ArticlePDF Available

Pengembangan Literasi Emergen Pada Anak Usia Dini

Authors:

Abstract

Emergent Literacy is a concept used to prepare child literacy before entering elementary school. The purpose of this study is to develop emergency literacy by providing stimuli that can develop children's literacy. There are two domains of emergent literacy ie inside-out and outside-in. These two domains cannot be separated because they will help the child in the emergence literacy process in early childhood. As for the efforts that can be done to develop the emergent literacy in early childhood is to prepare the literacy environment and read the story. Various studies say that by telling the story of children learn various activities that can develop literacy.
Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3 (2018) 165-172
ISSN. 2548-6160 (Online)
Seminar Nasional FKIP UMSIDA, Sidoarjo, 17 Maret 2018, Indonesia.
Tema: “Menjadi Guru Profesional menuju Generasi Emas Indonesia tahun 2045”,
Available online: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/icecrs
Article DOI: 10.21070/picecrs.v1i3.1394
165
Pengembangan Literasi Emergen Pada Anak Usia Dini
Lathifatul Fajriyah
Universitas Negeri Yogyakarta
lathifatul.fajriyah2016@student.uny.ac.id
ABSTRAK
Literasi emergen merupakan konsep yang digunakan untuk mempersiapkan baca tulis
anak sebelum masuk Sekolah Dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan literasi emergen dengan memberikan stimulus yang dapat
mengembangkan literasi anak. terdapat dua domain literasi emergen yakni inside-out dan
outside-in. kedua domain ini tidak dapat dipisahkan karena keduanya akan membantu anak
dalam proses literasi emergen pada anak usia dini. adapun upaya yang dapat dilakukan
untuk mengembangakn literasi emergen pada anak usia dini adalah menyiapkan
lingkungan literasi dan membacakan cerita. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa
dengan bercerita anak mempelajari berbagai aktivitas yang dapat mengembangakn literasi.
Kata kunci: Literasi emergen, Anak usia dini; stimuli
ABTRACT
Emergent Literacy is a concept used to prepare child literacy before entering elementary
school. The purpose of this study is to develop emergency literacy by providing stimuli that
can develop children's literacy. There are two domains of emergent literacy ie inside-out and
outside-in. These two domains cannot be separated because they will help the child in the
emergence literacy process in early childhood. As for the efforts that can be done to develop
the emergent literacy in early childhood is to prepare the literacy environment and read the
story. Various studies say that by telling the story of children learn various activities that can
develop literacy.
Keywords: Emergent Literacy; Early Childhood; stimuli
Lathifatul fajriyah/Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3 (2018) 165-172
166
PENDAHULUAN
Kemampuan literasi merupakan kemampuan yang sangat penting dalam proses
perkembangan anak sekolah. Kemampuan ini menjadi pintu pembuka untuk proses belajar
dan merupakan kunci keberhasilan di sekolah. Pentingnya kemampuan literasi sebagai
landasan awal bagi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern. Rohde
(2015) menyatakan sangat penting untuk memastikan anak-anak memperoleh
keterampilan dan kesadaran dini yang mereka butuhkan untuk menjadi pembaca dan
penulis yang sukses. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran literasi penting
dan sangat tepat jika diajarkan pada anak usia dini. Perkembangan literasi pada anak
prasekolah berada pada tahap literasi dasar.
Literasi secara umum didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan menulis
serta menggunakan bahasa lisan. Sedangkan literasi emergen merupakan konsep yang
mendukung pembelajaran membaca dan menulis pada waktu anak dalam proses menjadi
terliterasi atau melek huruf (Astuti,2014). Berdasarkan keterangan Kompas.com
28/4/2018 kesadaran masyarakat di Indonesia tentang baca tulis masih tergolong rendah
dan sekitar 17,58% saja penduduk yang gemar membaca buku, surat kabar, atau majalah.
Rendahnya minat baca dikarenakan mereka menganggap membaca adalah sesuatu hal
yang membosankan dan menjenuhkan. Hal ini yang menjadikan minat baca masyarakat
rendah karena belum menjadikan tradisi membaca sebagai kebutuhan.
Selama ini, implementasi pengajaran literasi emergen di sekolah lebih ekstrim. Anak
diajarkan menulis dan berhitung, bahkan memberikan PR kepada anak. Dinas Pendidikan
melarang pembelajaran menulis dan menghitung untuk anak usia dini karena anak belum
waktunya untuk mencapai perkembangan tersebut. Namun pada faktanya, banyak sekolah
dasar yang mengadakan tes masuk sekolah sehingga orang tua menuntut sekolah untuk
mengajarkan anak dalam membaca dan menulis. Tidak hanya itu, banyak orang tua yang
memberikan jam tambahan diluar sekolah untuk bimbingan belajar membaca dan
menghitung dengan tujuan hanya untuk masuk ke sekolah favorit. Padahal Pemerintah
telah melarang pengadaan tes seleksi masuk sekolah dasar, seperti yang telah Telah
Lathifatul fajriyah/Proceeding of ICECRS, 3 (2018) 165-172
167
dikabarkan kompas.com 4/7/2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melarang
sekolah menggelar tes baca bagi calon siswa yang akan masuk sekolah dasar.sekolah
diwajibkan menerima seluruh calon siswa tanpa seleksi apapun. Selain itu, lingkungan
yang kurang mendukung dapat menyebabkan literasi emergen menjadi terhambat.
Permasalahan diatas cukup memberikan bukti bahwa selama ini masyarakat belum
menyadari akan pentingnya literasi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan emergent literacy pada anak usia dini seperti menciptakan lingkungan
literasi. Meciptakan lingkungan literasi dapat berupa mengajak anak untuk aktif dalam
berkomunikasi, membacakan cerita, menyediakan media yang dapat meningkatkan literasi,
seperti buku, gambar, dan video.
HAKIKAT ANAK USIA DINI
Anak usia dini merupakan anak yang berusia 0-6 tahun. Sesuai dengan Undang-
Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tertulis bahwa pendidikan anak usia dini adalah
upaya pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Masa usia dini merupakan usia emas, dimana anak sangat baik
untuk diberikan stimulus-stimulus perkembangan. Pada usia ini, anak mempunyai rasa
ingin tahu yang besar untuk mempelajari lingkungannya. Terlihat pada usia ini anak suka
bertanya dan ingin mencoba segala hal.
Menurut Latif, Zukhrina, Zubaidah dan Afandi (2013) pendidikan yang dimulai sejak
dini akan berbeda, karena dengan pendidikan atau pembiasaan akan lebih merangsang
otak anak untuk menerima pendidikan-pendidikan selanjutnya. Anak yang medapat
pendidikan lebih dini, perkembangannya akan lebih terarah dan sesuai dengan usia
perkembangannya. Pada hakikatnya anak dapat membangun pengetahuannya sendiri.
Anak belajar dari pengalaman dan lingkungan sosialnya. Namun, agar lebih terarah maka
anak masih membutuhkan bimbingan dari orang dewasa agar sesuai dengan
perkembangannya. PAUD merupakan jenjang pendidikan yang paling rendah dan paling
urgent karena sebagai pondasi untuk perkembangan anak selanjutnya. Sehingga
Lathifatul fajriyah/Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3 (2018) 165-172
168
diharapkan lembaga PAUD memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya agar pertumbuhan
dan perkembangan anak menjadi optimal.
EMERGEN LITERASI
Istilah literasi emergen digunakan untuk menunjukkan bahwa pemerolehan bahasa
sebaiknya dikonseptualisasikan sebagai rangkaian perkembangan. literasi berkaitan
dengan kemampuan menyimak,membaca dan menulis. Literasi emergen didasarkan pada
penelitian Marie Clay pada tahun 1996 yang menyatakan bahwa anak-anak belum bisa di
ajarkan keaksaraan karena mereka belum siap untuk belajar tentang keaksaraan hingga
usia tertentu. Padahal keaksaraan menjadi salah satu faktor kesuksesan dalam belajar. saat
itulah literasi emergen menjadi perhatian para peneliti dan dimasukkan dalam kurikulum
sekolah. Menurut Whitehurts dan Lonigan (1998) keterampilan literasi emergen penting
bagi anak-anak adalah karena ada kesenjangan antara potensi yang dimiliki anak dengan
target kurikulum yang diharapkan ketika di sekolah dasar. Sehingga literasi sangat perlu
dikenalkan pada anak sedini mungkin untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
Menurut Pelman (2009) literasi emergen mengacu pada pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang dimiliki anak dalam kaitanya membaca dan menulis. Berbeda dengan
Rohde (2015) literasi emergen meliputi pengetahuan dan kemampuan yang terkait dengan
alfabet, kesadaran fonologis, representative simbol dan komunikasi. Menurut Astuti (2014)
Perkembangan literasi emergen merupakan proses pendahulu dari aktivitas membaca dan
menulis. Literasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan proses menyimak,
membaca, mendengar dan menulis sebagiamana aspek-aspek dalam perkembangan bahasa
anak usia dini.
Menurut Whitehurts dan Lonigan (1998) Terdapat 2 domain literasi emergen yakni
Outside-In dan Inside-Out. Istilah Outside-In merupakan pemahaman konteks tulisan yang
ingin dibaca atau ditulis. Menurut Rohde (2015) domain Outside-In dapat membantu anak
untuk menyampakan maksud dari tulisan tersebut kepada orang lain dengan pemahaman
tulisan yang telah dibaca. Domain ini digunakan untuk membantu anak belajar keasaraan
Lathifatul fajriyah/Proceeding of ICECRS, 3 (2018) 165-172
169
yakni mengidentifikasikan fonem, huruf dan kata. Sedangkan Inside-Out merupakan
pengetahuan tentang cara mentransformasikan tulisan dalam bentuk suara atau suara
dalam bentuk tulisan. pada domain ini penting dalam masa pembelajaran membaca karena
untuk memahami isi dan makna tulisan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa literasi emergen merupakan bagian
dari aktivitas bahasa yang perlu diajarkan pada anak sejak dini. Literasi emergen
merupakan kemampuan atau pengetahuan tentang membaca dan menulis untuk
menyiapkan anak memasuki sekolah dasar. Kemampuan ini sangat penting bagi anak usia
dini untuk sehingga pembelajarannya dimasukkan dalam kurikulum pembeljaran di PAUD.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Subyek yang digunakan dalam
penelitian adalah guru, orang tua dan anak kelompok B. teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara dan observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang ditempat
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Uji keabsahan
data menggunakan metode triangulasi metode yakni metode wawancara dan observasi.
Adapun proses analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yang terdapat 4
aktivitas yakni data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/verification.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada hakikatnya anak sudah mempunyai kemampuan literasi sejak lahir,
sebagaimana pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa anak sejak lahir sudah
mempunyai kemampuan dalam hal berbahasa dan akan berkembang sesuai dengan
usianya. Berbeda dengan pernyataan Vygotsky bahwa bahasa merupakan hasil dari proses
intrekasi dengan lingkungan sosial. kedua teori ini mneunjukkan bahwa perkembangan
literasi emergen dipengaruhi oleh 2 faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yakni kemampuan anak itu sendiri. Aktivitas membaca dan menulis berhubungan
dengan kemampuan kognitif. Aktivitas ini melibatkan kemampuan dalam mengingat
simbol-simbol grafis yang berbentuk huruf, dan mengingat bunyi dari simbol-simbol
Lathifatul fajriyah/Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3 (2018) 165-172
170
tersebut. selain itu, aktivitas ini membutuhkan kemampuan dalam memahami tulisan atau
bacaan sehingga dapat menyampaikan apa yang dimaksud. Faktor lainya adalah
lingkungan. Anak ibarat kertas yang kosong sehingga lingkungan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Mengembangkan literasi emergen pada anak usia dini sangat penting sebagai
kesuksesan anak dalam membaca dan menulis. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangakan literasi pada anak adalah memberikan lingkungan literasi, baik
lingkungan keluarga maupun sekolah. Menurut Whitehurts dan Lonigan (1998) lingkungan
sekolah dapat mempengaruhi literasi emergen anak-anak. Berdasarkan hasil observasi
yang sudah dilakukan terhadap sekolah kurang memberikan lingkungan literasi pada anak.
Media yang ada dikelas sangat terbatas seperti gambar dan buku bacaan. selain itu
pengajaran yang dilakukan juga masih bersifat konvensional dimana guru berperan aktif
dalam proses pembelajaran dan anak hanya sebagai penerima pasif dan pembelajarannya
melalui buku LKA saja.
Pembelajaran literasi yakni membaca dan menulis sempat menjadi fenomena
perhatian masyarakat khususnya ahli pendidikan anak usia dini. Praktek pengajaran
membaca dan menulis selama ini dengan cara mendikte. Hal ini tidak sesuai dengan dasar
pembelajaran anak usia dini yakni belajar seraya bermain. Adapun pencapaian Pencapaian
keaksaraan anak usia dini dalam peraturan menteri nomor 137 tahun 2014 adalah
mengenal keaksaraan awal melalui bermain, menunjukkan kemampuan keaksaraan awal
dalam berbagai bentuk karya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa, pembelajaran keaksaraan
hendaknya diberikan melalui bermain agar pembelajarannya menjadi menyenangkan.
Lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi literasi emergen adalah keluarga.
Lingkungan ini merupakan faktor utama terhadap perkembangan anak khususnya untuk
orang tua. Orang tua merupakan madrasah pertama bagi anak. sebagian orang tua kurang
memahami pentingnya literasi bagi perkembangan anak usia dini. Orang tua kurang
memberikan stimulus-stimulus seperti interaksi antara anak dan orang tua. Interaksi
antara ibu dan anak secara langsung juga dapat berkontribusi pada kemampuan literasi
Lathifatul fajriyah/Proceeding of ICECRS, 3 (2018) 165-172
171
cetak anak (Neumann, Hood, Ford dan Neumann; 2011). Selain itu, meningkatkanya literasi
anak juga dipengaruhi oleh kebiasaana orang tua dalam membaca (Aram dan Levin;2001).
Mayoritas orang tua anak lebih membiarkan anaknya untuk bermain hp agar anaknya diam
dan tidak rewel.
Tingkat kepercayaan ibu tentang pembelajaran literasi di rumah juga dapat
mempengaruhi perkembangan literasi anak. ibu yang mempunyai kepercayaan ini akan
memberikan kesempatan pada anak untuk belajar tentang kosa kata, dan pengetahuan-
pengetahuan lain. Sebaliknya ibu yang tidak mempunyai kepercayaan pembeljaran literasi
di rumah akan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pihak sekolah sehingga
orang tua tidak perlu mengajarkannya lagi ketika di rumah. Hal ini dapat menjadikan
literasi anak terlambat. Tingkat kepercayaan diri ini biasanya disebabkan oleh faktor
ekonomi orang tua anak. Astuti (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan literasi emergen pada anak yang sekolah di TK daerah pinggiran
dan perkotaan yang disebabkan oleh perbedaan karakteristk lingkungan yang ada disekitar
sekolah dan latar belakang sosio ekonomi orang tua anak.
Upaya selanjutnya adalah membacakan cerita. Berdasarkan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa membacakan cerita dapat meningkatkan literasi anak. dengan
bercerita mereka belajar intonasi maupun ekspresi yang ditunjukkan dalam berbagai
emosi. Dalam NAEYC menyebutkan cerita dapat membangun keterampilan sosial dan
keaksaraan untuk perkembangan dewasa kelak. Kegiatan bercerita di alam kelas dapat
membangun suasan kelas menjadi aktif. Anak akan mendengarkan cerita dan
mendiskusikan cerita yang dapat meningkatkan literasi pada anak usia dini.
KESIMPULAN
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembanagn literasi pada anakusia dini
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan kemampuan anak itu
sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, baik sekolah maupun keluarga.
Faktor keluarga merupakan faktor utama dalam perkembangan literasi emergen anak usia
dini. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan literasi emergen pada
anak adalah menciptakan lingkungan literasi dan membacakan cerita.
Lathifatul fajriyah/Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3 (2018) 165-172
172
DAFTAR PUSTAKA
Aram, D. dan Levin, I. (2001). Mother-Child Joint Writing In Low SES Sosiocultural Factors,
Maternal Mediation, And Emergent Literacy. Cognitive Development. Vol. 16, Iss.
16; pg. 831-852,22 pgs diakses pada tanggal 26 Februari 2018
Astuti, P. T. (2014). Perbedaan Literasi Emergen Anak Taman Kanak-Kanak Didaerah
Perkotaan Dan Pinggiran. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 13, Iss. 2; pg. 107-119,13
pgs diakses pada tanggal 19 Februari 2018
Kompas, Minat Baca Rendah, Mayoritas Warga Indonesia Hobi Nonton Televisi., 28 April
2018. Di akses pada tanggal 27 Februari 2018.
Kompas, Sekolah Dilarang Buat Tes Baca Untuk Masuk SD, 4 juli 2017 diakses pada tanggal
27 Februari 2018
Latif, M., Zukhairina. Zubaidah, R. Afandi, M. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Neumann, M. M., Hood, M. Ford, R. M., dan Neumann, D. L. (2011). The Role of
Environmental Print In Emergent Literacy. Journal Of Early Childhood Literacy.
Vol.12, Iss. 3; pg 231-258,28 pgs diakses pada tanggal 26 Februari 2018
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 146 tahun 2014
Rohde, L. (2015). The Comprehensive Emergent Literacy Model: Early Literacy In Context.
SAGE Open. Pg 1-11,11 pgs diakses pada tanggal 26 Februari 2018
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
Whitehurst. G. J. dan Lonigan. C. J. (1998) Child Development And Emergent Literacy. Child
Development. Vol 69, Iss.3; pg 848-872, 25 pgs diakses pada tanggal 21 Februari
2018
... The process or steps in this research are to explore the concept of humanist literacy education that can be applied in out-of-school education through an accountable literature study activity. The approach used is a qualitative approach with a literature study model by referring to the theories of "Literacy Education" [17], "Humanist Literacy Education" and "Out-ofSchool Education in the Framework of Lifelong Education" [18] ...
Article
Full-text available
Literacy education should be mandatory in every educational institution, formal and non-formal such as out-of-school education. It is very important to organize various literacy activities in a planned and programmed manner, through activities in the classroom as well as based on school and community culture in the surrounding community. The purpose of this study is to explore the concept of humanist literacy education that can be implemented in out-of-school education at the level of elementary school-age out-of-school education (children's age community). This research is a type of Library Research with a qualitative approach to present a reference library on the implementation of the concept of humanist literacy education in out-of-school education. The results of this literature study can be used as a reference for teachers who implement out-of-school education at the level of elementary school children. The exploration of the concept of humanist literacy education that includes literacy and culture that can be implemented in out-of-school education are: (1) functional level, literacy education at the basic level given to learners to be able to use language to fulfill the needs of daily life, such as reading newspapers/news, daily conversations in the community, manuals or instructions; (2) informational level, literacy education that guides learners to be able to access knowledge with language skills or information about local culture that they need for conversation/spoken communication in local languages and Indonesian; and (3) epistemic level, humanist literacy education that guides learners to be able to express knowledge in the target language (local language, Indonesian, or [suggested] in foreign languages).
... Berdasarkan hal tersebut, penelitian-penelitian di Indonesia hendaknya dapat berfokus pada pemanfaatan media digital dalam pengembangan literasi emergen pada anak usia dini. Sejauh ini, literasi emergen dikaji oleh peneliti Indonesia pada aspek kesesuaian buku (Sidik 2020) dan profil literasi emergen di suatu sekolah (Astuti 2015(Astuti , 2012Fajriyah 2018). ...
Article
Full-text available
Pandemi Covid-19 membuat aktivitas pembelajaran harus menggunakan media digital. Para guru kebingungan untuk menggunakan media digital yang tepat terutama dalam pengembangan literasi emergen. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk membahas pengembangan literasi emergen melalui media digital. Metode yang digunakan adalah metode kajian studi literatur dengan metode non-systematic review. Hasilnya adalah bahwa media digital yang dapat dikembangkan adalah video dan buku elektronik. Dalam penggunaan media tersebut, orang tua harus mendampingi sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan literasi emergen anak usia dini.
... Peningkatan kualitas pendidikan, terutama keterampilan menulis, yang merupakan salah satu indikator kemampuan literasi siswa, sangat penting untuk keberhasilan pendidikan. Literasi yang baik adalah kunci keberhasilan pendidikan dan menjadi landasan penting bagi pengembangan kemampuan siswa di jenjang pendidikan selanjutnya (Fajriyah, 2018). Oleh karena/itu, untuk mengembangkan=keterampilan menulis siswa, strategi pembelajaran yang inovatif dan efektif diperlukan. ...
Article
Full-text available
Studi ini bertujuan meningkatkan kemampuan menulis karangan peserta didik kelas VI melalui model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Mengingat rendahnya kemampuan menulis siswa yang dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang kurang variatif. Penggunaan media gambar diharapkan dapat mengembangkan minat dan motivasi siswa dalam menulis. Studi ini menggunakan metode Studi Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek Studi adalah 26 siswa kelas VI di SDN Gunungsari III Surabaya. Data dikumpulkan melalui observasi, lembar kerja siswa dan tes akhir yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil Studi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru dan siswa, serta respon positif dari siswa dalam model pembelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa dalam kategori "agak aktif" dengan nilai 2,4 dan pada siklus II meningkat menjadi kategori "aktif" dengan nilai 3,6. Respon positif siswa juga meningkat dari 51,75% pada siklus I menjadi 80,75% pada siklus II. Model Picture and Picture terbukti efektif dalam mengembangkan kemampuan menulis siswa dalam menulis karangan.
... Keterampilan ini adalah kunci untuk memulai proses pembelajaran dan memang demikian faktor utama dalam mencapai keberhasilan di sekolah. (Fajriyah, 2018 ...
Article
Full-text available
Education is a deliberate effort to pass on cultural heritage from one generation to the next. It aims to shape the younger generation to be role models for the previous one. The Community Service method, through a Service Learning (SL) approach, involves applying acquired knowledge to assist the community through direct interaction and providing solutions to their problems. The KKM Group 31 students in Desa Citasuk offer a solution to enhance reading literacy among young children in the area by setting up a Reading Corner. This initiative aims to encourage children to develop a love for reading by providing a variety of books and resources. Reading literacy is crucial for young children in their growth and development. Therefore, community service activities like this KKM project enable students to impart knowledge beyond the classroom while gaining practical experience outside of it. Additionally, the Reading Corner motivates children and boosts their literacy skills.
... Pernyataan tersebut didukung oleh penjelasan Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang melarang sekolah menggelar tes baca bagi calon peserta didik yang akan masuk SD. Sekolah diwajibkan menerima seluruh calon peserta didik tanpa seleksi apapun (Fajriah, 2018). ...
Article
Full-text available
Perkembangan literasi anak usia dini ditandai dengan anak-anak berkomunikasi. Di Indonesia, anak usia dini yang akan memasuki tingkat sekolah dasar (SD) harus mengikuti seleksi untuk melihat kemampuan literasi yang dimiliki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai perspektif atau pandangan guru SD terhadap kemampuan literasi anak usia dini ketika akan memasuki SD. Metode penelitian yang digunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini 30 guru yang sedang mengajar di sekolah dasar baik negeri maupun swasta di wilayah Kota Yogyakarta dengan berbagai latar belakang pendidikan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh SD yang terlibat menggunakan tes seleksi sebagai persyaratan masuk, diantaranya tes dalam bidang kognitif, non kognitif, maupun keterampilan lain yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat kejuaraan. Prespektif guru mengenai calon peserta didik yaitu mampu mambaca dan menulis dengan lancar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil wawancara dari 30 guru, 3 guru tidak setuju dengan pendapat tersebut, sedangkan 27 guru lainnya setuju. Artinya, sebagian besar perspektif guru SD terhadap kemampuan literasi calon peserta didik adalah mampu membaca perkata dan menulis kalimat sederhana.
... Membaca adalah kunci utama dalam belajar, yang terpenting adalah bagaimana menjadikan membaca dan menulis sebagai hobi (Fajriyah, 2018). Budaya membaca perlu dikembangkan karena belajar dengan membaca lebih dalam daripada mendengarkan informasi. ...
Article
Full-text available
Membaca merupakan tonggak penting untuk belajar dan yang terpenting bagaimana menjadikan membaca dan menulis sebagai hobi. Budaya membaca perlu dikembangkan serta kreativitas guru sekolah perlu mengembangkan minat baca siswa melalui kritik diri (refleksi) terhadap proses pembelajaran. Kemampuan membaca siswa harus dibarengi dengan upaya meningkatkan minat membaca siswa, sehingga secara bertahap berubah dari “learning to read” menjadi “reading to learn”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dengan menumbuhkan “minat membaca”, dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia bagi siswa kels III/C dan untuk mengetahui cara menumbuhkan minat membaca agar keterampilan berbahasa Indonesia siswa meningkat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (Action Research) berdasarkan pendekatan Naturalistik Kualitatif. Hal tersebut memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilan berbahasa (membaca). Situasi sebenarnya di tempat kejadian membuktikan bahwa minat baca siswa sangat rendah, yang memengaruhi kinerja akademik mereka. Hasil analisis terlihat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu siklus I (68,00%) dan siklus II (89,00%). dalam membaca pada mata kuliah bahasa Indonesia berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa tingkat IIIC di SD Inpres Wae Nakeng Kecamatan Lembor Kabupaten Simangali dan model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bahasa Indonesia.
... Pengembangan literasi ini harus diperkenalkan pada anak sejak dini karena membaca adalah dasar kemampuan yang harus dimiliki setiap orang. Literasi merupakan sebuah aktivitas pengembangan bahasa yang harus dibelajarkan dan ditanamkan pada anak sejak dini, literasi juga merupakan sebuah keterampilan mengenai menulis dan membaca untuk mempersiapkan anak sebelum masuk sekolah dasar (Fajriyah, 2018). ...
Article
Pengembangan literasi yang dilakukan sejak dini mempunyai dampak besar bagi kehidupan anak di kemudian hari, hal ini berhubungan dengan kesiapan anak untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas sehingga berdampak besar pada anak dalam mencapai pendidikannya. Hasil dari observasi awal yang dilaksanakan oleh peneliti di Sekolah TK Negeri Pembina Timika, menunjukkan bahwa anak cenderung sering tidak berada dalam kondisi alfa. Saat proses pembelajaran berhitung, kondisi di kelas cenderung tidak kondusif dan sulit menerima arahan dari guru. Selain itu, saat peneliti melakukan observasi di sekolah, peneliti melihat pada proses pembelajarannya anak masih kesulitan dalam mengenal angka, menghubungkan angka, kesulitan dalam operasi bilangan. Ditambah lagi, anak kurang tertarik dengan kegiatan mengenal angka dan berhitung. Anak selalu sibuk dengan dirinya sendiri ketika guru menjelaskan. Pada akhirnya, anak juga kurang mau tahu topik apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Penelitiann inii memilikii tujuann untukk mengeksplorasi bagaimana perilaku anak serta bagaimana kemampuan literasi numerasi ketika pembelajaran dilakukan menggunakan bantuan media kartu bergambar. Jenis penelitiann yangg digunakann dalam studi ini adalah penelitian mix method dengan pendekatann deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, selain sebagai upaya meningkatkan kemampuan literasi numerasi, penggunaan kartu bergambar membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan, dapat menarik minat anak usia dini sehingga mereka menjadi lebih termotivasi untuk berproses literasi numerasi.
... Literasi lingkungan menjadi penting disebabkan oleh keberlanjutan kondisi lingkungan di dunia termasuk lingkungan di sekitar, untuk itu diperlukan edukasi literasi lingkungan sejak dini (Chandrawati, 2021). Pentingnya kemampuan literasi dapat dipergunakan sebagai langkah awal dalam mengetahui berbagai macam ilmu pengetahuan pada zaman modern yang dilengkapi dengan teknologi (Fajriyah, 2018). Ini berarti penerapan literasi lingkungan harus dapat dilakukan di berbagai jenis pendidikan, baik secara formal, informal ataupun non formal. ...
Article
Full-text available
Environmental literacy is important for early childhood development as a cognitive experience of the natural environment. However, the introduction of environmental literacy in urban schools requires environmental literacy learning media. The purpose of the study was to develop an environmental literacy big book with the theme "Miki the Little Elephant". The research uses the R&D research method and the ADDIE development method, namely analyze, design, development, implementation, and evaluation. The data source is children and teachers at Taman Kurnia Kindergarten Denpasar. Data collection by observation, interview, and questionnaire instrument. Analysis with qualitative and quantitative descriptive results from the PAUD material expert test results, namely 3 Kindergarten teachers and 2 media expert lecturers. The research was limited to the validation test due to limited time for field testing. The results showed the value of expert validation score 90.00% very high qualification, the results of learning content expert test score 91.67% very high qualification, the results of design expert test score 85.00% high qualification, the results of media expert test score 85.71% high qualification. The conclusion is that the development of big book books as a medium for introducing environmental literacy is very feasible as an early childhood learning media
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh literasi terhadap kemampuan baca tulis awal Anak Usia Dini di Tk Yaa Bunayya Kota Bima, metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan rancangan eksperimen. Sampel pada penelitian ini adalah 42 anak yang dibagi menjadi dua kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan baca tulis awal yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan indikator kemampuan membaca dan menulis awal pada Anak Usia Dini. Tes ini mencakup identifikasi bunyi, pemahaman bunyi huruf, kemampuan membaca suku kata dan kata sederhana, serta kemampuan menulis huruf dan kata sederhana. Analisis data yang dilakukan meliputi. Statistik deskriptif untuk mengambarkan karakteristik sampel yang peneliti, uji asumsi dasar yang terdiri dari uji normalitas, uji beda menggunakan t-independent untuk mengetahui perbedaan skor kemampuan baca tulis awal antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah perlakuan, uji hipotesi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan baca tulis awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen yang memperoleh perlakuan pembelajaran literasi menunjukan peningkatan kemampuan baca tulis awal yang lebih tinggi secara signifikan dibandingan kelompok kontrol.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan praktik-praktik baik dalam pembelajaran literasi emergen (anak usia dini), khususnya baca-tulis. Temuan praktik-praktik baik itu mengahasilkan sebuah rumusan strategi pembelajaran literasi baca-tulis pada pendidikan anak usia dini (PAUD). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi nonpartisipan dan partisipan, dokumentasi, perekaman, pencatatan, dan interviu mendalam. Analisis data dilakukan dengan teknik (a) reduksi data, yaitu penggolongan dan penyortiran data; (b) displai data, yaitu penyajian untuk menyistematiskan data; (c) penarikan simpulan dan verifikasi, yaitu menentukan makna data dari pola hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran literasi emergen pada PAUD/TK pelakasanaannya belum terstruktur dengan baik. Pembelajaran literasi emergen pada PAUD ialah diorientasikan dalam pengembangan kognisi, efeksi, dan psikomotor anak yang terkait dengan baca-tulis. Model pembelajaran literasi emergen di PAUD dengan dengan read aloud dan story reading yang dikemas dalam suasana bermain sangat ideal untuk dilakukan.
Article
Full-text available
The aim of this study is to describe the development of emergent literacy in kindergarten children and to compare the development of emergent literacy of kindergarten children in the urban and sub urban area of Semarang city. In order to collect data, the Emergent Literacy developmental Test was used (part of the test was adapted from the Get Ready To Read by Whitehurst). In total, 36 children aged 4-5 years participated in the study. The results showed that kindergarten children from urban area scored higher significantly (13.188 ± 3.43) in the emergent literacy than children from sub urban area (10.00 ± 3.146; t(35) = 2.903; p = 0.003).
Article
Full-text available
The early skills of Emergent Literacy include the knowledge and abilities related to the alphabet, phonological awareness, symbolic representation, and communication. However, existing models of emergent literacy focus on discrete skills and miss the perspective of the surrounding environment. Early literacy skills, including their relationship to one another, and the substantial impact of the setting and context, are critical in ensuring that children gain all of the preliminary skills and awareness they will need to become successful readers and writers. Research findings over the last few decades have led to a fuller understanding of all that emergent literacy includes, resulting in a need for a new, more comprehensive model. A new model, described in this article, strives to explain how emergent literacy can be viewed as an interactive process of skills and context rather than a linear series of individual components. Early literacy learning opportunities are more likely to happen when teachers have a solid knowledge base of emergent literacy and child development. Research has shown that preschool teachers with limited knowledge about literacy development are significantly less able to provide such experiences for children. Teachers will be better able to facilitate all of the components of emergent literacy if they have access to, and understanding of, a model that describes the components, their interactions, and the importance of environmental factors in supporting children.
Article
Full-text available
Young children are surrounded by environmental print on a daily basis. Through their visual exploration of environmental print, coupled with sociocultural experiences, children gain valuable semantic and symbolic knowledge as they make sense of their world. The aim of this review is to examine the question of whether environmental print has value as a literacy learning resource, and if so, the mechanisms by which it promotes literacy development. It is shown that interactions with environmental print in the child's sociocultural context can develop their logographic reading skills. These skills, in turn, promote the development of emergent literacy skills that are the precursors to conventional reading skills. Environmental print may also be used more directly when parents and childhood educators use it to scaffold the learning of emergent literacy skills. It is recommended that parents and early childhood educators capitalize on children's natural attraction to environmental print by using it to promote their literacy development.
Article
Full-text available
Emergent literacy was studied as related to sociocultural factors, particularly to maternal mediation of writing. Forty-one low socioeconomic status (SES) children, 5;5–6;0 years old, and their mothers participated. The child's emergent literacy was assessed by word writing and recognition, phonological awareness, and orthographic awareness. To assess mediation of writing, children were asked to write words and names, and their mothers were asked to help them. Maternal mediation was analyzed in terms of the steps in the encoding process that the mother intervened in, her reference to Hebrew orthography, and her mediation in printing letters. Child's literacy was found to be related to SES, maternal literacy, literacy tools at home, and maternal mediation. Hierarchical regressions indicated that child's literacy tools contributed to all emergent literacy skills, beyond SES and maternal literacy. The quality of mediation predicted word writing and recognition and phonological awareness after controlling for all sociocultural factors. A qualitative analysis illustrated the range of maternal mediation within or below the child's ZPD.
Article
Full-text available
Emergent literacy was studied as related to sociocultural factors, particularly to maternal mediation of writing. Forty-one low socioeconomic status (SES) children, 5;5–6;0 years old, and their mothers participated. The child's emergent literacy was assessed by word writing and recognition, phonological awareness, and orthographic awareness. To assess mediation of writing, children were asked to write words and names, and their mothers were asked to help them. Maternal mediation was analyzed in terms of the steps in the encoding process that the mother intervened in, her reference to Hebrew orthography, and her mediation in printing letters. Child's literacy was found to be related to SES, maternal literacy, literacy tools at home, and maternal mediation. Hierarchical regressions indicated that child's literacy tools contributed to all emergent literacy skills, beyond SES and maternal literacy. The quality of mediation predicted word writing and recognition and phonological awareness after controlling for all sociocultural factors. A qualitative analysis illustrated the range of maternal mediation within or below the child's ZPD.
Article
Emergent literacy consists of the skills, knowledge, and attitudes that are developmental precursors to reading and writing. This article offers a preliminary typology of children's emergent literacy skills, a review of the evidence that relates emergent literacy to reading, and a review of the evidence for linkage between children's emergent literacy environments and the development of emergent literacy skills. We propose that emergent literacy consists of at least two distinct domains: inside-out skills (e.g., phonological awareness, letter knowledge) and outside-in skills (e.g., language, conceptual knowledge). These different domains are not the product of the same experiences and appear to be influential at different points in time during reading acquisition. Whereas outside-in skills are associated with those aspects of children's literacy environments typically measured, little is known about the origins of inside-out skills. Evidence from interventions to enhance emergent literacy suggests that relatively intensive and multifaceted interventions are needed to improve reading achievement maximally. A number of successful preschool interventions for outside-in skills exist, and computer-based tasks designed to teach children inside-out skills seem promising. Future research directions include more sophisticated multidimensional examination of emergent literacy skills and environments, better integration with reading research, and longer-term evaluation of preschool interventions. Policy implications for emergent literacy intervention and reading education are discussed.
Mayoritas Warga Indonesia Hobi Nonton Televisi
  • Minat Kompas
  • Baca Rendah
Kompas, Minat Baca Rendah, Mayoritas Warga Indonesia Hobi Nonton Televisi., 28 April 2018. Di akses pada tanggal 27 Februari 2018.
Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini
  • M Latif
  • Zukhairina
  • R Zubaidah
  • M Afandi
Latif, M., Zukhairina. Zubaidah, R. Afandi, M. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
The Comprehensive Emergent Literacy Model: Early Literacy In Context. SAGE Open. Pg 1-11,11 pgs diakses pada tanggal
  • L Rohde
Rohde, L. (2015). The Comprehensive Emergent Literacy Model: Early Literacy In Context. SAGE Open. Pg 1-11,11 pgs diakses pada tanggal 26 Februari 2018
Sistem Pendidikan Nasional Nomor
  • Undang-Undang
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003