Content uploaded by Donaldi S Permana
Author content
All content in this area was uploaded by Donaldi S Permana on May 10, 2018
Content may be subject to copyright.
VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WINDWAVES-05 Roni Kurniawan dkk..................................................................
149
VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WINDWAVES-05
DENGAN SATELIT ALTIMETER
VERIFICATION OF WINDWAVES-05 OUTPUT WITH SATELLITE ALTIMETRY
Roni Kurniawan*, Donaldi S. Permana, Suratno, M. Najib Habibie
Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Jl. Angkasa I No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 – Indonesia
*e-mail : ronie_354@yahoo.co.id
Naskah masuk: 23 Mei 2013; Naskah diperbaiki: 17 Desember 2013; Naskah diterima: 24 Desember 2013
ABSTRAK
Di negara kepulauan seperti Indonesia, informasi tentang tinggi gelombang sangat penting untuk menunjang aktivitas di
laut. Mengingat hal tersebut, akurasi prakiraan tinggi gelombang perlu mendapat perhatian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui performa model prediksi gelombang laut Windwaves-05 yang digunakan BMKG sejak tahun 2004
terhadap data observasi satelit altimeter AVISO dengan menghitung nilai korelasi, kesalahan absolut, dan kesalahan
relatif model selama periode tahun 2010. Dari hasil verifikasi, diperoleh nilai korelasi antara luaran model Windwaves-
05 dengan AVISO bervariasi diatas 0,7, dengan nilai korelasi terendah (0,77) diperoleh pada bulan Februari dan yang
tertinggi pada bulan Mei (0,94), dan nilai bias absolut tinggi gelombang yang diperoleh umumnya bervariasi kurang dari
0,8 meter, serta kesalahan relatif rata-rata model sebesar 24%. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa model gelombang
laut Windwaves-05 mempunyai performa yang cukup baik dan dapat digunakan untuk prakiraan tinggi gelombang di
perairan Indonesia.
Kata kunci: Verifikasi, Windwaves-05, Satelit Altimeter, Gelombang laut.
ABSTRACT
In a maritime continent Indonesia, information about sea wave height is highly important for supporting human
activities in the ocean. Therefore, the accuracy of wave height prediction must require an intensive attention. This study
investigated the spatial performance and accuracy of Windwaves-05 ocean model prediction that have been used by
BMKG since 2004 against the altimetry satellite observation data from AVISO for period of 2010 by computing the linear
regression correlation, absolute error and its relative error. The verification's results show that the correlation is greater
than 0.75 for all months of 2010, with minimum in February (0.77) and maximum in May (0.94). The absolute error
varies between 0.2 - 0.8 meter with average relative error of 24%. These results exhibit a relatively good performance of
Windwaves-05 and support its application in wave height prediction in Indonesian waters.
Keywords: Verification, Windwaves-05, Altimetry Satellite, Ocean waves.
1. Pendahuluan
Gelombang sangat berpengaruh terhadap berbagai
kegiatan di laut, diantaranya transportasi laut,
aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan dan lain
sebagainya. Berbagai dampak akibat ad any a
gelombang tinggi di perairan Indonesia sudah banyak
terjadi, diantaranya selama kurun waktu 2003-2008
terdapat berbagai kecelakaan kapal dengan berbagai
ragam faktor penyebab. Dalam kurun waktu tersebut,
terdapat 260 kasus kecelakaan kapal akibat faktor
alam dan terjadi peningkatan setiap tahunnya [1],
sehingga didalam pelayanan informasi meteorologi
kelautan (marine meteorological services), selain
informasi tentang angin, informasi tinggi gelombang
merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam
setiap jenis informasi kelautan. Informasi ini berguna
untuk mendukung berbagai kegiatan kelautan seperti
perencanaan dalam upaya mengurangi resiko yang
terjadi [2].
Data hasil pengukuran dan observasi di lautan
umumnya sangat terbatas dan tidak kontinyu,
sehingga banyak institusi di berbagai negara
menggunakan wave hindcast untuk memperoleh
informasi gelombang laut baik untuk kepentingan
operasional maupun penelitian. WMO-No.702 [3]
melaporkan bahwa data untuk keperluan analisa
gelombang laut dapat diperoleh dari dua sumber
utama, yaitu: (1) hasil pengukuran dan observasi, dan
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 14 NO. 3 TAHUN 2013 : 149-158
150
(2) hasil estimasi berdasarkan data angin (wave
hindcast).
Model Windwaves-05 digunakan oleh BMKG sejak
tahun 2004 untuk keperluan operasional pelayanan
informasi meteorologi maritim di Indonesia secara
rutin termasuk juga untuk peringatan dini gelombang
tinggi di wilayah perairan Indonesia hingga sekarang.
Elemen penting dari setiap sistem operasional
prakiraan adalah verifikasi terhadap data observasi,
kegiatan verifikasi ini dilakukan terutama untuk
perkiraan jangka pendek [4]. Model Windwaves-05
pernah diverifikasi dengan data observasi kapal pada
tahun 1997 oleh Suratno [5], dengan nilai korelasi
diatas 0,6.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa
mode l gel om b ang Win d wav es - 05 d e ngan
membandingkan data luaran model Windwaves-05
terhadap data satelit altimeter gabungan (merged)
AVISO [6].
Model Windwaves-05 merupakan model gelombang
hasil pengembangan berdasarkan model MRI-II
(Marine Research Institue) dari Jepang yang
dilakukan oleh Suratno [5,7] yang digunakan untuk
keperluan operasional Japan Meteorological Agency
(JMA) [8]. Harga batas (boundary limit) dalam model
ini ditentukan berdasarkan anggapan bahwa transfer
energi terjadi di lautan terbuka dan energi gelombang
dapat diserap secara sempurna pada batas daratan [5].
Model Windwaves-05 merupakan model ‘laut
dalam‘, dimana dalam perhitungannya diasumsikan
tidak mengalami interaksi dengan dasar laut, sehingga
unsur gesekan dengan dasar laut diabaikan [9]. Oleh
sebab itu, pada model Windwaves-05 tidak digunakan
data batimetri, dan untuk penentuan batas darat dan
laut digunakan peta dasar Rupa Bumi Indonesia.
Secara rutin, model Windwaves-05 ini dioperasikan
oleh BMKG dengan input data angin permukaan pada
level ketinggian 10 meter pada jam 00 UTC dan jam
12 UTC dari Global forecasting Sistem (GFS)
National Center for Environmental Prediction
(NCEP)-NOAA.
Model gelombang Windwaves-05 merupakan model
gelombang generasi II dimana transfer energi non-
linier antar gelombang tidak diperhitungkan secara
ekplisit tetapi di parameterisasi berdasarkan hasil
observasi [5], sedangkan pada model gelombang
generasi III, transfer energi non linier antar
gelombang dihitung secara eksplisit [10,11,12].
Namun demikian Model gelombang generasi kedua
ini telah berhasil diterapkan selama bertahun-tahun
dan digunakan sebagai alat operasional di beberapa
instansi sampai dengan saat ini, seperti di BMKG.
Persamaan yang digunakan dalam model gelombang
Windwaves-05 ini berdasarkan persamaan transfer
energi gelombang sebagai berikut [5]:
(1)
dengan S = S (f, ) adalah spektrum energi sebagai
fungsi frekuensi dan arah rambat, t menyatakan
waktu, C adalah vector kecepatan kelompok
g
ge lombang ( gro up v elocity ). S uku .(C S) -
g
menyatakan perubahan energi karena perambatan
gelombang (adveksi), S menyatakan perubahan
in
energi karena masukan dari angin, S menyatakan
nl
perubahan energi karena tranfer energi non liniear
antar gelombang, dan S menyatakan energi yang
ds
hilang (disipasi).
Perhitungan tinggi gelombang signifikan ditentukan
berdasarkan hasil integrasi Persamaan 2 terhadap
waktu secara numerik, yaitu [5]:
H (2)
s
Tinggi gelombang signifikan didefinisikan sebagai
tinggi rata-rata 1/3 gelombang tertinggi, yang
nilainya setara dengan tinggi gelombang hasil
observasi visual [3]. Tinggi gelombang signifikan
biasa di simbolkan dengan H atau H.
1/3 s
2. Metode Penelitian
Wilayah yang menjadi kajian dalam penelitian ini
adalah perairan Indonesia dan sekitarnya pada posisi
o o o o
12 LU–15 LS, 90 BT–141 BT (Gambar 1).
Gambar 1. Wilayah Penelitan
H diperoleh dari hasil luaran model Windwaves-05
s
yang di-running selama periode tahun 2010 dengan
o
resolusi 1 , dengan data input model adalah data
global angin permukaan di ketinggian 10 meter
selama periode tahun 2010 dengan resolusi spasial 1°
dan resolusi temporal 6 jam dari NCEP-NOAA [13].
Data observasi yang digunakan sebagai verifikator
adalah H dari satelit altimeter gabungan (merged)
s
(Jason-1, Envisat, Jason-2 dan Cryosat-2) melalui
situs web www.aviso.oceanobs.com [6].
Tinggi g elombang s ig ni fikan luaran model
Windwaves-05 dan data satelit altimeter AVISO
ditampilkan secara spasial dengan menggunakan
software MATLAB2010 untuk periode bulanan dan
musiman pada tahun 2010. Periode musiman terdiri
dari periode musim Desember-Januari-Februari
(DJF), Maret-April-Mei (MAM), Juni-Juli-Agustus
(JJA) dan September-Oktober-November (SON).
Kemudian, dihitung nilai korelasi H luaran model
s
Windwaves-05 dengan data satelit altimeter AVISO
[14] dan ditunjukkan dalam bentuk scatter plot.
Selain itu, pola spasial bias (selisih) H luaran model
s
Windwaves-05 dengan data satelit altimeter AVISO
juga digambarkan untuk mengidentifikasi wilayah
perairan yang prakiraan tinggi gelombangnya dari
model Windwaves-05 lebih rendah atau lebih tinggi
dari data observasi satelit altimeter.
Evaluasi dilakukan adalah dengan menghitung nilai
korelasi, bias, dan kesalahan relatif antara tinggi
gelombang luaran model Windwaves-05 dan data
satelit altimeter AVISO. Untuk nilai korelasi semakin
mendekati 1 maka korelasi semakin mendekati
sempurna [14,15], sedangkan nilai bias H dihitung
s
berdasarkan selisih model Windwaves-05 dikurangi
data satelit altimeter AVISO, dan untuk nilai
kesalahan relatif dihitung dengan rumus sebagai
berikut [16]:
(3)
x adalah kesalahan relatif, x adalah Kesalahan
absolut, x adalah data luaran model Windwaves-05
o
dan x adalah data satelit altimeter AVISO.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil perbandingan H luaran model Windwaves-05
s
dengan data satelit altimeter untuk periode musiman
memperlihatkan bahwa di wilayah perairan Samudra
India, H dari model Windwaves-05 lebih rendah dari
s
H satelit altimeter, sedangkan di Laut Cina Selatan dan
s
Laut Arafuru, H dari model Windwaves-05 sedikit
s
lebih tinggi dari H satelit altimeter. Secara spasial,
s
hasil perbandingan pada umumnya menunjukkan pola
yang serupa antara luaran model Windwaves-05
dengan data satelit altimeter (Gambar 2).
VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WINDWAVES-05 Roni Kurniawan dkk..................................................................
151
Gambar 2. Tinggi gelombang signifikan (H) dari satelit altimeter AVISO (kiri) dan luaran model Windwaves-05 (kanan)
s
periode musiman tahun 2010.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 14 NO. 3 TAHUN 2013 : 149-158
152
Gambar 3. Korelasi H luaran model Windwaves-05
s
terhadap data satelit altimeter AVISO
Periode Desember-Januari-Februari (DJF)
tahun 2010.
Hasil korelasi H luaran model Windwaves-05
s
terhadap data satelit altimeter gabungan (merged)
AVISO periode bulanan tahun 2010 di perairan
o o
Indo n esi a d an s e kita r nya ( 12 L U –15 L S,
o o
90 BT–141 BT) ditunjukkan dalam bentuk scatter
plot pada Gambar 3, 5, 7 dan 9. Sedangkan pola
spasial bias H luaran model Windwaves-05 terhadap
s
data satelit altimeter gabungan AVISO ditampilkan
pada Gambar 4, 6, 8 dan 10.
Nilai korelasi H antara luaran model Windwaves-05
s
dengan data observasi (Satelit Merged Altimeter
AVISO) pada periode bulan Desember-Januari-
Februari (DJF) ditampilkan pada Gambar 3. Pada
bulan Desember, nilai koefisien korelasinya sebesar
0,86 (Gambar 3.a), pada bulan Januari, koefisien
korelasinya menurun menjadi 0,78 (Gambar 3.b),
sedangkan pada bulan Februari koefisien korelasinya
sebesar 0,77 (Gambar 3.c).
Ha si l p engurangan ( bi as ) H l ua ran model
s
Windwaves-05 dengan data satelit altimeter pada
periode DJF menunjukkan secara umum model
Windwaves-05 menghasilkan H yang lebih tinggi
s
dari data H satelit altimeter di wilayah perairan
s
Indonesia (Gambar 4). Nilai bias model Windwaves-
05 di perairan Laut Jawa, Selat Makassar, Laut
Sulawesi, Laut Banda, dan Laut Arafuru umumnya
lebih tinggi dari satelit altimeter dengan nilai +0,3 m,
dan di Selat Karimata, juga lebih tinggi dengan bias
sebesar +0,5 m (dari perairan sekitar Kepulauan Riau
sampai ke Laut Cina Selatan). Sedangkan di perairan
sebelah selatan Jawa dan Sumatra serta Samudra
Pasifik sebelah barat, luaran model Windwaves-05
lebih rendah daripada data satelit altimeter, yakni
berkisar antara 0,2 – 0,5 m.
Gambar 4. Bias H l uaran model Windwa ves-05
s
terhadap data satelit altimeter AVISO
(mete r) P er io de D esemb er-J an ua ri-
Februari (DJF) tahun 2010.
VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WINDWAVES-05 Roni Kurniawan dkk..................................................................
153
Gambar 5. Korelasi H luaran model Windwaves-05
s
terhadap data satelit merged altimeter
AVISO periode Maret-April-Mei (MAM)
tahun 2010.
Berdasarkan diagram scatter plot H antara luaran
s
model Windwaves-05 dengan data satelit altimeter
pada periode bulan Maret-April-Mei (MAM) tahun
2010 yang ditunjukkan pada Gambar 5, diperoleh
bahwa nilai korelasi pada bulan Maret sebesar 0,79
(Gambar 5a), sedangkan untuk nilai korelasi pada
bulan April dan Mei lebih tinggi, yakni sebesar 0,90
pada bulan April (Gambar 5b), dan 0,94 pada bulan
Mei (5c).
Pada periode bulan MAM (Gambar 6), diperoleh nilai
bias H antara luaran model Windwaves-05 dan data
s
satelit altimeter AVISO lebih rendah dibandingkan
dengan periode bulan sebelumnya (DJF). Dari
Gambar 6, menunjukkan bahwa di Laut Cina Selatan
dan juga Laut Arafuru nilai bias H hasil model
s
Windwaves-05 lebih tinggi daripada observasi satelit
altimeter dengan selisih sekitar +0,3 m, di Laut
Sulawesi dan Laut Banda nilai bias H berkisar +0,2
s
m, sedangkan di Laut Jawa dan Samudra Pasifik
bagian Barat, antara model dengan
Gambar 6. Bias H luaran mo del Windw ave s-05
s
terhadap data satelit merged altimeter
AVISO (meter) periode Maret-April-Mei
(MAM) tahun 2010.
pengukuran satelit altimeter nilai biasnya mendekati 0.
Akan tetapi untuk Samudra India sebelah barat
Sumatra sampai dengan selatan Jawa, luaran model
menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan
observasi.
Hasil luaran model pada bulan Maret menunjukkan
adanya nilai H lebih tinggi dengan nilai sekitar +0,4 m
s
di Laut Cina Selatan dan Laut Arafuru, sedangkan di
perairan sekitar Bangka Belitung menunjukkan hasil
yang sama (Gambar 6.a). Kondisi ini berubah seiring
dengan berubahnya waktu dimana pada bulan April
(Gambar 6.b) di daerah tersebut biasnya semakin
rendah dan semakin menurun pada bulan Mei (Gambar
6c). Begitu juga di Laut Sulawesi dan Selat Makassar
serta perairan sekitar Maluku menunjukkan nilai Hs
lebih tinggi dengan bias sekitar +0,2 m pada bulan
Maret dan berangsur menurun pada bulan April dan
Mei. Pada bulan Maret, nilai H luaran model
s
Windwaves-05 di Samudra India sepanjang Sumatra
dan Jawa menunjukkan hasil yang lebih rendah
dibandingkan observasi oleh satelit altimeter dengan
bias sekitar +0,7 m dan tertinggi di bagian selatan
Jawa. Pada bulan April, nilai bias H antara luaran
s
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 14 NO. 3 TAHUN 2013 : 149-158
154
model dan observasi semakin berkurang dan tertinggi
di selatan Jawa dengan nilai berkisar 0,5 m.
Hasil korelasi H antara model Windwaves-05 dengan
s
satelit altimeter pada periode bulan Juni-Juli-Agustus
(JJA) ditampilkan pada Gambar 7. Pada bulan Juni
diperoleh nilai korelasi sebesar 0,89 (Gambar 7.a),
pada bulan Juli memiliki nilai koefisien korelasi 0,90
(Gambar 7.b), sedangkan pada bulan Agustus
koefisien korelasinya sebesar 0,85 (Gambar 7.c).
Gambar 7. Korelasi H luaran model Windwaves-05
s
terhadap data satelit merged altimeter
AVISO periode Juni-Juli-Agustus (JJA)
tahun 2010.
Nilai bias Hs luaran model Windwaves-05 terhadap
data satelit merged altimeter AVISO pada periode
musim Timur (Monsun Australia) mulai dari bulan
Juni, Juli dan Agustus (Gambar 8) relatif sama dengan
periode musim sebelumnya. Gambar 8 menunjukkan
bahwa pada Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Laut
Banda, Laut Sulawesi dan Laut Banda, serta Laut
Arafuru nilai Hs luaran model lebih tinggi daripada
nilai Hs observasi satelit altimeter dengan selisih
sekitar 0,2 sampai 0,8 m, sedangkan di perairan
Samudra Pasifik bagian barat, nilai bias Hs antara
luaran model Windwaves-05 dengan data satelit
altimeter sangat kecil (mendekati nol). Untuk wilayah
perairan Samudra India sebelah barat Sumatra sampai
dengan selatan Jawa, bias nilai Hs luaran model
Windwaves-05 menunjukkan hasil yang lebih rendah
dibandingkan satelit altimeter yakni sekitar +0,5
meter.
Gambar 8. Bias H l uaran model Windwa ves-05
s
terhadap data satelit merged altimeter
AVISO (meter) periode Juni-Juli-Agustus
(JJA) tahun 2010.
VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WINDWAVES-05 Roni Kurniawan dkk..................................................................
155
Gambar 9. Korelasi H luaran model Windwaves-05
s
terhadap data satelit merged altimeter
AVISO p er io de September- Ok to be r-
November (SON) tahun 2010.
Hasil korelasi H antara luaran model Windwaves-05
s
dengan data satelit altimeter pada periode bulan
September - Oktober - November diberikan pada
Gambar 9. Pada bulan September diperoleh nilai
koefisien korelasi sebesar 0,91 (Gambar 9.a), pada
bulan Oktober memiliki nilai koefisien korelasi
sebesar 0,89 (Gambar 9.b), sedangkan pada bulan
November nilai koefisien korelasi sebesar 0,88
(Gambar 9.c).
Periode bulan September-Oktober-November (SON)
ini merupakan musim peralihan menuju monsun Asia
(Gambar 1 0), bi as H antara l uaran m odel
s
Windwaves-05 dan data satelit altimeter AVISO lebih
rendah dibandingkan dengan periode bulan DJF dan
JJA. Di wilayah perairan Laut Cina Selatan sampai
Laut Jawa,
Gambar 10. Bias H luaran model Windwaves-05
s
terhadap data satelit merged altimeter
AVISO (met er) pe riode S eptember-
Oktober-November (SON) tahun 2010.
untuk bulan September-Oktober, nilai bias H luaran
s
model Windwaves-05 sangat kecil dengan data satelit
altimeter, demikian juga untuk wilayah perairan Laut
Arafuru, pada bulan November, nilai bias H antara
s
luaran model Windwaves-05 dengan data satelit
altimeter sangat kecil (Gambar 10c). Untuk wilayah
di perairan Samudra Pasifik bagian barat, nilai bias H
s
antara luaran model Windwaves-05 dengan data
satelit altimeter pada bulan September-Oktober-
November juga sangat kecil yakni mendekati nol,
sedangkan untuk wilayah perairan Samudra India
bagian barat Sumatra sampai dengan selatan Jawa,
bias nilai H luaran Windwaves-05 menunjukkan hasil
s
yang lebih rendah dibandingkan satelit altimeter
yakni sekitar +0,5 meter.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 14 NO. 3 TAHUN 2013 : 149-158
156
Tabel 1. Tabel Kesalahan Relatif Rata-rata Model
Windwaves-05 terhadap Satelit Altimeter
AVISO
Kesalahan Relatif
Rata-rata Bulan
Kesalahan Relatif
Rata-rata Musim
Desember
15 %
21 %
Januari
21 %
Februari
26 %
Maret
30 %
26 %
April
25 %
Mei
25 %
Juni
25 %
25 %
Juli
22 %
Agustus
28 %
September
28 %
25 %
Oktober
26 %
Nopember
20 %
Rata-rata
24 %
Nilai persentase kesalahan relatif rata-rata prediksi
tinggi gelombang model Windwaves-05 terhadap
satelit altimeter AVISO di perairan Indonesia dan
o o o o
sekitarnya (12 LU-15 LS, 90 BT-141 BT) bervariasi
setiap bulannya (Tabel 1), untuk nilai kesalahan relatif
rata-rata model Windwaves-05 yang paling rendah
terdapat pada bulan Desember sebesar 15% dan pada
musim DJF sebesar 21%, sedangkan nilai kesalahan
relatif rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Maret
sebesar 30% dan pada musim MAM sebesar 26%.
Nilai kesalahan relatif rata-rata luaran model terhadap
observasi selama periode tahun 2010 adalah sebesar
24%, hasil ini dapat diartikan bahwa nilai deviasi
prediksi tinggi gelombang model adalah +24%, jika
nilai tinggi gelombang (H) model adalah 1 meter,
maka range untuk nilai H observasinya adalah antara
0,74 - 1,24 meter.
Hasil model di Laut Cina Selatan, Selat Karimata dan
Laut Jawa bagian barat lebih tinggi dari data satelit
AVISO pada bulan DJF, sebaliknya di Laut Banda,
Arafuru dan Laut Jawa bagian Timur lebih tinggi pada
bulan JJA. Hal ini juga terjadi pada penelitian Sofian
( 2 0 1 0 ) [ 1 7 ] y a n g m en ggunakan m odel
WAVEWATCH-III. Hal ini menunjukkan bahwa pada
kecepatan angin yang tinggi, dimana pada bulan DJF
kecepatan angin lebih tinggi di sebelah utara ekuator,
sedangkan bulan JJA di bagian selatan, model
mengalami over estimate. Ada dua kemungkinan
yan g m eny eb a bk an k eja dia n i ni. Per tam a
parameterisasi interaksi nonlinear pada model
Winwave-5 mengalami over estimate pada kecepatan
angin yang tinggi. dan yang kedua adalah drag
coefficient (C) yang terlalu besar. Penelitian Perrie
d
(2010) [18], dan Tolman (2013) [19] menunjukkan
bahwa penentuan metode perhitungan interaksi
nonlinear ini menentukan keakuratan hasil simulasi
model, pada kecepatan angin yang tinggi perhitungan
interaksi ini umumnya menghasilkan nilai yang lebih
tinggi, s edangkan Moon e t. al (200 4) [20]
menjelaskan bahwa nilai drag coefficient yang
diaplikasikan pada model umumnya menghasilkan
nilai yang lebih tinggi pada kecepatan angin yang
tinggi.
Dari hasil verifikasi antara luaran model Windwaves-
05 dengan data satelit altimeter AVISO, nilai korelasi
yang diperoleh selama tahun 2010 diatas 0,7 dengan
prosentase kesalahan relatif rata-rata sebesar 24%.
Hasil ini menunjukkan bahwa model gelombang
Windwaves-05 mempunyai performa yang cukup
baik untuk dapat digunakan sebagai model prakiraan
tinggi gelombang laut di perairan Indonesia. Hasil
pe ne li tian i ni j ug a m em pe rkuat hasil riset
sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan
oleh Suratno [5], dimana model Windwaves-05
diverifikasi dengan data pengamatan pada kapal yang
hasilnya juga menunjukkan hasil yang cukup baik
(Tabel 2).
Tabel 2. Analisis korelasi luaran model Windwaves-05 terhadap data observasi kapal [5]
Tanggal 11-30 Januari 1996
Periode signifikan
Tinggi signifikan
Jangka
prakiraan
Deviasi rata-rata
(detik)
RMSE
Korelasi
Deviasi rata-
rata (meter)
RMSE
Korelasi
Hindcast
0,74
1,62
0,645
-0,6
0,89
0,735
Prakiraan 24
jam
0,67
1,63
0,621
-0,6
0,95
0,667
Prakiraan 48
jam
0,64
1,64
0,601
-0,7
1,00
0,614
Tanggal 21-30 Agustus 1996
Periode signifikan
Tinggi signifikan
Jangka
prakiraan
Deviasi rata-rata
(detik)
RMSE
Korelasi
Deviasi rata-
rata (meter)
RMSE
Korelasi
Hindcast
0,74
1,63
0,656
-0,3
0,695
0,736
Prakiraan 24
jam
0,79
1,67
0,628
-0,3
0,711
0,714
Prakiraan 48
jam
0,79
1,69
0,612
-0,3
0,803
0,615
VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WINDWAVES-05 Roni Kurniawan dkk..................................................................
157
4. Kesimpulan
Hasil perbandingan luaran model Windwaves-05
dengan satelit altimeter AVISO di perairan Indonesia
da n sekitarn ya, menunj ukkan bahw a model
gelombang Windwaves-05 mempunyai performa
yang cukup baik dengan nilai korelasi yang tinggi
pada semua bulan, nilai korelasi terendah sebesar 0,77
diperoleh pada bulan Februari dan nilai korelasi
tertinggi pada bulan Mei (0,94). Nilai bias absolut
bervariasi 0,2 – 0,8 m, bias gelombang tertinggi (0,8
meter) terdapat di perairan Selat Karimata yang
terjadi pada bulan Desember, dan pada beberapa
wilayah di perairan Laut Arafuru pada bulan Juli
Agustus dengan kesalahan relatif rata-rata model
Windwaves-05 terhadap data satelit altimeter AVISO
sebes ar 24%. Hasil verifika si antara model
Windwaves-05 dengan data satelit altimeter AVISO
menun jukka n bahwa mod el Wi nd waves -05
mempunyai performa yang cukup baik untuk
dijadikan sebagai model prakiraan tinggi gelombang
laut di perairan Indonesia.
Untuk penelitian selanjutnya terkait dengan verifikasi
model gelombang Windwaves-05 disarankan agar
diverifikasi juga dengan data observasi seperti dengan
data buoy untuk lebih mengetahui performa dari
model Windwaves-05. Selain itu, dalam rangka
meningkatkan akurasi hasil model perlu kiranya
penelitian lebih lanjut tentang parameterisasi
interaksi nonlinear dan drag coefficient stres angin
pada model tersebut.
Daftar Pustaka
[1] Dephub. (2009). Laporan Akhir Kajian Analisis
Trend kecelakaan transportasi Laut 2003-
2008.(http://www.dephub.go.id/knkt/ntsc_ma
ritime/Laut/Publications/Laporan%20Analisi
s%20Trend%20Kecelakaan%20Laut%20200
3-2008.pdf), diakses tanggal 20 Januari 2012.
[2] World Meteorolgical Organization (WMO).
(2001). Guide the marine Meteorological
Services, Third edition, WMO no.471.
Secretariat of the World Meteorological
Organisation, Geneva-Switzerland: Author.
[3] World Meteorolgical Organization (WMO).
(1998). Guide to Wave Forecasting and
Analysis, WMO-No. 702, Secretariat of the
World Meteorological Organisation, Geneva-
Switzerland: Author.
[4] Peter A.E.M. Janssen. (2008). Progress in ocean
wave forecasting. Journal of Computational
Physics 227, 3572–3594.
[5] Suratno. (1997). Model Numerik Prakiraan
Gelombang Permukaan laut untuk Perairan
Indonesia dan Sekitarnya. Tesis, Fakultas
MIPA: Universitas Indonesia.
[6] Archiving, Validation and Interpretation of
Satellite Oceanographic data (AVISO). July,
2011. Gri dde d Win d/ Wave pro du c ts .
(http://www.aviso.oceanobs.com/en/data/pro
d u c t s / w i n d - w a v e s - p r o d u c t s /
mswhmwind/index.html).
[7] Sur atn o. ( 200 4). P and uan Ope ras ion al
W I N D W AV E S - 0 4 . P usat I n f o r m a s i
Meteorolog Penerban gan dan Maritim:
BMKG. Jakarta.
[8] Ueno, K. and Kohno, N. (2004). The Development
of Third generation wave Model MRI-III. The
8 th In ternational worksho p on wave
hindcasting. Ohaua, Hawai.
[9] Young, I. R. (1999). Wind generated ocean wave.
New York: Elsevier.
[10] Tolman, H.L. (2002), Distributed-memory
concepts in the wave model WAVEWATCH
III, Parallel Computing. 28. 35-52.
[11] Hasselmann, K. (1963), On the non-linear energy
transfer in a gravity wave spectrum, Part 2.
Co nservation the or em s; wa ve-particle
analogy; irreversibility. Journal of Fluid
Mechanics, 15 (2): 273–281.
[12] BMKG (2013). Pengembangan Model Bidang
Meteorologi Maritim “Wave Model Generasi
III”. Laporan Penelitian. Jakarta: Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
[13] National Center for Environmental Prediction
(NCEP), NOAA. NCEP Operational Data
( W R F i n p u t s ) : 1 - d e g r e e F N L s .
(http://www.mmm.ucar.edu/wrf/users/downl
oad/free_data.html), di akses bulan Juni 2011.
[14] Supranto, J. (2002). Statistik Teori dan Aplikasi.
Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
[15] Sug i yono . (200 7 ). M et ode P e neli t ian
Administrasi. Bandung: Alfabeta.
[16] Abramowitz, M. and Stegun, I. A. (Eds.).
Handbook of Mathematical Functions with
Formulas, Graphs, and Mathematical Tables,
9th printing. New York: Dover, p. 14, 1972.
(http://mathworld.wolfram.com/RelativeErro
r.html), diakses tanggal 23 Desember 2013.
[17] Sofian, I & Wijanarto, A. B., (2010) Simulation of
significant wave height climatology using
WAVEWATCH-III. International Journal of
Geoinformatics. Vol. 6, No. 4. p. 13-19
[18] Perrie, W., Susilo, A. & Toulany, B. (2010). A new
approximation for nonlinear wave-wave
interaction. Ocean Modell. Vol. 33, p 159-176.
[19] Tolman, H. L. & Grumbine, R. W. (2013) holistic
genetic optimization of a Generalized Multiple
Discrete Interaction Approximation for wind
waves. Ocean Modell.
[20] Moon, I. J., Ginis, I. & Hara, T. (2004). Effect of
su rface w av es on air- se a momentum
exchange. Part II: Behavior of drag coefficient
under tropical cyclone. Journal of the
Atmospheric Sciences. Vol. 61, p 2334-2348.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 14 NO. 3 TAHUN 2013 : 149-158
158