ArticlePDF Available

MINYAK ATSIRI DARI KAMBOJA KUNING, PUTIH, DAN MERAH DARI EKSTRAKSI DENGAN N-HEKSANA

Authors:

Abstract and Figures

Bunga kamboja merupakan jenis bunga yang banyak ditanam dan dapat tumbuh dengan baik serta merupakan bunga yang beraroma yang mempunyai nilai guna tinggi untuk diproduksi minyak atsirinya, yaitu minyak yang mudah menguap dan mengeluarkan aroma khas. Minyak atsiri ini mengandung lebih dari 30 jenis senyawa kimia, beberapa diantaranya merupakan senyawa-senyawa kimia yang sangat berharga, yang termasuk dalam golongan senyawa sesquiterpen, alkohol, alkana, resin, dan wax/parafin. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi minyak atsiri kamboja dengan 3 variasi jenis bunga, yaitu kamboja merah, kuning, dan putih. Metode ekstraksi yang dipilih menggunakan ekstraksi dengan n-heksana. Minyak kamboja diperoleh dengan menguapkan hasil ekstrak pada titik didih n-heksana sampai tidak didapatkan lagi embunan, dilanjutkan dengan analisis rendemen minyak. Sementara itu, analisis jenis komponen minyak atsiri kamboja menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Kadar minyak atsiri hasil ekstraksi dengan pelarut n-heksana dari masing-ma-sing jenis bunga kamboja berbeda, dari kamboja kuning (4,457%), kamboja putih (2,908%), dan dari kamboja merah (2,763%). Hasil analisis GC-MS juga menunjukkan bahwa masing-masing minyak atsiri kamboja memiliki komponen kimia yang berbeda-beda. Senyawa kimia golongan alkohol diantaranya geraniol (2,64%), farnesol (8,61%), dan oktadekanol (3,87%), masing-masing dalam kamboja kuning, putih, dan merah. Adapun senyawa golongan alkana diantaranya oktadekana sebesar 21,24% (kamboja kuning), nonadekana (7,54% pada kamboja putih), dan 7,84% pada kamboja merah. Frangipani is a type of flower which is widely grown and have a nice scent, this flower  have a high value in order to produce essential oils. This essential oil contains more than 30 different types of chemical compound; some of them are chemical compounds that are very valuable, which is included in the sesquiterpen compounds, alcohols, alcane, wax/resin, and paraffin. In this research, the extraction of the Frangipani oil was conducted using three different flowers, i.e. the red, yellow, and white frangipani. The chosen extraction method was the extraction using n-hexane. The Frangipani oil was obtained by vaporizing the extraction results on the boiling point of n-hexane until there was no condensate left, and then continued with the analysis of the yield  of the oil. The analysis of the component of the frangipani’s essential oils was conducted using Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS). The concentration of the essential oils as the result of the extraction using n-hexane solvent from each different type of frangipani was different, i.e. from the yellow frangipani (4,457%), white frangipani (2,908%), and from the red frangipani (2,736%). The results of the GC-MS analysis also showed that each frangipani oil has its own chemical component. The chemical substance from the group of alcohol such as geraniol (2,64%), farnesol (8,61%), and octadenol (3,87%) each found in the yellow, white and red frangipani. The alcane group found in the oil samples such as octadecane (21,24%) on yellow frangipani, nonadecane (7,54%) on white frangipani, and 7,84% on red frangipani.
No caption available
… 
No caption available
… 
No caption available
… 
Content may be subject to copyright.
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
Vol. 1 No. 1 Juni 2012 | 25
Jurnal Bahan Alam Terbarukan
ISSN 2303-0623
MINYAK ATSIRI DARI KAMBOJA KUNING, PUTIH,
DAN MERAH DARI EKSTRAKSI DENGAN
N-HEKSANA
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Bunga kamboja merupakan jenis bunga yang banyak ditanam dan dapat tumbuh dengan baik
serta merupakan bunga yang beraroma yang mempunyai nilai guna tinggi untuk diproduksi
minyak atsirinya, yaitu minyak yang mudah menguap dan mengeluarkan aroma khas. Minyak
atsiri ini mengandung lebih dari 30 jenis senyawa kimia, beberapa diantaranya merupakan
senyawa-senyawa kimia yang sangat berharga, yang termasuk dalam golongan senyawa ses-
quiterpen, alkohol, alkana, resin, dan wax/parafi n. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi
minyak atsiri kamboja dengan 3 variasi jenis bunga, yaitu kamboja merah, kuning, dan putih.
Metode ekstraksi yang dipilih menggunakan ekstraksi dengan n-heksana. Minyak kamboja
diperoleh dengan menguapkan hasil ekstrak pada titik didih n-heksana sampai tidak dida-
patkan lagi embunan, dilanjutkan dengan analisis rendemen minyak. Sementara itu, analisis
jenis komponen minyak atsiri kamboja menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrom-
etry (GC-MS). Kadar minyak atsiri hasil ekstraksi dengan pelarut n-heksana dari masing-ma-
sing jenis bunga kamboja berbeda, dari kamboja kuning (4,457%), kamboja putih (2,908%),
dan dari kamboja merah (2,763%). Hasil analisis GC-MS juga menunjukkan bahwa masing-
masing minyak atsiri kamboja memiliki komponen kimia yang berbeda-beda. Senyawa kimia
golongan alkohol diantaranya geraniol (2,64%), farnesol (8,61%), dan oktadekanol (3,87%),
masing-masing dalam kamboja kuning, putih, dan merah. Adapun senyawa golongan alkana
diantaranya oktadekana sebesar 21,24% (kamboja kuning), nonadekana (7,54% pada kam-
boja putih), dan 7,84% pada kamboja merah.
Kata kunci: ekstraksi dengan n-heksana, kamboja kuning, kamboja merah, kamboja putih,
minyak atsiri.
ABSTRACT
Frangipani is a type of fl ower which is widely grown and have a nice scent, this fl ower have a
high value in order to produce essential oils. This essential oil contains more than 30 different
types of chemical compound; some of them are chemical compounds that are very valuable,
which is included in the sesquiterpen compounds, alcohols, alcane, wax/resin, and paraffi n. In
this research, the extraction of the Frangipani oil was conducted using three different fl owers,
i.e. the red, yellow, and white frangipani. The chosen extraction method was the extraction
using n-hexane. The Frangipani oil was obtained by vaporizing the extraction results on the
boiling point of n-hexane until there was no condensate left, and then continued with the analy-
sis of the yield of the oil. The analysis of the component of the frangipani’s essential oils was
conducted using Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS). The concentration of the
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
26 | Vol. 1 No. 1 Juni 2012
essential oils as the result of the extraction using n-hexane solvent from each different type of
frangipani was different, i.e. from the yellow frangipani (4,457%), white frangipani (2,908%),
and from the red frangipani (2,736%). The results of the GC-MS analysis also showed that
each frangipani oil has its own chemical component. The chemical substance from the group
of alcohol such as geraniol (2,64%), farnesol (8,61%), and octadenol (3,87%) each found in
the yellow, white and red frangipani. The alcane group found in the oil samples such as octa-
decane (21,24%) on yellow frangipani, nonadecane (7,54%) on white frangipani, and 7,84%
on red frangipani.
Keywords: n-hexane extraction, yellow frangipani, red frangipani, white frangipani, essential
oils
PENDAHULUAN
Kamboja merupakan salah saju
jenis bunga yang banyak di tanam di In-
donesia, khususnya pulau Jawa dan Bali
cukup banyak ditemukan pohon kamboja.
Bunga kamboja merupakan bunga yang
berbau sangat harum dan cukup awet (Ku-
mari dkk., 2012). Bunga ini sering diguna-
kan pada acara-acara adat juga keagamaan
karena mengeluarkan aroma yang khas
dan warnanya yang indah (Anonim, 2012).
Bunga kamboja ada yang berkelopak besar
atau juga kecil dan ada yang berwarna pu-
tih, kuning, dan merah. Hasil studi literatur
menunjukkan bahwa dalam kamboja dida-
patkan beberapa senyawa atsiri, yang men-
jadi penyebab utama bunga tersebut berbau
harum (Zaheer dkk., 2010). Senyawa-
senyawa atsiri yang terdapat dalam kam-
boja diantaranya geraniol, sitronelol, dan
linalool (Farooque dkk., 2012). Senyawa-
senyawa atsiri tersebut sangat bermanfaat,
antara lain dapat memberi efek relaksasi,
mengurangi stress, dan mengusir nyamuk
(Rejeki, 2011).
Pemanfaatan kamboja untuk di-
ambil minyak atsirinya relatif belum
dikembangkan secara mendalam. Metode
pengambilan minyak atsiri yang sudah
diterapkan di beberapa tempat di Indone-
sia sering memakai metode distilasi de-
ngan steam basah, selain karena murah
biayanya juga cukup efektif untuk bahan
baku minyak atsiri berbasis bunga dan
daun (Guenther, 1990), namun rendemen
yang didapatkan relatif kecil dibandingkan
menggunakan ekstraksi dengan pelarut
(Pitpiangchan dkk., 2009). Penelitian ini
mengambil jenis bunga kamboja sebagai
variabel percobaan untuk mengetahui jenis
bunga yang prospek untuk diolah sebagai
bahan baku penghasil minyak atsiri. Pene-
litian ini akan mempelajari evaluasi kuan-
titatif dan kualitatif pada proses ekstraksi
minyak atsiri kamboja kuning, putih, dan
merah menggunakan metode ekstraksi
dengan n-heksana, dengan tujuan utama
untuk mendapatkan informasi tentang
jenis bunga yang memberikan rendemen
tinggi dan komposisi jenis minyak atsiri
dengan kualitas yang baik pada proses ek-
traksi minyak atsiri kamboja dengan me-
tode ekstraksi dengan n-heksana.
METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian meliputi
variabel bebas dan variabel terikat. Vari-
abel bebas meliputi jenis bunga kamboja,
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
Vol. 1 No. 1 Juni 2012 | 27
yaitu kamboja putih, kuning, dan merah.
Sedangkan variabel terikat adalah rende-
men minyak atsiri (% berat minyak atsiri/
berat kamboja kering). Analisis rendemen
diukur dengan gravimetri dan komposisi
minyak atsiri diukur dengan GC-MS (Gas
Chromatho-graphy-Mass Spectrometry)
(Under-wood dan Day, 2002).
Penelitian ini adalah suatu peneli-
tian eksperimental yang dilaksanakan 3
tahap, yaitu: persiapan bahan dengan me-
ngumpulkan bunga kamboja, melakukan
percobaan, dan analisis hasil percobaan.
Pada tahap persiapan bahan, bunga kam-
boja yang masih segar langsung diproses.
Ketiga jenis bunga kamboja diharapkan da-
pat dikumpulkan pada rentang waktu yang
sesuai dengan jadwal penelitian. Bunga
kamboja yang dikumpulkan adalah kam-
boja kuning, putih, dan merah. Pada tahap
ekstraksi dengan n-heksana, masing-ma-
sing jenis bunga (5 g) diekstraksi dengan
metode soxchlet dengan menggunakan pe-
larut n-heksana (100 mL) selama 20 siklus.
Disusul kemudian menguapkan pelarut
pada titik didih pelarut supaya diperoleh
minyak atsiri murni. Evaporasi pelarut ini
dihentikan setelah tidak ada lagi pelarut
yang mengembun dan keluar dari pendi-
ngin dengan selang waktu 5 menit. Minyak
atsiri yang didapat disimpan dalam botol.
Sementara itu, pada tahap analisis hasil
penelitian, analisis yang dilakukan melipu-
ti analisis rendemen dan analisis kompo-
sisi. Analisis rendemen dilakukan dengan
menimbang minyak atsiri yang diperoleh
dalam labu, hasilnya merupakan berat mi-
nyak atsiri yang didapatkan. Perhitungan
rendemen dilakukan dengan formulasi ra-
sio antara berat minyak atsiri terhadap be-
rat bunga kamboja segar. Adapun analisis
komposisi dilakukan menggunakan Gas
Chromatography-Mass Spectrofotometry
(GC-MS) di laboratorium MIPA Kimia
UGM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis rendemen minyak
atsiri kamboja pada masing-masing je-
nis kamboja menunjukkan bahwa jenis
bunga sangat mempengaruhi jumlah mi-
nyak atsiri yang dihasilkan menggunakan
metode ektraksi dengan n-heksana. Ada-
pun nilai rendemen yang didapatkan ada-
lah kamboja kuning (4,457%), kamboja
putih (2,908%), dan dari kamboja merah
(2,763%). Rendemen minyak atsiri ketiga
jenis bungan kamboja ini lebih tinggi bila
dibandingkan dengan metode distilasi ku-
kus, yang hanya menghasilkan rendemen
kurang dari 0,11% (Ming, 2007; Pitpiang-
chan dkk., 2009). Berarti kandungan mi-
nyak atsiri kamboja kuning lebih banyak
daripada kamboja putih dan merah. Aroma
yang dikeluarkan oleh kamboja kuning
memang lebih harum dan tajam. Semen-
tara itu, hasil analisis komposisi dalam mi-
nyak atsiri pada ketiga jenis kamboja yang
dilakukan dengan metode GC-MS dapat
dilihat pada Gambar 1, 2, dan 3. Senyawa-
senyawa kimia penyusun minyak atsiri da-
pat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3. Adapun
minyak atsiri kamboja hasil ekstraksi da-
pat dilihat pada Gambar 4, 5, dan 6.
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
28 | Vol. 1 No. 1 Juni 2012
Gambar 1. Analisis GC-MS minyak atsiri kamboja kuning
Gambar 2. Analisis GC-MS minyak atsiri kamboja putih
Gambar 3. Analisis GC-MS minyak atsiri kamboja merah
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
Vol. 1 No. 1 Juni 2012 | 29
Tabel 1. Senyawa-senyawa kimia dalam
minyak atsiri kamboja kuning
No Component %
1 P-Xylene 0.490
2 alpha-pinene 0.59
3 Dodecane 3.85
4 Tridecane 0.5
5 Hexadecane 5.07
6 Heptadecane 5.62
7 Nonadecane 3.77
8 Octadecane 21.24
9 Docosane 0.37
10 11b-ethanol 0.810
11 Butanoic acid 3.340
12 Octacosane 4.020
13 1-Octanol 0.340
14 Geranyl butyrate 1.420
15 Heptacosane 19.850
16 Tricosane 1.45
17 2-phenylethyl
nonanoate 4.300
18 Pentatriacontane 0.540
19 Trans-geraniol 2.640
20 delta-dodecaloctone 2.260
21 Tetracosane 2.07
22 1-eicosanol 3.720
23 2-hexyl octanol 0.750
24 Nonacosane 10.960
99.970
Tabel 2. Senyawa-senyawa kimia dalam
minyak atsiri kamboja putih
No Component %
1 Dodecanol 0.22
2 Dodecane 1.6
3 Octacosane 6.07
4 Octane 0.03
5 Tridecane 1.32
6 Eugenol 0.26
7 Decane 0.16
8 Heptadecane 7.36
9 Dodecanoid acid 0.34
10 Hexadecane 2.97
11 Octadecane 2.59
12 Tetradecanoid acid 2.31
13 Iso-buthyl laurate 0.25
14 Valleral 0.3
15 Nonadecane 0.3
16 Methyl propionate 0.31
17 Hexadecanoid acid 4.8
18 Nonadecane 7.54
19 Docosane 9.91
20 Octadecanoid acid 4.39
21 Butanoid acid 0.48
22 Nonacosane 20.75
23 Propanediol 0.22
24 Benzenedicarboxylic
acid 0.4
25 Tetracosane 1.7
26 Caryophyllene oxide 6.01
27 Hexanoid acid 0.61
28 Tetratetracontane 2.66
29 Persicol 0.95
30 Farnesol 0.39
31 Octadecanol 3.87
32 Globulol 1.47
33 Nonadecene 0.02
34 Propenyl decanoate 0.3
35 Epoxynaphthalene 3.16
36 Tetratetracontane 4.01
100.03
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
30 | Vol. 1 No. 1 Juni 2012
Hasil analisis GC-MS juga menun-
jukkan bahwa masing-masing minyak atsi-
ri kamboja memiliki komponen kimia yang
berbeda-beda. Senyawa kimia golongan
alkohol diantaranya geraniol (2,64%), far-
nesol (8,61%), dan oktadekanol (3,87%),
masing-masing dalam kamboja kuning,
putih, dan merah. Adapun senyawa go-
longan alkana diantaranya oktadekana
sebesar 21,24% (kamboja kuning), nona-
dekana (7,54% pada kamboja putih dan
7,84% pada kamboja merah).
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disim-
pulkan dari hasil penelitian ini adalah
rendemen minyak atsiri kamboja sangat
dipengaruhi oleh jenis bunga, berikut
merupakan nilai rendemen untuk 3 jenis
kamboja; kamboja kuning (4,457%), kam-
boja putih (2,908%), dan dari kamboja
merah (2,763%). Selain rendemen, kom-
posisi minyak atsiri kamboja juga relatif
dipengaruhi oleh jenis bunga, senyawa
kimia golongan alkohol diantaranya ge-
raniol (2,64%), farnesol (8,61%), dan ok-
tadekanol (3,87%), masing-masing dalam
kamboja kuning, putih, dan merah. Ada-
pun senyawa golongan alkana diantaranya
oktadekana sebesar 21,24% (kamboja ku-
ning), nonadekana (7,54% pada kamboja
putih dan 7,84% pada kamboja merah).
Tabel 3. Senyawa-senyawa kimia dalam minyak atsiri kamboja merah
No Component % No Component %
1 Dodecanol 0.22 23 Octadecanoid acid 0.52
2 Dodecane 1.6 24 Propanediol 0.22
3 Octacosane 6.07 25 Ocatdecoid acid 0.69
4 Octane 0.03 26 Benzenedicarboxylic acid 0.4
5 Tridecane 1.32 27 Tetracosane 1.7
6 Eugenol 0.26 28 Caryophyllene oxide 6.01
7 Decane 0.16 29 Hexanoid acid 0.61
8 Heptadecane 7.36 30 Tetratetracontane 6.67
9 Dodecanoid acid 0.34 31 Persicol 0.95
10 Hexadecane 2.97 32 Farnesol 0.39
11 Octadecane 2.59 33 Octadecanoid acid 0.26
12 Tetradecanoid acid 0.59 34 Octadecanol 3.87
13 Iso-buthyl laurate 0.25 35 Globulol 1.47
14 Valleral 0.3 36 Octadecanicl acid 1.29
15 Nonadecane 7.84 37 Nonadecene 0.02
16 Methyl propionate 0.31 38 Tetradecanoic acid 1.72
17 Hexadecanoid acid 1.78 39 Propenyl decanoate 0.3
18 Docosane 9.91 40 Epoxynaphthalene 3.16
19 Octadecanoid acid 0.65 41 Hexadecanoid acid 3.02
20 Octadecanoid acid 0.98 100.03
21 Butanoid acid 0.48
22 Nonacosane 20.75
Megawati dan Satrya Wahyu Dwi Saputra
Vol. 1 No. 1 Juni 2012 | 31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2012), Kamboja, http://
id.wikipedia.org/wiki/Kamboja
(15 Mei 2012).
Farooque, A. M. D., Mazunder, A.,
Shambhawee, S., dan Mazumder,
R., (2012), Review on Plumeria
Acuminata, International Journal
on Research in Pharmacy and
Chemistry, 2, 2.
Guenther, E., (1990), Minyak Atsiri Jilid IV
A, a.b.: Ketaren, R. S., UI Press,
Jakarta, hlm 92-130.
Kumari, S., Mazumder, A., Bhattacharya,
S., (2012), In-vitro Antifungal
Activity of The Essential Oil of
Flowers of Plumeria alba Linn.
(Apocynaceae), International
Journal of PharmTech Research,
4, 1, 208-212.
Ming, HAN., (2007), Essential Oil Ex-
traction from Plumeria rubra
Linn and Its Component Analy-
sis, Journal of Anhui Agricultural
Sciences, 20.
Pitpiangchan, P., Dilokkunanant, U., Suk-
katta, U., Vajrodaya, S., Haru-
ethaitanasan, V., Punjee, P., dan
Rukthaworn, P., (2009), Compara-
tive Study of Scented Compound
Extraction from Plumeria obtuse
L., Kasetsart J. (Nat. Sci), 43,
189-196.
Rejeki, S., (2011), Bunga Kamboja Pe-
ngusir Nyamuk, New York: John
Wiley and Sons, inc, 42-46
Underwood, A.L., dan Day, R. A., (2002),
Analisis Kimia Kuantitatif, edisi
keenam, a.b.: Sopyan, I., Erlang-
ga, Jakarta, hlm 487-489.
Zaheer, Z., Konale, A. G., Patel, K. A.,
Subur, K. W., dan Farooqui,
M. N., (2010), Plumeria Rubra
Linn.: An Indian Medicinal Plant,
International Journal of Pharma-
cy & Therapeutics, 1, 2, 116-119.
... Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam bunga kamboja yaitu farsenol, geraniol, fenetilalkohol, sitronelol, dan linalool [4]. Manfaat dari senyawa tersebut antara lain dapat mengusir nyamuk, mengurangi stress, dan memberi efek relaksasi [11]. Selain itu, kandungan lain e-ISSN:2477-507X Vol.24 No.1, Mei 2020 39 dalam tanaman kamboja adalah agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat.. Tumbuhan ini juga mengandung senyawa fulvoplumierin yang mampu memperlambat pertumbuhan bakteri. ...
... Besar densitas/berat jenis minyak atsiri pada umumnya bernilai 0,696 -1,188 gram/ml pada temperatur 15 o C, dan pada umumnya bernilai 1,000 gram/ml [11]. Hubungan antara daya microwave dan volume pelarut ditunjukkan pada Gambar 2. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi daya microwave dan semakin tinggi volume pelarut, maka densitas minyak atsiri bunga kamboja yang dihasilkan memiliki kecenderungan naik. ...
... Kata kunci : mikroemulsi, PEG 400, ukuran partikel, waktu ekstraksi, bunga kamboja kuning PENDAHULUAN Bunga kamboja kuning (Plumeria alba) mengandung komponen penting seperti geraniol, farsenol, sitronelol, fenetil alkohol, dan linalool (Nurcahyo dan Purgiyanti, 2017). Bunga kamboja mengandung 4,457% minyak atsiri (Megawati dan Saputra, 2012). Minyak atsiri yang di hasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk seperti parfum, kosmetik dan aromaterapi dengan menggunakan mikroemulsi yang relatif lebih aman pada penggunaanya dibandingkan dengan alkohol. ...
Article
The yellow frangipani flower (Plumeria alba) possesses numerous important chemicals that can be utilized in the formulation of cosmetic and fragrance goods by PEG 400 extract microemulsion. In the extraction of yellow frangipani blossoms, PEG 400 serves as a polar solvent with a low molecular weight, non-adhesive properties, and a dielectric constant of 13.6. The study aimed to ascertain the influence of particle size and extraction duration on the microemulsion properties of yellow frangipani flower extract, as well as to identify the optimal conditions for achieving superior microemulsion characteristics of the extract. This research employed a Randomized Group Design featuring two variables. The initial factor is particle size, categorized into three levels: 40 mesh, 60 mesh, and 80 mesh. The second component is extraction duration, comprising three levels: 2 hours, 4 hours, and 6 hours. Data were subjected to ANOVA analysis, subsequently followed by Tukey's test. The findings indicated that the interplay between particle size and extraction duration markedly influenced microemulsion stability following 24 hours of incubation and subsequent centrifugation stability. The ideal treatment comprised a microemulsion of yellow frangipani flower extract at a particle size of 80 mesh, extracted over a duration of 6 hours, exhibiting a clear appearance. The turbidity index was measured at 1.378% after 24 hours of incubation, with a centrifugation stability of 1.522%, a particle size of 9.476 nm, and a stable microemulsion. Keywords : microemulsion, PEG 400, particle size, extraction time, yellow frangipani flower ABSTRAK Bunga kamboja kuning (Plumeria alba) merupakan bunga yang banyak mengandung banyak senyawa atsiri yang dapat di olah menjadi produk kosmetik dan parfum dengan menggunakan mikroemulsi ekstrak PEG 400. Dalam ekstraksi bunga kamboja kuning, PEG 400 merupakan pelarut yang bersifat polar, memiliki berat molekul yang rendah, tidak bersifat adhesif, dan memiliki nilai konstanta dielektrik sebesar 13,6. Tujuan riset yakni guna memahami waktu ekstraksi dan ukuran partikel pada karakteristik mikroemulsi ekstrak bunga kamboja kuning dan menetapkan waktu esktraksi dan ukuran partikel guna mendapatkan karakteristik mikroemulsi ekstrak bunga kamboja kuning yang terbaik. Riset berikut memakai RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan dua faktor. Faktor pertama ialah ukuran partikel, yang tersusun atas tiga tingkat : 40 mesh ; 60 mesh; dan 80 mesh. Faktor kedua ialah lama ekstraksi, yang tersusun atas tiga taraf: 2 jam; 4 jam; dan 6 jam. Data dianalisis memakai ANOVA, diikuti dengan pengujian Tukey. Hasil riset memaparkan bahwasanya hubungan diantara durasi ekstraksi dan ukuran partikel secara signifikan mempengaruhi stabilitas mikroemulsi setelah 24 jam inkubasi dan stabilitas sentrifugasi. Perlakuan optimal melibatkan mikroemulsi ekstrak bunga kamboja kuning pada ukuran partikel 80 mesh dengan lama ekstraksi 6 jam dengan kenampakan yang jernih, dengan nilai indeks turbditas sebesar 1,378% setelah inkubasi 24 jam, stabilitas sentrifugasi sebesar 1,522%, ukuran partikel sebesar 9,476 nm, serta stabilitas penyimpanan terbaik terhadap pH dan pengenceran pada pH 5,5 dengan pengenceran 1:49. Nilai warna mikroemulsi meliputi lightness (L*) sebesar 63,7, redness (a*) sebesar 1,2, dan yellowness (b*) sebesar 2,5. Kata kunci : mikroemulsi, PEG 400, ukuran partikel, waktu ekstraksi, bunga kamboja kuning
... Flowers, leaves and bark of Plumeria rubra contain many bioactive compounds with anticancer, anti-inflammatory and antimicrobial activities (Lim, 2014). The literature study shows that in Frangipani there are also several volatile compounds, which are the main cause of sweet-smelling flowers that are widely used as a mixture of perfumes, cosmetics and aromatherapy (Dwi Saputra and Megawati, 2012). The benefits contained in frangipani flower decoction are traditionally used by Mexicans to treat diabetes mellitus. ...
Article
Full-text available
Frangipani flower (Plumeria rubra) is one of the plants that has a role in perfume and aromatherapy technology which have essential compounds that are the main cause of fragrant smelling flowers. Optimization of extract production needs to be done to obtain a high content of active substances. Ultrasonic assisted extraction is a widely used method for extraction of active compounds in certain products due to shorter operating times. This study aims to determine the effect of variations in extraction time 30,45,60 minutes from fresh and dry frangipani flowers using ultrasonic methods on extract yield values and chemical compositions using the GC-MS method. The results showed that the 60 minutes extraction produced the highest yield values, namely 5.11% for fresh yellow frangipani flower extract and 3.43% for dried yellow frangipani flower. The results of the chemical content study using GC-MS showed that the constituent compounds of fresh yellow frangipani flower essential oil consisted of fatty acids (6.59%), alkanoic acids (4.43%), triterpenoids (1.42%) and floral compound groups. Dry frangipani consists of alkanes (7.47%), alcohol (13.31%), fatty acids (1.00%).
... Bunga kamboja putih juga bersifat antifungi (Oktaviana et al., 2017), antibakteri (Prihardini et al., 2016); (Jiwantono et al., 2017) dan sebagai antioksidan alami (Shofi et al., 2020). Selain itu bunga kamboja putih juga mengandung minyak atsiri yaitu geraniol, farnesol dan oktadekanol (Megawati et al., 2012) serta nonadecana, patchouli alcohol, octadecenal, octadecana dan eicosane (Wartini et al., 2015). ...
Article
Full-text available
Ikan konsumsi memiliki harga yang tinggi jika dijual dalam keadaan hidup, namun masalah transportasi menjadi faktor pembatas, oleh sebab itu perlu dilakukan upaya dalam meminimalkan kematian menggunakan teknik anestesi pada ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak bunga kamboja putih (Plumeria alba L) yang efektif sebagai bahan sedatif alami terhadap benih ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum L). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan satu kontrol yaitu P0 (0 mg/L), P1 (4 mg/L), P2 (5 mg/L), P3 (6 mg/L), P4 (7 mg/L) dan P5 (8 mg/L), masing-masing perlakuan dilakukan pengulang sebanyak 3 kali. Data pengamatan meliputi lama pulih sadar ikan, kecepatan pingsan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Hasil penelitian diperoleh konsentrasi ekstrak bunga kamboja putih antar perlakuan berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap lama pulih sadar dan kecepatan pingsan sedangkan konsentrasi ekstrak bunga kamboja putih antar perlakuan tidak berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kelangsungan hidup benih ikan bawal. Konsentrasi ekstrak bunga kamboja putih yang paling efektif untuk teknik sedatif terhadap benih ikan bawal adalah 8 mg/L dengan keefektifan waktu memingsankan yaitu 11 menit 53 detik, waktu lama pulih sadar yaitu 3 menit 32 detik serta kelangsungan hidup setelah pemeliharaan selama 3 hari mencapai 86,67%. Consumtion type of fish have a high price when sold alive, but transportation problems are a limiting factor, therefore it is necessary to make efforts to minimize mortality using anesthetic techniques for fish. This study aims to determine the concentration of white frangipani flower (Plumeria alba L) extract which is effective as a natural sedative against freshwater pomfret seeds (Colossoma macropomum L). This study used a Complete Randomized Design (RAL) with 5 treatments and one control, namely P0 (0 mg / L), P1 (4 mg / L), P2 (5 mg / L), P3 (6 mg / L), P4 (7 mg / L) and P5 (8 mg / L), each treatment was repeated 3 times. Observational data include the length of conscious recovery of fish, fainting speed, survival and water quality. The results obtained the concentration of white frangipani flower extract between treatments had a real effect (P > 0.05) on the length of recovery of consciousness and fainting speed while the concentration of white frangipani flower extract between treatments did not have a real effect (P < 0.05) on the survival of pomfret seeds. The most effective concentration of white frangipani flower extract for sedative techniques against pomfret seeds is 8 mg / L with an effective recovery time of 11 minutes 53 seconds, a long recovery time of consciousness of 3 minutes 32 seconds and survival after maintenance for 3 days reaches 86.67%.
... Franciska Alvina Desi Setiawan, dkk., Akta Kimia Indonesia 8(1), 2023,[12][13][14][15][16][17][18][19][20][21][22][23][24][25][26][27][28][29][30] ...
Article
Full-text available
Frangipani flower (Plumeria acuminata) and bitter grape (Tinospora crispa L. Miers) stem extract alone shows antimicrobial and antioxidant activities. However, there is a limited report about the actions from the combination of both extracts. Combinations of ethanol extract of white frangipani flower (EFF) and ethanol extract of the bitter grape stem (EBS), each of 0, 1, 2, and 3% were tested for inhibition against Staphylococcus aureus growth and DPPH (1,1-diphenyl,2-picrylhydrazyl) free radicals. A yield of 3.17 and 2.62 g of EFF and EBS, respectively, were resulted from 100 g of dried powdered of the white frangipani flower and bitter grape stem using 200 mL of absolute ethanol. The antimicrobial test was assayed using a 10% stock solution of extract diluted in water. The combination of EFF and EBS showed a synergistic effect on antimicrobial activity, but it proved an antagonistic effect on antioxidant activity. The combination of EFF 3% and EBS 3% showed the highest inhibition index on the S. aureus growth , i.e. 2.02±0.06, which is higher than the inhibition index of Amoxycillin 2%, i.e. 1.85±0.09. The highest antioxidant activity showed by 1% EFF alone (57.5 ± 0.60%), while the lowest was from the combination of EFF 1% and EBS 3% (23.4±0.30%).
Chapter
Antioxidants can be extracted from mangosteen peel with ethanol as solvent using microwave assisted extraction (MAE) efficiently and economically. The mangosteen peel antioxidant can be used to inhibit the biodiesel B20 oxidation. The microwave power gives a great factor of antioxidant conversion in mangosteen peel extraction. At 35 min and 300, 450, 600 W, the antioxidant conversions obtained were 15.45, 17.00, 18.33%, respectively. The total phenolic concentration was about 156–202 mg GAE/g. In addition, the extraction kinetic can be quantitatively described by antioxidant diffusivity from inside the solid to the solid’s surface and antioxidant mass transfer from the solid’s surface into solution with diffusion coefficient (De) of 2.81 × 10⁻¹¹, 3.42 × 10⁻¹¹, 3.8 × 10⁻¹¹ cm²/s, mass transfer coefficient (kc) of 6.36 × 10⁻⁸, 8.97 × 10⁻⁸, 1.05 × 10⁻⁷ cm/s for 300, 450, 600 W, respectively, and Henry equilibrium constant (H) of 0.032. In the oxidation, the mangosteen extract antioxidant can improve 26.32% of the oxidative stability of biodiesel B20. Theoretically, the performance of mangosteen peel extract antioxidants in biodiesel B20 oxidation can be evaluated from its oxidation kinetic which can be approached using the pseudo-homogeneous first-order model. The reaction rate constant follows the Arrhenius equation with activation energy (Ea) of 54.34 and 56.27 kJ/mol as well as collision factors (A) of 348,711 1/min, for the oxidation of biodiesel B20 and the mixture of biodiesel B20 and mangosteen peel extract antioxidant, respectively. The activation energy of the mixture of biodiesel B20 and mangosteen peel antioxidant was higher, so that the mixture of biodiesel B20 and antioxidant is more difficult to oxidize.
Article
Full-text available
Various scented compound extraction methods were studied using Plumeria obtusa L. flowers: water distillation, steam distillation, water-steam distillation, hexane extraction, petroleum ether extraction, and cold and hot enfleurage. Chemical compounds of the extracts from each method were analyzed by gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). The results showed the percentage yield of the extracts was 0.0167, 0.0045, 0.0342, 0.4170, 0.3510, 0.3969 and 12.2400%, respectively. The major chemical component in the essential oils from all distillation methods and both solvents was benzyl salicylate, but the extracts from cold and hot enfleurage were linalool and n-undecanoic acid, respectively.
Article
The aim of the present investigation was to evaluate the antifungal efficacy of essential oil of the flowers of Plumeria alba. It was tested for its Minimum Inhibitory Concentration (MIC) against the fungi Candida albicans ATCC 10231, Candida albicans 5, Aspergillus niger MTCC 281, Penicillium chrysogenum MTCC 2725, Phaenorochaete chrysporium MTCC 787 and Ralstonia entropha MTCC1255. Further, zones of inhibition produced by the crude extract against the fungal strains were measured and compared with those produced by standard antifungal agent Griseofulvin. The extract was proved that it was highly toxic against Aspergillus niger MTCC 281, Candida albicans 5 and Penicillium chrysogenum MTCC 2725. The essential oil showed very less toxicity against Ralstonia entropha MTCC1255. The extract was found to be fungistatic in its action.
  • Z Zaheer
  • A G Konale
  • K A Patel
  • K W Subur
  • M N Dan Farooqui
Zaheer, Z., Konale, A. G., Patel, K. A., Subur, K. W., dan Farooqui, M. N., (2010), Plumeria Rubra Linn.: An Indian Medicinal Plant, International Journal of Pharmacy & Therapeutics, 1, 2, 116-119.
Review on Plumeria Acuminata
  • A M D Farooque
  • A Mazunder
  • S Shambhawee
  • R Dan Mazumder
Farooque, A. M. D., Mazunder, A., Shambhawee, S., dan Mazumder, R., (2012), Review on Plumeria Acuminata, International Journal on Research in Pharmacy and Chemistry, 2, 2.
Bunga Kamboja Pengusir Nyamuk
  • S Rejeki
Rejeki, S., (2011), Bunga Kamboja Pengusir Nyamuk, New York: John Wiley and Sons, inc, 42-46
Essential Oil Extraction from Plumeria rubra Linn and Its Component Analysis
  • Han Ming
Ming, HAN., (2007), Essential Oil Extraction from Plumeria rubra Linn and Its Component Analysis, Journal of Anhui Agricultural Sciences, 20.
Analisis Kimia Kuantitatif
  • A L Underwood
  • R A Day
Underwood, A.L., dan Day, R. A., (2002), Analisis Kimia Kuantitatif, edisi keenam, a.b.: Sopyan, I., Erlangga, Jakarta, hlm 487-489.
Minyak Atsiri Jilid IV A
  • E Guenther
Guenther, E., (1990), Minyak Atsiri Jilid IV A, a.b.: Ketaren, R. S., UI Press, Jakarta, hlm 92-130.