Conference PaperPDF Available

DISTRIBUSI ANOMALI MAGNETIK DAERAH PANAS BUMI BONGONGOAYU, GORONTALO

Authors:

Abstract

In 2012 the Geological Agency of Indonesia discovered 14 new geothermal sites in Indonesia, one of which is in the area Diloniyohu (now Bongongoayu) are included in the administrative area of the District Boliyohuto Gorontalo regency. Preliminary investigation geothermal area with geomagnetic methods used to determine the geothermal prospects. This study aimed to analyze the distribution of magnetic anomalies and determine the geothermal prospects based on the distribution of magnetic anomalies. The magnetic survey carried out by the closed-loop system is the measurement starts and ends at the same point. The number of points is 224 points measuring geomagnetic measuring scattered on the 8 track measuring point. The total length of the measuring point is 5.4 Km. The distance between the measuring point is 25 m and the distance between tracks is 100 m. Value IGRF (International Geomagnetic Reference Field), inclination and declination obtained using NGDC Geomagnetic Calculators. By entering coordinates and elevation study site at NGDC Geomagnetic Calculators values obtained IGRF = 40633.97 nT, value Inclination = -14,75⁰ and declination = 0,79⁰ value. The results of the magnetic survey in the form of cross-section of the magnetic anomaly and magnetic anomaly distribution map. Magnetization area which is indicative of reservoir is characterized by low magnetic anomaly (-400 to -150 nT) to moderate magnetic anomalous zone (-150 to 50 nT), which is at the center of the study area. Comprehensive prospecting area is > 320,000 m2 with a volume of 22.4 million m3 reservoir. Integrated investigations should be carried out to the west which is characterized by a moderate magnetic anomalies klosur opening and expanding research into the area of geothermal manifestations appearing more precisely in the area Talumopatu, District Paguyaman Mootilango and upstream watershed. Keywords: Geothermal, Magnetic, Magnetic Anomali, Bongongoayu
PROSIDING SEM IN AR IL MI AH N AS IO NA L 20 15 ©
Pe nguat an ke mi traan berbasis iptek s ino vatif untu k kemas lahat an BM I
Volu me 1 : Se pte mb er 2015
TG3-1
DISTRIBUSI ANOMALI MAGNETIK DAERAH PANAS BUMI
BONGONGOAYU, GORONTALO
Intan Noviantari Manyoe¹, Ulva Ria Irfan², Dadang Ahmad Suriamiharja 3)
1)Program Studi Teknik Geologi, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo
2)Program Studi Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin, Makassar
3)Program Studi Geofisika, Universitas Hasanuddin, Makassar
e-mail: intan.manyoe@ung.ac.id
Abstract
In 2012 the Geological Agency of Indonesia discovered 14 new geothermal sites in
Indonesia, one of which is in the area Diloniyohu (now Bongongoayu) are included in the
administrative area of the District Boliyohuto Gorontalo regency. Preliminary investigation
geothermal area with geomagnetic methods used to determine the geothermal prospects.
This study aimed to analyze the distribution of magnetic anomalies and determine the
geothermal prospects based on the distribution of magnetic anomalies.
The magnetic survey carried out by the closed-loop system is the measurement starts and
ends at the same point. The number of points is 224 points measuring geomagnetic
measuring scattered on the 8 track measuring point. The total length of the measuring point
is 5.4 Km. The distance between the measuring point is 25 m and the distance between tracks
is 100 m. Value IGRF (International Geomagnetic Reference Field), inclination and
declination obtained using NGDC Geomagnetic Calculators. By entering coordinates and
elevation study site at NGDC Geomagnetic Calculators values obtained IGRF = 40633.97
nT, value Inclination = -14,75
and declination = 0,79
value. The results of the magnetic
survey in the form of cross-section of the magnetic anomaly and magnetic anomaly
distribution map.
Magnetization area which is indicative of reservoir is characterized by low magnetic
anomaly (-400 to -150 nT) to moderate magnetic anomalous zone (-150 to 50 nT), which is
at the center of the study area. Comprehensive prospecting area is> 320,000 m2 with a
volume of 22.4 million m3 reservoir. Integrated investigations should be carried out to the
west which is characterized by a moderate magnetic anomalies klosur opening and
expanding research into the area of geothermal manifestations appearing more precisely in
the area Talumopatu, District Paguyaman Mootilango and upstream watershed.
Keywords:Geothermal, Magnetic, Magnetic Anomali, Bongongoayu
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya geotermal yang sangat
besar. Potensi yang besar ini sedang dikembangkan oleh pemerintah untuk mendukung pemenuhan kebutuhan
energi nasional. Berdasarkan data survei terakhir Badan Geologi, sampai akhir tahun 2009 ini tercatat sebanyak
265 lokasi geotermal di Indonesia, baik yang berasal dari proses vulkanik maupun non vulkanik.
Pemerintah perlu melakukan penyelidikan energi alternatif geotermal, untuk mengetahui besarnya potensi
energi geotermal bagi penyediaan tenaga listrik. Ini diharapkan bisa mendapatkan sistem geotermal yang dapat
dimanfaatkan untuk PLTP dan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan energi nasional, sejalan dengan kebijakan
pemerintah tentang energi nasional yang memiliki target pada tahun 2025 yaitu energi baru terbarukan
(diantaranya energi geotermal) dapat memenuhi kebutuhan sekitar 5 % energi listrik nasional.
Penelitian terkait eksplorasi geotermal menggunakan metoda geomagnet [1, 2, 3, 4, 5, 6] dapat menentukan
prospek geotermal dengan mengkaji distribusi anomali geomagnetik. Penggunaan metoda geomagnet sangat
efektif dan efisien untuk digunakan dalam eksplorasi geotermal karena dapat menentukan prospek geotermal
dengan melihat distribusi secara horizontal[1, 4, 6] dan vertical [2, 3, 5].
PROSIDING SEM IN AR IL MI AH N AS IO NA L 20 15 ©
Distribusi Anomali Magnetik Daerah…
In tan No via ntar i M . d kk
Volu me 1 : Sep tembe r 2 015
TG3-2
Peristiwa tektonik di lengan utara Sulawesi dipengaruhi oleh penunjaman Sulawesi Utara dan penunjaman
Sangihe Timur. Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai
oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan. Dalam peta geologi regional, lokasi penelitian
terletak pada Formasi Gunungapi Pinogu (Tqpv) dan Formasi Endapan Danau (Qpl).Kolam air panas terletak
pada Formasi Endapan Danau. Pemunculan manifestasi permukaan pada daerah dengan tataan geologi seperti
tersebut di atas sangat menarik untuk diteliti.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian terletak di daerah Bongongoayu yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah
Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Secara astronomis daerah penelitian terletak
pada koordinat antara 122,5875 - 122,5964 BT dan 0,6731 - 0,6818 LU (Gambar 1). Manifestasi
permukaan di lokasi penelitian berupa kolam air panas yang terletak pada koordinat 0º40,671’ LU dan
122º35,468’ BTdengan suhu 43 53 0C. Lokasi penelitian merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam
lengan utara Sulawesi.
Gambar 1 Peta tunjuk lokasi penelitian [7].
Jenis penelitian ini mengkombinasikan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metoda penelitian yang digunakan
adalah metoda penelitian induktif yang memuat hasil studi pustaka, penelitian terdahulu, hasil penelitian yang
diperoleh dari data lapangan yang dianalisis,diinterpretasi dan ditarik kesimpulan tentang prospek energi panas
bumi untuk studi kasus daerah Bongongoayu Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo.
Akuisisi data lapangan dengan metode geomagnet menggunakan 1 set Proton Precession Magnetometer GSM
19-T v7.0 untuk pengukuran di titik ukur dan di base station. Survei magnetik dilakukan dengan sistem loop
tertutup yaitu pengukuran berawal dan berakhir pada titik yang sama. Jumlah titik ukur geomagnet adalah 224
titik ukur yang tersebar pada 8 lintasan titik ukur. Total panjang lintasan titik ukur adalah 5,6 Km. Jarak antara
titik ukur adalah 25 m dan jarak antar lintasan adalah 100 m. Nilai IGRF (International Geomagnetic Reference
Field) , inklinasi dan deklinasi diperoleh dengan menggunakan NGDC Geomagnetic Calculators. Dengan
memasukkan koordinat lokasi penelitian dan elevasi padaNGDC Geomagnetic Calculators diperoleh nilai
IGRF = 40633,97 nT, nilai inkkinasi = -14,75 dan nilai deklinasi = 0,79. Hasil survei magnetik berupa
penampang anomali magnetik dan peta distribusi anomali magnetik.
Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:
a. Mengoreksi data hasil pengukuran di titik amat dengan koreksi variasi harian dan koreksi IGRF
b. Membuat peta distribusi anomali magnetik, penampang lintasan titik ukur dan model 2D penampang
menggunakan software Surfer 11.
c. Interpretasi data magnetik didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari
distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
PROSIDING SEM IN AR IL MI AH N AS IO NA L 20 15 ©
Pe nguat an ke mi traan berbasis iptek s ino vatif untu k kemas lahat an BM I
Volu me 1 : Se pte mb er 2015
TG3-3
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam
bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi.
Gambar 2 Interpretasi struktur geologi dan perbedaan litologi
berdasarkan penampang anomali magnetik daerah Bongongoayu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penampang lintasan dibuat dalam bentuk grafik dengan sumbu x adalah nilai anomali geomagnet (nT) dan
sumbu y adalah jarak antara titik ukur dalam lintasan (m). Penampang anomali geomagnet (Gambar 2) yang
dibagi atas 8 lintasan (L1 L8) memperlihatkan anomali magnet positif yang berkisar antara 0,65 sampai
259,37 nT dan anomali magnet negatif yang berkisar antara -0,13 sampai -397,58 nT. Kontras anomali magnet
positif dan negatif antara titik ukur pada daerah penelitian >300nT. Kontras anomali magnet positif dan negatif
mengindikasikan adanya struktur geologi/sesar dan perbedaan litologi.
Nilai kemagnetan positif pada lintasan L2 terdapat pada titik ukur L2.25, L2.75 L2.125, L2.175, L2.275,
L2.300 dan L2.475 L2.700 dengan nilai kemagnetan positif berkisar antara 1.99 181.91 nT. Nilai
kemagnetan negatif terdapat pada titik ukur L2.50, L2.150, L2.200 L2.250 dan L2.325 L2.450. Besaran
nilai kemagnetan negatif antara -78,30 sampai -397,58 nT. Nilai kemagnetan yang berselang seling antara nilai
kemagnetan positif dan negatif terdapat pada bagian barat laut hingga tengah lintasan L2. Secara geologi nilai
kemagnetan berbentuk gergaji mengindikasikan adanya zona struktur yang komplek di sekitar titik ukur,
diperkirakan berkaitan dengan zona kontak litologi ataupun zona sesar[1]. Terdapat peningkatan nilai
kemagnetan negatif menjadi positif mulai dari titik L2.475 hingga L2.700. Kontras anomali positf dan negatif
yang terjadi pada beberapa titik ukur yang berkisar antara >300 - >1300 nT, hal ini mengindikasikan di sekitar
titik ukur terdapat struktur geologi atau sesar. Kontras anomali positif dan negatif pada lintasan L2 terdapat di
PROSIDING SEM IN AR IL MI AH N AS IO NA L 20 15 ©
Distribusi Anomali Magnetik Daerah…
In tan No via ntar i M . d kk
Volu me 1 : Sep tembe r 2 015
TG3-4
sekitar titik ukur L2.225 L2.475 dan L2.350 L2.600. Jarak antara titik ukur L2.25 L2.475 dan L2.350
L2.600 adalah 250 m. Kontras anomali positif dan negatif sebesar 399,57 nT antara titik ukur L2.225 L2.475
dan kontras anomali positif dan negatif sebesar 378,55 nT di sekitar titik ukur L2.350 L2.600.
Penampang anomali magnetik lintasan L3 memperlihatkan nilai kemagnetan positif antara 21,21 188,25 nT
yang terdapat pada titik ukur L3.25 L3.75, L3.275 L3.300, dan L3.425 L3.700. Sedangkan penampang
anomali magnetik pada lintasan 3 yang memperlihatkan nilai kemagnetan negatif terdapat pada titik ukur
L3.100 L3.250 dan L3.325 L3.400. Besaran nilai kemagnetan negatif pada lintasan 3 berkisar antara -16,92
sampai -178,54 nT. Kontras anomali positif dan negatif pada lintasan L3 terdapat di sekitar titik ukur L3.150
L3.650. Jarak antara titik ukur L3.150 L3.650 adalah 500 m. Kontras anomali positif dan negatif antara titik
ukur L3.150 L3.650 sebesar 367,01 nT.
Lintasan 4 pada titik ukur L4.25 L4.50, L4.250 L4.300 dan L4.375 L4.700 memperlihatkan rentang
anomali magnet positif yang berkisar antara 13,44 217,42 nT. Pada titik ukur L4.75 L4.225, dan L4.325
L4.350 memperlihatkan rentang anomali magnet negatif yang berkisar antara -5,29 nT sampai -191,63 nT.
Nilai anomali magnetif negatif di sekitar titik L4.125 dan L4.325 ditafsirkan sebagai batuan yang telah
mengalami demagnetisasi. Hal ini didukung oleh informasi permukaan dimana pada lokasi sekitar nilai anomali
negatif ditempati oleh kolam air panas sebagai manifestasi panas bumi Bongongoayu. Kontras anomali positif
dan negatif pada lintasan L4 terdapat di sekitar titik ukur L4.125 L4.625. Jarak antara titik ukur L4.125
L4.625 adalah 500 m. Kontras anomali positif dan negatif antara titik ukur L4.125 L4.625 sebesar 409,05 nT.
Penampang anomali pada lintasan 5 memperlihatkan nilai kemagnetan positif yang berkisar antara 9,33
259,37 nT. Nilai kemagnetan positif ini terdapat pada titik ukur L5.125 L5.150 dan L5.350 L5.700. Nilai
kemagnetan negatif pada penampang anomali lintasan 5 memperlihatkan nilai kemagnetan negatif yang
berkisar antara -5,05 nT sampai -115,51 nT. Kontras anomali positif dan negatif pada lintasan L5 terdapat di
sekitar titik ukur L5.200 L5.700. Jarak antara titik ukur L5.200 L5.700 adalah 500 m. Kontras anomali
positif dan negatif antara titik ukur L5.200 L5.700 sebesar 335.73 nT.
Nilai kemagnetan positif pada lintasan L6 terdapat pada titik ukur L6.125 L6.150 dan L6.300 L6.700
dengan nilai kemagnetan positif berkisar antara 0,65 204,94 nT. Sedangkan nilai kemagnetan negatif terdapat
pada titik ukur L6.25 L6.100 dan L6.175 L6.275. Besaran nilai kemagnetan negatif antara -1,24 nT sampai -
132,34 nT.Kontras anomali positif dan negatif pada lintasan L6 terdapat di sekitar titik ukur L6.200 L6.700.
Jarak antara titik ukur L6.200 L6.700 adalah 500 m. Kontras anomali positif dan negatif antara titik ukur
L6.200 L6.700 sebesar 306,31 nT.
Nilai kemagnetan positif pada lintasan L7 terdapat pada titik ukur L7.25 L7.50, L7.100 L7.125, dan L7.175
L7.700 dengan besaran nilai kemagnetan positif berkisar antara 1,44 188,46 nT. Nilai kemagnetan negatif
terdapat pada titik ukur L7.75 dan L7.150. Besaran nilai kemagnetan negatif pada lintasan L7 berkisar antara -
10,83 nT sampai -11,09 nT. Permukaan lintasan L7 menempati alluvial.Lintasan L7 didominasi oleh nilai
anomali magnet positif. Sebagaimana lintasan L1 L6, terdapat peningkatan nilai anomali magnet hingga ke
ujung lintasan L7 bagian tenggara. Tidak ada indikasi sesar pada lintasan L7 karena tidak terdapat kontras
anomali magnet positif dan negatif antara titik ukur pada lintasan L7.
Indikasi struktur geologi pada penampang anomali magnetik diperoleh melalui kontras nilai anomali positif dan
negatif (>300 nT). Anomali magnet positif pada penampang anomali magnetik diperkirakan sebagai batuan
diorit yang masih segar (belum mengalami ubahan). Batuan diorit adalah batuan intermediet yang memiliki
nilai suseptibilitas yang relatif tinggi [1]. Nilai untuk bauan diorite adalah 600 120.000 dalam satuan SI [8].
Anomali magnet negatif pada penampang anomali magnetik diperkirakan sebagai batuan granit yang telah
mengalami ubahan kuat dan alluvial yang bersifat nonmagnetik. Granit dan alluvial memiliki respon magnet
yang sangat rendah[1].
Penampang L1 L7 menunjukkan bahwa anomali magnet negatif mendominasi bagian barat laut lintasan.
Sedangkan bagian tenggara lintasan didominasi oleh anomali magnet positif. Bagian barat laut lintasan
ditempati oleh batuan intrusi (granit dan diorit). Anomali magnet negatif yang mendominasi bagian barat laut
lintasan diperkirakan sebagai batuan granit yang mengalami ubahan. Bagian tenggara lintasan ditempati oleh
alluvial. Aluvial yang bersifat nonmagnetik diperkirakan sebagai lapisan permukaan. Sedangkan respon magnet
tinggi pada penampang anomali magnetik diperkirakan sebagai batuan diorit yang tidak tersingkap ke
permukaan. Lintasan L4 L7 yang pada permukaan lintasan ditempati oleh alluvial juga merupakan lintasan
PROSIDING SEM IN AR IL MI AH N AS IO NA L 20 15 ©
Pe nguat an ke mi traan berbasis iptek s ino vatif untu k kemas lahat an BM I
Volu me 1 : Se pte mb er 2015
TG3-5
yang didominasi oleh anomali positif. Anomali positif ini diperkirakan berasal dari batuan diorit yang tidak
tersingkap ke permukaan.
Akuisisi data magnetik dilakukan pada setiap titik ukur pada lintasan pengukuran yang berbentuk gridding.
Pembacaan anomali magnetik pada setiap titik pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali.Data yang diperoleh
dari akuisisi data magnetik pada lintasan pengukuran disebut kuat medan magnetik total. Pembacaan anomali
magnetik pada titik base station (0040'48.3" N dan 12235'37.9" E) dilakukan dengan interval waktu ±2
jam.Pembacaan anomali magnetik pada base station dilakukan untuk mengetahui variasi harian yang
disebabkan oleh radiasi matahari. Sudarmadji dkk [2] mengatakan koreksi variasi harian (diurnal correction)
dilaksanakan untuk menekan efek perusakan medan magnetik yang secara utama disebabkan oleh partikel-
partikel dan radiasi elektromagnetik dari matahari yang merusak ionosfer bumi dalam periode 24 jam.
Peta distribusi anomali magnetik dibuat menggunakan software Surfer 11 dengan memasukkan data anomali
magnetik total. Data anomali magnetik total diperoleh dengan mengurangkan kuat medan magnetik total
terhadap variasi harian dan nilai IGRF (Gambar 3).
Gambar 3 Peta Distribusi Anomali Magnetik TotalDaerah Panas Bumi Bongongoayu
Nilai anomali magnetik pada daerah panas bumi Bongongoayu dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok
anomali magnetik yaitu anomali magnet rendah pada skala warna ungu hingga biru dengan nilai -400 sampai -
150 nT. Kelompok anomali kedua adalah anomali magnet sedang pada skala warna hijau hingga kuning dengan
nilai -150 sampai 50 nT. Anomali magnet tinggi pada skala warna kuning tua hingga merah dengan nilai 50
300 nT.
Kelompok anomali magnet tinggi tersebar pada bagian utara, timur dan bagian selatan daerah penelitian
meliputi 55% dari total daerah penelitian. Kelompok anomali magnet tinggi pada bagian utara menempati
batuan beku intrusi (granit dan diorit) sedangkan pada bagian timur dan selatan menempati alluvial. Anomali
magnet tinggi pada peta distribusi anomali magnetik daerah Bongongoayu menempati batuan beku intrusi pada
bagian utara dan alluvial pada bagian timur dan selatan. Anomali magnet tinggi di bagian utara diperkirakan
berkaitan dengan batuan diorit yang masih segar dan mengandung mineral magnetik. Anomali magnet tinggi di
bagian timur dan selatan diperkirakan berkaitan dengan batuan diorit segar dan mengandung mineral magnetik
yang tertutupi oleh alluvial.
Anomali magnet sedang (-100 sampai dengan 50 nT) dengan klosur membuka ke arah barat dan berupa klosur
tertutup di sekitar anomali magnet rendah menempati batuan beku intrusi dan alluvial. Sedangkan anomali
magnet tinggi (50 300 nT) ditafsirkan berkaitan dengan susunan batuan bawah permukaan yang mengandung
mineral magnetit serta batuan granit dan diorit yang masih segar. Anomali magnet sedang pada peta distribusi
anomali magnetik daerah Bongongoayu menempati batuan beku intrusi dan sebagian kecil alluvial. Anomali
PROSIDING SEM IN AR IL MI AH N AS IO NA L 20 15 ©
Distribusi Anomali Magnetik Daerah…
In tan No via ntar i M . d kk
Volu me 1 : Sep tembe r 2 015
TG3-6
magnet sedang diperkirakan berkaitan dengan batuan diorit yang terubah sedikit. Idral [1] mengemukakan diorit
yang terubahkan sedikit mempunyai nilai kemagnetan relatif lebih tinggi dari pada batuan granit dan alluvial.
Anomali magnet rendah (-400 sampai dengan -150 nT) pada peta dsitribusi anomali magnetik menempati
batuan beku intrusi. Anomali magnet rendah pada daerah panas bumi Bongongoayu ditafsirkan berhubungan
dengan batuan bawah permukaan yang mengalami demagnetisasi. Anomali magnet rendah menurut Idral.
diperkirakan berkaitan dengan batuan nonmagnetik dan batuan yang telah terubah kuat[1]. Anomali magnit
sedang diperkirakan berkaitan dengan batuan bersifat sedikit magnetis yang nilai kerentanan magnitnya relatif
lebih besar. Anomali magnit tinggi diperkirakan berkaitan dengan batuan yang masih segardan mengandung
mineral magnetik.
Daerah demagnetisasi pada peta distribusi anomali magnetik daerah panas bumi Bongongoayu berupa spot-spot
berwarna ungu hingga biru. Daerah demagnetisasi berada di bagian utara dan timur laut kolam panas
Bongongoayu. Kolam Panas Bongongoayu pada peta distribusi anomali magnetik terletak pada anomali magnet
sedang. Struktur/sesar pada peta distribusi anomali magnetik berdasarkan hasil dari penampang anomali
magnetik adalah struktur/sesar berarah hampir timur laut barat daya yang berada pada perpotongan anomali
magnet rendah dan tinggi dan struktur/sesar yang berada pada perpotongan anomali magnet tinggi dan rendah.
Sedangkan struktur/sesar berarah timur laut barat daya memotong anomali magnet tinggi dan anomali magnet
sedang. Struktur/sesar berarah timurlaut baratdaya melewati manifestasi panas bumi Bongongoayu yaitu
kolam air panas
SIMPULAN
Penampang anomali geomagnet menunjukkan terdapatnya struktur geologi berarah Timur Laut Barat Daya.
Anomali magnet positif pada penampang anomali geomagnet disebabkan oleh batuan diorit yang masih segar
(belum mengalami ubahan) sedangkan respon anomali negatif pada penampang disebabkan oleh batuan granit
dan diorit yang telah mengalami ubahan dan aluvial yang bersifat nonmagnetik. Fluida panas bumi dari zona
reservoar ke permukaan di kontrol oleh strukutur geologi/sesar berarah Timur Laut Barat Daya.
Pengembangan eksplorasi panas bumi di daerah panas bumi Bongongoayu perlu dilanjutkan dengan
penyelidikan geolistrik teknik sounding memotong manifestasi panas bumi
DAFTAR PUSTAKA
[1] Idral, A., 2005, Hasil Penyelidikan Geomagnit Daerah Panas Bumi Suwawa Kab.Bone Bolango
Propinsi Gorontalo. Makalah disajikan dalam Kolokium Direktorat InventarisasiSumber Daya Mineral,
Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi.
[2] Sudarmaji., Budiadi, E.V., Sismanto. dan Setiawan, A. 2005. Pengukuran Medan Magnetik Total Daerah
Gedong Songo dan Bawen, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Jurnal Fisika Indonesia. IX: 81 94.
[3] Idral, A. & Sumardi, E, 2009, Hasil Penyelidikan Geomagnetik Daerah Panas Bumi BittuangKabupaten
Tana Toraja-Propinsi Sulawesi Selatan. Makalah disajikan dalamKolokium Badan Geologi 2009, Pusat
Sumber Daya Geologi Badan Geologi.
[4] Mustang, A., Sumardi, E. dan Budiraharja. 2005. Survei Geomagnet di Daerah Jaboi, Kota Sabang,
Daerah Istimewa Aceh. Makalah disajikan dalam Kolokium Badan Geologi 2005, Pusat Sumber Daya
Geologi Badan Geologi.
[5] Nuha, D.Y.U. & Avicena, N, 2012, Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Sumber AirPanas
Songgoriti Kota Batu berdasarkan Data Geomagnetik. Jurnal Neutrino,4(2):178-187.
[6] Glen, J.M.G., Egger, A.E. & Ponce D.A., 2008, Structures Controlling Geothermal CirculationIdentified
Through Gravity and Magnetic Transects, Surprise Valley, California,Northwestern Great Basin. GRC
Transactions, Vol. 32:279-283.
[7] Bachri, S., Sukido. & Ratman, N.,1993, Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi. Bandung:Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.
[8] Telford, W.M., Geldart, L.P. & Sheriff, R.E. (1990). Applied Geophysics. Cambridge:Cambridge
University Press.
Chapter
Full-text available
Geothermal is a renewable energy resource that is being actively developed in all regions of the world. Geothermal can be used and developed in various fields. Geothermal can be developed to fulfill a country's source of electrical energy. In other fields, geothermal can be developed in agriculture, tourism and health. Unlike other energy sources such as coal, oil, and natural gas, geothermal have many advantages. Compared to coal, oil, and natural gas, geothermal have the lowest production of CO2 emissions. In fact, binary geothermal power plants produce absolutely no CO2 emissions (Armannsson, 2003; Blodgett and Slack, 2009; Rybach, 2010). The use of geothermal as a source of electrical energy can replace the role of fossil energy, which produces more CO2 emissions. Geothermal is generally formed because of the geothermal fluid and heat sources. Geothermal fluid is water, which can always be available through a hydrological process. The heat source is at the subsurface. The heat source heats groundwater through a convection process. The heat transfer process in the subsurface occurs by conduction and convection (Glassley, 2014). Geothermal is a non-transferable source of energy such as coal, oil and natural gas. After the exploitation stage, fossil energy sources such as coal, oil and natural gas can be exported to other countries. Therefore, the domestic consumption may not be fulfilled in the producting country. In contrast to geothermal, which is a source of energy that cannot be transferred to other countries. Domestic consumption in the form of electricity and all the benefits that can be obtained through geothermal is only enjoyed by the country or production area. Geothermal is not only positive for environmental sustainability, but also has implications for improving the country's economy and the welfare of local communities. This paper will discuss entrepreneurship that developments in the geothermal tourism area in Gorontalo before the pandemic era. In addition, this paper will discuss the development of geothermal entrepreneurship during a pandemic era.
Article
Full-text available
Telah dilakukan penelitian dengan metode geomagnetik pada tanggal 26 -27 April 2011 di daerah Songgoriti Kota Batu dengan tujuan untuk mengetahui pola Anomali Magnet Total dan struktur geologi bawah permukaan. Setelah dilakukan koreksi data yang meliputi koreksi diurnal dan koreksi IGRF maka didapatkan nilai anomali magnet total serta kontinuasi ke atas dan reduksi ke kutub. Selanjutnya dilakukan interpretasi secara kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan membaca pola kontur anomali magnet lokal dan reduksi ke kutub, sedangkan interpretasi kualitatif dilakukan dengan membuat penampang 2,5 D pada dua lintasan AB dan CD. Berdasarkan interpretasi kuantitatif pada kontur anomali magnetik lokal didapatkan variasi nilai anomali antara -800 nT-600 nT dengan anomali tinggi terdapat pada arah timur dan barat daerah penelitian, anomali sedang terletak pada daerah tengah penelitian dan anomali rendah terdapat pada sedikit daerah tengah penelitian. Daerah penelitian didominasi anomali magnetik sedang. Berdasarkan interpretasi kualitatif pada model penampang 2,5 D lintasan AB dan CD, didapatkan tujuh body yaitu batuan tufa, batuan tufa, batuan breksi vulkanik, batuan breksi tufaan, batuan lava, batuan basalt, dan batuan andesit. Berdasarkan sifat fisik dari tiap lapisan batuan, diduga batuan sarang dalam sistem geothermal yang berupa sumber air panas di daerah penelitian adalah batuan breksi vulkanik dengan batuan penutup (cap rock) berupa batuan tufa. Kata Kunci : Anomali Magnet, Struktur Geologi, Air Panas.
Article
Combined geological and geophysical investigations are used to characterize intra-basin and basin-bounding faults, constrain basin geometry, study fault interactions, and ultimately to identify areas favorable to hydrothermal flow in the geothermal system in Surprise Valley, California. We utilize high-resolution gravity and ground-magnetometer data collected along several detailed transects within Surprise Valley to identify intra-basin structures. Our data show two types of structures whose magnetic signatures differ markedly: N-S-trending normal faults and NW-SE-trending fracture zones that accommodate little offset. The geothermal system is concentrated at the intersections of these two contrasting structural trends, implying that the fracture system facilitating hydrothermal flow to hot springs in Surprise Valley is more complex than typically envisioned for Basin and Range extensional geothermal systems. Our results suggest that there are potentially many pathways for fluid flow, offering new targets for geothermal exploration.
Hasil Penyelidikan Geomagnit Daerah Panas Bumi Suwawa Kab.Bone Bolango-Propinsi Gorontalo
  • A Idral
Idral, A., 2005, Hasil Penyelidikan Geomagnit Daerah Panas Bumi Suwawa Kab.Bone Bolango-Propinsi Gorontalo. Makalah disajikan dalam Kolokium Direktorat InventarisasiSumber Daya Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi.
Hasil Penyelidikan Geomagnetik Daerah Panas Bumi BittuangKabupaten Tana Toraja-Propinsi Sulawesi Selatan Makalah disajikan dalamKolokium Badan Geologi
  • A Idral
  • E Sumardi
Idral, A. & Sumardi, E, 2009, Hasil Penyelidikan Geomagnetik Daerah Panas Bumi BittuangKabupaten Tana Toraja-Propinsi Sulawesi Selatan. Makalah disajikan dalamKolokium Badan Geologi 2009, Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi. [4]
Makalah disajikan dalam Kolokium Badan Geologi Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Sumber AirPanas Songgoriti Kota Batu berdasarkan Data Geomagnetik
  • A Mustang
  • E Sumardi
  • J M G Dan Budiraharja Glen
  • A E Egger
  • D A Ponce
Mustang, A., Sumardi, E. dan Budiraharja. 2005. Survei Geomagnet di Daerah Jaboi, Kota Sabang, Daerah Istimewa Aceh. Makalah disajikan dalam Kolokium Badan Geologi 2005, Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi. [5] Nuha, D.Y.U. & Avicena, N, 2012, Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Sumber AirPanas Songgoriti Kota Batu berdasarkan Data Geomagnetik. Jurnal Neutrino,4(2):178-187. [6] Glen, J.M.G., Egger, A.E. & Ponce D.A., 2008, Structures Controlling Geothermal CirculationIdentified Through Gravity and Magnetic Transects, Surprise Valley, California,Northwestern Great Basin. GRC Transactions, Vol. 32:279-283.
Pengukuran Medan Magnetik Total Daerah Gedong Songo dan Bawen
  • Sudarmaji
  • E V Budiadi
  • Sismanto
  • A Setiawan
Sudarmaji., Budiadi, E.V., Sismanto. dan Setiawan, A. 2005. Pengukuran Medan Magnetik Total Daerah Gedong Songo dan Bawen, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Jurnal Fisika Indonesia. IX: 81 -94.
Makalah disajikan dalam Kolokium Badan Geologi
  • A Mustang
  • E Sumardi
  • Budiraharja
Mustang, A., Sumardi, E. dan Budiraharja. 2005. Survei Geomagnet di Daerah Jaboi, Kota Sabang, Daerah Istimewa Aceh. Makalah disajikan dalam Kolokium Badan Geologi 2005, Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi.