Content uploaded by Iswinarti Iswinarti
Author content
All content in this area was uploaded by Iswinarti Iswinarti on Oct 26, 2017
Content may be subject to copyright.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
1
NiILAI-NILAI PROBLEM SOLVING PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK
Dr. Iswinarti, M.Si.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Iswinarti.psi@gmail.com
No hp: 08123396427
Abstrak
Penelitian ini didasari oleh penelitian sebelumnya yang telah menemukan bahwa
Permainan Tradisional Engklek merupakan permainan yang mempunyai prosedur dan
bentuk permainan yang bervariasi, kompleks, dan paling dikenal oleh anak dan
mempunyai nilai-nilai terapiutik tinggi. Salah satu nilai yang ditemukan dalam penelitian
sebelumnya adalah nilai problem solving. Penelitian ini merupakan penelitian tahap
pertama dari dua tahap yang direncanakan. Penelitian tahap pertama ini bertujuan untuk
menemukan kandungan nilai-nilai problem solving permainan tradisional engklek. Hasil
penelitian tahap pertama ini akan digunakan sebagai dasar penelitian tahap kedua yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional engklek terhadap
kemampuan problem solving anak.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang melibatkan subjek
penelitian sebanyak 18 anak yang duduk di kelas lima Sekolah Dasar. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap anak yang secara sengaja diminta
untuk melakukan permainan engklek. Analisis data menggunakan analisis isi terhadap
prosedur permainan engklek ditambah data hasil wawncara dan observasi terhadap anak.
Validasi terhadap data dilakukan dengan diskusi ahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan nilai-nilai problem solving permainan
tradisional engklek mencakup aspek-aspek mencari dan memahami masalah, menyusun
strategi pemecahan masalah yang baik, dan mengeksplorasi solusi. Kandungan nilai-nilai
problem solving ini akan dijadikan acuan untuk menyusun modul dalam penelitian tahap
dua.
Kata kunci : nilai-nilai problem solving, permainan tradisional engklek
2
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
PENDAHULUAN
Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai
luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak
tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom (Suseno, 1999), memberikan
manfaat untuk perkembangan anak (Iswinarti, 2005), merupakan kekayaan budaya bangsa
(Sedyawati, 1999), dan refleksi budaya dan tumbuh kembang anak (Krisdyatmiko, 1999).
Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti (Iswinarti, Simposium Nasional, 2005) bahwa
permainan anak tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan
intelektual, sosial, emosi, dan kepribadian anak.
Eichberg (2005) dan Chileshe (2004) merekomendasikan bahwa permainan
tradisional dan olah raga dapat diberikan bersama-sama untuk memberi intervensi terhadap
perkembangan anak. Klasiliniko (2006) juga merekomendasikan permainan tradisional
berbentuk ketrampilan fisik dapat dijadikan alternatif untuk pendidikan dan perkembangan
fisik pada anak-anak dan remaja awal.
Pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional ditekankan oleh
Tzeng & Huang (2010) yang meneliti permainan hopscocth dengan digital teknologi dan
mengakui hilangnya nilai-nilai pendidikan ketika permainan hopscocth atau engklek ini
dimainkan secara digital dengan komputer.
Jika ditinjau dari jenis permainan maupun tahapan perkembangan bermain maka
permainan tradisional seperti engklek (hopscotch), petak umpet, main kelereng, dan
sebagainya termasuk dalam permainan game with rule yang biasanya dimainkan oleh anak-
anak usia sekolah dasar (Chileshe, 2004; Hughes, 2004). Untuk memainkan permainan
tradisional ini dibutuhkan kemampuan berpikir logis karena mengandung aturan-aturan dan
prosedur dari yang sederhana sampai kompleks. Makin tinggi tingkat kesulitan aturan
permainan makin dibutuhkan kemampuan kognitif yang makin tinggi. Permainan tradisional
juga dapat dikategorikan sebagai permainan sosial karena dimainkan oleh lebih dari satu
orang.
Iswinarti (2007) menemukan bahwa di antara 34 permainan tradisional yang
teridentifikasi, Permainan Tradisional Engklek merupakan permainan tradisional yang paling
dikenal oleh anak dan mempunyai prosedur yang paling bervariasi dan paling kompleks.
Selanjutnya, hasil penelitian Iswinarti (2010) menemukan bahwa permainan tradisional
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
3
engklek mengandung nilai-nilai terapiutik meliputi: (1) Nilai sebagai alat deteksi untuk
mengetahui anak yang mempunyai masalah. (2) Nilai untuk perkembangan fisik yang baik.
(3) Nilai untuk kesehatan mental yang baik, (4) Nilai problem solving, (5) Nilai sosial.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional engklek yang telah
ditemukan di atas perlu untuk dilakukan pengujian secara empiris sehingga dapat menjadi
dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan terhadap psikologi
perkembangan anak dan psikologi bermain. Adapun nilai terapiutik yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah nilai problem solving.
Problem solving merupakan salah satu kemampuan penting untuk dikembangkan
pada anak usia sekolah. Kemampuan tersebut berguna untuk keberhasilan dalam menjalin
pertemanan. Anak yang berhasil dalam membangun hubungan pertemanan akan lebih
terhindar dari kesulitan emosional maupun mental (Ferrer & Fugate, 2014). Kemampuan
problem solving terutama problem solving sosial sangat dibutuhkan anak untuk
mengatasi berbagai persoalan yang akan dihadapinya berkaitan dengan permasalahan sosial
dan akademik (Gok & Silay, 2010; Kostelnik, 2012).
Mengingat bahwa problem solving merupakan kemampuan yang penting bagi anak
untuk dioptimalisasikan dan permainan tradisional engklek merupakan permainan yang
mempunyai kandungan nilai-nilai problem solving, maka perlu dilakukan penelitian tentang
peningkatan kemampuan problem solving anak melalui media permainan tradisional engklek.
Adapun langkah awal untuk melakukan penelitian tersebut adalah memperoleh data tentang
kandungan nilai-nilai problem solving permainan tradisional engklek yang akan digunakan
sebagai landasan dalam penyusunan modul tentang penigkatan kemampuan problem solving
anak melalui media permainan tradisional engklek.
Dengan demikian maka tujuan penelitian ini adalah menemukan kandungan nilai-nilai
problem solving permainan tradisional engklek. Penelitian ini penting dilakukan karena selain
menjadi dasar penelitian tentang pengaruh Permainan Tradisional Engklek dengan metode
BERLIAN. Secara jangka panjang hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
merekomendasikan sebuah program yang dapat meningkatkan kemampuan problem solving
anak dengan menggunakan permainan tradisional Engklek. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi alternatif untuk membangun karakter anak usia sekolah dasar
dalam kemampuan problem solving anak sehingga dapat menjadi program prevensi untuk
meningkatkan kemampuan problem solving. Manfaat lain yang diharapkan dari penelitian ini
4
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
adalah dikenalnya lagi permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai sosial yang luhur
yang sekarang ini telah banyak dilupakan oleh anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang kandungan nilai-nilai permainan tradisional engklek. Dengan
melalui analisis isi terhadap prosedur permainan tradisional engklek yang dilengkapi dengan
observasi dan wawancara terhadap anak yang bermain permainan tradisional engklek maka
akan diperoleh gambaran tentang kandungan nilai-nilai permainan tradisional engklek.
Adapun permainan engklek yang akan diteliti adalah engklek payung dan engklek pa’a.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak usia sekolah (school
age children) atau anak yang berada pada masa anak-anak akhir atau late childhood dan
duduk Sekolah Dasar di kabupaten Malang. Jika ditinjau dari usia maka anak kelas 3, 4, 5
sekolah dasar kebanyakan berada pada masa anak-anak akhir Usia yang termasuk kategori
masa anak-anak akhir adalah 8-11 tahun (Kostelnik, 2010; Pasterski, Golombok, & Hines,
2011; Santrock, 2000).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dan diskusi ahli. Observasi dan wawancara digunakan untk mengetahui
kandungan nilai-nilai problem solving pada permainan engklek kepada anak-anak ketika
mereka bermain engklek. Diskusi ahli digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka
memperoleh kandungan nilai-nilai problem solving pada permainan engklek.
Anlisis data dilakukan secara kualitatif yaitu melakukan analisis isi terhadap prosedur
permainan engklek dan diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara kepada anak-anak
yang bermain engklek. Gambaran hasil analisis akan didiskusi dengan ahli yaitu diskusi
dengan dua orang kolega dosen yang mempunyai latar belakang bidag ilmu psikologi
perkembangan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menghasilkan temuan yaitu kandungan nilai-nilai probelm solving
permainan tradisional engklek. Ada dua jenis permainan engklek yang diteliti adalah engklek
payung dan engklek pa’a Berdasarkan hasil analisis isi terhadap permainan tradisional
engklek maka diperoleh gambaran sebagaimana pada tabel 1.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
5
Tabel 1. Indikasi Problem Solving dalam Permainan Engklek
Jenis Engklek
Aspek Problem Solving
Aplikasi Permainan Engklek
Engklek
Payung
Mencari dan Memahami
Masalah
Aturan dan prosedur permainan engklek :
Pemain memperhitungkan ketepatan
pada saat melempar gacu ke kotak
agar gacu tidak keluar dan terkena
garis yang telah dibuat
Memahami cara bermain dan
peraturan yang telah dibuat
Menyusun Strategi
Pemecahan Masalah
yang Baik
Mengatur cara agar tidak terjatuh dan
keluar garis pada saat mengambil
gacu
Mengatur gerakan kaki pada saat
melangkah dengan menyilangkan kaki
pada pola yang berbentuk lingkaran
Tetap bermain ketika ada teman yang
mengganggu
Mengeksplorasi Solusi
Mengatur posisi dan keseimbangan
badan pada saat akan mengambil
gacu pada kotak yang akan dilewati
terakhir
Pemain tidak bermain curang, tetap
menginjak omah miliknya namun
tidak menginjak omah pada engklek
lawan
Berkonsentrasi dan fokus ketika
sedang bermain dan teman yang
mengganggu
Mencari dan Memahami
Masalah
Pemain memperhitungkan ketepatan
pada saat melempar gacu ke kotak
agar gacuk tidak keluar dan terkena
garis yang telah dibuat
Memahami cara bermain dan
peraturan yang telah dibuat
Engklek
Pa’a
Menyusun Strategi
Pemecahan Masalah
yang Baik
Mengatur cara agar tidak terjatuh dan
keluar garis pada saat mengambil
gacu
Mengatur keseimbangan badan agar
pada saat ontang anting ketika gacu
6
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
diletakkan diatas pundak, kepala, dan
kaki gacu tidak terjatuh
Tetap bermain ketika ada teman yang
mengganggu
Mengksplorasi Solusi
Mengatur posisi dan keseimbangan
badan pada saat akan mengambil
gacu pada kotak yang akan dilewati
terakhir
Pemain tidak bermain curang, tetap
mengincak omah miliknya namun
tidak menginjak omah pada engklek
lawan
Berkonsentrasi dan fokus ketika
sedang bermain dan teman yang
mengganggu
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa permainan tradisional engklek mempunyai
kandungan nilai-nilai problem solving yang didasarkan pada aspek-aspek problem solving
yaitu mencari dan memahami masalah, menyusun strategi pemecahan masalah yang baik, dan
mengeksplorasi masalah. Masing-masing aspek problem solving tersebut didasarkan pada
prosedur permainan. Prosedur permainan engklek mengharuskan pemain untuk mengikuti
aturan. Dalam aturan permainan terkandung unsur-unsur yang mengharuskan anak
memecahkan masalah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa permainan tradisional engklek merupakan
permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai pembelajaran untuk problem solving.
Penelitian ini memberikan tambahan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang telah
menemukan nilai-nilai pembelajaran dalam permainan tradisional. Penelitin Iswinarti (2010)
telah meneukan nilai-nilai terapiutik permainan tradisional engklek. Penelitian Latifah
(2016) juga telah menemukan bahwa permainan tradisional engklek dapat meningkatkan
kemampuan kontrol diri anak.
Penelitian Iswinarti et al (2016) juga menunjukkan bahwa metode BERLIAN
(Bermain-ExpeRiential-LearnIng-ANak) dapat mempercepat proses pembelajaran kompetensi
sosial melalui permainan tradisional gembatan. Salah satu aspek kompetensi sosial yang
meningkat etelah memperoleh intervensi permainan tradisional adalah aspek problem
solving. Metode BERLIAN merupakan metode pembelajaran dengan experiential learning
dengan media bermain.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
7
Metode BERLIAN pada prinsipnya merupakan metode experiential learning yang
diterapkan pada anak Experiential learning merupakan konsep atau teori yang dikemukakan
oleh David Kolb pada awal tahun 1980 an yang tertulis dalam bukunya yang diterbitkan
pada tahun 1984. Teori ini merupakan bagian dari teori belajar (learning theory) yang
menggabungkan berbagai teori yaitu teori perkembangan kognitif dari Piaget, teori medan
dari Kurt Lewin dan teori pragmatisme filosofis dari John Dewey (Kolb, 1984; Zigmont,
Liana, Kappus, & Sudikoff, 2011; Fiore, Metcalf, & McDaniel, 2007).
Setelah mengetahui kandungan nilai-nilai pembelajaran problem solving daalam
permainan tradisional engklek maka dapat dijadikan dasar penyusunan modul unutk
peningkatan kemampuan problem solving anak dengan metode BERLIAN. Mengingat
penelitian ini merupakan penelitian tahun pertama maka pada tahun kedua nanti kandungan
nilai-nilai problem solving dalam permainan tradisional engklek ini akan diuji dan
diverifikasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan problem
solving anak
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah
meghasilkan temuan yaitu kandungan nilai-nilai problem solving dalam permainan
tradisional engklek.. Kandungan nilai-nilai problem solving pada permainan tradisional
engklek terdiri dari mencari dan memahami masalah, menyusun strategi pemecahan maalah
yang baik, dan mengeksplorasi solusi. Hasil ini dapat ditindaklanjuti dengan menyusun
modul dan menerapkannya pada anak dalam rangka peningkatan kemampuan problem
solving anak melalui permainan tradisional engklek.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bishop, J.C. & Curtis, M. (2005). Permainan anak-anak zaman sekarang. Editor: Yovita
Hadiwati. Jakarta: PT. Grasindo.
[2] Bochenneck, K., Wittekindt, B. & Thomas, S. Y. Z. (2007). More than mere games: A review of
card and board games for medical education. Medical Teacher, 29(9-10), 941-948.
[3] Burnett, C. & Hollander, W.J. (2004). The South African Indigenous Games Research Project of
2001/2002. Journal for researchin sport, physical education and recreation, 2004. 26(1): 9-23.
[4] http://www.srsa.gov.za/ClientFiles/BURNETT%20462.doc Diakses 11 Januari 2008
[5] Chileshe, C. M. (2004). A child empowerment through sport and traditional games integrated
with HIV/AIDS, child right & alcohol/drug abuse life skills concept. Leadership manual sport in
8
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
the development process, Zambian: Sport In Action-Development Through Sport.
http://www.toolkitsportdevelopment.org/html/resources/F8/F80E8AFE-75CE-4261-BF93-
C681452FF7ED/Trad%20Games%20total.pdf
[6] Eichberg, H. (2005). Traditional games: A joker in modern development. Some experiences
from Nordic countries and Nordic-African exchange. Paper for the international conference
play the game, Copenhagen, November, 2005.
http://www.playthegame.org/ upload/Henning_Eichberg_-_Traditional_Games.pdf
[7] Danandjaja, J. (1986). Foklor Indonesia: Ilmu gossip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
PT.Grafitipers.
[8] DeBord, K. & Amann, N. (2005). Benefits of play in children: Age Specific Interventions.
http://www.ces.ncsu.edu/depts./fcs/human/disas4.html Diakses 28 Desember 2007
[9] Griffith, M. (2005). Video games as a therapeutic tool. Naidex:
http://www.neidex.co.uk/page.efm/link=115 Diakses 11 Januari 2008
[10] Hughes, F.P. (1999). Children, play, and development. Boston: Allyn and Bacon.
[11] Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan anak jilid I. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[12] Iswinarti. (2005). Identifikasi permainan tradisional Indonesia. Laporan hasil survey. Malang:
Fakultas Psikologi UMM.
[13] Iswinarti (2005). Permainan Tradisional Indonesia (Dalam Tinjauan Perkembangan Intelektual,
Sosial, Emosi, dan Kepribadian). Simposium Nasional: Memahami Psikologi Indonesia. Malang:
Fakultas Psikologi UMM.
[14] Iswinarti. (2007). Permainan Anak Tradisional sebagai Model Peningkatan Kompetensi Sosial
Anak Usia Sekolah Dasar. Laporan penelitian. Malang: Lembaga Penelitian UMM.
[15] Iswinarti. (2010). Nilai-nilai terapiutik permainan tradisional Engklek. Humanity, 6(1). 41-44.
[16] Iswinarti, Ekowarni, E., Adiyanti, MG., & Hidayat, R. (2016). The influence of traditional game
with experiential learning on social competence. International Journal of Recent Scientific
Research, 4(7), 10144-10155.
[17] Johnson, J.E; Christie, J.F; Yawkey, T.D. (1999). Play and early childhood development. New
York: Longman, An imprint of Addison Wesley Longman.
[18] Kolb, D. (1984). Experiential learning: Experience as the source of learning and development.
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
[19] Kostelnik, M. J., Gregory, K. M., Soderman, A. K., & Whiren, A. P. (2012). Guiding children’s
social development and learning. 7th edition. Belmont: Wadworth, Cengage Learning.
[20] Krisdyatmiko, (1999). Dolanan anak: Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak.
Yogyakarta: Plan International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM.
[21] Lichman, S. (2005). Dari Hopscotch ke Siji: Generasi-generasi bermain dalam lingkungan lintas
budaya. Editor: Yovita Hadiwati. Permainan anak-anak zaman sekarang. Jakarta: PT.
Grasindo.
[22] Lieberman, A.F. & Slade, A. (1997). The second year of life. Handbook of child and adolescence
psychiatry. Ed: Joseph D. Noshpitz. New York: John Wiley & Sons.
[23] Lewis, M. A. & Maylor, H. R. (2007). Game playing and operations management education.
International Journal of Production Economics, 105(1), 134-149.
[24] Mainemelis, C. & Ronson, S. (2006). Ideas are born in fields of play: Towords a theory of play
and creativity in organizational settings. Research in Organizational Behavior, 27, 81-131.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
9
[25] Mechling, J. (2000). Children’s Foklore, Children Brains. New Directions in Foklore 4-2 October,
2000. University of California, Davia.
[26] Monks, F.J. Knoers, A.M.P., Haditono, SR. (2000). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
[27] NPFA. (2000). Best play. National Playing Fields Association.
[28] Ofele, M.R. (2000). Traditional Games and Learning. Argentina: South America Representative
of Austrian Institute for Research in Play and Games.
http://www.geocities.com/childrenfoklore/land_regina-html Diakses 13 Fabruari 2008
[29] Papalia, D.E; Old, S.W; Feldman, R.D. (2000). Human development. Boston: Mc.Graw Hill.
[30] Santrock, J.W. (2000). Lifespan development. Boston: McGraw-Hill College.
[31] Sedyawati, E. (1999). Permainan Anak-anak sebagai Aspek Budaya. Editor: Krisdyatmiko.
Dolanan anak: Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak. Yogyakarta: Plan
International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM.
[32] Tedjasaputra, M.S. (2001). Bermain, mainan, dan permainan. Jakarta: PT. Grasindo.
[33] Zigmont, J. J., Kappus, L. J., & Sudikoff, S. N. (2011). Theoretical Foundations of learning
through simulation. Semin Perinatol, 35, 47-51.