ArticlePDF Available

Abstract and Figures

Usaha budiaya rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang sebagian besar masih ditekuni oleh masyarakat peisisr di Kabupaten Badung. Salah satu wilayah yang merupakan pusat pengembangan budidaya rumput laut adalah di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yaitu tepatnya di Pantai Kutuh, Desa Kutuh. Pantai kutuh yang sekarang dikenal sebagai Pantai Pandawa berkembang menjadi daerah pariwisata. Perkembangan itu dapat mempengaruhi perkembangan usaha budidaya rumput laut yang sudah ada sebelumnya, namun pembudidaya tetap mempertahankan pengembangan usaha budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pembudidaya rumput laut yang ada di Pantai Kutuh adalah (1) umur pembudidaya masih tegolong produktif, (2) sebagian besar tingkat pendidikan pembudidaya adalah lulusan SMA, (3) pekerjaan utama pembudidaya ada budidaya rumput laut jenis Halymenia sp. dan pekerjaan sampingan pembudidaya adalah beternak sapi, nelayan, pemandu wisata dan buruh proyek. Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui bahwa pertumbuhan dan kualitas air budidaya rumput laut jenis Halymenia sp. tergolong baik, namun pengembangan usaha budidaya rumput laut jenis Halymenia sp. mengalami kendala dalam hal pemasaran rumput laut kering hasil budidaya.
Content may be subject to copyright.
Journal of Marine and Aquatic Sciences 2 (2016) 1–5
J. Mar. Aquat. Sci. 2(1): 1–5 (2016)
Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Di Pantai Kutuh,
Badung, Provinsi Bali
Ayu Putu Wiweka Krisna Dewi a* dan Suprabadevi Ayumayasari Saraswati a
aProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Badung, Bali
* Penulis koresponden. Tel.: +62-857-3038-8806
Alamat e-mail: ayuputu72@gmail.com
Diterima (received) 11 Desember 2015; disetujui (accepted) 6 Januari 2016; tersedia secara online (available online) 9 Januari 2016
Abstract
Seaweed farming is one of the leading commodity fishery in Badung. One of the areas that develop seaweed farming is Kutuh Beach,
Village Kutuh, District of South Kuta, Badung. Kutuh beach is better known as the Pandavas beach developed into a tourist area. That
development could be affect the development of seaweed farming that already exists, but the farmers still maintain the development of
seaweed farming. Based on the survey results revealed that the characteristics of seaweed farmers in Kutuh Beach is: (1) age of
farmers is still relatively productive, (2) most of the educational level farmers is a high school graduate, (3) the main work of farmers
are cultivating seaweed Halymenia sp. and a second job is to raise cattle, fishermen, tour guides and project workers. Based on the
research data, it is known that the water quality of the growth and cultivation of seaweed Halymenia sp. relatively good but the
development of seaweed farming Halymenia sp. having problems marketing.
Keywords: Halymenia sp.; seaweed; aquaculture; kutuh beach
Abstrak
Usaha budiaya rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang sebagian besar masih ditekuni oleh masyarakat
peisisr di Kabupaten Badung. Salah satu wilayah yang merupakan pusat pengembangan budidaya rumput laut adalah di Kecamatan
Kuta Selatan, Kabupaten Badung yaitu tepatnya di Pantai Kutuh, Desa Kutuh. Pantai kutuh yang sekarang dikenal sebagai Pantai
Pandawa berkembang menjadi daerah pariwisata. Perkembangan itu dapat mempengaruhi perkembangan usaha budidaya rumput laut
yang sudah ada sebelumnya, namun pembudidaya tetap mempertahankan pengembangan usaha budidaya rumput laut. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pembudidaya rumput laut yang ada di Pantai Kutuh adalah (1) umur pembudidaya masih
tegolong produktif, (2) sebagian besar tingkat pendidikan pembudidaya adalah lulusan SMA, (3) pekerjaan utama pembudidaya ada
budidaya rumput laut jenis Halymenia sp. dan pekerjaan sampingan pembudidaya adalah beternak sapi, nelayan, pemandu wisata dan
buruh proyek. Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui bahwa pertumbuhan dan kualitas air budidaya rumput laut jenis Halymenia
sp. tergolong baik, namun pengembangan usaha budidaya rumput laut jenis Halymenia sp. mengalami kendala dalam hal pemasaran
rumput laut kering hasil budidaya.
Kata Kunci: Halymenia sp.; rumput laut; budidaya; pantai kutuh
1. Pendahuluan
Rumput laut merupakan salah satu komoditas utama
perikanan budidaya yang bernilai ekonomis tinggi dengan
peluang pasar yang luas, baik pasar lokal maupun ekspor.
Rumput laut dapat dibudidayakan secara masal sehingga
menjadi salah satu komoditas strategis dalam program
revitalisasi perikanan yang dicanangkan Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Volume produksi perikanan
budidaya rumput laut adalah sebesar 1.944.800 ton atau
55.07% dari total produksi budidaya. Produksi tersebut
merupakan produksi terbesar dari total produksi perikanan
budidaya di Indonesia (KKP, 2011).
Budidaya rumput laut memiliki peranan penting dalam
usaha meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi, memperluas kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
nelayan dan petani ikan serta menjaga kelestarian sumber
hayati perairan (Aslan, 1998). Usaha budiaya rumput laut
merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang
sebagian besar masih ditekuni oleh masyarakat peisisr di
Kabupaten Badung. Salah satu wilayah yang merupakan
pusat pengembangan budidaya rumput laut adalah di
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yaitu
tepatnya di Pantai Kutuh, Desa Kutuh.
Desa Kutuh memiliki potensi laut yang cukup luas
dalam pengembangan usaha perikanan khususnya untuk
budidaya rumput laut yang selama ini telah mampu
mengangkat perekonomian masyarakat yang ada di Desa
Kutuh. Arthana dkk. (2012) menyatakan bahwa wilayah
perairan tenggara pulau Bali layak digunakan sebagai
lokasi budidaya rumput laut, salah satunya adalah Perairan
Pantai Kutuh, Badung. Suwariyati, dkk. (2014)
menambahkan bahwa jenis rumput laut yang
dibudidayakan di Pantai Kutuh adalah Eucheuma cottonii
dan Eucheuma spinosum.
APWK Dewi & SA Saraswati
J. Mar. Aquat. Sci. 2(1): 1–5 (2016)
2
Pantai kutuh yang sekarang dikenal sebagai Pantai
Pandawa berkembang menjadi daerah pariwisata.
Perkembangan itu dapat mempengaruhi perkembangan
usaha budidaya rumput laut yang sudah ada sebelumnya,
namun pembudidaya tetap mempertahankan
pengembangan usaha budidaya rumput laut (Suwariyati,
dkk., 2014). Perkembangan pantai kutuh menjadi daerah
pariwisata tentu dapat berpengaruh terhadap
perkembangan usaha budidaya rumput laut yang sudah
ada sebelumnya. Sumariadhi dan Wijayasa (2012)
mengatakan bahwa perkembangan pariwisata pada suatu
daerah dapat menyebabkan beberapa masalah lingkungan,
salah satunya adalah masalah limbah yang dihasilkan dari
kegiatan pariwisata. Hal tersebut menarik untuk dilakukan
kajian terkait pengembangan budidaya rumput laut yang
ada di pantai kutuh pada kondisi pantai kutuh yang
berkembang menjadi daerah pariwisata. Penelitian ini
membahas tentang karakteristik pembudidaya rumput laut
yang ada di Pantai Kutuh, identifikasi kegiatan budidaya
rumput laut yang dilakukan di Pantai Kutuh dan analisis
pengembangan usaha budidaya rumput laut yang
dilakukan di Pantai Kutuh
2. Metode Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kutuh, Desa Kutuh,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Pengambilan data wawancara terhadap pembudidaya
rumput laut, pertumbuhan dan kualitas air budidaya
rumput laut di pantai kutuh dilakukan pada bulan Juni
2015.
2.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari
data umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan pokok
maupun sampingan dari masing-masing pembudidaya
yang didapatkan dari wawancara langsung terhadap
anggota kelompok pembudidaya rumput laut Segara
Amerta di pantai kutuh. Jumlah pembudidaya yang
digunakan adalah 27 orang yang merupakan anggota
kelompok pembudidaya rumput laut Segara Amerta di
pantai kutuh. Sedangkan data yang dikumpulkan
berdasarkan pengukuran dalam kegiatan budidaya rumput
laut adalah data pertumbuhan dan kualitas air budidaya
rumput laut yaitu kedalaman, suhu, salinitas, pH, oksigen
terlarut (DO).
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Karakteristik Pembudidaya
Karakteristik pembudidaya berdasarkan data primer yang
diperoleh dari 27 orang pembudidaya rumput laut
meliputi: umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan
pokok maupun sampingan dari masing-masing
pembudidaya.
3.1.1 Umur Pembudidaya
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja seseorang (Panggabean, 2004).
Kisaran umur pembudidaya rumput laut di Pantai Kutuh
adalah 36-59 Tahun. Data kelompok umur pembudidaya
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Distribusi Umur Pembudidaya di Pantai Kutuh Tahun 2015
No.
Kelompok
Umur
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1.
35-40
2
7,41
2.
41-45
5
18,52
3.
46-50
5
18,52
4.
51-55
14
51,85
5.
56-60
1
3,70
TOTAL
27
100
Sumber: Diolah dari data primer
Tabel 1 menunjukkan bahwa pembudidaya rumput laut
di Pantai Kutuh masih tergolong usia produktif. Pitoyo
dan Hasmi (2013) menyatakan bahwa usia dibawah 15
tahun tergolong usia muda, usia 15-64 tahun tergolong
usia produktif dan usia di atas 64 tahun tergolong usia tua.
3.1.2 Tingkat Pendidikan Pembudidaya
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, karena dari
pendidikan, seseorang akan mendapatkan keterampilan
untuk bekerja (Panggabean, 2004). Tingkat pendidikan
tertinggi pembudidaya rumput laut adalah SMA. Data
tingkat pendidikan pembudidaya dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2
Distribusi Tingkat Pendidikan Pembudidaya di Pantai Kutuh
Tahun 2015
No.
Tingkat Pendidikan
Persentase
(%)
1.
Tidak Sekolah
14,81
2.
SD
25,93
3.
SMP
7,41
4.
SMA
51,85
TOTAL
100,00
Sumber: Diolah dari data primer
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 51,85%
pembudidaya rumput laut adalah lulusan SMA, 7,41%
lulusan SMP, 25,93% lulusan SD, dan sisanya tidak
bersekolah. Namun demikian, pembudidaya tetap dapat
melakukan budidaya rumput laut dengan baik melalui
pengalaman dan pengajaran yang didapat dari keluarga.
Selain itu, sering dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai
cara berbudidaya rumput laut yang dilakukan oleh instansi
pemerintah kepada anggota kelompok pembudidaya
rumput laut di Pantai Kutuh.
Bapak Nyoman Sarma dalam wawancara mengatakan
bahwa pemerintah sering memberikan pelatihan tentang
Journal of Marine and Aquatic Sciences
J. Mar. Aquat. Sci. 2(1): 1–5 (2016)
3
Gambar 1. Rumput Laut Jenis Halymenia sp.
cara berbudidaya rumput laut yang baik untuk
mendapatkan hasil yang melimpah. Hampir setiap tahun
ada program pemerintah untuk para pembudidaya rumput
laut di Pantai Kutuh. Program terakhir yang sudah
dilaksanakan adalah pelatihan cara menanam rumput laut
yang benar pada tahun 2014.
3.1.3 Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pembudidaya
Pekerjaan pokok pembudidaya di Pantai Kutuh adalah
sebagai pembudidaya rumput laut. Hasil budidaya rumput
laut yang didapat pembudidaya lebih besar dibandingkan
dengan pekerjaan lainnya. Selain bekerja sebagai
pembudidaya rumput laut, pembudidaya juga memiliki
pekerjaan sampingan yang dapat menambah penghasilan
keluarga. Hal ini karena tidak diperlukan waktu banyak
dalam berbudidaya rumput laut, sehingga pembudidaya
dapat melakukan pekerjaan lain selain berbudidaya
rumput laut. Pembudidaya biasanya mengecek rumput laut
pada waktu air surut setiap harinya untuk memastikan
kondisi rumput laut masih dalam keadaan baik.
Selebihnya, pembudidaya mengerjakan pekerjaan
sampingan sesuai dengan jenis pekerjaan sampingan
masing-masing. Beberapa pembudidaya mempunyai
pekerjaan sampingan yaitu beternak sapi, nelayan,
pemandu wisata dan buruh proyek. Data pekerjaan
sampingan pembudidaya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Distribusi Pekerjaan Sampingan Pembudidaya di Pantai Kutuh
Tahun 2015
No.
Pekerjaan
Sampingan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1.
Beternak sapi
11
40,74
2.
Nelayan
7
25,93
3.
Pemandu wisata
5
18,52
4.
Buruh proyek
4
14,81
TOTAL
27
100,00
Sumber: Diolah dari data primer
3.2 Kegiatan Budidaya Rumput Laut
Kegiatan budidaya rumput laut di Pantai Kutuh masih
tetap dilakukan walaupun Pantai Kutuh atau yang lebih
populer disebut Pantai Pandawa sudah berkembang
menjadi daerah pariwisata. Jenis rumput laut yang
dikembangkan di Pantai Kutuh adalah rumput laut jenis
barong (Halymenia sp.). Hal ini karena rumput laut jenis
barong memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jenis
rumput laut jenis lainnya yang sudah pernah
dibudidayakan di Pantai Kutuh yaitu Eucheuma cotonii
dan Glacilaria sp.. Kelebihan rumput laut jenis barong
yaitu pertumbuhannya cepat, tidak diserang penyakit ice-
ice dan tidak disukai oleh predator rumput laut, sehingga
pembudidaya mendapatkan hasil panen yang lebih baik
dibandingkan jenis rumput laut lainnya (Robledo dan
Pelegrin, 2010). Gambar rumput laut jenis Halymenia sp.
dapat dilihat pada Gambar 1.
Masa tanam rumput laut jenis barong adalah 15 hari.
Metode penanaman rumput laut yang digunakan di Pantai
Kutuh adalah lepas dasar (off-bottom method). Bibit yang
ditanam berukuran 150 gram dengan jarak tanam 25 cm.
Bibit rumput laut awal yang digunakan dalam penelitian
berasal dari pembudidaya rumput laut setempat.
Penanaman rumput laut dilakukan satu kali masa tanam
pada lahan yang disewa dari pembudidaya setempat.
Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata pertumbuhan Rumput Laut Halymenia sp. selama
15 hari adalah sebesar 105,67% atau 7%/hari atau 10,57
gram/hari. Hasil pertambahan berat yang didapatkan pada
penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan rumput laut
di pantai kutuh tergolong baik. Menurut Winarno (1996)
laju pertumbuhan rumput laut yang dianggap cukup
menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat per
hari. Peningkatan berat Rumput Laut Halymenia sp. dapat
dilihat pada Gambar 2.
Bapak Nyoman Karma mengatakan dalam wawancara
bahwa para pembudidaya lebih memilih menanam rumput
laut jenis Halymenia sp. dibandingkan dengan rumput laut
jenis Eucheuma cotonii. Hal ini karena keuntungan yang
APWK Dewi & SA Saraswati
J. Mar. Aquat. Sci. 2(1): 1–5 (2016)
4
Gambar 2. Grafik Pertambahan Berat Halymenia sp. pada Setiap Titik Sampling
didapatkan lebih banyak dan masa tanamnya lebih singkat.
Harga jual 1 kg rumput laut kering jenis Halymenia sp.
adalah Rp. 11.000,00 Rp. 13.000,00 sedangkan rumput
laut kering jenis Eucheuma cotonii Rp. 7.000,00 - Rp.
9.000,00. Masa tanam rumput laut jenis Halymenia sp.
adalah 15 hari sedangkan masa tanam rumput laut jenis
Eucheuma cotonii adalah 30 hari. Selain itu rumput laut
jenis Halymenia sp. lebih aman dari serangan predator
karena rasanya tidak disukai oleh predator dibandingkan
dengan rumput laut jenis Eucheuma cotonii. Berdasarkan
alasan-alasan tersebut, petani lebih memilih untuk
menanam rumput laut jenis Halymenia sp. walaupun
masih ada beberapa pembudidaya rumput laut yang masih
tetap menanam rumput laut jenis Eucheuma cotonii
sebagai sampingan.
Pengambilan data kualitas air dilakukan sebanyak dua
kali yaitu pada saat kondisi air surut dan kondisi air
pasang. Sampling dilakukan pada tiga stasiun yang
berdekatan dengan lokasi penanaman rumput laut. Data
kualitas air hasil penelitian selanjutnya dibandingkan
dengan tabel kelayakan budidaya rumput laut yang
dikeluarkan oleh Bakosurtanal (1996).
Berdasarkan hasil perbandingan data kualitas air hasil
pengukuran di Pantai Kutuh dengan tabel kelayakan
budidaya rumput laut yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal
(1996) menunjukkan bahwa kondisi kualitas air pada
lokasi budidaya rumput laut di Pantai Kutuh termasuk
dalam Kategori I yang berarti bahwa kondisi perairan di
Pantai Kutuh termasuk dalam kondisi perairan optimum
untuk pertumbuhan rumput laut. Burdames dan Ngangi
(2014) menyatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan
budidaya rumput laut adalah pemilihan lahan budidaya
rumput laut yang tepat. Hal ini disebabkan produksi dan
kualitas rumput laut dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekologis (oseanografis dan parameter kualitas air).
Kondisi perairan Pantai Kutuh yang tergolong
optimum untuk pertumbuhan rumput laut ternyata
memberikan dampak yang berbeda terhadap pertumbuhan
rumput laut jenis Halymenia sp. dan rumput laut jenis
Eucheuma cotonii. Pertumbuhan rumput laut jenis
Halymenia sp. lebih baik dibandingkan dengan
pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma cotonii. Hal ini
menandakan bahwa terdapat faktor lain selain kualitas air
yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut yaitu daya
tahan rumput laut terhadap serangan penyakit. Largo dkk.
(1995) menyatakan bahwa ketika rumput laut mengalami
stress akan memudahkan infeksi patogen. Pada keadaan
stress, rumput laut akan membebaskan substansi organik
yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang
bakteri tumbuh melimpah.
3.3 Perkembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di
Pantai Kutuh
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pembudidaya
rumput laut yang ada di Pantai Kutuh, diketahui bahwa
pembudidaya masih tetap memilih menjadi pembudidaya
rumput laut sebagai pekerjaan utama. Alasan utama
pembudidaya adalah penghasilan yang didapatkan dari
hasil budidaya rumput laut lebih tinggi dibandingkan
dengan penghasilan yang didapatkan dari hasil pekerjaan
sampingan masing-masing pembudidaya. Bapak Nyoman
Sarma dalam wawancara menyatakan bahwa penghasilan
yang didapatkan dari hasil budidaya rumput laut dapat
mencapai 5 juta rupiah/bulan sedangkan hasil dari bekerja
sebagai buruh, nelayan atau beternak sapi tidak bisa
melebihi 5 juta rupiah/bulan.
Pembudidaya rumput laut menjual rumput laut dalam
keadaan kering. Rumput laut jenis Halymenia sp. dijual
kepada pengepul asal Nusa Dua dengan harga Rp.
11.000,00 - Rp 13.000,00. Dengan harga tersebut
pembudidaya mendapatkan keuntungan rata-rata sebesar
Rp 5 juta pada setiap bulannya. Hal tersebut yang menjadi
alasan utama pembudiaya rumput laut lebih memilih
menanam rumput laut jenis Halymenia sp. dibandingkan
dengan rumput laut jenis lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dari pembudidaya
rumput laut dan hasil pengukuran pertumbuhan dan
parameter kualitas air di Pantai Kutuh menunjukkan
bahwa rumput laut jenis Halymenia sp. memiliki potensi
yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai salah satu
daerah penghasil rumput laut yang dapat meningkatkan
nilai produksi budidaya rumput laut di Bali khususnya dan
Journal of Marine and Aquatic Sciences
J. Mar. Aquat. Sci. 2(1): 1–5 (2016)
5
Indonesia pada umumnya. Namun demikian, terdapat
kendala dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut
di Pantai Kutuh yaitu pembudidaya kehilangan pasar
untuk menjual rumput laut kering. Pengepul yang berasal
dari Nusa Dua saat ini tidak lagi membeli rumput laut
kering karena pabrik di negara tujuan ekspor tidak lagi
membeli rumput laut kering jenis Halymenia sp..
Pembudidaya rumput laut menjual rumput laut kering
jenis Halymenia sp. terakhir pada bulan September 2015.
Alasan pabrik di negara tujuan ekspor berhenti membeli
rumput laut kering jenis Halymenia sp. tidak diketahui
pasti oleh para pembudidaya. Walaupun demikian,
pembudidaya tetap menyimpan rumput laut kering jenis
Halymenia sp. agar dapat dijual apabila ada yang membeli
rumput laut kering jenis Halymenia sp.
4. Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) umur
pembudidaya masih tegolong produktif, (2) sebagian besar
tingkat pendidikan pembudidaya adalah lulusan SMA, (3)
pekerjaan utama pembudidaya ada budidaya rumput laut
jenis Halymenia sp. dan pekerjaan sampingan
pembudidaya adalah beternak sapi, nelayan, pemandu
wisata dan buruh proyek. Berdasarkan data hasil
penelitian, diketahui bahwa pertumbuhan dan kualitas air
budidaya rumput laut jenis Halymenia sp. tergolong baik,
namun pengembangan usaha budidaya rumput laut jenis
Halymenia sp. mengalami kendala dalam hal pemasaran
rumput laut kering hasil budidaya.
Ucapan terimakasih
Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Penelitian ini dapat terlaksana atas dana dari Fakultas
Kelautan dan Perikanan, Universitas Udaya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penelitian ini, mulai dari penyusunan proposal,
pelaksanaan penelitian sampai penulisan laporan.
Daftar Pustaka
Arthana, W., D. Pertami, G. Hendrawan, I.Y. Perwira, D.B.
Wijayanto, D. Ulinuha. 2012. Pemetaan Potensi Kawasan
Budidaya Rumput Laut di Perairan Tenggara Pulau Bali.
Universitas Udayana. Bali
Aslan, L. M., 2006. Budidaya Rumput Laut. Kanisius .
Yogyakarta.
Bakosurtanal. (1996). Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir
dan Marin Kupang - Nusa Tenggara Timur. Pusat Bina
Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis. Cibinong.
Burdames, Y. dan E. L. A. Ngangi. 2014. Kondisi Lingkungan
Perairan Budi Daya Rumput Laut di Desa Arakan, Kabupaten
Minahasa Selatan. Budidaya Perairan 2(3): 69-75.
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2011. Kelautan
dan Perikanan dalam Angka 2011. Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Jakarta. 118 hlm.
Largo, D.B., Fukami, K., and Nishijima, T. 1995. Occasional
Pathogenic Bacteria Promoting ice-ice Disease in The
Carrageenan-Producing Red Algae Kappaphycus alvarezii
and Eucheuma denticulatum (Solieriaceae, Gigartinales,
Rhodophyta). Journal of Applied Phyciology 7: 545-554.
Panggabean, Mutiara S. 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Ghalia Indonesia: Jakarta
Pitoyo, A.J. dan E. Hasmi. 2013. Menjadi Produktif di Usia
Produktif. Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan
BKKBN. Jakarta: 53 hlm.
Robledo, D dan Y. F. Pereglin. 2010. Prospects for the
cultivation of economically important
carrageenophytes in Southeast Mexico. J Appl Phycol
DOI 10.1007. Spinger.
Sumariadhi, N.W. dan I. W. Wijayasa. 2012. Dampak Pariwisata
di Nusa Lembongan. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata 2 (2);
23-47
Suwariati, N.W.E., I.K.B. Susrusa dan I.K. Rantau. 2014.
Perbedaan Pendapatan Usahatani Rumput Laut Eucheuma
spinosum dan Eucheuma cottonii di Desa Kutuh Kecamatan
Kuta Selatan. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata 3(1); 22-
31
Winarno, 1996. Teknik Pengolahan Rumput Laut. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
© 2016 by the authors; licensee Udayana University, Indonesia. This article is an open access article distributed under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution license (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).
... Pertumbuhan Halymenia sp. selama 15 hari diketahui mencapai 7 %/ hari (Dewi & Saraswati, 2016). Pertumbuhan rumput laut ini tergolong cepat, sehingga beban rumpun dapat mempengaruhi talus. ...
... Rumput laut Halymenia sp. diketahui mempunyai pertumbuhan sangat cepat dan menjadi salah satu keunggulan rumput laut jenis ini, sehingga pembudidaya biasanya menerapkan siklus budidaya hanya selama 15 hari (Dewi & Saraswati, 2016). Robledo & Pelegrin (2010) juga menyebutkan bahwa rumput laut Halymenia sp. ...
... Penanganan pasca panen adalah proses pengeringan. Proses pengeringan rumput laut harus mendapat perhatian yang serius sebab walaupun hasil panennya baik tetapi penanganan pasca panen nya tidak maksimal maka kualitas rumput laut tersebut dapat menurun (Saraswati, 2016;Salju, 2017;Lalopua, 2018); Asnani et al., 2021). Desa Allumang merupakan salah satu lokasi sentral produksi rumput laut di kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur (Batik Mochammad, 2018), dalam letak geografi, Desa Allumang merupakan Desa pesisir, dengan perairan pantai yang rata sedikit landai dengan substrat berpasir, sehingga memenuhi indikator lingkungan atau habitat budidaya rumput laut yang memadai dari aspek aktivitas budidaya dan faktor fisika kimianya , seperti terlihat pada Gambar 1. ...
... Menurut , Pembudidaya rumput laut yang berdomisili di Desa Allumang sejumlah 76% KK dari 677 KK dari total masyarakat Desa Allumang, bahkan dari keseluruhan pembudidaya rumput laut hampir seluruh nya masih menggunakan metode pengeringan diatas terpal plastik atau waring dengan meggelarnya diatas tanah atau pasir. Walaupun metode ini memilki fleksibilitas tinggi dan bersifat mobile (mudah dipindah-pindah) sesuai arah sinar matahari namun berisiko terjadi kontaminasi oleh debu, pasir atau kotoran lainnya, dan kandungan air yang tinggi serta tidak merata, selanjutnya waktu penjemuran yang lama dapat mempengaruhi pertumbuhan mikro organisme seperti kapang dan dan jamur kondisi berdampak pada mutu rumput laut menjadi lebih rendah (Hikmah, 2015;Saraswati, 2016;Jamal, 2016;Risal, 2017;AR et al., 2019;Patawari, 2019;Suciyati, 2019). Oleh sebab itu pasar sering mengeluh terkait kualitas rumput laut kering yang dipasarkan oleh pembudidaya dimana produknya masih memiliki kandungan air kontaminasi kotoran yang masih tinggi yang bedampak pada nilai jual lebih rendah dari harga standar (Khaldun, 2017;Oktavinus et al., 2020), seperti terlihat pada Gambar 2. ...
Article
Full-text available
Abstrak: Kebiasaan pembudidaya rumput laut di Desa Allumang, Kec. Pantar Barat Laut, Kabupaten Alor, Prop. NTT melakukan teknik pengeringan rumput laut melalui metode penjemuran di atas terpal atau waring yang digelar diatas tanah atau pasir. Metode ini mempunyai kekurangan karena produk rumput laut dapat terkontaminasi dengan debu dan kandungan air yang tinggi serta tidak merata dan waktu penjemuran yang lama dapat mempengaruhi pertumbuhan mikro organisme seperti kapang dan dan jamur, kondisi ini berdampak pada penurunan kualitas. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman pembudidaya rumput laut yang berdomisili di Desa Allumang mengenai manfaat penggunaan metode penjemuran para-para dalam proses pengeringan rumput laut untuk mendapatkan produk rumput laut yang mempunya kualitas sesuai permintaan pasar. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain: (1) Tahap Persiapan; (2) tahap pelaksanaan kegiatan; (3) tahap evaluasi. Pelakasanaan kegiatan penyuluhan ini dikatakan berhasil secara signifikan yaitu 100% oleh karena secara psikologis terlihat adanya perubahan pola pikir pembudidaya mengenai teknik pengeringan rumput laut melalui metode penjemuran di atas para-para karena berkorelasi dengan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Selanjutnya untuk lebih meyakinkan pemahaman pembudidaya rumput laut dilakukan kegiatan pembuatan para-para dilokasi budidaya sebagai contoh.Abstract: Habits of seaweed cultivators in Allumang Village, Kec. Northwest Pantar, Alor Regency, Prop. NTT uses the technique of drying seaweed through the drying method on a tarp or waring which is held on the ground or sand. This method has drawbacks because seaweed products can be contaminated with dust and high and uneven water content and long drying times can affect the growth of micro-organisms such as molds and fungi, conditions have an impact on quality degradation. This Community Service (PkM) activity aims to increase knowledge and understanding of seaweed farmers who live in Allumang Village regarding the benefits of using the para-para drying method in the seaweed drying process to obtain quality seaweed products according to market demand. The method of implementing community service activities is carried out in several stages, including: (1) Preparation Phase; (2) activity implementation stage; (3) evaluation stage. The implementation of this outreach activity was said to be significantly successful, namely 100% because psychologically it was seen that there was a change in the mindset of farmers regarding the technique of drying seaweed through the drying method on a parapet because it correlated with the quality of the seaweed produced. Furthermore, to further ensure the understanding of seaweed cultivators, para-para-making activities were carried out at the cultivation location as an example.
... Pembudidaya rumput laut di desa tersebut masih menggunakan metode pengeringan tradisional dengan menggunakan terpal plastik atau waring yang diletakkan di atas tanah. Metode tradisional ini memiliki kerugian berupa kontaminasi debu, pasir, dan kotoran lainnya, pengeringan yang tidak merata, dan waktu penjemuran yang lama sehingga muncul adanya mikroorganisme dan jamur yang menurunkan kualitas rumput laut kering yang akan dijual (Hikmah, 2015;Saraswati, 2016;Jamal, 2016;Risal, 2017;AR dkk., 2019;Patawari, 2019;Suciyati, 2019 Metode pengeringan dengan menggunakan para-para adalah metode pengeringan rumput laut dengan menjemur rumput laut di bawah sinar matahari secara langsung dengan meletakkan rumput laut basah pada konstruksi para-para yaitu susunan kayu/bambu dengan alas waring yang diberikan tiang penyangga dengan ketinggian 1-1,5 m di atas permukaan tanah. Oleh karena itu dengan konstruksi ini rumput laut tidak langsung menempel di atas permukaan tanah. ...
Article
Full-text available
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada petani rumput laut di Desa Tesabela, Kupang Barat, Kab. Kupang. Bantuan yang diberikan meliputi pembuatan konstruksi pengering para-para, melakukan penyuluhan cara penggunaannya, dan memberikan sosialisasi terkait peningkatan produktivitas dan kualitas rumput laut pasca panen. Pengering para-para mampu memberikan penjemuran rumput laut yang lebih bersih, karena rumput laut tidak diletakkan secara langsung di atas permukaan tanah. Selain itu air akan lebih mudah turun ke bawah karena menggunakan alas yang terbuat dari waring. Sehingga rumput laut hasil pengeringan memiliki kualitas yang lebih baik dan tidak berjamur. Hasil kegiatan ini memberikan pemahaman masyarakat bagaimana cara membuat pengering para-para dan cara penggunaannya secara mandiri, serta bagaimana cara meningkatkan produktivitas rumput laut serta peningkatan kualitas rumput laut pasca panen.
Article
The bacterial isolates from normal and diseased branches of Kappaphycus alvarezii and Eucheuma denticulatum in the Philippines were examined for possible role in the development of the ice-ice disease. The numbers of bacteria on and in ice-iced branches were 10–100 times greater than those from normal, healthy ones. Gram-positive bacteria predominated in almost all branch sources, but with an increasing proportion of agar-lysing bacteria in branches suffering from the ice-ice disease. These agar-lysing bacteria were composed of yellow and non-pigmented, spreading colonies identified to the Cytophaga-Flavobacterium complex and the Vibrio group. Among isolates which mainly appeared on ice-iced branches, two strains, designated as P11 (Vibrio sp.) and P25 (Cytophage sp.), which showed pathogenic activity, were obtained. These strains caused early ice-ice whitening of K. alvarezii especially when subjecting branches to environmental stress, such as reduced salinity and light intensity, suggesting that these bacteria were occasionally pathogenic. This paper offers new evidence of bacterial role in the development of so-called ice-ice disease among farmed species of Kappaphycus.
Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin Kupang -Nusa Tenggara Timur. Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis
  • L M Aslan
Aslan, L. M., 2006. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. Bakosurtanal. (1996). Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin Kupang -Nusa Tenggara Timur. Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis. Cibinong.
Kondisi Lingkungan Perairan Budi Daya Rumput Laut di Desa Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan
  • Y E L A Burdames
  • Ngangi
Burdames, Y. dan E. L. A. Ngangi. 2014. Kondisi Lingkungan Perairan Budi Daya Rumput Laut di Desa Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan. Budidaya Perairan 2(3): 69-75.
Kementerian Kelautan dan Perikanan)
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2011. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 118 hlm.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia: Jakarta Pitoyo
  • Mutiara S Panggabean
Panggabean, Mutiara S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia: Jakarta Pitoyo, A.J. dan E. Hasmi. 2013. Menjadi Produktif di Usia Produktif. Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN. Jakarta: 53 hlm.
Prospects for the cultivation of economically important carrageenophytes in Southeast Mexico
  • Y F Robledo
  • Pereglin
Robledo, D dan Y. F. Pereglin. 2010. Prospects for the cultivation of economically important carrageenophytes in Southeast Mexico. J Appl Phycol DOI 10.1007. Spinger.
Dampak Pariwisata di Nusa Lembongan
  • N W I W Sumariadhi
  • Wijayasa
Sumariadhi, N.W. dan I. W. Wijayasa. 2012. Dampak Pariwisata di Nusa Lembongan. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata 2 (2); 23-47
Perbedaan Pendapatan Usahatani Rumput Laut Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii di
  • N W E Suwariati
  • I K B Susrusa Dan
  • I K Rantau
Suwariati, N.W.E., I.K.B. Susrusa dan I.K. Rantau. 2014. Perbedaan Pendapatan Usahatani Rumput Laut Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii di Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata 3(1); 22-31
Teknik Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan
  • Winarno
Winarno, 1996. Teknik Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.