ArticlePDF Available

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis masalah yang dihadapi oleh pondok-pondok pesantren yang ada di Kota Seberang Jambi dan peran aktif mereka berpartisipasi dalam pelaksanaan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Jumlah partisipan dalam penelitian ini meliputi kepala pesantren, guru, dan pengelola yang bekerja di dua Pesantren di Kota Seberang, Jambi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan teknik diskusi kelompok. Hasil observasi disajikan secara deskriptif. Analisis data hasil wawancara dimulai dengan mentranskrip hasil, melakukan pengecekan ulang, menghilangkan bagian yang tidak diperlukan, dan mengodifikasi hasil untuk dijadikan tema-tema. Data hasil diskusi kelompok disajikan untuk memperkuat data hasil wawancara, dikodifikasi, dan dianalisis. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa problematika yaitu kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas, metode pengajaran yang masih bersifat tradisional dan belum banyak variasi, kebijakan kurikulum yang berubah-ubah, fasilitas pendidikan yang belum memadai, dan keuangan pesantren yang belum dapat mencukupi. Kata kunci: problematika, dunia pendidikan Islam, pondok pesantren ISLAMIC EDUCATIONAL ISSUES AND ISLAMIC BOARDING SCHOOL CHALLENGES IN 21ST CENTURY Abstract This study aimed at analyzing the problems faced by islamic boarding schools in Seberang, Jambi and the active role they participate in the implementation of national education goals of Indonesia. This study was a case study with a qualitative approach. The number of participants in this study were the heads of schools, teachers, and managers who work in two boarding schools in Seberang, Jambi. The data were collected by observation, interview and group discussion techniques. The observation results were presented descriptively. Analysis of interview data began with transcribing the results, re-checking, eliminating the parts that are not needed, and codify the results to be used as themes. The data from group discussions served to reinforce the interview data, codified, and analyzed. The examination of data validity was using triangulation. The results show that there are some problems namely the lack of qualified teaching staff, traditional teaching methods, inconsistant curriculum policy, inadequate educational facilities, and unsufficient schools finance. Keywords: problems, Islamic education, Islamic boarding school
271
PROBLEMATIKA DUNIA PENDIDIKAN ISLAM ABAD 21
DAN TANTANGAN PONDOK PESANTREN DI JAMBI
Muhammad Sofwan dan Akhmad Habibi
Universitas Jambi
email: muhammad.sofwan@unja.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis masalah yang dihadapi oleh pondok-pondok pesantren
yang ada di Kota Seberang Jambi dan peran aktif mereka berpartisipasi dalam pelaksanaan
tujuan pendidikan nasional Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Jumlah partisipan dalam penelitian ini meliputi kepala pesantren, guru,
dan pengelola yang bekerja di dua Pesantren di Kota Seberang, Jambi. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan teknik diskusi kelompok. Hasil observasi
disajikan secara deskriptif. Analisis data hasil wawancara dimulai dengan mentranskrip
hasil, melakukan pengecekan ulang, menghilangkan bagian yang tidak diperlukan, dan
mengodifi kasi hasil untuk dijadikan tema-tema. Data hasil diskusi kelompok disajikan untuk
memperkuat data hasil wawancara, dikodifi kasi, dan dianalisis. Pemeriksaan keabsahan
data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa
problematika yaitu kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas, metode pengajaran yang
masih bersifat tradisional dan belum banyak variasi, kebijakan kurikulum yang berubah-
ubah, fasilitas pendidikan yang belum memadai, dan keuangan pesantren yang belum dapat
mencukupi.
Kata kunci:problematika, dunia pendidikan Islam, pondok pesantren
ISLAMIC EDUCATIONAL ISSUES
AND ISLAMIC BOARDING SCHOOL CHALLENGES IN 21ST CENTURY
Abstract
This study was aimed at analyzing the problems faced by Islamic boarding schools in
Seberang, Jambi and the active role they participate in the implementation of national
education goals of Indonesia. This study was a case study with a qualitative approach.
participants in this study were the headmasters, teachers, and managers who work in two
boarding schools in Seberang, Jambi. The data were collected by observation, interview and
group discussion techniques. The observation results were presented descriptively. Analysis
ofthe interview data began with transcribing the results, re-checking, eliminating the parts that
are not needed, and codify the results to be used as themes. The data from group discussions
served to reinforce the interview data, codifi ed, and analyzed. The examination of data
validity was using triangulation. The results show that there are some problems namely the
lack of qualifi ed teaching staff, traditional teaching methods, inconsistent curriculum policy,
inadequate educational facilities, and insuffi cient school fi nance.
Keywords:problems, Islamic education, Islamic Boarding School
272
PENDAHULUAN
Pendidikan di abad ke-21 menunjuk-
kan terjadinya dikotomi antara pendidikan
barat yang cenderung sekuler danpendidikan
Islam yang terkungkung dalam dogma yang
kaku. Menyadari kekeliruan tersebut, muncul
paham yang berusaha mengintegrasikan
Islam dan pengetahuan atau biasa disebut
Islamisasi ilmu pengetahuan yang berujung
pada internalisasi nilai-nilai Islam dalam
ilmu modern (Kurniawan & Mahrus, 2011,
p. 284).
Pendidikan Islam menurut Zakiah
Daradjat merupakan pendidikan yang
lebih banyak ditujukan kepada perbaikan
sikap mental yang akan terwujud dalam
perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri
maupun orang lain yang bersifat teoretis dan
praktis (Daradjat, 1996, p. 25). Pesantren
sebagai lembaga resmi pendidikan Islam
di Indonesia mempunyai peranan penting
dalam membangun pendidikan Indonesia
secara kesuluruhan.
Di abad ke-21, era globalisasi, pen-
didikan Islam menemukan berbagai
macam problematika seperti: (1) relasi
kekuasaan dan orientasi pendidikan Islam,
(2) profesionalitas dan kualitas SDM, dan
(3) masalah kurikulum. Rembangy (2010,
p. 21) berpendapat bahwa pendidikan
cenderung berpijak pada kebutuhan prag-
matis, atau kebutuhan pasar, lapangan,
dan kerja. Ruh pendidikan Islam sebagai
pondasi budaya, moralitas, dan social
movement (gerakan sosial) menjadi hilang.
Banyak guru dan tenaga kependidikan
masih belum berkualitas sehingga mereka
tidak atau kurang mampu menyajikan dan
menyelenggarakan pendidikan yang benar-
benar berkualitas (Rembangy, 2010, p. 28).
Dalam realitas sejarah, pengembangan
kurikulum pendidikan Islam tersebut
mengalami perubahan-perubahan paradig-
ma, walaupun paradigma sebelumnya tetap
dipertahankan (Muhaimin, 2007, p. 86).
Di Indonesia, secara etimologis
pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab “tarbiyah dengan kata kerjanya
rabbayang berarti mengasuh, mendidik,
memelihara (Daradjat, 1996, p. 24). Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa pendidikan
adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, maksudnya pendidikan adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak itu agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
(Ismail, 2008, p. 34).
Defi nisi umum pendidikan Islam adalah
pendidikan yang bertujuan membimbing
anak didik dalam perkembangan dirinya,
baik jasmani maupun rohani menuju
terbentuknya kepribadian yang utama
pada anak didik nantinya yang didasarkan
pada hukum-hukum Islam (Ismail, 2008,
p. 34). Pendidikan Islam harus mampu
menyesuaikan sistem dan pengelolaannya
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal
ini ditujukan demi kepentigan tidak hanya
guru dan murid tetapi semua pihak yang
terkait demi meningkatkan tata kelola dunia
pendidikan Islam di Indonesia.
Pelaksanaan pendidikan Islam
harus senantiasa mengacu pada sumber
yang termuat dalam Al Quran. Dengan
berpegang pada nilai-nilai tertentu dalam
Al Quran, terutama dalam pelaksanaan
pendidikan Islam, umat Islam akan mampu
mengarahkan dan mengantarkan umat
manusia menjadi kreatif dan dinamis
serta mampu mencapai esensi nilai-nilai
ubudiyah kepada khaliknya (Tantowi,
2009).
Pendidikan Islam diakui keberadaan-
nya dalam sistem pendidikan nasional
yang terbagi menjadi tiga hal. Pertama,
pendidikan Islam sebagai lembaga yakni
dengan diakuinya keberadaan lembaga
pendidikan Islam secara eksplisit. Kedua,
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 2, November 2016, Halaman 271-280
273
pendidikan Islam sebagai mata pelajaran,
yakni dengan diakuinya pendidikan
agama Islam sebagai salah satu mata
pelajaran yang wajib diberikan pada satuan
pendidikan tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Ketiga, pendidikan Islam sebagai
nilai-nilai, yakni dengan ditemukannya
nilai-nilai Islami dalam sistem pendidikan
(Daulay, 2009, p. 25).
Secara historis, pesantren telah men-
dokumentasikan berbagai sejarah bangsa
Indonesia, baik sejarah sosial budaya
masyarakat Islam, ekonomi, maupun politik
bangsa Indonesia. Sejak awal penyebaran
Islam, pesantren menjadi saksi utama bagi
penyebaran Islam di Indonesia (Rizal, 2009).
Pesantren mampu membawa perubahan
besar terhadap persepsi khalayak nusantara
tentang arti penting agama dan pendidikan
(Daulay, 2009: 30). Artinya, sejak itu
orang mulai memahami bahwa dalam
rangka penyempurnaan keberagamaan,
mutlak diperlukan prosesi pendalaman dan
pengkajian secara matang pengetahuan
agama mereka di pesantren. Sejak awal
pertumbuhannya, fungsi utama pesantren
adalah menyiapkan santri mendalami dan
menguasai ilmu agama Islam atau lebih
dikenal tafaqquh fi -al-din.
Terdapat dua tipe pesantren di Indonesia
yang didasarkan pada pengembangan
kurikulum: (1) pesantren tradisional
yang tetap mempertahankan kurikulum
tradisional dengan mengkaji kitab-kitab
klasik abad ke-15 dan (2) pesantren modern
yang menerapkan kurikulum nasional
(Ghazali, 2001, p. 15). Seperti pendidikan
pada umumnya, pesantren juga menghadapi
problematika yang harus terus diupayakan
penyelesaiannya dengan sinergi semua
pihak terkait (Mardjun, 2007, p. 28).
Jambi sebagai salah satu provinsi
di Indonesia mempunyai 164 pesantren.
Pendidikan Islam di Jambi, khususnya
pesantren di Kota Seberang, telah ber-
kembang dengan pesat. Di Kota Jambi
terdapat sebelas pesantren yaitu Nurul
Iman, Assad, Al-Jauharen, Saa’daturen,
Al-Mubarak, Al-Riyyad, Al-Hidayah, Al-
Mu’tadin, PKP Al-Hidayah, Ainul Yakin,
dan Tahfiz Darul Hikmah (Kemenag,
2015). Di Kota Seberang yang dikenal
sebagai Kota Santri di Jambi, terdapat
enam pesantren yaitu: Nurul Iman, Assad,
Al-Jauharen, Saa’daturen, Al-Mubarak,
Al-Riyyad (Kemenag, 2015). Wawancara
awal yang dilakukan dengan beberapa guru
pesantren mengindikasikan bahwa terdapat
masalah-masalah atau tantangan yang
dihadapi baik oleh pihak yayasan maupun
sekolah dalam mengembangkan pendidikan
Islam di Jambi dalam keterkaitannya dengan
pendidikan di abad ke-21 antara lain:
masalah sosial ekonomi, metode penga-
jaran, dan kekurangan sarana prasarana.
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, perlu dikaji secara mendalam
problematika dunia pendidikan Islam
yang dihadapi pesantren modern yang
menerapkan kurikulum nasional Indonesia
di Kota Seberang Jambi. Pemilihan
pesantren modern dipertimbangkan karena
menerapkan kurikulum yang dikaitkan
dengan metode pengajaran abad ke-21.
METODE
Penelitian ini menggunakan me-
tode kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Studi kasus adalah jenis
penelitian yang fokus penelitiannya ada
pada sudut pandang partisipan penelitian
(Christensen & Johnson, 2008, p. 124).
Penarikan sampel dilaksanakan dengan
teknik purposif. Penarikan sampel secara
purposif merupakan cara penarikan sampel
yang dilakukan dengan memiih subjek
berdasarkan kriteria spesifi k yang dietapkan
peneliti (Patton, 1990, p. 51). Penelitian ini
menetapkan dua pesantren yang berlokasi
di Kota Seberang, Jambi yaitu: Pesantren
Muhammad S. dan Akhmad H.: Problematika Dunia Pendidikan Islam ...
274
Assa’ad Olak Kemang dan Pesantren Al
Jauharen Tanjung Johor.
Partisipan dalam penelitian ini terdiri
atas: ketua, petinggi pada yayasan, dan
guru senior yang mempunyai pengalaman
lebih dari sepuluh tahun mengajar pada
dua pesantren yang ada di Kota Seberang
tersebut. Tabel 1 menjelaskan secara rinci
tentang pekerjaan, jenis kelamin, dan
pengalaman partisipan penelitian.
Etika dalam penelitian ini dijaga
dengan merahasiakan identitas para par-
tisipan dengan hanya menyisipkan inisial
dan nama pesantren tempat mereka bekerja.
Setiap penelitian harus menjaga kredibilitas
partisipan yang terlibat dengan menjaga
nama para partisipan supaya tidak menjadi
objek eksploitasi dalam penelitian (Patton,
1990, p. 556).
Pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, wawancara, dan diskusi
kelompok. Observasi dilakukan untuk
mendapatkan data di lapangan terhadap dua
pesantren tersebut. Wawancara dilakukan
dengan mudir dan pengelola yayasan
sebagai partisipan dalam penelitian ini
selama lebih kurang 30-40 menit. Diskusi
kelompok dilaksanakan di dua tempat yang
berlangsung dalam waktu 40-60 menit.
Wawancara direkam dan mencatat dan
merekan semua hasil diskusi. Wawancara
dan diskusi kelompok dilakukan dengan
menggunakan bahasa Seberang (bahasa
Melayu Jambi) sebagai bahasa yang
digunakan oleh partisipan dan disajikan
dalam bahasa Indonesia baku pada hasil
penelitian.
Dalam menjaga validitas penelitian,
digunakan teknik triangulasi, pengecekan
ulang, dan refl eksi diri. Triangulasi adalah
teknik yang digunakan pada penelitian
kualitatif untuk mengecek dan membangun
validitas dengan menganalisis data dari
berbagai instrumen (Patton, 1990, p. 554).
Data hasil observasi dicatat dengan
catatan lapangan dan disajikan dalam
bentuk deskripsi. Hasil wawancara kepada
mudir dan pengelola yayasan ditanskripkan,
selanjutnya mengembalikan transkrip
tersebut ke partisipan untuk di-reviewuntuk
meyakinkan bahwa yang mereka katakan
sesuai dengan transkrip adalah langkah
dalam metode pengecekan ulang (Creswell,
1994, p. 110). Refl eksi diri dimaksudkan
untuk mengkritisi secara aktif dan berulang-
ulang tentang yang ditulis peneliti (Patton,
1990, p. 555).
Hasil observasi yang didapatkan dari
dua pesantren tersebut disajikan secara
deskriptif. Analisis data hasil wawancara
Tabel 1
Daftar Partisipan Penelitian
No Inisial Pekerjaan Jenis
Kelamin Pengalaman
(tahun)
1 SA Mudir Pria 20
2 MR Mudir Pria 23
3 TU Pengelola Pria 15
4 AK Pengelola Pria 10
5 MS Guru Pria 13
6 AH Guru Pria 16
7 MI Guru Pria 11
8 SY Guru Pria 12,5
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 2, November 2016, Halaman 271-280
275
dimulai dengan mentranskrip hasil wawan-
cara, melakukan proses pengecekan ulang,
menghilangkan beberapa bagian yang tidak
diperlukan, dan mengodifi kasi hasil untuk
dijadikan tema dan subtema. Data hasil
diskusi kelompok yang dibagi menjadi
dua kelompok diskusi dan disajikan
untuk memperkuat data hasil wawancara,
dikodifi kasi, dan dianalisis (Patton, 1990,
p. 552). Hasil dari ketiga instrumen tersebut
disajikan secara deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diklasi kasikan men-
jadi dua tema: Problematika akademis dan
Problematika nonakedemis. Problematika
akademis mengafi liasi beberapa subtema
guru, metode pengajaran, dan kurikulum.
Problematik nonakademis meliputi
fasilitas pendidikan dan keuangan. Tabel
2 menunjukkan pembagian tema dan sub-
tema penelitian ini.
Table 2
Pembagian Tema dan Subtema Hasil
Penelitian
Tema Sub-tema
Akademis Tenaga pengajar
Metode pengajaran
Kurikulum
Nonakademis Fasilitas pendidikan
Keuangan
Dunia pendidikan Islam pesantren yang
dinamis tidak terlepas dari faktor akademis
yang terus bergerak dan berkembang. Hal-
hal yang berkenaan dengan proses belajar
mengajar di kelas harus selalu dievaluasi
problematikanya. Di antara banyak hal yang
menjadi faktor yang berpengaruh dalam hal
akademis dunia pesantren, terdapat tiga hal
yang disajikan dalam penelitian ini yaitu
tenaga pengajar, metode pengajaran, dan
kurikulum.
Tenaga pengajar yang dikenal dengan
istilah ustaz danustazah di dunia pesantren
memegang peranan penting terhadap
kualitas anak didik di dunia pendidikan
(Permendikbud, 2013). Peran guru dalam
dunia kependidikan pesantren tidak hanya
berpengaruh di pondok pesantren tetapi juga
pada masyarakat sekitar. Guru pesantren
dipandang tinggi oleh masyarakat sekitar
(Sarbiran, 2004, p. 99). Perencanaan sumber
daya manusia untuk melakukan perubahan
dalam mencapai tujuan organisasi yang juga
selalu disesuaikan dengan perkembangan
masyarakat (Mukminan, 2010). Di
dunia pendidikan Islam pesantren, guru
mempunyai keterbatasan-keterbatasan
yang harus dilihat sebagai problematika
yang hadir untuk menjadi cerminan bagi
dunia pendidikan Islam Indonesia. Kutipan
wawancara berikut bisa merefleksikan
masalah terkait guru dalam dunia pendidikan
pesantren di Jambi.
“Saya melihat faktor kualitas guru
kita masih kurang jika dibandingkan
dengan sekolah-sekolah umum atau
khusus yang ada di Kota Jambi. Mereka
tidak cukup informasi dan pengetahuan
untuk megikuti perkembangan dunia
pendidikan. Kekurangan ini harus
ditutupi penguasa dengan memberikan
banyak pelatihan terhadap guru-guru
di pesantren” (SA).
“Saya kira Ustaz itu sangat penting
ya, semua hal yang berkaitan dengan
guru adalah penting. Tantangannya
adalah bagaimana terus meningkatkan
kualitas guru di dunia pendidikan
Islam kita” (MR).
Dari hasil wawancara dan observasi
di atas, dapat dilihat ada kesadaran dari
para mudir pondok pesantren yang ada
di Kota Seberang, Jambi bahwa kualitas
dari sebagian tenaga pengajar di pondok
pesantren masih harus terus ditingkatkan
Muhammad S. dan Akhmad H.: Problematika Dunia Pendidikan Islam ...
276
untuk meningkatkan mutu pendidikan
Islam di Jambi. Hal itu dapat dilakukan
dengan cara memberikan banyak pelatihan
bagi guru untuk memberi penguatan ter-
hadap semua aspek yang terkait dalam
dunia pengajaran.
Tidak hanya kualitas guru secara
keseluruhan, jumlah guru juga menjadi
perhatian para mudir dalam meningkatkan
dunia pendidikan Islam di pesantren Kota
Seberang, Jambi. Hal tersebut dapat dilihat
dari kutipan hasil wawancara berikut.
“Saya melihat bahwa jumlah guru di
sini masih kurang. Kami hanya punya
dua guru bahasa Inggris untuk semua
kelas. Ini menjadi faktor penting bagi
dunia pendidikan kita supaya bisa lebih
memperhatikan hal ini. Sebenarnya
kita bisa dengan mudah mencari guru.
Tapi kita juga harus melihat apa yang
ditawarkan pesantren kita tidak selalu
menarik bagi para lulusan perguruan
tinggi untuk membaktikan ilmu mereka
di pesantern kita ini. Jadi, ya ada
juga keterkaitannya dengan masalah
keuangan pesantren” (AK).
“Benar bahwa guru-guru adalah faktor
penting. Di sini saya cuma sendiri
mengajar hapalan Al Quran. Sangat
susah mencari yang bersedia mengajar
dan menemani saya di sini. Saya kira
harus ada keaktifan dari semua pihak
untuk mencari guru yang berkualitas
untuk mengajar di sini” (SY).
Dua faktor yang seharusnya diper-
hatikan dalam dunia pendidikan Islam
Pesantren di Kota Seberang Jambi
adalah kualitas guru dan keterbatasan
jumlah tenaga pengajar. Pemberian
pelatihan terhadap guru-guru pesantren
dan penerimaan guru-guru baru yang
berkualitas dan mengajar sesuai bidang
keilmuan mereka sangat mendukung
program pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Di samping faktor tenaga pengajar,
metode pengajaran guru juga harus terus
ditingkatkan dalam memajukan dunia pen-
didikan Islam di Jambi. Metode pengajaran
yang bervariasi seharusnya dapat menjadi-
kan anak didik lebih dapat menyerap
ilmu pengetahuan yang diberikan oleh
para tenaga pendidik. Metode pengajaran
yang kekinian yang dimaksud oleh para
partisipan dari hasil wawancara adalah
metode pengajaran secara umum yang dapat
menarik para anak didik untuk menghadiri
kegiatan proses belajar mengajar dengan
lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari
kutipan wawancara berikut ini.
Saya terus terang aja. Metode penga-
jaran saya masih bersifat tradisional.
Itulah tantangan yang harus saya atasi
dalam memajukan dunia pendidikan
kita ini. Saya berpikir bahwa semua
hal yang menjadi perhatian kita adalah
menciptakan suasana yang kondusif di
dalam kelas guna menciptakan kelas
yang penuh dengan tawa. He he...”
(AH).
Metode pengajaran di pesantren se-
bagian besar adalah metode pengajaran
tradisional dengan perkuliahan dan
penghapalan. Metode diskusi, presentasi,
pengajaran berbasis projek, dan integrasi
antarmata pelajaran yang dituangkan
dalam Kurikulum 2013 (Permendikbud,
2013) adalah contoh metode yang jarang
digunakan dalam dunia pendidikan
Islam khususnya di pesantren di Kota
Seberang Jambi. Hasil diskusi kelompok
mengemukakan:
“Tantangan terbesar yang saya hadapi
adalah tentang metode pengajaran
dalam kelas. Saya melihat sebagian
besar kita di sini masih menerapkan
ceramah dan menghapal dalam
kegiatan mengajar kita. Ya begitulah,
itu yang juga kita dapatkan dan
akhirnya kita terapkan di sini. Saya
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 2, November 2016, Halaman 271-280
277
membaca peraturan sekilas tentang
berbagai metode pengajaran di dunia
pendidikan sekarang ini dan tujuannya
adalah menciptakan suasana yang
menarik di kelas. Saya berharap kami
bisa diberi pelatihan untuk diikuti
dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan Islam di Indonesia” (MI).
Tantangan akan penggunaan yang
lebih variatif dalam pendidikan Islam
di pesantren sangat diperlukan. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan mengirimkan
guru-guru mengikuti pelatihan-pelatihan
pengajaran dan memberikan guru bacaan-
bacaan yang bermanfaat bagi pengembangan
metode pengajaran di pesantren.
Perubahan kurikulum di Indonesia
sangatlah dinamis, dari kurikulum
pasca-Indonesia merdeka sampai
sekarang diterapkannya Kurikulum 2013
(Permendikbud, 2013). Hal ini juga
mempengaruhi kedinamisan dan mencipta-
kan problematika tersendiri bagi pesantren
modern yang ada di Kota Seberang, Jambi.
Problematika tersebut adalah kurangnya
kemampuan manajerial para penyelenggara
untuk menyesuaikan perubahan kurikulum
dan ketertinggalan guru dalam mem-
persiapkan diri menyambut kurikulum
yang baru. Hasil diskusi menunjukkan akan
pentingnya pelatihan tentang kurikulum
yang diterapkan oleh pemerintah. Hal
ini penting mengingat pesantren modern
sebagai salah satu aset dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sedapatnya menyesuai-
kan diri dalam menghadapi kurikulum
terbaru. Kurikulum yang digunakan
pesantren tempat penelitian ini adalah
Kurikulum 2006. Hasil wawancara dengan
pengelola yayasan menyatakan,
“Saya pikir kurikulum sangat penting
ya, kita punya tenaga terbatas untuk
mendiskusikan apa-apa saja yang
perlu diperhatikan dalam manajemen
kurikulum. Saya sendiri kurang
mengerti akan perbaikan kurikulum
yang tepat. Saya kira solusi yang
ditawarkan adalah pihak pemerintah
memberi perhatian lebih akan hal ini
dengan menginformasikan semua hal
yang berkaitan dengan kurikulum
secara berkala” (TU).
Terkait dengan problematika pendidik-
an Islam di pesantren yang berkaitan dengan
kurikulum, guru, dan pengelola pesantren
Kota Seberang Jambi menyarankan pihak
terkait untuk terus memberikan pelatihan
penerapan kurikulum bagi guru dan
pengelola. Selain itu, penginformasian
yang baik akan semua hal yang berkaitan
dengan kurikulum secara konsisten harus
juga dilakukan oleh pemerintah dalam hal
ini Kemenag RI.
Selain problematika akedemis, pro-
blematika nonakademis juga ditemukan
dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara
dan diskusi, terdapat dua hal yang
dipertimbangkan sebagai problematika
nonakademis dalam penelitian ini yaitu
fasilitas pendidikan dan keuangan.
Standar fasilitas sendiri telah di-
kemukakan dalam pembentukan dasar
kurikulum Indonesia (Permendikbud,
2013). Pesantren di Kota Seberang Jambi
mempunyai keterbatasan dalam hal
memfasilitasi kegiatan belajar mengajar baik
di dalam maupun di luar kelas. Keterbatasan
tersebut misalnya berupa keterbatasan media
pembelajaran (komputer, akses internet,
proyektor, dan media lainnya), keterbatasan
gedung kelas dan fasilitas pendukung lainnya
(lapangan olahraga, perpustakaan yang baik,
laboratorium bahasa, laboratoriumscience,
dan lainnya). Hasil wawancara dengan salah
satu mudir dan pengelola yayasan pesantren
mengungkapkan bahwa,
“Saya tahu bawah pondok [pesantren]
ini masih baru. Kamu bisa lihat
Muhammad S. dan Akhmad H.: Problematika Dunia Pendidikan Islam ...
278
kalau kami kekurangan gedung dan
lapangan olahraga. Saya kira itu
juga bisa disebut sebagai masalah
yang kami belum dapat selesaikan di
tempat ini. Jadi, kami mohonlah ke
pemerintah agar terus memperhatikan
apa-apa yang dianggap kurang di
pondok ini” (SA).
“Saya bisa bilang kalau kami masih
kekurangan gedung, tidak ada
laborotarium bahasa, IPA, dll. Ya
begitulah. Pelajaran sekarang kan?
Lebih kepada belajar menggunakan
internet dan fasilitas itu terbatas,
komputer saja hanya ada beberapa
di sini, proyektor cuma satu buah
bagaimana bisa mengakomodir
seluruh kelas. Beda sekali dengan
sekolah negeri di mana banyak
komputer dan perlengkapan lainnya.
Saya pikir sikap raja [pemimpin] kita
yang harus terus memperhatikan hal
ini” (AK).
Dengan adanya permasalahan ini,
para partisipan mengusulkan kepada
pihak terkait agar dapat terus membantu
mereka dalam membangun pesantren
tempat mereka mengajar. Hal wajar dalam
sebuah sistem pendidikan tentang adanya
kelemahan-kelemahan dalam hal fasilitas
penunjang. Akan tetapi, pemerataan
pembangunan pendidikan adalah hal
mutlak yang sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945.
Keuangan merupakan hal berikutnya
yang dapat dilihat sebagai problematika
dalam pendidikan Islam di Pesantren Kota
Seberang Jambi. Kendala fi nansial yang
diungkap dalam wawancara dan diskusi
kelompok berdampak kepada berbagai
hal: (1) kurangnya kesejahteraan guru
dan pengelola, (2) terhambatnya proses
administrasi manajerial pesantren, dan
(3) terhambatnya pembangunan fasilitas
pendidikan. Hasil wawancara dengan
seorang mudir dan pengelola pesantren
mengungkapkan,
“Keuangan tentunya adalah muara
dari semua masalah yang kita hadapi.
Hal ini yang menyebabkan segala
sesuatu bisa atau tidak bisa. Masalah
kualitas guru, input dan outputnya.
Kalau kita tidak punya masalah
nansial maka kita bisa mencari guru
yan berkualitas untuk bisa bekerja di
sini. Saya pikir pemerintah mungkin
tidak akan banyak membantu karena
mungkin sebagai bangsa kita juga
kekurangan” (MR).
“Saya setuju keuangan adalah faktor
utama, kita tidak punya banyak
donatur untuk berkontribusi lebih
dalam keuangan kita. Kita tidak
boleh juga meminta yang terlalu
berlebihan kepada pemerintah.
Hal itu menghambat administrasi,
pembangunann fasilitas dan gaji kami
sebagai pengelola. Mungkin solusi
yang terbaik adalah kita punya usaha
sendiri dalam mengelola keuangan
pesantren kita” (TU).
Tidak hanya pengelola dan kepala
mudir yang berpendapat bahwa keuangan
adalah problematika utama dalam dunia
pendidikan Islam di Kota Seberang Jambi
tetapi juga hal tersebut dirasakan oleh para
tenaga pengajar. Mereka mengemukakan,
“Saya bukanlah orang yang munafi k
ya. Tapi kita juga perlu kesejahteraan
dalam hidup. Saya mengajar sambil
mengojek; memang kadang terasa
sedikit malu tetapi saya tidak bisa
menghindari. Saya punya mulut untuk
diberi makan, anak tiga dan semua
bersekolah. Gaji di sini tentu tidak
cukup, saya sudah mengabdi cukup
lama. Tapi ya mau bilang apa” (MI).
“Saya setuju, keuangan di sini sangat
sulit, gaji saya hanya cukup untuk
memberi makan bulanan kepada
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 2, November 2016, Halaman 271-280
279
keluarga saya. Ya itulah tantangan
yang harus kami hadapi. Kami
juga haru memikirkan dunia selain
keikhlasan kami untuk mengajar di
sini” (SY).
Keterbatasan gaji guru menjadi fokus
penting dalam peningkatan kualitas guru
pesantren yang harus menjadi perhatian
segala pihak. Guru di pesantren membawa
uang saku yang tidaklah cukup besar untuk
dibawa ke rumah. Oleh karenanya, para
guru mencari pekerjaan sampingan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kendala keuangan di pendidikan
Islam pesantren di Kota Seberang Jambi
tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi
Indonesia secara keseluruhan. Hal ini
membuat sebagian guru tidak fokus dalam
megajar karena harus mencari penghasilan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka, menghambat pembangunan fasilitas
pendidikan di pesantren, mengahambat
proses administrasi, dan juga kecilnya
penghasilan pengelola pesantren.
SIMPULAN
Berdasarkan temuan dari hasil
penelitian disimpulkan bahwa terdapat
beberapa problematika yang dihadapi
pesantren di Kota Seberang Jambi yaitu
kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas,
metode pengajaran yang masih bersifat
tradisional dan belum banyak variasi,
kebijakan kurikulum yang berubah-ubah,
fasilitas pendidikan yang belum memadai,
dan keuangan pesantren yang belum bisa
mencukupi.
DAFTAR PUSTAKA
Christensen, L., & Johnson, B. (2008).
Education research: Quantitative,
qualitative, and mixed approach. New
York: Sage.
Creswell, J. W. (1994). Research design:
Qualitative and quantitative approach-
es. Thousand Oaks, CA: Sage.
Daradjat, Z. (1996). Pendidikan Islam
dalam keluarga dan sekolah. Jakarta:
Ruhama.
Daulay, H. P. (2009). Dinamika pendidikan
Islam di Asia Tenggara. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ghazali, M. B. (2001). Pendidikan
pesantren berwawasan lingkungan:
Kasus pondok pesantren An Nuqayah
Guluk-Guluk Sumenep, Madura.
Jakarta: Pedoman Ilmu.
Ismail, S. M. (2008).Strategi pembelajaran
Islam berbasis PAIKEM: Pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Semarang: Rasail.
Kurniawan, & Mahrus, E. (2011). Jejak
pemikiran tokoh pendidikan Islam.
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kementerian Agama [Kemenag].
(2015, Februari). Data pesantren
Jambi. Diunduh dari http://www.
kemenagjambi.com.
Mardjun, A. (2007). Tantangan pendidikan
Islam abad 21. Jurnal Hanafa, IV(1),
23-30.
Muhaimin. (2007). Pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam
di sekolah, madrasah, dan perguruan
tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mukminan. (2010). Analisis kecukupan
guru pendidikan agama Islam sekolah
dasar di Kabupaten Bantul. Jurnal
Kependidikan, 40(2), 165-174.
Patton, M. (1990). Qualitative evaluation
and research methods. Beverly Hills,
CA: Sage.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan [Permendikbud] Nomor
69 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Muhammad S. dan Akhmad H.: Problematika Dunia Pendidikan Islam ...
280
Rembangy, M. (2010). Pendidikan trans-
formatif: Pergulatan kritis merumuskan
pendidikan di tengah pusaran arus
globalisasi. Yogyakarta: Teras.
Rizal, S. A. (2011). Transformasi corak
edukasi dalam sistem pendidikan
pesantren, dari pola tradisi ke pola
modern. Jurnal Pendidikan Agama
Islam-Ta’lim, IX(2), 95-112.
Sarbiran. (2004). A comperative sudy
of gurukula and pondok pesantren
educational system. Jurnal Kepen-
didikan, 34(1), 91-102.
Tantowi, A. (2009). Pendidikan Islam di
era transformasi. Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 2, November 2016, Halaman 271-280
... oleh sebab itulah, para siswa harus dipersiapkan dengan empat kompetensi, yaitu critical thinking, communication, collaboration, creative thinking dan innovation, Tanpa mengabaikan berbagai kompetensi lainnya, keempat kompetensi tersebut menjadi fokus yang jauh lebih kuat untuk menjadi tugas para pendidik di abad ke-21 ini. Untuk melaksanakan tugas tersebut, fasilitas penunjang berupa perangkat teknologi menjadi bagian yang sangat urgen untuk dipenuhi oleh lembaga-lembaga pendidikan saat ini, karena penguasaan teknologi menjadi bagian yang penting dari penguasaan keterampilan abad 21 oleh generasi milenial (Patimah, 2017; Nata, tanpa tahun; Sofwan & Habibi, 2016). ...
... Peserta didik harus lebih banyak belajar dengan cara yang berbeda baik teknik, metode, sarana dan prasarana, IT bahkan semangat dan daya juang. Pembelajaran di era global yang diharapkan adalah pembelajaran yang lebih berfokus pada peserta didik (student center), peserta didik dikondisikan untuk mampu secara aktif mencari informasi (Sofwan & Habibi, 2016;Muslih dkk, 2013). ...
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi generasi milenial terhadap model pendidikan Islam berbasis keterampilan abad 21. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, yang dilakukan pada mahasiswa angkatan 2018 yang lahir pada kurun waktu antara 2000 – 2001 dari 9 program studi di IAIN Kendari, berjumlah 40 partisipan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner, yang dianalisis secara kualitatif dan dilaporkan secara deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa secara umum partisipan sebagai generasi milenial memiliki persepsi positif terhadap model pendidikan Islam berbasis keterampilan abad 21. Mereka berpendapat bahwa model pendidikan Islam berbasis keterampilan abad 21 belum sepenuhnya terlaksana disebabkan oleh faktor ketersediaan fasilitas dan kompetensi tenaga pendidik yang belum sesuai yang diharapkan, sehingga beragam upaya yang mereka lakukan untuk menguasai keterampilan tersebut. Untuk itu direkomendasikan kepada guru dan dosen untuk memperkaya proses pembelajaran dengan berbagai kegiatan yang mengasah 4 keterampilan abad 21 agar mereka lebih terlatih dan ketersediaan fasilitas penunjang perlu mendapatkan prioritas.Kata Kunci: Generasi milenial, model pendidikan Islam, keterampilan abad 21
... For instance, some teachers did not regularly attend the training or seminars held by the principals. In addition, in the context of pesantren, some teachers graduated only from high schools, mostly as the alumni of the pesantren in which they became teachers and taught in their own pesantren (Sofwan & Habibi, 2016;Ulfa, 2018). ...
... This point has been relevant to the Al-Qur'an surah An-nisa verse 58 in which, "Allah command you to return trusts to their reightful owners". Besides, this idea has also been addressed by several academics on professional teachers in which one of the problems in Pesantren is that many teachers did not teach according to their educational background (Sofwan & Habibi, 2016;Ulfa, 2018). ...
Article
Full-text available
In the context of Islamic Pesantren, principals have significant roles in enhancing teachers' professional development. This study developed a phenomenological research to investigate the perceptions of principals in Pesantren on teachers' professional development. The aim was to examine the understanding of principals on characteristics associated with professional teachers as well as to examine their experiences related to their efforts and obstacles in enhancing teachers' professionalism. Qualitative research was utilized by the researcher to understand the voices of Pesantren principals. Interviews were conducted with four principals using semi-structured interview. This research has identified three significant themes as the attributes of professional teachers. Professional teachers have been linked to the ability of teachers to teach based on their educational background, the ability of teachers to instill spiritual and moral values on teachers' pedagogical practices, and the ability of teachers to use technology to create interesting materials. Several efforts have been made by the principals to enhance teachers' professionalism such as giving motivation and rewards to teachers, encouraging teachers to participate in trainings and workshops, and providing teachers with adequate teaching facilities. However, several obstacles were faced by the principals in developing teachers' professionalism. Those obstacles include the teachers' double job, the difference of teachers' academic background, and the lack of teachers' discipline and technological expertise. This study has implications on how school principals and government should consider the ways in strengthening the school practices in Pesantren such as maximising the trainings for teachers, giving rewards, and instilling religious values on school practices.
... Due to shifts in information sources from books to screens and changes from printed mass media to online mass media, it shows that the need for communication activities and the rapid flow of information also increases (Lestari, 2020). This condition is inevitable so that every community in the world needs to accept the irrepressible explosion of digital information (Sofwan & Habibi, 2016;Syahminan, 2014). The data prove that the world has produced 2.5 quintillions of data in the forms of files, printed media, and digital media (Afandi et al., 2016). ...
Article
Full-text available
This research was conducted with the aim of providing a clear picture of the philosophical and sociological basis for the existence of traditional pesantren in the midst of modernization, so that it can be illustrated with strong reasons to remain with the traditional pesantren. The method chosen in this study is a qualitative method. In terms of approach, this research utilizes a field research descriptiveThe action taken by the researcher was to go to the 'field' to make observations about Against Modernization: The Existence of Traditional Islamic Boarding Schools in North Padang Lawas Regency. The findings in this study. First, the philosophical basis for the existence of traditional pesantren in the midst of modernization is the advice of the clergy, parents and because the kyai wishes to produce cadres of scholars, the great glory of teaching knowledge, and the wish to preserve the understanding of ahlussunnah wal jama'ah. The first two sociological foundations are that the pesantren still receives assistance and enthusiasm from the community, such as assistance with dormitories, classrooms, the Koran, and sending their children to these traditional pesantren. Second, because many alumni have succeeded, such as teachers, lecturers, DPR, DPRD and DPRI. The three traditional Islamic boarding schools in North Padang Lawas Regency still receive support from both the regional and central governments such as BOS funds, classrooms, multilevel dormitories and several other things. From this, the researcher concludes that traditional Islamic boarding schools will still be able to survive as they are typical in this modern era, if the traditional Islamic boarding school clerics have the right guidelines in developing their traditional Islamic boarding schools. So that the good aim is to prove to the public its ability to produce quality generations and be able to compete can be trusted by the wider community.
Article
Full-text available
This research explains that in 21st century, education is faces by some quite complex challenges. In this 21st century, advances in science and technology in all fields are increasingly narrowing the world. Compared to the previous century, in this century, professional teachers must have a wider range of competences. Teacher in 21st century must be able to improve personal skills, technical skills, social skills and pedagogical skills. Islamic Education teachers in 21st century are also expected to develop positive relationships with students and the school community using technology as a tool to raise teaching standards. Especially in learning Islamic religious education, in fiqh, an ideal or professional teacher is needed to form the skills of a teacher in building the enthusiasm of students in science, religion and technology. The ideal PAI teacher has the ability to develop and combine various learning strategies and methods to spur students' enthusiasm for learning because students nowadays know information very easily. AbstrakPenelitian ini menjelaskan bahwa pada abad 21 ini pendidikan dihadapkan dengan berbagai tantangan yang cukup kompleks. Pada abad 21 ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang semakin mempersempit dunia. Dibandingkan dengan abad yang sebelumnya, pada abad ini guru yang profesional harus mempunyai kompetensi yang lebih luas. Guru abad 21 ini harus mampu meningkatkan keterampilan pribadi, keterampilan teknis, keterampilan sosial dan keterampilan pedagogik. Guru PAI abad 21 juga diharapkan dapat mengembangkan hubungan positif dengan peserta didik dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan standar pengajaran. Terutama dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, dalam fiqih guru yang ideal atau profesional sangat dibutuhkan untuk membentuk kecakapan seorang guru dalam membangun semangat peserta didik dalam hal sains, ilmu agama dan teknologi. Guru PAI yang ideal memiliki kemampuan untuk mengembangakan dan memadukan berbagai strategi dan metode belajar untuk memacu semangat belajar peserta didik, karena pada zaman saat ini peserta didik mengetahui infomasi-informasi dengan sangat mudah.
Article
Full-text available
This research was conducted against the background of important asset and wealth management in educational institutions, especially Islamic educational institutions. This is because many Islamic educational institutions do not know the potential of their assets. Asset management using wealth management with Robert's quadrant cashflow approach. T. Kiyosaki can be used as a reference in mapping the assets owned by Islamic educational institutions, to then be developed and can have an impact on aspects of education support, one of which is wealth management facilities and infrastructure conducted in sunan drajat boarding school is done with the aim that the foundation can meet the needs independently without depending on other parties, especially in the development of educational facilities and infrastructure. This study includes qualitative research. Data is collected through interviews, documentation and observations. The results of the study showed that: 1) Wealth management, especially finance is carried out with a closed-transparent principle, with the division between educational financial institutions (BKK) and business financial institutions (Perkom) while holding the concept of financial management and financial management principles. 2) Wealth management conducted in sunan drajat boarding school using cashflow quadrant submitted by Robert T. Kyoosakai that has been modified in accordance with the educational environment, shows that Sunan Drajat boarding school is close to financial freedom in the management of his wealth. 3) The impact of Wealth Management in the development of educational facilities and infrastructure in Pondok Pesantren Sunan Drajat, among others, the first, the completeness of educational facilities and infrastructure. Secondly the maintenance of educational facilities and infrastructure and third, the effective use of educational facilities and infrastructure
Article
Full-text available
One of the goals of Islamic education is to increase human intelligence and increase the spirituality of each individual. Thus education can improve the quality of life of each individual. One of the problems faced in the world of education is related to the curriculum which is the heart of educational institutions. The curriculum that regulates the course of the education system and as the manager of the education program. So if the curriculum does not have innovations that are in accordance with the challenges of the 4.0 industrial revolution, the resulting learning cannot improve the ability of students to compete in the 4.0 industrial revolution. So, the authors research using the literature review research method which results that the PAI curriculum that can answer the challenges of education in industry 4.0 is an adaptive and responsive PAI curriculum by producing various programs that can support the ability of students to think critically and innovatively, collaborate and have a global perspective.
Article
This research is a study of disciplinary and interdisciplinary research in Islamic education dealing with 21st century learning skills. The problem faced by Islamic education is the adjustment of Islamic education in the era of digitalization and learning in the 21st century with the aim of preparing generations of Muslims who are ready to live in accordance with their times. This study focuses on educational institutions and curriculum. The disciplinary approach is problem solving through a theological and interdisciplinary approach in question: problem solving through allied science including; educational philosophy, psychology, Islamic education. This study uses a qualitative approach with literature study as a basis for data collection. One of the characteristics of qualitative research is to explore issues thoroughly, from various books and journals related to the theme, both from within and outside the country, then analyzed.This paper produces 1) one discourse that the disciplinary and interdisciplinary approach is able to solve the problems faced by Islamic education in the 21st century, 2) the disciplinary and interdisciplinary blend of concepts that are inseparable in solving and dealing with current Islamic education problems.Keywords: disipliner, interdisipliner, islamic education
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan menganalisis program one week one story berbasis keislaman untuk mengatasi problematika kemampuan bahasa dan sosial AUD di TK Rusyda Medan. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam dengan panduan instrumen terstruktur, observasi dan kajian dokumen. Selanjutnya data dianalisa dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika kemampuan bahasa dan sosial AUD bersumber dari dalam diri anak (internal) dan luar diri anak (eksternal). Untuk mengatasinya diterapkan program one week one story berbasis keislaman. Penerapan program ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan pengalaman selama liburan akhir pekan terutama cerita dengan konten keislaman seperti pengalaman Ibadah, silaturrahim, membaca Al-Qur’an, dan ta’awun. Dalam penerapan program tersebut kendala yang dihadapi ialah rasio guru dan siswa tidak sebanding dan kurangnya kerjasama guru dan orang tua.
Article
There are at least two factors that trigger problems in the Qur`an learning in the industrial era 4.0: the rejection of changes that occur in educators and acceptance of changes, but the available technological infrastructure cannot support learning of the Qur`an into the realm of education in the era industry 4.0. This resulted in failure in learning the Qur`an. The manifestations of this failure are in the form of unsuccessful character building for students to have Qur`anic characters, fading love of students for the Qur`an, loss of students' polite behavior, and limited material received only limited to cognitive knowledge without performance abilities. By using the descriptive-explorative method, this paper produces findings that the problems of learning the Qur`an in the industrial era, namely: the use of the Qur`an learning method which is monotonous, the learning strategy of the Qur`an is not yet right, the lack of facilities. infrastructure that supports learning Qur`an, there has not been any transformation and innovation of the Qur`an learning that takes advantage of technological sophistication, the lack of professional educators, and lack of support from the environment for the realization of a triple education center.
Book
Full-text available
A comprehensive and practical textbook on research methods, including quantitative, qualitative, and mixed.
Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah
  • Z Daradjat
Daradjat, Z. (1996). Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah. Jakarta: Ruhama.
Dinamika pendidikan Islam di Asia Tenggara
  • H P Daulay
Daulay, H. P. (2009). Dinamika pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Rineka Cipta.
Pendidikan pesantren berwawasan lingkungan: Kasus pondok pesantren An Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep
  • M B Ghazali
Ghazali, M. B. (2001). Pendidikan pesantren berwawasan lingkungan: Kasus pondok pesantren An Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep, Madura. Jakarta: Pedoman Ilmu.
Strategi pembelajaran Islam berbasis PAIKEM: Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
  • S M Ismail
Ismail, S. M. (2008). Strategi pembelajaran Islam berbasis PAIKEM: Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Semarang: Rasail.
Tantangan pendidikan Islam abad 21
  • A Mardjun
Mardjun, A. (2007). Tantangan pendidikan Islam abad 21. Jurnal Hanafa, IV(1), 23-30.
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
  • Muhaimin
Muhaimin. (2007). Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Analisis kecukupan guru pendidikan agama Islam sekolah dasar di Kabupaten Bantul
  • Mukminan
Mukminan. (2010). Analisis kecukupan guru pendidikan agama Islam sekolah dasar di Kabupaten Bantul. Jurnal Kependidikan, 40(2), 165-174.