ArticlePDF Available

KONSEP PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Authors:
  • Ar-Raniry State Islamic University, Banda Aceh, Indonesia

Abstract

Secara etimologi: Karakter berasaal dari kata "charassein" (Yunani) character (inggris); watak, tabiat, sifat, membuat tajam, Bahasa Arab: Thabiat, akhlak, sajiiyah, syakhshiiyah. Dalam bahasa Indonesia karakter dimaknai dengan watak, yaitu sifat-sifat hakiki seseorang atau suatu kelompok atau bangsa yang sangat menonjol sehingga dapat dikenalidalam berbagai situasi ataumerupakan trade mark orang, kelompok atau bangsa tersebut. Makan karakter itu adalah Sifat pribadi Yg relatif stabil pd diri individu yg menjadi landasan bg penampilan perilaku dlm standar nilai & norma yg tinggi. Sifat pribadi: ciri-ciri yang ada didlm pribadi seseorang yang terwujudkan dalam tingkah laku. Relatif stabil: suatu kondisi yang apabila sdh terbentuk akan tidak mudah diubah. Landasan: kekuatan yg pengaruhnya sangat besar/dominan dan menyeluruh terhadap hal-hal yg terkait langsung dgn kekuatan yang dimaksud. Penampilan perilaku: aktivitas individu/kelompok dlm wilayah kehidupan tertentu spt: agama, ekonomi, hukum, keluarga, negara, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu, ada beberapa kata yang sepadan dengan kata-kata karakter, yaitu Moral, karakter adalah sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkin dan mempermudah tindakan moral; karakter merupakan kualitas moral seseorang.jika mempunyai moralyang baik, maka akan memiliki karakter yang baik yang terwujud dalam sikap dan prilaku sehari-hari.Etika dan moral memiliki makan yang sama namun berasal dari bahasa yang berbeda. Etika, Yunani, ethos;kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Moral, Latin, mores; kebiasaan atau adat.Akhlak, Arab, khuluq; perangai, tabiat, adat. Secara istilah: akhlak adalah kondisi jiwa seseorangyang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melaluipertimbangan pikiran (lebih dulu), dipikirkan, dan tanpa ditimbang-timbang. Atau sifat yang tertanam dalam jiwa dan daripadanya timbulperbuatan yang mudahtanpa memerlukan pertimbangan. Dan Budi pekerti terdiri dari beberapa pengertian: Alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk Tabiat, akhlak, watak, Perbuatan baik, Daya upaya, ikhtiar dan Akal. Dengan demikian, karakter individu itu lahir memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Olar pikir: proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif menhasilkan pribadi cerdas (kognitif). Olah hati: perasaan sikap dan keyakinan/keimanan yang menghasilkan pribadi jujur
KONSEP PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh: Saifullah Idris
Secara etimologi: Karakter berasaal dari kata "charassein" (Yunani) character (inggris);
watak, tabiat, sifat, membuat tajam, Bahasa Arab: Thabiat, akhlak, sajiiyah, syakhshiiyah.
Dalam bahasa Indonesia karakter dimaknai dengan watak, yaitu sifat-sifat hakiki
seseorang atau suatu kelompok atau bangsa yang sangat menonjol sehingga dapat
dikenalidalam berbagai situasi ataumerupakan trade mark orang, kelompok atau bangsa
tersebut. Makan karakter itu adalah Sifat pribadi Yg relatif stabil pd diri individu yg
menjadi landasan bg penampilan perilaku dlm standar nilai & norma yg tinggi. Sifat
pribadi: ciri-ciri yang ada didlm pribadi seseorang yang terwujudkan dalam tingkah
laku. Relatif stabil: suatu kondisi yang apabila sdh terbentuk akan tidak mudah diubah.
Landasan: kekuatan yg pengaruhnya sangat besar/dominan dan menyeluruh terhadap
hal-hal yg terkait langsung dgn kekuatan yang dimaksud. Penampilan perilaku: aktivitas
individu/kelompok dlm wilayah kehidupan tertentu spt: agama, ekonomi, hukum,
keluarga, negara, pekerjaan dan lain-lain.
Selain itu, ada beberapa kata yang sepadan dengan kata-kata karakter, yaitu
Moral, karakter adalah sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkin dan
mempermudah tindakan moral; karakter merupakan kualitas moral seseorang.jika
mempunyai moralyang baik, maka akan memiliki karakter yang baik yang
terwujud dalam sikap dan prilaku sehari-hari.Etika dan moral memiliki makan
yang sama namun berasal dari bahasa yang berbeda. Etika, Yunani,
ethos;kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Moral, Latin, mores; kebiasaan
atau adat.Akhlak, Arab, khuluq; perangai, tabiat, adat. Secara istilah: akhlak adalah
kondisi jiwa seseorangyang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melaluipertimbangan pikiran (lebih dulu), dipikirkan, dan tanpa ditimbang-
timbang. Atau sifat yang tertanam dalam jiwa dan daripadanya timbulperbuatan
yang mudahtanpa memerlukan pertimbangan. Dan Budi pekerti terdiri dari
beberapa pengertian: Alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk
menimbang baik dan buruk Tabiat, akhlak, watak, Perbuatan baik, Daya upaya,
ikhtiar dan Akal.
Dengan demikian, karakter individu itu lahir memancar dari hasil olah
pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga yang mengandung nilai,
kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan
tantangan. Olar pikir: proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan
secara kritis, kreatif, dan inovatif menhasilkan pribadi cerdas (kognitif). Olah hati:
perasaan sikap dan keyakinan/keimanan yang menghasilkan pribadi jujur
(afektif). Olah rasa dan karsa: kemauan yang tercermin dalam kepedulian.
Dan Olah raga: proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan
aktivitas baru yang disertai dengan sportivitas menghasilkan pribadi yang tangguh.
Sedangkan makna Pendidikan karakter,Secara sempit dapat diartikan dengan
Program pendidikan karakter sebagai upaya membangun kesadaran melakukan
berbagai kebajikan untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang
membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat dan
warga negara serta membantu mereka untuk membuatkeputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara lebih luas, Sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral,
pendidikan budi pekerti, pendidikan watak, yang bertujuan: mengembangkankemampuan
peserta didik dalam memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari degan sepenuh
hati. MemilikiKeteraturan setiap tindakan dan diukur berdasarkan hirarki nilai.
Nilai menjadi pedoman normatif setiap tidakan. Koherensi yang memberikan
keberania, membuat seseorang tangguh pada prinsip, tidak bimbang pada situasi
baru/takut risiko. Otonomi, seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Keteguhan dan kesetiaan, daya tahan seseorang guna
mengingini apa yg dipandang baik. Kesetiaan adalah dasar bagi penghormatan atas
komitmen yg dipilih.
Referensi
Idris, S. (2013). Kurikulum Dan Perubahan Sosial: Analisis-Sintesis Konseptual Atas
Pemikiran Ibnu Khaldun dan John Dewey. Lembaga Naskah Aceh dan Ar-
Raniry Press.
Idris, S. (2014). Demokrasi dan Filsafat Pendidikan (Akar Filosofis dan Implikasinya dalam
Pengembangan Filsafat Pendidikan). Ar-Raniry Press.
Idris, S. (2015). Kosmologi Seyyed Hossein Nasr (Tinjauan Metafisika). ResearchGate.
DOI: 10.13140/RG.2.1.1360.2005
Nufiar, N., & Idris, S. (2016). Teacher Competence Test of Islamic Primary Teachers
Education in State Islamic Primary Schools (MIN) Of Pidie Regency. Jurnal
Ilmiah Peuradeun,4(3), 309-320.
Saifullah. (2015). The Internalization of Democratic Values into Education and Their
Relevance to Islamic Education Development (Synthetic, Analytic, and
Eclectic Implementation of John Dewey’s Thoughts). Advanced Science Letters,
21 (7), pp. 2301-2304, DOI: 10.1166/asl.2015.6257
... Character building is important because the younger generation of Indonesia is experiencing a moral decline in itself. Character is character, character, attitude, habit which can reflect the quality of moral personally [5]. Character is also a person's personality which is formed from the internalization of various virtues that are believed to and underlie the person's point of view, thinking attitude, and way of acting. ...
Article
Full-text available
This research aims at exploring high school students' perception towards the use of ICT in EFL learning. To achieve the objective, 44 students at eleventh grade majoring in Language and Culture Science (IBB) SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar located in Serbelawan were surveyed using questionnaire. The data obtained was analyzed by employing the descriptive analysis technique using questionnaire distributed to students in the form of Google Form. The results showed that the students' perception was positive and high in each perception aspects in the questionnaire given. They are attractiveness, perceived effectiveness, and relevancy aspects that obtained index score of 86%, 84%, and 85% or categorized as strongly agree response, and 77% for perceived motivation aspects or categorized as agree response. Based on the result obtained, this study can be concluded that the use of ICT in EFL learning is attractive, effective, and relevant to the English material students need to learn. It also motivates students to learn English more. Seeing how ICT has a very important role in EFL learning, the researchers suggest that both students and teachers can master ICT tools well and wisely according to educational needs.. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi siswa SMA terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran EFL. Untuk mencapai tujuan tersebut, 44 siswa kelas XI jurusan Ilmu Bahasa dan Budaya (IBB) SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar yang berlokasi di Serbelawan disurvei menggunakan angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis deskriptif menggunakan angket yang dibagikan kepada siswa dalam bentuk Google Form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa positif dan tinggi pada setiap aspek persepsi dalam angket yang diberikan. Yaitu aspek daya tarik, persepsi efektivitas, dan relevansi yang memperoleh skor indeks sebesar 86%, 84%, dan 85% atau dikategorikan sebagai tanggapan sangat setuju, dan 77% untuk aspek motivasi yang dirasakan atau dikategorikan sebagai tanggapan setuju. Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan TIK dalam pembelajaran EFL menarik, efektif, dan relevan dengan materi bahasa Inggris yang perlu dipelajari siswa. Ini juga memotivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris lebih banyak. Melihat bagaimana TIK memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran EFL, peneliti menyarankan agar siswa dan guru dapat menguasai perangkat TIK dengan baik dan bijak sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
Research
Full-text available
In this research is talk about cosmology in perspective of Seyyed Hossein Nasr. Cosmology is one of the very old philosophy branch, which try look for and study universe reality, pulling back about it existential which hidden at the opposite of vision of physical. Discourses about the universe have happened thousands of last year in Egypt and Mesopotamia, where human being at that moment have questioned about universe genesis. Then cosmology expand in Greek which in triggering by Thales, Anaximandros And Anaximenes, their question about nucleus; core/universe genesis, there is expressing universe genesis is water, air and there is also saying that universe genesis is essence or substance which do not be certain of it attribute. Thereby, then they is nicknamed as "philosopher of Universe" According to Nasr, universe [is] Allah creation or created (muhdats), is not ‘Qadim’ (azali). World created by Allah, looked after by Allah, and also return to Allah. This Nasr Argument is relied on Allah apocalipse, in al-Qur'an; " Allah is which early and final, which is ‘dhahir’ and ‘bathin’". ( Al-Hadid: 3), That mean is Allah come from and final of universe. He also mean ‘ghaib’ everything and even real marking or external aspect everything reflecting names and attributes of Him. Equally, a universe (nature) which we know and we are able to explore is Allah creation. Its implication in the field of education is can be seen from two dimensions. Both of the dimensions seen in course of education, that is: vertical dimension and horizontal dimension. Where the first dimension converse about things having the character of philosophical-theoretical, while second dimension converse about things having the character of technical-operational.
Book
Full-text available
Kurikulum dan hubungannya dengan perubahan sosial merupakan isu yang selalu relevan, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan dunia pendidikan. ibnu khaldun dengan kerangka filosofi Islamnya dan John Dewey dengan kerangka filosofi Baratnya akan menjadi titik singgung yang sangat luar biasa dalam rangkan pemecahan berbagai persoalan pendidikan saat ini, khususnya tentang kurikulum dan perubahan sosial.
Book
Full-text available
Filsafat Pendidikan adalah Berhubungan seperti sebuah sikap, membuat seseorang hampir tidak dapat dibedakan dari yang lain. siapa saja yang telah mempelajari demokrasi dan filsafat pendidikan akan dibuktikan. dalam arti yang ideal, demokrasi merupakan jalan menuju kepada kebahagiaan, nilai individual, dan sekaligus nilai sosial bagi manusia. esensi sebuah komunitas yang demokratis adalah adanya partisipasi individu dalam mengawasi dan membentuk aktivitas-aktivitas dan nilai-nilai. demokrasi dimulai dari rumah dan rumah tersebut merupakan tetangga masyarakat, sedangkan pendidikan adalah sebuah transaksi antara personal dengan lingkungannya.
Article
Democracy is not only used as a political tool or instrument, but it can also be used in a broader context: as a concept which projects ideal fundamental values and ways of life that have historical significance, which need to be inherited into education. Islamic education, so far, has paid attention only to the normative-theological territory alone, and ignored the socio-historical dimension. Thus, there is a need for a richer and more critical view on the issue. This study aimed to shed light on the viability of the concept of the internalization of John Dewey’s democratic values and to examine the relevance of his thought. This study used the text interpretation or hermeneutics approach employing descriptive, synthesis-analysis, and eclectic methods. The findings show that the internalization could be done through impulse, experience, communication and action. The findings also show that the relevance of John Dewey’s thoughts to the development of Islamic education could be established in the following aspects: the development of the basic philosophy of Islamic education, the development of the role of human in Islamic education, and the development of an Islamic education-based curriculum.