Dewasa ini seringkali terjadi berbagai konflik dan perselisihan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan baik dari segi suku, budaya, etnik, bahasa, agama dan berbagai macam keragaman lainnya. Untuk menghadapi berbagai permasalahan akibat konflik tersebut, beberapa intelektual pendidikan memberikan wacana beserta konsep tentang pendidikan multikultural. Dalam pendidikan multikultural tersebut
... [Show full abstract] nilainilai yang diangkat adalah rasa dan sikap toleransi, menghargai, kerjasama atas dasar kemanusiaan, dan inklusif dalam keberagamaan. Melalui nilai nilai tersebut diharapkan dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik. Di samping itu, pendidikan multikultural juga membantu peserta didik agar tidak tercerabut dari akar budaya sendiri akibat pertemuan budayabudaya luar yang masuk seiring dengan lajunya arus globalisasi. Pendidikan multikultural juga dapat digunakan sebagai landasan kurikulum nasional seagai langkah awal dalam mendidik warga menuju masyarakat Indonesia yang multikultural. Senada dengan urgensi pendidikan multikultural tersebut, para intelektual pendidikan mengharapkan bahwa pendidikan multikultural selayaknya menjadi sebuah keniscayaan untuk dapat diterapkan pada pendidikan nasional dalam mengatasi berbagai permasalahan bangsa. Para intelektual pendidikan yang dimaksud tersebut di antaranya adalah para intelektual Muhammadiyah. Intelektual Muhammadiyah mengembangkan pemikiran terhadap pendidikan multikultural maupun multikulturalisme yang berkaitan dengan agama. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, pertama, dari segi eksternal, yaitu pengaruh globalisasi sehingga memunculkan banyaknya aliranaliran baru dalam keagamaan. Dalam sebagian aliranaliran keagamaan tersebut terdapat pemahaman yang cenderung eksklusif sehingga memunculkan konflik dan perselisihan. Namun melalui globalisasi tersebut pula, muncul berbagai wacana tentang pluralisme dan multikulturalisme yang dipersepsikan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan agama tersebut. Kedua, dari segi internal, yaitu dari dalam tubuh Muhammadiyah sendiri. Akhirakhir ini tersiar berita bahwa dalam tubuh Muhammadiyah telah tercampuri dengan ideologi lain. Di samping itu, Muhammadiyah dianggap masih kaku karena anti terhadap tradisi kebudayaan hanya dikarenakan memegang teguh prinsip purifikasi tanpa diimbangi dengan dinamisasi. Hal ini kemudian memunculkan adanya pengembangan dakwah kultural dan semangat intelektual muda Muhammadiyah dalam menghidupkan kembali semangat purifikasi dan dinamisasi. Dari kedua faktor tersebut, para intelektual Muhammadiyah memberikan paradigma tentang pentingnya pengembangan pendidikan multikultural sebagai upaya menyelesaikan berbagai permasalahan keagamaan termasuk dalam tubuh Muhammadiyah sendiri. Pengembangan pendidikan multikultural tersebut terangkum dalam dua hal, yakni keterkaitan antara pendidikan multikultural dengan pendidikan agama dan pendidikan multikultural dengan pengakuan akan pluralitas agama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif denganmenggunakan metode kajian pustaka (studi pustaka). Dengan demikian data yang digunakan berasal dari berbagai literaturliteratur. Adapun tahapan analisa data yang digunakan adalah tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam pengembangan pendidikan multikultural meliputi adanya pengakuan atas pluralitas agama, membangun keberagamaan inklusif, memunculkan rasa dan sikap toleransi, saling menghargai, dan saling kerjasama atas dasar kemanusiaan yang seluruhnya tersebut merupakan prinsip dalam multikulturalisme. Adapun dalam pendidikan agama maka dihasilkan beberapa konsep yakni pendidikan agama berbasis multikultural dan pendidikan Islam multikultural dengan menggunakan prinsip multikulturalisme.