Content uploaded by Cendi Dana
Author content
All content in this area was uploaded by Cendi Dana on Sep 27, 2019
Content may be subject to copyright.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
776
ANALISIS GRANULOMETRI, MORFOLOGI BUTIR, DAN BATUAN ASAL PADA
ENDAPAN PASIR-KERAKAL DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI PROGO, D.I.
YOGYAKARTA
Cendi Diar Permata Dana1*
Muhammad Rizki Sudirman1
Arvida Noviana1
Rahmadi Hidayat1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta, Indonesia
*Corresponding author : cendi.diar.p@mail.ugm.ac.id
SARI
Sungai Progo merupakan salah satu lokasi yang menjadi sumber penambangan pasir dan batu di
wilayah D.I. Yogyakarta. Analisis granulometri dan studi provenance menjadi penting dilakukan
untuk mengetahui karkteristik mekanisme tansportasi dan sedimentasi serta batuan asal sehingga
dapat menghasilkan endapan tesebut dengan kelimpahan yang cukup besar. Pengambilan data
lapangan secara administrasi berada di sepanjang aliran sungai Progo. Pengambilan data dilakukan
di dua belas stasiun pengamatan dengan total sampel yang diambil berjumlah 300 butir kerakal dan
12 sampel pasir. Pengolahan data dilakukan di laboratorium, yang meliputi analisis data ukuran butir,
analisis morfologi butir kerakal dan pasir, sertakomposisi partikel sedimen. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai rata-rata ukuran butir berubah dari 0,43ø (pasir kasar) di bagian hulu
menjadi 2,07ø (pasir halus) di bagian hilir, dengan nilai skewness antara +1,18ø (didominasi ukuran
butir lebih kasar) hingga -0,45ø (didominasi ukuran butir lebih halus) dan nilai kurtosis antara 2,29ø
(very leptocurtic) hingga 4,92ø (extremely leptocurtic). Hal ini menunjukkan bahwa semakin menuju
hilir nilai rata-rata ukuran butirnya memiliki kecenderungan menghalus. Nilai sortasi berkisar antara
0,67ø (cukup baik) hingga 1,19ø (cukup), nilai sortasi yang didapatkan cenderung semakin baik di
daerah hilir. Untuk morfologi butir kerakal dan pasir didapatkan hasil bahwa bentuk butirnya
cenderung semakin spheris seiring mendekati hilir dengan derajat kebundaran yang semakin tinggi.
Sedangakan berdasarkan data komposisi partikel sedimen, didapatkan hasil bahwa provenance
sampel pasir sungai Progo berasal dari batuan beku basa
.
Kata kunci: Granulometri, Morfologi Butir, Batuan Asal
I. PENDAHULUAN
Sungai Progo merupakan salah satu sungai
yang berada di D.I. Yogyakarta yang
memiliki hulu di gunung Sindoro dan hilir di
Samudera Hindia dengan panjang 138 km
dengan luas DAS 2380 km2. Daerah aliran
sungai ini dibatasi oleh beberapa gunung
seperti gunung Sumbing di sebelah barat dan
gunung Merapi serta Merbabu di sisi timur.
Mekanisme sedimentasi dari suatu proses
aliran sungai merupakan hal menarik untuk
diteliti dalam melihat perubahan
karakteristik sedimen dari hulu menuju hilir.
Pada penelitian ini dilakukan analisis
granulometri di sepanjang Sungai Progo
untuk mengetahui perubahan karakteristik
sedimen di daerah penelitian berdasarkan
nilai-nilai statistika. Parameter yang
digunakan adalah ukuran butir, nilai sortai,
skewness, dan kurtosis untuk
menginterpretasi mekanisme sedimentasi
Sungai Progo.
Posisi dari hulu sungai yang sebagian besar
berada di lereng gunungapi aktif membuat
morfologi sungai Progo sangat dinamik,
seiring dengan aktivitas dari gunungapi
tesebut (Mananoma, dkk, 2003).
Penelitian ini menggunakan sampel sedimen
pasir dan kerakal yang telah diambil di
sepanjang Sungai Progo. Pengolahan data
dilakukan di laboratorium, yang meliputi
data ukuran butir, morfologi butir kerakal
dan pasir, serta komposisi partikel sedimen.
Seperti yang diketahui bahwa keberadaan
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
777
endapan pasir dan kerakal yang berada di
sungai Progo menjadi salah satu sumber
penambangan pasir dan batu untuk
keperluan bahan bangunan. Kualitas dari
bahan tersebut harus memiliki kandungan
lempung dan zat organik sedkit dimana akan
sangat ditentukan oleh mekanisme aliran dan
transportasi sedimen yang berlangsung
(Sukandarrumidi, 2004 dalam Wisnubroto,
2009). Oleh karena itu hasil dari penelitian
ini diharapkan akan mampu memberikan
model mekanisme sedimentasi yang
berlangsung di Sungai Progo.
II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL
Secara regional, sungai Progo merupakan
bagian dari zona pegunungan Kulon Progo,
dimana terdapat fisiografi utama yang
dilewati oleh Sungai Progo itu sendiri yaitu
sisi timur dari dome pada zona pusat depresi
yang merupakan bagian dari Plato
Jonggrangan dan pusat depresi Jawa serta
Zona Randublatung. Proses geomorfik yang
mengontrol atau bekerja pada sungai Progo
didominasi oleh proses fluvio-vulkanik yang
disertai proses pesisir pada bagian hilir
sungai.
Stratigrafi regional daerah Kulon Progo dari
yang paling tua sampai yang paling muda
terdiri dari empat formasi utama yaitu,
Formasi Nanggulan (Batupasir, sisipan lignit,
napal pasiran, batu lempungan dengan
konkresi limonit, batugamping, dan tuff),
Formasi Andesit Tua (Breksi andesit, lapilli
tuff, tuff, breksi lapilli, aglomerat, aliran
lava, dan batupasir vulkanik), Formasi
Jonggrangan (Tufa, napal, breksi,
batulempung dengan sisipan lignit,
batugamping yang diselingi napal, dan
batugamping berlapis), dan Formasi Sentolo
(Batupasir napalan, batugamping, napal
tuffan). Hampir semua formasi tersebut
dilewati oleh aliran sungai Progo seperti
yang terlihat pada gambar 3. Selain formasi
yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
beberapa jenis endapan yang terdapat
disepanjang daerah aliran sungai progo,
diantaranya, Endapan Koluvium, Endapan
Sumbing Muda, Endapan Kerucut Gunung
Api, Endapan Sumbing Tua, Endapan
Merbabu, dan Endapan Merapi Muda dan
Tua (Rahardjo, 1995 dengan modifikasi
dalam Wisnubroto, 2009).
Struktur geologi yang berkembang di sekitar
aliran Sungai Progo meliputi struktur lipatan
antiklin yang berarah tenggara-barat laut,
dimana antiklin ini berada di dekat hilir
sungai serta struktur berupa sesar yang
terdapat di sekitar hulu sungai. Sementara
itu di sepanjang aliran Sungai Progo sendiri
tidak terdapat stuktur geologi yang
berkembang baik yang bersifat brittle
maupun ductile.
III. SAMPEL DAN METODE
PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah
analisis laboratorium pada sampel sedimen
lepas berukuran pasir dan kerakal. Sampel
sedimen diambil dari dua belas lokasi
pengamatan di sepanjang aliran Sungai
Progo, D.I. Yogyakarta.
Analisis laboratorium yang dilakukan
berupa analisis granulometri dan kompsisi
dari endapan pasir dengan masing - masing
sampel mewakili satu lokasi pengamatan.
Analisis granulometri dilakukan dengan cara
matematis sementara analisis morfologi
butir dengan perbandingan visual. Proses
pengayakan pada analisis granulometri ini
menggunakan mesh yang berukuran 18
(pasir sangat kasar), 35 (pasir kasar), 60
(pasir sedang), 120 (pasir halus), 270 (pasir
sangat halus) dan > 270 (wadah ayakan).
Penentuan komposisi batuan asal dilakukan
dengan pemisahan kandungan mineral berat
dan ringan kemudian dilakukan pengamatan
menggunakan mikroskop binokuler.
IV. DATA DAN ANALISIS
Data Granulometri
Mean
Mean merupakan nilai rata – rata ukuran
butir. Berdasarkan perhitungan matematis,
didapatkan hasil 7 sampel berukuran pasir
sedang, 3 sampel berukuran pasir kasar, dan
2 sampel berukuran pasir halus. Berdasarkan
grafik mean dapat diketahui bahwa ada
fluktuasi dari perubahan nilai rata-rata
ukuran butir dari STA 1 sampai STA 12.
Akan tetapi, secara umum kurva
menunjukkan trend yang menghalus seiring
mendekati hilir sungai dengan butirannya
relatif berukuran pasir sedang.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
778
Sortasi
Sortasi merupakan nilai standar deviasi
ukuran butir yang menunjukkan tingkat
keseragaman. Berdasarkan perhitungan
matematis, didapatkan hasil 6 sampel
memiliki sortasi moderately sorted, 4
sampel memiliki sortasi poorly sorted dan 2
sampel memiliki sortasi moderately well
sorted. Berdasarkan grafik, nilai sortasi
menunjukkan trend yang relatif stabil pada
kisaran moderately sorted.
Skewness
Skewness menunjukkan nilai kesimetrian
dari kurva frekuensi. Berdasarkan
perhitungan matematis, didapatkan hasil 4
sampel berukuran menunjukkan very fine
skewed, 3 sampel menunjukkan near
symmetrical, 2 sampel menunjukkan very
coarse skewed, 2 sampel menunjukkan
coarse skewed dan 1 sampel menunjukkan
fine skewed. Berdasarkan grafik, nilai
skewness menunjukkan trend yang menurun
yang artinya semakin mendekati hilir nilai
skewness semakin mendekati coarse skewed.
Hal tersebut berarti ukuran butir didominasi
oleh ukuran yang lebih halus.
Kurtosis
Kurtosis merupakan nilai kepuncakan kurva.
Berdasarkan perhitungan matematis,
didapatkan hasil semua sampel memiliki
nilai very leptokurtic. Berdasarkan grafik,
nilai kurtosis menunjukkan trend yang
semakin naik seiring mendekati arah hilir
dengan didominasi oleh kelas leptokurtic
yang menunjukkan bahwa sortasinya
semakin baik.
Morfologi Butir Pasir dan Kerakal
Bentuk Butir
Berdasarkan hasil tabulasi didapatkan hasil
bahwa bentuk butir oblate dan equant
mendominasi baik itu pada ukuran butir
pasir maupun kerakal. Bentuk butir oblate
dicirikan oleh perbandingan sumbu
terpanjang dan menengahnya yang relatif
sama tetapi perbandingan kedunya dengan
sumbu terpendek relatif berbeda. Sedangkan
bentuk butir equant dicirikan dengan adanya
perbandingan sumbu terpanjang, menengah
dan terpendeknya yang relatif sama. Bentuk
butir oblate dan equant yang ada bisa
dibentuk oleh mekanisme transportasi yang
bersifat suspensi atau bedload. Selain itu,
bisa juga dikarenakan oleh bentuk awal
butiran sebelum tertransportasi relatif sudah
oblate atau equant.
Kebolaan (Sphericity)
Sphericity merupakan ukuran bagaiana suatu
butiran mendekati bentuk bola. Berdasarkan
penentuan sphericity butir pasir dengan cara
membandingkan dengan gambar visual
Rittenhouse didapatkan hasil sphericity
bernilai antara 0,72 hingga 0,78 dengan
kategori kelas equant hingga very equant.
Sedangkan penentuan sphericity butir
kerakal dengan rumus perhitungan dari
Sneed dan Folk (1958) didapatkan hasil
sphericity bernilai antara 0,61 hingga 0,73
dengan kategori kelas elongate hingga
equant. Nilai tersebut menandakan bahwa
butiran semakin mendekati bentuk bola.
Material yang mendekati bentuk bola akan
cenderung lebih mudah terdeposisi. Untuk
butiran berukuran kerakal perubahan bentuk
yang terjadi lebih bervariasi karena lebih
banyak mengalami perubahan bentuk akibat
abrasi dan pemecahan selama transportasi
dibandingkan butiran berukuran pasir.
Kebundaran (Roundness)
Roundness berkaitan dengan ketajaman
pinggir dan sudut dari butiran sedimen.
Berdasarkan penentuan roundness dengan
cara membandingkan dengan tabel visual
foto Powers (1953) didapatkan hasil
roundness bernilai antara 0,25 hingga 0,4
dengan kategori kelas subangular hingga
subrounded. Sedangkan penentuan
roundness butir kerakal yang juga dengan
cara membandingkan dengan tabel visual
foto Powers (1953) didapatkan hasil
roundness bernilai antara 0,17 hingga 1,00
dengan kategori kelas angular hingga well
rounded. Nilai tersebut menandakan bahwa
butiran yang berukuran kecil seperti pasir
lebih sulit mengalami pembulatan
dibandingkan dengan material yang
berukuran kerikil – berangkal.
Data Komposisi Butir Pasir dan Kerakal
Sampel butiran pasir yang dianalisis untuk
pengamatan berjumlah 12 sampel dari
semua lokasi pengamatan. Dari 12 sampel
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
779
tersebut, masing –masing diambil sekitar
100 gram sampel pada mesh 60.
Berdasarkan analisis komposisi butir pasir
didapatkan hasil mineral ringan yaitu kuarsa,
feldspar dan litik. Mineral ringan didominasi
oleh kuarsa. Sedangkan pada analisis
mineral berat didapatkan mineral hematit,
magnetit, piroksen, rutil, pirit, ilmenit,
turmalin, olivin dan amfibol. Mineral berat
didominasi oleh magnetit dan piroksen.
Sementara untuk sampel kerakal
berdasarkan hasil deskripsi petrologi secara
megaskopis secara keseluruhan menjukkan
tipe batuan beku intermediet dengan warna
abu-abu, holokristalin, dengan tekstur
afanitik maupun porfiroafanitik dimana
komposisi mineralya berupa plagioklas,
kuarsa, amfiol, dan mineral mafik sehingga
dapat dikelompokkan ke dalam jenis batuan
andesit.
Tipe Batuan Asal
Dalam penentuan tipe batuan asal digunakan
diagram segitiga QtFL (Qt = total kuarsa, F
= feldspar, L = litik) berdasarkan Dickinson
dan Suczek (1979). Hasil dari pengeplotan
didapatkan bahwa batuan asal berasal dari
dissected arc yang dapat diinterpretasikan
sebagai hasil material gunungapi yang
berderet pada island arc yang masih aktif dan
juga berasal dari gunungapi yang tererosi
pada batas kontinen.
Sedangkan dalam penentuan paleoiklim
didasarkan pada diagram segitiga QFL (Q =
kuarsa, F = feldspar, L = litik) Suttner dkk
(1981). Hasil pengeplotan didapatkan bahwa
batuan asal terbentuk pada iklim lembab.
V. DISKUSI
Mekanisme Sedimentasi
Interpretasi mekanisme sedimentasi yang
terjadi pada endapan pasir dan kerakal di
sepanjang sungai progo di dasarkan pada
hasil analisis ukuran butir dan morfologi
butir. Hasil analisis menunjukkan bahwa
material endapan yang terbentuk
terendapkan melalui mekanisme transportasi
secara bedload yang merupakan kombinasi
antara rolling, sliding dan saltasi, akan tetapi
terdapat juga mekanisme transportasi berupa
suspension pada sebagian kecil partikel
sedimen yang berukuran sangat halus.
Dalam analisis ini terdapat beberapa
ketidaksesuaian data yang diperoleh di
lapangan dengan teori, hal ini disebabkan
karena beberapa faktor diantara pengaruh
adanya groundsill, aktivitas penambangan
pasir dan proses pengambilan sampel yang
berbeda untuk tiap lokasi pengamatan. Jika
dilihat berdasarkan morfologi butir baik
pasir maupun kerakal menujukkan
kecenderungan perubahan yang semakin
mendekati bentuk equant dan oblate yang
mengindikasikan bahwa proses transportasi
yang terjadi lebih di dominasi secara rolling
dan suspensi ketika mendekati hilir sungai.
Demikian pula untuk sphericity, dimana
secara umum trend menunjukkan bentuk
yang semakin mendekati bentuk bola yang
artinya material akan cenderung untuk
terdeposisi. Pada dasarnya, butiran spheris
dan prolate lebih mudah tertransport
daripada bladed dan oblate. Hal ini dapat
dibuktikan jika kita melihat trend dari kurva
perubahan bentuk butir kerakal, dimana
bentuk prolate jumlahnya terus meningkat
seiring dengan bertambahnya jarak dengan
hulu, sebaliknya dengan trend dari grafik
bladed.
Perubahan kelas roundness dari endapan
kerakal menunjukkan pola yang normal.
Sementara untuk sphericity terdapat anomali
pada STA1 yang kemungkinan karena lokasi
pengambilan sampel yang dilakukan di
endapan banjir. Sesuai dengan teori butiran
sedimen apabila mendekati hilir sungai akan
menunjukkan tingkat kebundaran dengan
bentuk mendekati rounded yang
mengindikasikan bahwa material telah
tertransport jauh dari asalnya. Akan tetapi
dalam hal ini faktor resistensi partikel juga
sangat berpengaruh, sehingga partikel
dengan resistensi tinggi akan cenderung
mempertahankan bentuk asalnya meskipun
telah mengalami transportasi yang cukup
jauh. Material sedimen yang memiliki
bentuk oblate dan bladed akan lebih
cenderung mengalami transportasi dengan
mekanisme suspended load sehingga tingkat
erosi yang terjadi jauh lebih kecil daripada
material yang tertransportasi secara bedload
yaitu yang memiliki bentuk prolate dan
equant. Dengan tingkat erosi yang lebih
rendah maka derajat kebundaran material
tersebut juga akan lebih rendah pula.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
780
Interpretasi Sumber Material Endapan
Keberadaan beberapa mineral yang kurang
stabil seperti olivin dan piroksen yang
dijumpai pada jarak yang cukup jauh dari
sumber mengindikasikan bahwa relief
daerah asal partikel berada di daerah yang
berelief tinggi. Mineral tersebut masih dapat
dijumpai pada jarak yang sudah cukup jauh
karena adanya suplai mineral dari batuan
yang masih segar meskipun tingkat
pelapukan yang terjadi tinggi (Surjono et al.,
2010). Berdasarkan data asosiasi mineral
berat menurut Mc Lane (1985) dapat
diketahui bahwa sampel pasir di sepanjang
sugai Progo memiliki tipe provenance yang
didominasi oleh batuan beku intermediet.
Jika dilihat dari hasil plotting pada diagram
triangular Dickinson (1985) dapat diketahui
bahwa tipe provenance berasal dari daerah
dissected arc yang mewakili zona busur
magmatik dengan iklim pengendapan berada
pada iklim lembab sesuai hasil plotting pada
diagram Suttner et al (1981).
Kandungan mineral yang mencirikan
material volkanik mengindikasikan bahwa
sumber utama endapan yang berada di
sepajang sungai progo berasal dari material
hasil erupsi gunungapi kuater yang berada di
hulu-hulu sungai yakni gunung Merapi,
gunung Sumbing dan gunung Merbabu.
Hasil analisis kandungan mineral ringan dan
berat yang menunjukkan tipe material yang
bersifat andesitik sesuai dengan tipe afinitas
batuan hasil erupsi ketiga gunung tersebut
yang bersifat andesitik. Adanya beberapa
anak sungai yang melewati formasi lain
dengan tipe litologi yang berbeda juga
terlihat dari variasi komposisi mineral yang
menunjukan adanya beberapa mineral hasil
proses alterasi seperti pirit, hematit, dan
ilmenite. Mineral-mineral tersebut
diinterpretasikan berasal dari batuan yang
berada pada formasi andesit tua (old
andesite formation) dimana litologi
penyusunnya merupakan batuan hasil proses
volkanisme yang telah mengalami alterasi.
VI. KESIMPULAN
1. Endapan pasir sepanjang Sungai Progo
memiliki nilai rerata ukuran butir di
dominasi pasir sedang, dengan sortasi
dominan moderately sorted, skewness
didominasi oleh coarse skewed hingga very
coarse skewed, dan nilai kurtosis very
leptokurtic hingga extremely leptokurtic.
2. Bentuk butir pasir didominasi oleh kelas
oblate dan equant, nilai kebolaan dominan
equant hingga very equant, dan nilai
kebundaran dominan subangular hingga
subrounded. Sementara bentuk butir kerakal
didominasi oleh kelas equant dan oblate,
nilai kebolaan elongate hingga equant dan
nilai kebundaran angular hingga well
rounded.
3. Tipe batuan asal endapan pasir dan
kerakal adalah batuan beku intermediet
(andesit) pada tatanan busur magmatik yang
berasal dari hasil erupsi gunung Merapi,
Merbabu dan Sumbing serta campuran dari
batuan dari formasi andesit tua.
4. Proses sedimentasi endapan pasir dan
kerakal di sepanjang aliran Sungai Progo
didominasi oleh mekanisme bedload dengan
kombinasi rolling, sliding dan saltasi.
VII. ACKNOWLEDGEMENT
Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan Mahasiswa Teknik
Geologi angkatan 2014 yang telah
membantu dalam penyediaan sampel
penelitian serta asisten Laboratorium
Sedimentografi yang telah mendampingi
dalam proses preparasi dan pengamatan
sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Boggs, Sam, 2009. Petrology of Sedimentary Rock 2nd Edition. Cambridge University Press,
Cambridge.
Boggs, S., 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th Edition. Pearson Prentice Hall, New
Jersey.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
781
Folk, Robert L., 1968. Petrology of Sedimentary Rock. Hemphill Publishing Company, Texas.
Giyantoro, T. S., 2009, Karakteristik Mineral Sepanjang Sungai Progo, Daerah Kalibawang-Pantai
Trisik, Daerah Istimewa Yogyakarta, skripsi, Dept.Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada,
tidak dipublikasikan.
Harjanto, Agus. 2011. Vulkanostratigrafi di Daerah Kulon Progo dan Sekitarnya, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Ilmiah MTG. Vol.4 No.2.
Krumbein, W. C., 1941. Measurement and geological significance of shape and roundness of
sedimentary particles, Journal of Sedimentary Petrology, v.11, p.64-72.
Lewis, D. W., McGonchie D., 1994, Practical Sedimentology 2nd Edition, Chapman & Hall,New York.
Manonama, T., D. Legono, dan A. P. Rahardjo, 2003, Fenomena Alamiah Erosi dan Sedimentasi
Sungai Progo Hilir, Jurnal dan Pengembangan Keairan, No.1-Tahun 10.
Nichols, G., 2009, Sedimentology and Stratigraphy 2nd Edition. John Wiley and Sons, Ltd, New York.
Nugroho, S. H., Basit A, 2014, Sediment Distribution Based on Grain Size Analyses in Weda Bay,
Northern Maluku, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, pp. 229-240.
Rahardjo, Wartono et al., 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Badan Geologi, Bandung.
Rittenhouse, G. 1943, A Visual Method of Estimating Two Dimensional Sphericity, Journal of
Sedimentary Petrology, vol.13.
Satria, Muchammad Dani. 2013. Proses Pembentukan Endapan Pasir Besi Di Kulon Progo. UNDIP
7pp
Sudirman, M. Rizki dan Rahmadi Hidayat. 2015. Studi Provenance Dan Granulometri Pada
Singkapan Batupasir Formasi Balikpapan Pada Daerah Palaran Dan Sanga-Sanga Cekungan
Kutai, Kalimantan Timur. Proceeding Seminar Nasional ke 8 2015 UGM
Sunandar, Priyo. 2009. Profil Daerah Aliran Kali Progo. Departemen Geografi, FMIPA Universitas
Indonesia.
Surjono, S. S., et al., 2010, Analisis Sedimentologi, Pustaka Geo, Yogyakarta.
Tucker, Maurice E., 1991, Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary
Rocks 3rd Edition, Blackwell Science, Ltd., Victoria.
Visher, G.S., 1969. Grain Size Distributrion and Depositional Processes. Journal of Sedimentary
Petrology, V.39, No.3, p.1074-1106, Tulsa.
Wisnubroto, Bayu. 2009. Studi Geokimia Endapan Sedimen Sepanjang Sungai Progo D.I. Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
782
TABEL
Tabel.1 Tabulasi keseluruhan nilai mean, sortasi, skewness, dan kurtosis
Kode Sampel
Nilai Mean
Nilai Sortasi
Nilai Skewness
Nilai Kurtosis
G.01
1,70
0,89
-0,34
2,75
G.02
0,43
1,03
1,18
3,98
G.03
1,46
1,14
-0,16
2,35
G.04
0,45
0,94
0,92
3,51
G.05
2,28
0,67
0,03
3,23
G.06
0,95
0,71
1,36
4,92
G.07
1,08
1,12
0,62
2,98
G.08
1,15
0,96
0,29
2,61
G.09
1,30
0,96
0,01
2,45
G.10
1,89
0,84
-0,30
3,15
G.11
2,07
0,84
-0,45
3,76
G.12
1,45
1,19
0,07
2,29
Tabel.2 Tabulasi morfologi butir pasir
Sampel
Bentuk Butir
Kuarsa
Fedspar
Litik
G.01
Equant
Equant
Bladed
G.02
Prolate
Prolate
Equant
G.03
Bladed
Equant
Bladed
G.04
Oblate
Oblate
Oblate
G.05
Equant
Prolate
Oblate
G.06
Equant
Equant
Equant
G.07
Oblate
Oblate
Oblate
G.08
Prolate
Equant
Equant
G.09
Bladed
Equant
Bladed
G.10
Prolate
Prolate
Bladed
G.11
Equant
Equant
Equant
G.12
Oblate
Oblate
Oblate
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
783
Tabel.3 Tabulasi komposisi mineral berat pada endapan pasir
STA
Mineral Berat
Jumlah
Ilmenit
Magnetit
Olivin
Piroksen
Hematit
Pirit
Turmalin
Ampibol
Rutile
1
72
194
98
195
105
16
23
43
4
750
2
70
101
35
436
54
3
42
5
4
750
3
9
252
86
229
7
38
12
111
6
750
4
50
181
89
96
146
33
52
97
6
750
5
27
198
67
196
61
17
83
96
5
750
6
8
349
121
192
9
5
43
21
2
750
7
34
132
161
188
139
6
27
54
9
750
8
140
230
250
0
92
38
0
0
0
750
9
51
150
89
233
94
8
20
51
54
750
10
33
231
143
157
170
0
12
4
0
750
11
18
253
178
193
2
2
39
36
29
750
12
26
198
170
203
15
6
0
132
0
750
GAMBAR
Gambar 1. Lokasi penelitian berada di sepanjang sungai Progo
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
784
Gambar 2. Dokumentasi lapangan: A) Kenampakan struktur silang siur (planar cross bedding) pada
endapan pasir STA 12. B) Kenampakan struktur laminasi pada endapan pasir STA 8 C)
Endapan kerakal pada STA 7 D) Kondisi hilir sungai pada STA 12
Gambar 3. Variasi kenampakan komposisi dan morfologi partikel sedimen ukuran pasir tiap STA
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
785
Gambar 4. Grafik perhitungan analisis ukuran butir pasir secara matematis. (A) Mean (B) Sortasi (C)
Skewness (D) Kurtosis
Gambar 5. Grafik perhitungan analisis morfologi butir pasir. (A) Kebolaan (sphericity) (B)
Kebundaran (roundness)
A
C
D
A
B
B
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
786
Gambar 6. Grafik perhitungan analisis morfologi butir kerakal. (A) Bentuk butir (B) Kebolaan
(sphericity) (C) Kebundaran (roundness)
Gambar 7. Analisis QFL sampel Sungai Progo D.I. Yogyakarta. (A) Butir pasir berasal dari tatanan
tektonik dissected arc. (B) Butir pasir terbentuk pada iklim lembab
A
B
A
B
C