Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
68 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
Eating behavior and incidence of childhood obesity in Elementary School of Kendari City, South-
East of Sulawesi
Supiati1, Djauhar Ismail2, Retna Siwi P3
ABSTRACT
Background: Obesity is a health problem in developed countries as well as developing countries like
Indonesia. National prevalence of overweight children aged 6-14 years is 9.5% in male and 6.4% in female.
In Sulawesi Tenggara, there are 6.2% of male and 4.5% of female children who were overweight. Obesity
in City of Kendari, there was an increase of obesity prevalence 0.15% in 2007 and 0.26% in 2008. Obesity
can be infl uenced by various factors. It issuspected that eating behavior is a major factor, so we want to
know, how big is the eating behaviors contribute to children’s obesity
Objectives: To determine the relationship of eating behavior and incidence of childhood obesity in one
favorite public elementary school in Kendari Sulawesi Tenggara Province
Methods: This research was observational with cross sectional study design it was conducted in May
2010. Data was analysed using comparative test (chi square), and logistic regression
Results: There was signifi cant correlation between eating behavior and obese incidence (p<0.01) with
the power of prevalence ration (PR) was protective in their nature (PR= 1/0.12 = 8.3 In other words, the
subject with healthy eating behavior had probability 8.3 times greater to not obese
Conclusions: There was signifi cant correlation between diet behavior and the obesity in the children with the
power of correlation and prevalence ratio was protective. The subject with healthy diet behavior had probability
of 8.3 times to avoid obese incidence compared to the subject with non healthy eating behavior
KEYWORDS: eating behavior, obesity, elementary school children
ABSTRAK
Latar belakang: Obesitas merupakan masalah kesehatan di negara maju dan berkembang seperti
Indonesia. Prevalensi nasional berat badan lebih anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada
perempuan 6,4%. Di Sulawesi Tengggara, prevalensi tersebut 6,2% pada laki-laki dan 4,5% pada
perempuan. Obesitas di Kota Kendari meningkat setiap tahun yaitu 0,15% pada tahun 2007 dan 0,26%
tahun 2008. Obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diduga perilaku makan merupakan faktor
utama, sehingga ingin diketahui seberapa besar pengaruh perilaku makan menyumbang terhadap
kejadian obesitas.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SDN favorit
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross- sectional
yang dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Analisis data menggunakan uji komparatif (chi square), dan
regresi logistik
Hasil: Ada hubungan terbalik antara perilaku makan dengan obesitas anak.P<0,01 dengan kekuatan
hubungan dan rasio prevalensi (RP)=1/0,12=83, yaitu subjek yang mempunyai perilaku makan sehat
mempunyai peluang 8,3 kali lebih besar untuk terhindar dari terjdinya obesitas.
1 Poltekkes Kemenkes Kendari, Jl. Jend. A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota Kendari.
2 Bagian Tumbuh Kembang Anak, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan, Yogyakarta.
3 Minat Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,
Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta.
JURNAL GIZI DAN DIETETIK INDONESIA
Vol. 2, No. 2, Mei 2014: 68-74
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 69
PENDAHULUAN
Di seluruh dunia saat ini, sekitar 1,6 miliar
orang dewasa mengalami keadaan berat badan
lebih (overweight) dan sekurang-kurangnya 400
juta di antaranya mengalami obesitas. Tahun 2015
diperkirakan 2,3 juta orang dewasa akan mengalami
overweight dan 700 juta di antaranya obesitas (1).
Prevalensi nasional obesitas umum usia ≥15
tahun sebesar 10,3%. Obesitas tidak hanya terjadi
pada orang dewasa bahkan terjadi pada anak-
anak umur 6-14 tahun (usia sekolah). Di Provinsi
Sulawesi Tenggara, didapati prevalensi berat badan
lebih pada kalangan anak usia 6-14 tahun sebesar
6,2% (laki-laki) dan 4,5% (perempuan) (2).
Obesitas anak jelas menjadi masalah kesehatan
serius bukan semata karena keberlanjutannya (30-
60%) menjadi obesitas dewasa (3), tetapi juga karena
dampak negatif terhadap kesehatan yang ditimbulkan.
Dampak negatif pada anak, antara lain bisa berupa
hipertensi, penyulit ortopedi, dan gangguan psikologis
yang kesemuanya berujung sebagai penurunan
mutu kehidupan, di samping menambah beban
ekonomi keluarga dan negara (4). Fenomena obesitas
mendasari perlunya mengevaluasi obesitas sejak dini
karena usia tersebut masih mudah diatasi dan usia
dewasa semakin sulit dan perubahan status obesitas
siswa-siswi remaja menjadi non obesitas sangat kecil
(5).
Obesitas merupakan dampak ketidak-
seimbangan asupan yang jauh melampaui keluaran
energi dalam jangka waktu tertentu (4). Hasil
penelitian Pampang, menemukan bahwa anak
yang obes cenderung mengonsumsi energi lebih
tinggi 6,9 kali lebih besar dibanding anak yang
tidak obes, kebiasaan bergaya-hidup sedentary
karena kemanjaan akibat kemajuan teknologi
telah mempercepat pertambahan kasus obesitas.
Ketersediaan televisi telah dapat meningkatkan
angka kejadian obesitas (6,4).
Umumnya, perilaku makan anak sekolah
masih dipengaruhi oleh kelompok ataupun orang
tuanya dan sekolah dapat membentuk perilaku
makan anak, karena di lingkungan sekolah anak
mudah terpapar makanan jajanan kaki lima dan
anak mempunyai kemampuan membeli disebabkan
harganya yang murah, menarik, dan bervariasi (7).
Menurut Devi, perilaku makan dan status gizi anak
menunjukkan hubungan yang signifi kan (8).
Perilaku makan merupakan kebiasaan makan
yang bisa diubah dan diduga merupakan prediktor
yang kuat bagi terjadinya obesitas. Selain itu, survei
awal tahun 2009, mendapatkan angka obesitas
di SDN 12 Baruga sebesar 76 orang (8,6%).
Menurut Wing (Soegih dan Wiramihardja), berat
badan dipengaruhi perilaku makan sehingga ingin
diketahui seberapa jauh peran perilaku makan
tersebut dalam menyumbang terhadap kejadian
obesitas (9).
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan rancangan cross-sectional
dilaksanakan pada Bulan Mei-Juli 2010. Penelitian
dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 12 Baruga
(Kuncup Pertiwi). Alasan pemilihan sekolah ini
karena merupakan sekolah favorit di Kota Kendari
dan diduga prevalensi anak obes cukup tinggi.
Populasi penelitian ini adalah seluruh anak SD yang
berada di SD Kuncup Kota Kendari, murid kelas 2
sampai kelas 5 yang mengalami obesitas sebanyak
76 orang. Data tersebut diperoleh dari guru UKS
(usaha kesehatan sekolah). Setelah dilakukan
pengukuran, diperoleh 241 orang, kemudian Peneliti
mempertimbangkan pemilihan subjek berdasarkan
kriteria inklusi dan ekslusi maka diperoleh 83
orang. Data dianalisis secara univariat, bivariat
dan dilanjutkan dengan multivariat pada tingkat
kepercayaan 95%.
Kesimpulan: Ada hubungan yang sangat signifi kan antara perilaku makan dengan obesitas anak, dengan
kekuatan hubungan dan rasio prevalensi yang bersifat protektif yaitu subjek yang mempunyai perilaku
makan sehat mempunyai peluang 8,3 kali untuk terhindar dari terjadinya obesitas dibandingkan dengan
anak yang berperilaku makan tidak sehat.
KATA KUNCI: perilaku makan, obesitas, anak sekolah dasar
70 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
HASIL
Karakteristik responden
Terdapat 83 responden siswa Sekolah
Dasar Negeri Kuncup Pertiwi (12 Baruga). Adapun
karakteristik secara umum dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
subjek berumur ≤10 tahun, mempunyai status gizi
obesitas ringan, mempunyai asupan energi melebihi
% AKG kebutuhan, dan mempunyai orang tua
dengan kategori obesitas yang mempunyai tingkat
pendapatan keluarga yang tinggi.
Hubungan perilaku makan dengan obesitas
anak
Tabel 2 menunjukkan terdapat hubungan yang
signifi kan antara perilaku makan dengan terjadinya
obesitas (p<0,01) dengan kekuatan hubungan rasio
prevalensi yang bersifat protektif (RP)=1/0,12= 8,3.
Dengan kata lain, subjek yang mempunyai perilaku
makan sehat mempunyai peluang 8,3 kali lebih
besar untuk terhindar dari terjadinya obesitas.
Hubungan variabel luar (umur, jenis kelamin,
asupan energi, genetik, sosial ekonomi) dengan
obesitas
Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat hubungan
antara jenis kelamin, umur, asupan makanan di
sekolah, status gizi bapak, dan tingkat pendapatan
keluarga dengan obesitas pada subjek penelitian.
Terdapat hubungan yang sangat signifi kan antara
total asupan energi (di rumah dan di sekolah) dengan
terjadinya obesitas yang bersifat protektif p<0,01
dengan kekuatan hubungan RP=0/0,14= 7,1 kali. Anak
yang mempunyai asupan energi sesuai kebutuhan
tubuh (cukup) akan terhindar dari obesitas sebesar
7,1 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang
mempunyai asupan energi lebih besar dari % AKG.
Tabel 1. Karakteristik responden penelitian
Variabel N %
Umur (tahun)
≤10 59 71,1
>10 24 28,9
Jenis kelamin
Laki-laki 47 56,6
Perempuan 36 43,4
Perilaku makan anak
Sehat 31 37,3
Tidak sehat 52 62,7
Asupan energi di sekolah
>50% AKG 48 57,8
<50% AKG 35 42,2
Asupan energi total
>100% AKG 45 54,2
<100% AKG 38 45,8
Status gizi (IMT) bapak (+)
Obes 52 62,7
Normal 31 37,3
Status gizi (IMT) ibu (+)
Obes 46 55,4
Normal 37 44,6
Status gizi (IMT) ibu (++)
Obes 26 31,3
Normal 57 68,7
Pendapatan keluarga
Tinggi 45 54,2
Cukup 38 45,8
Tabel 2. Hubungan antara perilaku makan dengan obesitas
Variabel Kategori Over Obes pRPCI 95%
n % n % Min Maks
Perilaku Tidak sehat 25 89,3 27 49,1 0,00* 0,12 0,31 0,43
Makan Sehat 3 10,7 28 50,9
RP= rasio prevalensi
Selanjutnya, diikuti oleh status gizi ibu ada hubungan
yang signifi kan antara status gizi ibu dengan obesitas
p<0,05 RP=3,4. Demikian pula status gizi orang tua
(ibu dan bapak), yaitu salah satu di antaranya atau
keduanya obes akan mempunyai hubungan yang
signifi kan dengan obesitas pada anak
Analisis multivariat hubungan beberapa variabel
dengan obesitas
Penelitian ini menggunakan analisis multivariat
regresi logistik dengan metode backward. Hal
tersebut dipilih untuk mengendalikan beberapa
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 71
variabel bebas dan variabel luar yang berhubungan
dengan variabel terikat antara lain variabel perilaku
makan, total asupan energi >AKG, status gizi ibu,
dan status obesitas kedua orang tua subjek
Hasil analisis uji regresi logistik menunjukkan
bahwa variabel total asupan energi yang melebihi
AKG, merupakan variabel yang paling berpengaruh
terhadap terjadinya obesitas pada subjek
dibandingkan variabel lainnya p<0,01 Eksp(B)
12,46, dengan kata lain terjadinya obesitas pada
subjek lebih banyak 12 kali lebih besar terdapat
pada subjek dengan asupan energi melebihi AKG.
BAHASAN
Hubungan perilaku makan dengan obesitas
anak
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang pada Tabel
2 diketahui bahwa ada hubungan yang signifi kan
antara perilaku makan dengan obesitas anak
dengan kekuatan hubungan dan rasio prevalensi
yang bersifat protektif. Subjek yang mempunyai
perilaku makan sehat mempunyai peluang 8,3
kali untuk terhindar dari terjadinya obesitas
dibandingkan dengan anak yang berperilaku makan
tidak sehat.
Perilaku makan anak dapat dibentuk melalui
pengalaman awalnya berdasarkan perilaku makan
orang tuanya. Orang tua berperan untuk selalu
memantau perkembangan anak baik berat badan
maupun dalam hal memilih makanan. Makanan
yang sehat dapat dicapai dengan memperbanyak
menu makanan yang mengandung serat seperti
sayur dan buah yang banyak dikenal sebagai
peluruh lemak. Berdasarkan penelitian Nuraeni
et al (10) pada anak SD di Kota Yogyakarta dan
Bantul, anak yang konsumsi sayur dan buahnya
jarang (<7 kali/minggu) berisiko lebih besar manjadi
obes. Bila ditinjau dari pemilihan makanan, alasan
seseorang mengalami kelebihan berat badan
karena banyak faktor yang mempengaruhi, di
antaranya perilaku makan. Menurut Wardle perilaku
Tabel 3. Hubungan variabel luar dengan obesitas
Variabel Over Obes p RP CI 95%
n % n % Min Maks
Jenis kelamin
Laki-laki 12 42,9 30 15,9 0,31 1,60 0,64 0,40
Perempuan 16 57,1 25 54,5
Umur (tahun)
<9 38 69.1 21 75.0 0,57 0,75 0,26 0,20
>9 7 8.1 17 15.9
Total asupan energi
Total > AKG 23 82,1 22 40,0 0,00 0,14 0,04 0,43
Cukup 5 17,9 33 60.0
Asupan makanan di sekolah
>50%AKG 11 39,3 24 43,6 0,70 1,20 0,47 3,02
<50% AKG 17 60,7 31 56,4
Status gizi ibu
Obes 10 35,7 36 65,6 0,01 3,41 1,31 8,84
Normal 18 4,3 19 35,5
Status gizi bapak
Obes 16 57,1 36 65,5 0,46 1,42 0,56 3,61
Normal 12 42,9 19 35,5
Status gizi ibu/bapak
Obes 14 28 36 72 0,42 0,68 0,24 1,93
Normal 12 36,4 21 63,6
Pendapatan keluarga
>Rp 3.900.000 23 41,8 15 12,8 0,31 1,60 0,64 4,01
Cukup 55 55,0 28 28.0
72 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
makan berhubungan dengan obesitas (11). Fakta
menunjukkan semakin tinggi umur anak, semakin
berkurang anak obesitas, tapi secara statistik tidak
berhubungan dengan umur. Kebanyakan anak
mulai merasa malu bila ketahuan banyak makan,
ini nampak pada saat wawancara total asupan
kurang, tetapi sebagian anak yang didampingi
ibunya mengakui bahwa anaknya banyak makan
(porsi besar dan sering).
Tidak dapat dipungkiri anak obes selalu
berkeinginan untuk makan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Webber menemukan bahwa anak
dengan berat badan lebih memiliki responsivitas
yang tinggi terhadap sinyal aroma masakan dan
makan lebih cepat selama waktu makan, dibanding
anak yang berat badannya normal (12). Kelemahan
dari penelitian ini tidak melihat penyebab turunnya
berat badan seperti yang dikatakan sebelumnya,
semakin tinggi umur semakin berkurang anak
obesitas. Faktor lain yang tidak diteliti seperti:
aktivitas fi sik, psikologi dan lingkungan keluarga,
dan melihat anak obesitas yang diteliti di SD Kuncup
ini sudah terkondisi jauh sebelum masuk sekolah
atau belum, sehingga anak tetap memiliki berat
badan lebih meskipun sudah melakukan perilaku
makan yang sehat. Menurut Syarif, perilaku makan
anak obes mulai terkondisi dan terlatih sejak
bulan-bulan pertama kehidupan bayi yaitu dengan
pemberian susu botol yang diberikan dalam jumlah
berlebihan dari kebutuhannya dan dapat berlanjut ke
masa usia sekolah (13). Azwar menegaskan bahwa
lingkungan memiliki kekuatan lebih besar daripada
karakteristik individu. Perubahan perilaku pada anak
masih dipengaruhi oleh kelompok maupun individu
atau orang tuanya (14).
Hubungan variabel luar dengan obesitas
Berdasar hasil penelitian pada Tabel 3
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara asupan energi subjek yang
dikonsumsi di sekolah dengan kejadian obesitas.
Asupan energi subjek dalam penelitian ini merupakan
asupan energi selama di sekolah dan di luar
sekolah, termasuk di rumah dan tempat makan
lain. Hal itu berhubungan sangat signifi kan dengan
terjadinya obesitas yang bersifat protektif. Anak
yang mempunyai asupan energi sesuai kebutuhan
tubuh (cukup) akan terhindar dari obesitas sebesar
7,1 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
yang mempunyai asupan energi lebih besar dari %
AKG. Asupan energi yang cukup diperlukan tubuh
agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari.
Asupan makanan dan aktivitas fi sik memegang
peran penting terjadinya obesitas pada seseorang.
Kedua aspek ini mengalami banyak perubahan pada
masyarakat seiring dengan semakin meningkatnya
gaya hidup sedentary. Menurut Arisman, obesitas
merupakan dampak ketidakseimbangan asupan
yang jauh melampaui keluaran energi dalam jangka
waktu tertentu (4). Hal ini sesuai hasil penelitian
Pampang yaitu anak yang obes cenderung
mengonsumsi energi lebih tinggi 6,9 kali lebih besar
dibanding anak yang tidak obes (6).
Hasil analisis zat gizi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa asupan energi sebagian besar
diperoleh dari kebiasaan makan di luar rumah dalam
bentuk camilan, snack, dan makanan lain yang
terdapat di warung makanan. Hasil observasi yang
dilakukan, kebanyakan anak memilih makanan
maupun minuman yang manis-manis. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang diambil dari
Webber et al bahwa hubungan antara keinginan
minum, paling tidak dalam lingkungan dimana
banyak minuman yang kaya energi berhubungan
dengan obesitas (12). Penelitian ini juga didukung
oleh Devi bahwa perilaku makan dan status gizi
anak menunjukkan hubungan yang signifi kan dan
lebih lanjut berpendapat bahwa gizi merupakan
salah satu faktor menentukan kualitas SDM yang
berkualitas (8). Pemenuhan kebutuhan akan
Tabel 4. Hasil analisisis regresi logistik
Variabel B SE p Exp(B) 95% CI
Min Maks
Total asupan energi 2,52 0.71 0,00 12,46 3.09 50.24
Perilaku makan 2,45 0,77 0,00 11,59 2,53 53,11
Perilaku makan dan kejadian obesitas anak di SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 73
pangan sangat ditentukan oleh kebiasaan atau
perilaku makan seseorang yaitu dengan cara
menyediakan makanan yang bermutu tinggi guna
memenuhi kebutuhan selama mengikuti pelajaran
di sekolah karena kegiatan di sekolah menyita
waktu terbesar dari aktivitas sehari-hari, termasuk
aktivitas makan.
Hasil analisis hubungan antara status gizi
ibu (genetik) dengan obesitas anak, menunjukkan
adanya hubungan yang signifi kan dengan terjadinya
obesitas pada anak p<0,05 RP=3,4. Demikian pula
dengan status obesitas pada kedua orang tua
subjek (bapak dan ibu) salah satu di antaranya
atau keduanya obes mempunyai hubungan yang
signifi kan dengan terjadinya obesitas pada anak
p<0,05 RP=2,91. Hal ini sesuai dengan pendapat
Barasi bahwa beberapa penyakit keturunan
sangat jelas terkait dengan obesitas. Kegemukan
dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada
generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga.
Oleh karena itu, seringkali dijumpai orang tua
yang gemuk cenderung memiliki anak-anak
yang gemuk pula (15). Pendapat serupa juga
disampaikan Asdie yang mengatakan bahwa
seorang anak mempunyai kemungkinan 40%
menjadi obes apabila ia salah satu orang tuanya
obes. Kemungkinan besar lagi 80% menjadi obes
jika kedua orang tuanya obes (16).
Analisis multivariat hubungan beberapa variabel
dengan obesitas
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa
variabel luar (asupan energi total >AKG) merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian
obesitas pada subjek dibandingkan variabel lainnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Pampang, yaitu
anak yang obes cenderung mengonsumsi energi
lebih tinggi 6,9 kali lebih besar dibanding anak
yang tidak obes (6). Demikian juga menurut Elvira,
kegemukan atau obesitas adalah kelainan atau
penyakit yang ditandai dengan adanya akumulasi
atau penimbunan jaringan lemak di bawah kulit
yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh.
Adanya perubahan gaya hidup yang menjurus
pada perubahan pola makan/konsumsi masyarakat
yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi
lemak dan kolesterol terutama terhadap penawaran
makanan siap saji (fast food) yang berdampak
meningkatkan resiko obesitas (17).
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada hubungan yang signifi kan antara perilaku
makan dengan obesitas anak. Kekuatan hubungan
dan rasio prevalensi bersifat protektif, yaitu
subjek yang mempunyai perilaku makan sehat
mempunyai peluang 8,3 kali untuk terhindar dari
terjadinya obesitas dibandingkan dengan anak yang
berperilaku makan tidak sehat.
Perlu diupayakan pemberian makanan ringan
atau makan siang yang dilakukan di lingkungan
sekolah. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar
anak tidak sembarang jajan. Untuk mengurangi
paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan
yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan
usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak
sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang.
Pentingnya penyuluhan tentang makanan sehat agar
anak sekolah dapat menentukan pilihan makanan
yang akan dikonsumsi. Diperlukan kerjasama antara
petugas gizi dan guru UKS untuk selalu memantau
BB (berat badan) anak setiap bulannya. Penelitian
ini perlu dilanjutkan dengan menggunakan variabel
lingkungan keluarga sebagai variabel utama karena
lingkungan salah satu faktor yang berperan dan
memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan
perilaku makan anak, bahkan kekuatannya lebih
besar dari pada karakteristik individu.
RUJUKAN
Supari SF. Obesitas dan kurang aktivitas fi sik 1.
menyumbang 30% kanker. Dalam: Seminar
sehari dan talk show bagi anak-anak SD dan
SMP: 2009; Departemen Kesehatan RI. Jakarta:
Depkes RI; 2009.
Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan 2.
Dasar (Riskesdas) [serial online] 2007 [Disitasi
Juni 2009]. Tersedia dalam: http.www.kesehatan.
kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas. pdf>.
Maffeis C, Provera S, Fillippi L, Sidotti G, 3.
Scenna S, Pinelli Ltatto L. Distribution of food
74 Supiati, Djauhar Ismail, Retna Siwi P
intake as a risk faktor for childhood obesity. Int
J Obes 2000;24:75-80.
Arisman MB. Obesitas, diabetes milletus, 4.
dan dislipidemia: konsep, teori dan
penanganan aplikatif. seri buku ajar ilmu gizi.
Jakarta:EGC;2010.
Huriyati E. Studi kohort prevalensi obesitas 5.
siswa-siswi SLTP Kota Yogyakarta Jurnal Gizi
Klinik Indonesia 2006.3(1):1-5.
Pampang E. Asupan energi, aktivitas fisik, 6.
persepsi orangtua dan obesitas siswa SMP
di Kota Yogyakarta. Yogyakarta:Universitas
Gadjah Mada;2007.
Judarwanto W. Perilaku makan anak sekolah. 7.
Picky Caters Clinic (Klinik Khusus Kesulitan
Makan Pada Anak [serial online] [Disitasi 3
Desember 2009]. Tersedia dalam: http://www.gizi.
net/makalah/perilaku/makan/anak/sekolah.pdf
Devi M. Tingkat pendidikan ibu, hubungannya 8.
dengan perilaku makan dan status gizi siswa
sekolah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Soegih R,Wiramihardja K. Obesitas 9.
permasalahan dan terapi Praktis. Jakarta:
Sagung Seto; 2009.
Nuraeni I, Hadi H, Paratmanitya Y. Perbedaan 10.
konsumsi buah dan sayur pada anak sekolah
dasar yang obes dan tidak obes di Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Jurnal Gizi
dan Dietetik Indonesia 2013; I(2): 81-92.
Wardle J. Eating11. behaviour and obesity. Int J
Obes 2008:5-15.
Webber L, Wardel J, Hill C, Saxon J, Jaarsveld. 12.
Eating behaviour and weight in children. Int J
Obes 2008;33:21-8.
Sjarif DR. Obesitas pada anak dan 13.
permasalahannya, Hot topics inpedia.
Jakarta:PKB IKA XLV;2003, p. 219-22.
Azwar S. Sikap manusia; teori dan pengukuran. 14.
Jakarta:Pustaka Pelajar; 2005.
Barasi. Nutritional at a glance. Jakarta: Erlangga; 15.
2007.
Asdie AH. Mencegah obesitas sejak dini: 16.
pikiran rakyat. Cyber Media 2007 [serial online]
[diakses 4 oktober 2009]. Tersedia dalam: http://
www.Pikiran-rakyat.com.
Elvira SD. Penanganan psikologik pada obesitas. 17.
Cermin dunia kedokteran 2007;34(6):296-30.