Content uploaded by Marina Silalahi
Author content
All content in this area was uploaded by Marina Silalahi on Jul 20, 2018
Content may be subject to copyright.
Content uploaded by Marina Silalahi
Author content
All content in this area was uploaded by Marina Silalahi on Jul 04, 2018
Content may be subject to copyright.
557
ISSN e-journal 2579-7557
MINYAK ESSENSIAL PADA KEMANGI (Ocimum basilicum L.)
Marina Silalahi
Prodi Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
Corresponding author: marina.silalahi@uki.ac.id, marina_biouki@yahoo.com
Abstract
Ocimum basilicum L. or basil is widely used as a community producing the essential oils. By human the Ocimum
basilicum has been used as medicine, vegetable, and spices. This article is based on offline and online media
literature. Offline literature used the books, disertations, thesis, whereas online media used Web, Scopus,
Pubmed, and scientific journals. The main essential oils in the Ocimum basilicum have monotherpene
derivatives (camphor, limonene, 1,8-cineole, linalool, geraniol) and phenylpropanoid derivatives (eugenol,
methyleugenol, chavicol, estragole, methyl-cinnamate). The traditional medicine its utilized as a carminative,
stomach and antispasmodial, nausea, bloating, and dysentery. Based on its, bioessay have activity as an
antioxidant, anti-bacterial, and anti-cancer.
Keywords: Ocimum basilicum, essential oils, anti-cancer, and anti-bacterial
PENDAHULUAN
Ocimum merupakan salah satu
genus dari famili Lamiaceae yang kaya
akan minyak essensial. Genus Ocimum
memiliki lebih dari 150 spesies
(Javanmardi et al., 2002; Sajjadi, 2006).
Minyak essensial merupakan senyawa
yang mudah menguap sehingga
menghasilkan aroma khas. Oleh sebab itu,
senyawa tersebut banyak digunakan dalam
industri makanan, minuman, dan dalam
pengobatan. Beberapa minyak essensial oil
yang telah dikomersialkan yaitu geraniol
dan lavender.
Ocimum basilicum atau yang
dikenal juga sebagai kemangi merupakan
salah jenis dari genus Ocimum yang
banyak digunakan masyarakat sebagai
penghasil minyak essensial. Secara empirik
di Indonesia, kemangi sangat mudah
ditemukan di pekarangan maupun di
lanskap lainnya serta diperdagangkan
secara luas di berbagai pasar tradisional
dan pasar modern. Dalam kehidupan
sehari-hari O. basilicum dimanfaatkan
sebagai obat, sayur, dan bumbu masak.
Oleh masyarakat lokal Indonesia O.
basilicum dimanfaatkan sebagai lalapan,
bahan tambahan pada berbagai masakan
seperti pepes, gulai ikan, dan rica-rica
(sejenis tumis daging ayam maupun daging
lainnya). Makanan yang diberi bahan
tambahan O. basilicum memiliki aroma
khas sehingga meningkatkan selera cita
rasa dan mengakibatkan masakan lebih
awet.
Dalam pengobatan, O. basilicum
digunakan dalam aroma terapi maupun
untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Pengobatan tradisional memanfaatkan O.
basilicum sebagai obat karminatif, sakit
perut, dan anti pasmodial, mual, kembung,
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 2, Juli 2018
558
ISSN e-journal 2579-7557
dan disentri (Ozcan dan Chalchat, 2002;
Sajjadi, 2006). Etnis Batak di Sumatera
Utara, memanfaatkan O. basilicum sebagai
salah satu komponen atau bahan ramuan
oukup (Silalahi, 2014). Oukup merupakan
sauna tradisional etnis Batak Karo yang
memanfaatkan tumbuhan yang kaya akan
minyak essensial dari famili Rutaceae dan
Zingiberaceae. Minyak essensial dari O.
basilicum secara tradisional diperoleh dari
seluruh bagian yang terdapat di atas tanah
meliputi batang, daun, dan bunga melalui
proses distilasi (Trevisan et al., 2006).
Walaupun demikian, daun segar
merupakan bagian yang paling sering
dimanfaatkan khususnya dalam bidang
kuliner.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat maupun sebagai bumbu masak
berhubungan dengan kandungan metabolit
sekundernya terutama minyak essensial.
Berbagai peneliti menyatakan bahwa
minyak essensial memiliki berbagai
macam bioaktivitas. Tulisan ini membahas
lebih detail mengenai minyak essensial
yang terkandung dalam O. basilicum dan
bioaktivitasnya.
METODE PENELITIAN
Penulisan artikel ini didasarkan
studi literatur yang diperoleh secara online
maupun off line. Artikel online berupa
jurnal maupun hasil penelitian. Tulisan ini
didasarkan pada kajian literatur baik secara
online dan offline. Offline didasarkan pada
berbagai buku literatur seperti Plants
Resources of South East Asian dan buku
lainnya. Media online didasarkan pada
Web, Scopus, Pubmed, dan media on-line
yang digunakan untuk publikasi dari
berbagai Scientific journals.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Ocimum basilicum (L.)
Genus Ocimum termasuk dalam
famili Lamiaceae yang tersebar di daerah
tropis dan sub tropis (Asia, Afrika, dan
Amerika). Tanaman ini diduga berasal dari
India, Afghanistan, Pakistan, India bagian
Utara, dan Iran. Namun, saat ini telah
dibudidayakan hampir di seluruh dunia
(Moghaddam et al., 2011). Ocimum
basilicum merupakan salah satu spesies
dari genus Ocimum yang telah banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan
obat-obatan. Masyarakat Indonesia secara
umum mengenal O. basilicum dengan
nama kemangi dan dianggap bermanfaat
secara ekonomi karena telah
diperjualbelikan sebagai komoditi
ekonomi, baik dalam bentuk segar,
simplisia, maupun minyak essensial.
Ocimum basilicum merupakan
tanaman annual, tumbuhan asli (native)
yang berasal dari India dan Asia lainnya,
tingginya mencapai 20 - 60 cm, dengan
Marina Silalahi: Minyak Essensial pada Kemangi (Ocimum basilicum L.)
559
ISSN e-journal 2579-7557
bunga berwarna putih-ungu (Klimankova
et al., 2008). Kemangi merupakan
tumbuhan herba menahun, memiliki batang
berbentuk segi empat dengan ketebalan
hingga mencapai 6 mm. Batang memiliki
banyak percabangan, bewarna hijau terang
hingga ungu gelap, dan terkadang seperti
berkayu. Daun merupakan daun tunggal,
berhadapan, dengan panjang tangkai daun
1 – 4,5 cm, berbentuk bulat telur hingga
elips. Helaian daun berukuran 1 – 5 cm x
0,5 – 2 cm dengan pinggiran daun rata (de
Guzman and Simeonsma, 1999).
Bunga O. basilicum memiliki
labiate (bibir) berwarna putih, merah muda
(rose) hingga ungu (violet). Kalik (kelopak
bunga) berbentuk bilabiate dan corolla
(mahkota bunga) memiliki 4 lobus
(Moghaddam et al., 2011). Bibir bagian
bawah sederhana dengan 4 stamen
berbaring di dalamnya (Sajjadi, 2006)
(Gambar 1).
Gambar 1. Ocimum basilicum L. (1). bunga; (2) taruk (shoot); (3). pembungaan (4)
flouter (de Guzman dan Simeonsma, 1999).
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 2, Juli 2018
560
ISSN e-journal 2579-7557
Genus Ocimum memiliki sekitar 64
(Zarlaha et al., 2014) - 200 spesies (Dhiza,
2010) dan O. basilicum merupakan jenis
yang telah banyak dibudidayakan (Sajjadi,
2006) sebagai penghasil minyak essensial.
Said-Al Ahl et al. (2015) menyatakan di
Mesir dikenal empat varietas kemangi
yaitu (O. basilicum var. odoratus, O.
basilicum var. alba, O. basilicum var.
thyrsiflorum, dan O. basilicum var.
purpurascens). Lebih lanjut Said-Al Ahl et
al. (2015) menyatakan bahwa ke empat
varietas tersebut memiliki kandungan
minyak essensial yang berbeda. Sajjadi
(2006) menyatakan bahwa di Iran terdapat
dua cultivar O. basilicum yang disebut
dengan O. basilicum L. cv. hijau dan O.
basilicum L. cv. ungu.
Minyak Essensial
Minyak essensial merupakan salah
satu jenis metabolit sekunder yang
dihasilkan tumbuhan yang bernilai secara
ekonomi. Tumbuhan memanfaatkan
metabolit sekunder sebagai pertahanan
terhadap serangan berbagai mikroba,
serangga, maupun herbivora lainnya. Jenis
metabolit sekunder yang disintesis
tumbuhan sangat bervariasi antara satu
spesies dengan spesies lainnya, bahkan
terkadang dalam spesies yang sama juga
terdapat variasi tergantung faktor
lingkungan. Berbagai faktor dilaporkan
mempengaruhi kandungan metabolit
sekunder yaitu faktor eksternal dan
internal. Beberapa faktor ekternal yang
sangat berpengaruh terhadap kandungan
metabolit sekunder antara lain: topografi,
cuaca, dan iklim (Zarlaha et al., 2014).
Metabolit sekunder merupakan
senyawa yang dihasilkan dari proses
metabolisme sekunder dengan
menggunakan senyawa antara yang
dihasilkan pada berbagai tahapan
metabolisme primer seperti pada proses
glikolisis. Perbedaan senyawa prekusor
maupun proses metabolisme akan
mempengaruhi jenis metabolit sekunder
yang dihasilkan (Taiz dan Zeinger, 2006).
Hal tersebut mengakibatkan banyaknya
variasi atau jenis metabolisme yang
dihasilkan tumbuhan.
Terpenoid merupakan salah satu
metabolit sekunder yang dibangun sub-unit
C5 yang dikenal dengan nama
monoterpenoid (C10), seskuiterpenoid
(C15), diterpenoid (C20), dan triterpenoid
(C30). Monoterpenoid (C10) dan
seskuiterpenoid (C15) merupakan senyawa
yang mudah menguap atau sebagian besar
penyusun minyak essensial atau yang
dikenal juga sebagai minyak atsiri. Minyak
atsiri adalah campuran senyawa volatil,
terbentuk dan diakumulasikan oleh
tanaman pada kelenjar rambut dan sel, dan
kelenjar minyak (Zarlaha et al., 2014).
Minyak essensial bersifat bersifat lipofilik,
Marina Silalahi: Minyak Essensial pada Kemangi (Ocimum basilicum L.)
561
ISSN e-journal 2579-7557
larut dalam pelarut alkohol dan lipida
(Zarlaha et al., 2014).
Lawrence (1988) menyatakan
bahwa essensial oil yang terdapat di dalam
O. basilicum disintesis melalui melalui dua
macam jalur biokimia yaitu jalur asam
shikimat seperti fenilpropanoid (metil
chavicol, eugenol, methyleugenol, dan
metil cinnamate) dan jalur asam mevalonat
seperti terpen (linalool dan geraniol).
Ocimum basilicum mengandung hingga
1,5% minyak esensial, yang komposisinya
paling banyak adalah linalool dan eugenol
(Zarlaha et al., 2014) (Gambar 2).
Perbedaan komposisi minyak esensial pada
O. basilicum yang dibudidayakan di
berbagai lokasi geografis menyebabkan
klasifikasi kemangi dilakukan berdasarkan
kemotipe/ komponen kimia umum
(Lawrence, 1992).
Kandungan senyawa kimia atau
metabolit sekunder yang terdapat pada O.
basilicum bervariasi dipengaruhi oleh
faktor lingkungan (Zarlaha et al., 2014)
maupun faktor internalnya (Da-Silva et al.,
2003). Faktor lingkungan yang
mempengaruhi kuantitas dan komposisi
minayak atsiri pada kemangi antara lain:
kondisi tanah tempat penanaman,
perubahan iklim, dan periode pemanenan
(Zarlaha et al., 2014), sedangkan faktor
internal antara lain variasi kemotipe, warna
daun dan bunga, aroma dan asal tanaman
(Da-Silva et al., 2003).
Sebanyak 75 senyawa diidentifikasi
sebagai komponen penyusun minyak
esensial dari O. basilicum (Beatovic et al.,
2015). Komponen utama minyak esensial
yang terdapat dalam kemangi antara lain:
(-)-linalool, (-)-camphor, α-huulene,
eucaliptol, eugenol, (-)-bornyl acetate,
methyl chavicol, (-)-trans-caryophyllene,
alpha-trans-bergamotene, dan cadinol
(Zheljazkov 2008; Dhiza, 2010; Said-Al
Ahl dan Mahmoud 2010). Walaupun
demikian kandungan essensial oil pada
kemangi memiliki banyak variasi. Said-Al
Ahl et al. (2015) menyatakan bahwa
kandungan minyak atsiri O. basilicum var.
thyrsiflorum lebih tinggi dibandingkan
dengan O. basilicum var. alba dan O.
basilicum var. purpurascens dan O.
basilicum var. odoratus, namun kandungan
utamanya adalah eugenol (38,36 - 57,79%)
dan linalool (27,30 - 39,74%). Konsentrasi
eugenol dan linalool pada O. basilicum
saling berlawanan yaitu ketika konsentrasi
eugenol meningkat maka konsentrasi
linalool menurun dan sebaliknya (Said-Al
Ahl et al., 2015).
Faktor lingkungan yang
mempengaruhi minyak esesnsial pada
kemangi antara lain: nutrisi tanaman,
waktu pemanenan dan lama pengeringan.
Nutrisi yang sangat mempengaruhi
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 2, Juli 2018
562
ISSN e-journal 2579-7557
essensial oil terutama unsur makroelemen
dan mikroelemen, yang secara langsung
maupun tidak langsung akan
mempengaruhi pH tanah. Nitrogen
merupakan makroelemen unsur yang
secara signifikan mempengaruhi kadar
essensial oil yang dihasilkan kemangi
(Zheljazkov et al., 2008). Konsentrasi
linalool dan methylchavicol akan menurun
pada tanah basa (Said-Al Ahl and
Mahmoud, 2010). Penambahan
mikronutrien seperti seng dan besi pada
tanah normal akan menurunkan
konsentrasi linalool; sebaliknya terjadi
peningkatan kandungan linalool dengan
menggunakan perlakuan tanah basa (Said-
Al Ahl and Mahmoud, 2010).
Eugenol
Ethyl eugenol
Isoeugenol
Linalool
Gambar 2. Minyak essensial turunan phenolik pada O. basilicum (Zarlaha et al., 2014).
Selain faktor makro dan
mikronutrien, waktu pemanenan dan lama
pengeringan mempengaruhi kadar minyak
essensial oil. Pemanenan pada pukul 8:00
dan 12:00 memberikan hasil minyak
esensial yang lebih tinggi. Setelah lima
hari pengeringan, konsentrasi linalool
meningkat dari 45,18% menjadi 86,80%.
Ocimum basilicum harus dipanen pada
pagi hari dan biomassa dikeringkan pada
suhu 40ºC selama lima hari untuk
mendapatkan linalool minyak esensial
yang tinggi (Filho et al., 2006).
Adanya pengaruh sejumlah faktor
lingkungan tersebut mengakibatkan jenis
minyak essensial yang berhasil dilaporkan
oleh setiap peneliti bervariasi yaitu
sebanyak 30 jenis (Unnithan et al., 2013),
49 jenis (Özcan dan Chalchat, 2002) dan
75 jenis (Beatovic et al. 2015). Walaupun
demikian, komponen utamanya relatif
sama antara lain, metil eugenol, α-
cubebene, nerol dan ε-muurolene (Özcan
dan Chalchat, 2002), kopaene, p-menth-2-
en-1-ol, eugenylacetae, bornyl acetate, α-
himachalene, rosifoliol dan (2,5%)
(Unnithan et al., 2013), metil chavicol,
Marina Silalahi: Minyak Essensial pada Kemangi (Ocimum basilicum L.)
563
ISSN e-journal 2579-7557
linalool, epi-α-cadinol (5,9%) dan trans-α-
bergamotene (Sajjadi, 2006)
Selain faktor lingkungan, jenis
maupun konsentrasi minyak esensial yang
terkandung pada kemangi juga dipengaruhi
faktor internal terutama varietas.
Kandungan utama essensial oil pada O.
basilicum L. cv. ungu adalah metil
chavicol (52,4%), linalool (20,1%), epi-α-
cadinol (5,9%) dan trans-α-bergamotene
(5,2%), sedangkan O. basilicum L. cv.
hijau memiliki komponen utama antara
lain metil chavicol (40,5%), geranial
(27,6%), neral (18,5%) dan caryophyllene
oxide (5,4%)(Sajjadi, 2006).
Manfaat Minyak Essensial
Ocimum basilicum digunakan
sebagai obat, sayur, dan bumbu masak.
Sebagai bahan obat tradisional kemangi
digunakan sebagai obat karminatif, sakit
perut, anti spasmodik, mengobati mual,
kembung, dan disentri (Ozcan dan
Chalchat, 2002; Sajjadi, 2006). Berbagai
bioassaynya O. basilicum memiliki
berbagai aktivitas di antaranya antioksidan
(Beatovic et al., 2015; Potelito et al.,
2007), antibakteri (Moghaddam et al.,
2011; Unnithan et al., 2013) dan
antikanker (Zarlaha et al., 2014).
1. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa
yang menghambat radikal bebas. Senyawa
sintetis yang paling banyak digunakan
sebagai antioksidan antara lain: butylated
hydroxytoluene (BHT), butylated
hydroxyanisole (BHA) (Potelito et al.,
2007). Senyawa fenolik merupakan
senyawa alami yang dihasilkan tumbuhan
yang memiliki aktivitas sebagai
antioksidan (Agatiet al., 2012). Radikal
bebas pada tumbuhan umumnya
disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet
(UV) yang terlalu intensif. Oleh sebab itu,
tumbuhan mensintesis senyawa fenolik
sebagai bentuk pertahanan diri terhadap
radikal bebas (Takahashi dan Badger
2011).
Untuk menguji kemampuan suatu
senyawa sebagai penangkal radikal bebas
digunakan 2,20-diphenyl-1-picrylhydrazyl
(DPPH). Hasil uji DPPH terhadap minyak
essensial dari O. bailicum menunjukkan
kapasitas antioksidan yang sangat tinggi
dengan nilai IC50 = 0,03 μg / mL
(Beatovic et al., 2015). Minyak essensial
yang terkandung pada kemangi berupa
eugenol, chavicol, linalool dan a-terpineol
bersifat sebagai antioksidan (Potelito et
al., 2007).
2. Antibakteri
Anti mikroba merupakan senyawa
yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba. Ekstrak O. basilicum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri
(Moghaddam et al., 2011; Unnithan et al.
2013), plasmodium (Sajjadi, 2006), dan
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 2, Juli 2018
564
ISSN e-journal 2579-7557
jamur (Beatovic et al., 2015). Kemampuan
O. basilicum dalam mengahambat
pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh
kultivarnya (Beatovic et al., 2015). Hal
tersebut diduga adanya perbedaan
kandungan minyak essensial pada setiap
kultivar O. basilicum (Said-Al Ahl et al.,
2015).
Ekstrak kemangi menghambat
pertumbuhan bakteri gram negatif
(Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa) dan bakteri gram positif
(Bacillus cereus, Staphylococcus aureus)
(Moghaddam et al., 2011). Walaupun
demikian, aktivitas antibakteri terhadap
gram positif (Staphylococcus auerus) lebih
tinggi dibandingkan bakteri gram negatif
(Escherichia coli) (Unnithan et al., 2013).
Hal tersebut berhubungan dengan
perbedaan struktur dinding sel bakteri
gram positif yang lebih sederhana
dibandingkan dengan bakteri gram negatif,
yang mengakibatkan minyak essensial sulit
menembus dindingnya.
Zona hambat ekstrak O. basilicum
terhadap berbagai spesies bakteri
bervariasi yaitu: Staphylococcus aureus
(29,20-30,56 mm), Bacillus cereus (10,66-
16,11 mm), Escherichia coli (17.48-23.58
mm) dan untuk Pseudomonas aeruginosa
lebih besar dibandingkan dengan yang
lainya. Minimum inhibitory concentration
(MIC) untuk bakteri gram positif adalah
sebagai: B. cereus yang berkisar 36-18
μg/mL, S. aureus 18 μg/mL, dan untuk
bakteri gram negatif bakteri E. coli dan P.
aeruginosa adalah 18-9 μg/mL
(Moghaddam et al., 2011).
3. Antikanker
Kanker merupakan salah satu jenis
penyakit yang menyebabkan kematian
tertinggi pada manusia. Kanker disebabkan
oleh pertumbuhan sel yang tidak
terkendali, oleh karena itu senyawa
antikanker merupakan senyawa yang dapat
menghambat pembelahan sel. Hingga saat
ini senyawa antikanker sebagian besar
masih diekstrak langsung dari tumbuhan.
Catharanthus roseus dan Taxus sp.
merupakan tumbuhan yang telah lama
digunakan sebagai antikanker dan bahkan
senyawa katarantin dan taxol telah berhasil
dipuifikasi.
Beberapa penelitian telah berhasil
menunjukkan potensi O. basilicum sebagai
antikanker. Zarlaha et al. (2014)
menyatakan bahwa ekstrak etanol dan
minyak esensial O. basilicum, memiliki
aktivitas sebagai antikanker pada empat sel
kanker sel manusia yang berbeda yaitu sel
kanker serviks adeno karsinoma sel HeLa,
sel melanoma manusia FemX, sel
myelogenous leukemia K562 kronis, dan
sel ovarium manusia SKOV3 secara in
vitro. Senyawa minyak esensial eugenol,
isoeugenol, dan linalool yang diektrak dari
Marina Silalahi: Minyak Essensial pada Kemangi (Ocimum basilicum L.)
565
ISSN e-journal 2579-7557
O. basilicum menunjukkan aktivitas
sitotoksik yang signifikan terutama
terhadap sel SKOV3. Dalam model silico
telah ditunjukkan bahwa isoeugenol secara
efektif menghambat aksi enzim
siklooksigenase dan lipoxygenase (Zarlaha
et al., 2014). Enzim ini merupakan salah
satu enzim yang terlibat dalam pembelahan
sel.
KESIMPULAN
1. Kandungan minyak essesnsial utama
pada O. basilicum berasal dari derivat
monotherpene (camphor, limonene,
1,8-cineole, linalool, geraniol) dan
derivat phenylpropanoid (eugenol,
methyleugenol, chavicol, estragole,
methyl-cinnamate).
2. Pengobatan tradisional memanfaatkan
kemangi sebagai obat karminatif,
sakit perut dan antispasmodial, mual,
kembung, dan disentri.
3. Berdasarkan bioassaynya O. basilicum
memiliki aktivitas sebagai antioksidan,
antibakteri dan antikanker.
DAFTAR PUSTAKA
Agati G, Azarello E, Pollastri S, dan
Tattini M. 2012. Flavonoids as
antioxidants in plants: Location and
functional significance. Plant
Science 196: 67-76.
Beatovic D, Krstic-Miloševic D,
Trifunovic S, Šiljegovic J,
Glamoclija J, Ristic M, dan Jelacic S.
2015. Chemical composition,
antioxidant and antimicrobial
activities of the essential oils of
twelve Ocimum basilicum L.
cultivars grown in Serbia Rec. Nat.
Prod. 9(1): 62-75.
Da-Silva F, Santos RHS, Diniz ER,
Barbosa LCA, Casali VWD, dan De-
Lima RR. 2003. Content and
composition of basil essential oil at
two different hours in the day and
two seasons. Braz. J. Med. Plants
6(1): 33-38.
de Guzman CC, dan Siemonsma JS. 1999.
Spices Plant Resources of South-East
Asia. Backhuys Publishers, Leiden
Dzida K. 2010. Biological value and
essential oil content in sweet basil
(Ocimum basilicum L.) depending on
calcium fertilization and cultivar.
Acta Sci. Pol., Hortorum Cultus 9(4):
153-161.
Filho JLSC, Blank AF, Alves PB, Ehlert
PAD, Melo AS, Cavalcanti SCH,
Arrigoni-Blank MDF, dan Silva-
Mann R. 2006. Influence of the
harvesting time, temperature and
drying period on basil (Ocimum
basilicum L.) essential oil. Brazilian
Journal of Pharmacognosy 16(1):
24-30.
Javanmardi J, Khaligi A, Kashi A, Bais
HP, dan Vivanco JM. 2002.
Chemical characterization of basil
(Ocimum basilicum L.) found in “
local accessions and used in
traditional medicine in Iran. J. Agr.
Food Chem 50: 5878-5883.
Klimankova E, Holadova K, Hajslova J,
Cajka T, Poustka J, dan Koudela M.
2008. Aroma profiles of five basil
(Ocimum basilicum L.) cultivars
grown under conventional and
organic conditions. Food Chemistry
107: 464–472.
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 2, Juli 2018
566
ISSN e-journal 2579-7557
Lawrence BM. 1992. Chemical
components of Labiatae oils and
their exploitation. In: Advances in
Labiatae Science. Harley, R.M. and
Reynolds, T. (Eds), Royal Botanical
Gardens: Kew, UK: 399- 436.
Lawrence BM. 1988. In: Lawrence B.M.,
Mookheyee B.D., Willis B.J. (eds):
Developments in Food Sciences,
Flavors and Fragrances: a World
Perspective. Elsevier, Amsterdam.
Moghaddam, AMD, Shayegh J, Mikaili P,
dan Shara JD. 2011. Antimicrobial
activity of essential oil extract of
Ocimumbasilicum L. leaves on a
variety of pathogenic bacteria.
Journal of Medicinal Plants
Research 5(15): 3453-3456.
Özcan M, dan Chalchat JC. 2002.Essential
oil composition of Ocimum
basilicum L. and Ocimum minimum
L. in Turkey. Czech J. Food Sci. 20:
223–228.
Politeo O, Jukica M, dan Milosa M. 2007.
Chemical composition and
antioxidant capacity of free volatile
aglycones from basil (Ocimum
basilicum L.) compared with its
essential oil. Food Chemistry 101(1):
379–385
Said-Al Ahl HAH, Meawad AA, Abou-
Zeid EN, dan Ali MS. 2015.
Evaluation of volatile oil and its
chemicalconstituents of some basil
varieties in Egypt. International
Journal of Plant Science and
Ecology1(3): 103-106.
Said-Al Ahl HAH. dan Mahmoud AA.
2010. Effect of zinc and / or iron
foliar application on growth and
essential oil of sweet basil (Ocimum
basilicum L.) under salt stress. Ozean
Journal of Applied Sciences 3(1): 97-
111.
Sajjadi SE. 2006. Analysis of the essential
oils of two cultivated basil (Ocimum
basilicum L.) from Iran. Daru14(3):
128-130.
Silalahi M. 2014. The Ethnomedicine of
The Medicinal Plants in Sub-ethnic
BatakNorth Sumatra and The
Conservation Perspective.
[Disertation]. Program Studi Biologi,
Program Pasca Sarjana, FMIPA,
Universitas Indonesia. [unpublished].
Taiz L. dan Zeiger E. 2006. Plant
Physiology. Sinauer Associates, Inc,
Sunderland
Takahashi S. dan Badger MR. 2011.
Photoprotection in plants: a new light
on photosystem II damage. Trends in
Plant Science 16(1): 53-60.
Trevisan MTS, Silva MGV, Plundstein B,
Spiengelhalder B.dan Owen RW.
2006. Characterization of the volatile
pattern and antioxidant capacity of
essensial oils from different species
of Genus Ocimum. J. Agr. Food
Chem 50: 4378-4382.
Unnithan CR, Dagnaw W, Undrala S. dan
Ravi S. 2013. Chemical Composition
and Antibacterial activity of
Essential oil of Ocimumbasilicum of
Northern Ethiopia International
Research Journal of Biological
Sciences 2(9): 1-4.
Zheljazkov VD. 2008. Yield and
compositition of Ocimum basilicum
L. and Ocimum sanctum L. Grown at
four location. Hortscience 43(3):
737-741.
Zarlaha A, Kourkoumelis N, Stanojkovic
TP, Kovala-Demertzi D. 2014.
Cytotoxic activity of essential oil and
extracts of ocimumbasilicum against
human carcinoma cells. Molecular
docking study of isoeugenol as a
potent cox and lox inhibitor.Digest
Journal of Nanomaterials and
Biostructures 9(3): 907-917.