ArticlePDF Available

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA RUMAH TANGGA URBAN DAN KETERSEDIAANNYA DI INDONESIA

Authors:

Abstract

Indonesia terletak di daerah katulistiwa sehingga memiliki intensitas penyinaran matahari yang baik sepanjang tahun. Kondisi penyinaran ini potensial untuk digunakan dalam pembangkitan listrik tenaga surya (PLTS). Pemanfaatan tenaga matahari untuk pembangkitan listrik sebenarnya sudah dilakukan sejak cukup lama namun aplikasinya masih terbatas pada sistem berdaya kecil atau yang lebih dikenal dengan solar home system (SHS). SHS ini biasanya merupakan bantuan pemerintah yang diberikan secara subsidi dan masyarakat pedesaan menggunakannya sebagai sarana penerangan di malam hari untuk mengganti lampu minyak tanah. Dalam konteks ini terlihat bahwa pendekatan yang digunakan bersifat top-down sehingga selama ini perkembangan SHS sangat tergantung pada program pemerintah dan sejauh ini kontribusi energi listrik surya nasional masih sangat kecil. Masyarakat perkotaan merupakan komponen yang cukup besar dalam komposisi populasi Indonesia. Sebenarnya kelompok masyarakat ini hampir semuanya berada dalam jangkauan jaringan listrik PLN namun demikian mereka memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat pedesaan dalam pemanfaatan PLTS seperti daya beli, tingkat pendidikan, serta pemahaman tentang lingkungan dan penyelamatannya. Di samping itu, peranan energi listrik dalam kehidupan masyarakat urban sudah sangat melekat sehingga ketidaktersediaan energi tersebut akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan mereka seperti produktifitas dan kenyamanan. Beberapa ciri positif yang dimiliki masyarakat urban ini bisa dijadikan penggerak pemasyarakatan PLTS perkotaan yang bersifat swakarsa dan swakelola. Melalui pendekatan berbasis pemberdayaan masyarakat kota ini diharapkan akan menjadi komponen penting dalam upaya peningkatan kapasitas terpasang PLTS nasional untuk mencapai target sekitar 5% energi listrik terbarukan pada tahun 2025 seperti ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional. Salah satu prasyarat dalam perluasan pemanfaatan PLTS adalah ketersediaan peralatan dan komponen PLTS tersebut. Tulisan ini mencoba untuk meninjau ketersediaan sistem PLTS di Indonesia yang kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga di perkotaan. Ketersediaan yang dimaksud meliputi data tentang kapasitas dan vendor dari komponen PLTS. Informasi tentang ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan cepat untuk mengetahui perkembangan PLTS di Indonesia khususnya bagi masyarakat yang tertarik untuk memanfaatkan tenaga matahari sebagai sumber pembangkit listrik
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
68
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA RUMAH TANGGA URBAN
DAN KETERSEDIAANNYA DI INDONESIA
Nyoman S. Kumara
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Bali, Telp/Fax: 0361-703315
E-mail: satya.kumara@ee.unud.ac.id
Abstrak
Indonesia terletak di daerah katulistiwa sehingga memiliki intensitas penyinaran matahari yang baik
sepanjang tahun. Kondisi penyinaran ini potensial untuk digunakan dalam pembangkitan listrik tenaga
surya (PLTS). Pemanfaatan tenaga matahari untuk pembangkitan listrik sebenarnya sudah dilakukan
sejak cukup lama namun aplikasinya masih terbatas pada sistem berdaya kecil atau yang lebih dikenal
dengan solar home system (SHS). SHS ini biasanya merupakan bantuan pemerintah yang diberikan secara
subsidi dan masyarakat pedesaan menggunakannya sebagai sarana penerangan di malam hari untuk
mengganti lampu minyak tanah. Dalam konteks ini terlihat bahwa pendekatan yang digunakan bersifat
top-down sehingga selama ini perkembangan SHS sangat tergantung pada program pemerintah dan sejauh
ini kontribusi energi listrik surya nasional masih sangat kecil.
Masyarakat perkotaan merupakan komponen yang cukup besar dalam komposisi populasi Indonesia.
Sebenarnya kelompok masyarakat ini hampir semuanya berada dalam jangkauan jaringan listrik PLN
namun demikian mereka memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan dalam pemanfaatan PLTS seperti daya beli, tingkat pendidikan, serta pemahaman tentang
lingkungan dan penyelamatannya. Di samping itu, peranan energi listrik dalam kehidupan masyarakat
urban sudah sangat melekat sehingga ketidaktersediaan energi tersebut akan berpengaruh langsung
terhadap kehidupan mereka seperti produktifitas dan kenyamanan. Beberapa ciri positif yang dimiliki
masyarakat urban ini bisa dijadikan penggerak pemasyarakatan PLTS perkotaan yang bersifat swakarsa
dan swakelola. Melalui pendekatan berbasis pemberdayaan masyarakat kota ini diharapkan akan menjadi
komponen penting dalam upaya peningkatan kapasitas terpasang PLTS nasional untuk mencapai target
sekitar 5% energi listrik terbarukan pada tahun 2025 seperti ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional.
Salah satu prasyarat dalam perluasan pemanfaatan PLTS adalah ketersediaan peralatan dan
komponen PLTS tersebut. Tulisan ini mencoba untuk meninjau ketersediaan sistem PLTS di Indonesia
yang kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga di perkotaan. Ketersediaan yang dimaksud
meliputi data tentang kapasitas dan vendor dari komponen PLTS. Informasi tentang ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan cepat untuk mengetahui perkembangan PLTS di Indonesia khususnya
bagi masyarakat yang tertarik untuk memanfaatkan tenaga matahari sebagai sumber pembangkit listrik
sebagai partisipasi nyata dalam pengembangan pembangkit listrik ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Keywords: energi listrik terbarukan, panel surya, baterai PLTS, vendor PLTS, inverter PLTS
1. PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia terletak di daerah
ekuator yaitu wilayah tengah yang membagi
bola bumi menjadi bagian utara dan selatan.
Posisi ini menyebabkan ketersediaan sinar
matahari hampir sepanjang tahun di seluruh
wilayah Indonesia kecuali pada musim hujan
dan saat awan tebal menghalangi sinar matahari.
Berdasarkan peta insolasi matahari, wilayah
Indonesia memiliki potensi energi listrik surya
sebesar 4.5 kW/m2/hari. Hal ini tentu sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam memenuhi
kebutuhan energi listrik mengingat beratnya
permasalahan yang terkait dengan pembangkitan
listrik berbahan bakar fosil.
Dua hal mendasar yang memberatkan
pemanfaatan sumber energi berbasis fosil adalah
bahwa ketersediaan sumber daya alam ini sangat
terbatas dan berdampak negatif terhadap
lingkungan lokal serta global. Sebagai contoh
keterbatasan sumber energi primer adalah
produksi minyak bumi nasional sudah menurun
sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri saja sudah harus melakukan impor (EIA,
2006). Sementara itu, cadangan gas nasional
juga akan mengalami skenario yang sama bahwa
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
69
sekitar 20 tahun lagi, gas sudah harus diimpor
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
(Widianto, 2007). Kondisi yang sama juga
terjadi pada batubara walaupun rentang waktu
ketersediaanya cukup panjang dimana
diperkirakan bahwa cadangan batubara nasional
akan mampu memenuhi kebutuhan hingga 70 –
100 tahun ke depan (ICMA, 2007). Dengan
demikian, maka kondisi pasca bahan bakar fosil
ini harus mulai di antisipasi sejak dini dengan
melakukan konservasi energi, diversifikasi
sumber energi dan menggali sumber serta
teknologi energi baru, dan pemasyarakatan
pemanfaatan teknologi energi listrik terbarukan
yang sudah siap.
Untuk mengantisipasi pertumbuhan
kebutuhan listrik nasional dan keterbatasan
ketersediaan sumber daya alam berbasis fosil,
pemerintah Indonesia sudah menerbitkan
Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang
berisikan kebijakan pemerintah tentang
pengelolaan energi nasional. Dalam KEN ini
juga telah disusun peta jalan menuju
peningkatan peran energi terbarukan dalam
pembangkitan energi listrik nasional. Yang
digolongkan sebagai energi listrik terbarukan
menurut KEN adalah pembangkit listrik tenaga
air (PLTA) dan mikrohidro (PLTM),
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS),
pembangkit listrik tenaga angin (PLTB),
pembangkit listrik biomasa, pembangkit listrik
tenaga panas bumi (PLTPB). Disebutkan bahwa
pada tahun 2025 diharapkan peran energi
terbarukan akan mencapai sekitar 5% dari
keseluruhan kapasitas pembangkitan listrik
nasional. Dan peran PLTS diharapkan dapat
menyumbang sebesar 800 MW dengan
pertumbuhan sekitar 40 MW pertahun.
Pemanfaatan tenaga matahari untuk
pembangkitan listrik sebenarnya sudah
dilakukan sejak cukup lama yaitu sejak awal
dekade 80-an namun aplikasinya masih terbatas
pada sistem berdaya kecil atau yang lebih
dikenal dengan solar home system (SHS). Sistem
SHS biasanya memiliki kapasitas antara 25 – 50
Watt sehingga kemampuannya untuk mencatu
beban-beban listrik sangat terbatas. Umumnya,
sistem ini digunakan oleh masyarakat pedesaan
yang belum terjangkau jaringan listrik PLN.
Penduduk desa menggunakan SHS sebagai
lampu penerangan untuk menggantikan lampu
tradisional yang berbahan bakar minyak tanah.
Penggunaan SHS tentu saja sangat bermanfaat
karena mengurangi penggunaan minyak tanah,
mengurangi emisi karbon, lebih mudah
digunakan, lebih aman, dan memiliki kualitas
penerangan yang lebih baik untuk aktifitas di
malam hari seperti belajar dan kegiatan
produktif lainya. Dengan adanya SHS juga
dimungkinkan untuk menghidupkan radio dan
televisi sebagai sarana pendidikan, hiburan, dan
akses terhadap informasi. Namun demikian,
perkembangan pemasangan SHS cukup lambat
karena sangat tergantung dari program
pemerintah sehingga sejauh ini total kapasitas
daya terpasang listrik surya dalam bauran energi
listrik nasional masih sangat kecil. Pada akhir
tahun 2008 akumulasi PLTS baru mencapai 10
MW yang berasal dari SHS dan sistem desentral
yang dibangun sebagai upaya meningkatkan
elektrifikasi pedesaan atau daerah terpencil di
seluruh Indonesia. Jumlah ini masih di bawah
target capaian tahunan dan sangat jauh dari
target akumulasi sejak ditetapkannya Kebijakan
Energi Nasional.
Masyarakat perkotaan atau urban
merupakan komponen yang cukup besar dalam
komposisi populasi Indonesia. Di wilayah Jawa
dan Bali penduduk yang tinggal di kota
mencapai 50% lebih dari total populasi (BPS,
2005). Kelompok masyarakat urban ini memiliki
karakteristik yang lebih baik dibandingkan
dengan masyarakat pedesaan dalam konteks
pemanfaatan PLTS seperti daya beli, tingkat
pendidikan, serta pemahaman tentang
lingkungan dan penyelamatannya. Di samping
itu, peranan energi listrik dalam kehidupan
masyarakat urban sudah sangat melekat
sehingga ketidaktersediaan energi tersebut akan
berpengaruh langsung terhadap kehidupan
mereka seperti produktifitas dan kenyamanan.
Ciri-ciri positif yang dimiliki masyarakat urban
ini bisa dijadikan penggerak program
pemasyarakatan PLTS di wilayah perkotaan.
Kontribusi masyarakat perkotaan diharapkan
akan mampu menjadi komponen penting dari
upaya peningkatan kapasitas terpasang PLTS
nasional untuk mencapai target bauran energi
listrik tahun 2025.
PLTS skala urban adalah sistem pembangkit
listrik yang memiliki kapasitas daya yang umum
digunakan oleh masyarakat rumah tangga di
daerah urban dan semi urban. PLTS yang
dimaksud adalah sistem yang memiliki kapasitas
daya mulai dari 450, 900, 1300, hingga 2200
Watt. Kapasitas daya di atas 2200 Watt
memerlukan investasi yang sangat besar
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
70
sehingga sangat kecil untuk bisa dikembangkan
oleh masyarakat secara mandiri.
Secara umum, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perluasan pemanfaatan
PLTS khususnya yang bersifat swakarsa dan
swakelola antara lain tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, daya beli, insentif dari
pemerintah bagi pengguna PLTS, ketersediaan
informasi teknis yang mudah diakses, dan
ketersediaan peralatan dan komponen PLTS
tersebut dan layanan purna jual untuk menjaga
keberlanjutan penggunaan sistem yang sudah
terpasang. Tulisan ini mencoba untuk meninjau
ketersediaan sistem dan komponen PLTS di
Indonesia. Ketersediaan yang dimaksud meliputi
data tentang kapasitas sistem dan vendor dari
PLTS. Data yang disajikan dalam tulisan ini
diperoleh dari publikasi vendor, pabrikan,
departemen pemerintah terkait, publikasi ilmiah,
serta publikasi lainnya. Informasi tentang
ketersediaan PLTS ini diharapkan dapat
dijadikan salah satu rujukan cepat bagi anggota
masyarakat yang tertarik untuk memanfaatkan
tenaga matahari sebagai sumber pembangkit
listrik untuk secara bersama-sama
mengembangkan pembangkit listrik terbarukan
dan ramah lingkungan.
2. KARAKTERISTIK KONSUMEN
LISTRIK DI PERKOTAAN
Masyarakat yang tinggal di wilayah
perkotaan biasanya adalah kelompok masyarakat
yang sudah menggunakan energi listrik sebagai
salah satu kebutuhan pokok. Pemanfaatan energi
listrik oleh rumah tangga perkotaan antara lain
untuk penerangan dan hiburan seperti
menghidupkan radio, hifi, dan televisi. Rumah
tangga juga sudah semakin banyak yang
menggunakan peralatan pengkondisian udara
seperti kipas angin, exhaust, dan air
conditioning dan mesin pengkondisian makanan
dan minuman seperti kulkas dan freezer.
Komputer juga sudah merupakan peralatan
umum di rumah tangga yang digunakan sebagai
alat komunikasi, hiburan, dan sarana pendidikan.
Dan sejak proliferasi bidang telekomunikasi,
hampir semua anggota dari sebuah keluarga kota
sudah menggunakan telepon seluler yang
memerlukan energi listrik dalam pengisian
baterai. Peralatan lain seperti setrika, mesin cuci,
dan pengering juga semakin memasyarakat.
Untuk aktifitas di dapur, rumah tangga sudah
makin banyak yang menggunakan alat bantu
memasak seperti rice cooker, magic jar, mixer,
dan blender. Sementara untuk memudahkan
sirkulasi air, penggunaan pompa listrik sudah
berkembang sejak lama. Di sini dapat dilihat
bahwa masyarakat urban sudah sangat
tergantung pada energi listrik dimana hampir
semua aspek kehidupan telah dipermudah
dengan menggunakan peralatan bertenaga
listrik.
Dari segi tingkat pendidikan, masyarakat
perkotaan merupakan masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang tinggi dibadingkan dengan
masyarakat pedesaan. Lebih 80% dari penduduk
yang sudah menyelesaikan pendidikan tingkat
universitas berasal dari perkotaan sedangkan
untuk pendidikan menengah baik umum maupun
kejuruan hampir 70% berasal dari perkotaan
(BPS, 2005). Masyarakat di perkotaan juga
memiliki akses yang luas terhadap hampir
semua sumber informasi baik media cetak,
televisi, perbukuan dan perpustakaan, dan
internet.
Di samping manfaat, masyarakat perkotaan
juga lebih merasakan dampak negatif
lingkungan akibat pemanfaatan teknologi
tersebut. Sebagai contoh masyarakat perkotaan
lebih merasakan menurunnya kualitas
lingkungan akibat meluasnya penggunaan
teknologi seperti polusi suara, pencemaran udara
dan sungai, panas udara harian yang meningkat,
serta dampak dari munculnya fenomena
pemanasan global.
Tingginya tingkat pendidikan masyarakat
perkotaan dan akses informasi yang luas serta
pemahaman terhadap dampak negatif atas
pemanfaatan suatu teknologi merupakan faktor-
faktor yang penting dalam menggalang
partsipasi masyarakat urban khususnya dalam
pembangunan yang berasaskan pembangunan
bersih dan berkelanjutan. Namun tentu saja,
keberadaan faktor-faktor tersebut harus diikuti
dengan kebijakan positif lainnya seperti
pemberian insentif pagi pengguna PLTS rumah
tangga, pengembangan sistem percontohan di
tiap wilayah urban yang strategis, dan lain-lain.
3. PERKEMBANGAN INDUSTRI PLTS DI
INDONESIA
Sebuah sistem PLTS terdiri dari panel
surya, rangkaian pengatur pengisian, penyimpan
energi listrik, inverter, pengkabelan serta
konektor, dan perlengkapan mekanis lainnya.
Perkembangan teknologi dari tiap-tiap
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
71
komponen ini telah mampu menghasilkan sistem
PLTS yang ekonomis dan handal. Industri
nasional sudah mampu memproduksi hampir
semua subsistem dari PLTS kecuali panel surya.
Industri hulu yang fokus pada pengembangan sel
dan panel surya belum ada sedangkan industri
hilir yang terdiri dari balance of system yang
meliputi lampu, rangkaian pengatur, dan baterai,
integrasi sistem, distribusi serta instalasi sudah
berkembang cukup baik (Retnanestri et all,
2004). Dari sisi kualitas, sebagian komponen
utama PLTS yang beredar di pasaran nasional
sudah memenuhi standar uji BPPT walaupun
masih terdapat sebagian yang kualitasnya
substandar. Dari hasil uji yang dilakukan
disebutkan bahwa 52% modul surya yang diuji
sudah memiliki kapasitas sebesar nilai
nominalnya dan bahkan lebih (B2TE, 2008).
Panel surya atau photovoltaic panel adalah
komponen utama suatu PLTS yang berfungsi
untuk mengubah sinar matahari menjadi energi
listrik. Satu-satunya perusahaan dalam negeri
yang memiliki kapasitas untuk memproduksi
panel surya adalah PT LEN Industri. Namun,
kemampuan produksi ini baru terbatas pada
desain dan produksi secara terbatas karena tidak
adanya fasilitas atau pabrik untuk kegiatan
produksi masal (Layuck, 2003), (Ismet et all,
2005), (Respati, 2008), (Tunggal, 2010). Hal ini
menyebabkan hampir semua panel surya yang
sudah terpasang di seluruh Indonesia adalah
produk impor. Sejak beberapa terakhir, aktifitas
yang mengarah pada pengembangan industri
panel surya dalam negeri mulai mendapat
perhatian. Misalnya, peta jalan pengembangan
industri PLTS sudah ditetapkan (Perpres KEN,
2006), (Rezavidi, 2008), (Kepmen 193, 2009).
Dari sisi bahan baku Indonesia memiliki bahan
alam silika yang melimpah yang merupakan
komponen penting dalam pabrikasi panel surya
(Puspitek, 2006). Dan yang lebih spesifik adalah
bahwa pemerintah pusat telah menyatakan
kesiapannya untuk mendukung pembangunan
pabrik sel dan panel surya untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri (Republika, 2009),
(LEN, 2009). Tabel 1 memperlihatkan produsen
dari panel surya yang beredar di tanah air
beserta negara asal. Sedangkan daftar panel
berdasarkan kapasitas keluaran dan spesifikasi
teknis dapat dilihat pada Tabel 2.
Baterai adalah komponen PLTS yang
diperlukan untuk menyimpan energi listrik yang
dihasilkan oleh panel surya pada siang hari
untuk kemudian digunakan pada malam hari.
Ketersediaan produk ini secara nasional sudah
mencukupi baik dari sisi kapasitas dan
distribusi. Hal ini mungkin didukung oleh
aplikasi baterai yang sangat luas di bidang
transportasi walaupun harus diperhatikan bahwa
karakteristik baterai untuk PLTS berbeda
dengan aplikasi baterai untuk kendaraan
bermotor. Beberapa produk baterai yang tersedia
di dalam negeri dan sering digunakan dalam
PLTS antara lain Delkor, Fiamm, GS, Haze,
Hitachi, Incoe, Leoch, Massiv, Mastervolt,
Panasonic, PowerKingdom, Rita, Trojan, dan
Yuasa. Dalam penelitian tentang uji standar
baterai yang dilakukan sejak 2006 hingga 2008
oleh B2TE, ditemukan bahwa hampir 75%
baterai yang diuji telah memenuhi persyaratan
uji dan berhak memperoleh sertifikat uji standar
(B2TE, 2008).
..
Tabel-1. Produsen dari panel surya yang beredar di Indonesia
Perusahan Negara Alamat situs
BP Solar Inggris www.bp.com
Bright Scenery Cina http://brightscenery.en.alibaba.com
elSOL Jerman www.EL-SOL-tec.de
Kyocera Amerika, Australia www.kyocerasolar.com
New Tomorow Jerman www.new-tomorrow.de
OKI Cina, Jerman www.oki.com
Sharp Jepang www.sharp-solar.com
Shinyoku http://shinyokuled.com
SunRise Solartech Cina www.srsolartech.cn
SunSeap Singapura, Jerman www.sunseap.com
Time Valiant Cina www.thxny.com
Zytech Spanyol www.zytech.es
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
72
Tabel-2. Panel surya yang tersedia di pasar nasional
Kapasitas
satu panel
(Wp)
Spesifikasi Pembuat )*
V (V) I (A) P (W) (Kg) Ukuran (cm)
P L T
5 16.5 0.27 5 0.8 26.9 25.1 2.3 BP Solar
10 16.8 5.9 10 1.9 42.1 26.9 2.3 BP Solar, Shinyoku
16 17.4 0.93 16 1.6 51.7 28 1.7 Kyocera
20 16.8 1.19 20 3 42.4 27.3 2.3 BP Solar, Shinyoku
21 17.4 1.21 21 2 36.7 51.2 1.7 Kyocera
30 16.8 1.78 30 3.9 59.4 50.2 5 BP Solar
32 17.4 1.84 32 2.8 51.7 51.2 1.7 Kyocera
40 17.4 2.48 43 4.5 65.2 52.6 5.4 Kyocera, BP Solar
50 17.4 3.11 54 5 65.2 63.9 5.4
Kyocera, BPSolar, Sharp, Time
Valiant, New Tomorrow, Bright
Scenery, SunRise, Shinyoku,
Solartech, OKI, SunSeap
65 17.4 3.75 65 6 75.1 65.2 5.4
Kyocera, BPSolar, Sharp
70 17 4.16 70 7.7 120.4 53.7 5 BPSola
r
75 17 4.45 75 7.7 120.4 53.7 5 B Solar
80 17.2 4.7 80 6.1 119.7 53 1.9
BPSolar, Sharp, Zytech, elSOL,
NewTomorrow, SunRise, Solartech
85 17.4 5.02 87 8.3 100.7 65.2 5.8
Kyocera, BP Solar, Sharp, Zytech
100 14.64 6.83 100 10.5 98.9 85 4
Zytech, SunRise, Solartech,
Shinyoku
105 14.88 7.06 105 10.5 98.9 85 4 Zytech
110 15.81 6.96 110 11 132.4 67.1 4 Zytech
115 17.1 6.73 115 12 151 67.4 5 BP Solar, Zytech
120 17.57 6.83 120 12.5 148.2 67.1 4 Zytech
125 17.3 7.23 125 12 151 67.4 5 BP Solar
130 17.6 7.39 130 12.2 142.5 65.2 3.6 Kyocera, Sharp, Zytech
135 20.08 6.72 135 14 116.6 98.9 4 Zytech
140 19.76 7.09 140 14 164 67.1 4 Zytech
145 20.75 6.99 145 14 116.6 98.9 4 Zytech
155 21.17 7.32 155 14 116.6 98.9 4 Zytech
160 34.4 4.7 160 15 159.3 79 5 BP Solar, Zytech
165 23.71 6.96 170 15.5 132.4 98.9 4 Zytech
170 34.7 4.9 170 15 159.3 79 5 BP Solar, Zytech
175 26.33 6.65 175 18 148.6 99.3 5 Zytech
180 24.29 7.41 180 15.5 132.4 98.9 4 Zytech
185 26.68 6.93 185 18 148.6 99.3 5 Zytech
190 28.68 6.62 190 20 164.4 99.3 5 Zytech
195 26.95 7.24 195 18 148.6 99.3 5 Zytech
200 29.28 6.83 200 20 164.4 99.3 5 Zytech, Kyocera
205 27.32 7.5 205 18 148.6 99.3 5 Zytech
210 29.76 7.06 210 21 165.2 99.2 5 Sharp
215 29.94 7.18 215 21 165.2 99.2 5 Zytech
220 30.12 7.3 220 21 165.2 99.2 5 Zytech
225 30.36 7.41 225 21 165.2 99.2 5 Zytech
230 30.48 7.55 230 21 165.2 99.2 5 Zytech
235 30.6 7.68 235 21 165.2 99.2 5 Zytech
280 35.21 7.95 280 22 196.6 99.2 5 Zytech
)* Jika terdapat lebih dari satu merek maka data pada kolom spesifikasi adalah untuk merek/pabrikan yang tertulis
paling awal. Untuk kapasitas panel yang sama perbedaan spesifkasi antara satu produk dengan produk yang lain
tidak terlalu besar. ..
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
73
Inverter adalah peralatan elektronika yang
berfungsi untuk merubah sistem tegangan searah
menjadi bola-balik. Dalam PLTS, inverter akan
dihubungkan dengan baterai yang bertegangan
arus searah dan akan menghasilkan tegangan
listrik bolak-balik 220 V, 50 Hz. Tegangan
keluaran ini serupa dengan sistem tegangan PLN
sehingga akan memudahkan pengintegrasian
PLTS pada rumah tangga yang sudah terhubung
dengan jala-jala PLN dan tidak perlu melakukan
penggantian peralatan listrik yang digunakan.
Berdasarkan bentuk gelombang yang dihasilkan,
inverter dikelompokkan menjadi tiga yaitu
inverter dengan gelombang keluaran berbentuk
square, modified, dan true sine wave. Inverter
yang terbaik adalah yang mampu menghasilkan
gelombang sinusoida murni atau true sine wave
yaitu bentuk gelombang dari listrik PLN.
Pemilihan jenis inverter bergantung pada jenis
beban yang digunakan. Produk inverter untuk
PLTS yang tersedia di pasar nasional dapat
dilihat pada Tabel 3.
..
Tabel-3. Inverter satu fasa untuk PLTS di pasar domestik
Produk
Inverter Pembuat Square
atau
Modified
True Sine
Wave Kapasitas (Watt)
BELL Indonesia x 500, 3000
BledPower Indonesia x x 500, 1000
Cyceron x x 600, 1200, 2000
Kawachi Taiwan x 500, 1000
Lotway x 500
Selectronic Australia x 1600, 2400, 3600
SunPower Amerika 240, 480
Suoer Cina 1000
Studer Swiss x
200, 300, 400, 500, 600, 700,
1300, 2100, 2400
Targa x 1000
TBE x 100, 300, 1000, 1200
Xantrex Kanada x x 150, 300, 500, 1000, 1500, 1800
.. Kabel dan material mekanis lain yang
diperlukan dalam pemasangan suatu PLTS
sudah tersedia secara luas karena industri
perkabelan dalam negeri yang sudah mapan.
Industri logam juga sudah berkembang
sedemikian rupa sehingga material untuk
membuat struktur mekanis pendukung yang
memenuhi persyaratan sudah bisa diproduksi di
dalam negeri. Komponen lain seperti lampu
hemat energi (LHE), lampu LED, televisi hemat
energi, mesin pendingin makanan, baik yang
ber-arus listrik searah maupun bolak-balik sudah
tersedia di pasaran nasional.
4. DISTRIBUTOR DAN SISTEM
INTEGRATOR PLTS DI INDONESIA
Perkembangan PLTS di Indonesia tidak
terlepas dari peran distributor dan sistem
integrator teknologi ini. Distributor berperan
sebagai penghubung antara produsen atau
pabrikan komponen PLTS dengan konsumen
yang ingin memanfaatkan teknologi PLTS.
Sementara sistem integrator berperan sebagai
lembaga atau badan usaha yang memberikan
layanan teknis berupa konsultasi atau kontrak
kerja pemasangan PLTS. Tabel 3
memperlihatkan industri dan atau perusahaan
yang bergerak dalam bidang pengadaan
komponen, jasa konsultasi dan pemasangan
sistem PLTS di Indonesia.
5. RINGKASAN
Dalam tulisan ini telah dipaparkan tentang
perkembangan pembangkitan listrik tenaga
surya nasional. Bahwa untuk meningkatkan
kontribusi listrik surya dalam bauran energi
nasional perlu dilakukan upaya-upaya untuk
memperluas penggunaan pembangkit listrik
tenaga surya di masyarakat khususnya
masyarakat urban dan tetap menjalankan
program program kelistrikan wilayah terpencil
dengan SHS.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
74
..
Tabel-3. Distributor komponen PLTS dan sistem integrator nasional
Perusahaan Penjualan
Komponen Sistem
Integrator Alamat Situs
ASA Surya x x http://asasurya.com
Aneka Surya x www.anekasurya.com
Aviotech International x http://aviotech-network.8m.com
Azet Surya x x www.azetsurya.com
BELL x x www.powerbell.co.id
DLDM SHS x http://dldm.net
IndoElectric Instruments x www.indoelectric.info
IndoSUN Energy x www.indosunergy.com
Mambruk Energy International x www.meisolar.com
Dynton x x www.dynton.com
SELF x www.self.org/indo.asp
SelSurya x www.selsurya.co.cc
Sharp Solar x www.sharptenagasurya.com
Solar Power Indonesia x x www.solarpowerindonesia.com
Sudimara x x www.xs4all.nl/~rebelj
Sundaya x x www.sundaya.com
Surya Energi Indotama x x www.suryaenergi.com
Surya Unggul Nusasemesta x http://ptsun.multiply.com/journal
.. Hal ini sangat potensial karena masyarakat
urban memiliki karakteristik yang relatif lebih
baik dibanding masyarakat pedesaan dalam
mengembangkan listrik surya yang bersifat
swakarsa dan swadana sehingga gabungan dua
pendekatan, yaitu PLTS daerah terpencil dan
masyarakat urban, akan mampu mewujudkan
peta jalan PLTS menuju 800 MW pada tahun
2025.
Juga telah dipaparkan tentang
perkembangan industri komponen PLTS. Salah
satu kendala lambatnya kemajuan PLTS adalah
panel surya yang merupakan komponen utama
dari PLTS masih diimpor. Sementara
komponen-komponen PLTS yang lain sudah
tersedia secara luas di tanah air. Ketersediaan
informasi tentang komponen PLTS dan vendor-
nya di pasar nasional telah disajikan dalam
bentuk tabel yaitu Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
Informasi ini diharapkan dapat menjadi rujukan
cepat bagi masyarakat yang tertarik untuk
mengembangkan PLTS di lingkungannya sendiri
sebagai wujud partisipasi aktif dalam kegiatan
penyediaan energi listrik berkelanjutan yang
ramah lingkungan.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] B2TE, “Standar dan Sertifikasi Komponen
Sistem PLTS”, B2TE, Workshop Peran PV
Dalam Penyediaan Energi Listrik di
Indonesia, Jakarta, Juli 2008.
[2] BPS, “Penduduk Menurut Perkotaan dan
Pedesaan 2005”, Biro Pusat Statistik,
http://demografi.bps.go.id, di akses Juni
2010.
[3] DESDM, “Kebijakan Energi Nasional
2003-2020”, Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, Jakarta, 2003.
[4] DESDM, “Kebijakan Energi Terbarukan
Dan Konservasi Energi”, Departemen
Energi Sumber Daya Mineral, Jakarta,
2003.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya … Nyoman S. Kumara
Teknologi Elektro Vol. 9 No.1 Januari – Juni 2010
75
[5] EIA, “International Energy Annual, Short
Term Energy Outlook, EIA, 2006.
[6] GES, “Planning and Installing Photovoltaic
System”, GES, Germany, 2008.
[7] ICMA, “Long-term Prediction of
Indonesian Coal Production, Exports and
Domestic Consumption”, Indonesian Coal
Mining Association (ICMA), 2007.
[8] Ismet, I., Rosa, E.S., Shobih, “Fabrikasi Sel
Surya Untuk Produksi Skala Kecil”, Jurnal
Elektronika No 2 Vol 5, Jakarta, Juli –
Desember 2005.
[9] Layuck, J.R., “Wilson Wenas Gelisah akan
Tragedi Sel Surya”, Kompas on line,
www.kompas.com, 20 Desember 2003.
[10] Pagliaro, M., Palmisano, G., Ciriminna, R.,
Flexible Solar Cells”, Willey-VCH,
Weinheim, 2008.
[11] Puspitek, “Teknologi Nano Gandakan
Kekuatan Beton”, Puspitek.net, 5
September 2006 www.puspitek.net, diakses
Juni 2010.
[12] Republika, “Indonesia Akan Produksi Sel
Surya”, Republika, 4 Desember 2009.
[13] Respati, R.S., “Peluang Bisnis Photovoltaic
di Indonesia”, Masyarakat Energi
Terbarukan Indonesia (METI), Juli 2008.
[14] Retnanestri, M., Outhred, H., Healy, S.,
Off-Grid Photovoltaic Applications in
Indonesia: A Framework for Analysis”, The
University of New South Wales, Sydney,
2004.
[15] Rezavidi, A., “Peta-Jalan Pengembangan
Teknologi Energi Surya Fotovoltaik”,
Diskusi Interaktif Peran Fotovoltaik dalam
Sistem Kelistrikan Nasional, Jakarta, Juli
2008.
[16] Ristek, “Agenda Riset Nasional 2010 –
2014, Keputusan Menteri Riset dan
Teknologi, Jakarta, 2010.
[17] Tunggal, N., “Laboratorium Sel Surya
Hartika”, Kompas on line, 5 Februari 2010,
www.kompas.com, diakses pada Mei 2010
[18] Widianto, A., “Kondisi Energi Primer
Indonesia”, Pertemuan Nasional FKPT
Teknik Elektro 2007, Yogyakarta,
Desember 2007.
... Ketersediaan yang dimaksud meliputi data tentang kapasitas sistem dan vendor dari PLTS. PLTS ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan untuk memanfaatkan tenaga matahari sebagai sumber pembangkit listrik untuk secara bersama-sama mengembangkan pembangkit listrik terbarukan dan ramah lingkungan (Nyoman S. Kumara, 2010). Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah peralatan pembangkit listrik yang mengubaha daya matahari menjadi listrik. ...
... Kedua jenis baterai tersebut memiliki komponen yang hampir sama, hanya saja berbeda dalam jenis elektroda yang di pakai dan jenis elektrolit yang digunakan untuk membangkitkan reaksi elektrokimia. Baterai untuk solar cell sendiri mempunyai dua tujuan penting dalam sistem fotovolatik, pertama adalah untuk memberikan daya listrik kepada sistem ketika daya tidak disediakan oleh array panel-panel surya, kedua adalah untuk menyimpan kelebihan daya yang ditimbulkan oleh panel-panel setiap kali daya itu melebihi beban (Nyoman S. Kumara, 2010;Pawenary, dkk., 2022 ). ...
Article
Full-text available
Kapasitas listrik di Indonesia belum mencukupi untuk melayani seluruh wilayah di Indonesia. Permintaan listrik di Indonesia tercatat terus meningkat, yaitu 10% – 15% per tahun, namun pembangunan pembangkit listrik masih kurang dan pengaruhnya Perusahaan Listrik Negara (PLN) melakukan pemadaman bergilir yang tentu saja merugikan konsumen. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah sumber energi penghasil listrik yang ramah lingkungan dan tidak menggunakan bahan bakar minyak, sehingga sangat murah, karena energi surya/matahari merupakan sumber energi yang tidak terbatas. PLTS dengan panel solar yang dipasang di atap semakin populer dan berkembang di masyarakat. Sistem ini dinilai mudah diimplementasikan, sederhana, dan kapasitasnya bisa disesuaikan dengan luas atap. Instalasi PLTS dengan kapasitas 450-watt menggunakan solar cell untuk kebutuhan listrik rumah tangga sangat sederhana. Instalasi yang dirancang memiliki beban 58-watt perhari komponen dari sistem PLTS dan panel surya yang direkomendasikan adalah 200Wp sebanyak 1 (satu) buah solar charge controller (SCC) 20 A – 12 Volt), baterai 100Ah dan inverter 500W. Instalasi PLTS ini menjadi bagian generasi yang sadar akan kebutuhan energi baru dan terbarukan dimana partisipasi dalam peralihan menggunakan energi bersih dan ramah lingkungan.
... Indonesia ternyata masih bergantung sepenuhnya pada energi yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, batu bara, dan gas. Dalam menghadapi proses sumber energi yang tak dapat diperbaharui ini, perlu diimbangi dengan sumber energi alternatif [1]. Salah satu solusinya menggunakan Hybrid System yang tepat untuk perumahan dengan beban tinggi. ...
Article
Full-text available
Abstrak INFO. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem kendali dan monitoring Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berbasis antarmuka manusia mesin (HMI) dan Internet of Things (IoT). Sistem ini menghubungkan antara manusia dengan mesin yang peka terhadap teknologi IoT untuk memantau dan mengendalikan PLTS secara efisien. Melalui antarmuka HMI, operator dapat memonitor parameter penting seperti suhu, arus, tegangan, daya, radiasi, dan produksi energi PLTS. HMI menyediakan visualisasi real-time yang memberikan informasi yang berguna untuk kinerja PLTS.Sementara itu, melalui konektivitas IoT, sistem ini memungkinkan pengumpulan data secara terus-menerus dari sensor-sensor yang terpasang di PLTS. Data ini dapat diakses dan dianalisis melalui aplikasi web atau perangkat seluler, memungkinkan pemantauan kinerja PLTS secara real-time. Dengan memanfaatkan Programmable Logic Controller (PLC) Siemens TIA Portal. Dengan implementasi sistem kendali dan monitoring PLTS berbasis HMI dan IoT ini, diharapkan efisiensi, kinerja, dan keandalan PLTS dapat ditingkatkan secara signifikan. Sistem ini memungkinkan pengguna untuk memonitoring dan mengontrol operasional PLTS secara efektif, melakukan proteksi dan meningkatkan produktivitas energi terbarukan. Abstract This research aims to develop a control and monitoring system for Solar Power Generation (SPG) based on Human Machine Interface (HMI) and Internet of Things (IoT). The system connects humans with machine that is sensitive to IoT technology to efficiently monitor and control the SPG. Through the HMI interface, operators can monitor important parameters such as temperature, current, voltage, power, radiation, and energy production of the SPG in real-time. HMI provides real-time visualization that offers valuable information on SPG performance. Meanwhile, through IoT connectivity, the system enables continuous data collection from sensors installed in the SPG. This data can be accessed and analyzed through web applications or mobile devices, allowing real-time monitoring of SPG performance. By utilizing Siemens TIA Portal Programmable Logic Controller (PLC), the implementation of this HMI and IoT-based control and monitoring system for SPG is expected to significantly improve efficiency, performance, and reliability of the SPG. The system enables users to effectively monitor and control SPG operations, implement protection measures, and enhance the productivity of renewable energy. PENDAHULUAN Indonesia ternyata masih bergantung sepenuhnya pada energi yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, batu bara, dan gas. Dalam menghadapi proses sumber energi yang tak dapat diperbaharui ini, perlu diimbangi dengan sumber energi alternatif [1]. Salah satu solusinya menggunakan Hybrid System yang tepat untuk perumahan dengan beban tinggi. Sistem ini menggabungkan energi terbarukan dengan listrik PLN, memberikan sumber tegangan yang lebih efisien, efektif, dan handal untuk kebutuhan energi listrik perumahan [2]. Dimana wilayah Indonesia terletak di daerah ekuator, sehingga sinar matahari tersedia hampir sepanjang tahun, kecuali saat
... It has been reported from research that electric lighting generally improves security, so that people feel secure (RUPTL, 2011). These things, taken together, will increase people's confidence, which in turn, in the long run, will pave the way for the development of various talents for innovation and entrepreneurship (Kumara, 2010). With the existence of electrical energy or by using electrical energy in rural areas, if it is used properly and appropriately, the electric power service is reliable, affordable and accessible to the community, and it can break the vicious circle of poverty in the community. ...
Article
Increased community mobility at night demands adequate public street lighting facilities. This is related to the security and safety of road users. Unfortunately, public street lighting is often constrained by electricity supply problems that are far from wired electricity networks. As experienced by Kranggan Tengah hamlet in Galur Kulon Progo, some roads do not have public street lighting. Whereas, currently solar-powered electricity technology has become an alternative to wired electricity networks. In addition, the knowledge and understanding of the community about solar power plants is still very limited. For this reason, through community empowerment activities, socialization is carried out on the introduction of solar power plants to provide education and alternatives to meet community electricity needs. The results of this community empowerment activity show an increase in community knowledge and understanding about solar power plants and the benefits that can be felt by using this solar power plant
... Controller, bekerja untuk mengatur muatan listrik dan mereka membatasi tingkat arus listrik yang ditambahkan atau ditarik dari Baterai. Mereka bekerja untuk mengontrol tegangan dan watt dari Panel Surya; dengan demikian, melewati energi yang lebih stabil (Sukmajati, 2015), mencegah pengisian daya yang berlebihan dan melindungi dari tegangan berlebih -yang dapat menghambat dan mengurangi kinerja atau masa pakai Baterai (Kumara, 2010). ...
Article
PLTS was chosen because its utilization does not cause pollution that can Damaging the environment. There are two types of PLTS systems, namely, Off-Grid and On-Grid. The On-Grid system uses a circuit that is connected to the PLN network. Meanwhile, Off-Grid PLTS relies on solar energy as the only main energy source. Sunlight is a form of energy from natural resources. This solar natural resource has been widely used to supply electrical power in communication satellites through solar cells. The total load on this housing is 267.5 kWh, for the total cost of PLTS (25 years) = Initial investment + Additional operational costs + battery replacement for 25 years = Rp. 1,280,098,000,000 + Rp. 126,969,000 + Rp. 448,000,000 = Rp. 128,249,098,000 Based on the total cost of PLTS for 25 years, the annual costs obtained are: Total annual cost = Total cost of PV mini-grid (25 years) / 25 = Rp. 1,855,067,000. / 25 = Rp. 74,420,637. And the daily cost for using PLTS for 25 years is Rp. 74,420,637/ 365 = Rp.203,295.50. In planning the PLTS in the beautiful script II housing complex, 175 500 Wp solar panels are used, 28 12 V 1000ah batteries, 7 5,000 Watt inverters, and 7 controllers. to reduce the use of fossil energy and minimize the increase in global warming due to excessive use of fossil energy. Because the solar power system does not require fuel at the time of operation, the resources for PLTS are abundant
... PLTS on-grid yang sudah beroperasi diperkirakan sekitar 10 MW. Pembangkit terbesar terletak di Kupang berkapasitas 5 MWp, Bali berkapasitas 2 MWp dan Gorontalo berkapasitas 2 MWp [3] [4]. ...
Article
Target capacity of Solar Power Plant in Province of South Sumatra is pursued throughthe construction of a rooftop PV mini-grid system with off-grid and on-grid systems. Based onNational Energy General Plan (RUEN) in 2017, Province of South Sumatra has the third largestsolar power potential on a national scale with a target of Solar Power Plant developmentreaching 296.6 MW in 2025. Province of South Sumatra is the second most populous provinceon Sumatra Island with electricity consumption reaching 5,308 GWh in 2020. This study tries toanalyze the development of Solar Power Plant in Province of South Sumatra based on theliterature review. Solar Power Plant that has been installed until 2021 reached 12.441 MW oraround 4.12% of the South Sumatra RUEN target of 296.6 MW in 2025. The types of SolarPower Plant applications in Province of South Sumatra consist schools, hotels, palm oilfactories, irrigation pumps , and utility networks spread across Palembang, Muara EnimRegency, Muara Rawas Regency, and Ogan Hilir Regency
... Terlambatnya Indonesia membangun infrastruktur kelistrikan membuat ketersediaan tenaga listrik di negeri ini tidak cukup untuk memenuhi tingkat kebutuhannya (Sumarsono, Rofiq & Djazuli, 2016). Akibatnya, tingkat ketersediaan tenaga listrik relatif masih terbatas dibandingkan dengan tingkat kebutuhan serta belum benar-benar optimal berperan sebagai pendorong pembangunan ekonomi terutama dalam bidang pendidikan di Indonesia (Kumara, 2010). ...
Article
Full-text available
In a highly developed era, of course, it will require the use of electricity to continue to increase, and the problem is to meet the high electricity demand, on the other hand the construction of electricity infrastructure that takes a long time will hamper the supply of electricity, therefore renewable energy sources are needed to overcome this problem. that's why we tried to make Magneto Electrical. Magneto Electrical is a Future Energy Source created to provide a safe, efficient, and environmentally friendly source of electrical energy. The purpose of this research is to design and manufacture Magneto Electrical: Future Energy Sources. The research method used is research and development (R&D). This research method is used to research so that it can produce new products and then test their effectiveness. Magneto Electrical works based on Faraday's Law, namely when a conductor is rotated in a magnetic field so that it cuts the magnetic lines at the end of the conductor, an emf (line of electric force) will be generated. Through this research, researchers have succeeded in designing and making Magneto Electrical: Future Electrical Energy Sources. By utilizing the repulsion between magnets so that motion energy is produced which is then converted into electrical energy. From the tests that have been carried out, it was found that the tool made is capable of producing 15 Volts of electrical energy.
Article
Full-text available
This study aims to analyze the concepts of physics in electric scooters, solar panel street lights, and water heaters as physics teaching materials. The research method used in this research is a qualitative method with literature study. Data collection techniques in this study consisted of observation and documentation. Observation is done by observing directly and then documented. The data analysis technique used is to perform data reduction and then draw conclusions. The results obtained are the concepts related to scooters, solar panel street lights, and water heaters are the principles of energy conversion, direct electricity, and heat. In an electric scooter, energy conversion occurs from electrical energy into motion energy, a solar panel street light converts solar energy into electrical energy, and a water heater converts electrical energy into heat energy. That way, it can be an alternative teaching material in learning with concrete examples in the surrounding environment. So that it can make the learning process more meaningful.
Article
Full-text available
This study analyzes the collective theft of electricity in Tanjung Burung Village. This study uses descriptive qualitative research methods with data collection methods in the form of observation, interviews and documentation. The purpose of this study was to determine the processes and factors behind the collective occurrence of electricity theft. The theory used is social learning theory from Ronald Akers which focuses on four main concepts, namely differential association, definition, differential reinforcement, and imitation. In the theory put forward by Ronald Akers, there are values of crime that are transmitted due to contact access that supports criminal behavior. The results of this study indicate that electricity theft in Tanjung Burung Village occurs due to differential associations where a person is confronted with profitable behavior to commit electricity theft so that electricity theft is considered a justifiable definition and not too bad to do. In addition, in electricity theft there is a differential amplifier in the form of rewards and punishments obtained. The punishments and rewards that are obtained by the perpetrators are generally not a deterrent because there are various ways to take peaceful paths so that the perpetrators can still be electrified illegally. The theft of electricity that continues to occur is motivated by the imitative behavior of previous perpetrators and is supported by weak laws or laws that don't work as they should, so that electricity theft is carried out collectively. This is done because the profits obtained are more dominant than the losses.
Article
Utilization of solar energy as a generator of electrical energy is growing. One of technology for the use of solar energy is to use solar panels to generate electricity. Solar panels can be installed on the roof of the house to meet electricity on a household scale. The current challenge is the lack of trained personnel who have the competence to install solar panels on the roof of the house. So it is considered it is important to educate skilled workers through solar power installation training. For this purpose, training activities for solar electricity installation are carried out for Dayah Mini Banda Aceh students through an independent community service program. This training aims to train workers to gain Panel installation competence Sun on the Roof of the House. Solar Panel Installation Practice Method is done by simulating installation of equipment ranging from solar panels, inverters, charge controllers and charging battery. The results to be achieved with the practice of installing solar panels so that students have Skills in installing rooftop solar panels.
Article
Full-text available
This paper introduces a study on the sustainability of off-grid photovoltaic (PV) applications in Indonesia. Since the 1980s, approximately 5 MWp of PV power has been installed in the remote parts of various Indonesian provinces. Despite the number of PV power installations significant questions concerning social, economic, institutional, technical and environmental dimensions remain as to how they can contribute to the sustainability of the lives of rural Indonesians who do not have access to grid electricity. In this study, these dimensions will be explored in relation to off-grid electricity supply by analysing how villagers and islanders might harvest benefits from the implementation of PV in off-grid applications.
Book
With the decline in the world's natural resources, the need for new and cheaper energy sources is evolving. One such source is the sun which generates heat and light which can be harnessed and used to our advantage. This reference book introduces the topic of photovoltaics in the form of flexible solar cells. There are explanations of the principles behind this technology, the engineering required to produce these products and the future possibilities offered by this technology. The chemistry and physics of the cells (both organic and inorganic) are clarified as well as production methods, with information how this can then be applied to the nanoscale as well. A complete guide to this new and exciting way of producing energy which will be invaluable to a variety of people from material scientists, chemists, electrical engineers, to management consultants and politicians.
Planning and Installing Photovoltaic System
GES, "Planning and Installing Photovoltaic System", GES, Germany, 2008.
Wilson Wenas Gelisah akan Tragedi Sel Surya
  • J R Layuck
Layuck, J.R., "Wilson Wenas Gelisah akan Tragedi Sel Surya", Kompas on line, www.kompas.com, 20 Desember 2003.
  • Ristek
Ristek, " Agenda Riset Nasional 2010 – 2014, Keputusan Menteri Riset dan Teknologi, Jakarta, 2010.
Indonesia Akan Produksi Sel Surya
  • Republika
Republika, "Indonesia Akan Produksi Sel Surya", Republika, 4 Desember 2009.
Peta-Jalan Pengembangan Teknologi Energi Surya Fotovoltaik
  • A Rezavidi
Rezavidi, A., "Peta-Jalan Pengembangan Teknologi Energi Surya Fotovoltaik", Diskusi Interaktif Peran Fotovoltaik dalam Sistem Kelistrikan Nasional, Jakarta, Juli 2008.
Standar dan Sertifikasi Komponen Sistem PLTS
B2TE, "Standar dan Sertifikasi Komponen Sistem PLTS", B2TE, Workshop Peran PV Dalam Penyediaan Energi Listrik di Indonesia, Jakarta, Juli 2008.
Penduduk Menurut Perkotaan dan Pedesaan
BPS, "Penduduk Menurut Perkotaan dan Pedesaan 2005", Biro Pusat Statistik, http://demografi.bps.go.id, di akses Juni 2010.
Fabrikasi Sel Surya Untuk Produksi Skala Kecil
  • I Ismet
  • E S Rosa
  • Shobih
Ismet, I., Rosa, E.S., Shobih, "Fabrikasi Sel Surya Untuk Produksi Skala Kecil", Jurnal Elektronika No 2 Vol 5, Jakarta, Juli -Desember 2005.