ArticlePDF Available

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERBASIS LIFE SKILLS

Authors:

Abstract

Abstract To achieve the goal of teaching learning, a proper method, as an instrument, plays an important role in serving the teaching learning materials. The education of pre-school is aimed to develop the life skill, which covers attitude, knowledge, creativity, and skill. The teaching learning methode that forms the child?óÔé¼Ôäós character has to be turned back to the curriculum. It should remain concerning in the phase of the development and character of child who like playing, singing, dan moving. Finally, the teaching learning methode must be addressed in shaping academic, social, personal intellegence, and child?óÔé¼Ôäós creativity. Key words: a proper method, pre-school, life skills
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERBASIS LIFE SKILLS
Oleh :
Dyah Nugrahani, Ngasbun Egar, Listyaning Sumardiyani,
Senowarsito, Subur L Wardoyo
IKIP PGRI Semarang
Abstract
To achieve the goal of teaching learning, a proper method, as an instrument,
plays an important role in serving the teaching learning materials. The education of
pre-school is aimed to develop the life skill, which covers attitude, knowledge,
creativity, and skill. The teaching learning methode that forms the child’s character
has to be turned back to the curriculum. It should remain concerning in the phase of
the development and character of child who like playing, singing, dan moving.
Finally, the teaching learning methode must be addressed in shaping academic, social,
personal intellegence, and child’s creativity.
Key words: a proper method, pre-school, life skills
PENDAHULUAN
Anak merupakan amanat yang harus ditunaikan oleh orang tuanya. Anak pada usia
dini hatinya masih suci, bersih putih. Ia bagaikan permata yang berharga lagi indah terbebas
dari semua kotoran dan kontaminasi. Ia siap dipola, diwarnai dan mempunyai sifat yang
cenderung untuk mengikuti siapa yang mempengaruhinya.
Menurut Aristoteles yang dimaksud dengan anak usia dini adalah 0 7 tahun yang
disebut sebagai masa anak kecil (masa bermain), dan 7 14 tahun yang disebut masa anak-
anak (masa belajar atau masa sekolah rendah). Sedangkan rentangan anak usia dini menurut
Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian
rumpun keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan penyelenggaraannya di beberapa
negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Tahapan perkembangan anak menurut Piaget dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu
tahap sensori motor (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-12 tahun)
dan operasional formal (12-15 tahun ). Perkembangan kognitif anak usia dini berada pada
tahap pra-operasional dan operasional konkrit.Pada masa pra operasional proses berfikir anak
berpusat kepada penguasaan simbol-simbol (kata-kata) yang mampu mengungkapkan
pengalaman masa lalu. Masa operasional konkrit adalah proses dimana anak telah mampu
membeda-bedakan sifat dalam mengenal bagian-bagiannya, sudah mulai berfikir secara
abstrak dan pengamatannya sudah nyata.Pada tahapan inilah perlu diletakkan dasar struktur
prilaku kompleks yang dibangun sepanjang kehidupan anak. Peletakan dasar struktur perilaku
ini yang nantinya dijadikan pondasi anak untuk menapak pada perkembangan berikutnya
yang diharapkan menjadi manusia paripurna sesuai yang diamanatkan dalam sistem
pendidikan nasional. Kewajiban orang tua, guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyediakan kemungkinan yang optimal bagi perkembangan anak.
Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan
yang dirancang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Program pendidikan yang betul
betul meletakan dasar perilaku yang dapat dimanfaatkan anak untuk menapaki masa depan
mereka. Pola pendidikan dan pembelajaran anak usia dini yang berbasis life skills perlu
dikembangkan. Pola pembelajaran yang selalu mempehatikan perkembangan soft skills dan
hard skills anak, adanya penyelarasan pengembangan otak kiri dan otak kanan anak. Kita
perlu kembalikan pola pembelajaran yang membentuk karakter anak secara utuh dengan tetap
memperhatikan fase perkembangan anak dan karakteristik anak yang senang bermain,
bernyanyi, dan bergerak bebas. Pola pembelajaran harus mengarah pada pembentukan
kecerdasan akademis, kecerdasan sosial, kecerdasan personal dan peningkatan kreaktifitas
anak.
Pendidikan anak usia dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur
formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini.
Ada tiga tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1) Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki
kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan
di masa dewasa.
2) Tujuan praktis: untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, moral dan agama secara optimal dalam lingkungan pendidikan
yang kondusif, demokratis dan kompetitif.
3) Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1) PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan sangat
fundamental.
2) PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak
selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak.
3) Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada peningkatan
prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, pada akhirnya anak akan mampu lebih
mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
4) Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan otak manusia,
maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling
vital yakni mencapai 80% perkembangan otak.
5) Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang
mendapatkan layanan baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar
untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak
mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan yang
cukup berat untuk mengembangkan hidup selanjutnya.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini: 1) Infant (0-1 tahun), 2) Toddler (2-3
tahun), 3) Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun), dan 4) Early Primary School (SD
Kelas Awal) (6-8 tahun). Satuan pendidikan penyelenggara yang ada adalah: Taman
Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan PAUD Sejenis (SPS), Sekolah Dasar Kelas
Awal (kelas 1,2,3), Bina Keluarga Balita, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Keluarga,
dan Lingkungan.
Pola Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD) Berbasis Life Skills
Dalam dunia pendidikan, metode dan pola pengajaran berfungsi sebagai salah satu
alat untuk menyajikan bahan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan life skills
(kecakapan hidup) yang mencakup sikap, pengetahuan, daya cipta, dan keterampilan pada
anak. Pemberian stimulasi perkembangan anak usia dini sangat penting untuk melejitkan
aspek perkembangan anak yang mecakup: perkembangan visual, pendengaran, fisiko-
motorik, bahasa dan komunikasi, sosialemosional, moral spiritual, dan kemampuan
kognitif.
Keberhasilan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika mempertimbangkan
tahapan perkembangan anak. Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap
perkembangan sebagai berikut:
1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang
sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan
sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
3. Masa usia 2 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan
baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin,
berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi,
siang, sore, malam).
4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris,
semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki
kepekaan menulis dan pada usia 4 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk
membaca.
5. Macam-macam perkembangan Anak Usia Dini adalah :
1) Perkembangan jasmani
Perkembangan jasmani merupakan dasar dalam perkembangan mental,
maksudnya perkembangan mental dapat berjalan dengan baik apabila
perkembangan fisik juga baik. Perkembangan jasmani dan rohani sangat erat
kaitannya , begitu juga dengan perkembangan akal, erat hubungannya dengan
perkembangan jasmani.
2) Perkembangan Kognitif
Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Perkembangan
kognitif menunjukkan perkembangan dari cara berfikir anak. Kemampuan anak
mengkoordinasikan berbagai cara berfikir untuk menyelesaikan berbagai masalah
dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan. Cara belajarnya
melalui inisiatif, pengalaman dan juga pembiasaan belajar dari pengalaman. Disini
anak akan belajar terus mengenai hal-hal tertentu hingga menjadi suatu perilaku
yang baku bagi anak.
3) Perkembangan bahasa.
Selama masa awal masa kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat
untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar
berbicara merupakan sarana pokok dalam bersosialisasi. Kedua, belajar berbicara
merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan
komunikasi, anak-anak harus menguasai dua tugas pokok yang merupakan unsur
penting dalam berbicara. Pertama, mereka harus meningkatkan kemampuan untuk
mengerti apa yang dikatakan orang lain dan kedua, mereka harus meningkatkan
kemampuan bicaranya sehingga dapat dimengerti orang lain.
4) Perkembangan emosi dan sosial.
Selama awal masa dini emosi anak sangat kuat. Saat ini merupakan saat
ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti ia mudah
terbawa ledak-ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan. Pada
masa ini perkembangan mental anak memperoleh kesempatan semaksimal
mungkin untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan menjadi terbelakang.
Dalam perkembangan mental inilah anak memerlukan bantuan yang intensif,
terencana yang tepat.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagaii perkembangan tingkah laku
anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam
masyarakat dimana anak berada. Tingkah laku sosial adalah sesuatu yang
dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang
anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar
respons terhadap tingkah laku anak.
5) Perkembangan Jiwa Sepiritual Anak
Potensi keagamaan terhadap seorang anak telah ada sejak dalam kandungan
bahwa dalam tabiat manusia terdapat kesiapan alamiah untuk mengenal Allah dan
mengesaka- Nya. Pengakuan terhadap kedudukan Allah sebagai Tuhan tertanam
kuat dalam fitrahnya, tinggal bagaimana pengembangan serta pemeliharaan
potensi (perasaan religius) yang ada pada anak tersebut, maka disinilah peran para
pendidik dalam mengembangkan keagamaan anak. Dalam kehidupan manusia
memiliki potensi beragama bahkan potensi tersebut sudah dianggap sebagai
kebutuhan spiritual manusia. Menurut Jalaluddin , potensi bawaan (agama)
tersebut memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaaan yang
mantap lebih-lebih pada usia dini.
Tanda-tanda keagamaan pada diri anak tumbuh terjalin secara integral
dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan pada diri anak. Belum terlihatnya
tindakan keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang belum
sempurna. Namun demikian pengalaman-pengalaman yang diterima oleh anak
dari lingkungan akan membentuk rasa keagamaan pada diri anak. Oleh karena itu,
perlu usaha bimbingan dan latihan dari pendidik seiring dengan perkembangan
anak.
Perkembangan jiwa agama pada anak semakin berkembang bila diiringai dengan
kasih sayang dari orang-orang yang ada disekelilingnya. Perkembangan jiwa
agama pada anak dimulai sejak lahir dan akan terus berkembang dimulai dengan
anak bisa bicara dan menyebut nama Tuhan sampai akhirnya ia melihat orang
disekitarnya mengerjakan ibadah sebagai perintah Allah yang akhirnya jiwa
agama pada anak akan terus berkembang seiring dengan perilaku orang tua yang
agamis dan mengarahkan anaknya dengan pendidikan yang benar
Untuk mengimplementasikan program pembelajaran berbasis life skills bagi anak usia
dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kukrikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat
perkembangan anak.
2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak
usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka.
Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas
perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas
perkembangan tertentu.
3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat
sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak, Montessori
menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan,
yaitu:
a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan
kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur
dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik,
b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan
menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar,
temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain.
c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk
menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta
dasar
d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan,
membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak.
Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan
huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang
memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf,
dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis.
e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis,
sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum
terintegrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persiapan Pendidik
a. Menentukan Kegiatan Main
b. Menentukan dan menyediakan bahan dan alat main yang ada di sekitar
c. Memilih kegiatan pembuka (main tradisional, atau gerak dan lagu, atau aktivitas
kinestetik lainnya)
d. Memilih lagu dan cerita yang sesuai dengan tema
e. Menyusun pertanyaan yang dapat diajukan ke anak merujuk pada konsep yang
ingin dibangun.
f. Catatan anak
2. Apa yang dilakukan Pendidik
a. Melakukan Kegiatan Transisi :
Saat anak datang
Saat berpindah kegiatan
Saat akan pulang
b. Menata alat dan bahan main (pijakan lingkungan)
Keragaman main
Jenis main
Sosial bermain
3. Tahapan Pembelajaran
a. Melakukan Kegiatan Pembuka (lingkaran besar) :
Bermain gerakan kasar dan koordinasi berbagai gerakan
Permainan tradisional
Gerak dan lagu
Puisi
b. Mengelola kegiatan sebelum main (pijakan sebelum main)
Menyapa anak
Mengajak berdoa
Menanyakan kegiatan yang dilakukan anak di rumah
Menanyakan perasaan anak hari ini
Menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan anak hari ini
Mendiskusikan konsep yang akan dibangun bersama anak selama main
Mengembangkan kosa kata dan menanyakan pendapat anak tentang arti kata
yang dimaksud.
Membangun aturan main bersama anak
c. Memberi dukungan selama anak main (pijakan selama main) :
Memberikan waktu main (45 1 jam) untuk pengalaman main anak
Mengembangkan komunikasi yang tepat
Memperkuat dan memperluas bahasa anak
Memperluas gagasan main anak dengan pertanyaan terbuka yang sudah
disiapkan
Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak
d. Penguatan setelah anak main :
Membereskan alat main dan memasukkan ke tempatnya
Membentuk lingkaran bersama semua anak
Menanyakan apa perasaan anak setelah main
Menanyakan kegiatan main yang telah dilakukan anak
Menanyakan konsep yang telah ditemukan anak selama main (sesuai dengan
rencana pembelajaran yang disusun)
Menegaskan perilaku yang telah dimunculkan anak (berterimakasih untuk
perilaku yang diharapkan, dan mendiskusikan untuk perilaku yang belum
tepat)
Menghubungkan dengan kegiatan yang akan datang
Transisi ke kegiatan berikutnya
KESIMPULAN DAN SARAN
Lingkungan pendidikan anak usia dini berspektif life skills adalah
menggabungkan fungsi psiko-sosial, kepribadian, fisik dan akademis dari seorang
anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang awal dan umum,
dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner
security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan,
disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas.
Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan
keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Atkitson, R.L., dkk. 1983. Introduction to Psychology., New York: Harcourt Brace
Javanovich, Ich.,
Bidan Evi Yuzana Ihsan Dacholfany SKM,2008.Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh (Klinik Al-Fauzan -Condet)
Harizal Kasubdit Harlindung, 2008. Implementasi Konsep Montessori Pada Pendidikan
Anak Usia Dini
Henry N, Siahan., 1986. Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak, Bandung: Angkasa
Steven Carr Reuben, Ph.D., 1997.Children of Character, a parent guide, Santa Monica:
Canter and Associates, Inc,
Theo Riyanto FIC., dkk.,2004. Pendidikan Pada Usia Dini., Grasindo, Jakarta
... Tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan life skills (kecakapan hidup) yang mencakup sikap, pengetahuan, daya cipta, dan keterampilan pada anak. Pemberian stimulasi perkembangan anak usia dini sangat penting untuk melejitkan aspek perkembangan anak yang mecakup: perkembangan visual, pendengaran, fisiko-motorik, bahasa dan komunikasi, sosial-emosional, moral spiritual, dan kemampuan kognitif (Nugrahani et al., 2011) Hasil survey terhadap mitra menunjukan bahwa para guru kurang menguasai bahasa Inggris dalam proses pembelajaran. Serta para guru membutuhkan konsep pengajaran yang bisa mengarahkan peserta didik untuk lebih kreatif dalam dalam hal life skill. ...
Thesis
Full-text available
... Tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan life skills (kecakapan hidup) yang mencakup sikap, pengetahuan, daya cipta, dan keterampilan pada anak. Pemberian stimulasi perkembangan anak usia dini sangat penting untuk melejitkan aspek perkembangan anak yang mecakup: perkembangan visual, pendengaran, fisiko-motorik, bahasa dan komunikasi, sosial-emosional, moral spiritual, dan kemampuan kognitif (Nugrahani et al., 2011) Hasil survey terhadap mitra menunjukan bahwa para guru kurang menguasai bahasa Inggris dalam proses pembelajaran. Serta para guru membutuhkan konsep pengajaran yang bisa mengarahkan peserta didik untuk lebih kreatif dalam dalam hal life skill. ...
ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.