pengembangaan, dan
pemanfaatannya. Jakarta: Grafindo
Persada
Sugiono. 2011. Metode penelitian
pendidikan (pendekatan kualitatif,
kuantitatif, dan R&D). Bandung :
alfabeta.
Tarigan. (1985). Prinsip-prinsip Dasar
Sastra. Bandung: Angkasa.
30
Piaget, Jean. 1965. The Moral Judgment of
The Child. New York: The Free
Press.
Power, F. C.; Higgins, A., & Kohlberg, L.
1989. Lawrence Kohlberg's
Approach to Moral Education. New
York: Columbia University Press.