Content uploaded by Dian Septi Nur Afifah
Author content
All content in this area was uploaded by Dian Septi Nur Afifah on Aug 07, 2017
Content may be subject to copyright.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
97
IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN
MATEMATIKA
(IDENTIFY THE STUDENT’S ABILITY IN SOLVING THE SOCIAL
ARITMATIC PROBLEM DEPEND FROM DIFFERENCE MATHEMATIC
ABILITY)
Solaikah (solaikah8@gmail.com)
Dian Septi Nur Afifah
Suroto
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo
Jl. Jenggala kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal aritmatika sosial ditinjau dari perbedaan kemampuan
matematika. kemampuan yang penting dan diharapkan dikuasai oleh siswa
adalah kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika dengan benar.
Polya mengemukakan 4 langkah penyelesaian soal yaitu : memahami soal,
merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian,
memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Subyek penelitian ini adalah SMP
Hang Tuah 5 Candi Sidoarjo Kelas IX – D terdiri dari 3 siswa yaitu 1 siswa
kelompok tinggi, 1 siswa kelompok sedang, dan 1 siswa kelompok rendah.
Instrumen yang digunakan adalah soal tes dan wawancara. Data penelitian
dianalisis secara deskriptif dan diperoleh hasil bahwa siswa kelompok tinggi
mampu menggunakan 4 langkah penyelesaian dengan benar beserta
jawaban. siswa kelompok sedang mampu menggunakan 4 langkah
penyelesaian tetapi kurang benar dalam memberi jawaban sedangkan
kelompok rendah mampu menggunakan sampai 3 langkah penyelesaian
tetapi tidak benar dalam memberi jawaban.
Kata Kunci: kemampuan matematika, penyelesaian soal
Abstract
This research is aimed to identify the ability of student to solve the social
aritmatic at problem depend on from difference of mathematic skill. Polya
give four steps to solve the problem. Those are : understanding the problem,
planning to solve, doing of planning to solve, checking again the result.
Subject of this research is SMP Hang Tuah 5 Candi Sidoarjo. The IX-D
grade consist of 3 students : a student is high group, a student is medium
group, and a student is lover group. The instruments that are testand and
98
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
interview. The data of researching is analsing by descripting ang getting
result that a student a higher group can using four stepts to solve with right
ways when gives the answer. A student of medium group is using four ways
to solve but less right when giving the answer. For a owes student group can
using until three steps to solve but incorrect when giving the answer.
Key Word: Mathematical Abilities, Problem Solving
Pendahuluan
Tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
ba-nyak faktor. Diantaranya perbedaan dalam hal kapasitas untuk berkonsentrasi dalam
menyelesaikan soal matematika, dan kemungkinan adanya perbedaan minat terhadap
hal-hal apa saja yang dianggap menarik oleh anak, faktor lainnya yang cukup berperan
adanya budaya disekitar. Sebagaimana diketahui bahwa setiap siswa mempunyai
kemampuan yang ber-beda-beda. Ada yang memiliki kemampuan tinggi dan ada yang
berkemampuan sedang ataupun rendah. Oleh karena itu, kemampuan yang penting dan
diharapkan dikuasai oleh siswa adalah kemampuan menyelesaikan soal – soal
matematika dengan benar. Sebagaimana diketahui bahwa matematika adalah salah satu
ilmu dalam bidang yang sarat akan masalah, karena memiliki objek kajian yang abstrak
berupa fakta, operasi atau prinsip
Secara substantif dan teoritik kemampuan matematika dapat didefinisikan oleh
NCTM (1989) sebagai, "Mathematical power includes the ability to explore, conjecture,
and reason logically; to solve non-routine problems; to communicate about and
through mathematics; and to connect ideas within mathematics and between
mathematics and other intellectual activity. Lebih lanjut selain kemampuan untuk
menggali, menyusun konjektur, dan membuat alasan-alasan secara logis, untuk
memecahkan masalah nonrutin, untuk berkomunikasi mengenai dan melalui
matematika, dan untuk menghubungkan berbagai ide-ide dalam matematika dan
diantara matematika dan aktivitas intelektual lainnya. Indikator komunikasi matematika
menurut NCTM (1989 : 214), dapat dilihat dari:(a).kemampuan mengekspresikan ide-
ide matematika melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta
menggambarkannya secara visual. (b). kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan
mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk
99
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
visual lainnya. (c). kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
Ruseffendi (dalam Curriculum and Intruction Secondary Mathematics, 1991)
mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal penyelesaian bagi seseorang bila ia
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya. Dalam kesempatan
lain Ruseffendi (dalam Curriculum and Intruction Secondary Mathematics, 1991) juga
mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan soal bagi seseorang jika pertama,
persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik
kesiapan mentalnya maupun pengetahuannya, terlepas daripada apakah akhirnya ia
sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga sesuatu itu merupakan penyelesaian soal
baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya. Senada dengan pendapat di atas
Krulik dan Rudick (1995: 4) menyatakan penyelesaian soal adalah suatu cara yang
dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman
untuk memenuhi tuntutan dari siswa yang tidak rutin. Indikator penyelesaian soal
matematika menurut Sumarno U (2003: makalah) yaitu : (a). mengidentifikasi unsur-
unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. (b).
merumuskan penyelesaian matematika atau menyusun model matematika. (c).
menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai soal (sejenis dan soal baru) dalam
atau luar matematika. menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian
menggunakan matematika secara bermakna.
Sedangkan menurut Polya (1973 : xvi) menjelaskan langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal adalah : (a). Memahami soal. (b). Merencanakan penyelesaian soal.
(c). Melaksanakan rencana penyelesaian soal. (d). Melihat kembali kebenaran
penyelesaian soal yang telah dibuat
Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan penyelesaian soal mempunyai 4
langkah yaitu : (1). Memahami soal, siswa harus membaca soal yang dihadapi dengan
teliti sehingga siswa mengetahui informasi-informasi atau data-data yang ada pada soal
serta apa yang ditanyakan dalam soal yang diajukan. (2). Merencanakan penyelesaian
soal, Siswa membuat rencana penyelesaian untuk menjawab soal yang diminta atau
100
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
ditanyakan atau dibuktikan. Siswa mulai memperkirakan langkah-langkah apa yang
digunakan untuk menyelesaikan soal dengan cara memanggil pengetahuan-pengetahuan
yang telah diperoleh dan relevan dengan soal yang diajukan. (3). Melaksanakan rencana
tersebut, siswa menyelesaikan soal berdasarkan rencana penyelesaian yang dibuat
dengan menggunakan informasi dan data yang diketahui serta pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki untuk mendapatkan jawaban soal yang dihadapi. Misalnya
dengan menggambar, membuat grafik, diagram atau menerapkan operasi matematika,
rumus-rumus, konsep dan sebagainya. (4). Melihat kembali kebenaran penyelesaian soal
yang telah dibuat, siswa memeriksa kembali terhadap proses penyelesaian dan hasil
yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan yang dilakukan serta
kemungkinan mendapatkan cara penyelesaian berbeda.
Materi dalam Penelitian ini menggunakan materi aritmatika sosial karena 2
alasan. Pertama materi aritmatika sosial tidak hanya disekolah saja tetapi materi ini erat
kaitannya dengan lingkungan masyarakat dan lebih khusus lagi dalam lingkungan
siswa sehari-hari. Kedua, materi aritmatika sosial merupakan salah satu materi yang
memungkinkan untuk memunculkan masalah. Mengingat penggunaan materi
aritmatika sangat banyak ditemukan dalam masalah sehari-hari.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial
ditinjau dari perbedaan kemampuan matematika. Subyek dalam penelitian ini kelas IX
– D SMP Hang Tuah 5 Candi Sidoarjo. Instrumen yang digunakan berupa : 1) Soal tes.
Dalam soal tes ini dibagi menjdi dua yaitu : (a) tes kemampuan matematika. Tes
berupa soal obyektif yang diambil dari soal-soal unas yang diberikan siswa kelas IX
yang digunakan untuk memilih 3 siswa yang dijadikan subyek. (b). tes penyelesaian
soal. Tes berupa soal subyektif digunakan untuk penyelesaikan soal dari mengambil 1
siswa dari masing-masing kelompok. Sebelum digunakan soal tersebut dikonsultasikan
ke dosen pembimbing serta divalidasi oleh guru bidang studi matematika di sekolah
tersebut. 2) Pedoman wawancara. Jenis wawancara yang digunakan adalah Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara baku terbuka. Menurut moleong (2010:
188) wawancara baku terbuka adalah wawancara yang menggunakan seperangkat alat
101
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
baku. Peneliti menggunakan wawancara baku terbuka karena memberikan urutan
pertanyaan kata-kata dan cara penyajian yang sama dalam setiap subyek wawancara.
Sedangkan terbuka menunjukkan adanya keluwesan dalam pertanyaan, wawancara
akan dilakukan lebih mendalam sesuai dengan kondisi. Pedoman wawancara ini dibuat
oleh peneliti dan dikonsultasikan ke dosen pembimbing.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunkan metode tes dan
metode wawancara, dalam proses wawancara peneliti akan terus menggali info
sehingga didapatkan data yang valid. Data dikatakan valid apabila info yang diperoleh
pada saat wawancara terhadap subyek mengenai pertanyaan telah dikerjakan, subyek
menjawab sesuai informasi yang sebenarnya bukan mengada-ada. Untuk memeriksa
keabsahan data, maka setelah data dianalisis dilakukan triangulasi. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber lain di luar data itu
untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini,
teknik pemeriksaan yang digunakan adalah dengan triangulasi sumber. Seperti yang
diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 274) triangulasi sumber yaitu untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Sedangkan menurut Moleong (2010 : 330) triangulasi dengan
sumber yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Data yang telah
dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya diminta
kesepakatan dengan sumber data tersebut.
Teknik analisa data yang dilakukan selama penelitian ini adalah : (1) tahap
reduksi data. Dalam tahap ini dilakukan proses memilih dan menyederhanakan data,
sehingga terjadi pengurangan data yag tidak perlu. Kegiatan ini dilakukan dengan
mendengarkan rekaman wawacara secara berulang-ulang dan langsung diketik dan
diberi kode. (2) tahap penyajian data. Dalam tahap ini, kumpulan data digabungkan dan
dikategorikan sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan. Data yang
dianalisis diklasifikasikan berdasarkan masing-masing subyek penelitian. (3) Tahap
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan didasarkan pada hasil analisis terhadap
data yang telah terkumpul, baik yang diperoleh dengan menggunakan tes maupun yang
102
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
diperoleh dari hasil wawancara. Selanjutnya penarikan kesimpulan pada penelitian ini
ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
aritmatika sosial dari kemampuan matematika.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 November – 4 Desember 2012.
Kemampuan matematika siswa secara umum kelas IX-D SMP Hang Tuah 5 Candi
Sidoarjo yang berjumlah 38 siswa di ukur berdasarkan tes kemampuan matematika yang
terdiri dari 20 soal. Hasil tes kemampuan matematika di gunakan untuk
mengelompokkan siswa ke dalam 3 kelompok yaitu kemampuan tinggi, kemampuan
sedang dan kemampuan rendah. Namun pada penelitian ada 3 siswa yang tidak
mengikuti tes kemampuan matematika dikarenakan tidak masuk sekolah. Subyek
penelitian ini berjumlah 35 siswa.
Pengklasifikasian kelompok berdasarkan nilai tes Kemampuan matematika.
Untuk menentukan batasan kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah,
peneliti meminta penjelasan guru kelas mengenai ketuntasan minimal yang harus
dicapai siswa pada pelajaran matematika. Karena ketuntasan minimal yang harus
dicapai siswa pada pelajaran matematika adalah 65, maka siswa yang mendapat nilai 65
kebawah berada pada kelompok bawah. Sedangkan siswa yang mendapat nilai antara 65
dan 80 berada pada kelompok sedang. Untuk siswa yang mendapat nilai 80 ke atas
berada pada kelompok atas. Dengan demikian, dapat diketahui siswa yang termasuk
kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah.
Adapun Kriteria pengelompokkan kemampuan matematika siswa disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 1 Daftar Pengelompokkan Kemampuan Matematika Siswa
KELOMPOK NILAI RATA – RATA
Tinggi X ≥ 80
Sedang 65 < x < 80
Rendah X ≤ 65
103
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
Gambar 1. Kemampuan Matematika Siswa
Berdasarkan diagram di atas, dapat disimpulkan kelompok tinggi adalah
5,71%, persentase kelompok sedang adalah 37,14%, dan persentase kelompok rendah
adalah 57,14%.
Dari tiga kelompok siswa tersebut, dipilih 3 anak sebagai subyek wawancara
untuk mengetahui langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan soal. Selain itu
pemilihan subyek wawancara juga berdasarkan analisa tes kemampuan siswa
menyelesaikan soal aritmatika sosial.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa intrumen yaitu : soal tes dan
wawancara. Adapun penjelasan dari masing-masing instrument tersebut adalah sebagai
berikut: (a). Soal tes kemampuan matematika, Soal tes berupa soal obyektif diambil
dari soal-soal unas yang diberikan kepada 35 siswa kelas IX D yang digunakan untuk
memilih 3 siswa yang dijadikan subyek. Dalam menentukan subyek dipilih 1 siswa
yang berkemampuan tinggi, 1 siswa yang berkemampuan sedang, 1 siswa yang
berkemampuan rendah. (b). Soal tes penyelesaian soal, Soal tes berupa soal subyektif
digunakan untuk penyelesaian soal dari mengambil 1 siswa dari masing-masing
kelompok. Sebelum digunakan, soal tes tersebut dikonsultasikan ke dosen pembimbing
serta divalidasi oleh guru bidang studi matematika di sekolah tersebut. Validator dalam
penelitian ini terdiri dari dua orang yaitu seorang Dosen Pendidikan Matematika STKIP
Sidoarjo dan seorang Guru kelas IX mata pelajaran matematika. Dari kedua validator di
atas, soal penyelesaian yang digunakan peneliti telah layak digunakan. Setelah
dilakukan validasi soal, soal tersebut diujikan kepada subjek penelitian pada tanggal 4
Desember 2012 pada pukul 07.30 WIB sampai 09.00 WIB di ruang kelas. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IX-D SMP Hang Tuah 5 Candi Sidoarjo yang terdiri
Tinggi
Sedang
Rendah
104
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
dari tiga siswa dengan rincian masing-masing satu siswa dari kelompok atas, satu siswa
dari kelompok sedang, dan satu siswa dari kelompok bawah.(c). Pedoman wawancara,
Setelah subjek penelitian melakukan tes tertulis, peneliti melakukan wawancara yang
digunakan sebagai data pembanding untuk mengetahui keabsahan data. Wawancara
yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara baku terbuka. Sebelum digunakan,
Pedoman wawancara tersebut dikonsultasikan ke dosen pembimbing serta divalidasi
oleh guru bidang studi matematika di sekolah tersebut. Dari kedua validator di atas,
Pedoman wawancara yang digunakan peneliti telah layak digunakan, namun ada sedikit
perbaikan mengenai penulisan bahasa agar sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Wawancara dilakukan kepada masing-masing subjek dengan didukung
pedoman wawancara. Adapun pelaksanaan wawancara dilaksanakan di ruang kelas IX -
D hari selasa tanggal 4 Desember 2012.
Di bawah ini akan di paparkan hasil tes penyelesaian soal dan wawancara dari
setiap subyek yaitu : (1) Kelompok Tinggi : (a). Memahami soal, dalam memahami soal
siswa mampu menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, mampu
memahami soal dengan baik serta mampu menjelaskan kembali maksud dari soal. (b).
Merencanakan penyelesaian, dalam merencanakan penyelesaian siswa mampu
menggunakan beberapa informasi untuk merencanakan penyelesaian serta mampu
merencanakan langkah-langkah penyelesaian. (c). Melaksanakan penyelesaian, dalam
melaksanakan penyelesaian siswa mampu menggunakan beberapa informasi yang ada
untuk menyelesaikan soal dan memberikan jawaban yang benar. (d). Memeriksa
kembali hasil yang diperoleh. dalam memeriksa kembali hasil yang diperoleh siswa
melakukan pengecekan kembali pada proses dan hasil serta membuat sebuah
kesimpulan.(2) Kelompok Sedang : (a). Memahami soal, dalam memahami soal siswa
mampu menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, tidak mampu
memahami soal dengan baik. (b). Merencanakan penyelesaian, dalam merencanakan
penyelesaian siswa mampu menggunakan beberapa informasi untuk merencanakan
penyelesaian tetapi kurang mampu merencanakan langkah-langkah penyelesaian. (c).
Melaksanakan penyelesaian, dalam melaksanakan penyelesaian siswa mampu
menggunakan beberapa informasi yang ada untuk menyelesaikan soal dan memberikan
105
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
jawaban yang kurang tepat. (d). Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, dalam
memeriksa kembali hasil yang diperoleh siswa melakukan pengecekan kembali pada
proses dan jawaban serta membuat sebuah kesimpulan. (3). Kelompok Rendah : (a).
Memahami soal, dalam memahami soal siswa mampu menuliskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan, tidak mampu memahami soal dengan baik. (b). Merencanakan
penyelesaian, dalam merencanakan penyelesaian siswa menggunakan beberapa
informasi untuk merencanakan penyelesaian serta kurang mampu merencanakan
langkah-langkah penyelesaian. (c). Melaksanakan penyelesaian, dalam melaksanakan
penyelesaian siswa mampu menggunakan satu penggal informasi yang ada untuk
menyelesaikan soal serta memberikan jawaban yang tidak tepat. (d). Memeriksa
kembali hasil yang diperoleh, dalam memeriksa kembali hasil yang diperoleh siswa
tidak melakukan pengecekan kembali pada proses dan jawaban serta tidak membuat
sebuah kesimpulan.
Dari hasil analis data di atas, terlihat bahwa untuk masing-masing kelompok
memiliki penyelesaian soal yang berbeda, yakni:
Simpulan
Dari 35 siswa kelas IX yang telah melakukan tes kemampuan matematika
didapatkan 2 siswa kelompok tinggi (5,71%,), 13 siswa kelompok sedang (37,14%) dan
20 siswa kelompok rendah (57,14%) Dari masing-masing kelompok siswa akan dipilih
1 siswa sebagai subyek penelitian untuk tes penyelesaian soal. Berdasarkan tes
penyelesaian soal dan wawancara dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: (a). Siswa
kelompok tinggi, siswa mampu menyebutkan informasi-informasi yang diberikan serta
pertanyaan yang diajukan, memiliki rencana penyelesaian dan menyelesaikan soal
sesuai langkah-langkah penyelesaian yang digunakan dengan hasil yang benar serta
mampu memeriksa kembali langkah pada proses dan jawaban serta membuat
kesimpulan. (b). Siswa kelompok sedang, siswa mampu menyebutkan informasi-
informasi yang diberikan serta pertanyaan yang diajukan, memiliki rencana
penyelesaian tetapi kurang mampu merencanakan langkah-langkah penyelesaian yang
digunakan dengan hasil yang kurang benar serta mampu memeriksa kembali langkah
pada proses dan jawaban serta membuat kesimpulan. (c). Siswa kelompok rendah, siswa
106
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo
Volume 01 Nomor 01, April Tahun 2013
ISSN: 2337-8166
mampu menyebutkan informasi-informasi yang diberikan serta pertanyaan yang
diajukan, memiliki rencana penyelesaian tetapi kurang mampu merencanakan langkah-
langkah penyelesaian yang digunakan karena menggunakan satu penggal informasi
yang ada dan memberikan hasil yang tidak tepat dan tidak memeriksa kembali langkah
pada proses dan jawaban serta tidak membuat kesimpulan.
Daftar Rujukan:
Krulik, Stephen and Rudnick, Jesse A. 1995. The New Source Book For Teaching
Reaasoning And Problem Solving In Elementary Scholl Massachusetts Allyn
& Balcon
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston,
VA: Authur.
Polya, George.1973. How To Solve It A new Aspect Of Mathematical Method. By
Princeton University Press.
Ruseffendi, E.T. (1991). Curriculum and Instruction Secondary Mathematics.
Sugiyono, 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, kualitatif, Dan R&D Bandung: CV
Alfabeta
Sumarmo, U. (2003). Daya dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana
Dikembangkan pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. Makalah disajikan
pada Seminar Sehari di Jurusan Matematika ITB, Oktober 2003