ArticlePDF Available

Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi Tenggara

Authors:
  • University of East Indonesia

Abstract

p>ABSTRACT Background: Obesity is a health problem in developed countries as well as developing countries like Indonesia. National prevalence of overweight children aged 6-14 years is 9.5% in male and 6.4% in female. In Sulawesi Tenggara, there are 6.2% of male and 4.5% of female children who were overweight. Obesity in City of Kendari, there was an increase of obesity prevalence 0.15% in 2007 and 0.26% in 2008. Obesity can be influenced by various factors. It issuspected that eating behavior is a major factor, so we want to know, how big is the eating behaviors contribute to children’s obesity. Objectives: To determine the relationship of eating behavior and incidence of childhood obesity in one favorite public elementary school in Kendari Sulawesi Tenggara Province. Methods: This research was observational with cross sectional study design it was conducted in May 2010. Data was analysed using comparative test (chi square), and logistic regression. Results: There was significant correlation between eating behavior and obese incidence (p<0.01) with the power of prevalence ration (PR) was protective in their nature (PR= 1/0.12 = 8.3 In other words, the subject with healthy eating behavior had probability 8.3 times greater to not obese. Conclusions: There was significant correlation between diet behavior and the obesity in the children with the power of correlation and prevalence ratio was protective. The subject with healthy diet behavior had probability of 8.3 times to avoid obese incidence compared to the subject with non healthy eating behavior. KEYWORDS: eating behavior, obesity, elementary school children ABSTRAK Latar belakang: Obesitas merupakan masalah kesehatan di negara maju dan berkembang seperti Indonesia. Prevalensi nasional berat badan lebih anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Di Sulawesi Tengggara, prevalensi tersebut 6,2% pada laki-laki dan 4,5% pada perempuan. Obesitas di Kota Kendari meningkat setiap tahun yaitu 0,15% pada tahun 2007 dan 0,26% tahun 2008. Obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diduga perilaku makan merupakan faktor utama, sehingga ingin diketahui seberapa besar pengaruh perilaku makan menyumbang terhadap kejadian obesitas. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SDN favorit Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross- sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Analisis data menggunakan uji komparatif (chi square), dan regresi logistik. Hasil: Ada hubungan terbalik antara perilaku makan dengan obesitas anak.P<0,01 dengan kekuatan hubungan dan rasio prevalensi (RP)=1/0,12=83, yaitu subjek yang mempunyai perilaku makan sehat mempunyai peluang 8,3 kali lebih besar untuk terhindar dari terjdinya obesitas. Kesimpulan: Ada hubungan yang sangat signifi kan antara perilaku makan dengan obesitas anak, dengan kekuatan hubungan dan rasio prevalensi yang bersifat protektif yaitu subjek yang mempunyai perilaku makan sehat mempunyai peluang 8,3 kali untuk terhindar dari terjadinya obesitas dibandingkan dengan anak yang berperilaku makan tidak sehat. KATA KUNCI: perilaku makan, obesitas, anak sekolah dasar</p
68 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
Eating behavior and incidence of childhood obesity in Elementary School of Kendari City, South-
East of Sulawesi
Supiati1, Djauhar Ismail2, Retna Siwi P3
ABSTRACT
Background: Obesity is a health problem in developed countries as well as developing countries like
Indonesia. National prevalence of overweight children aged 6-14 years is 9.5% in male and 6.4% in female.
In Sulawesi Tenggara, there are 6.2% of male and 4.5% of female children who were overweight. Obesity
in City of Kendari, there was an increase of obesity prevalence 0.15% in 2007 and 0.26% in 2008. Obesity
can be in uenced by various factors. It issuspected that eating behavior is a major factor, so we want to
know, how big is the eating behaviors contribute to children’s obesity
Objectives: To determine the relationship of eating behavior and incidence of childhood obesity in one
favorite public elementary school in Kendari Sulawesi Tenggara Province
Methods: This research was observational with cross sectional study design it was conducted in May
2010. Data was analysed using comparative test (chi square), and logistic regression
Results: There was signi cant correlation between eating behavior and obese incidence (p<0.01) with
the power of prevalence ration (PR) was protective in their nature (PR= 1/0.12 = 8.3 In other words, the
subject with healthy eating behavior had probability 8.3 times greater to not obese
Conclusions: There was signi cant correlation between diet behavior and the obesity in the children with the
power of correlation and prevalence ratio was protective. The subject with healthy diet behavior had probability
of 8.3 times to avoid obese incidence compared to the subject with non healthy eating behavior
KEYWORDS: eating behavior, obesity, elementary school children
ABSTRAK
Latar belakang: Obesitas merupakan masalah kesehatan di negara maju dan berkembang seperti
Indonesia. Prevalensi nasional berat badan lebih anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada
perempuan 6,4%. Di Sulawesi Tengggara, prevalensi tersebut 6,2% pada laki-laki dan 4,5% pada
perempuan. Obesitas di Kota Kendari meningkat setiap tahun yaitu 0,15% pada tahun 2007 dan 0,26%
tahun 2008. Obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diduga perilaku makan merupakan faktor
utama, sehingga ingin diketahui seberapa besar pengaruh perilaku makan menyumbang terhadap
kejadian obesitas.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SDN favorit
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross- sectional
yang dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Analisis data menggunakan uji komparatif (chi square), dan
regresi logistik
Hasil: Ada hubungan terbalik antara perilaku makan dengan obesitas anak.P<0,01 dengan kekuatan
hubungan dan rasio prevalensi (RP)=1/0,12=83, yaitu subjek yang mempunyai perilaku makan sehat
mempunyai peluang 8,3 kali lebih besar untuk terhindar dari terjdinya obesitas.
1 Poltekkes Kemenkes Kendari, Jl. Jend. A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota Kendari.
2 Bagian Tumbuh Kembang Anak, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan, Yogyakarta.
3 Minat Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,
Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta.
JURNAL GIZI DAN DIETETIK INDONESIA
Vol. 2, No. 2, Mei 2014: 68-74
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 69
PENDAHULUAN
Di seluruh dunia saat ini, sekitar 1,6 miliar
orang dewasa mengalami keadaan berat badan
lebih (overweight) dan sekurang-kurangnya 400
juta di antaranya mengalami obesitas. Tahun 2015
diperkirakan 2,3 juta orang dewasa akan mengalami
overweight dan 700 juta di antaranya obesitas (1).
Prevalensi nasional obesitas umum usia 15
tahun sebesar 10,3%. Obesitas tidak hanya terjadi
pada orang dewasa bahkan terjadi pada anak-
anak umur 6-14 tahun (usia sekolah). Di Provinsi
Sulawesi Tenggara, didapati prevalensi berat badan
lebih pada kalangan anak usia 6-14 tahun sebesar
6,2% (laki-laki) dan 4,5% (perempuan) (2).
Obesitas anak jelas menjadi masalah kesehatan
serius bukan semata karena keberlanjutannya (30-
60%) menjadi obesitas dewasa (3), tetapi juga karena
dampak negatif terhadap kesehatan yang ditimbulkan.
Dampak negatif pada anak, antara lain bisa berupa
hipertensi, penyulit ortopedi, dan gangguan psikologis
yang kesemuanya berujung sebagai penurunan
mutu kehidupan, di samping menambah beban
ekonomi keluarga dan negara (4). Fenomena obesitas
mendasari perlunya mengevaluasi obesitas sejak dini
karena usia tersebut masih mudah diatasi dan usia
dewasa semakin sulit dan perubahan status obesitas
siswa-siswi remaja menjadi non obesitas sangat kecil
(5).
Obesitas merupakan dampak ketidak-
seimbangan asupan yang jauh melampaui keluaran
energi dalam jangka waktu tertentu (4). Hasil
penelitian Pampang, menemukan bahwa anak
yang obes cenderung mengonsumsi energi lebih
tinggi 6,9 kali lebih besar dibanding anak yang
tidak obes, kebiasaan bergaya-hidup sedentary
karena kemanjaan akibat kemajuan teknologi
telah mempercepat pertambahan kasus obesitas.
Ketersediaan televisi telah dapat meningkatkan
angka kejadian obesitas (6,4).
Umumnya, perilaku makan anak sekolah
masih dipengaruhi oleh kelompok ataupun orang
tuanya dan sekolah dapat membentuk perilaku
makan anak, karena di lingkungan sekolah anak
mudah terpapar makanan jajanan kaki lima dan
anak mempunyai kemampuan membeli disebabkan
harganya yang murah, menarik, dan bervariasi (7).
Menurut Devi, perilaku makan dan status gizi anak
menunjukkan hubungan yang signi kan (8).
Perilaku makan merupakan kebiasaan makan
yang bisa diubah dan diduga merupakan prediktor
yang kuat bagi terjadinya obesitas. Selain itu, survei
awal tahun 2009, mendapatkan angka obesitas
di SDN 12 Baruga sebesar 76 orang (8,6%).
Menurut Wing (Soegih dan Wiramihardja), berat
badan dipengaruhi perilaku makan sehingga ingin
diketahui seberapa jauh peran perilaku makan
tersebut dalam menyumbang terhadap kejadian
obesitas (9).
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan rancangan cross-sectional
dilaksanakan pada Bulan Mei-Juli 2010. Penelitian
dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 12 Baruga
(Kuncup Pertiwi). Alasan pemilihan sekolah ini
karena merupakan sekolah favorit di Kota Kendari
dan diduga prevalensi anak obes cukup tinggi.
Populasi penelitian ini adalah seluruh anak SD yang
berada di SD Kuncup Kota Kendari, murid kelas 2
sampai kelas 5 yang mengalami obesitas sebanyak
76 orang. Data tersebut diperoleh dari guru UKS
(usaha kesehatan sekolah). Setelah dilakukan
pengukuran, diperoleh 241 orang, kemudian Peneliti
mempertimbangkan pemilihan subjek berdasarkan
kriteria inklusi dan ekslusi maka diperoleh 83
orang. Data dianalisis secara univariat, bivariat
dan dilanjutkan dengan multivariat pada tingkat
kepercayaan 95%.
Kesimpulan: Ada hubungan yang sangat signi kan antara perilaku makan dengan obesitas anak, dengan
kekuatan hubungan dan rasio prevalensi yang bersifat protektif yaitu subjek yang mempunyai perilaku
makan sehat mempunyai peluang 8,3 kali untuk terhindar dari terjadinya obesitas dibandingkan dengan
anak yang berperilaku makan tidak sehat.
KATA KUNCI: perilaku makan, obesitas, anak sekolah dasar
70 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
HASIL
Karakteristik responden
Terdapat 83 responden siswa Sekolah
Dasar Negeri Kuncup Pertiwi (12 Baruga). Adapun
karakteristik secara umum dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
subjek berumur 10 tahun, mempunyai status gizi
obesitas ringan, mempunyai asupan energi melebihi
% AKG kebutuhan, dan mempunyai orang tua
dengan kategori obesitas yang mempunyai tingkat
pendapatan keluarga yang tinggi.
Hubungan perilaku makan dengan obesitas
anak
Tabel 2 menunjukkan terdapat hubungan yang
signi kan antara perilaku makan dengan terjadinya
obesitas (p<0,01) dengan kekuatan hubungan rasio
prevalensi yang bersifat protektif (RP)=1/0,12= 8,3.
Dengan kata lain, subjek yang mempunyai perilaku
makan sehat mempunyai peluang 8,3 kali lebih
besar untuk terhindar dari terjadinya obesitas.
Hubungan variabel luar (umur, jenis kelamin,
asupan energi, genetik, sosial ekonomi) dengan
obesitas
Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat hubungan
antara jenis kelamin, umur, asupan makanan di
sekolah, status gizi bapak, dan tingkat pendapatan
keluarga dengan obesitas pada subjek penelitian.
Terdapat hubungan yang sangat signi kan antara
total asupan energi (di rumah dan di sekolah) dengan
terjadinya obesitas yang bersifat protektif p<0,01
dengan kekuatan hubungan RP=0/0,14= 7,1 kali. Anak
yang mempunyai asupan energi sesuai kebutuhan
tubuh (cukup) akan terhindar dari obesitas sebesar
7,1 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang
mempunyai asupan energi lebih besar dari % AKG.
Tabel 1. Karakteristik responden penelitian
Variabel N %
Umur (tahun)
10 59 71,1
>10 24 28,9
Jenis kelamin
Laki-laki 47 56,6
Perempuan 36 43,4
Perilaku makan anak
Sehat 31 37,3
Tidak sehat 52 62,7
Asupan energi di sekolah
>50% AKG 48 57,8
<50% AKG 35 42,2
Asupan energi total
>100% AKG 45 54,2
<100% AKG 38 45,8
Status gizi (IMT) bapak (+)
Obes 52 62,7
Normal 31 37,3
Status gizi (IMT) ibu (+)
Obes 46 55,4
Normal 37 44,6
Status gizi (IMT) ibu (++)
Obes 26 31,3
Normal 57 68,7
Pendapatan keluarga
Tinggi 45 54,2
Cukup 38 45,8
Tabel 2. Hubungan antara perilaku makan dengan obesitas
Variabel Kategori Over Obes pRPCI 95%
n % n % Min Maks
Perilaku Tidak sehat 25 89,3 27 49,1 0,00* 0,12 0,31 0,43
Makan Sehat 3 10,7 28 50,9
RP= rasio prevalensi
Selanjutnya, diikuti oleh status gizi ibu ada hubungan
yang signi kan antara status gizi ibu dengan obesitas
p<0,05 RP=3,4. Demikian pula status gizi orang tua
(ibu dan bapak), yaitu salah satu di antaranya atau
keduanya obes akan mempunyai hubungan yang
signi kan dengan obesitas pada anak
Analisis multivariat hubungan beberapa variabel
dengan obesitas
Penelitian ini menggunakan analisis multivariat
regresi logistik dengan metode backward. Hal
tersebut dipilih untuk mengendalikan beberapa
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 71
variabel bebas dan variabel luar yang berhubungan
dengan variabel terikat antara lain variabel perilaku
makan, total asupan energi >AKG, status gizi ibu,
dan status obesitas kedua orang tua subjek
Hasil analisis uji regresi logistik menunjukkan
bahwa variabel total asupan energi yang melebihi
AKG, merupakan variabel yang paling berpengaruh
terhadap terjadinya obesitas pada subjek
dibandingkan variabel lainnya p<0,01 Eksp(B)
12,46, dengan kata lain terjadinya obesitas pada
subjek lebih banyak 12 kali lebih besar terdapat
pada subjek dengan asupan energi melebihi AKG.
BAHASAN
Hubungan perilaku makan dengan obesitas
anak
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang pada Tabel
2 diketahui bahwa ada hubungan yang signi kan
antara perilaku makan dengan obesitas anak
dengan kekuatan hubungan dan rasio prevalensi
yang bersifat protektif. Subjek yang mempunyai
perilaku makan sehat mempunyai peluang 8,3
kali untuk terhindar dari terjadinya obesitas
dibandingkan dengan anak yang berperilaku makan
tidak sehat.
Perilaku makan anak dapat dibentuk melalui
pengalaman awalnya berdasarkan perilaku makan
orang tuanya. Orang tua berperan untuk selalu
memantau perkembangan anak baik berat badan
maupun dalam hal memilih makanan. Makanan
yang sehat dapat dicapai dengan memperbanyak
menu makanan yang mengandung serat seperti
sayur dan buah yang banyak dikenal sebagai
peluruh lemak. Berdasarkan penelitian Nuraeni
et al (10) pada anak SD di Kota Yogyakarta dan
Bantul, anak yang konsumsi sayur dan buahnya
jarang (<7 kali/minggu) berisiko lebih besar manjadi
obes. Bila ditinjau dari pemilihan makanan, alasan
seseorang mengalami kelebihan berat badan
karena banyak faktor yang mempengaruhi, di
antaranya perilaku makan. Menurut Wardle perilaku
Tabel 3. Hubungan variabel luar dengan obesitas
Variabel Over Obes p RP CI 95%
n % n % Min Maks
Jenis kelamin
Laki-laki 12 42,9 30 15,9 0,31 1,60 0,64 0,40
Perempuan 16 57,1 25 54,5
Umur (tahun)
<9 38 69.1 21 75.0 0,57 0,75 0,26 0,20
>9 7 8.1 17 15.9
Total asupan energi
Total > AKG 23 82,1 22 40,0 0,00 0,14 0,04 0,43
Cukup 5 17,9 33 60.0
Asupan makanan di sekolah
>50%AKG 11 39,3 24 43,6 0,70 1,20 0,47 3,02
<50% AKG 17 60,7 31 56,4
Status gizi ibu
Obes 10 35,7 36 65,6 0,01 3,41 1,31 8,84
Normal 18 4,3 19 35,5
Status gizi bapak
Obes 16 57,1 36 65,5 0,46 1,42 0,56 3,61
Normal 12 42,9 19 35,5
Status gizi ibu/bapak
Obes 14 28 36 72 0,42 0,68 0,24 1,93
Normal 12 36,4 21 63,6
Pendapatan keluarga
>Rp 3.900.000 23 41,8 15 12,8 0,31 1,60 0,64 4,01
Cukup 55 55,0 28 28.0
72 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
makan berhubungan dengan obesitas (11). Fakta
menunjukkan semakin tinggi umur anak, semakin
berkurang anak obesitas, tapi secara statistik tidak
berhubungan dengan umur. Kebanyakan anak
mulai merasa malu bila ketahuan banyak makan,
ini nampak pada saat wawancara total asupan
kurang, tetapi sebagian anak yang didampingi
ibunya mengakui bahwa anaknya banyak makan
(porsi besar dan sering).
Tidak dapat dipungkiri anak obes selalu
berkeinginan untuk makan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Webber menemukan bahwa anak
dengan berat badan lebih memiliki responsivitas
yang tinggi terhadap sinyal aroma masakan dan
makan lebih cepat selama waktu makan, dibanding
anak yang berat badannya normal (12). Kelemahan
dari penelitian ini tidak melihat penyebab turunnya
berat badan seperti yang dikatakan sebelumnya,
semakin tinggi umur semakin berkurang anak
obesitas. Faktor lain yang tidak diteliti seperti:
aktivitas sik, psikologi dan lingkungan keluarga,
dan melihat anak obesitas yang diteliti di SD Kuncup
ini sudah terkondisi jauh sebelum masuk sekolah
atau belum, sehingga anak tetap memiliki berat
badan lebih meskipun sudah melakukan perilaku
makan yang sehat. Menurut Syarif, perilaku makan
anak obes mulai terkondisi dan terlatih sejak
bulan-bulan pertama kehidupan bayi yaitu dengan
pemberian susu botol yang diberikan dalam jumlah
berlebihan dari kebutuhannya dan dapat berlanjut ke
masa usia sekolah (13). Azwar menegaskan bahwa
lingkungan memiliki kekuatan lebih besar daripada
karakteristik individu. Perubahan perilaku pada anak
masih dipengaruhi oleh kelompok maupun individu
atau orang tuanya (14).
Hubungan variabel luar dengan obesitas
Berdasar hasil penelitian pada Tabel 3
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara asupan energi subjek yang
dikonsumsi di sekolah dengan kejadian obesitas.
Asupan energi subjek dalam penelitian ini merupakan
asupan energi selama di sekolah dan di luar
sekolah, termasuk di rumah dan tempat makan
lain. Hal itu berhubungan sangat signi kan dengan
terjadinya obesitas yang bersifat protektif. Anak
yang mempunyai asupan energi sesuai kebutuhan
tubuh (cukup) akan terhindar dari obesitas sebesar
7,1 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
yang mempunyai asupan energi lebih besar dari %
AKG. Asupan energi yang cukup diperlukan tubuh
agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari.
Asupan makanan dan aktivitas sik memegang
peran penting terjadinya obesitas pada seseorang.
Kedua aspek ini mengalami banyak perubahan pada
masyarakat seiring dengan semakin meningkatnya
gaya hidup sedentary. Menurut Arisman, obesitas
merupakan dampak ketidakseimbangan asupan
yang jauh melampaui keluaran energi dalam jangka
waktu tertentu (4). Hal ini sesuai hasil penelitian
Pampang yaitu anak yang obes cenderung
mengonsumsi energi lebih tinggi 6,9 kali lebih besar
dibanding anak yang tidak obes (6).
Hasil analisis zat gizi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa asupan energi sebagian besar
diperoleh dari kebiasaan makan di luar rumah dalam
bentuk camilan, snack, dan makanan lain yang
terdapat di warung makanan. Hasil observasi yang
dilakukan, kebanyakan anak memilih makanan
maupun minuman yang manis-manis. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang diambil dari
Webber et al bahwa hubungan antara keinginan
minum, paling tidak dalam lingkungan dimana
banyak minuman yang kaya energi berhubungan
dengan obesitas (12). Penelitian ini juga didukung
oleh Devi bahwa perilaku makan dan status gizi
anak menunjukkan hubungan yang signi kan dan
lebih lanjut berpendapat bahwa gizi merupakan
salah satu faktor menentukan kualitas SDM yang
berkualitas (8). Pemenuhan kebutuhan akan
Tabel 4. Hasil analisisis regresi logistik
Variabel B SE p Exp(B) 95% CI
Min Maks
Total asupan energi 2,52 0.71 0,00 12,46 3.09 50.24
Perilaku makan 2,45 0,77 0,00 11,59 2,53 53,11
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 73
pangan sangat ditentukan oleh kebiasaan atau
perilaku makan seseorang yaitu dengan cara
menyediakan makanan yang bermutu tinggi guna
memenuhi kebutuhan selama mengikuti pelajaran
di sekolah karena kegiatan di sekolah menyita
waktu terbesar dari aktivitas sehari-hari, termasuk
aktivitas makan.
Hasil analisis hubungan antara status gizi
ibu (genetik) dengan obesitas anak, menunjukkan
adanya hubungan yang signi kan dengan terjadinya
obesitas pada anak p<0,05 RP=3,4. Demikian pula
dengan status obesitas pada kedua orang tua
subjek (bapak dan ibu) salah satu di antaranya
atau keduanya obes mempunyai hubungan yang
signi kan dengan terjadinya obesitas pada anak
p<0,05 RP=2,91. Hal ini sesuai dengan pendapat
Barasi bahwa beberapa penyakit keturunan
sangat jelas terkait dengan obesitas. Kegemukan
dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada
generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga.
Oleh karena itu, seringkali dijumpai orang tua
yang gemuk cenderung memiliki anak-anak
yang gemuk pula (15). Pendapat serupa juga
disampaikan Asdie yang mengatakan bahwa
seorang anak mempunyai kemungkinan 40%
menjadi obes apabila ia salah satu orang tuanya
obes. Kemungkinan besar lagi 80% menjadi obes
jika kedua orang tuanya obes (16).
Analisis multivariat hubungan beberapa variabel
dengan obesitas
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa
variabel luar (asupan energi total >AKG) merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian
obesitas pada subjek dibandingkan variabel lainnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Pampang, yaitu
anak yang obes cenderung mengonsumsi energi
lebih tinggi 6,9 kali lebih besar dibanding anak
yang tidak obes (6). Demikian juga menurut Elvira,
kegemukan atau obesitas adalah kelainan atau
penyakit yang ditandai dengan adanya akumulasi
atau penimbunan jaringan lemak di bawah kulit
yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh.
Adanya perubahan gaya hidup yang menjurus
pada perubahan pola makan/konsumsi masyarakat
yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi
lemak dan kolesterol terutama terhadap penawaran
makanan siap saji (fast food) yang berdampak
meningkatkan resiko obesitas (17).
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada hubungan yang signi kan antara perilaku
makan dengan obesitas anak. Kekuatan hubungan
dan rasio prevalensi bersifat protektif, yaitu
subjek yang mempunyai perilaku makan sehat
mempunyai peluang 8,3 kali untuk terhindar dari
terjadinya obesitas dibandingkan dengan anak yang
berperilaku makan tidak sehat.
Perlu diupayakan pemberian makanan ringan
atau makan siang yang dilakukan di lingkungan
sekolah. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar
anak tidak sembarang jajan. Untuk mengurangi
paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan
yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan
usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak
sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang.
Pentingnya penyuluhan tentang makanan sehat agar
anak sekolah dapat menentukan pilihan makanan
yang akan dikonsumsi. Diperlukan kerjasama antara
petugas gizi dan guru UKS untuk selalu memantau
BB (berat badan) anak setiap bulannya. Penelitian
ini perlu dilanjutkan dengan menggunakan variabel
lingkungan keluarga sebagai variabel utama karena
lingkungan salah satu faktor yang berperan dan
memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan
perilaku makan anak, bahkan kekuatannya lebih
besar dari pada karakteristik individu.
RUJUKAN
Supari SF. Obesitas dan kurang aktivitas sik 1.
menyumbang 30% kanker. Dalam: Seminar
sehari dan talk show bagi anak-anak SD dan
SMP: 2009; Departemen Kesehatan RI. Jakarta:
Depkes RI; 2009.
Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan 2.
Dasar (Riskesdas) [serial online] 2007 [Disitasi
Juni 2009]. Tersedia dalam: http.www.kesehatan.
kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas. pdf>.
Maffeis C, Provera S, Fillippi L, Sidotti G, 3.
Scenna S, Pinelli Ltatto L. Distribution of food
74 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
intake as a risk faktor for childhood obesity. Int
J Obes 2000;24:75-80.
Arisman MB. Obesitas, diabetes milletus, 4.
dan dislipidemia: konsep, teori dan
penanganan aplikatif. seri buku ajar ilmu gizi.
Jakarta:EGC;2010.
Huriyati E. Studi kohort prevalensi obesitas 5.
siswa-siswi SLTP Kota Yogyakarta Jurnal Gizi
Klinik Indonesia 2006.3(1):1-5.
Pampang E. Asupan energi, aktivitas fisik, 6.
persepsi orangtua dan obesitas siswa SMP
di Kota Yogyakarta. Yogyakarta:Universitas
Gadjah Mada;2007.
Judarwanto W. Perilaku makan anak sekolah. 7.
Picky Caters Clinic (Klinik Khusus Kesulitan
Makan Pada Anak [serial online] [Disitasi 3
Desember 2009]. Tersedia dalam: http://www.gizi.
net/makalah/perilaku/makan/anak/sekolah.pdf
Devi M. Tingkat pendidikan ibu, hubungannya 8.
dengan perilaku makan dan status gizi siswa
sekolah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Soegih R,Wiramihardja K. Obesitas 9.
permasalahan dan terapi Praktis. Jakarta:
Sagung Seto; 2009.
Nuraeni I, Hadi H, Paratmanitya Y. Perbedaan 10.
konsumsi buah dan sayur pada anak sekolah
dasar yang obes dan tidak obes di Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Jurnal Gizi
dan Dietetik Indonesia 2013; I(2): 81-92.
Wardle J. Eating11. behaviour and obesity. Int J
Obes 2008:5-15.
Webber L, Wardel J, Hill C, Saxon J, Jaarsveld. 12.
Eating behaviour and weight in children. Int J
Obes 2008;33:21-8.
Sjarif DR. Obesitas pada anak dan 13.
permasalahannya, Hot topics inpedia.
Jakarta:PKB IKA XLV;2003, p. 219-22.
Azwar S. Sikap manusia; teori dan pengukuran. 14.
Jakarta:Pustaka Pelajar; 2005.
Barasi. Nutritional at a glance. Jakarta: Erlangga; 15.
2007.
Asdie AH. Mencegah obesitas sejak dini: 16.
pikiran rakyat. Cyber Media 2007 [serial online]
[diakses 4 oktober 2009]. Tersedia dalam: http://
www.Pikiran-rakyat.com.
Elvira SD. Penanganan psikologik pada obesitas. 17.
Cermin dunia kedokteran 2007;34(6):296-30.
... 5,6 Selain aktivitas fisik, perilaku makan yang dibiasakan oleh orangtua merupakan tonggak utama terjadinya permasalahan gizi. 1 Perilaku makan anak di sekolah juga dipengaruhi oleh kelompok dan sekolah, karena di lingkungan sekolah anak mudah terpapar makanan jajanan kaki lima dan anak mempunyai kemampuan membeli disebabkan harganya yang murah, menarik, dan bervariasi. 7 Berdasarkan Riskesdas 2013, diketahui proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum yaitu sebesar 26,1%. DKI Jakarta termasuk ke dalam provinsi dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berada di atas rata-rata Indonesia dan menduduki posisi lima tertinggi dengan presentasi 44,2%. ...
Article
Masalah gizi pada anak perlu mendapat perhatian karena pengaruhnya yang besar terhadap tumbuh kembang anak. Faktor-faktor yang memengaruhi status gizi antara lain aktivitas fisik, asupan energi yang berlebihan dan pengeluaran energi yang tidak seimbang yang menyebabkan kelebihan berat badan. Selain aktivitas fisik, perilaku makan turut berperan dalam terjadinya masalah gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik dan perilaku makan dengan status gizi pada anak sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 siswa sekolah SDI Al-Falaah Ciputat (usia 9-12 tahun). Kuesioner Baecke Physical Activities dan Child Eating Behavior yang telah divalidasi digunakan untuk pengumpulan data. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (aktivitas fisik dan perilaku makan) terhadap variabel terikat (status gizi). Hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara aktivitas fisik dan status gizi. Siswa dengan aktivitas fisik rendah memiliki status gizi di atas normal. Siswa penghindar makanan cenderung memiliki status gizi yang lebih rendah, sedangkan siswa penyuka makanan berstatus obesitas. Analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan aktivitas fisik dan perilaku makan terhadap status gizi anak SD Islam Al-Falaah Ciputat.
Article
Full-text available
Background: Complications of hypertension causes 9.4 million of death worldwide each year. The risk factors for hypertension include heredity and environmental factors such as obesity, salt intake, physical activity, and alcohol. One-third of teenagers spent their time on school activities, so schools contribute to preventing hypertension in adolescents through Health School Program activities. Objective: to compare the health-promoting school program in Indonesia and Western in the prevention of hypertension. Method: The method used in writing this article was a literature review from 11 specific articles that were collected through google scholar, ProQuest, and SAGE pub search engines, with article inclusion criteria published in 2013-2019. Result: the review found that health promotion program in schools which was implemented in Indonesia have not been effective in preventing the emergence of risk factors for the incidence of hypertension in adolescents, compared with implementation in western. Ineffectiveness that occurs due to nutritional control patterns in adolescents in schools in the absence of regulations governing the nutritional content of student food, the lack of the teacher’s role in implementing health education due to high academic demands, and the lack of parental involvement. Conclusion: There are differences in the implementation of the health promotion program in Indonesia and the Western. The government priority for increasing the quality of live students trough health-promoting schools.
Conference Paper
Full-text available
Metabolic syndrome is one of risk factor of non-communicable disease, such coronary heart disease (CHD) and Diabetes mellitus (DM). Metabolic syndrome characterised by appearance minimum 3 of these symptoms: high blood pressure, low HDL-cholesterol level, high LDL-cholesterol level, high triglyseride level, high fasting glucose level, high waist-hip ratio. Metabolic syndrome is often related to obesity. Adolescent with obesity has higher risk to be suffering from metabolic syndrome and have degenerative disease. This research aimed to identify correlation between Body Mass Index (BMI) and some biomarkes signs of metabolic syndrome in adolescences. This was an observational research conducted in Junior High School in Jember. Twenty three High School students were participated as subjects in this research. The were condestied in measurement of BMI/Age, and biomarkes signs (HDL-cholesterol level, LDL-cholesterol level, triglyseride level, and fasting glucose level) measured by laboratory. Prevalence of overweight in male and female adolescents are 13.3% and 18.4% respectively. Prevalence of obesity in male and female adolescents are 11.2% and 7.2% respectively. There is correlation between BMI and HDL-cholesterol level (p=0.043), but there are no correlation between BMI and other three biomarker : LDLcholesterol level (p=0.380), triglyseride level (p=0.253), and fasting glucose level (p=0.253).
Article
Full-text available
Backgound: Juvenile obesity is becoming a global problem. The high prevalence of juvenile obesity is due to an inadequate physical activity and an imbalance of nutritional intake. The roles of parent are significant in the incidence of obesity; therefore their understanding on the prevention of obesity is necessary. Findings of some studies in Yogyakarta show that 7.9 % of adolescents are approaching obesity. Objective: To assess the relationship between energy intake, physical activities, parental perception, and the status of obesity among students grade 7 to 9. Method: This study used cross sectional design. The samples were students grade 7 to 9 of Yogyakarta Municipal City including those who were obese and non-obese. The respondents were recruited as many as 230 students; chi square (χ²) test and significant level of 95%, were used to analyze the difference between obese and non-obese group. Results: This study found that energy intake correlated with obesity (p < 0.05). Moreover, physical activity significantly correlated with obesity (p < 0.05). Nevertheless, parental perception did not significantly correlate with obesity (p > 0.05). Conclusion: Physical activity and energy intake had an association with obesity status among students grade 7 to 9 in Yogyakarta Municipal City. But parental perception had no association with obesity among the respondence.
Article
Full-text available
br /> Background: Curently, Indonesia has double burden problems nutrition, such as malnutrition and over nutrition. Overnutrition or obesity are not just happening in adults only, but also can occur in childhood. If the problem of obesity in children and adolescents cannot be resolved, it can be infl uenced obese in adulthood then potentially to have noncommunicable diseases, such as cardiovascular disease, hypertension and diabetes mellitus. Prevalence of obesity in children at Yogyakarta Province increases year by year (1;2). Obesity was caused by an imbalance in energy intake and energy expenditure. Children tend to consume high energy-dense, sweet taste meal, high fat foods and less dietary fiber from fruits and vegetables. Several studies showed that there was increasing in risk of obesity from someone who have less consumption of fruits and vegetables. Objective: To determine differences in frequency and amount of fruit and vegetable consumption in elementary school children obese and non-obese at Yogyakarta Municipality and District of Bantul and to find out the risk of obesity in children who have less consumption of fruits and vegetables. Methods: The study design was a case-control, 244 samples as cases (obese children) and 244 controls (non-obesechildren). The subject of this study was children aged 6-12 years who were seated in class 1 to class 5 elementary schools at Yogyakarta Municipality and District of Bantul. Identity data obtained from a structured questionnaire respondent, frequency and amount of fruit and vegetable consumption were taken from Semi Quantitative Food Frequency Questioner(SQFFQ).Then the results analyzed using statistical test. Results: Statistical test showed that there were significant differences (p<0,05) in the frequency and number of fruit and vegetable consumption in obese and non-obese elementary school children at Yogyakarta Municipality and District of Bantul. Multivariate analysis after controlled by gender and energy intake, showed that obese children who rarely consuming fruits (<7 times/week) (OR=2,24, 95%CI: 1.53-3.28), rarely consuming vegetables (<7 times/week) (OR=2,52, 95%CI: 1,70-3,73), and consuming fruits and vegetables less than 5 servings/day (equivalent to 400 g/day) (OR= 4,59, 95%CI:2,11-10,00) were greater risk for being obesity. Conclusion: Obese children had rarely and less consume of fruits and vegetables than that did in non-obese children at Yogyakarta Municipality and District of Bantul. The children rarely and less consuming fruits and vegetables increased the risk of obesity. KEYWORDS: children obesity, vegetable, fruit ABSTRAK Latar Belakang: Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih. Kelebihan gizi atau obesitas pada anak dan remaja apabila tidak diatasi maka berdampak menjadi obesitas pada masa dewasa yang berpotensi mengalami penyakit tidak menular, seperti jantung, hipertensi dan diabetes mellitus. Prevalensi obesitas pada anak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (1; 2). Obesitas disebabkan ketidakseimbangan antara masukan dengan keluaran energi. Anak cenderung mengkonsumsi padat energi yang berasa manis dan berlemak tinggi serta makanan kurang serat dari buah dan sayur. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko obesitas pada orang yang kurang konsumsi buah dan sayur. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan frekuensi dan jumlah konsumsi buah dan sayur pada anak SD obes dan tidak obes di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta peran konsumsi buah dan sayur terhadap kejadian obesitas. Metode: Rancangan penelitian ini adalah case-control, 244 kasus (anak obes) dan 244 kontrol (anak tidak obes). Subjek penelitian adalah anak usia 6-12 tahun yang duduk di kelas 1 hingga kelas 5 sekolah dasar di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul. Data identitas diperoleh dari kuesioner terstruktur, sedangkan data frekuensi dan jumlah konsumsi buah dan sayur diperoleh dari semikuantitatif FFQ. Hasilnya kemudian dianalisis menggunakan uji statistik. Hasil: Pada anak SD obes dan tidak obes di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul terdapat perbedaan yang signifikan(p<0,05) dalam frekuensi dan jumlah konsumsi buah dan sayur. Hasil analisis multivariat setelah dikontrol dengan jenis kelamin dan asupan energi menunjukkan bahwa anak SD obes yang mengkonsumsi buah jarang (< 7 kali/minggu) (OR=2,24, 95%CI:1,53-3,28), frekuensi konsumsi sayur jarang (<7 kali/minggu) (OR=2,52, 95%CI: 1,70-3,73), jumlah konsumsi buah dan sayur kurang dari 5 porsi/hari atau setara dengan 400 gr/hari (OR=4,59, 95%CI: 2,11-10,00) berisiko lebih besar untuk terjadinya obesitas. Kesimpulan: Anak SD yang obes lebih jarang dan lebih sedikit mengkonsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan anak SD yang tidak obes di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Anak yang jarang dan sedikit mengkonsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas. KATA KUNCI: obesitas anak, sayur, buah
Article
Full-text available
To test the hypothesis that quantitative variation in eating behaviour traits shows a graded association with weight in children. Cross-sectional design in a community setting. Data were from 406 families participating in the Physical Exercise and Appetite in CHildren Study (PEACHES) or the Twins Early Development Study (TEDS). Children were aged 7-9 years (PEACHES) and 9-12 years (TEDS). Weights and heights were measured by researchers. Body mass index (BMI) s.d. scores were used to categorize participants into underweight, healthy weight, overweight and obese groups, with an additional division of the healthy weight group into higher and lower healthy weight at the 50th centile. Eating behaviour traits were assessed with the Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ), completed by the parents on behalf of their child. Linear trend analyses compared CEBQ subscale scores across the five weight groups. Satiety Responsiveness/Slowness in Eating and Food Fussiness showed a graded negative association with weight, whereas Food Responsiveness, Enjoyment of Food, Emotional Overeating and Desire to Drink were positively associated. All effects were maintained after controlling for age, sex, ethnicity, parental education and sample. There was no systematic association with weight for Emotional Undereating. These results support the idea that approach-related and avoidance-related appetitive traits are systematically (and oppositely) related to adiposity, and not exclusively associated with obesity. Early assessment of these traits could be used as indicators of susceptibility to weight gain.
Article
The purpose of our study was to assess the relationship between nutrient intake, partitioning of food intake, parents' overweight and adiposity in a group of children. 530 7-11-year-old children: 278 males, 252 females. Energy intake, nutrient intake and percentage distribution of the intake of energy among the different meals were assessed by means of diet history. Body composition was obtained by measuring skinfold thickness. We identified the relationship between the children's adiposity and their parents' body mass index (BMI) mother: r=0.12, P<0.01; father: r=0.13; P<0.01), carbohydrate (r=-0. 15, P<0.001) and fat intake (r=0.14, P<0.002), and the proportion of energy taken at dinner (r=0.1, P<0.05). A multiple regression analysis was run with a stepwise procedure using relative adiposity as the dependent variable and parents' BMI, dinner intake (percentage of energy intake), EI/BMR ratio (an index of energy intake validity), and sex (dummy variable) as independent variables. All the independent variables, except percentage of fat intake, were included in the final model. The equation was able to explain approximately 19% (R=0.44, P<0.001) of inter-individual fat mass percentage variability. Diet composition did not contribute to explain the children's adiposity when the parents' overweight (BMI) was taken into account. However, the percentage distribution of the intake of energy among the different meals, particularly at dinner, contributed to explain inter-individual variance of fatness in children of both sexes. International Journal of Obesity (2000)24, 75-80
O b e s i t a s p a d a a n a k d a n 13. permasalahannya, Hot topics inpedia
  • D R S J A R I F
S j a r i f D R. O b e s i t a s p a d a a n a k d a n 13. permasalahannya, Hot topics inpedia. Jakarta:PKB IKA XLV;2003, p. 219-22.
Dasar (Riskesdas) [serial online Tersedia dalam: http.www.kesehatan. kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas. pdf> Scenna S, Pinelli Ltatto L. Distribution of food 74 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P intake as a risk faktor for childhood obesity
  • Ri Depkes
  • C Laporan Hasil Riset Kesehatan Maffeis
  • S Provera
  • L Fillippi
  • G Sidotti
Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan 2. Dasar (Riskesdas) [serial online] 2007 [Disitasi Juni 2009]. Tersedia dalam: http.www.kesehatan. kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas. pdf>. Maffeis C, Provera S, Fillippi L, Sidotti G, 3. Scenna S, Pinelli Ltatto L. Distribution of food 74 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P intake as a risk faktor for childhood obesity. Int J Obes 2000;24:75-80.
Sikap manusia; teori dan pengukuran. 14. Jakarta:Pustaka Pelajar
  • S Azwar
Azwar S. Sikap manusia; teori dan pengukuran. 14. Jakarta:Pustaka Pelajar; 2005.
Mencegah obesitas sejak dini: 16. pikiran rakyat. Cyber Media
  • A H Asdie
Asdie AH. Mencegah obesitas sejak dini: 16. pikiran rakyat. Cyber Media 2007 [serial online] [diakses 4 oktober 2009]. Tersedia dalam: http:// www.Pikiran-rakyat.com.
Dalam: Seminar sehari dan talk show bagi anak-anak SD dan SMP: 2009; Departemen Kesehatan RI
. menyumbang 30% kanker. Dalam: Seminar sehari dan talk show bagi anak-anak SD dan SMP: 2009; Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Depkes RI; 2009.