Conference PaperPDF Available

Nilai-nilai Problem Solving Permainan Tradisional Engklek

Authors:

Abstract

Abstrak Penelitian ini didasari oleh penelitian sebelumnya yang telah menemukan bahwa Permainan Tradisional Engklek merupakan permainan yang mempunyai prosedur dan bentuk permainan yang bervariasi, kompleks, dan paling dikenal oleh anak dan mempunyai nilai-nilai terapiutik tinggi. Salah satu nilai yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya adalah nilai problem solving. Penelitian ini merupakan penelitian tahap pertama dari dua tahap yang direncanakan. Penelitian tahap pertama ini bertujuan untuk menemukan kandungan nilai-nilai problem solving permainan tradisional engklek. Hasil penelitian tahap pertama ini akan digunakan sebagai dasar penelitian tahap kedua yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional engklek terhadap kemampuan problem solving anak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang melibatkan subjek penelitian sebanyak 18 anak yang duduk di kelas lima Sekolah Dasar. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap anak yang secara sengaja diminta untuk melakukan permainan engklek. Analisis data menggunakan analisis isi terhadap prosedur permainan engklek ditambah data hasil wawncara dan observasi terhadap anak. Validasi terhadap data dilakukan dengan diskusi ahli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan nilai-nilai problem solving permainan tradisional engklek mencakup aspek-aspek mencari dan memahami masalah, menyusun strategi pemecahan masalah yang baik, dan mengeksplorasi solusi. Kandungan nilai-nilai problem solving ini akan dijadikan acuan untuk menyusun modul dalam penelitian tahap dua. Kata kunci : nilai-nilai problem solving, permainan tradisional engklek
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
1
NiILAI-NILAI PROBLEM SOLVING PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK
Dr. Iswinarti, M.Si.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Iswinarti.psi@gmail.com
No hp: 08123396427
Abstrak
Penelitian ini didasari oleh penelitian sebelumnya yang telah menemukan bahwa
Permainan Tradisional Engklek merupakan permainan yang mempunyai prosedur dan
bentuk permainan yang bervariasi, kompleks, dan paling dikenal oleh anak dan
mempunyai nilai-nilai terapiutik tinggi. Salah satu nilai yang ditemukan dalam penelitian
sebelumnya adalah nilai problem solving. Penelitian ini merupakan penelitian tahap
pertama dari dua tahap yang direncanakan. Penelitian tahap pertama ini bertujuan untuk
menemukan kandungan nilai-nilai problem solving permainan tradisional engklek. Hasil
penelitian tahap pertama ini akan digunakan sebagai dasar penelitian tahap kedua yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional engklek terhadap
kemampuan problem solving anak.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang melibatkan subjek
penelitian sebanyak 18 anak yang duduk di kelas lima Sekolah Dasar. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap anak yang secara sengaja diminta
untuk melakukan permainan engklek. Analisis data menggunakan analisis isi terhadap
prosedur permainan engklek ditambah data hasil wawncara dan observasi terhadap anak.
Validasi terhadap data dilakukan dengan diskusi ahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan nilai-nilai problem solving permainan
tradisional engklek mencakup aspek-aspek mencari dan memahami masalah, menyusun
strategi pemecahan masalah yang baik, dan mengeksplorasi solusi. Kandungan nilai-nilai
problem solving ini akan dijadikan acuan untuk menyusun modul dalam penelitian tahap
dua.
Kata kunci : nilai-nilai problem solving, permainan tradisional engklek
2
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
PENDAHULUAN
Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai
luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak
tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom (Suseno, 1999), memberikan
manfaat untuk perkembangan anak (Iswinarti, 2005), merupakan kekayaan budaya bangsa
(Sedyawati, 1999), dan refleksi budaya dan tumbuh kembang anak (Krisdyatmiko, 1999).
Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti (Iswinarti, Simposium Nasional, 2005) bahwa
permainan anak tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan
intelektual, sosial, emosi, dan kepribadian anak.
Eichberg (2005) dan Chileshe (2004) merekomendasikan bahwa permainan
tradisional dan olah raga dapat diberikan bersama-sama untuk memberi intervensi terhadap
perkembangan anak. Klasiliniko (2006) juga merekomendasikan permainan tradisional
berbentuk ketrampilan fisik dapat dijadikan alternatif untuk pendidikan dan perkembangan
fisik pada anak-anak dan remaja awal.
Pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional ditekankan oleh
Tzeng & Huang (2010) yang meneliti permainan hopscocth dengan digital teknologi dan
mengakui hilangnya nilai-nilai pendidikan ketika permainan hopscocth atau engklek ini
dimainkan secara digital dengan komputer.
Jika ditinjau dari jenis permainan maupun tahapan perkembangan bermain maka
permainan tradisional seperti engklek (hopscotch), petak umpet, main kelereng, dan
sebagainya termasuk dalam permainan game with rule yang biasanya dimainkan oleh anak-
anak usia sekolah dasar (Chileshe, 2004; Hughes, 2004). Untuk memainkan permainan
tradisional ini dibutuhkan kemampuan berpikir logis karena mengandung aturan-aturan dan
prosedur dari yang sederhana sampai kompleks. Makin tinggi tingkat kesulitan aturan
permainan makin dibutuhkan kemampuan kognitif yang makin tinggi. Permainan tradisional
juga dapat dikategorikan sebagai permainan sosial karena dimainkan oleh lebih dari satu
orang.
Iswinarti (2007) menemukan bahwa di antara 34 permainan tradisional yang
teridentifikasi, Permainan Tradisional Engklek merupakan permainan tradisional yang paling
dikenal oleh anak dan mempunyai prosedur yang paling bervariasi dan paling kompleks.
Selanjutnya, hasil penelitian Iswinarti (2010) menemukan bahwa permainan tradisional
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
3
engklek mengandung nilai-nilai terapiutik meliputi: (1) Nilai sebagai alat deteksi untuk
mengetahui anak yang mempunyai masalah. (2) Nilai untuk perkembangan fisik yang baik.
(3) Nilai untuk kesehatan mental yang baik, (4) Nilai problem solving, (5) Nilai sosial.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional engklek yang telah
ditemukan di atas perlu untuk dilakukan pengujian secara empiris sehingga dapat menjadi
dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan terhadap psikologi
perkembangan anak dan psikologi bermain. Adapun nilai terapiutik yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah nilai problem solving.
Problem solving merupakan salah satu kemampuan penting untuk dikembangkan
pada anak usia sekolah. Kemampuan tersebut berguna untuk keberhasilan dalam menjalin
pertemanan. Anak yang berhasil dalam membangun hubungan pertemanan akan lebih
terhindar dari kesulitan emosional maupun mental (Ferrer & Fugate, 2014). Kemampuan
problem solving terutama problem solving sosial sangat dibutuhkan anak untuk
mengatasi berbagai persoalan yang akan dihadapinya berkaitan dengan permasalahan sosial
dan akademik (Gok & Silay, 2010; Kostelnik, 2012).
Mengingat bahwa problem solving merupakan kemampuan yang penting bagi anak
untuk dioptimalisasikan dan permainan tradisional engklek merupakan permainan yang
mempunyai kandungan nilai-nilai problem solving, maka perlu dilakukan penelitian tentang
peningkatan kemampuan problem solving anak melalui media permainan tradisional engklek.
Adapun langkah awal untuk melakukan penelitian tersebut adalah memperoleh data tentang
kandungan nilai-nilai problem solving permainan tradisional engklek yang akan digunakan
sebagai landasan dalam penyusunan modul tentang penigkatan kemampuan problem solving
anak melalui media permainan tradisional engklek.
Dengan demikian maka tujuan penelitian ini adalah menemukan kandungan nilai-nilai
problem solving permainan tradisional engklek. Penelitian ini penting dilakukan karena selain
menjadi dasar penelitian tentang pengaruh Permainan Tradisional Engklek dengan metode
BERLIAN. Secara jangka panjang hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
merekomendasikan sebuah program yang dapat meningkatkan kemampuan problem solving
anak dengan menggunakan permainan tradisional Engklek. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi alternatif untuk membangun karakter anak usia sekolah dasar
dalam kemampuan problem solving anak sehingga dapat menjadi program prevensi untuk
meningkatkan kemampuan problem solving. Manfaat lain yang diharapkan dari penelitian ini
4
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
adalah dikenalnya lagi permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai sosial yang luhur
yang sekarang ini telah banyak dilupakan oleh anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang kandungan nilai-nilai permainan tradisional engklek. Dengan
melalui analisis isi terhadap prosedur permainan tradisional engklek yang dilengkapi dengan
observasi dan wawancara terhadap anak yang bermain permainan tradisional engklek maka
akan diperoleh gambaran tentang kandungan nilai-nilai permainan tradisional engklek.
Adapun permainan engklek yang akan diteliti adalah engklek payung dan engklek pa’a.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak usia sekolah (school
age children) atau anak yang berada pada masa anak-anak akhir atau late childhood dan
duduk Sekolah Dasar di kabupaten Malang. Jika ditinjau dari usia maka anak kelas 3, 4, 5
sekolah dasar kebanyakan berada pada masa anak-anak akhir Usia yang termasuk kategori
masa anak-anak akhir adalah 8-11 tahun (Kostelnik, 2010; Pasterski, Golombok, & Hines,
2011; Santrock, 2000).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dan diskusi ahli. Observasi dan wawancara digunakan untk mengetahui
kandungan nilai-nilai problem solving pada permainan engklek kepada anak-anak ketika
mereka bermain engklek. Diskusi ahli digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka
memperoleh kandungan nilai-nilai problem solving pada permainan engklek.
Anlisis data dilakukan secara kualitatif yaitu melakukan analisis isi terhadap prosedur
permainan engklek dan diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara kepada anak-anak
yang bermain engklek. Gambaran hasil analisis akan didiskusi dengan ahli yaitu diskusi
dengan dua orang kolega dosen yang mempunyai latar belakang bidag ilmu psikologi
perkembangan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menghasilkan temuan yaitu kandungan nilai-nilai probelm solving
permainan tradisional engklek. Ada dua jenis permainan engklek yang diteliti adalah engklek
payung dan engklek pa’a Berdasarkan hasil analisis isi terhadap permainan tradisional
engklek maka diperoleh gambaran sebagaimana pada tabel 1.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
5
Tabel 1. Indikasi Problem Solving dalam Permainan Engklek
Jenis Engklek
Aplikasi Permainan Engklek
Engklek
Payung
Aturan dan prosedur permainan engklek :
Pemain memperhitungkan ketepatan
pada saat melempar gacu ke kotak
agar gacu tidak keluar dan terkena
garis yang telah dibuat
Memahami cara bermain dan
peraturan yang telah dibuat
Mengatur cara agar tidak terjatuh dan
keluar garis pada saat mengambil
gacu
Mengatur gerakan kaki pada saat
melangkah dengan menyilangkan kaki
pada pola yang berbentuk lingkaran
Tetap bermain ketika ada teman yang
mengganggu
Mengatur posisi dan keseimbangan
badan pada saat akan mengambil
gacu pada kotak yang akan dilewati
terakhir
Pemain tidak bermain curang, tetap
menginjak omah miliknya namun
tidak menginjak omah pada engklek
lawan
Berkonsentrasi dan fokus ketika
sedang bermain dan teman yang
mengganggu
Pemain memperhitungkan ketepatan
pada saat melempar gacu ke kotak
agar gacuk tidak keluar dan terkena
garis yang telah dibuat
Memahami cara bermain dan
peraturan yang telah dibuat
Engklek
Pa’a
Mengatur cara agar tidak terjatuh dan
keluar garis pada saat mengambil
gacu
Mengatur keseimbangan badan agar
pada saat ontang anting ketika gacu
6
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
diletakkan diatas pundak, kepala, dan
kaki gacu tidak terjatuh
Tetap bermain ketika ada teman yang
mengganggu
Mengatur posisi dan keseimbangan
badan pada saat akan mengambil
gacu pada kotak yang akan dilewati
terakhir
Pemain tidak bermain curang, tetap
mengincak omah miliknya namun
tidak menginjak omah pada engklek
lawan
Berkonsentrasi dan fokus ketika
sedang bermain dan teman yang
mengganggu
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa permainan tradisional engklek mempunyai
kandungan nilai-nilai problem solving yang didasarkan pada aspek-aspek problem solving
yaitu mencari dan memahami masalah, menyusun strategi pemecahan masalah yang baik, dan
mengeksplorasi masalah. Masing-masing aspek problem solving tersebut didasarkan pada
prosedur permainan. Prosedur permainan engklek mengharuskan pemain untuk mengikuti
aturan. Dalam aturan permainan terkandung unsur-unsur yang mengharuskan anak
memecahkan masalah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa permainan tradisional engklek merupakan
permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai pembelajaran untuk problem solving.
Penelitian ini memberikan tambahan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang telah
menemukan nilai-nilai pembelajaran dalam permainan tradisional. Penelitin Iswinarti (2010)
telah meneukan nilai-nilai terapiutik permainan tradisional engklek. Penelitian Latifah
(2016) juga telah menemukan bahwa permainan tradisional engklek dapat meningkatkan
kemampuan kontrol diri anak.
Penelitian Iswinarti et al (2016) juga menunjukkan bahwa metode BERLIAN
(Bermain-ExpeRiential-LearnIng-ANak) dapat mempercepat proses pembelajaran kompetensi
sosial melalui permainan tradisional gembatan. Salah satu aspek kompetensi sosial yang
meningkat etelah memperoleh intervensi permainan tradisional adalah aspek problem
solving. Metode BERLIAN merupakan metode pembelajaran dengan experiential learning
dengan media bermain.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
7
Metode BERLIAN pada prinsipnya merupakan metode experiential learning yang
diterapkan pada anak Experiential learning merupakan konsep atau teori yang dikemukakan
oleh David Kolb pada awal tahun 1980 an yang tertulis dalam bukunya yang diterbitkan
pada tahun 1984. Teori ini merupakan bagian dari teori belajar (learning theory) yang
menggabungkan berbagai teori yaitu teori perkembangan kognitif dari Piaget, teori medan
dari Kurt Lewin dan teori pragmatisme filosofis dari John Dewey (Kolb, 1984; Zigmont,
Liana, Kappus, & Sudikoff, 2011; Fiore, Metcalf, & McDaniel, 2007).
Setelah mengetahui kandungan nilai-nilai pembelajaran problem solving daalam
permainan tradisional engklek maka dapat dijadikan dasar penyusunan modul unutk
peningkatan kemampuan problem solving anak dengan metode BERLIAN. Mengingat
penelitian ini merupakan penelitian tahun pertama maka pada tahun kedua nanti kandungan
nilai-nilai problem solving dalam permainan tradisional engklek ini akan diuji dan
diverifikasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan problem
solving anak
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah
meghasilkan temuan yaitu kandungan nilai-nilai problem solving dalam permainan
tradisional engklek.. Kandungan nilai-nilai problem solving pada permainan tradisional
engklek terdiri dari mencari dan memahami masalah, menyusun strategi pemecahan maalah
yang baik, dan mengeksplorasi solusi. Hasil ini dapat ditindaklanjuti dengan menyusun
modul dan menerapkannya pada anak dalam rangka peningkatan kemampuan problem
solving anak melalui permainan tradisional engklek.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bishop, J.C. & Curtis, M. (2005). Permainan anak-anak zaman sekarang. Editor: Yovita
Hadiwati. Jakarta: PT. Grasindo.
[2] Bochenneck, K., Wittekindt, B. & Thomas, S. Y. Z. (2007). More than mere games: A review of
card and board games for medical education. Medical Teacher, 29(9-10), 941-948.
[3] Burnett, C. & Hollander, W.J. (2004). The South African Indigenous Games Research Project of
2001/2002. Journal for researchin sport, physical education and recreation, 2004. 26(1): 9-23.
[4] http://www.srsa.gov.za/ClientFiles/BURNETT%20462.doc Diakses 11 Januari 2008
[5] Chileshe, C. M. (2004). A child empowerment through sport and traditional games integrated
with HIV/AIDS, child right & alcohol/drug abuse life skills concept. Leadership manual sport in
8
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
the development process, Zambian: Sport In Action-Development Through Sport.
http://www.toolkitsportdevelopment.org/html/resources/F8/F80E8AFE-75CE-4261-BF93-
C681452FF7ED/Trad%20Games%20total.pdf
[6] Eichberg, H. (2005). Traditional games: A joker in modern development. Some experiences
from Nordic countries and Nordic-African exchange. Paper for the international conference
play the game, Copenhagen, November, 2005.
http://www.playthegame.org/ upload/Henning_Eichberg_-_Traditional_Games.pdf
[7] Danandjaja, J. (1986). Foklor Indonesia: Ilmu gossip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
PT.Grafitipers.
[8] DeBord, K. & Amann, N. (2005). Benefits of play in children: Age Specific Interventions.
http://www.ces.ncsu.edu/depts./fcs/human/disas4.html Diakses 28 Desember 2007
[9] Griffith, M. (2005). Video games as a therapeutic tool. Naidex:
http://www.neidex.co.uk/page.efm/link=115 Diakses 11 Januari 2008
[10] Hughes, F.P. (1999). Children, play, and development. Boston: Allyn and Bacon.
[11] Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan anak jilid I. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[12] Iswinarti. (2005). Identifikasi permainan tradisional Indonesia. Laporan hasil survey. Malang:
Fakultas Psikologi UMM.
[13] Iswinarti (2005). Permainan Tradisional Indonesia (Dalam Tinjauan Perkembangan Intelektual,
Sosial, Emosi, dan Kepribadian). Simposium Nasional: Memahami Psikologi Indonesia. Malang:
Fakultas Psikologi UMM.
[14] Iswinarti. (2007). Permainan Anak Tradisional sebagai Model Peningkatan Kompetensi Sosial
Anak Usia Sekolah Dasar. Laporan penelitian. Malang: Lembaga Penelitian UMM.
[15] Iswinarti. (2010). Nilai-nilai terapiutik permainan tradisional Engklek. Humanity, 6(1). 41-44.
[16] Iswinarti, Ekowarni, E., Adiyanti, MG., & Hidayat, R. (2016). The influence of traditional game
with experiential learning on social competence. International Journal of Recent Scientific
Research, 4(7), 10144-10155.
[17] Johnson, J.E; Christie, J.F; Yawkey, T.D. (1999). Play and early childhood development. New
York: Longman, An imprint of Addison Wesley Longman.
[18] Kolb, D. (1984). Experiential learning: Experience as the source of learning and development.
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
[19] Kostelnik, M. J., Gregory, K. M., Soderman, A. K., & Whiren, A. P. (2012). Guiding children’s
social development and learning. 7th edition. Belmont: Wadworth, Cengage Learning.
[20] Krisdyatmiko, (1999). Dolanan anak: Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak.
Yogyakarta: Plan International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM.
[21] Lichman, S. (2005). Dari Hopscotch ke Siji: Generasi-generasi bermain dalam lingkungan lintas
budaya. Editor: Yovita Hadiwati. Permainan anak-anak zaman sekarang. Jakarta: PT.
Grasindo.
[22] Lieberman, A.F. & Slade, A. (1997). The second year of life. Handbook of child and adolescence
psychiatry. Ed: Joseph D. Noshpitz. New York: John Wiley & Sons.
[23] Lewis, M. A. & Maylor, H. R. (2007). Game playing and operations management education.
International Journal of Production Economics, 105(1), 134-149.
[24] Mainemelis, C. & Ronson, S. (2006). Ideas are born in fields of play: Towords a theory of play
and creativity in organizational settings. Research in Organizational Behavior, 27, 81-131.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
9
[25] Mechling, J. (2000). Children’s Foklore, Children Brains. New Directions in Foklore 4-2 October,
2000. University of California, Davia.
[26] Monks, F.J. Knoers, A.M.P., Haditono, SR. (2000). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
[27] NPFA. (2000). Best play. National Playing Fields Association.
[28] Ofele, M.R. (2000). Traditional Games and Learning. Argentina: South America Representative
of Austrian Institute for Research in Play and Games.
http://www.geocities.com/childrenfoklore/land_regina-html Diakses 13 Fabruari 2008
[29] Papalia, D.E; Old, S.W; Feldman, R.D. (2000). Human development. Boston: Mc.Graw Hill.
[30] Santrock, J.W. (2000). Lifespan development. Boston: McGraw-Hill College.
[31] Sedyawati, E. (1999). Permainan Anak-anak sebagai Aspek Budaya. Editor: Krisdyatmiko.
Dolanan anak: Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak. Yogyakarta: Plan
International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM.
[32] Tedjasaputra, M.S. (2001). Bermain, mainan, dan permainan. Jakarta: PT. Grasindo.
[33] Zigmont, J. J., Kappus, L. J., & Sudikoff, S. N. (2011). Theoretical Foundations of learning
through simulation. Semin Perinatol, 35, 47-51.
... Bishop & Curtis (2001) mendefinisikan permainan tradisional sebagai permainan yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang mengandung nilai baik, positif, bernilai, dan diinginkan. Tahapan usia yang sesuai untuk memainkan permainan ini adalah anak usia sekolah (Iswinarti, 2017). ...
... Berdasarkan tahap perkembangan bermain, permainan tradisional anak jungkit-jungkitan berada pada tahap ketiga yakni tahap bermain (play stage) menurut Hurlock. Tahap tersebut terjadi ketika anak masuk ke sekolah dasar, yang semula masih anak masih senang bermain dengan barang mainan terutama ketika sendiri, kemudian akan tertarik pada beragam permainan seperti games, olah raga, dan bentuk permainan orang dewasa lainnya (Iswinarti 2017). Jika dilihat dari teori perkembangan kognitif Piaget, maka permainan ini merupakan permainan pada tahap sosial play games with rules yang lebih banyak diwarnai oleh nalar, logika, dan bersifat objektif (Hughes, 2010). ...
Article
Full-text available
Children world is identical to games. Lately traditional game is left and replaced by the emerging of technology. This paper aimed at describing jungkit-jungkitan traditional game activity in character education review. Commonly this game is played by boys in coupled group, in sitting position on each of the player instep, while moving from start to finish. This study was a qualitative descriptive research involving elementary school children in Buahan Village, Tabanan, Bali. The data was collected through interview and observation. Data analysis used content analysis upon the procedure of jungkit-jungkitan game and data from interview and observation on the children. The validation was conducted by expert discussion. The finding showed that jungkit-jungkitan traditional game embraced the four-character education pillars, i.e. (1) intellectual development, (2) affective development, (3) spiritual and emotional development, and (4) physical and kinesthetic development. Majority the developed character values in jungkit-jungkitan traditional game was on the pillar of physical and kinesthetic development, i.e. discipline, sportive, tough, reliable, endurance, cheerful, persistent, hardworking, and competitive.
... Sulamanda or engklek traditional game contain problem solving values consisting of understanding problems, compiling problem solving strategies, and exploring solutions. These results can be followed up by compiling modules and applying them to students to improve children's problem solving skills through Sulamanda traditional games [18]. Physics includes learning that is important in various professions and fields regardless of gender [19], [20]. ...
... This game is played by 2 to 5 people and is played individually not a team. Sulamanda or engklek traditional game has the content of problem solving values [18]. Sulamanda traditional game contain several physics concepts, including: Motion Dynamics (parabolic motion and displacement), Sound Waves, Equilibrium of Tegar Objects (center of gravity), and Impulses and Momentum. ...
Article
Full-text available
Comics have output values and great influence on the entertainment market in accordance with the times. Comics can also be used in the field of education and are not only used as an entertainment media. This research aims to produce the local wisdom physics comics media: sulamanda or engklek traditional game impulse and momentum chapter and to know the feasibility of the product. Research and Development (R & D) research uses the Borg & Gall model. The research began with preliminary research, research design, developing initial products, limited trials, limited revised trials, initial field trials, revisions to the initial field trials. The research instruments used included product assessment sheets, student response questionnaires, and test questions. The results of the study show that the local wisdom physics comics media: sulamanda or engklek traditional game is assisted by an android impulse and momentum chapter containing impulse and momentum material, learning videos, examples and problem exercises and can be operated using a smartphone or computer. Products included in the feasible category are used in the learning process of physics for students based on good categories from the expert judegement and this media is can be implemented in the learning process inside and outside the classroom.
... Selain memberikan manfaat nilai-nilai luhur, permainan tradisional juga bertujuan memberikan manfaat dalam pertumbuhan atau perkembangan anak. (Iswinarti, 2016). Beragam permainan tradisional mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik maupun mental,sosial dan emosi tidak mudah menyerah, bereksplorasi dan bereksperimen dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan. ...
Article
Background:(1) Physical education is a part of education that affects the potential of students in terms of cognitive, affective, and psychomotor which are inseparable from education in general. (2) Gross motor skills are abilities related to the movement of large muscles in controlling body movements through locomotor, non-locomotor, and manipulative abilities. (3) The gobak sodor game can develop children's gross motor skills. Research Questions: (1) Is there an effect of the traditional Gobak Sodor game on pace? (2) What influence does the traditional game of Gobak Sodor have on agility? (3) What effect does the traditional Gobak Sodor game have on reaction speed?. The research method used was an experiment with a "pre-test and post-test group" researchdesign. Mild intellectual students of SLB Alfa Omega with population of16 people, the sample is 16 people with purposive sample technique. The research variables consisted of independent variables, namely the traditional gobak sodor game and the dependent variable, namely the gross motor skills of mild intellectual students. Data analysis was conducted by normality test and homogeneity test. The research results can be concluded: (1) There is an effect of the traditional Gobak Sodor game on pace (running 50 meters) through the pre-test data which has an average of 10.17 and the post-test data has an average of 9.06. By using the paired sample t-test, the sig 2 tailed value was 005. (2) There is an effect of the traditional Gobak Sodor game on agility (Shuttle run) through the pre-test data which has an average of 17.72 and post-test data has an average of 17.00. By using the paired sample t-test, the sig 2 tailed value was 015. (3) There is an effect of the traditional Gobak Sodor game on reaction speed (drop test ruler tool) through the pre-test data which has an average of 32 cm and the post-test data has an average of 24 cm using the paired sample t-test, with a sig 2 tailed value. equal to 044. (4) The results of the data obtained by the experimental group were better than the control group. The researcher's suggestion: teachers are expected to provide simple and attractive learning media for students with mild intellectual so that these students are able to follow and improve their gross motor skills.
... In addition, the research conducted by Iswinarti in 30 elementary schools age children grade III and IV in Malang Regency showed that the traditional game of the Engklek had therapeutic values and was useful in overcoming children's problems (Iswinarti, 2017). The results of this study indicate that terapuitik values contained in traditional Engklek games include the following. ...
Article
Full-text available
Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan permainan tradisional kancing gumi dalam tinjauan pendidikan karakter. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang melibatkan anak-anak di SDN 1 Buahan Tabanan, Bali. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan analisis isi terhadap prosedur permainan kancing gumi ditambah data hasil wawancara dan observasi terhadap anak. Validasi terhadap data dilakukan dengan diskusi ahli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional kancing gumi dapat mengasah tiga komponen karakter yakni pengetahuan moral, sikap moral, dan perilaku moral. Dari ketiga komponen tersebut, permainan kancing gumi mengandung komponen sikap moral yang sangat tinggi diantaranya (a) nurani, (b) harga diri, (c) empati, (d) cinta kebaikan, (e) kontrol diri dan (f) rendah hati. Pengembangan sikap moral ini melahirkan nilai-nilai karakter diantaranya adalah: nilai sportivitas, kebersamaan, kerjasama, empati, pengendalian diri.
Article
Full-text available
Research on indigenous games and play behaviour within the South African context has to a great extent been ad hoc, and influenced by theoretical traditions and practices. Informed by global research trends and national interest, a research project was undertaken in an attempt to address the need for indigenous knowledgeresearch. This paper reports on the National Indigenous Games Research Project of 2001/2002 in which eleven tertiary institutions collaborated. Researchers from these institutions collected data from 6489 participants through questionnaires (quantitative data on trends, content and nature of games), triangulated with focus groups, case studies, observations and visual recordings (qualitative data). The sample is representative of the ethnic, gender, geographic (urban and rural), and socio-economic diversity in all nine provinces of the Republic of South Africa. A rationale is offered for an ethno-scientific taxonomy, representing a culturally informed reconstruction of South African children's games. The paper explores and reports on game preference, socio-cultural themes and play behaviour. An analysis of the theoretical underpinnings, participant-constructed meanings, reasons for playing and play patterns are reflected upon. Keywords: Indigenous games, Play, Culture, South Africa South African Journal for Research in Sport, Physical Education and Recreation Vol.26(1) 2004: 9-23
Article
Full-text available
Play is manifested in organizational behavior as a form of engagement with work tasks and as a form of diversion from them. In this paper we examine both manifestations of play as sources of creativity. We argue that when play is a form of engagement with an individual's organizational tasks it facilitates the cognitive, affective, and motivational dimensions of the creative process, while when play is a form of diversion from an individual's organizational tasks it fosters the peripheral social-relational dynamics that encourage creativity in the first place. We explore the personal and contextual conditions that influence the two manifestations of play and the relative balance between them in a work context. Drawing on our analysis and the extant creativity literature, we conceptualize play as the cradle of creativity in organizations. We suggest that by temporarily suspending ordinary conventions, structural obligations, and functional pressures, and by encouraging behaviors whose value may not be immediately evident, play stimulates, facilitates, and even rehearses creativity. We discuss the practical relevance of play for the nature of work in creative industries and its larger intellectual importance for the study of human behavior in social systems.
Article
Full-text available
The development of sport and its contribution to the development of society as a whole is not a movement into one direction only, going from traditional games to modern sport. Experiences from Scandinavian development aid show a much more complex picture of exchanges between popular sports in Denmark and ngoma dance in Tanzanian. Also inside the Nordic countries, traditional games are rediscovered in the context of educational and socio-cultural development. In contrast to the established theory of developmental functionalism, which is arguing top-down, sport development can also mean exchange and empowerment of the people, bottom-up. Development is developments in plural. 'Old' games reappearing as new games, challenge the established categories of 'forward' and 'backward' in history. To the experts of the Western sport, the games say: 'We talk - you listen.'
Article
Full-text available
There is a well established tradition of teaching operations management (OM) via various kinds of production game: real players making real decisions in a practical, albeit simulated, situation. Surprisingly, there has been much less conceptual reflection on the process and content of this approach to OM education, something this paper aims to begin to rectify. The first section clarifies terminology and defines the game concept in terms of a transformation process. The second section reviews the extant population of teaching games and deploys the conceptual model to generate a number of specific observations that underpin a discussion about the content and process of OM-related game playing. In the conclusions, particular attention is drawn to (1) the predominant content of OM-related games has not developed with the same emphasis as the taught subject with manufacturing planning and control still dominating (2) the tendency to produce complex OM games requiring IT support, and (3) the removal of competition in gaming in favour of facilitating experimentation by players. The paper finishes with a discussion of potential further work.
Article
This book asserts that it is desirable for early-childhood educators and parents to move away from simple slogans and beliefs about play and toward a more comprehensive awareness and a more thoughtful appreciation of the topic. To that end we have attempted to integrate and share with the reader contemporary views of leading scholars and researchers concerned with play, early-childhood development, and education. Our primary goal is to integrate with as much fidelity as possible current play research and theory to disseminate the results to the adult practitioner—early-childhood teachers and parents of young children alike. . . . We have made a deliberate attempt to embody empirical and conceptual insights with practical ideas, methods, anecdotes, and helpful suggestions. Although the topics in the chapters are diverse, at least three common themes run throughout the text. One is the issue raised at the beginning of this introduction concerning our underlying values and ambivalent feelings about play. Our second common theme is the importance of recognizing and understanding distinctions between play and other related phenomena, such as exploration, social interaction, and adult intuition. Our third theme is that however one views specific research findings, theoretical conceptions, or practical ideas, the phenomenon of play is indeed necessary for development. (PsycINFO Database Record (c) 2012 APA, all rights reserved)
Article
Health care simulation is a powerful educational tool to help facilitate learning for clinicians and change their practice to improve patient outcomes and safety. To promote effective life-long learning through simulation, the educator needs to consider individuals, their experiences, and their environments. Effective education of adults through simulation requires a sound understanding of both adult learning theory and experiential learning. This review article provides a framework for developing and facilitating simulation courses, founded upon empiric and theoretic research in adult and experiential learning. Specifically, this article provides a theoretic foundation for using simulation to change practice to improve patient outcomes and safety.
Article
An over view of cognitive theory demonstrating the importance of children's folklore to children's cognitive development.
Permainan anak-anak zaman sekarang
  • J C Bishop
  • M Curtis
Bishop, J.C. & Curtis, M. (2005). Permainan anak-anak zaman sekarang. Editor: Yovita Hadiwati. Jakarta: PT. Grasindo.