Content uploaded by Agung Dwi Laksono
Author content
All content in this area was uploaded by Agung Dwi Laksono on Jul 17, 2018
Content may be subject to copyright.
15
Bab 3
Pengumpulan
Data Penelitian Kualitatif
Agung Dwi Laksono
Dalam sebuah penelian kualitaf, proses pengumpulan
data dilakukan dengan sangat berbeda dengan metode
penelian kuantaf yang lebih dulu eksis, tak terkecuali
dalam bidang kesehatan. Perbedaan ini lebih disebabkan oleh
tujuan masing-masing jenis penelian itu sendiri.
Penelian kuantaf lebih ditujukan untuk mencari
keluasan dari sebuah permasalahan, sedang penelian
kualitaf lebih ditujukan untuk mencari kedalamannya. Ciri
lain yang sangat berbeda adalah bahwa di dalam penelian
kuantaf seap fenomena ditunjukkan dengan angka atau
numerik, sedang penelian kualitaf menyajikan sebuah
fenomena dalam sebuah narasi yang mendalam, meski
tak menampik juga kadang disertai dengan menampilkan
angka. Secara detail perbedaan dari kedua jenis pendekatan
penelian tersebut pada Tabel 3.1.
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
16
Dalam penelian kuantaf, instrumen sudah didesain
sedemikian rupa sehingga sangat terstruktur dan teratur,
biasanya dalam bentuk-bentuk kuesioner ataupun daar lik
yang sudah dirancang sedemikian rupa. Dengan demikian,
proses paling “merepotkan” dari kesempurnaan penelian
kuantaf adalah tahap persiapannya bila dibandingkan
dengan tahap pengumpulan ataupun interpretasi data.
Hal berbeda berlaku pada penelian kualitaf. Pada
penelian jenis ini, kebanyakan instrumen adalah “peneli”
itu sendiri. Kalaupun ada instrumen pendokumentasian lain-
nya, hanya merupakan instrumen pendukung untuk me-
lengkapi data, instrumen utama adalah peneli itu sendiri.
Tahap persiapan dalam penelian kualitaf cenderung
lebih “ringan”. Bagian paling “merepotkan” adalah pada saat
interpretasi data. Pada fase ini peneli sebagai instrumen
dituntut untuk membangun kembali memorinya terhadap
suasana atau konteks pada saat pengumpulan data, melihat
hubungan antarobjek, sampai pada perilaku masing-masing
objek secara mandiri ataupun pada saat berinteraksi.
Ada ga metode pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelian kualitaf, yaitu: 1) observasi
parsipaf; 2) wawancara mendalam; dan 3) diskusi
kelompok terarah.
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 17
Tabel 3.1 Metode Penelian Pendekatan Kuantaf versus Kualitaf
KARAKTERISTIK KUANTITATIF KUALITATIF
Kerangka Umum Berusaha untuk mengonrmasi hipotesis
tentang fenomena.
Instrumen menggunakan gaya yang
lebih kaku untuk memunculkan dan
mengkategorikan tanggapan terhadap
pertanyaan.
Menggunakan metode yang sangat
terstruktur, seper: kuesioner, survei, dan
observasi terstruktur.
Berusaha untuk mengeksplorasi fenomena.
Instrumen lebih eksibel, menggunakan
gaya berulang untuk memunculkan dan
mengkategorikan tanggapan terhadap
pertanyaan.
Menggunakan metode semi-terstruktur, seper:
wawancara mendalam, kelompok fokus, dan
observasi parsipaf.
Tujuan Analisis Untuk mengukur variasi.
Untuk memprediksi hubungan kausal.
Untuk menggambarkan karakterisk suatu
populasi
Untuk menggambarkan variasi.
Untuk menggambarkan dan menjelaskan
hubungan.
Untuk menggambarkan pengalaman individu.
Untuk menggambarkan norma kelompok.
Seleksi Peserta/
Responden/
Informan
Random sampling Purposif atau dipilih secara teores
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
18
Format
Pertanyaan
Tertutup.
Pertanyaan spesik atau hipotesis.
Terbuka.
Luas, temak.
Format Data Numerik (diperoleh dengan menetapkan
nilai numerik untuk respon).
Fenomena disajikan secara numerik.
Deskripf data stask inferensial.
Tekstual (diperoleh dari kaset audio, kaset video,
dan catatan lapangan).
Fenomena disajikan dalam sebuah narasi.
Idenkasi tema utama.
Fleksibilitas
dalam Desain
Penelian
Desain penelian stabil dari awal sampai
akhir.
Tanggapan peserta dak mempengaruhi
atau menentukan bagaimana dan
pertanyaan apa yang diajukan peneli
berikutnya.
Desain penelian tunduk pada asumsi dan
kondisi stask
Beberapa aspek dari penelian ini adalah
eksibel (misalnya: penambahan, pengucilan,
atau kata-kata pertanyaan wawancara tertentu).
Tanggapan peserta mempengaruhi bagaimana
dan pertanyaan apa yang diajukan peneli
berikutnya.
Desain penelian adalah interakf, yaitu
pengumpulan data dan penelian pertanyaan
yang disesuaikan dengan apa yang telah
dipelajari
Keuntungan Sampel besar, validitas stask, akurat
mencerminkan populasi.
Kaya, mendalam, deskripsi narasi sampel.
Kerugian Pemahaman yang dangkal dari pikiran dan
perasaan sasaran.
Besar sampel kecil, dak digeneralisasikan untuk
populasi pada umumnya.
Sumber: Marvas (2004); Mack, dkk (2005); Vanderstoep dan Johnston (2009)
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 19
Format
Pertanyaan
Tertutup.
Pertanyaan spesik atau hipotesis.
Terbuka.
Luas, temak.
Format Data Numerik (diperoleh dengan menetapkan
nilai numerik untuk respon).
Fenomena disajikan secara numerik.
Deskripf data stask inferensial.
Tekstual (diperoleh dari kaset audio, kaset video,
dan catatan lapangan).
Fenomena disajikan dalam sebuah narasi.
Idenkasi tema utama.
Fleksibilitas
dalam Desain
Penelian
Desain penelian stabil dari awal sampai
akhir.
Tanggapan peserta dak mempengaruhi
atau menentukan bagaimana dan
pertanyaan apa yang diajukan peneli
berikutnya.
Desain penelian tunduk pada asumsi dan
kondisi stask
Beberapa aspek dari penelian ini adalah
eksibel (misalnya: penambahan, pengucilan,
atau kata-kata pertanyaan wawancara tertentu).
Tanggapan peserta mempengaruhi bagaimana
dan pertanyaan apa yang diajukan peneli
berikutnya.
Desain penelian adalah interakf, yaitu
pengumpulan data dan penelian pertanyaan
yang disesuaikan dengan apa yang telah
dipelajari
Keuntungan Sampel besar, validitas stask, akurat
mencerminkan populasi.
Kaya, mendalam, deskripsi narasi sampel.
Kerugian Pemahaman yang dangkal dari pikiran dan
perasaan sasaran.
Besar sampel kecil, dak digeneralisasikan untuk
populasi pada umumnya.
Sumber: Marvas (2004); Mack, dkk (2005); Vanderstoep dan Johnston (2009)
Kega metode tersebut mempunyai tujuan dan ngkat
kesulitan yang berbeda antara satu metode dengan metode
lainnya. Seap metode memiliki kekuatan dan kelemahannya
sendiri. Selain kega metode tersebut, juga berkembang
metode pengumpulan data kualitaf lain, seper penelusuran
dokumen.
Jarang sekali dalam sebuah penelian kualitaf diguna-
kan metode pengumpulan data tunggal. Sering kali metode
pengumpulan data dilakukan dengan dua sampai ga meto-
de secara bersamaan. Hal ini penng dilakukan karena kele-
mahan satu metode bisa ditutupi atau dilengkapi dengan
kekuatan dari metode pengumpulan data lainnya.
Selain itu, yang terpenng adalah penggunaan lebih dari
satu metode pengumpulan data merupakan salah satu cara
dalam penelian kualitaf untuk menjaga dan memvalidasi
data. Dalam ranah penelian kualitaf, hal ini disebut sebagai
triangulasi metode. Tentang triangulasi dan jenis triangulasi
lainnya akan dijelaskan dalam bab tersendiri dalam buku ini.
Pada pokok bahasan selanjutnya akan dijelaskan denisi
masing-masing metode pengumpulan data dan bagaimana
cara melakukannya. Selain itu, akan diuraikan kelebihan atau
kekuatan dan kelemahan seap metode pengumpulan data.
Observasi ParsipafA.
Menurut Mack, dkk. (2005) observasi parsipaf me-
ru pakan akar dalam penelian etnogra tradisional, yang
bertujuan untuk membantu para peneli mempelajari per-
spekf yang dimiliki oleh populasi penelian. Dianggap bah-
wa akan ada beberapa perspekf dalam suatu masyarakat
tertentu. Metode ini menarik untuk mengetahui beragam
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
20
perspekf yang ada dan membantu dalam memahami
interaksi di antara mereka.
Lebih lanjut Mack, dkk (2005) menjelaskan bahwa
peneli kualitaf melakukan observasi parsipaf bisa
melalui pengamatan sendiri atau oleh keduanya, mengama
dan berparsipasi. Observasi parsipaf selalu dapat
diterapkan dalam masyarakat, di lokasi yang diyakini memiliki
relevansi dengan pertanyaan penelian. Metode ini khas
karena peneli mendeka peserta di lingkungan mereka
sendiri. Secara umum, peneli yang terlibat dalam observasi
parsipaf mencoba untuk mempelajari seper apa hidup
sebagai “orang dalam” sambil juga tetap berperan sebagai
“orang luar”. Murphy dan Dingwall (2003) mengingatkan
bahwa keseimbangan yang sebenarnya antara parsipasi dan
observasi dak pernah sepenuhnya dalam kendali peneli
lapangan tersebut. Keahlian peneli lapangan terletak pada
kecermatan untuk mengetahui kapan harus bersandar pada
satu arah dan kapan bersandar pada arah lain, dan harus
jelas apakah arah ini adalah masalah yang dipilih atau hanya
masalah konngensi (fenomena sesaat).
Penng untuk dipahami bahwa data hasil berdasarkan
observasi dak seper menyalin realitas secara seseder-
hana. Kehidupan alami masyarakat yang diteli telah ada
sebelumnya, dan hal tersebut independen dari intervensi
pengamat. Namun, data tersebut merupakan hasil trans-
formasi tunggal peneli dalam memaknai realitas menjadi
bahan yang cocok untuk dianalisis. Hal tersebut berbeda
dengan data wawancara, yang melibatkan sedaknya dua
transformasi: a) oleh pewawancara yang memilih pertanyaan
yang diajukan, dan b) oleh responden yang merestrukturisasi
pengalaman asli mereka dalam rangka menjawab pertanyaan.
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 21
Dalam beberapa kasus, bahkan mungkin ada transformasi
kega jika peneli juga mengusulkan kemungkinan jawaban
lain (Murphy dan Dingwall, 2003).
Sebagian besar data observasi parsipaf terdiri dari
catatan lapangan (eld notes) rinci yang dicatat catatan
peneli dalam sebuah buku catatan lapangan. Meski biasanya
tekstual, data tersebut juga dapat mencakup peta dan
diagram lain, seper pola kekerabatan atau bagan organisasi.
Kadang-kadang, observasi parsipaf juga melibatkan
kuankasi sesuatu dan, sebagai hasilnya, menghasilkan
data numerik. Contohnya, peneli dapat menghitung
jumlah orang yang masuk ruang tertentu dan terlibat dalam
kegiatan tertentu selama segmen waktu tertentu (Mack, dkk.,
2005). Secara tradisional, peneli kualitaf mengandalkan
keterampilan kerja lapangan mereka sebagai pengamat, dan
mengandalkan kemampuan mereka untuk mereproduksi
karakter singkat dan sekilas periswa dalam catatan lapangan
mereka. Namun, dalam perkembangan saat ini, para peneli
kualitaf telah semakin menggunakan alat bantu teknologi
audio dan video untuk melakukan perekaman momen
tersebut sehingga peneli dapat menghidupkan kembali
dan merekonstruksi ulang momen dengan cara yang agak
berbeda (Murphy dan Dingwall, 2003). Pendekatan observasi
parsipaf dengan menggunakan teknologi visual-audio saat
ini sangat populer dan disebut sebagai etnogra lm atau
video.
Sementara masih terjadi perdebatan teores dan
metodologis terhadap etnogra lm. Produksi lm tersebut
terus diproduksi dengan dak terlalu bertele-tele atau
mengiku konsep formal. Mereka menggabungkan prioritas
esteka dalam naungan penelian ilmiah untuk menciptakan
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
22
karya yang menginformasikan pada khalayak umum tentang
berbagai isu sosial. Misalnya, pembuat video etnogra
feminis telah menggunakan media lm untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang nasib perempuan dan
minoritas pada umumnya (Marvas, 2004).
Metode observasi parsipaf dalam sebuah proyek
penelian yang menggunakan pendekatan kualitaf pada
tahap awal dapat digunakan untuk memfasilitasi dan mem-
bangun rapor hubungan yang posif antara peneli dengan
informan kunci ataupun stake-holder lain. Rapor hubungan
baik ini sangat penng untuk keberlanjutan penelian,
termasuk untuk memperoleh akses terhadap informan po-
tensial.
Sering kali peneli kualitaf di lapangan memiliki rapor
hubungan yang sangat baik dengan informan kunci, dan
bahkan cenderung secara pribadi. Hal ini perlu keha-haan
dalam mencatat informasi yang mbul dalam pengamatan.
Perlu dipaskan atau bila perlu meminta persetujuan untuk
memasukkan informasi tersebut sebagai catatan resmi la-
pangan (Mack, dkk., 2005).
Sebuah proyek penelian terapan biasanya mengguna-
kan metode pengumpulan data lain secara bersamaan dengan
metode observasi parsipaf, misalnya focus group dan
wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas desain penelian.
Kekuatan pengumpulan data menggunakan metode
observasi parsipaf adalah memungkinkan untuk membuka
wawasan peneli terhadap sebuah konteks, hubungan, dan
perilaku. Metode ini juga dapat memberikan informasi, yang
bisa jadi sebelumnya dak diketahui peneli, yang sangat
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 23
penng untuk desain penelian, pengumpulan data, dan
interpretasi data lainnya.
Sedang kelemahan utama metode observasi parsipaf
adalah membutuhkan waktu yang relaf lama. Selain itu,
proses pendokumentasian sangat tergantung pada memori,
disiplin, dan ketekunan peneli. Metode observasi parsipaf
juga membutuhkan kesadaran peneli untuk sebuah objek-
vitas karena metode ini sangat subjekf peneli. Tetap saja
objekvitas di sini terasa sangat relaf karena pemilihan
topik penelian ataupun metode pengumpulan data juga
merupakan sebuah pilihan atau subjekvitas peneli sendiri.
Beberapa antropolog dan peneli kualitaf lainnya
dak merumuskan secara tegas waktu yang dibutuhkan
dalam pengumpulan data dengan cara observasi parsipaf.
Hal tersebut sangat tergantung pada objek yang diteli,
sensivitas peneli, dan yang paling penng tergantung pada
interaksi di antara keduanya (masyarakat dan peneli).
Riset Etnogra Kesehatan yang dilakukan oleh Badan
Penelian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI
pada tahun 2012, dan terakhir tahun 2014, mengharuskan
para penelinya grounded selama 60-70 hari di lapangan.
Penelian, yang ditujukan untuk memetakan budaya
masyarakat setempat yang terkait dengan bidang kesehatan
ini, dilakukan oleh m peneli yang terdiri atas ga orang:
peneli bidang kesehatan, peneli bidang sosial (antropolog/
sosiologi), dan peneli daerah.
Penelian grounded yang hanya 60-70 hari di lapangan,
oleh beberapa antropolog dirasakan masih kurang untuk
benar-benar dapat mengenal dan menggali budaya kelompok
masyarakat pada etnik tertentu yang diteli. Namun, waktu
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
24
60-70 hari tersebut sudah lebih dari cukup untuk penelian
menggunakan pendekatan kualitaf yang dilaksanakan,
walaupun dirasakan hanya secara supersial.
Faktor lain yang dianggap sebagai kelebihan dalam riset
etnogra tersebut adalah keterlibatan orang daerah setempat
sebagai salah satu anggota m peneli yang diharapkan
memahami bahasa daerah atau masyarakat yang diteli. Hal
ini dirasa dapat memangkas waktu m peneli untuk blended,
membaur, pendekatan, dan kesetaraan dengan masyarakat
sasaran.
Beberapa referensi hasil penelian tersebut dapat dipe-
lajari lebih lanjut pada:
Lely Indrawati, Suharjo, Nur Anita, Haniel Dominggus, 1)
Nurcahyo Tri Arianto, Sugeng Rahanto, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Mamasa,
Desa Makuang, Kecamatan Messawa, Kabupaten
Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Surabaya: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Ma-
sya rakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lusi Kristiana, Tonny Murwanto, Santi Dwiningsih, 2)
Harumanto Sapardi, Kasnodihardjo, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Jawa,
Desa Gading Sari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabaya: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Aan Kurniawan, Ivon Ayomi, Petrodes M. Mega S. 3)
Keliduan, Elyage Lokobal, Agung Dwi Laksono, 2012.
Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 25
Ngalum, Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua. Surabaya; Pusat Humaniora, Kebijakan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Helper Sahat P. Manalu, Ida, Oktavianus Pangaribuan, 4)
Arif Kristian Lawolo, Lestari Handayani, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Nias, Desa
Hilifadölö, Kecamatan Lölöwa’u, Kabupaten Nias Selatan,
Provinsi Sumatera Utara. Jakarta; Pusat Humaniora,
kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemen-
terian Kesehatan Republik Indonesia
Wawancara MendalamB.
Salah satu metode pengumpulan data paling mendasar
dalam penelian kualitaf adalah wawancara mendalam.
Tanpa disadari sebetulnya kita sudah terlalu sering melihat
dan bahkan melakukannya, tanpa harus menjadi peneli.
Tayangan televisi model talk show populer semacam Mata
Najwa adalah salah satu contoh kongkret, atau saat kita
wawancara untuk sebuah pekerjaan, atau saat kita sakit
dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, kita akan
diwawancarai oleh dokter sebelum dia menentukan penyakit
atau menegakkan diagnosa secara tepat akan penyakit yang
kita alami sebagai respon dari jawaban-jawaban kita saat
wawancara tersebut.
Wawancara mendalam didasarkan pada gagasan bahwa
menggali lebih mendalam tentang subjek atau informan
untuk menghasilkan data yang lebih otenk (Marvas,
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
26
2004). Wawancara mendalam adalah teknik yang dirancang
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perspekf
subjek pada topik penelian. Selama pelaksanaan wawancara
mendalam, orang yang diwawancarai dianggap ahli dan
pewawancara dianggap siswa (Mack dkk., 2005). Secara
tradisional, wawancara mendalam adalah teknik face to
face antara pewawancara tunggal dengan informan tunggal,
meski saat ini tengah populer model pewawancara tunggal
dengan informan kelompok, yang lebih lazim disebut sebagai
focus group (kelompok terarah). Metode pengumpulan data
melalui wawancara mendalam sangat berguna keka objek
dari penelian tentang topik yang di luar norma dan asumsi
yang sering kali dak dibicarakan secara eksplisit dalam
prakk sehari-hari sebuah kelompok/komunitas (Murphy dan
Dingwall, 2003).
Marvas (2004) menyatakan bahwa saat ini model
wawancara mendalam secara bertahap bergeser ke arah
gagasan analis yang lebih kompleks, bahwa wawancara
adalah acara sosial yang menciptakan versi tertentu dari
realitas sosial. Sebelumnya, pemahaman wawancara
mendalam hanya sebagai alat penelian didasarkan secara
sederhana pada pertanyaan dan jawaban.
Teknik wawancara mendalam mendorong peneli yang
berkeinginan untuk mempelajari segala sesuatu dari peserta,
agar dapat berbagi tentang topik penelian. Peneli terlibat
dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan secara netral,
mendengarkan dengan penuh perhaan tanggapan peserta,
dan mengajukan pertanyaan ndak lanjut dan menggali
berdasarkan respon. Mereka dak membawa peserta sesuai
dengan praduga, juga dak mendorong peserta untuk
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 27
memberikan jawaban tertentu dengan mengekspresikan
persetujuan atau kedaksetujuan dari apa yang mereka
nyatakan (Mack dkk., 2005). Beberapa hal wawancara
mendalam hanya bisa terjadi di tempat-tempat yang private
(pribadi) sehingga peneli kadang dak mungkin untuk
mendapatkan akses lebih jauh yang diperlukan untuk metode
observasional, sebagai kombinasi metode pengumpulan data
secara bersamaan (Murphy dan Dingwall, 2003).
Data wawancara mendalam biasanya terdiri atas
hasil rekaman audio, transkrip dari perekaman audio, dan
dari buku catatan pewawancara. Catatan dapat berupa
dokumentasi peneli tentang isi wawancara, peserta, dan
konteks saat wawancara sedang berlangsung.
Menurut Mack dkk. (2005), data hasil transkrip dari
perekaman adalah bentuk paling dimanfaatkan dari wawan-
cara mendalam. Selama tahap analisis data penelian, setelah
pengumpulan data, transkrip diberi kode menurut tanggapan
peserta untuk seap pertanyaan dan/atau tema yang muncul
paling menonjol dalam momen wawancara.
Kekuatan dari metode pengumpulan data kualitaf
dengan wawancara mendalam adalah kita dapat memperoleh
respon yang mendalam, dengan nuansa dan kontradiksi
yang terkandung di dalamnya. Kita juga akan mendapatkan
perspekf interpretasi dari informan tentang suatu hubungan
antarperiswa atau fenomena tertentu berdasarkan cara dia
melihat dan memaknai sesuai dengan keyakinannya.
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
28
Focus Groups C. (Kelompok Terarah)
Focus groups atau kelompok terarah adalah versi lain
atau pengembangan wawancara mendalam dengan versi
sasaran lebih banyak secara bersamaan, berkelompok, untuk
membahas topik tertentu. Secara sederhana, Marvas (2004)
menyatakan bahwa dalam focus group, peneli mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada sejumlah responden pada saat
yang sama untuk “merangsang diskusi dan dengan demikian
memahami (melalui analisis lebih lanjut) makna dan norma-
norma yang mendasari jawaban-jawaban kelompok”. Meski
pada prinsipnya sama, Berg (2001) mendenisikan focus
groups sebagai gaya wawancara yang dirancang untuk
kelompok-kelompok kecil. Dengan menggunakan pendekatan
ini, peneli berusaha untuk belajar melalui diskusi tentang
karakterisk psikologis dan sosial budaya sadar, setengah
sadar, dan dak sadar dan proses antara berbagai kelompok.
Metode focus groups sangat efekf untuk menangkap
informasi tentang norma-norma sosial dan berbagai
pendapat atau pandangan dalam suatu populasi. Kekayaan
data kelompok fokus muncul dari dinamika kelompok dan
dari keragaman kelompok. Peserta saling mempengaruhi
satu sama lain melalui kehadiran mereka dan reaksi mereka
terhadap apa yang orang lain katakan. Karena dak semua
orang akan memiliki pandangan dan pengalaman yang sama
(karena perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, akses
ke sumber daya, dan faktor lainnya), banyak sudut pandang
yang kemungkinan berbeda akan diungkapkan oleh peserta
(Mack, dkk., 2005; Marvas, 2004). Metode pengumpulan
data focus group sangat tepat bila dipergunakan untuk
mengidenkasi norma yang berlaku pada suatu kelompok,
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 29
memunculkan pendapat tentang norma kelompok tersebut,
serta menemukan berbagai variasinya dalam suatu populasi.
Menurut Mack, dkk. (2005) dalam sebuah studi, focus
groups biasanya merupakan satu di antara banyak metode
yang digunakan untuk membuat gambaran lengkap tentang
bagaimana suatu masalah mempengaruhi komunitas. Focus
groups berkontribusi terhadap pemahaman yang luas ini
dengan menyediakan data yang didasarkan pada norma-
norma sosial dan budaya, norma-norma yang meresap pada
masyarakat, dan pendapat orang tentang nilai-nilai mereka
sendiri.
Sebuah sesi focus groups lazimnya terdiri dari sejumlah
kecil peserta di bawah bimbingan fasilitator, atau biasa disebut
moderator. Berg (2001) menyebutkan tugas moderator dalam
focus groups sebenarnya mirip dengan pewawancara dalam
tatap muka wawancara. Tugas-tugas ini dapat dibuat lebih
sistemas dengan menyiapkan panduan prosedural sebelum
melakukan focus groups yang sebenarnya.
Secara khusus untuk peran moderator, Bloor, dkk. (2001)
mengingatkan bahwa seorang fasilitator harus memfasilitasi
kelompok, bukan mengontrolnya. Tujuannya adalah untuk
memfasilitasi interaksi kelompok sedemikian rupa agar
memahami norma-norma dan makna kelompok. Interaksi
kelompok tertentu dapat terdistorsi oleh kontrol eksternal
(moderator) terlalu banyak.
Jumlah peserta focus groups umumnya terdiri atas enam
sampai dua belas orang dalam satu sesi kelompok diskusi,
tergantung pada topik yang dibahas. Secara khusus Krueger
(1994) menyarankan bahwa untuk masalah yang fokus
kompleks ukuran kelompok harus dak lebih dari sekitar
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
30
tujuh peserta. Untuk satu topik bahasan, biasa dilakukan
dalam beberapa seri focus groups dengan topik yang sama,
tetapi dengan peserta yang berbeda.
Seap peserta dalam sebuah focus groups harus setara
dalam sebuah ngkatan. Misalnya, diskusi untuk membahas
topik tentang kesetaraan gender dalam hal parsipasi
keluarga berencana. Diskusi, yang melibatkan ibu-ibu rumah
tangga sebagai peserta, hanya boleh melibatkan ibu-ibu
rumah tangga tersebut saja. Melibatkan kategori peserta lain,
misalnya tokoh agama, justru akan membuat diskusi dak
terfokus, dan merusak data yang kita inginkan. Bila dalam
topik tersebut kita juga ingin tahu tentang pendapat pada
tokoh agama, bisa ditambah sesi focus groups lain dengan
topik yang sama, tetapi dengan peserta berbeda, hanya
melibatkan tokoh agama yang setara.
Merupakan hal penng untuk mempersiapkan ruangan
sebelum peserta ba. Peneli harus mengetahui jumlah orang
yang terlibat dan memaskan bahwa ruang dalam ukuran
yang tepat dan dilengkapi dengan kursi yang cukup, meja, dan
peralatan rekaman yang Anda butuhkan. Bila memungkinkan,
ruangan harus di daerah yang tenang (Stringer, 2004). Kursi
peserta ditempatkan satu baris mengelilingi meja sehingga
seap peserta bisa face to face terhadap peserta diskusi
lainnya. Hal ini sangat penng untuk bisa memancing dan
membangun interaksi antar peserta pada saat diskusi
dilangsungkan.
Alat kelengkapan focus groups bisa terdiri dari rekaman
audio; atau bila memungkinkan rekaman visual-audio,
transkrip dari rekaman tersebut, catatan moderator dan
catatan dari notulen diskusi, dan bisa ditambah dengan
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 31
catatan dari sesi tanya jawab yang diadakan setelah kelompok
fokus. Rekaman visual-audio (video) akan sangat membantu
peneli dalam merekam ekspresi, reaksi, dan emosi pada
saat diskusi berlangsung. Hal ini penng dilakukan untuk
memudahkan peneli membangun kembali memori tentang
suasana pada saat diskusi sedang berlangsung.
Kelebihan metode focus group bila dibandingkan
dengan wawancara mendalam adalah bahwa focus group
mam pu memunculkan informasi tentang berbagai norma dan
opini dalam waktu singkat (Stringer, 2004; Mack, dkk., 2005),
serta dinamika dalam wawancara kelompok mampu untuk
merangsang reaksi atau percakapan. Morgan (1997) mengakui
bahwa focus groups mampu memberikan pandangan yang
lebih luas dibandingkan dengan wawancara mendalam.
InformanD.
Salah satu aspek penng dalam pengumpulan data
kualitaf adalah pemilihan informan dalam penggalian infor-
masi atau data. Informan kunci atau “key informant” meru-
pakan sumber informasi utama dari aspek atau substansi
yang akan dipelajari dalam studi kualitaf. Marshall (1996)
menekankan beberapa karakterisk ‘ideal’ informan beri-
kut: peran di masyarakat, pengetahuan, kebersediaan,
komu ni kaf, bersikap netral atau untuk menghindari bias
informasi. Penentuan berdasarkan karakterisk tersebut dak
semuanya dapat dinilai pada saat sebelum pengumpulan
informasi, tetapi dapat ditetapkan pada saat wawancara
berjalan. Di samping itu, kriteria informan juga eksibel dan
dapat bervariasi tergantung dari jenis informasi serta tujuan
penggalian informasi. Seap penelian kualitaf dapat
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
32
menetapkan kriteria informan sesuai dengan kebutuhan
penelian. Proses penetapan sebagai informasi kunci dapat
terus berlangsung melalui beberapa wawancara sampai
peneli dapat menetapkan siapa informan kunci yang tepat
untuk materi tertentu. Prinsip “siapa berbicara apa” menjadi
penng dalam pengumpulan data kualitaf karena informasi
yang didapatkan dapat berbeda dari karaterisik informan
yang berbeda.
Sebagai contoh, penggalian informasi terkait alasan
ibu di desa memilih dukun sebagai penolong persalinan
dapat dilalukan melalui wawancara mendalam dengan
me milih informan dengan karakterisk: ibu yang pernah
ditolong oleh dukun pada saat bersalin dalam satu tahun
terakhir, nggal di pedesaan, sosial ekonomi baik dan
kurang. Informasi yang lebih dalam dan valid bisa didapatkan
dari ibu yang mempunyai pengalaman melahirkan dengan
pertolongan dukun dalam satu tahun terakhir daripada ibu
yang mempunyai pengalaman dua tahun terakhir atau lebih
karena ada perbedaan kondisi terkait perbedaan periode
waktu. Informasi berbeda akan didapatkan dari informan ibu
yang nggal di desa dan yang nggal di kota. Informasi juga
akan berbeda dari ibu yang berlatar belakang ekonomi baik
dan kurang baik.
PenutupE.
Tiga metode pengumpulan data penelian kualitaf
yang telah dipaparkan dalam bab ini adalah metode
pengumpulan data paling populer atau paling sering di-
per gunakan dalam banyak proyek penelian. Masing-
masing metode pengumpuan data memiliki kelebihan
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan 33
diban ding dengan metode lainnya. Cara terbaik adalah
mengombinasikan beberapa metode dalam satu proyek
penelian. Kombinasi metode pengumpulan data bisa
memak simalkan perspekf yang ingin kita ketahui terhadap
suatu permasalahan penelian.
Daar Pustaka
Basse, Chris (editor), 2004. Qualitave Research in Health
Care. London: Whurr Publishers.
Berg, Bruce L., 2001. Qualitave Research Methods for The
Social Sciences. Fourth Edion. California: Allyn and
Bacon.
Bloor, M., J. Frankland, M. Thomas and K. Robson, 2001.
Focus Groups in Social Research. London: Sage.
Daymon, Chrisne dan Immy Holloway, 2002. Qualitave
Research Methods in Public Relaons and Markeng
Communicaons. London: Routledge.
Krueger, R. A., 1994. Focus Groups: A Praccal Guide for
Applied Research. 2nd edion. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Mack, Natasha, Cynthia Woodsong, Kathleen M.Macqueen,
Greg Guest, Emily Namey, 2005. Qualitave Research
Methods: A Data Collector’s Field Guide. North Carolina:
Family Health Internaonal.
Marshal MN, 1996. The Key Informant Technique. Great
Britain: Family Pracce; 13: 92-97. Tersedia pada hp://
fampra.oxfordjournals.org, diunggah pada September
17, 2014.
Marvas, Amir B., 2004. Qualitave Research in Sociology.
London: Sage Publicaons.
Penelian Kualitaf di Bidang Kesehatan
34
Morgan DL., 1997. Focus Group as Qualitave Research.
second edion; London: Sage.
Murphy, Elizabeth, dan Robert Dingwall, 2003. Qualitave
Methods and Health Policy Research. New York: Aldine
De Gruyter.
Neergaard, Helle dan John Parm Ulhøi, 2007. Handbook of
Qualitave Research Methods in Entrepreneurship.
Northampton-Massachuses: Edward Elgar Publishing.
Silverman, D., 2000. Doing Qualitave Research: A Praccal
Handbook. Thousand Oak, CA.: Sage Publicaons.
Stringer, Elaine, 2004. “Focus Groups” dalam Chris Basse.
Qualitave Research in Health Care. London: Whurr
Publishers.
Vanderstoep, Sco W., Deirdre D. Johnston, 2009. Research
Methods for Everiday Life; Blending Qualitave and
Quantave Approach. San Francisco: Jossey-Bass A
Wiley Imprint.