Conference PaperPDF Available

ANALISIS RESIKO PORTOFOLIO DAN ASET BEBAS RESIKO TERHADAP PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL

Authors:
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

Abstract

Based on the theory of risk and return, an investor have option as diversify or spread of the investment in several different stocks, which logically can reduce the risk to be faced as well as get the expected return. The outhor would like to conduct research to determine the optimal portofolio and analyze the level of risk and yield will be obtained sub Sector Cement and sub Sector Metal and Allied products shares. Shares of stock selected from the index based on its movement during the period of January 2011 - December 2014. Data used in this study is secondary data obtained from Indonesian stock exchange (IDX). Analysis technique using a formula that is used to determine the optimal portofolio. Starts from calculating the level of risk and stock returns to determine the appropriate entry through the calculation of the optimal portofolio members of the ERB. Shares of Sub Sector Cement period of 2011 - 2014 which has the highest rate of return is the stock SMGR amounting 0,014590 and the lowest is SMCB amounting 0,004651. while those with the highest beta stocks sub sector cement period 2011 – 2014 is the stock SMCB amounting 1,608582252. Shares of Sub Sector Metal and Allied Products period of 2011 - 2014 which has the highest rate of return is the stock ITMA amounting 0,186661 and the lowest is NIKL amounting 0,021686. while those with the highest beta stocks sub sector Metal and Allied Products period 2011 – 2014 is the stock ALMI amounting 1,2531439. Since the first returns and beta followed by calculating the excess return to beta. ERB to determine which stocks are included members of the portofolio, For the year 2011 – 2014 during the study periode according stocks sub Sector Cement is the stock INTP amounting 0,5066%, SMGR amounting 0,4592%, Stocks Sub Sector Metal and Allied Products is stock INTP amounting 0,5066%, SMGR amounting 0,4592%, BTON amounting 1,0759%, CTBN amounting 93,0569%, INAI amounting 1,6639%, ITMA amounting 328,8603%, JKSW amounting 7,9096%, LION amounting4,7398%, LMSH amounting 2,8467%. Keywords : Expected Return, Risk, Optimum Portfolio of Share.
1
ANALISIS RESIKO PORTOFOLIO DAN ASET BEBAS
RESIKO TERHADAP PEMBENTUKAN PORTOFOLIO
OPTIMAL
Helen Maria Bintang dan Nusa Muktiadji
ABSTRACT
Based on the theory of risk and return, an investor have option as diversify or
spread of the investment in several different stocks, which logically can reduce the
risk to be faced as well as get the expected return. The outhor would like to conduct
research to determine the optimal portofolio and analyze the level of risk and yield will
be obtained sub Sector Cement and sub Sector Metal and Allied products shares.
Shares of stock selected from the index based on its movement during the period of
January 2011 - December 2014. Data used in this study is secondary data obtained
from Indonesian stock exchange (IDX). Analysis technique using a formula that is used
to determine the optimal portofolio. Starts from calculating the level of risk and stock
returns to determine the appropriate entry through the calculation of the optimal
portofolio members of the ERB.
Shares of Sub Sector Cement period of 2011 - 2014 which has the highest rate
of return is the stock SMGR amounting 0,014590 and the lowest is SMCB amounting
0,004651. while those with the highest beta stocks sub sector cement period 2011
2014 is the stock SMCB amounting 1,608582252.
Shares of Sub Sector Metal and Allied Products period of 2011 - 2014 which
has the highest rate of return is the stock ITMA amounting 0,186661 and the lowest is
NIKL amounting 0,021686. while those with the highest beta stocks sub sector Metal
and Allied Products period 2011 2014 is the stock ALMI amounting 1,2531439. Since
the first returns and beta followed by calculating the excess return to beta. ERB to
determine which stocks are included members of the portofolio, For the year 2011
2014 during the study periode according stocks sub Sector Cement is the stock INTP
amounting 0,5066%, SMGR amounting 0,4592%, Stocks Sub Sector Metal and Allied
Products is stock INTP amounting 0,5066%, SMGR amounting 0,4592%, BTON
amounting 1,0759%, CTBN amounting 93,0569%, INAI amounting 1,6639%, ITMA
amounting 328,8603%, JKSW amounting 7,9096%, LION amounting4,7398%, LMSH
amounting 2,8467%.
Keywords : Expected Return, Risk, Optimum Portfolio of Share.
PENDAHULUAN
Saat ini dengan adanya prinsip pasar bebas, investasi dalam bentuk apapun
mulai diminati oleh masyarakat di Indonesia. Investasi sering juga disebut penanaman
modal atau pembentukan modal. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Jadi sebuah
pengeluaran dapat dikatakan sebagai investasi jika ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan produksi. Investasi merupakan hal yang penting dalam perekonomian.
Investasi pada saham menawarkan tingkat pertumbuhan keuntungan yang
cepat dengan risiko yang juga sebanding. Untuk memperoleh tingkat return yang
tinggi, maka investor harus berani menanggung risiko yang tinggi juga. Oleh karena
itu, pemodal harus berhati-hati dalam menentukan saham mana yang akan dipilihnya
untuk berinvestasi. Resiko sendiri didefinisikan sebagai peluang bahwa beberapa
2
kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi. Dalam konteks manajemen
investasi, resiko merupakan kemungkinan untuk mengalami kerugian karena
ketidakpastian pengembalian dimasa yang akan datang. Dengan adanya
ketidakpastian, berarti investor akan memperoleh keuntungan yang belum pasti
nilainya.
Pada dasarnya setiap investasi mengandung unsur ketidakpastian, investor
tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi yang
dilakukannya. Dari segi ketidakpastian memperoleh keuntungan, investasi dapat
dibagi menjadi dua yaitu ; investasi bebas resiko dan investasi beresiko. Investasi
bebas resiko adalah investasi yang akan memperoleh return secara pasti, namun
return yang didapatnya relative kecil misalnya seperti membeli obligasi, maka jasa
bunga yang diberikan kepada pemiliknya adalah pasti, tanpa memperhatikan apakah
perusahaan yang mengeluarkan obligasi itu untung atau tidak. Sedangkan investasi
beresiko dapat menawarkan return yang lebih besar dari investasi yang bebas resiko,
tapi tingkat resikonya pun tinggi. Misalnya pada saham, return yang diberikan tidak
pasti, karena dipengaruhi fluktuasi kondisi perusahaan yang bisa membawa untung
tapi bisa juga rugi.
Dalam membentuk suatu portofolio, akan timbul suatu masalah.
Permasalahannya adalah terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat
dibentuk dari kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Berdasarkan uraian
latar belakang tersebut penulis tertarik untuk memilih judul penelitian yaitu, “Analisis
Resiko Portofolio dan Aset Bebas Resiko Terhadap Pembentukan Portofolio
Optimal”.
Identifikasi Masalah
Dengan menganalisis Resiko Portofoliodan Aset Bebas Resiko Terhadap
Pembentukan Portofolio Optimal, maka dapat Diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Resiko Portofolio pada masing-masing saham sub sektor semen
dan saham sub sektor logam ?
2. Bagaimana tingkat pengembalian dari SBI ?
3. Bagaimana Portofolio optimal pada masing-masing saham sub sektor semen
dan saham sub sektor logam ?
4. Bagaimana Hubungan Resiko Portofolio dan SBI terhadap Portofolio Optimal
pada saham sub sektor semen dan sub sektor logam ?
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian adalah :
Maksud dari penulis adalah untuk meneliti dan membuktikan pengaruh dari
Resiko portofolio dan asset bebas resiko dalam membentuk portofolio optimal. Selain
itu untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap agar dapat dijadikan kajian
dalam penulisan Skripsi.
Tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui Resiko Portofolio pada masing-masing saham sub sektor
semen dan sub sektor logam.
2. Untuk mengetahui tingkat pengembalian dari SBI.
3. Untuk mengetahui hubungan portofolio optimal pada masing-masing saham
sub sektor semen dan sub sektor logam.
4. Untuk Mengetahui Hubungan Resiko Portofolio dan SBI terhadap Portofolio
Optimal pada saham sub sektor semen dan sub sektor logam.
Tinjauan Pustaka
Resiko Portofolio
Risiko adalah penyimpangan atas tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor yang memungkinkan investor untuk menderita kerugian. Portofolio
merupakan kumpulan dari instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu
sasaran umum investasi.
Aset Bebas Resiko
Aset bebas resiko merupakan asset yang tingkat returnnya di masa depan
sudah bisa dipastikan pada saat ini, dan ditunjukan oleh varian return yang sama
dengan nol.
3
Portofolio Optimal
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Jogiyanto (2013,362)
mengatakan bahwa menurut Sharpe “Untuk menentukan portofolio optimal diperlukan
satu kriteria untuk mengukur suatu saham yang masuk dalam portofolio optimal.”
Kerangka Konseptual
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Konseptual
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari penelitian yang dilakukan
dan hanya berdasarkan teori-teori yang di dapat penyusun belum berdasarkan
penelitian langsung / riset perusahaan. Ada pun hipotesisnya sebagai berikut :
1. Tingkat risiko berpengaruh terhadap pembentukan portofolio optimal.
2. Tingkat pengembalian saham berpengaruh terhadap pembentukan
portofolio optimal
3. Tingkat risiko dan tingkat pengembalian saham saling berpengaruh.
4. Tingkat risiko dan tingkat pengembalian saham berpengaruh dalam
melakukan investasi.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Dengan melalui
penelitian kuantitatif ini peneliti dapat mendiskripsikan terhadap permasalahan yang
akan diteliti melalui angka-angka perhitungan berdasarkan rumus-rumus yang
digunakan. Pemilihan jenis penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk
menjelaskan bagaimana Resiko Portofolio dan Asset Bebas Resiko terhadap
Pembentukan Portofolio Optimal.
Operasional Variabel
Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data ini dalam membentuk portofolio
optimal dan proporsi dana adalah sebagai berikut :
Investasi
Pasar Modal
Portofolio Investasi
Resiko
Portofolio
Aset Bebas
Resiko
Portofolio Optimal
Analisis
Kesimpulan
4
1. Risiko merupakan ketidakpastian atas imbal hasil yang akan kita terima. Rumus
dari varians saham adalah sebagai berikut :
σ

󰇜󰇟󰇠
Standar deviasi dari suatu saham dihitung dengan rumus berikut.
σ󰇛󰇛󰇜󰇜
2. Tingkat pengembalian saham adalah selisih antara harga penutupan dengan
harga pembukaan, dengan harga penutupan yang dihitung secara harian dengan
menggunakan satuan rupiah dan diberi simbol Ri dengan rumus :
󰇛󰇜

Sementara itu, perhitungan return dari pasar menggunakan rumus :
󰇛󰇜

Dan untuk perhitungan return ekspektasi dari saham dan pasar adalah sebagai
berikut :
󰇛󰇜 = 
󰇛󰇜 = 
3. Menentukan kovarian
 󰇛󰇛󰇜󰇛󰇛󰇜
 ρ 󰇛󰇜
σσ
4. Beta (
i
) merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap
return pasar. Rumus beta adalah :
β󰇛󰇜
σ
5. Menghitung unsystematic risk
6. Menentukan portofolio optimal dan proporsi dana pada portofolio yang tersedia.
Pada penghitungan proporsi dana ini menggunakan cut off rate. Langkah cut off
rate adalah sebagai berikut .
a) Menentukan nilai ERBi (excess return to beta)
i
RRiE
ERBi
BR
keterangan:
ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i
E(Ri) = return ekpektasi berdasarkan model CAPM sekuritas ke-i
RBR = return aktiva bebas risiko (SBI)
i = Beta sekuritas ke-i
b) Mengurutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke
nilai ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas dengan nilai ERB terbesar
merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal.
c) Menghitung nilai Ci yaitu nilai C untuk sekuritas ke-i
󰇛󰇜




Dimana  dicari dengan rumus :
5
σ 
Ei dicari dengan rumus 󰇛󰇜, dan rumusnya adalah
󰇛󰇜󰇛󰇛󰇜.
d) Menentukan besarnya cut of point (C*)
Besarnya cut-off point (C*) adalah nilai Ci nilai ERB terakhir kali masih
lebih besar dari nilai Ci
e) Menentukan sekuritas-sekuritas yang membentuk fortofolio optimal
Nilai ERB = ERB di titik C*
f) Menentukan proporsi ke masing-masing sekuritas dalam portofolio
besarnya proporsi untuk sekuritas ke-i adalah sebagai berikut:



Keterangan:
C* = nilai cut of point yang merupakan nilai Ci terbesar.
i = beta sekuritas ke-i
ei2 = varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i
ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i
Setelah persentase dari proporsi dana atas tiap-tiap saham dalam portofolio
optimal didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung :
1. Beta Portofolio
β = Xi.β
2. Expected Return Portofolio
E(Rp) = 󰇛)
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Indikator
Skala/Ukuran
Risiko
Beta Portofolio
Rasio
Asset Bebas Resiko
SBI
Rasio
Proporsi Dana
Xi
Rasio
Portofolio Optimal
ERB
Ci
Rasio
Cara pengumpulan data yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data-
data yang diperlukan adalah melalui studi kepustakaan (library research) dengan
membaca dan mempelajari bahan-bahan literature yang berhubungan dengan topik
penelitian yang dibahas.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif
dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Data-data yang diperlukan
adalah.
6
1. Harga saham Individu dan harga IHSG
Harga saham individu dan harga IHSG adalah data yang diperlukan untuk
menghitung tingkat imbal hasil dan risiko dari saham dan IHSG. Harga saham
individu dan IHSG diambil berdasar pada 4 periode setiap bulan ( satu tahun)
yaitu Januari-Desember pada tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
SBI yang bisa disebut juga dengan suku bunga bebas risiko (Rf) adalah data yang
diperlukan untuk menyeleksi saham terbaik dengan menghitung excess return
atau premi risiko dengan mengurangi return ekspektasi dengan Rf.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Saham Pilihan
Pada sektor Industri dasar kimia penulis mengambil sampel hanya 2 sub
sektor yaitu sektor semen dan sektor logam yang memiliki harga saham dari
Desember 2010 sampai dengan Desember 2014 adapun saham tersebut terdiri dari,
Sub Sektor Semen yaitu Saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa, TBK (INTP), PT.
Semen Gresik (Persero), Tbk (SMGR), PT. Holcim Indonesia, TBK (SMCB). Sub Sektor
Logam yaitu Saham PT. Alakasa Industrindo Tbk (ALKA), PT. Alumindo Light Metal
Industry Tbk (ALMI), PT. Betonjaya Manunggal Tbk (BTON), PT. Citra Tubindo Tbk
(CTBN), PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST), PT. Indal Aluminium Industry Tbk
(INAI), PT. Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA), PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
(JKSW), PT. Jaya Pari Steel Tbk (JPRS), PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), PT.
Lion Metal Works Tbk (LION), PT. Lionmesh Prima Tbk (LMSH), PT. Pelat Timah
Nusantara Tbk (NIKL), PT. Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO), PT. Tembaga Mulia
Semanan Tbk (TBMS).
Perhitungan Return Saham Sub Sektor Semen dan Logam
Setiap investor sebelum melakukan investasi pasti akan memperhitungkan risk
(resiko) ataupun expected return (tingkat pengembalian investasi yang diharapkan).
Untuk mengetahui besarnya risk dan expected return saham dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
σ󰇛󰇛󰇜󰇜
Berikut adalah Perhitungan Expected Return Saham Sub Sektor Semen dan
Saham Sub Sektor Logam :
Expected Return Saham Sub Sektor Semen
Tahun 2011-2014
Saham
Expected Return
INTP
0,012961
SMCB
0,004651
SMGR
0,014590
MIN
0,004651
MAX
0,014590
RATA-RATA
0,010734
1
1
t
tt
iP
PP
R
n
RER
N
iii
i
1
2
2
n
R
RE
N
ii
i
1
7
Pada table diatas dijelaskan bahwa nilai Expected Return tertinggi
terdapat pada saham SMGR yaitu sebesar 0,014590 kemudian Expected Return
terkecil terdapat pada saham SMCB yaitu sebesar 0,004651 dan rata-rata Expected
Return pada saham sub sektor semen diperoleh sebesar 0,010734.
Expected Return Saham Sub Sektor Logam
Tahun 2011-2014
Saham
Expected Return
ALKA
0,006954
ALMI
-0,003317
BTON
0,017485
CTBN
0,024304
GDST
-0,006581
INAI
0,019721
ITMA
0,186662
JKSW
-0,009051
JPRS
-0,013980
KRAS
-0,016111
LION
0,025379
LMSH
0,015614
NIKL
-0,021686
PICO
0,001311
TBMS
0,010751
MIN
-0,021686
MAX
0,186661
Rata-rata
0,015830
Pada tabel 4.2 dijelaskan bahwa nilai Expected Return tertinggi terdapat
pada saham ITMA yaitu sebesar 0,186661 kemudian Expected Return terkecil
terdapat pada saham NIKL yaitu sebesar -0,021686 dan rata-rata Expected
Return pada saham sub sektor logam diperoleh sebesar 0,015830.
Perhitungan risiko sistematik saham (BETA)
Risiko sistematik ini dapat diukur dengan menggunakan beta. Beta adalah
ukuran sensitivitas atau kepekaan saham terhadap pergerakan pasar. Rumus
untuk menghitung beta adalah sebagai berikut:
β󰇛󰇜
σ
Perhitungan Beta Saham Sub Sektor Semen
Saham
Beta
INTP
1,028737771
SMCB
1,608582252
SMGR
1,489486796
Perhitungan Beta Saham Sub Sektor Logam
Saham
Beta
ALKA
0,07697878
ALMI
1,25314389
BTON
0,90477751
CTBN
0,01778944
GDST
0,94456912
INAI
0,71942158
ITMA
0,05440357
JKSW
-0,21240827
JPRS
0,82400000
8
KRAS
0,88638691
LION
0,37192769
LMSH
0,27625961
NIKL
0,75744759
PICO
0,64465715
TBMS
-0,01897151
MIN
-0,21240827
MAX
1,25314389
Rata-rata
0,50002554
Pada tabel diatas bisa dilihat bahwa saham Sub Sektor Semen memiliki nilai
beta diatas 1(βi>1), yang berarti saham tersebut dapat di indikasikan sebagai saham
yang agresif. Artinya apabila return pasar berubah, maka return saham tersebut akan
mengalami perubahan yang lebih besar dari return pasar. Pada saham Sub Sektor
Logam hanya satu saham yang memiliki beta diatas 1. Sedangkan untuk saham yang
memiliki nilai beta dibawah 1 (βi<1) berarti saham tersebut adalah saham yang
kurang sensitif terhadap perubahan pasar, dalam hal ini perubahan pasar masih lebih
besar daripada perubahan return saham.
Asset Bebas Risiko (SBI)
Langkah selanjutnya adalah menghitung tingkat pengembalian dari asset
bebas risiko (risk free asset) dengan menggunakan suku bunga dari sertifikat bank
Indonesia (SBI), dengan asumsi bahwa SBI merupakan sertifikat yang bebas risiko.
Untuk menghitung risk free rate dilakukan secara tahunan dan dari data yang
ada SBI di tahun 2014 sebesar 7,75%, yang artinya apabila investor menanamkan
modalnya pada SBI dengan jangka waktu satu tahun, maka return rata-rata per tahun
investor akan memperoleh bunga sebesar 7,75% dari total dana yang diinvestasikan.
Dalam penelitian ini, karena pengolahan data dari saham yang
digunakan adalah SBI tahun 2014, maka risk free rate yang digunakan untuk
menghitung portofolio optimal sebesar 7,75%.
Excess return to Beta (ERB)
Excess return to beta adalah kelebihan return saham atas return aset bebas
risiko (SBI) yang dibandingkan dengan beta. Excess return to beta juga merupakan
angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam
kombinasi portofolio optimal atau tidak. Portofolio yang optimal adalah portofolio yang
nilai ERB sekuritasnya lebih besar dibanding cut off. Dalam menghitung ERB rumusnya
adalah sebagai berikut .
i
RRiE
ERBi
BR
Perhitungan Excess Return to Beta
Saham Sub Sektor Semen
Saham
E(Ri)
Rf
Bi
ERB
INTP
1,2961%
0,7750%
102,8738%
0,5066%
SMGR
1,4590%
0,7750%
148,9487%
0,4592%
SMCB
0,4651%
0,7750%
160,8582%
-0,1927%
Berdasarkan pada perhitungan excess return to beta di tahun 2013, ada 2
saham terpilih yang memiliki nilai ERB yang positif. Nilai ERB yang positif
menunjukkan bahwa tingkat expectation return dari 2 saham pada tahun 2011-2014
ini, mempunyai return yang lebih tinggi di banding return aset bebas risiko dan
memiliki nilai beta yang positif. Sedangkan untuk saham SMCB yang memiliki nilai ERB
yang negatif, saham tersebut mempunyai expectation return yang lebih rendah
9
daripada return aset bebas risiko, tetapi saham ini memiliki nilai beta yang positif dan
menghasilkan ERB yang negatif.
Perhitungan Excess Return to Beta
Saham Sub Sektor Logam
Saham
E(Ri)
Rf
Bi
ERB
ITMA
18,666%
0,775%
5,440%
328,8603%
CTBN
2,430%
0,775%
1,779%
93,0569%
JKSW
-0,905%
0,775%
-21,241%
7,9096%
LION
2,538%
0,775%
37,193%
4,7398%
LMSH
1,561%
0,775%
27,626%
2,8467%
INAI
1,972%
0,775%
71,942%
1,6639%
BTON
1,749%
0,775%
90,478%
1,0759%
ALMI
-0,332%
0,775%
125,314%
-0,8831%
PICO
0,131%
0,775%
64,466%
-0,9988%
ALKA
0,695%
0,775%
7,698%
-1,0336%
GDST
-0,658%
0,775%
94,457%
-1,5172%
JPRS
-1,398%
0,775%
82,400%
-2,6371%
KRAS
-1,611%
0,775%
88,639%
-2,6920%
NIKL
-2,169%
0,775%
75,745%
-3,8863%
TBMS
1,075%
0,775%
-1,897%
-15,8185%
Berdasarkan pada perhitungan excess return to beta di tahun 2011 2014
pada Sub-Sektor Semen, ada 7 saham terpilih yang memiliki nilai ERB yang positif.
Nilai ERB yang positif menunjukkan bahwa tingkat expectation return dari 7 saham
pada tahun sub sektor ini, mempunyai return yang lebih tinggi di banding return aset
bebas risiko dan memiliki nilai beta yang positif. Sedangkan untuk saham yang
memiliki nilai ERB yang negatif yaitu ALKA, ALMI, GDST, JPRS, KRAS, NIKL, PICO, dan
TBMS saham tersebut mempunyai expectation return yang lebih rendah daripada
return aset bebas risiko, saham ini memiliki nilai beta yang positif sehingga
menghasilkan ERB yang negatif, kecuali saham TBMS memiliki expectation return yang
lebih tinggi daripada return aset bebas risiko, tetapi saham ini memiliki nilai beta yang
negatif sehingga menghasilkan ERB yang negatif pula.
Saham dengan nilai ERB terbesar adalah saham ITMA yaitu sebesar
328,8603%. Angka ERB yang paling besar dari ITMA ini dikarenakan ITMA memiliki
tingkat expected return yang cukup tinggi dengan nilai beta yang kecil dibanding
walaupun terdapat nilai beta yang lebih kecil yaitu saham CTBN. Sementara itu,
saham yang memiliki nilai ERB terendah adalah saham TBMS yaitu sebesar -
15,8185%. Nilai ERB yang kecil ini disebabkan karena TBMS memiliki nilai beta negatif
yaitu sebesar -1.897%.
Tabel Perhitungan Cut Off Rate tahun 2011-2014
Saham


󰇛󰇜


INTP
0,005066
0,908941
179,4322
SMGR
0,004592
3,488857
759,7193
SMCB
-0,00193
-0,79491
412,5958
ALKA
-0,01034
-0,006067
0,5870019
ALMI
-0,00883
-1,460730
165,40619
BTON
0,01076
0,475608
44,205418
CTBN
0,93057
0,014289
0,0153548
10
GDST
-0,01517
-4,095113
269,91719
INAI
0,01664
0,729987
43,871546
ITMA
3,28860
0,010220
0,0031077
JKSW
0,07910
0,194890
2,4639794
JPRS
-0,02637
-2,814182
106,71517
KRAS
-0,02692
-6,895029
256,13445
LION
0,04740
0,428077
9,0314472
LMSH
0,02847
0,103958
3,651912
NIKL
-0,03886
-8,087241
208,09761
PICO
-0,00999
-0,386868
38,733221
TBMS
-0,15818
-0,002784
0,0175979
󰇛󰇜


Ci
0,908941218
179,4322471
0,0011582
4,397798283
939,1515172
0,0028474
3,602886052
1351,747349
0,0018410
-0,006067
0,587002
(0,0000584)
-1,466798
165,993187
(0,0058962)
-0,991190
210,198605
(0,0037710)
-0,976901
210,213960
(0,0037452)
-5,072015
480,131151
(0,0074507)
-4,342028
524,002696
(0,0071575)
-4,331808
524,005804
(0,0082495)
-4,136917
526,469783
(0,0070942)
-6,951099
633,184955
(0,0091186)
-13,846129
889,319402
(0,0126875)
-13,418052
898,350849
(0,0138981)
-13,314094
902,002761
(0,0139906)
-21,401335
1110,100369
(0,0159615)
-21,788203
1148,833590
(0,0175755)
-21,790987
1148,851188
(0,0181611)
Pada perhitungan tabel diatas, didapatkan nilai cut off untuk masing-masing
saham pilihan di tahun 2011. Diawali dengan menghitung excess return to beta pada
kolom 2, lalu dilanjutkan dengan menghitung return dikurangi dengan return aset
bebas risiko lalu dikalikan beta dan dibagi risiko tidak sistematik pada kolom 3.
Setelah itu menghitung beta yang telah dikuadratkan dibagi dengan risiko tidak
sistematik pada kolom 4. Selanjutnya, pada kolom 5 dan 6 merupakan hasil
penjumlahan dari kolom 3 dan 4, setelah itu barulah didapatkan cut off untuk masing-
masing saham. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, portofolio optimal adalah
portofolio yang saham-sahamnya memiliki nilai ERB yang lebih tinggi dari cut off atau
ERB > Ci, sedangkan untuk saham-saham yang memiliki nilai ERB < Ci maka saham
tersebut tidak dapat dijadikan anggota untuk pembentukan portofolio optimal. Oleh
karena itu, proses selanjut nya adalah membandingkan ERB dari saham terpilih
dengan nilai cut off nya.
Tabel Penentuan Portofolio Optimal tahun 2011-2014
11
Saham
ERB
Ci
Keterangan
ITMA
3,288600
-0,008250
Masuk
CTBN
0,930570
-0,003745
Masuk
JKSW
0,079100
-0,007094
Masuk
LION
0,047400
-0,013898
Masuk
LMSH
0,028470
-0,013991
Masuk
INAI
0,016640
-0,007158
Masuk
BTON
0,010760
-0,003771
Masuk
INTP
0,005066
0,001158
Masuk
SMGR
0,004592
0,002847
Masuk
SMCB
0,001930
0,001841
Tidak
ALMI
0,008830
-0,005896
Tidak
PICO
0,009990
-0,017576
Tidak
ALKA
0,010340
-0,000058
Tidak
GDST
0,015170
-0,007451
Tidak
JPRS
0,026370
-0,009119
Tidak
KRAS
0,026920
-0,012688
Tidak
NIKL
0,038860
-0,015962
Tidak
TBMS
0,158180
-0,018161
Tidak
Dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2011-2014 pada sub
sektor saham Semen terdapat 2 saham yang memiliki nilai ERB lebih besar dari cut
off, yaitu saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), dan PT. Semen Gresik
Tbk (SMGR). Hal ini berarti bahwa kedua saham tersebut dapat dijadikan sebagai
portofolio optimal. Sementara itu 1 saham lainnya yaitu saham PT. Holcim Indonesia
Tbk (SMCB), memiliki nilai ERB yang lebih kecil dibanding cut off nya. Hal ini
menunjukan bahwa saham tersebut tidak dapat dimasukan ke dalam pembentukan
portofolio optimal. Saham PT. Semen Gresik Tbk (SMGR) adalah saham yang memiliki
nilai cut off terbesar sekaligus sebagai batas saham yang dapat dijadikan portofolio
optimal pada tahun 2011-2014 yaitu sebesar 0,00284746.
Pada Sub Sektor Saham Logam terdapat 7 saham yang memiliki nilai ERB
lebih besar dari cut off, yaitu saham PT. Betonjaya Manunggal Tbk (BTON) PT. Citra
Tubindo Tbk (CTBN) PT. Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) PT. Sumber Energi
Andalan Tbk (ITMA) PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk (JKSW) PT. Lion Metal Works
(LION) PT. Lionmesh Prima Tbk (LMSH). Hal ini berarti bahwa ketujuh saham tersebut
dapat dijadikan sebagai portofolio optimal. Sementara itu 8 saham lainnya yaitu
saham PT. Alakasa Industrindo Tbk (ALKA), PT. Alumindo Light Mmetal Industry Tbk
(ALMI), PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST), PT. Jaya Pari Steel (JPRS), PT.
Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT. Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT. Pelangi Indah
Canindo Tbk (PICO), PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) memiliki nilai ERB yang
lebih kecil dibanding cut off nya. Hal ini menunjukan bahwa saham tersebut tidak
dapat dimasukan ke dalam pembentukan portofolio optimal. Saham PT. Alakasa
Industrindo Tbk (ALKA) adalah saham yang memiliki nilai cut off terbesar sekaligus
sebagai batas saham yang dapat dijadikan portofolio optimal pada tahun 2011-2014
yaitu sebesar -0,0000584.
Menentukan Proporsi Dana
12
Setelah saham-saham yang masuk ke dalam portofolio optimal didapat, maka
proses selanjutnya adalah menentukan proporsi dana yang akan diinvestasikan pada
masing-masing saham yang ada dalam portofolio optimal. Akan tetapi sebelumnya
perlu dihitung terlebih dahulu Zi yaitu nilai investasi relatif pada saham, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.


C* adalah nilai cut off dari saham yang terakhir melebihi Excess return to beta
(ERB). Setelah itu, tahap selanjutnya adalah menghitung proporsi dana yang akan
diinvestasikan pada masing-masing saham. Rumus nya adalah sebagai berikut.

Tabel Perhitungan Zi Sub Sektor Saham Semen
Saham

ERB
C*
Zi
INTP
179,4322
0,005066
0,002847
0,398015927
SMGR
759,7193
0,004592
0,002847
1,325590453
Jumlah
1,72360638
Tabel Perhitungan Proporsi Dana Sub Sektor Semen
Saham
Zi
Xi
INTP
0,398015927
23,09%
SMGR
1,325590453
76,91%
Total
1,72360638
100.000%
Dari hasil perhitungan proporsi dana diatas, pada tahun 2011-2014 didapatkan
hasil bahwa porsi dana yang akan diinvestasikan pada saham PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk (INTP) adalah sebesar 23,09%, saham PT. Semen Gresik Tbk (SMGR)
sebesar 76,91%, Saham dengan proporsi dana yang paling besar adalah saham SMGR
sebesar 76,91% dan saham dengan porsi dana yang paling kecil adalah saham INTP
dengan porsi dana 23,09%.
Tabel Perhitungan Zi Saham Sub Sektor Logam
Saham

ERB
C*
Zi
BTON
44,2054179
0,010759
-0,0000584
0,478190203
CTBN
0,0153548
0,930569
-0,0000584
0,014289634
INAI
43,8715456
0,016639
-0,0000584
0,732550351
ITMA
0,0031077
3,288603
-0,0000584
0,010220092
JKSW
2,4639794
0,079096
-0,0000584
0,195034127
LION
9,0314472
0,047398
-0,0000584
0,428604299
LMSH
3,6519120
0,028467
-0,0000584
0,104171173
Jumlah
1,96305988
Tabel 4.22
Tabel Perhitungan Proporsi Dana Sub Sektor Logam
Saham
Zi
Xi
BTON
0,478190203
24,36%
CTBN
0,014289634
0,73%
INAI
0,732550351
37,32%
ITMA
0,010220092
0,52%
JKSW
0,195034127
9,94%
13
LION
0,428604299
21,83%
LMSH
0,104171173
5,31%
Total
1,96305988
100,00%
Dari hasil perhitungan proporsi dana diatas, pada tahun 2011-2014 didapatkan
hasil bahwa porsi dana yang akan diinvestasikan pada saham PT. Betonjaya
Manunggal Tbk (BTON) adalah sebesar 24,36%, saham PT. Citra Tubindo Tbk (CTBN)
sebesar 0,73%, saham PT. Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) sebesar 37,32%,
saham PT. Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) sebesar 0,52%, saham PT. Jakarta
Kyoei Steel Works Tbk (JKSW) sebesar 9,94%, saham PT. Lion Metal Works Tbk
(LION) sebesar 21,83%, saham PT. Lionmesh Prima Tbk (LMSH) sebesar 5,31%.
Saham dengan proporsi dana yang paling besar adalah saham INAI sebesar 37,32%
dan saham dengan porsi dana yang paling kecil adalah saham ITMA dengan porsi dana
0,52%.
Menentukan Expected Return Portofolio dan Beta Portofolio
Expected return portofolio adalah tingkat imbal hasil yang diharapkan oleh
investor atas dana yang diinvestasikan ke dalam portofolio optimal. Untuk mengetahui
expected return dari dana yang diinvestasikan pada portofolio optimal maka dapat
digunakan rumus.
󰇛󰇜β󰇛󰇛󰇜)
Keterangan :
Rf = tingkat suku bunga bebas Risiko
Bp= Beta portofolio. Beta portofolio dicari dengan rumus β = Xi.β
E(Rm)= expected return market
Tabel Perhitungan Beta Portofolio Saham Sub Sektor Logam
Saham
Xi
Bi
Xi.Bi
BTON
24,36%
0,90477751
0,22039865
CTBN
0,73%
0,01778944
0,00012949
INAI
37,32%
0,71942158
0,26846483
ITMA
0,52%
0,05440357
0,00028324
JKSW
9,94%
-0,21240827
-0,02110321
LION
21,83%
0,37192769
0,08120476
LMSH
5,31%
0,27625961
0,01465991
100.00%
Bp
0,56403767
Tabel Perhitungan Beta Portofolio Saham Sub Sektor Semen
Saham
Xi
Bi
Xi.Bi
INTP
23,09%
1,028737771
0,237556569
SMGR
76,91%
1,489486796
1,145533864
100.00%
Bp
1,383090433
Dari kedua tabel diatas, menunjukan hasil dari risiko sistematik atau beta portofolio
atas masing-masing portofolio optimal yang terdapat pada tahun 2011-2014 bahwa
saham sub sektor Semen memiliki Beta portofolio lebih besar senilai 1,383090433 dan
saham sub sektor logam memiliki beta portofolio lebih kecil senilai
0,56403767.Perhitungan risiko sistematik atau beta ini akan digunakan untuk
menghitung expected return portofolio dari portofolio optimal yang telah terbentuk.
Tabel Perhitungan Expected Return Portofolio Saham Logam dan Semen
14
Portofolio
Bp
E(Rm)
Rf
E(Rp)
Sub Sektor
Logam
0,56403767
0,008044
7,75%
0,0168%
Sub Sektor
Semen
1,38309043
0,008044
7,75%
0,0409%
Berdasarkan perhitungan diatas, portofolio optimal yang menghasilkan tingkat
imbal hasil paling tinggi adalah portofolio optimal yang dibentuk pada tahun Saham
sub Sektor Semen yaitu sebesar 0,0409%. Hal ini berarti apabila investor
menginvestasikan dananya pada portofolio yang dibentuk pada saham sub sektor
semen maka tingkat keuntungan yang diharapkan atas portofolio tersebut adalah
0,0409%. Sementara itu, portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan yang
diharapkan terkecil adalah portofolio pada saham sub sektor Logam yaitu sebesar
0,0168%. Meskipun portofolio optimal pada saham sub Sektor ini dibentuk dari
kombinasi 7 saham pilihan , namun tingkat return nya sedikit lebih rendah dibanding
portofolio optimal saham sub sektor Logam yang terdiri dari kombinasi hanya 2 saham
saja.
KESIMPULAN
Dari hasil peneliitian yang telah dilakukan pada BAB IV, maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa :
1) Pada saham Sub Sektor Semen pada tahun 2011-2014 Expected Return
tertinggi terdapat pada saham SMGR yaitu sebesar 0,014590 kemudian
Expected Return terkecil terdapat pada saham SMCB yaitu sebesar
0,004651. Sementara itu saham yang memiliki risiko(diukur dengan beta)
yaitu yang memiliki nilai systematic risk atau beta paling besar pada saham
sub sektor semen periode tahun 2011-2014 adalah saham SMCB yaitu
sebesar 1,608582252.
Pada saham Sub Sektor Logam pada tahun 2011-2014 nilai Expected
Return tertinggi terdapat pada saham ITMA yaitu sebesar 0,186661
kemudian Expected Return terkecil terdapat pada saham NIKL yaitu sebesar
-0,021686. Sementara itu Saham yang memiliki nilai systematic risk atau
beta paling besar pada saham sub sektor Logam periode 2011-2014 adalah
saham ALMI yaitu sebesar 1,2531439.
2) Tingkat pengembalian dari asset bebas risiko (risk free asset) dengan
menggunakan suku bunga dari sertifikat bank Indonesia (SBI). Risk Free
Rate dilakukan secara tahunan dan dari data yang ada SBI di tahun 2014
sebesar 7,75%.
3) Untuk menentukan portofolio optimal, dilakukan perhitungan Excess return
to beta, kemudian saham diurutkan dari nilai Excess return to beta yang
terbesar sampai terkecil. Setelah itu, hitung cut off dari masing-masing
saham. Saham yang dapat dijadikan portofolio optimal adalah saham yang
nilai ERB nya lebih besar dari nilai cut off. Pada Saham Sub Sektor Semen
pada tahun 2011-2014 terdapat 2 saham yang dapat dijadikan portofolio
optimal karena memiliki ERB>Ci, yaitu saham INTP sebesar 0,5066% dan
SMGR sebesar 0,4592%. Pada Saham Sub Sektor Logam pada tahun 2011-
2014 terdapat 7 saham yang dapat dijadikan portofolio optimal karena
memilik ERB>Ci, yaitu saham BTON sebesar 1,0759%, CTBN sebesar
93,0569%, INAI sebesar 1,6639%, ITMA sebesar 328,8603%, JKSW
sebesar 7,9096%, LION sebesar 4,7398%, LMSH sebesar 2,8467%.
4) Setelah saham-saham yang dapat dijadikan portofolio optimal didapat, maka
proses selanjutnya adalah menghitung proposi dana atas masing-masing
saham dalam portofolio optimal. Pada saham Sub Sektor Semen Saham
dengan proporsi dana yang paling besar adalah saham SMGR sebesar
76,91% dan saham dengan porsi dana yang paling kecil adalah saham INTP
dengan porsi dana 23,09%. Pada saham Sub Sektor Logam, Saham dengan
proporsi dana yang paling besar adalah saham INAI sebesar 37,32% dan
saham dengan porsi dana yang paling kecil adalah saham ITMA dengan porsi
dana 0,52%.
15
SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis menyarankan :
1) Bagi para investor, lebih baik menginvestasikan dananya pada beberapa
saham dibandingkan hanya pada satu saham saja, agar tingkat imbal hasil
yang diperoleh maksimum dengan tingkat risiko yang minimum.
2) Investor lebih baik menanamkan modalnya pada saham-saham yang dapat
membentuk portofolio optimal, karena bisa saling menutupi risiko sehingga
return yang didapat bisa dimaksimalkan. Portofolio Optimal yang lebih baik
untuk para investor yaitu pada saham Sub sektor Logam karena terdapat 7
saham yang memiliki tingkat portofolio optimal terbanyak akan tetapi saham
Sub Sektor Semen pula sangat baik untuk para investor yang memiliki 2
saham dengan portofolio optimal.
3) Bagi perusahaan yang sahamnya belum bisa dijadikan anggota portofolio
optimal karena tidak memenuhi syarat agar memperbaiki kinerja
perusahaannya.
4) Untuk membentuk portofolio optimal disarankan untuk menggunakan kurun
waktu yang lebih panjang atau menambah jumlah variasi saham agar saham
yang masuk anggota portofolio lebih banyak dan risiko bisa ditekan
seminimum mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Zvi., Alex Kane dan Alan J. Marcus. 2008. Investment, Edisi 6. Alih Bahasa:
Zuliani Dalimunthe. Salemba Empat, Jakarta.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston . 2010. Essential of Financial Management.
Edisi 11. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Salemba Empat,Jakarta.
Coki. 2008. Jenis-jenis Indeks di Bursa Efek Indonesia. http : // coki002 .
wordpress.com (Diakses 29 Agustus 2013)
D.Agus Harjito. 2012. Dasar-dasar Teori Keuangan, Ekonisia, Jakarta.
Irham fahmi.2013. Rahasia Saham dan Obligasi. Alfabeta . Bandung
Iriyadi, I., Supriadi, Y. and Vannywati, V., 2011. Pengaruh Profesionalisme Auditor dan
Etika Profesi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jurnal
Ilmiah Ranggagading (JIR), 11(2), pp.75-81.
Jogiyanto Hartono. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 7, BPFE,
Yogyakarta.
Kamaruddin Ahmad. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Edisi
Revisi. Rineka Cipta, Jakarta
Muktiadji, N., Hidayat, L. and Melinda, M., 2007. Analisis Modal Kerja dalam
Pengendalian Likuiditas dan Profitabilitas Studi Kasus pada PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 7(1), pp.37-44.
Reilly, Frank K dan Keith C. Brown. 2012. Investment Analysis & Portfolio
Management, Tenth Edition. Cengage Learning. Canada.
Sharpe, William F., Gordon J. Alexander dan Jeffery V. Bailey. 2005. Investasi. Edisi
Keenam. Alih Bahasa: Pristina Hermastuti dan Doddy Prastuti. PT INDEKS
Kelompok Gramedia, Jakarta
Suad Husnan. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi 4, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Suhartono dan Fadlillah Qudsi. 2009. Portofolio Investasi dan Bursa Efek, UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.
Supriadi, Y., 2012. Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Melalui Manajemen Asset.
Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 14(1).
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia.
Edisi 3, Salemba empat. Jakarta.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Target of research is to know relation analysis and influence of working capital to likuiditas also company profitability, analysis done to know do amount of working capital have relation which are positive and influence which is signifikan to profitability and likuiditas. Result of research with method of SPSS indicate that a] 5 period that is year 2000 up to 2004, PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk have been able to manage working capital good enoughly. This matter is proved with working capital have relation which are positive to profitability is 0.6644 for gross proit margin and 0.927 for operation profit margin,and likuiditas is 0.9888 for current ratio and 0.9449 for quick ratio. Also working capital have influence which is signifikan to profitability is 0.4414 for gross profit margin and 0.86 for operation profit margin, and likuiditas is 0.9777 for current ratio and 0.8929 for quick ratio. Relation and influence relative always signifikan in per annum this, indicating that to go down to go up him mount company net working capital will influence indicator ratio of profitability and likuiditas. If working capital go up hence indicator ratio of likuiditas profitability and will experience of improvement, so also on the contrary. Therefore working capital better had by PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk have to fixed in number matching with requirement many company, so that storey level of likuiditas profitability storey level and can awake goodness.
Alih Bahasa: Zuliani Dalimunthe
  • Zvi Bodie
  • Alex Kane Dan
  • Alan J Marcus
Bodie, Zvi., Alex Kane dan Alan J. Marcus. 2008. Investment, Edisi 6. Alih Bahasa: Zuliani Dalimunthe. Salemba Empat, Jakarta.
Essential of Financial Management
  • Eugene F Brigham
  • F Dan Joel
  • Houston
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2010. Essential of Financial Management. Edisi 11. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Salemba Empat,Jakarta.
Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio
  • Kamaruddin Ahmad
Kamaruddin Ahmad. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta
Investment Analysis & Portfolio Management, Tenth Edition
  • Frank K Dan Reilly
  • C Keith
  • Brown
Reilly, Frank K dan Keith C. Brown. 2012. Investment Analysis & Portfolio Management, Tenth Edition. Cengage Learning. Canada.
Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas
  • Suad Husnan
Suad Husnan. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi 4, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Melalui Manajemen Asset
  • Y Supriadi
Supriadi, Y., 2012. Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Melalui Manajemen Asset. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 14(1).
Pasar Modal di Indonesia. Edisi 3, Salemba empat
  • Tjiptono Darmadji Dan Hendy
  • M Fakhruddin
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia. Edisi 3, Salemba empat. Jakarta.