Content uploaded by Onrizal Onrizal
Author content
All content in this area was uploaded by Onrizal Onrizal on Apr 26, 2017
Content may be subject to copyright.
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 64-69 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Onrizal. Keanekaragaman Komunitas Mangrove di Sekitar Kawasan Wisata Mangrove …
64
KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS MANGROVE DI SEKITAR KAWASAN
WISATA MANGROVE KAMPOENG NIPAH, SUMATERA UTARA
Onrizal, Nurdin Sulistiyono, Yunus Afifuddin
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara
email: onrizal@usu.ac.id
Abstract
Mangrove is an important ecosystem along tropical and sub-tropical coastal areas; however, most
of mangroves in the world were loss and degraded mainly due to human disturbance. A group of
local people in Nagalawan village, Perbaungan sub-district, Serdang Bedagai district has initiated
to protect their remaining mangroves and to rehabilitate the degraded mangroves along their
village coats from 2000s era. The aims of this research were to explore the mangrove diversity and
to determine the mangrove structure in Nagalawan coast which the areas are managed by local
people as eco-tourist areas. A total of 32 species comprising 19 species of true mangrove and 13
species of associate mangrove were recorded along Nagalawan coast. Based on vegetation analysis,
the mangrove in the area is classified as Avicennia marina – Rhizophora apiculata community with
enough population of regeneration stage to guarantee the mangrove stand sustainability in the
future. Therefore, the local people initiative of Nagalawan in mangrove protection and
rehabilitation should be promoted as part of sustainable mangrove management and biodiversity
conservation.
Keywords: Mangroves, flora diversity, stand structure, ecotourism, biodiversity conservation.
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
memiliki mangrove terluas di dunia. Sekitar
25% hutan mangrove di dunia terdapat di
Indonesia (Giri et al., 2011, Hamilton &
Casey, 2016). Selain itu, Indonesia juga
tercatat sebagai negara yang memiliki jenis
mangrove terkaya di dunia (Spalding et al.,
2010). Namun demikian, Indonesia juga
tercatat sebagai negara yang terluas
kehilangan mangrove di dunia (Giri et al.,
2011, Spalding et al., 2010, Hamilton &
Casey, 2016). Sekitar 80% dari 1.000.000 ha
kehilangan mangrove Indonesia disebabkan
oleh perluasan tambak udang dan ikan
(Onrizal, 2013, Ilman et al., 2016). Kerusakan
dan kehilangan mangrove juga terjadi di
Sumatera Utara. Onrizal (2010) melaporkan
sekitar 60% mangrove di pesisir timur
Sumatera Utara telah hilang dalam kurun
waktu 1977-2006, yakni dari 103.425 ha
menjadi 41.700 ha. Faktor utama kerusakan
mangrove dalam kurun waktu tersebut adalah
konversi menjadi tambak. Pada dua
dasawarsa mendatang diperkirakan ekspansi
tambak dan perluasan perkebunan kelapa
sawit masih menjadi faktor utama kehilangan
mangrove Indonesia (Richards and Friess,
2015, Ilman et al., 2016).
Dampak industri tambak terhadap
lingkungan sangat besar, antara lain
menyumbang emisi karbon sekitar 0,19 Pg
CO2 per tahun (Danoto et al., 2011,
Murdiyarso et al., 2015), menyebabkan
hilangnya keanekaragaman hayati dan
menurunkan kapasitas adaptasi kawasan
pesisir pantai (Duke et al., 2007). Pada pesisir
timur Sumatera Utara, Onrizal et al. (2009)
melaporkan bahwa kehilangan dan kerusakan
mangrove telah menyebabkan menurunannya
pendapatan nelayan hampir 50%. Selanjutnya,
hal ini juga menyebabkan abrasi dan instrusi
air laut yang terus meningkat di pesisir timur
Sumatera Utara (Onrizal dan Kusmana, 2008,
Onrizal, 2010). Oleh karena itu diperlukan
berbagai upaya untuk menekan laju kerusakan
dan melestarikan hutan mangrove yang tersisa
serta mengelolanya secara lestari.
Kelompok masyarakat di Desa
Nagalawan, Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi
Sumatera Utara sejak awal tahun 2000an telah
berupaya menyelamatkan mangrove yang
tersisa di wilayah desa mereka dan
merehabilitasi mangrove yang rusak.
Kawasan mangrove dan pesisir yang mereka
pertahankan dan rehabilitasi sejak awal tahun
2010an dikelola menjadi kawasan wisata
mangrove bernama Kampoeng Nipah dan
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 64-69 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Onrizal. Keanekaragaman Komunitas Mangrove di Sekitar Kawasan Wisata Mangrove …
65
memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dari
mangrove untuk menjadi bahan makanan dan
minuman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap potensi kekayaan flora
mangrove dan pemanfaatannya oleh
masyarakat di sekitar kawasan wisata
mangrove Kampoeng Nipah.
2. METODE
Penelitian lapangan dilakukan dalam
periode September – Desember 2016 di pesisir
Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera
Utara. Penelitian mencakup (a) survey botani
mangrove dan (b) analisis vegetasi mangrove.
Survey botani mangrove mengikuti
Suharjono (2001), Onrizal et al. (2005) dan
Suhardjono dan Hapid (2011) untuk mengetahui
kekayaan jenis mangrove di kawasan wisata
mangrove Kampoeng Nipah dengan luas sekitar
5 ha. Identifikasi tumbuhan mangrove
menggunakan Tomlinson (1986) dan Giesen et
al. (2007). IUCN RedList (2016) digunakan
untuk mengetahui status konservasi jenis
mangrove yang dijumpai.
Analisis vegetasi mangrove dilakukan
dengan menggunakan metode jalur dengan lebar
10 m mulai dari laut ke arah darat sampai batas
hutan mangrove. Jalur pengamatan dibagi
menjadi plot-plot pengamatan berukuran 10 m x
10 m untuk pengamatan tingkat pohon.
Kemudian secara tersarang di dalam setiap plot
untuk pohon dibuat sub-plot berukuran 5m x 5m
untuk pengamatan tingkat pancang, dan 2m x
2m untuk pengamatan tingkat semai. Seluruh
pohon berdiamater 10 cm atau lebih di dalam
plot untuk tingkat pohon diidentifikasi sampai
tingkat jenis dan diukur diamaternya.
Selanjutnya, permudaan pohon dengan tinggi
1,5 meter atau lebih dan diamater kurang dari
10 cm di dalam sub-plot untuk pancang
diidentifikasi dan dihitung jumlah individunya.
Hal yang sama juga dilakukan untuk permudaan
dengan tinggi kurang dari 1,5 m di dalam sub-
plot untuk semai. Analisis vegetasi ini ditujukan
untuk mengetahui tingkat dominansi dan nilai
keanekaragaman jenis flora mangrove.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekayaan jenis flora mangrove
Berdasarkan hasil survey botani, terdapat
32 jenis tumbuhan mangrove di kawasan
wista Kampoeng Nipah yang sebagian besar
berhabitus pohon lokasi kegiatan yang terdiri
dari 19 jenis mangrove sejati dan 13 jenis
mangrove ikutan. Sebagian besar dari
mangrove sejati merupakan komponen utama
(15 jenis) dan lainnya merupakan komponen
tambahan (4 jenis) (Tabel 1). Berdasar temuan
tersebut, kawasan wisata mangrove
Kampoeng Nipah dengan luasan sekitar 5 ha,
memiliki sekitar 43% dari jenis mangrove
sejati yang dilaporkan oleh Spalding et al.
(2010), yakni 19 jenis dari 44 jenis mangrove
sejati yang ditemukan di Indonesia. Oleh
karena itu, mangrove di kawasan ini sangat
penting dalam upaya pelestarian jenis
mangrove Indonesia.
Berdasarkan penelusuran IUCN RedList
(2016), semua jenis tumbuhan yang dijumpai
tergolong beresiko rendah untuk kepunahan
atau least concern. Sebagian besar jenis
pohon yang dijumpai berhabitus pohon (21
jenis atau sekitar 66%), kemudian diikuti oleh
herba (5 jenis atau sekitar 16%). Selanjutnya,
6 jenis atau 19% lainnya berupa liana, palem,
perdu dan semak (Gambar 1).
Kondisi tegakan
Hutan mangrove tersisa di pesisir desa
Nagalawan memiliki kerapatan tingkat semai
dan pancang yang cukup untuk menjamin
keberlanjutan tegakan hutan di masa
mendatang. Hal ini terlihat dari kerapatan
yang mencapai 8.056 individu per ha untuk
tingkat semai dan 5.911 individu per ha untuk
tingkat pancang. Namun demikian, kerapatan
tingkat pohon tergolong rendah, yakni hanya
mencapai 206 individu per ha (Gambar 2).
Hal ini menunjukan bahwa hutan mangrove di
lokasi studi termasuk hutan mangrove muda
yang berasal dari hutan mangrove terganggu
menuju pemulihan. Oleh karena itu, upaya
pelestarian dan rehabilitasi yang telah oleh
kelompok masyarakat setempat menunjukan
keberhasilan.
Komunitas mangrove
Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa
komunitas mangrove di lokasi kajian
merupakan komunitas Avicennia marina –
Rhizophora apiculata. Hal ini terlihat dari
persentase kerapatan kedua jenis tersebut pada
semua tingkat pertumbuhan dimana keduanya
sebagai jenis penyusun tertinggi komunitas
mangrove (Gambar 3). Kehadiran jenis
Sonneratia alba menunjukan bahwa
komunitas mangrove tersebut termasuk zona
pantai.
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 64-69 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Onrizal. Keanekaragaman Komunitas Mangrove di Sekitar Kawasan Wisata Mangrove …
66
Tabel 1. Daftar jenis mangrove yang dijumpai di kawasan wisata Kampoeng Nipah
No
Jenis
Nama Lokal
Habitus
Status
1.
Acanthus ilicifolius
Jeruju
Herba
mi
2.
Acrostichum aureum
Piai
Herba
ms, kt
3.
Avicennia alba
Api-api
Pohon
ms, ku
4.
Avicennia marina
Api-api
Pohon
ms, ku
5.
Avicennia officinalis
Api-api
Pohon
ms, ku
6.
Bruguiera cylindrica
Bius
Pohon
ms, ku
7.
Bruguiera gymnorrhiza
Tancang
Pohon
ms, ku
8.
Bruguiera sexangula
Mata buaya
Pohon
ms, ku
9.
Calophyllum inophyllum
Nyamplung
Pohon
mi
10.
Canavalia maritima
-
Liana
mi
11.
Cerbera manghas
Bintaro
Pohon
mi
12.
Ceriops tagal
Tengar
Pohon
ms, ku
13.
Clerodendron inerme
Keranji
Semak
mi
14.
Derris trifoliata
Ambung
Liana
mi
15.
Excoecaria agallocha
Buta-buta
Pohon
ms, kt
16.
Hibiscus tiliaceus
Waru
Pohon
mi
17.
Ipomoea pes-caprae
Kacang laut
Liana
mi
18.
Ludwigia adscendens
?
Herba
mi
19.
Lumnitzera littorea
Taruntun
Pohon
ms, ku
20.
Lumnitzera racemosa
Tarumtum
Pohon
ms, ku
21.
Nypa fruticans
Nipah
Palem
ms, ku
22.
Pemphis acidula
Centigi
Pohon
ms, kt
23.
Rhizophora apiculata
Bakau
Pohon
ms, ku
24.
Rhizophora mucronata
Bangka
Pohon
ms, ku
25.
Rhizophora stylosa
Bakau
Pohon
ms, ku
26.
Scaevola taccada
Bakung-bakung
Perdu
mi
27.
Sesuvium portulacastrum
Gelang laut
Herba
mi
28.
Sonneratia alba
Prapat
Pohon
ms, ku
29.
Sonneratia caseolaris
Pedada
Pohon
ms, ku
30.
Stachytarpheta jamaicensis
?
Herba
mi
31.
Terminalia catappa
Ketapang
Pohon
mi
32.
Xylocarpus granatum
Nyirih
Pohon
ms, kt
Keterangan: ms = mangrove sejati, mi = mangrove ikutan, ku = komponen utama, kt = komponen tambahan
Gambar 1. Flora mangrove berdasarkan habitusnya di kawasan wisata Kampoeng Nipah.
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 64-69 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Onrizal. Keanekaragaman Komunitas Mangrove di Sekitar Kawasan Wisata Mangrove …
67
Gambar 2. Sebaran flora mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhannya di kawasan wisata
Kampoeng Nipah.
Gambar 3. Sebaran jenis-jenis penyusun komunitas mangrove di kawasan wisata Kampoeng Nipah
pada tingkat semai (A), pancang (B) dan pohon (C)
Dominansi Jenis
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis
Rhizophora apiculata (INP 102,1%)
merupakan jenis dominan pada tingkat semai
dan kemudian diikuti oleh jenis Avicennia
marina (INP 55,7%) sebagai jenis ko-
dominan (Tabel 1). Selanjutnya, pada tingkat
pancang (Tabel 2), jenis Avicennia marina
(INP 135,4%) dan Rhizophora apiculata (INP
39,0%) secara berturut-turut tercatat sebagai
jenis dominan dan kodominan.
Sebagaimana halnya pada tingkat
pancang, jenis Avicennia marina (INP
117,5%) dan Rhizophora apiculata (INP
101,2%) secara berturut-turut merupakan jenis
dominan dan kodominan pada tingkat pohon
(Tabel 3). Selanjutnya 3 jenis lain memiliki
komposisi yang tergolong kecil, dimana INP
kumulatifnya < 90%.
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 64-69 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Onrizal. Keanekaragaman Komunitas Mangrove di Sekitar Kawasan Wisata Mangrove …
68
Tabel 1. Indeks nilai penting (INP) jenis tingkat semai
Jenis
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
INP (%)
Avicennia marina
1806
22,4
5
33,3
55,7
Bruguiera gymnorrhiza
417
5,2
1
6,7
11,8
Lumnitzera racemosa
556
6,9
2
13,3
20,2
Rhizopora apiculata
5000
62,1
6
40,0
102,1
Sonneratia alba
278
3,4
1
6,7
10,1
Jumlah
8056
100,0
15
100,0
200,0
Tabel 2. Indeks nilai penting (INP) jenis tingkat pancang
Jenis
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
INP (%)
Avicennia marina
4822
81,6
14
53,8
135,4
Bruguiera gymnorrhiza
44
0,8
1
3,8
4,6
Lumnitzera racemosa
178
3,0
3
11,5
14,5
Rhizopora apiculata
711
12,0
7
26,9
39,0
Sonneratia alba
156
2,6
1
3,8
6,5
Jumlah
5911
100,0
26
100,0
200,0
Tabel 3. Indeks nilai penting (INP) jenis tingkat pohon
Jenis
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR
D (m2/ha)
DR (%)
INP
Avicennia marina
89
43,2
11
35,5
0,92
38,8
117,5
Bruguiera gymnorrhiza
28
13,5
5
16,1
0,37
15,7
45,4
Lumnitzera racemosa
17
8,1
3
9,7
0,20
8,5
26,3
Rhizopora apiculata
67
32,4
11
35,5
0,79
33,2
101,2
Sonneratia alba
6
2,7
1
3,2
0,09
3,8
9,7
Jumlah
206
100,0
31
100,0
2,38
100,0
300,0
4. KESIMPULAN
Komunitas mangrove di sekitar kawasan
wisata mangrove Kampoeng Nipah tergolong
kaya yang disusun oleh 32 jenis. Sebanyak 19
jenis diantaranya merupakan jenis mangrove
sejati, sehingga dengan luasan hanya sekitar 5
ha, namun mencakup sekitar 43% dari total
jenis mangrove sejati yang dijumpai di
Indonesia, yakni 44 jenis (Spalding et al.,
2010). Oleh karena itu, hutan mangrove
tersebut sangat penting bagi kelestarian jenis
mangrove di Indonesia.
Berbagai upaya pengelolaan mangrove
oleh masyarakat lokal di sekitar wisata
mangrove Kampoeng Nipah telah
menunjukan pemulihan tegakan mangrove
dan menjadi sumber pendapatan bagi
masyarakat nelayan sehingga menjadi salah
satu faktor untuk menjamin kelestarian
sumberdaya mangrove di masa mendatang di
kawasan tersebut. Oleh karena itu, upaya
pelestarian oleh kelompok masyarakat ini
penting untuk dipelajari, kemudian diadopsi
dengan modifikasi yang sesuai untuk
diterapkan pada lokasi mangrove lainnya
melalui pengelolaan mangrove partisipatif
dan integratif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Artikel ini merupakan salah satu hasil dari
Program Pengabdian kepada Masyarakat
Berbasis Penelitian yang didanai melalui
Dana NON PNBP USU Tahun 2016 Nomor:
543C/UN5.2.3.2.1/PPM/2016, tanggal 31
Agustus 2016. Oleh karena itu, diucapkan
terima kasih kepada pimpinan universitas atas
dukungan dana dan fasilitas yang diberikan.
Selanjutnya, ucapan terima kasih disampaikan
kepada kelompok masyarakat pengelola
wisata mangrove Kampoeng Wisata yang
tergabung di dalam Koperasi Serba Usaha
(KSU) Muara Baimbai dan Kelompok
Perempuan Muara Tanjung atas kerjasamanya
dalam menyukseskan pelaksanaan program di
lapangan.
REFERENSI
Hamilton S.E., Casey, D. 2016. Creation of a
high spatio-temporal resolution global
database of continuous mangrove forest
cover for the 21st century (CGMFC-21).
Global Ecol Biogeogr 25, 729–738.
Ilman, M.,Dargusch, P., Dart, P.,Onrizal.
2016. A historical analysis of the drivers of
loss and degradation of Indonesia’s
ABDIMAS TALENTA 1 (1) 2016: 64-69 http://jurnal.usu.ac.id/abdimas
Onrizal. Keanekaragaman Komunitas Mangrove di Sekitar Kawasan Wisata Mangrove …
69
mangroves. Land Use Policy 54 (2016):
448-459
IUCN [International Union for the
Conservation of Nature and Natural
Resources]. 2016. The IUCN Red List of
Threatened Species, Version 2016.2.
www.iucnredlist.org. Downloaded on 9
December 2016.
Onrizal, Kusmana, C. 2008. Studi ekologi
hutan mangrove di pantai timur Sumatera
Utara. Biodiversitas 9 (1): 25-29
Onrizal, Purwoko, A., Mansor, M. 2009.
Impact of Mangrove Forests Degradation
on Fisherman Income and Fish Catch
Diversity in Eastern Coastal of North
Sumatra, Indonesia. Paper presented at the
International Conference on Natural and
Environmental Sciences 2009
(ICONES’09) at Hermes Palace Hotel,
Banda Aceh, 6-8 May 2009
Onrizal, Rugayah, Suhardjono. 2005. Flora
mangrove berhabitus pohon di Hutan
Lindung Angke Kapuk, Jakarta.
Biodiversitas 6 (1): 34 – 39
Onrizal. 2010. Perubahan penggunaan lahan
hutan mangrove di pesisir timur Sumatera
Utara. Jurnal Biologi Indonesia 6 (2): 163-
172
Richards, D.R., Friess, D.A. 2015. Rates and
drivers of mangrove deforestation in
Southeast Asia, 2000–2012. Proceedings
of the National Academy of Sciences.
Spalding, M., Kainuma, M., Collins, L. 2010.
World Atlas of Mangroves. Hoboken:
Taylor and Francis
Suhardjono, Hapid, U. 2011. Hutan mangrove
di Pulau Moti. Dalam Maryanto, I. dan H.
Sutrisno (Editor). Ekologi Ternate. Jakarta:
LIPI Press. Hal. 199-218
Suhardjono. 2001. Permudaan alami hutan
mangrove Gosong Telaga, Singkil-Aceh.
Ekologi Indonesia 3 (1): 51-60
Tomlinson, P.B. 1986. The botany of
mangroves. Cambridge: Cambridge
University Press.