ArticlePDF Available

GETAH POHON KUDO (Lannea coromandelica) SEBAGAI ALTERNATIF PEREKAT UNTUK PRODUK KERAJINAN

Authors:
  • centre for handicraft and batik
  • Center for Craft and Batik, Indonesia

Abstract

Perekat yang biasa digunakan di industri kerajinan adalah perekat sintetis yang tidak aman bagi kesehatan maupun lingkungan. Pemanfaatan bahan baku dari alam sebagai substitusi bahan baku sintetis telah banyak dilakukan, termasuk bahan baku perekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perekat yang aman digunakan untuk pembuatan barang kerajinan dengan menggunakan bahan baku dari getah pohon Kudo (Lannea coromandelica) yang biasa disebut dengan getah blendok. Getah blendok dilarutkan dalam air dengan rasio getah blendok : air = 1:3 kemudian dipanaskan dalam waterbath pada suhu 700C-800C selama 1 jam. Zat aditif Maleat Anhidrida (MAH) ditambahkan dengan kadar 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dari berat getah blendok, dengan masing-masing ditambahkan kadar Benzoil Peroksida (BPO) 0,75%. Perekat yang diperoleh diaplikasikan pada bahan kulit kayu Jomok (Arthocarpus elastica) dan selanjutnya dilakukan uji sifat-sifat fisis dan mekanisnya. Sifat fisis perekat dibandingkan dengan SNI 06-6049-1999 Perekat PVAc sedangkan sifat mekanisnya dibandingkan dengan performa perekat sintetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat fisis perekat dari getah blendok telah sesuai dengan SNI dan sifat-sifat mekanisnya sebanding dengan performa perekat sintetis yang biasa digunakan di industri kerajinan. Kata Kunci: Perekat alami, getah, pohon Kudo, maleat anhidrida
19
GETAH POHON KUDO (Lannea coromandelica ) SEBAGAI ALTERNATIF
PEREKAT UNTUK PRODUK KERAJINAN
Kudo (Lannea coromandelica) Sap as an Alternatif Adhesive for Handicraft Products
Istihanah Nurul Eskani, Arif Perdana, Edi Eskak dan Hadi Sumarto
Balai Besar Kerajinan dan Batik
istihanah-nurul@kemenperin.go.id
Tanggal Masuk: 06 Februari 2017
Tanggal Revisi: 25 April 2017
Tanggal disetujui: 27 April 2017
ABSTRAK
Perekat sintetis yang biasa digunakan di industri kerajinan bersumber dari bahan yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable). Saat ini banyak dikembangkan pemanfaatan bahan alami sebagai
substitusi bahan sintetis, termasuk bahan baku perekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
perekat alami dari getah pohon Kudo (Lannea coromandelica) yang biasa disebut dengan getah
blendok. Getah blendok dilarutkan dalam air dengan rasio getah blendok:air = 1:3 kemudian dipanaskan
dalam waterbath pada suhu 700C-800C selama 1 jam. Zat aditif Maleat Anhidrida (MAH) ditambahkan
dengan kadar 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dari berat getah blendok, dengan masing-masing ditambahkan
kadar Benzoil Peroksida (BPO) 0,75%. Perekat yang diperoleh diaplikasikan pada bahan kulit kayu
Jomok (Arthocarpus elastica) dan selanjutnya dilakukan uji sifat-sifat fisis dan mekanisnya. Sifat fisis
perekat dibandingkan dengan SNI 06-6049-1999 Perekat PVAc sedangkan sifat mekanisnya
dibandingkan dengan performa perekat sintetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat fisis
perekat dari getah blendok telah sesuai dengan SNI dan sifat-sifat mekanisnya sebanding dengan
performa perekat sintetis yang biasa digunakan di industri kerajinan.
Kata kunci: perekat alami, getah, pohon kudo, maleat anhidrida
ABSTRACT
Synthetic adhesives commonly used in the craft industry is made from unrenewable materials. Currently
the utilization of natural materials as substitution of synthetic ones have been developed, including
adhesive raw materials. This research aims to develop natural adhesive from Kudo (Lannea
coromandelica) tree sap, commonly referred to blendok. Blendok was dissolved in water at a ratio of
blendok:water = 1:3 and then heated in a water bath at a temperature of 700C-800C for 1 hour. Maleic
Anhydride (MAH) was added to the level of 2.5%, 5%, 7.5% and 10% of the weight of blendok, and
Benzoyl Peroxide (BPO) 0.75% was added in each level. Adhesive was applied to the craft material
Jomok (Arthocarpus elastica) tree bark and the physical and mechanical properties was tested. The
physical properties of adhesive compared with SNI 06-6049-1999 PVAc adhesive while the mechanical
properties compared with the performance of synthetic adhesives. The results showed that the physical
properties of the blendok adhesive complies with SNI and its mechanical properties comparable to the
performance of synthetic adhesives used in the craft industry.
Keywords : natural adhesives, sap, kudo tree, maleic anhydride
PENDAHULUAN
Perekat merupakan salah satu bahan
utama yang sangat penting di industri. Jenis
perekat yang umum digunakan adalah
perekat sintetis berbasis formaldehida seperti
Urea Formaldehyde (UF), Melamine
Formaldehyde (MF) dan Phenol
Formaldehyde (PF). Di industri kerajinan,
20 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 19-24
perekat sintetis yang biasa digunakan adalah
lem kuning dan lem putih (PVAc). Bahan
baku perekat ini berasal dari sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui
(unrenewable) dan tidak terurai di alam (non
biodegradable). Selain itu perekat berbasis
formaldehida dapat menimbulkan emisi
formaldehida yang menyebabkan gejala
pusing, sesak napas dan insomnia (Karliati,
2014). Lem kuning dan lem putih (PVAc)
yang biasa digunakan di industri kerajinan
tergolong solvent based, menggunakan
pelarut organik yang bersumber dari minyak
bumi. Pelarut atau solvent merupakan zat
kimia yang digunakan untuk mengencerkan
bahan lain. Pelarut organik mempunyai
potensi bahaya bagi lingkungan kerja karena
dapat menimbulkan kebakaran. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengembangkan perekat dari bahan-bahan
alami terutama yang menggunakan pelarut
air (waterbased), sebagai alternatif perekat di
industri kerajinan.
Blendok adalah cairan/getah yang keluar
dari pohon karena disayat/disadap. Getah
blendok merupakan polimer alam yang
mengandung senyawa karbohidrat, protein,
terpenoid dan polifenol yang berperan
penting sebagai perekat (Reddy, 2011). Kata
blendok berasal dari bahasa jawa yang
kemudian digunakan untuk menyebut getah
yang keluar dari pohon Kudo (Lannea
coromandelica). Pohon Kudo adalah sejenis
pohon yang banyak ditanam di pinggir jalan
atau di pekarangan sebagai pagar hidup.
Pohon Kudo tersebar luas di Indonesia, di
daerah Sulawesi disebut dengan nama Kayu
Jawa, di Jawa disebut pohon Kudo, Jaranan,
Kedondong Laki, dan di Flores disebut
pohon Reo.
Di India, pohon Kudo disebut dengan
Indian Ash Tree dan banyak digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit, antara lain
sakit gigi, sakit perut dan impotensi (Reddy,
2011). Getah blendok yang keluar dari pohon
kudo ini belum banyak dimanfaatkan.
Sebagian masyarakat memanfaatkannya
sebagai lem namun masih terbatas karena
kesulitan dalam penanganannya.
Gambar 1. Pohon kudo (Lannea
coromandelica)
Penelitian ini dilakukan untuk
mengembangkan perekat dari getah blendok
dengan menggunakan pelarut air
(waterbased) kemudian diuji sifat fisis dan
mekanisnya pada bahan baku kerajinan kulit
kayu jomok dan dibandingkan dengan SNI
dan perekat sintetis yang biasa digunakan di
industri kerajinan. Zat aditif yang
ditambahkan dalam penelitian ini adalah
Maleic Anhydride (MAH) dan Benzoil
Peroxyde (BPO). MAH adalah senyawa vinil
tidak jenuh yang merupakan bahan mentah
dalam sintesis resin poliester, pelapisan
permukaan karet, deterjen, bahan aditif,
minyak pelumas, plasticizer dan kopolimer
(Adriana, 2001 dalam Fathanah, 2011).
Berdasarkan Material Safety Data Sheet
(MSDS), MAH dan BPO dapat
menimbulkan iritasi pada kulit dan
pernapasan apabila kontak terlalu lama
namun tidak menimbulkan efek karsinogen
dan mutagenik seperti halnya formaldehida.
MAH berfungsi sebagai coupling agents
yang membantu kompatibilitas antara bahan
G e t a h P o h o n K u d o ..., E s k a n i | 21
yang direkat dengan perekat. Sedangkan
BPO sebagai inisiator selama terjadinya
coupling. Penambahan MAH akan
menyebabkan terjadinya adhesi atau
pencangkokan (grafting) melalui esterifikasi
antara matriks polimer dengan gugus
hidroksil dari kayu (Febrianto, dkk, 1999)
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: getah blendok, zat aditif
MAH dan BPO, aquades, kertas pH, kulit
kayu jomok, kertas karton, lem sintetis (lem
kuning) dan tripleks. Sedangkan alat-alat
yang digunakan: neraca digital, waterbath,
gelas beker 500ml, pengaduk, pemanas
listrik, termometer, viskometer cup and bob,
dan piknometer.
Tahapan Penelitian
Pembuatan Perekat dari Getah Blendok
Dibuat 4 macam perekat dari getah
blendok, yaitu perekat dengan zat aditif
MAH 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dari berat
getah blendok, dengan masing-masing
ditambahkan kadar BPO 0,75% (Karliati,
2014). Berdasarkan pra penelitian diketahui
bahwa zat aditif juga berfungsi sebagai
pengawet sehingga apabila tanpa aditif
(MAH 0%) maka perekat tidak awet
(berjamur).
Getah blendok ditimbang kemudian
dilarutkan dalam air dengan rasio getah
blendok:air = 1:3 kemudian dipanaskan
dalam waterbath pada suhu 700C-800C
selama 1 jam. Zat aditif MAH ditambahkan
pada menit ke 45. Setelah 1 jam perekat
diangkat dan ditambahkan BPO setelah 12
jam.
Pengujian Sifat-sifat Fisis Perekat
Sifat-sifat fisis yang diuji meliputi berat
jenis, viskositas, dan pH. Hasil pengujian
dibandingkan dengan SNI 06-6049-1999
perekat PVAc (BSN, 1999).
Pengujian Sifat-sifat Mekanis Perekat
Sifat-sifat mekanis yang diuji meliputi
kekuatan rekat (peel test) dan delaminasi
perekat. Peel test menggunakan standar uji
British Standard BS 5350-C12:1994, 1800
peel test for flexible to flexible bonded
assemblies (T-Peel Test). Perekat dilaburkan
pada kulit kayu jomok dan direkatkan pada
kertas karton kemudian dibuat spesimen uji
berukuran 25mm x 200mm, bagian yang
tidak dilabur perekat sepanjang 50mm (BS,
1994).
Pengujian delaminasi menggunakan
standar SNI 01-7201-2006. Spesimen uji
dibuat dengan ukuran 75mm x 75mm pada
kulit kayu jomok yang direkatkan pada kayu
tripleks. Spesimen uji direndam dalam air
panas pada suhu (35±3)°C selama 2 jam
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
(60±3)°C selama 3 jam (BSN, 2006).
Presentase nilai delaminasi dapat
dihitung dengan persamaan 1.
D = a
Ax100% …………………………………………….. (1)
Keterangan:
D = Nilai Delaminasi (%)
a = Luas bagian yang mengelupas (mm2)
A = Luas spesimen uji (mm2)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat-sifat Fisis Perekat
Sifat-sifat fisis perekat ditunjukkan pada
Tabel 1. Viskositas perekat menunjukkan
kemampuan perekat untuk mengalir dari
suatu permukaan ke permukaan yang lain
pada bahan yang direkat untuk dapat
membentuk suatu lapisan yang kontinu,
menyebar merata pada seluruh permukaan
(Widiyanto, 2011).
22 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 19-24
Tabel 1. Sifat-sifat fisis perekat
Jenis
perekat
MAH
(%)
Viskositas
(poise)
Berat
jenis
(g/cm3)
pH
BLML 1
1,4
1,153
3
BLML 2
1,3
1,156
3
BLML 3
1,2
1,182
3
BLML 4
0,7
1,165
3
Keterangan :
BLML 1: perekat dari getah blendok:air = 1:3
dimodifikasi MAH 2,5% dan BPO 0,75%
dari berat getah blendok
BLML 2: perekat dari getah blendok:air = 1:3
dimodifikasi MAH 5% dan BPO 0,75%
dari berat getah blendok
BLML 3: perekat dari getah blendok:air = 1:3
dimodifikasi MAH 7,5% dan BPO 0,75%
dari berat getah blendok
BLML 4: perekat dari getah blendok:air = 1:3
dimodifikasi MAH 10% dan BPO 0,75%
dari berat getah blendok
Tabel 1 menunjukkan nilai viskositas
perekat hasil penelitian, tertinggi adalah 1,4
poise pada perekat BLML 1 kadar MAH
2,5%. Persyaratan nilai viskositas perekat
PVAc menurut SNI 06-6049-1999 adalah
minimal 1 poise, sehingga perekat yang
sesuai SNI PVAc adalah BLML 1, BLML 2
dan BLML 3. Gambar 2 menunjukkan
pengaruh kadar MAH terhadap viskositas
perekat, yang mana semakin banyak MAH
yang ditambahkan, viskositas semakin kecil.
Viskositas perekat mempengaruhi
kemampuan penetrasi perekat dan
pembasahan oleh perekat. Semakin kecil
viskositas perekat maka semakin besar pula
kemampuan perekat untuk mengalir,
berpindah dan mengadakan penetrasi serta
pembasahan. Hal ini akan semakin
meningkatkan kualitas perekatan yang
dihasilkan. Tetapi jika viskositas perekat
terlalu rendah (encer) akan menyebabkan
rendahnya nilai keteguhan rekat. Untuk itu
kekentalan harus diatur agar jangan sampai
terlalu kental ataupun terlalu encer (Ruhendi,
2000 dalam Widiyanto, 2011)
Gambar 2. Pengaruh kadar MAH terhadap
viskositas dan berat jenis perekat.
Berat jenis perekat hasil penelitian
berkisar antara 1,153-1,182 g/cm3. Dalam
SNI 06-6049-1999 tidak dipersyaratkan nilai
berat jenis, namun nilai tersebut mendekati
berat jenis yang dipersyaratkan untuk perekat
sintetis fenol formaldehida (SNI 06-4567-
1998) yaitu 1,165-1,200 g/cm3 (BSN, 1998).
Gambar 2 menunjukkan nilai berat jenis
perekat getah blendok yang cenderung naik
dengan bertambahnya MAH. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Widiyanto (2011),
bahwa berat jenis perekat berkaitan erat
dengan komponen-komponen penyusun
perekat, sehingga semakin banyak
komponen perekat yang berat jenisnya
tinggi, maka berat jenis perekat akan
semakin tinggi pula.
Perekat blendok hasil penelitian
mempunyai pH 3, sesuai dengan persyaratan
SNI 06-6049-1999 yang berkisar 3-8. Nilai
pH yang rendah akan memperpanjang umur
simpan dari perekat tersebut karena bakteri
tidak dapat hidup dalam suasana asam
(Sulistyanto, dkk, 2015) namun, pH yang
terlalu rendah akan memperlambat proses
curing (pengerasan perekat) dan akan
merusak kayu atau bahan yang direkatkan
(Ruhendi, 2008).
0,00
0,30
0,60
0,90
1,20
1,50
0 2,5 5 7,5 10
MAH (%)
Viskositas (Poise) Berat Jenis (g/cm3)
G e t a h P o h o n K u d o ..., E s k a n i | 23
Sifat-sifat Mekanis Perekat
Sifat-sifat mekanis perekat diuji setelah
perekat diaplikasikan pada bahan kulit kayu
jomok, meliputi kuat rekat (peel test) dan
delaminasi. Sifat-sifat mekanis perekat
blendok ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat-sifat mekanis perekat
Jenis
perekat
MAH
(%)
Kuat rekat
(poise)
Delaminasi
(%)
BLML 1
2,5
0,170
0
BLML 2
5,0
0,070
0
BLML 3
7,5
0,177
0
BLML 4
10,0
0,207
0
Kuat rekat perekat sintetis sebagai
pembanding adalah sebesar 0,157 N/mm,
sehingga perekat yang memiliki kuat rekat
setara perekat sintetis adalah BLML 1,
BLML 3 dan BLML 4. Pengaruh kadar MAH
terhadap kuat rekat dan delaminasi
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh kadar MAH terhadap
kuat rekat dan delaminasi perekat.
Nilai kuat rekat sempat turun pada MAH
5% namun kemudian naik lagi seiring
dengan naiknya kadar MAH. Secara umum
penambahan MAH meningkatkan kuat rekat
dari perekat blendok, sesuai dengan teori
bahwa MAH akan mendorong terjadinya
reaksi grafting (pencangkokan) antara
perekat dan bahan yang direkat (Febrianto,
dkk, 1999).
Nilai delaminasi menunjukkan tingkat
kerusakan dari bahan yang direkatkan
dengan perekat yang akan diuji. Semakin
kecil nilai delaminasi menunjukkan semakin
besar daya rekat dari perekat tersebut. Uji
delaminasi memiliki ketelitian yang cukup
memadai, dapat menyempurnakan metode
pengujian serta menentukan kondisi yang
tepat untuk penggunaannya di lapangan
(Bryant, dkk., 1959 dalam Siruru, 2006).
Tabel 2 menunjukkan nilai delaminasi
dari perekat blendok yang diaplikasikan pada
bahan kulit kayu Jomok-tripleks. Nilai
delaminasi perekat sintetis yang digunakan
sebagai pembanding adalah 0%. Pada
penelitian ini nilai delaminasi dicapai 0%
pada semua perekat hasil penelitian,
menunjukkan tidak adanya kerusakan pada
spesimen uji setelah mengalami uji
delaminasi.
Gambar 4. Produk kerajinan dari kulit kayu
Jomok yang direkatkan dengan perekat dari
getah blendok.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sifat-sifat fisis perekat dari getah blendok
atau getah pohon Kudo (Lannea
coromandelica) yang meliputi viskositas dan
pH memenuhi persyaratan SNI 06-6049-
1999 perekat PVAc, sedangkan sifat-sifat
mekanisnya yang meliputi kuat rekat dan
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
0 2,5 5 7,5 10
MAH (%)
Kuat rekat (N/mm) Delaminasi (%)
24 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 19-24
delaminasi, sebanding dengan perekat
sintetis yang biasa digunakan di industri
kerajinan. Berdasarkan sifat-sifat fisis dan
mekanis yang telah dijelaskan maka perekat
dari getah blendok atau getah pohon Kudo
(Lannea coromandelica) dapat digunakan
sebagai alternatif perekat untuk pembuatan
barang kerajinan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui kondisi operasi yang
optimum pada pembuatan perekat yang
dimodifikasi MAH dan BPO serta
menjelaskan potensi bahan baku dan nilai
ekonomi dari perekat getah blendok.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada
Balai Besar Kerajinan dan Batik yang telah
memberikan dana sehingga penelitian ini
dapat dilakukan. Demikian juga bagi teman-
teman tim penelitian perekat alami yang telah
banyak membantu penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BS. (1994). BS 5350-C12:1994 Methods of Test
of Adhesives - Part C12:180 Peel Test for
Flexible to Flexible Bonded Assemblies (T-
Peel Test). London: British Standard
Institution (BSI).
BSN. (1998). SNI 0645671998 Fenol
Formaldehida Cair untuk Perekat Kayu
Lapis. Jakarta, Indonesia: Badan
Standarisasi Nasional.
BSN. (1999). SNI 06-6049-1999 Polivinil Asetat
Emulsi untuk Perekat Pengerjaan Kayu.
Jakarta, Indonesia: Badan Standarisasi
Nasional.
BSN. (2006). SNI 01-7201-2006 Kayu Lapis dan
Papan Blok Bermuka Kertas Indah. Jakarta,
Indonesia: Badan Standarisasi Nasional.
Fathanah, U. (2011). Kualitas Papan Komposit
dari Sekam Padi dan Plastik HDPE Daur
Ulang Menggunakan Maleic Anhydride
(MAH) sebagai Compatibilizer. Jurnal
Rekayasa Kimia Dan Lingkungan, 8(2),
5359.
Febrianto, F., Yoshioka, M., Nagai, Y., Mihara,
M., & Shiraishi, N. (1999). Composite of
Wood and trans-1, 4-isoprene rubber 1:
Mechanical, physical and flow behavior.
Journal of Wood Science, 45(1), 3845.
Karliati, T. (2014). Karakteristik dan Aplikasi
Getah Perca Termodifikasi untuk Perekat
Kayu. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Reddy, A. K. et. al. (2011). Lannea
coromandelica : The Researcher ’ s Tree,
Journal of Pharmacy Research 4(3), 577
579.
Ruhendi, S. (2008). Kualitas Papan Partikel
Kenaf Menggunakan Perekat Likuida
dengan Fortifikasi Melamin Formaldehid.
Ilmu Dan Teknologi Hasil Hutan, 1(1), 34
44.
Siruru, H. (2006). Pengaruh Ekstender dan Bahan
Pengisi Perekat Urea Formaldehida
Terhadap Delaminasi Papan Blok.
Agroforestri, I(3), 1925.
Sulistyanto, E. P., Darmanto, Y. S., & Amalia, U.
(2015). Karakteristik Lem Ikan dari tiga
Jenis Ikan Laut yang Berbeda. Ilmu Dan
Kelautan Tropis, 7(1), 2332.
Widiyanto, A. (2011). Kualitas Papan Partikel
Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
dan Bambu Tali (Gigantochloa apus Kurz)
dengan Perekat Likuida Kayu, Jurnal
Penelitian Hasil Hutan, 29(4), 301311.
... Viscosity is the ability of the adhesive to flow from one surface to another on the glued wood to form a continuous and evenly spreadable layer. Viscosity will affect the adhesive penetration process on wood (Eskani et al. 2017). The viscosity results in this study are shown in Fig. 2. The mean viscosity of isocyanates ranged from 200.29-212.38 ...
Article
Full-text available
The purpose of this study was to evaluate the characteristic of cross-laminated timber (CLT) made from puspa (Schima wallichii) wood, coconut (Cocos nucifera) trunk, and their combination using a polyurethane (PU) adhesive. The manufacturing of CLT begins with the characterization of the adhesive and wood materials used in this study. The CLT panels are made with dimensions of 100 cm × 30 cm × 3.6 cm. The laminate was organized into three layers with the face/core/back, namely puspa wood (PPP), coconut trunk (CCC), and their combination (PCP and CPC), perpendicular to each other using polyurethane adhesive with a glue spread of 160 g.m-2. The physical and mechanical properties of the CLT were assessed according to the JAS 3079 (2019) standard. The results showed that the polyurethane adhesive used in this study could cure optimally at a temperature of 30°C for 200 minutes. Puspa wood and coconut trunk had different physical and chemical properties but had similar wettability to polyurethane adhesives. The physical and mechanical characteristics of coconut CLT were better than puspa CLT. Based on the overall test results, the puspa hybrid CLT is better than the single wood species of the CLT. In contrast to coconut hybrid CLT, the single CLT of CCC was better than its hybrid CLT. Keywords: Coconut trunk, cross-laminated timber, layer combination, polyurethane adhesive, puspa wood
Book
Buku ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian untuk mendukung pembangunan kawasan Mandalika sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. Buku ini menyajikan rekomendasi jenis-jenis tumbuhan yang dapat diaplikasikan pada beberapa jenis kondisi lahan dan tipe taman untuk mendukung pembangunan kawasan Mandalika dan sekitarnya di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Article
Full-text available
The methods of joining engineering materials using adhesives is mostly implemented by using synthetic adhesives from non-renewable sources. Even though it has good joining performance, its poisonous nature and difficult to decompose naturally makes the adhesive needs to seek alternatives that are more environmentally friendly. Another reason is to support FAO campaigns for the use of environmentally friendly and biodegradable materials. One that has the potential to replace synthetic one is adhesives from natural sources such as gum rubber, jackfruit, and breadfruit. Because each natural sap has a different composition, the adhesive strength will also be different. Therefore it is necessary to examine the adhesive strength of each of these natural gums. In this research, natural adhesives (gums) and synthetic adhesives were used to joint pine wood as a test specimen. After joining, peeling and shearing tests on the specimens were carried out so that the mechanical strength of the joints for each adhesive variation was recognized. Fracture analysis was then performed to analyze the mechanism of joint failure for each adhesive variation. From this research, the highest peeling strength was obtained from rubber tree sap of 0.15 MPa, while the highest shearing strength was also obtained for rubber sap of 0.68 MPa.
Article
Full-text available
Pemakaian perekat alami likuida kayu ( wood liquids adhesive ) dengan campuran kayu karet dan bambu tali dimaksudkan sebagai upaya pemanfaatan limbah kayu karet dan bambu tali, di samping sebagai substitusi perekat sintetis. Dalam penelitian ini digunakan analisis faktorial 3 x 3 dalam rancangan acak lengkap dengan dua kali ulangan. Faktor-faktor yang diteliti adalah jenis partikel (karet, bambu tali dan campurannya dengan perbandingan 50 : 50 berdasarkan berat kering tanur) dan kadar perekat (10%, 15% dan 20%). Hasil penelitian menunjukan bahwa perekat likuida kayu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pH kurang dari 1, viskositas sebesar 2,03 poise, kadar padat perekat 91%, waktu gelatinasi (90) 9 menit 48 detik, berat jenis 1,153 dan warna perekat hitam. Berdasarkan ciri tersebut, perekat likuida kayu belum memenuhi syarat SNI 06-0121-1987 untuk perekat phenol formaldehida. Papan partikel campuran kayu karet dan bambu tali memiliki kerapatan 0,83 g/cm3, kadar air 6,9%, pengembangan tebal 19%, daya serap air 28%, MOE 10540 kgf/cm2, MOR 258 kgf/cm2, dan Internal Bond (IB) 2,2 kgf/cm2. Berdasarkan ciri tersebut, papan partikel tersebut belum memenuhi syarat SNI 03-2105-1996 untuk papan partikel berkerapatan sedang ( medium density particle board ).
Article
Full-text available
The modification oftrans-1,4-isoprene rubber (TIR) with maleic anhydride (MAH) was conducted in a kneader at 150°C, 30–70 rpm, for 10 min without using peroxide. The resultant MAH-modified TIR (MTIR) was then evaluated as a compatibilizer for TIR-wood flour (WF) composites. A control composite composed of TIR and WF only was also prepared. The presence of WF in the TIR-WF composite worsened the tensile and some physical properties. The addition of 5% MTIR as a compatibilizer to the whole composite improved the mechanical and the physical properties and increased the flow temperature and the melt viscosity. The improved composite had a 2.5 times increase in tensile strength and absorbed considerably less water than did the control composite. The SEM micrograph proved that interaction and adhesion between TIR and WF could be improved by the MTIR compatibilizer. The composites of TIR-MTIR-WF melts were of pseudoplastic nature, and their flows obeyed the Ostwald de Waele power law equation.
Kualitas Papan Komposit dari Sekam Padi dan Plastik HDPE Daur Ulang Menggunakan Maleic Anhydride (MAH) sebagai Compatibilizer
  • U Fathanah
Fathanah, U. (2011). Kualitas Papan Komposit dari Sekam Padi dan Plastik HDPE Daur Ulang Menggunakan Maleic Anhydride (MAH) sebagai Compatibilizer. Jurnal Rekayasa Kimia Dan Lingkungan, 8(2), 53-59.
Karakteristik dan Aplikasi Getah Perca Termodifikasi untuk Perekat Kayu. Disertasi. Institut Pertanian Bogor
  • T Karliati
Karliati, T. (2014). Karakteristik dan Aplikasi Getah Perca Termodifikasi untuk Perekat Kayu. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Lannea coromandelica : The Researcher ' s Tree
  • A K Reddy
Reddy, A. K. et. al. (2011). Lannea coromandelica : The Researcher ' s Tree, Journal of Pharmacy Research 4(3), 577-579.
Pengaruh Ekstender dan Bahan Pengisi Perekat Urea Formaldehida Terhadap Delaminasi Papan Blok
  • H Siruru
Siruru, H. (2006). Pengaruh Ekstender dan Bahan Pengisi Perekat Urea Formaldehida Terhadap Delaminasi Papan Blok. Agroforestri, I(3), 19-25.
Karakteristik Lem Ikan dari tiga Jenis Ikan Laut yang Berbeda
  • E P Sulistyanto
  • Y S Darmanto
  • U Amalia
Sulistyanto, E. P., Darmanto, Y. S., & Amalia, U. (2015). Karakteristik Lem Ikan dari tiga Jenis Ikan Laut yang Berbeda. Ilmu Dan Kelautan Tropis, 7(1), 23-32.
SNI 06-4567-1998 Fenol Formaldehida Cair untuk Perekat Kayu Lapis
  • Bsn
BSN. (1998). SNI 06-4567-1998 Fenol Formaldehida Cair untuk Perekat Kayu Lapis. Jakarta, Indonesia: Badan Standarisasi Nasional.
SNI 06-6049-1999 Polivinil Asetat Emulsi untuk Perekat Pengerjaan Kayu
  • Bsn
BSN. (1999). SNI 06-6049-1999 Polivinil Asetat Emulsi untuk Perekat Pengerjaan Kayu. Jakarta, Indonesia: Badan Standarisasi Nasional.